• Tidak ada hasil yang ditemukan

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N P E S I S I R B A R A T

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "P E M E R I N T A H K A B U P A T E N P E S I S I R B A R A T"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 1

2.1. Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik

Kabupaten Pesisir Barat dengan ibukota Krui adalah salah satu dari Lima belas kabupaten/kota di wilayah Provinsi Lampung. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 2012 (Lembaran Negara Nomor 231, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5364) tentang Pembentukan Daerah Otonomi Baru (DOB) Kabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung tertanggal 16 November 2012 dan diundangkan pada tanggal 17 November 2012.

Kabupaten Pesisir Barat juga memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi pusat kawasan ekonomi kreatif berbasis alam di Provinsi Lampung, dengan lini sektor di bidang pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan dan pariwisata. Letak Kabupaten Pesisir Barat yang cukup strategis, berbatasan langsung dengan 2 (dua) Provinsi dan 2 (dua) Kabupaten serta berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, adapun batas Kabupaten Pesisir Barat sebagai berikut yaitu :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Ujung Rembun, Desa Pancur Mas, Desa Sukabanjar Kecamatan Lumbok Seminung, Desa Kubu Prahu Kecamatan BalikBukit, Desa Kutabesi, Desa Sukabumi Kecamatan Batu Brak, Desa Sukamarga, Desa Ringinsari, Desa Sumber Agung, Desa Tuguratu, Desa Banding Agung Kecamatan Suoh, Desa Hantatai, Desa Tembelang, Desa Gunung Ratu Kecamatan Bandar Negeri Suoh Kabupaten Lampung Barat, Desa Gunung Doh Kecamatan Bandar Negeri Semuong, Desa Ngarit, Desa Rejosari, Desa Petekayu, Desa Sirnagalih Kecamatan Ulu Belu, Desa Datar Lebuay Kecamatan Naningan Kabupaten Pesisir Barat, Desa Way Beluah, dan Desa Melaya Kecamatan Banding Agung Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Provinsi Sumatera Selatan;

b. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Tampang Tua Kecamatan Pematang Sawa, Desa Sedayu, Desa Sidomulyo Kecamatan Semaka Kabupaten Pesisir Barat;

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia; dan

d. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tebing Rambutan Kecamatan Nasal Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu.

Wilayah Kabupaten Pesisir Barat memiliki luas ± 2.907,23 Km2 atau 8,39% dari Luas Wilayah Provinsi Lampung, dengan mata pencaharian pokok sebagian besar penduduknya sebagai petani dan nelayan.

(2)

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 2

Secara geografis letak Kabupaten Pesisir Barat pada koordinat : 4º, 40', 0" - 6º, 0', 0" Lintang Selatan dan 103º, 30', 0" - 104º , 50', 0" Bujur Timur.

Secara Topografi Kabupaten Pesisir Barat dibagi menjadi 3 (tiga) unit topografi yakni:

a. Daerah dataran rendah (ketinggian 0 sampai 600 meter dari permukaan laut) b. Daerah berbukit (ketinggian 600 sampai 1.000 meter dari permukaan laut)

c. Daerah pegunungan (Daerah ketinggian 1.000 sampai dengan 2.000 meter dari permukaan laut)

Keadaan wilayah sepanjang Pantai Pesisir Barat umumnya datar sampai berombak dengan kemiringan berkisar 3% sampai 5%. Di bagian Barat Laut Kabupaten Pesisir Barat terdapat gunung-gunung dan bukit, yaitu Gunung Pugung (1.964 m), Gunung Sebayan (1.744 m), Gunung Telalawan (1.753 m) dan Gunung Tampak Tunggak (1.744 m).

Wilayah Pesisir Barat di bagian barat mempunyai sungai-sungai yang mengalir pendek dengan pola aliran dendritik yang menyebabkan daerah ini ditandai dengan jarangnya banjir sebab pada saat musim hujan datang bersamaan air tidak terkonsentrasi dan timing lagnya menjadi lambat. Delta marine ditandai dengan agregat kasar hasil endapan aluvial vulkanik, hal ini menyebabkan bila air besar muara sungai sering berpindah (meander). Sungai - sungai yang berukuran pendek dan mengalir di lereng terjal seperti ini sukar dikembangkan untuk irigasi, kecuali yang sudah mengalir di daerah delta pantai, umumnya mudah dikembangkan walaupun masih terkena pengaruh pasang surut laut. Pada bagian timur wilayah Pesisir Barat merupakan daerah tangkapan air (catchment area) sungai-sungai besar yang mengalir ke arah timur antara lain : Way Biha, Way Belambang dan sebagainya.

Untuk mengetahui Daerah Aliran Sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten Pesisir Barat dapat dilihat pada table 2.1 dan peta 2.1 dibawah ini.

Tabel 2.1 : Daerah Aliran Sungai di Wilayah Kabupaten Pesisir Barat

No Nama DAS Panjang

1 W. Bambang 26.56 2 W. Ngamburpangkalan 15.59 3 W. Tembutih 21.74 4 W. Tenumbang 27.39 5 W. Belambang 19.51 6 W. Biha 19.46 7 W. Menangakiri 25.93 8 W. Pemerihan 22.84 9 W. Pintau 17.90

(3)

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 3

(4)

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 4

Menurut Oldeman, Irsal L Darwis (1979), akibat pengaruh dari rantai pegunungan Bukit Barisan, maka Pesisir Barat memiliki 2 (dua) zone iklim yaitu:

1. Zone A (Jumlah bulan basah > 9 Bulan) terdapat di bagian barat Taman Bukit Barisan Selatan Termasuk Krui dan Bintuhan.

2. Zone BL (Jumlah bulan basah 7 - 9 bulan) terdapat di bagian timur Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

Berdasarkan curah hujan dari Lembaga Meteorologi dan Geofisika, curah hujan Pesisir Barat berkisar antara 2.500 - 3.000 milimeter setahun.

Pesisir Barat merupakan hasil pemekaran Kabupaten Lampung Barat, yang disahkan pada tanggal 25 Okober 2012. Wilayah Kabupaten Pesisir Barat secara administratif terdiri dari 11 kecamatan dengan 116 desa (di Pesisir Barat disebut Pekon) dan 2 Kelurahan, dengan jumlah penduduk sebesar ± 136.370 jiwa. Dilihat dari luas wilayah kecamatan Bengkunat Belimbing merupakan kecamatan terluas di kabupaten Pesisir Barat dengan luas wilayah 97.122 ha atau 32,69 %dari luas total Kabupaten Pesisir Barat. Sedangkan untuk luas wilayah kecamatan terkecil adalah kecamatan Krui Selatan dengan luas wilayah 3.625 Ha atau 1,26% dari luas total wilayah Kabupaten Pesisir Barat.

Untuk mengetahui kecamatan‐kecamatan dan jumlah kelurahan/pekon yang ada di Kabupaten Pesisir Barat dapat di lihat pada tabel 2.2 berikut ini:

Tabel 2.2 : Nama, luas wilayah dan jumlah pekon per-Kecamatan di Kabupaten Pesisir Barat

No Nama Kecamatan

Jumlah Kelurahan/desa Luas Wilayah

Administrasi Terbangun* Kelurahan Desa/Pekon (Ha) (%) thd total (Ha) (%) thd total

1 Bengkunat Belimbing - 14 97.122 32,69 - - 2 Bengkunat - 9 21,503 7,45 - - 3 Ngambur - 9 24,056 11,33 - - 4 Pesisir Selatan - 15 40.917 14,17 - - 5 Krui Selatan - 10 3.625 1,26 - - 6 Pesisir Tengah 2 6 120.580 4,18 - - 7 Way Krui - 10 4.283 1,42 - - 8 Karya Penggawa - 12 9.566 7,31 - - 9 Pesisir Utara - 12 11.212 2,92 - - 10 Lemong - 13 39.435 15,76 - - 11 Pulau Pisang - 6 252.00 1,51 - -

LUAS KAB. PESISIR BARAT 2 116 - -

Sumber : Pesisir Barat Dalam Angka tahun 2013 * data tidak tersedia

(5)

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 5

Peta 2.2 : Peta Administrasi Kabupaten/Kota (cantumkan orientasi terhadap Provinsi – ukuran A3)

Sumber : Pesisir Barat Dalam Angka tahun2013 (Peta Ukuran A3 Terlampir)

Wilayah Kajian Buku Putih

(6)

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 6

2.2. Demografi

Jumlah penduduk Kabupaten Pesisir Barat terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sebagai dasar perencanaan pembangunan sanitasi di Kabupaten Pesisir Barat, perlu dibuat angka proyeksi pertumbuhan penduduk untuk 5 tahun kedepan, dengan menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut :

Dimana ; Pt = Jumlah penduduk tahun ke t P0 = Jumlah penduduk awal

r = rata-rata pertumbuhan penduduk t = waktu (5)

Kabupaten Pesisir Barat merupakan Daerah Otonomi Baru (DOB) yang terbentuk pada tahun 2012 hasil pemekaran dari Kabupaten Lampung Barat. Wilayah kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak adalah kecamatan Bengkunat Blimbing sebesar 24.041 jiwa dengan kepadatan penduduk 25 jiwa/km2 dan wilayah yang memiliki jumlah penduduk terkecil adalah kecamatan Pulau Pisang sebesar 1.415 jiwa dengan kepadatan penduduk 32 jiwa/km2. Untuk perhitungan pertumbuhan penduduk didasarkan pada data hasil BPS Kabupaten Lampung Barat tahun 2009 sampai dengan 2012 sehingga nilai rata-rata pertumbuhan penduduk setiap tahunnya sebesar 2,29%. Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk serta hasil proyeksi jumlah penduduk untuk 5 tahun kedepan dapat dilihat pada tabel 2.3 dan tabel 2.4.

