• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL STRATEGI HARGA PENAWARAN UNTUK PROYEK KONSTRUKSI DI INDONESIA Studi Kasus : Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), Kota Belitung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL STRATEGI HARGA PENAWARAN UNTUK PROYEK KONSTRUKSI DI INDONESIA Studi Kasus : Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), Kota Belitung"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

KONSTRUKSI DI INDONESIA

Studi Kasus : Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), Kota Belitung

Disusun Oleh :

OLGANIZA HARYUSAPUTRI NIM : 2012 011 0113

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

(2)

KONSTRUKSI DI INDONESIA

Studi Kasus : Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), Kota Belitung

Disusun Oleh :

OLGANIZA HARYUSAPUTRI NIM : 2012 011 0113

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

(3)

Dan kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua

orang tuanya, Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan

melahirkannya dengan susah payah (pula).

“Ya Tuhanku, anugrahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat

-Mu yang telah engkau anugrahkan kepadaku dan kepada kedua orang

tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang engkau ridhoi, dan

masukanlahaku dengan rahmat-Mu kedalam golongan hamba-hambaMu

yang shaleh”.(Al

-Ahqaf/46:15)

PERSEMBAHAN :

Penulis mempersembahkan Tugas Akhir ini untuk :

1.

Allah S.W.T atas karunia dan Rahmat-Nya serta Junjungan Nabi Besar

Muhammad S.A.W. atas perjuangan menegakkan Ajaran Islam.

2.

Mama, yang selalu mengetuk pintu hatiku untuk mengerjakan skripsi dan

slalu menanyakan kapan wisuda, serta tak henti-hentinya slalu

mendoakan anaknya.

3.

Ayah, yang selalu mengajarkan aku untuk hidup sederhana, bersyukur,

berhemat, selalu bersabar mendengarkan keluh kesah anaknya, dan tida

hentinya memberikan motivasi baik dukungan moril dan materiil.

4.

Kedua adik ku Olazio Haryusaputra dan Yudisthira haryusaputra yang

(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Hirobbil Alamin, segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. Tidak lupa sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat. Setiap kemudahan dan kesabaran yang telah diberikan-Nya kepada saya akhirnya saya selaku penyusun dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “Model Strategi Harga Penawaran Untuk Proyek Konstruksi di Indonesia“ sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana S-1 Teknik Sipil pada Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Dalam menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir ini, Penyusun sangat membutuhkan kerjasama, bantuan, bimbingan, pengarahan, petunjuk dan saran-saran dari berbagai pihak, terima kasih penyusun haturkan kepada :

1. Bapak Jaza’ul Ikhsan, ST, MT, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Ibu Ir. Hj. Anita Widianti, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

3. Bapak Ir. H. Mandiyo Priyo, MT. selaku dosen pembimbing I. Yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan serta petunjuk dan koreksi yang sangat berharga bagi tugas akhir ini.

4. Bapak Bagus Soebandono ST.MT selaku dosen pembimbing II. Yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap tugas akhir ini.

(5)

administrasi akademis.

8. Rekan-rekan seperjuangan Angkatan 2012 yang telah memberikan dukungan serta motivasi dalam mengerjakan Tugas Akhir ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Demikian semua yang disebut di muka yang telah banyak turut andil dalam kontribusi dan dorongan guna kelancaran penyusunan tugas akhir ini, semoga menjadikan amal baik dan mendapat balasan dari Allah SWT. Meskipun demikian dengan segala kerendahan hati penyusun memohon maaf bila terdapat kekurangan dalam Tugas Akhir ini, walaupun telah diusahakan bentuk penyusunan dan penulisan sebaik mungkin.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah kami serahkan segalanya, sebagai manusia biasa penyusun menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan lapang dada dan keterbukaan akan penyusun terima segala saran dan kritik yang konstruktif demi baiknya penyusunan ini, sehingga sang Rahman masih berkenan mengulurkan petunjuk dan bimbingan-Nya.

Amien.