Besarnya jumlah penduduk dalam suatu wilayah terutama untuk wilayah yang mempunyai kepadatan tinggi ditambah dengan persebaran penduduknya yang tidak merata akan menimbulkan permasalahan yang cukup kompleks, karena pada dasarnya semua kegiatan baik kegiatan perekonomian, kebudayaan, sosial dan lain sebagainya akan melibatkan penduduk.

Prilaku penduduk dalam kegiatan sehari-hari diberbagai lapisan sosial turut memberikan tekanan terhadap lingkungan yang akan memunculkan efek negatif maupun positif. Dengan demikian perlu adanya pengendalian baik terhadap jumlah, komposisi dan persebarannya, hal ini sebagai upaya untuk mendukung kelancaran proses pembangunan di daerah.

(7)

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 7

Tabel 2.3 : Jumlah dan kepadatan penduduk 3-5 tahun terakhir

Nama Kecamatan

Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan Kepadatan Pddk

Tahun Tahun Tahun Tahun

2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2013 2013 2009 2010 2011 2012 2013 Bengkunat Belimbing 23,635 23,528 23,783 24,009 24,041 5,909 5,882 5,946 6,002 6,010 - -0.5 1.1 1.0 0.1 25 25 25 25 25 Bengkunat 7,446 7,443 7,524 7,620 8,330 1,862 1,861 1,881 1,905 2,083 - 0.0 1.1 1.3 9.3 35 35 35 35 39 Ngambur 17,768 17,580 17,770 17,953 19,037 4,442 4,395 4,443 4,488 4,759 - -1.1 1.1 1.0 6.0 54 54 54 55 58 Pesisir Selatan 21,420 21,346 21,578 21,762 23,166 5,355 5,337 5,395 5,441 5,792 - -0.3 1.1 0.9 6.5 52 52 53 53 57 Krui Selatan 7,632 - 8,417 8,531 9,067 1,908 - 2,104 2,133 2,267 - 0.0 0.0 1.4 6.3 211 - 232 235 250 Pesisir Tengah 13,573 13,647 18,001 18,058 18,120 3,393 3,412 4,500 4,515 4,530 - 0.5 31.9 0.3 0.3 113 113 149 150 150 Way Krui 13,133 - 8,222 8,328 8,853 3,283 - 2,056 2,082 2,213 - 0.0 0.0 1.3 6.3 321 - 201 204 216 Karya Penggawa 13,874 13,986 14,138 14,292 15,078 3,469 3,497 3,535 3,573 3,770 - 0.8 1.1 1.1 5.5 66 66 67 68 71 Pesisir Utara 9,324 9,332 9,434 9,502 9,559 2,331 2,333 2,359 2,376 2,390 - 0.1 1.1 0.7 0.6 111 111 112 113 113 Lemong 14,159 14,089 14,242 14,365 15,245 3,540 3,522 3,561 3,591 3,811 - -0.5 1.1 0.9 6.1 31 31 31 32 34 Pulau Pisang - - - 1,343 1,415 - - - 336 354 - 0.0 0.0 - 5.4 - - - 31 32

Sumber : BPS, Kabupaten Lampung Barat dalam Angka 2009 s/d 2012; diolah Tabel 2.4 : Jumlah penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun

Nama Kecamatan

Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan Kepadatan Pddk

Tahun Tahun Tahun Tahun

2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018 Bengkunat Belimbing 24,089 24,192 24,296 24,400 24,505 6,022 6,048 6,074 6,100 6,126 0.20 0.43 0.43 0.43 0.43 26 26 26 26 26 Bengkunat 9,730 10,013 10,305 10,605 10,913 2,433 2,503 2,576 2,651 2,728 16.81 2.91 2.91 2.91 2.91 45 47 48 49 51 Ngambur 22,589 22,989 23,397 23,812 24,234 5,647 5,747 5,849 5,953 6,058 18.66 1.77 1.77 1.77 1.77 69 70 72 73 74 Pesisir Selatan 24,958 25,460 25,972 26,495 27,027 6,240 6,365 6,493 6,624 6,757 7.74 2.01 2.01 2.01 2.01 61 62 63 65 66 Krui Selatan 10,639 10,842 11,049 11,260 11,475 2,660 2,711 2,762 2,815 2,869 17.34 1.91 1.91 1.91 1.91 293 299 305 311 317 Pesisir Tengah 18,129 19,630 21,254 23,014 24,919 4,532 4,907 5,314 5,753 6,230 0.05 8.28 8.28 8.28 8.28 150 163 176 191 207 Way Krui 9,470 9,650 9,833 10,020 10,210 2,368 2,412 2,458 2,505 2,552 6.97 1.90 1.90 1.90 1.90 231 236 240 245 250 Karya Penggawa 15,909 16,246 16,591 16,943 17,302 3,977 4,062 4,148 4,236 4,326 5.51 2.12 2.12 2.12 2.12 75 77 79 80 82 Pesisir Utara 9,727 9,788 9,849 9,910 9,972 2,432 2,447 2,462 2,478 2,493 1.76 0.62 0.62 0.62 0.62 115 116 117 118 118 Lemong 16,395 16,706 17,022 17,345 17,674 4,099 4,176 4,256 4,336 4,418 7.54 1.90 1.90 1.90 1.90 36 37 37 38 39 Pulau Pisang 1,858 1,883 1,908 1,934 1,960 465 471 477 483 490 31.31 1.34 1.34 1.34 1.34 43 43 44 44 45

(8)

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 8

2.3. Keuangan dan Perekonomian Daerah

Untuk mengetahui profil pendanaan dan pembiayaan APBD bidang sanitasi, Pokja Sanitasi Kabupaten Pesisir Barat telah melakukan study keuangan dan perekonomian. Study ini diperlukan untuk mengetahui profil keuangan dan perekonomian di Kabupaten Pesisir Barat dalam mendukung pembangunan khususnya di sector sanitasi serta pola penyerapannya untuk kemudian digunakan mendukung pembiayaan / pendanaan sanitasi Kabupaten Pesisir Barat di masa depan. Pemetaan keuangan diperlukan untuk mengukur ketepatan alokasi pendanaan / pembiayaan sanitasi dan kesinambungan pelayanan sanitasi di masa depan.

Dari hasil studi keuagan yang dilakukan dapat dilihat bahwa sebagai Daerah Otonomi Baru (DOB) yang terbentuk tahun 2012 secara umum kondisi keuangan dan perekonomian daerah utamanya pendapatan daerah Kabupaten Pesisir Barat di tahun 2013 masih bersumber dari dana hibah sebesar Rp. 10.000.000.000,- dan bersumber dari pajak serta retribusi daerah sebesar Rp. 978.411.775,-. Belanja daerah yang terdiri dari belanja langsung dan belanja tidak langsung sebesar Rp. 10.978.411.775,-

Khusus perhitungan rata-rata pertumbuhan APBD menggunakan perhitungan APBD Kabupaten Lampung Barat yang bersumber dari Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kabupaten Lampung Barat dari tahun 2010-2012.

Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah (APBD) Kabupaten Pesisir Barat 5 tahun terakhir dapat dilihat pada table di bawah ini.