Yogyakarta, April 2016

(6)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

INTISARI ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Keaslian Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Layanan Pengadaan Secara Elektronik(LPSE) ... 8

B. Proses Pelaksanaan Pelelangan ... 10

C. Estimasi Biaya Konstruksi ... 21

1. Jenis Estimasi Biaya Konstruksi ... 16

(7)

BAB III LANDASAN TEORI

A. Strategi Penawaran ... 35

1. Konsep Dasar Penawaran ... 41

2. Penawaran dengan Satu Kompetitor ... 42

3. Penawaran Lebih Dari Satu Kompetitor ... 44

4. Average Competitor ... 46

B. Mark Up ... 48

E. Expected Profit ... 50

F. Pendekatan Model Strategi Penawaran ... 53

1. Friedman Method ... 54

2. Gates Method ... 57

3. Ackoff & Sasieni Method ... 59

4. Metode Konvensional ... 60

5. Model-model yang Lain ... 63

G. Pendekatan Metode Statistik ... 65

1. Multi Distribusi Discrete ... 65

2. Multi Distribusi Normal ... 66

3. Single Distribusi Normal ... 67

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Tahapan Penelitian ... 68

B. Populasi/Pengambilan Data Penawaran Konstruksi ... 70

C. Pengolahan Data dengan Pendekatan Statistik ... 70

D. Pengolahan Data ... 71

E. Pengujian Model dengan Data Pilihan ... 71

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengumpulan Data Lapangan ... 73

B. Pengolahan Data dengan Pendekatan Statistik ... 73

(8)

C. Pengolahan Data dengan Model strategi Penawaran ... 81

1.Friedman Method ... 81

2.Gates Method ... 91

3.Ackoff & Sasieni Method ... 102

D. Analisis Expected Profit ... 111

E. Pengujian Model dengan Data Pilihan ... 113

F. Pembahasan ... 115

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 118

B. Saran ... 119 DAFTAR PUSTAKA

(9)

Daftar Lampiran

Nama Lampiran Hal

Lampiran 1 Dokumentasi data kontrak / penawaran proyek konstruksi Kota Bandung tahun 2012-2015

121

Lampiran 2 Daftar nama kontraktor yang ikut proyek 153

Lampiran 3 Pengurangan kontraktor dan proyek Tahap I 156

Lampiran 4 Daftar proyek LPSE Kota Belitung tahun 2012-2015 165

Lampiran 5 Rekapitulasi harga penawaran kontrak / tender konstruksi di LPSE Kota Belitung.

168

Lampiran 6 Rasio penawaran biaya dari kontraktor peserta tender 170

Lampiran 7 Pengelompokan Rasio harga penawaran biaya dari peserta tender.

172

Lampiran 8 Akumulasi pengumpulan rasio harga penawaran biaya dari peserta tender.

173

Lampiran 9 Probabilitas menang untuk multi distribusi discrete tahun 2012 – 2015.

Lampiran 12 Probabilitas menang untuk multi distribusi normal tahun 2012 – 2015.

(10)

pesaing tahun 2012 – 2015.

Lampiran 15 Probabilitas menang untuk single distribusi normal terhadap semua pesaing tahun 2012 – 2015.

180

Lampiran 16 Probabilitas menang dengan multi distribusi discrete dengan model Friedman.

181

Lampiran 17 Expected profit untuk multi distribusi discrete dengan model Friedman.

182

Lampiran 18 Probabilitas menang dengan multi distribusi normal untuk model Friedman.

183

Lampiran 19 Expected profit dengan multi distribusi norml dengan model Friedman.

184

Lampiran 20 Probabilitas menang dengan single distribusi normal untuk model Friedman.

185

Lampiran 21 Expected Profit dengan single distribusi normal untuk model Friedman.

186

Lampiran 22 Perhitungan nilai P(Bo < Bi) untuk multi distribusi discrete dengan model Gates.

187

Lampiran 23 Probabilitas menang dengan multi distribusi discrete untuk model gates.

188

Lampiran 24 Expected profit dengan multi distribusi discrete untuk model gates.

189

(11)

Lampiran 27 Expected profit dengan multi distribusi normal untuk model gates.

193

Lampiran 28 Probabilitas menang dengan single distribusi normal untuk model gates.

194

Lampiran 29 Expected profit dengan single distribusi normal untuk model gates.

195

Lampiran 30 Probabilitas menang untuk multi distribusi discrete dengan model Ackoff & Sasieni.

196

Lampiran 31 Expected profit untuk multi distribusi discrete dengan model ackoff & Sasieni.

197

Lampiran 32 Probabilitas menang untuk multi distribusi normal dengan model Ackoff & Sasieni.

198

Lampiran 33 Expected profit untuk multi distribusi normal dengan model ackoff & Sasieni.

199

Lampiran 34 Probabilitas menang untuk single distribusi normal dengan model Ackoff & Sasieni.