Tabel 2.5: Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2010 – 2014

No Realisasi Anggaran 2010* 2011* 2012* Tahun 2013 2014** pertumb.* Rata2 A Pendapatan (a.1 + a.2 + a.3) 592.410.498.732 690.082.255.793 756.765.445.687 10.978.411.775 323,870,107,806 0,13

a.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 16.202.984.044 21.562.317.426 25.278.217.607 978.411.775 2,562,294,417 0,25

a.1.1 Pajak daerah 3.286.299.768 3.823.238.822 4.545.683.444 509.323.825 1,407,226,612

a.1.2 Retribusi daerah 3.283.713.332 8.572.696.238 9.129.023.254 469.087.950 920,067,805

a.1.3 Hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan 1.091.608.570 1.887.192.478 2.226.495.348 0 0

a.1.4 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 8.541.362.374 7.279.189.888 9.377.015.561 0 235,000,000

a.2 Dana Perimbangan (Transfer) 440.179.771.757 511.649.374.585 603.698.275.936 0 251,411,225,957 0,17

a.2.1 Dana bagi hasil 32.670.395.933 31.229.532.466 30.367.498.509 0 0

a.2.2 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak / SDA 17.553.137.039 18.672.923.119 21.463.301.427 0 17,827,108,957

a.2.3 Dana alokasi umum 347.589.688.000 402.539.919.000 486.998.706.000 0 227,314,157,000

a.2.4 Dana alokasi khusus 42.369.700.000 59.207.000.000 64.868.770.000 0 6,269,960,000

a.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah 136.027.742.931 156.870.563.782 127.788.952.144 10,000,000,000 69,896,587,432 -0,02

a.3.1 Hibah 34.517.959.131 50.278.634.000 23.235.746.000 10,000,000,000 10,000,000,000

a.3.2 Dana darurat 0 0 0 0 0

a.3.3 Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kab./kota 19.746.635.000 26.392.544.822 32.024.005.144 0 20,200,662,432

(9)

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 9

No Realisasi Anggaran 2010* 2011* 2012* Tahun 2013 2014** pertumb.* Rata2 a.3.5 Bantuan keuangan dari provinsi/pemerintah daerah lainnya 30.100.000.000 15.000.000.000 16.981.000.000 0 0

B Belanja (b1 + b.2) 616.174.417.239 682.910.627.015 737.414.784.098 10.978.411.775 323,570,107,806 0,09

b.1 Belanja Tidak Langsung 335.007.364.807 376.975.856.529 433.524.084.779 890.020.875 202,456,677,586 0,14

b.1.1 Belanja pegawai 273.772.688.710 307.230.782.679 351.613.743.633 777.800.000 185,647,956,561

b.1.2 Bunga 0 0 0 0 0

b.1.3 Subsidi 0 0 0 0 0

b.1.4 Hibah 31.443.969.650 34.601.621.350 51.241.967.746 0 0

b.1.5 Bantuan sosial 7.601.192.000 9.393.522.000 3.663.300.000 0 2,663,427,700

b.1.6 Belanja bagi hasil 491.283.000 545.968.800 458.036.800 0 220,729,500

b.1.7 Bantuan keuangan 20.980.023.800 24.817.940.700 25.967.378.600 0 13,371,638,100

b.1.8 Belanja tidak terduga 718.207.647 386.021.000 579.658.000 112.220.875 552,925,725

b.2 Belanja Langsung 281.167.052.432 305.934.770.487 303.890.699.320 10.088.390.900 121,113,430,220 0,04

b.2.1 Belanja pegawai 19.802.915.037 36.282.050.671 24.481.516.599 850.170.000 10,447,918,000

b.2.2 Belanja barang dan jasa 83.549.093.659 107.434.964.502 104.920.696.955 6.955.339.400 41,036,386,620

b.2.3 Belanja modal 177.815.043.736 162.217.755.313 174.488.485.766 2.282.881.500 69,629,125,600

C Pembiayaan (c1 - c2) 61.601.284.365 35.275.409.340 40.924.716.754 0 (300,000,000) -0,13

c.1 Pembiayaan Daerah 63.758.238.193 37.837.365.858 42.447.398.119 0 200,000,000 -0,14

c.1.1 Penerimaan Pembiayaan Daerah 63.758.238.193 37.837.365.858 42.447.398.119 0 200,000,000

c.1.2 Pinjaman Daerah 0 0 0 0 0

c.2 Pengeluaran Pembiayaan Daerah 2.156.953.828 2.561.956.517 1.522.681.365 0 500,000,000 -0,11

c.2.1 Penyertaan Modal (Investasi) PEMDA 2.156.953.828 2.561.956.517 1.522.681.365 0 500,000,000

c.2.2 Pembayaran Pokok Utang 0 0 0 0 0

c.2.3 Pemberian Pinjaman Daerah 0 0 0 0 0

Surplus/Defisit Anggaran 37.837.365.858 42.447.398.119 60.275.378.342 0 0 Sumber : APBD Kabupaten Pesisir Barat tahun 2013

*Sumber : Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kabupaten Lampung Barat Tahun Anggaran 2010-2012 ** Rencana APBD Kabupaten Pesisir Barat 2014

Sementara itu dari sisi pendanaan melalui sub sector sanitasi di Kabupaten Pesisir Barat dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 2.6 dan tabel 2.7 berikut ini :

Tabel 2.6 : Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2010 - 2014

No SKPD Tahun pertumbRata2

*

2010* 2011* 2012* 2013 2014**

1 Dinas Pekerjaan Umum 784.091.000 1.856.876.000 1.905.668.000 - 6.174.500.000 0,70

1.a Investasi – Air limbah dan Drainase 784.091.000 1.856.876.000 1.905.668.000 - 5.582.000.000 0,70

1.b operasional/pemeliharaan (OM) - - - - 592.500.000

2 KLH 416.709.000 647.345.000 1.110.510.500 30.000.000 330.109.000 0,63

2.a Investasi – Persampahan 416.709.000 647.345.000 1.110.510.500 - 330.109.000 0,63

2.b operasional/pemeliharaan (OM) - - - 30.000.000 -

3 Dinkes 149.732.000 202.600.000 100.000.000 27.000.000 154.331.200 -0,08

3.a Investasi - PHBS 149.732.000 202.600.000 100.000.000 27000.000 154.331.200 -0,08

3.b operasional/pemeliharaan (OM) - - - - -

4 Bappeda 279.730.000

4.a Investasi - Drainase - - - - 279.730.000

4.b operasional/pemeliharaan (OM) - - - - -

(10)

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 10 9 Pendanaan investasi sanitasi Total (1a+2a+3a+…na) 1.350.532.000 2.706.821.000 3.116.178.500 27.000.000 6.066.440.200 0.58

10 Pendanaan OM (1b+2b+3b+…nb) - - - 30.000.000 592.500.000 -

11 Belanja Langsung 281.167.052.432 305.934.770.486 303.890.699.320 10.088.390.900 121.113.430.220 0.04

12 Proporsi Belanja Sanitasi – Belanja Langsung(8/11) 0,005 0,009 0,010 0,006 0.057 0.50

13 Proporsi Investasi Sanitasi – Total Belanja Sanitasi (9/8) 1,00 1,00 1,00 0,47 0.87 14 Proporsi OM Sanitasi – Total Belanja Sanitasi (10/8) 0 0 0 0,53 0.09

Sumber : APBD Kabupaten Pesisir Barat tahun 2013, diolah

*) Sumber : APBD Kabupaten Lampung Barat tahun 2010-2012, diolah **) Rencana APBD Kabupaten Pesisir Barat 2014

Tabel 2.7 : Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2010-2014

No U r a i a n Belanja Sanitasi (Rp.) pertumb* Rata2

2010* 2011* 2012* 2013 2014** 1 Belanja Sanitasi (1.1+1.2+1.3+1.4) 1,350,532,000 2,706,821,000 3,116,178,500 57.000.000 6,938,670,200 0,58 1.1 Air Limbah 784,091,000 974,040,000 1,105,668,000 - - 1.2 Persampahan 416,709,000 647,345,000 1,110,510,500 30.000.000 330,109,000 1.3 Drainase - 882,836,000 800,000,000 - 6,454,230,000 1.4 PHBS 149,732,000 202,600,000 100,000,000 27.000.000 154,331,200 2 Dana Alokasi Khusus (2.1+2.2+2.3) - - - - -

2.1 DAK Sanitasi - - - - -

2.2 DAK Lingkungan Hidup - - - - -

2.3 DAK Perumahan dan Permukiman - - - - -

3 Pinjaman/Hibah untuk Sanitasi - - - - - 4 Bantuan Keuangan Propinsi untuk Sanitasi - - - - - Belanja APBD Murni untuk

Sanitasi (1+2+3) 1,350,532,000 2,706,821,000 3,116,178,500 57.000.000 6,938,670,200 0,58 Total Belanja Langsung 281,167,052,432 305,934,770,486 303,890,699,320 10.088.390.900 121.113.430.220 0,04

% APBD murni terhadap Belanja

Langsung 0.48% 0.88% 1.03% 0,57% 5.73% 0,50

Sumber : APBD Kabupaten Pesisir Barat tahun 2013, diolah

*) Sumber : APBD Kabupaten Lampung Barat tahun 2010-2012, diolah **) Rencana APBD Kabupaten Pesisir Barat 2014

Dari table di atas dapat dilihat bahwa total belanja APBD untuk sanitasi di Kabupaten Pesisir Barat tahun 2013 sebesar Rp. 57.000.000,- sedangkan total belanja langsung sebesar Rp.10.088.390.900,-, sehingga prosentase APBD murni terhadap Belanja Langsung sebesar 0.57%.

Khusus untuk perhitungan rata-rata pertumbuhan belanja APBD untuk sanitasi terhadap belanja langsung menggunakan perhitungan pendanaan sanitasi Kabupaten Lampung Barat yang bersumber dari APBD Kabupaten Lampung Barat tahun 2010-2012 sebesar 0,50%.

(11)

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 11

No D e s k r i p s i Belanja Sanitasi (Rp.) Rata-rata*

2010* 2011* 2012* 2013 2014**

1 Total Belanja Sanitasi Kabupaten 1.350.532.000 2.706.821.000 3.116.178.500 57.000.000 6,938,670,200 2.391.177.167

2 Jumlah Penduduk 120.951 143.109 145.763 151.911 163,493 136.608

Belanja Sanitasi

Perkapita (1/2) 11.166 18.914 21.378 375 42,440 17.153 Sumber : APBD Kabupaten Pesisir Barat tahun 2013, diolah

*) Sumber : APBD Kabupaten Lampung Barat tahun 2010-2012, diolah **) Rencana APBD Kabupaten Pesisir Barat 2014

Tabel 2.9 : Realisasi dan Potensi retribusi Sanitasi per Kapita*

No SKPD Retribusi Sanitasi Tahun (Rp.) Pertumbuhan (%)

2010 2011 2012 2013 2014

1 Retribusi Air Limbah

1.a Realisasi retribusi

1.b Potensi retribusi

2 Retribusi Sampah

2.a Realisasi retribusi

2.a Potensi retribusi

3 Retribusi Drainase

3.a Realisasi retribusi

3.b Potensi retribusi

4 Total Realisasi Retribusi Sanitasi (1a+2a+3a) 5 Total Potensi Retribusi Sanitasi (1b+2b+3b) 6 Proporsi Total Realisasi – Potensi Retribusi Sanitasi (4/5)

*) Data tidak tersedia

Untuk pendapatan retribusi dari sector sanitasi di Kabupaten Pesisir Barat saat ini belum ada. Sehingga untuk perhitungan realisasi dan potensi retribusi Kabupaten Pesisir Barat tidak dapat dilihat hasil nilai pertumbuhannya.

Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan dibidang ekonomi, dapat dilihat dari pertumbuhan angka produk domestik regional bruto (PDRB). Saat ini pertumbuhan angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Pesisir Barat belum tersedia.

(12)

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 12 No D e s k r i p s i Retribusi Sanitasi Tahun (Rp.) Pertumbuhan (%)

2010 2011 2012 2013 2014

1 PDRB harga Konstan (struktur perekonomian) (Rp.)

2 Pendapatan Perkapita Kabupaten (Rp.)

3 Pertumbuhan Ekonomi (%)

*) Data tidak tersedia

2.4. Tata Ruang Wilayah

Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan system jaringan prasarana dn sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional. Sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.

Sehubungan dengan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pesisir Barat, maka dokumen RTRW dapat menjadi bahan acun untuk mnetahui kondisi fisik wilayah secara spasial dan rencana struktur dan pola ruang wilayah. Sebagai Daerah Otonomi Baru (DOB), untuk kebijakan penataan ruang kabupaten Pesisir Barat masih mengacu pada kebijakan penataan ruang Kabupaten Lampung Barat.

A. Rencana Struktur Ruang

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan kerangka tata ruang wilayah kabupaten yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarki satu sama lain dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten terutama jaringan transportasi. Persoalan mendasar yang dihadapi oleh Lampung Barat adalah semakin sempitnya luas kawasan budidaya yang diringi dengan menurunnya rasio ketersediaan lahan pertanian untuk tiap-tiap keluarga. Hal ini akan menimbulkan perosalan besar dikemudian hari terutama penurunan kesejahteraan masyarakat dan penurunan kualitas lingkungan. Pada sisi lain juga terdapat persoalan rendahnya kapasitas listrik yang tersedia dan kinerja jaringan irigasi yang belum memadai.

Berdasarkan hal tersebut, maka rencana struktur ruang Kabupaten Lampung Barat dirumuskan sebagai berikut:

(13)

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 13

Secara garis besar rencana sistem perkotaan wilayah Kabupaten Lampung Barat dirumuskan berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu :

a. Tujuan dasar penataan ruang adalah agar tercipta sistem ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Bila dijabarkan lebih lanjut pengertian produktif dan bekerlanjutan dalam konteks struktur ruang dimaknai sebagai suatu sistem dan hubungan fungsional antar pusat perkotaan yang efektif, efisien, mendorong peningkatan potensi masing-masing pusat (kawasan) secara berkelanjutan dengan tetap menjaga keseimbangan alam.

b. Kondisi objektif hirarki pusat-pusat permukiman eksisting dan RUTR Kabupaten Lampung Barat tahun 2004, kebijakan penataan ruang nasional dan provinsi yang menempatkan Kota Liwa sebagai PKW, dan Fajar Bulan sebagai PKL.

c. Salah satu peranan rencana penataan ruang adalah untuk menciptakan keseimbangan pembangunan antar wilayah (kecamatan) dan sekaligus mengantisipasi pertumbuhan pembangunan yang terkonsentrasi pada pusat kota (ibukota kabupaten) atau pada kawasan tertentu saja. Hal ini juga berkenaan dengan penciptaan sistem pusat-pusat kota yang berjenjang sehingga terbangun suatu sistem perkotaan yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, terdapat pusat-pusat permukiman yang perlu didorong pertumbuhannya dan ada pula yang hanya cukup dikendalikan sesuai potensinya, bahkan mungkin dibatasi. Untuk sistem pusat perkotaan Lampung Barat, pusat-pusat perkotaan yang perlu didorong atapun dikendalikan pertumbuhannya adalah :

 Mutaralam; adalah ibukota kecamatan Way Tenong dimana Fajar Bulan merupakan menjadi salah satu pekon (desa) dalam wilayah tersebut. Namun kawasan perkotaan wiliayah kecamatan ini adalah Fajar Bulan dan Mutaralam merupakan pekon yang menjadi IKK dimana kantor camat bertempat. Secara keruangan Mutaralam sudah menjadi satu kesatuan kawasan perkotaan dengan Fajar Bulan. Oleh karena itu dalam rencana pusat-pusat permukiman Mutaralam tidak perlu dimunculkan sebagai pusat pelayanan tersendiri.

 Kenali; dalam sistem pusat-pusat perkotaan eksisting IKK ini berada pada hirarki yang rendah, namun mengingat letaknya yang sentris dan strategis, maka untuk menciptakan tingkat pelayanan yang optimal maka Kenali diarahkan sebagai Pusat Pelayanan Kawasan yang akan melayani PPL Pekon Balak dan Pampangan.

 Buay Nyerupa; adalah salah satu pusat permukiman yang bertumbuh cukup baik dengan kelengkapan fasilitas sosial yang memadai sehingga kedepan diperkirakan akan dapat bertumbuh secara mandiri dibanding IKK lainnya. Hal ini terjadi karena

(14)

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 14

jalur Liwa-Buay Nyerupa-Simpang Sender (OKU Selatan) merupakan jalur yang volume lalu lintasnya relatif tinggi. Oleh karena itu perkembangannya hanya perlu diarahkan untuk melayani pekon-pekon dibawah wilayah administrasinya atau dengan kedudukan sebagai PPL saja.

 Sumber Agung dan Sri Mulyo; pada dasarnya adalah kawasan pertanian pangan yang subur dengan areal sawah terluas di Kabupaten Lampung Barat. Di kecamatan ini terdapat potensi panas bumi (geothermal, potensi 430 MW) yang akan dimanfaatkan sebagai sumber listrik regional (PLTP) yang sedang disiapkan rencana pembangunannya. Namun pada sisi lain kecamatan ini berada pada suatu cekungan besar (berbentuk kuali) dengan luas terbatas serta jumlah penduduk yang tinggi dibanding kecamatan lain. Bila kegiatan pembangunan dan pemanfaatan panas bumi sudah berjalan serta terbangunnya jalan ke arah Liwa melewati Pekon Balak, diperkirakan Suoh akan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat. Untuk itu pertumbuhan kawasan ini perlu dikendalikan dengan tetap mengoptimalkan daya layannya secara regional (lintas kabupaten)

d. Untuk mendukung kebijakan dan komitmen Pemerintah Kabupaten Lampung Barat sebagai kabupaten konservasi, maka kawasan enclave Suoh, Kecamatan Pagar Dewa, Kecamatan Sumberjaya, Kecamatan Kebun Tebu, Kecamatan Gedung Surian dan Air Hitam perkembangannnya dikendalikan sedemikian rupa sehingga mampu mendukung fungsi dan kelestarian TNBSS, dan Hutan Lindung

e. Pembangunan jaringan jalan juga dibatasi sedemikian rupa tanpa mengurangi aksesibilitas antar pusat-pusat permukiman demi menjaga kualitas dan kelestarian TNBBS, hutan lindung dan cagar alam laut.

f. Untuk mendukung kegiatan pariwisata, mitigasi bencana, mobilisasi hasil produksi laut, pertanian, perkebunan dan kehutanan serta komoditas unggulan lainnya perlu dilakukan percepatan pembangunan prasarana transportasi udara dan laut.