200

Lampiran 35 Expected profit untuk single distribusi normal dengan model ackoff & Sasieni.

201

Lampiran 36 Rekapitulasi Probabilitas Menang dengan multi distribusi discrete.

202

Lampiran 37 Rekapitulasi Expected Profit dengan multi distribusi discrete.

(12)

normal.

Lampiran 40 Rekapitulasi Probabilitas Menang dengan single distribusi normal.

206

Lampiran 41 Rekapitulasi Expected Profit dengan single distribusi normal.

207

Lampiran 42 Hasil Mark up optimum dan expected profit maksimum. 208

(13)

Tabel 2.2 Faktor pengali bangunan gedung bertingkat ... 33

Tabel 3.1 Data terhadap kontraktor A pada penawaran yang telah lewat ... 42

Tabel 3.2 Probabilitas terhadap A dan Expected Profit yang dihasilkan ... 44

Tabel 3.3 Probabilitas Terhadap Kontraktor A dan B dan AB ... 45

Tabel 3.4 Expected profit menghadapi kontraktor A dan B ... 45

Tabel 3.5 Probabilitas terhadap kontraktor A dan B secara bersamaan ... 47

Tabel 3.6 Probabilitas terhadap 3 kompetitor yang belum diketahui ... 48

Tabel 3.7 Perhitungan nilai pembanding ... 62

Tabel 5.1 Mean, Standar deviasi dan varian multi distribusi normal ... 75

Tabel 5.2 Mean, Standar deviasi dan varian single distribusi normal ... 77

Tabel 5.3 Nilai Z untuk single distribusi normal semua pesaing... 79

Tabel 5.4 Probabilitas menang dengan single distribusi normal ... 80

Tabel 5.5 Probabilitas menang dengan multi distribusi discrete untuk model Friedman ... 81

(14)

Tabel 5.8 Expected profit dengan multi distribusi normal untuk model friedman ... 85

Tabel 5.9 Probabilitas menang dengan single distribusi normal untuk model friedman ... 87

Tabel 5.10 Expected profit dengan single distribusi normal untuk model friedman ... 89

Tabel 5.11 Probabilitas menang dengan multi distribusi discrete untuk model Gates ... 92

Tabel 5.12 Expected profit dengan multi distribusi discrete untuk model Gates . 93

Tabel 5.13 Probabilitas menang dengan multi distribusi normal untuk model Gates ... 95

Tabel 5.14 Expected profit dengan multi distribusi normal untuk model Gates .. 97

Tabel 5.15 Probabilitas menang dengan single distribusi normal untuk model Gates ... 99

Tabel 5.16 Expected profit dengan single distribusi normal untuk model Gates 101

(15)

Tabel 5.19 Probabilitas menang dengan multi distribusi normal untuk model Ackoff & Sasieni ... 106

Tabel 5.20 Expected profit dengan multi distribusi normal untuk model Ackoff & Sasieni ... 107

Tabel 5.21 Probabilitas menang dengan single distribusi normal untuk model Ackoff & Sasieni ... 109

Tabel 5.22 Expected profit dengan single distribusi normal untuk model Ackoff & Sasieni ... 110

Tabel 5.23 Hasil maksimum expected profit dan mark up ... 111

(16)

Gambar 3.1 Hubungan antara overhead, labam dan garis pertumbuhan

perusahaan (Cook,1985) ... 50

Gambar 3.2 Hubungan Expected profit dengan Mark up ... 52

Gambar 3.3 Histogram penawaran biaya ... 65

Gambar 3.4 Distribusi normal penawaran biaya ... 66

Gambar 4.1 Tahapan Penelitian model strategi penawaran ... 68

Gambar 5.1 Hubungan antara expected profit dengan mark up menggunakan multi distribusi discrete untuk model friedman ... 83

Gambar 5.2 Hubungan antara expected profit dengan mark up menggunakan multi distribusi normal untuk model Friedman ... 86

Gambar 5.3 Hubungan antara expected profit dengan mark up menggunakan single distribusi normal untuk model Friedman ... 90

Gambar 5.4 Hubungan antara expected profit dengan mark up menggunakan multi distribusi discrete untuk model Gates ... 94

(17)

Gambar 5.7 Hubungan antara expected profit dengan mark up menggunakan multi distribusi discrete untuk model Ackoff & Sasieni ... 105

Gambar 5.8 Hubungan antara expected profit dengan mark up menggunakan multi distribusi normal untuk model Ackoff & Sasieni ... 108

Gambar 5.9 Hubungan antara expected profit dengan mark up menggunakan single distribusi normal untuk model Ackoff & Sasieni ... 111

Gambar 5.10 Hubungan antara expected profit dengan mark up menggunakan multi distribusi discrete ... 112

Gambar 5.11 Hubungan antara expected profit dengan mark up menggunakan multi distribusi normal ... 112

(18)
(19)

xvii

memenangkan tender, maka diperlukan strategi penawaran dalam mengikuti tender.