Berdasarkan pertimbangan di atas, struktur rencana sistem perkotaan di wilayah Kabupaten Lampung Barat sesuai RTRW dibagi menjadi 1 PKW, 2 PKL, 4 PPK dan 18 PPL dengan fungsi utama adalah sebagaimana yang terlihat di bawah ini.

Tabel Rencana Sistem Perkotaan Kabupaten Lampung Barat Tahun 2030

No Ibukota Kecamatan/Kabupaten Hirarki Fungsi Fungsi Utama

1 Kota Liwa PKW

Pemerintahan

(15)

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 15

No Ibukota Kecamatan/Kabupaten Hirarki Fungsi Fungsi Utama

Pendidikan

Kesehatan

Kebudayaan

Pariwisata

2 Krui PKL

Perikanan laut

Pertanian lahan kering dan basah

Perdagangan dan jasa

Pariwisata bahari

Kehutanan

3 Fajar Bulan* PKL

Pusat Agropolitan

4 Sumber Agung PPK

Pusat pengembangan energi alternatif

Pertanian sawah

Perkebunan

Peternakan Ternak Kecil

5 Kenali PPK

Pusat Pertanian Hortikultura

Perkebunan Kopi

Peternakan Ternak Kecil

6 Kuripan PPK

Perikanan Laut

Pertanian Sawah

Kehutanan

Peternakan ternak besar

Peternakan Ternak Kecil

7 Kota Jawa PPK

Pelabuhan Perikanan

Perikanan Laut

Perkebunan

Kehutanan

pengembangan energi alternatif

8 Tugusari PPL

Perkebunan Kopi

Wisata Alam

Pertanian Sawah

Perikanan

Penunjang Agropolitan

Peternakan unggas

9 Pampangan PPL

Pertanian Hortikultura

Perkebunan

Penunjang Agropolitan

Tanaman Hias

Peternakan Ternak Kecil

10 Gedung Surian PPL

Penunjang Agropolitan

Peternakan Ternak Kecil

11 Buay Nyerupa PPL

Pertanian Holtikultura & Buah-buahan

Pariwisata

Pertanian Sawah

12 Pardasuka PPL

Perikanan Laut

Kehutanan

(16)

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 16

No Ibukota Kecamatan/Kabupaten Hirarki Fungsi Fungsi Utama

13 Negeri Ratu Ngambur PPL

Kehutanan

Perikanan Laut

14 Biha PPL

Perikanan Laut

Pertanian Sawah

Kehutanan

Pariwisata

Industri (Agroindustri)

Peternakan ternak besar

15 Kebuayan PPL

Perikanan Laut

Pertanian Sawah

Kehutanan

Peternakan unggas

pengembangan energi alternatif

16 Pekon Balak PPL

Penunjang Agropolitan

Perkebunan

17 Lemong PPL

Perikanan Laut

Pertanian Sawah

Kehutanan

pengembangan energi alternatif

18 Pura Jaya PPL

Perkebunan Kopi

Wisata Sejarah

Pertanian Sawah

Perikanan

Penunjang Agropolitan

Peternakan unggas

19 Semarang Jaya PPL

Perkebunan Kopi

Pertanian Sawah

Perikanan

Penunjang Agropolitan

20 Basungan PPL

Perkebunan Kopi

Penunjang Agropolitan

Peternakan Ternak Kecil

pengembangan energi alternatif

21 Bakhu PPL

Perkebunan Kopi

22 Sri Mulyo PPL

Pengembangan energi alternatif

Pertanian sawah

Perkebunan

Peternakan Ternak Kecil

23 Lumbok PPL

Pertanian Holtikultura & Buah-buahan

Pariwisata

Pertanian Sawah

pengembangan energi alternatif

24 Gunung Kemala PPL

Perikanan laut

Pertanian lahan kering dan basah

Pariwisata bahari

(17)

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 17

No Ibukota Kecamatan/Kabupaten Hirarki Fungsi Fungsi Utama

25 Way Napal PPL

Perikanan laut

Pertanian lahan kering dan basah

Pariwisata bahari

Kehutanan Sumber : Analisis Tim RTRW Kabupaten Lampung Barat, 2009 Keterangan : * Bukan ibukota kecamatan

2. Rencana Pengembangan Sistem Sumber Daya Air

Secara umum air dimanfaatkan untuk sumber energi (PLTA, PLTMH), irigasi, industri dan rumah tangga. Sampai saat ini pemanfaatan air di Lampung Barat adalah:

a) Irigasi; daerah Irigasi Teknis seluas 4.032 Ha dan Irigasi Desa seluas 14.561,93 Ha yang tersebar di kawasan pesisir dan perbukitan (Sekincau, Belalau, Sukau, Sumber Jaya, Way Tenong, Gedung Surian, Suoh dan kawasan pesisir)

b) PLTA Way Besai yang sumber airnya berada di wilayah Lampung Barat dan PLTMH yang tersebar di Kawasan Sekincau, Belalau, Sumber Jaya dan Suoh, baik yang dibangun secara swadaya maupun dibantu oleh pemerinah.

c) PDAM; terdapat 16 instalasi PAM yang terdapat di kawasan Liwa, Padang Cahya, Padang Dalom, Krui, Way Petai, Tebu, Giham, Sekincau, Fajar Bulan, Kenali, Sukabumi, Suoh, Sukau 1, Sukau 2, Karya Penggawa dan Pugung Tampak dengan total produksi 1,2 juta kubik pada tahun 2009.

Rencana pengembangan sumber daya air ke depan untuk Lampung Barat adalah sebagai berikut :

1) Rencana pengembangan prasarana sumber daya air meliputi konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.

2) Pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai, danau serta sumber air lainnya, antara lain embung/bendungan, waduk, dan bangunan penampung air lainnya untuk penyediaan air baku di seluruh kecamatan terutama di Suoh

3) Peningkatan dan pemeliharaan sumberdaya air yang berskala regional guna menjaga kelestarian lingkungan dilakukan pada seluruh sungai yang berhulu di TNBBS, seperti Way Besai, Way Umpu, Way Semangka, Way Sekampung, Way Seputih, Way Tulang Bawang dan Way Mesuji

(18)

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 18

4) Peningkatan pengairan irigasi teknis yaitu di Sumber Jaya, Way Tenong, Sukau, Balik Bukit,

5) Pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi yang tersebar di seluruh kecamatan di Lampung Barat.

6) Pembangunan prasarana pengendalian banjir di Suoh, Sukau

7) Pengembangan dan rehabilitasi area rawa dilakukan di kecamatan Suoh dan Bandar Negeri Suoh untuk kepentingan pertanian tanaman pangan

8) Pemanfaatan sumber daya air baku untuk keperluan air minum (PAM) terutama untuk kawasan perkotaan seperti Liwa, Fajar Bulan, Kenali, dan Sumber Agung

3. Rencana Sistem Pengelolaan Sampah

Rencana pengelolaan sampah untuk wilayah Kabupaten Lampung Barat dibedakan menjadi 2 kawasan penanganan, yaitu kawasan Perkotaan Liwa dan kawasan pertanian/perkebunan Way Tenong dan sekitarnya. Namun untuk TPST direkomendasikan 3 unit, yaitu untuk kawasan Way Tenong (di Sumber Jaya), Balik Bukit, dan Suoh. Hal ini terkait dengan efisiensi transportasi dan karakteristik kawasan cukup berbeda.

Secara garis besar pengelolaan sampah dapat di rinci seperti ini :

a) Pemilahan : dari sumber/asal sampah telah dilakukan pemisahan antara sampah organik dengan sampah anorganik sebelum dibuang ke tempat pembuangan sampah sementara (TPS);

b) Pengolahan : dilakukan pengomposan untuk sampah organik dan dilakukan prinsip 3R (reduce, reuse dan recycle) untuk penanganan sampah anorganik.

c) Pengumpulan : sampah dari produsen (rumah tangga) diangkut ke tempat pengumpulan sementara (TPS) dengan menggunakan gerobak dorong/ tarik, truk, motor gerobak;

d) Pengangkutan : dari TPS diangkat dengan truk menuju Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)

e) Pembuangan akhir : sampah dari TPS dikumpulkan dan di bawa ke TPST, di mana nantinya sampah-sampah organik akan di olah menjadi kompos, briket dan gas metan (bahan bakar) serta bahan bangunan. Secara teknis pengolahan sampah dilakukan dengan pendekatan sanitary landfill.

(19)

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 19

B. Rencana Pola Ruang

1. Kawasan Perlindungan Setempat

Diseluruh wilayah Provinsi Lampung, Kabupaten Lampung Barat merupakan wilayah dengan daerah aliran sungai (DAS) terbanyak. Terdapat 60 sungai besar yang sebagian besar bermuara ke Samudera Hindia dan lainnya ke Laut Cina dan melintasi sebagian besar wilayah Provinsi Lampung. Artinya sebagian besar kebutuhan air baku Provinsi Lampung sangat tergantung dari keberadaan kawasan lindung di wilayah Lampung Barat. Pada sisi lain keseimbangan neraca air dan kualitas iklim regional, khususnya di wilayah Provinsi Lampung sangat tergantung dari keberadaan TNBBS dan hutan lindung di Lampung Barat.

Hal penting lain terkait dengan kawasan lindung ini, adalah keberlanjutan dari luas dan produktivitas pertanian sawah, rencana pembangunan PLTP Suoh-Sekincau, keberlanjutan dari pemanfaatan aliran sungai (debit) untuk PLTMH serta pengendalian banjir. Diantara upaya yang dapat dilakukan untuk memulihkan kawasan lindung setempat adalah dengan menetapkan garis sempadan sungai (GSS), garis sempadan danau (Danau Ranau), catchment area (kawasan sekitar mata air dan hulu sungai) dan garis sempada pantai. 2. Kawasan Rawan Bencana

Kawasan Rawan Bencana Longsor; Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material yang bergerak ke bawah atau keluar lereng. Tanah longsor adalah suatu jenis gerakan tanah, umumnya gerakan tanah yang terjadi adalah longsor bahan rombakan (debris avalanches) dan nendatan (slumps/rotational slides). Gaya-gaya gravitasi dan rembesan (seepage) merupakan penyebab utama ketidakstabilan (instability) pada lereng alami maupun lereng yang di bentuk dengan cara penggalian atau penimbunan. Dari seluruh kecamatan yang ada hanya Gedung Surian saja yang relatif tidak terdapat kawasan rawan longsor. Artinya lebih dari 62,48 % dari luas kawasan Kabupaten Lampung Barat merupakan kawasan rawan longsor.

Kawasan Rawan Banjir; Secara alamiah, pada umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan di atas normal, sehingga sistim pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah serta sistem saluran drainase dan kanal penampung banjir buatan tidak mampu menampung akumulasi air hujan sehingga meluap. Kemampuan/daya tampung sistem pengaliran air berkurang akibat sedimentasi, maupun penyempitan sungai akibat fenomena alam dan manusia. Penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan

(20)

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 20

(catchment area) juga menyebabkan peningkatan debit banjir karena debit/pasokan air yang masuk ke dalam sistem pengaliran air menjadi tinggi sehingga melampaui kapasitas pengaliran dan menjadi pemicu terjadinya erosi pada lahan curam yang menyebabkan terjadinya sedimentasi di sistem pengaliran air dan wadah air lainnya. Disamping itu berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi atas meningkatnya debit banjir.

Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi; Berdasarkan Peta Seismotektonik Indonesia, secara regional Wilayah Kabupaten Lampung Barat terletak pada Zona Sumber Gempa bumi Samudera Indonesia. Lajur penunjaman (Palung Samudera Indonesia) yang terletak di sebelah barat wilayah Lampung Barat menjadikan wilayah ini rawan bencana gempa bumi. Pola struktur di wilayah Kabupaten Lampung Barat yang berarah tenggara-baratlaut dan timur laut-barat daya sangat berpotensi menjadi zona lemah. Untuk itu zona sepanjang patahan-patahan dalam sistem ini harus diwaspadai sebagai daerah bahaya gempabumi merusak. Kondisi geologi wilayah Kabupaten Lampung Barat merupakan salahsatu variabel utama dalam menentukan tingkat kerawanan bencana di wilayah ini

Table Cakupan Kecamatan dan Jumlah Desa Rawan Bencana di Pesisir Barat

No. Nama Kecamatan Jenis Kerawanan Bencana & Jumlah Desa

Banjir Gempa Longsor Tsunami

4 Bengkunat 11 15 15 15 5 Bengkunat Belimbing - - - - 7 Karya Penggawa 1 1 10 4 8 Lemong - 11 11 11 9 Ngambur - - - - 10 Pesisir Selatan 8 - 9 10 11 Pesisir Tengah 13 - 17 16 12 Pesisir Utara - - 10 - Jumlah 33 27 72 56

Sumber : Kajian & Pemetaan Kawasan Rawan Bencana di Lampung Barat 2007

3. Kawasan Permukiman

Permukiman Perkotaan; mencermati perkembangan kawasan dan kebijakan penataan ruang nasional dan provinsi, pertumbuhan kawasan perkotaan di Lampung Barat maka Liwa dan Fajar Bulan akan mempunyai ciri kawasan permukiman perkotaan pada kawasan perbukitan dan setiap saat menghadapi potensi bahaya gempa dan longsor. Sementara Krui adalah kawasan permukiman pantai yang juga potensial terkena bahaya tsunami. Walaupun hasil kajian menginformasikan bahwa bahaya Tsunami bersiklus 500 tahun sekali, mitigasi gempa dan tsunami tetap menjadi bagian tidak terpisahkan dalam perencanaan tata ruang wilayah ini. Secara fungsional Kota Liwa adalah sebagai pusat

(21)

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 21

pemerintahan, perdagangan dan jasa, pendidikan, kesehatan dan budaya. Krui sebagai kawasan perkotaan pesisir dengan fungsi utama kegiatan berbasis laut dan Fajar Bulan akan menjadi pusat kegiatan agropolitan.

Permukiman Perdesaan; Umumnya ciri permukiman perdesaan adalah berupa bangunan rumah tradisional, umumnya berkondisi semi permanen, KDB rendah, MCK diluar rumah dan sebagian besar menggunakan sumur (air tanah) sebagai sumber air minum dan belum mendapat aliran listrik. Ciri permukiman bersifat mengelompok dan tersebar secara sporadis. Memperhatikan kondisi faktual lapangan pola pembangunan permukiman di Lampung Barat umumnya membentuk pola pita (ribbon) memanjang mengikuti pola perkembangan pembangunan jalan. Hal ini mudah dilihat, terutama antara Fajar Bulan sampai ke Liwa yang merupakan konsentrasi utama permukiman penduduk di Lampung Barat. Pembangunan permukiman perdesaan di Lampung Barat memang belum padat dan menimbulkan masalah. Hanya saja perlu dikuatkan keyakinan masyarakat bahwa rumah panggung yang ada saat ini adalah rumah tahan gempa dan sesuai untuk daerah tropis. Selanjutnya pola pembangunan permukiman dikembangkan sedemikian rupa sehingga aman, efektif, efisien dan sehat serta tersedia fasilitas umum/sosial yang menjadi kebutuhan masyarakat lokal.

Untuk lebih jelas tentang rencana pola ruang dan rencana struktur ruang Kabupaten Lampung Barat dapat dilihat pada peta 2.3 dan peta 2.4 berikut ini :

(22)

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 22

Peta 2.3 : Rencana struktur ruang Kabupaten (Ukuran A3 terlampir)

(23)

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 23

Peta 2.4 : Rencana pola ruang Kabupaten (Ukuran A3 terlampir)

(24)

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 24

2.5. Sosial dan Budaya

Untuk kondisi pendidikan di kabupaten Pesisir Barat berdasarkan data dari Pesisir Barat Dalam Angka tahun 2014 jumlah Sekolah Dasar (SD) terdapat 109 buah yang tersebar di seluruh kecamatan. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) berjumlah 31 buah, Sekolah Manengah Atas (SMA) berjumlah 13 buah. Sedangkan untuk sekolah keagamaan Madrasah Ibtidaiyah (MI) berjumlah 26 buah dan Madrasah Aliyah (MA) berjumlah 8 buah.

Kondisi Pendidikan dikabupaten Pesisir Barat dapat dilihat pada tabel 2.11 berikut ini :

Tabel 2.11 : Fasilitas pendidikan yang tersedia di Kabupaten Pesisir Barat

Nama Kecamatan

Jumlah Sarana Pendidikan

Umum Agama SD SLTP SMA SMK MI MTs MA Bengkunat Belimbing 12 5 1 * 6 * 1 Bengkunat 5 2 1 * 2 * - Ngambur 10 4 2 * 8 * 1 Pesisir Selatan 17 5 1 * 6 * 1 Krui Selatan 8 1 - * - * 1 Pesisir Tengah 11 3 5 * 2 * 2 Way Krui 5 1 - * - * - Karya Penggawa 11 1 1 * - * 1 Pesisir Utara 14 3 1 * - * 1 Lemong 16 6 1 * 2 * - Pulau Pisang * * * * * * *

*) Data masih bergabung dengan Kabupaten Induk Sumber : Kab. Pesisir Barat Dalam Angka tahun 2013

Kondisi penduduk miskin dilihat dari Jumlah Kepala Keluarga (KK) di kabupaten Pesisir Barat berdasarkan data dari Dinas Kesehatan tahun 2014 yang terbesar adalah kecamatan Bengkunat Blimbing dengan jumlah penduduk miskin 1.571 kk, sedangkan yang penduduk miskin yang terkecil adalah kecamatan Pulau Pisang dengan jumlah penduduk miskin 120 kk.

Untuk lebih jelasnya tentang kondisi penduduk miskin per kecamatan dilihat dari jumlah kepala keluarga yang terdapat di kabupaten Pesisir Baat dapat dilihat pada tabel 2.12 berikut ini :

(25)

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 25

Tabel 2.12 : Jumlah penduduk miskin per kecamatan

Nama Kecamatan Jumlah Keluarga Miskin

Bengkunat Belimbing 1.571 Bengkunat 374 Ngambur 1.260 Pesisir Selatan 1.000 Krui Selatan 581 Pesisir Tengah 887 Way Krui 686 Karya Penggawa 468 Pesisir Utara 633 Lemong 1.432 Pulau Pisang 120

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Pesisir Barat tahun 2014

Untuk sebaran bangunan rumah di kabupaten Pesisir Barat berdasarkan data yang diambil dari Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Barat tahun 2014 kecamatan yang memiliki jumlah rumah paling banyak adalah kecamatan Pesisir Tengah sebanyak 5.563 rumah dan paling sedikit adalah kecamatan Pulau Pisang sebanyak 429 buah rumah. Kondisi jumlah rumah per kecamatan di Kabupaten Pesisir Barat dapat dilihat pada tabel 2.13 berikut ini :

Tabel 2.13 : Jumlah rumah per Kecamatan

Nama Kecamatan Jumlah Rumah

Bengkunat Belimbing 5.338 Bengkunat 2.466 Ngambur 4.344 Pesisir Selatan 5.563 Krui Selatan 783 Pesisir Tengah 7.217 Way Krui 826 Karya Penggawa 1.445 Pesisir Utara 2.556 Lemong 3.229 Pulau Pisang 429

(26)

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 26

2.6. Kelembagan Pemerintahan Daerah

Bagan Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Pesisir Barat

PLT BUPATI DPRD SEKRETARIAT DPRD SEKRETARIAT DAERAH STAF AHLI - Pemerintahan - Pembangunan - Ekonomi & Keuangan Asisten Bidang Pemerintahan & Kesejahteraan Rakyat - Bagian Tata Pemerintahan

- Bagian Hukum dan Organisasi

- Bagian Kesejahteraan Rakyat

Asisten Bidang Administrasi Umum - Bagian Umum

- Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol

KELURAHAN KECAMATAN

Dinas Daerah - Dinas Pendidikan

- Dinas Kesehatan

- Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi - Dinas PU

- Dinas Perhubungan dan Kominfo - Dinas Pertambangan dan Energi - Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

- Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Pasar

- Dinas Pertanian

Lembaga Teknis Daerah - Inspektorat Kabupaten

- Badan Perencanaan Pembangunan Daerah - Badan Pemberdayaan Masyarakat & Pemerintah

Pekon

- Badan Kepegawaian Daerah

- Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

- Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan

- Badan Penanggulangan Bencana Daerah - Badan Penyuluh Pertanian, Perkebunan,

Peternakan dan Kehutanan

- Kantor Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat

- Kantor Perpustakaan Dokumentasi dan Arsip Daerah

- Kantor Rumah Sakit Umum Daerah - Kantor Ketahanan Pangan

Asisten Bidang Ekonomi , Keuangan &Pembangunan -Bagian Perekonomian -Bagian Pembangunan SAT POL PP

(27)

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 27

Bagan Struktur Organisasi SKPD Yang Mempunyai Tupoksi Pembangunan Sanitasi Di Kabupaten Pesisir Barat

Pada awalnya Penataan perangkat Daerah Kabupaten Pesisir Barat menggunakan pola minimal yang pada prinsipnya mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741). Organisasi perangkat daerah Kabupaten dibentuk berdasarkan pertimbangan antara lain; kewenangan pemerintah yang dimiliki oleh daerah Kabupaten, kemampuan keuangan daerah, ketersediaan sumberdaya aparatur, serta pengembangan pola kerjasama antar daerah dan atau dengan pihak ketiga.

Berdasarkan hal tersebut, sesuai dengan tugas dan kewenangan Penjabat Bupati Pesisir Barat yang salah satu tugas pokoknya adalah mempersiapkan struktur dan mekanisme pemerintahan daerah dan sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 138/2051/SJ/ tanggal 31 Agustus 2007, tentang Pedoman Pelaksanaan Undang-undang tentang Pembentukan Kabupaten/kota, maka pembentukan struktur Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat

Mandat Tupoksi Langsung

(Stakeholder Utama) Langsung (Stakeholder Mitra) Mandat Tupoksi Tidak Plt BUPATI DINAS PU, PERTAMBANGA N DAN ENERGI Bidang Cipta Karya DINAS KESEHATAN Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup, kebersihan dan Pertamanan Bidang Pengendalia n Pencemaran Lingkungan DINAS PENDIDIKAN Bidang Sarana dan Prasarana BAPPEDA - Bidang Fisik dan Prasarana - Bidang Sosial Budaya KANTOR LINGKUNGAN HIDUP Bidang Kebersihan BAGIAN HUMAS DAN PROTOKOL SEKRETARIAT DAERAH Sub Bagian Humas Badan PEMBERDA YAAN MASYA RAKAT DAN PEMERINTAH AN PEKON Bidang Pengemban gan desa dan Teknologi Tepat Guna

(28)

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 28

menggunakan pola minimal dan bersifat ramping, yang kemudian ditetapkan dengan Peraturan Penjabat Bupati Pesisir Barat Nomor : 01 Tahun 2013 tentang Pembentukan, Organisasi dan tata kerja Perangkat Daerah Kabupaten Pesisir Barat.

Saat ini penyusunan Organisasi Tata Kerja terbaru di lingkungan Kabupaten Pesisir Barat telah berdasarkan kepada Peraturan Penjabat Bupati Pesisir Barat Nomor 06 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Bupati Pesisir Barat Nomor 01 Tahun 2013 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Pesisir Barat.

A. SEKRETARIAT DAERAH

Berdasarkan Peraturan Penjabat Bupati Pesisir Barat Nomor Nomor 06 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Bupati Pesisir Barat Nomor 01 Tahun 2013 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Pesisir Barat,

Sekretariat Daerah merupakan unsur staf Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Daerah yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati. Sekretariat Daerah mempunyai tugas dan kewajiban membantu Bupati dalam menyusun kebijakan dan mengoordinasikan dinas daerah dan Lembaga Teknis Daerah.

Untuk menyelenggarakan tugas dan kewajiban, Sekretariat Daerah mempunyai fungsi : a. Penyusunan kebijakan pemerintah daerah;

b. Pengoordinasian pelaksanaan tugas dinas daerah dan lembaga teknis daerah; c. Pemantuan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah;

d. Pembinaan administrasi dan aparatur pemerintahan daerah; dan

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Susunan Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten terdiri dari:

a. Sekretaris Daerah Kabupaten.

b. Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, terdiri dari: 1. Bagian Tata Pemerintahan, membawahi:

i. Sub Bagian pemerintahan umum; ii. Sub Bagian Pertanahan; dan

iii. Sub Bagian Otonomi dan Pengembangan Daerah. 2. Bagian Hukum dan Organisasi, membawahi:

i. Sub Bagian Perundang-undangan;

(29)

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 29

iii. Sub Bagian Organisasi.

3. Bagian Kesejahteraan Rakyat, membawahi:

i. Sub Bagian Sosial dan Partisipasi Masyarakat; ii. Sub Bagian Agama, Pendidikan dan Kebudayaan; dan iii. Sub Bagian Pemuda dan Olahraga.

c. Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan, terdiri dari: 1. Bagian Perekonomian, membawahi:

i. Sub Bagian Administrasi Perekonomian;

ii. Sub Bagian Perekonomian dan Produk Daerah; dan iii. Sub Bagian Data dan Pelaporan Perekonomian. 2. Bagian Pembangunan, membawahi:

i. Sub Bagian Penyusunan Program; ii. Sub Bagian Sumber Daya Alam; dan

iii. Sub Bagian Data dan Pelaporan Pembangunan. d. Asisten Bidang Administrasi Umum, terdiri dari:

1. Bagian Umum, membawahi:

i. Sub Bagian Umum dan Rumah Tangga; ii. Sub Bagian Kepegawaian Sekretariat; dan iii. Sub Bagian Tata Usaha Keuangan Sekretariat. 2. Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol, membawahi:

i. Sub Bagian Tamu Pemda dan Upacara; ii. Sub Bagian Perjalanan Pimpinan; dan iii. Sub Bagian Hubungan Masyarakat.

e. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahlian dan keterampilannya.

B. ORGANISASI DINAS-DINAS DAERAH

Dinas Daerah adalah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

(1) Dinas Daerah mempunyai tugas melaksanakan unsur pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

(2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dinas Daerah mempunyai fungsi:

(30)

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 30

a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai dengan lingkup tugasnya;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya;

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan lingkup tugasnya; dan

e. Pengelolaan administratif.

1. DINAS PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA

Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga mempunyai tugas pokok menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang pendidikan, kebudayaan, pemuda dan olahraga berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan serta tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Bupati berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Untuk menyelenggarakan tugas pokok Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga mempunyai fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis bidang pendidikan, kebudayaan, pemuda dan olahraga; b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang pendidikan,

kebudayaan, pemuda dan olahraga;

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang pendidikan, kebudayaan, pemuda dan olahraga;

d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya; dan

e. pelaksanaan pelayanan administratif.

Susunan Organisasi Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga terdiri dari:

a. Kepala Dinas.

b. Sekretariat, membawahi:

i. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; ii. Sub Bagian Keuangan; dan

iii. Sub Bagian Perencanaan.

c. Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah, membawahi: i. Seksi TK/SD/MI ;

(31)

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 31

ii. Seksi Pendidikan menengah dan kejuruan; dan iii. Seksi Pendidikan luar Sekolah.

d. Bidang Pendidikan Khusus, Non Formal dan Informal, membawahi: i. Seksi Kurikulum;

ii. Seksi ketenagaan ; dan iii. Seksi Sarana dan Prasarana. e. Bidang Kebudayaan, membawahi:

i. Seksi Kebudayaan dan Tradisi;

ii. Seksi Sejarah, Kepurbakalaan dan Permusiuman; dan iii. Seksi Kesenian dan Perfilman.

f. Bidang Pemuda dan Olahraga, membawahi:

i. Seksi Pemberdayaan dan Pengembangan Pemuda;

ii. Seksi Peningkatan dan Pembinaan Prestasi Pemuda dan Olahraga; dan iii. Seksi Pembudayaan Olahraga.

g. Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD).

h. Kelompok Jabatan Fungsional, terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahlian dan keterampilannya.

2. DINAS KESEHATAN

Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan di bidang pelayanan kesehatan berdasarkan asas otonomi yang menjadi kewenangan dan tugas pembantuan yang diberikan pemerintah kepada Bupati serta tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Bupati berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Untuk menyelenggarakan tugas Dinas Kesehatan mempunyai fungsi:

a. Perumusan kebijakan bidang kesehatan;

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang

kesehatan;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang kesehatan;

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan

fungsinya; dan

e. Pelayanan administratif.

(32)

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 32

a. Kepala Dinas.

b. Sekretariat, membawahi:

i. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; ii. Sub Bagian Keuangan; dan

iii. Sub Bagian Perencanaan.

c. Bidang Pelayanan Kesehatan, membawahi:

i. Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan; dan ii. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat. d. Bidang Penangulangan Masalah Kesehatan, membawahi:

i. Seksi Pengendalian Penyakit; dan

ii. Seksi penyehatan Lingkungan dan Kesehatan Matra. e. Bidang Pemberdayaan Masyarakat Sehat, membawahi:

i. Seksi Promosi Kesehatan dan Kemitraan; dan ii. Seksi Jaminan Pembiayaan Kesehatan Masyarakat. f. Bidang Sumber Daya Manusia Kesehatan, membawahi:

i. Seksi Pengembangan SDM Kesehatan;

ii. Seksi Pengendalian Makanan, Minuman dan Matra; dan iii. Seksi Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

g. Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD).

3. DINAS PEKERJAAN UMUM, PERTAMBANGAN DAN ENERGI

Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan dan Energi mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum, pertambangan dan energi berdasarkan asas otonomi yang menjadi kewenangan dan tugas pembantuan yang diberikan pemerintah kepada Bupati serta tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Bupati berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan dan Energi mempunyai fungsi:

a. Perumusan kebijakan bidang pekerjaan umum, pertambangan dan energi;

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang pekerjaan umum, pertambangan dan energi;

(33)

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 33

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang pekerjaan umum, pertambangan dan energi;

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya; dan

e. Pelayanan administratif.

Susunan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan dan Energi, terdiri dari:

a. Kepala Dinas.

b. Sekretariat, membawahi:

i. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; ii. Sub Bagian Keuangan; dan

iii. Sub Bagian Perencanaan. c. Bidang Bina Marga, membawahi:

i. Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan; dan ii. Seksi Pengaturan dan Pemberdayaan Jasa Kontruksi.

d. Bidang Pengairan, Cipta Karya dan Tata Ruang, membawahi: i. Seksi Pengairan; dan

ii. Seksi Cipta Karya dan Penataan Ruang. e. Bidang Pertambangan dan Energi, membawahi:

i. Seksi Geologi;

ii. Seksi Pertambangan dan Migas; dan iii. Seksi Ketenagalistrikan.

f. Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD).

g. Kelompok Jabatan Fungsional, terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahlian dan keterampilannya.

C. LEMBAGA TEKNIS DAERAH

Lembaga Teknis Daerah adalah merupakan unsur pendukung tugas Kepala Daerah. Lembaga Teknis Daerah berbentuk Inspektorat dipimpin oleh Inspektur, berbentuk Badan dipimpin oleh Kepala Badan, berbentuk Kantor dipimpin oleh Kepala Kantor dan berbentuk Satuan dipimpin oleh Kepala Satuan yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah Kabupaten.

Lembaga Teknis Daerah mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik dan tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Bupati berdasarkan peraturan Perundang-undangan.

(34)

B U K U P U T I H S A N I T A S I ( B P S ) T A H U N 2 0 1 4 34

Untuk menyelenggarakan tugas Lembaga Teknis Daerah Kabupaten mempunyai fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;

b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan lingkup tugasnya;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya;

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya; dan

e. Pengelolaan administratif

1. BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah.

Untuk menyelenggarakan tugas, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, mempunyai fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis bidang perencanaan;

b. Pengoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan pembangunan daerah; d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas dan

fungsinya; dan

e. Pelayanan administratif.

Susunan Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, terdiri dari: a. Kepala Badan.

b. Sekretariat, membawahi:

i. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; ii. Sub Bagian Keuangan;

iii. Sub Bagian Perencanaan.

c. Bidang Perekonomian dan Pembangunan, membawahi: i. Sub Bidang Perekonomian; dan

ii. Sub Bidang Pembangunan. d. Bidang Pemerintahan, membawahi:

i. Sub Bidang Pemerintahan dan Hukum; dan ii. Sub Bidang Sosial Budaya.

Gambar

Tabel 2.1 : Daerah Aliran Sungai di Wilayah Kabupaten Pesisir Barat
Tabel 2.2 : Nama, luas wilayah dan jumlah pekon per-Kecamatan di Kabupaten Pesisir Barat
Tabel 2.4 : Jumlah penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun
Tabel 2.5:  Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2010 – 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Seorang wanita, usia 50 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan kaki tidak dapat berjalan sejak 3 minggu yang lalu. Riwayat sebelumnya pasien sering keputihan berbau

Penelitian ini bertujuan untuk 1) meningkatkan kerjasama Tim Dosen pada mata kuliah geometri analit. 2) meningkatkan penguasaan konsep mahasiswa dan 3)

Buatlah aplikasi mobile yang dapat membaca beberapa file (dalam hal ini help.txt dan pesan.txt) dalam satu aplikasi yang mana apabila salah satu menu tersebut dipilih untuk

Gubernur dan Wakil Gubernur, Pirnpinan dan Anggota DPRD, Aparatur Sipil Negara, Calon ASN dan Non ASN berpedoman pada standar satuan biaya yang ditetapkan. {7)

Pelestarian kearifan lokal yang mampu menjaga keberlanjutan sumber daya laut dapat dilakukan melalui dunia pendidikan dengan suplemen bahan ajar yang memuat

CV Ashifa Jati Indofurni tidak melakukan impor bahan baku/produk kayu, bahan baku seluruhnya berasal dari pemasok domestik. Verifier 2.1.2.(f) Rekomendasi

Sasaran tersebut yaitu mencari calon Brigadir Polri yang terbaik dan dengan prinsip penerimaan Brigadir Polri di Polda Bali ini yaitu berprinsip BTAH (Bersih,

Sirkulasi parkir mobil pada kondisi eksisting sering terjadi konflik antara kendaraan yang sedang mencari ruang parkir dan kendaraan yang akan keluar dari pelataran parkir