Proses ini menjadi sangat penting bagi kontraktor, karena kelangsungan hidupnya

sangatlah tergantung dari berhasil atau tidaknya proses ini. Penetapan harga

penawaran pelelangan (tender) ditentukan oleh berbagai pertimbangan dan terkadang

hanya berdasarkan naluri bisnis. Hal ini sangatlah menentukan besar atau kecilnya

keuntungan (profit) yang masih mungkin diperoleh kontraktor dan prosentase

kemungkinan memenangkan proyek. Tujuan dari penelitian ini untuk menghitung nilai

mark up menggunakan pendekatan strategi penawaran dan untuk mengetahui strategi

harga penawaran terbaik untuk memenangkan suatu tender dengan nilai mark up

optimum dan keuntungan optimum.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pelelangan yang sudah

selesai dilaksanakan tahun 2012-2015 di LPSE Kota Belitung dengan menggunakan

pendekatan statistik, yaitu multi distribusi discrete, multi distribusi normal dan single

distribusi normal. Model strategi penawaran yang digunakan yaitu Friedman Method,

Gates Method dan Ackoff & Sasieni Method.

Dengan menggunakan model Friedman menghasilkan mark up optimum sebesar

-10 % untuk multi distribusi discrete dengan expected profit sebesar -0,4167, 0 % untuk

multi distribusi normal dengan expected profit sebesar 0,0000 dan 18 % untuk single

distribusi normal dengan expected profit 0,0159. Dengan menggunakan model gates

menghasilkan mark up optimum sebesar 20 % untuk multi distribusi discrete dengan

expected profit 20,0000, 18 % untuk multi distribusi normal dengan expected profit

16,3531 dan 18 % untuk single distribusi normal dengan expected profit sebesar

14,2380. Dengan menggunakan model ackoff & sasieni menghasilkan mark up optimum

sebesar 8 % untuk multi distribusi discrete dengan expected profit 8,0000, -4 % untuk

multi dan single distribusi normal dengan expected profit sebesar -3,9992.

(20)

xviii

more and more; therefore, contractors are making a hard effort to get tender. This

process is very important for contractor, because survive of contractor is depend on

successful or failure of this process. Determination of tender bid price is determined by

variety of considerations and sometimes just based on business sense. This is a crucial

one to get big or small profit that still obtained contractor and the percentage of winning

projects. The aim of this research is to calculate the value of mark-up using offering

strategy approach and to determine which one is the best offer strategy to win a tender by

the optimum mark-up value and the optimum profits.

This research used data in the form of auctions data that has been completed

since 2012-2015 in LPSE, Belitung using statistic approach namely discrete multi

distribution, normal multi distribution, and single normal distribution. The model of

offering strategy that used is Friedman Methods, Gates Methods, and Ackoff & Sasieni

Methods.

The Friedman Methods can generates the optimum mark-up of-10% for discrete

multi-distribution with expected profit of -0,4167, 0% for multi-normal distribution with

expected profit of 0,0000 and 18% for single normal distribution with expected profit

-0,0159. The gates Methods can produce the optimum mark up of 20% for discrete multi

distribution with expected profit of 20,0000, 18% for multi-normal distribution with

expected profit 16,3531 and 18% for single normal distribution with expected profit

14,2380. While the Ackoff & Sasieni Methods can generates the optimum mark-up of 8%

for discrete multi distribution with expected profit 8,0000, -4% for multi and single

normal distribution with expected profit for -3,9992.

(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pembangunan nasional, jasa konstruksi mempunyai peranan penting dan strategis mengingat jasa konstruksi menghasilkan produk akhir berupa bangunan atau bentuk fisik lainnya, baik yang berupa prasarana maupun sarana yang berfungsi mendukung pertumbuhan dan perkembangan berbagai bidang, terutama bidang ekonomi, sosial, dan budaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Seperti halnya pada industri lain, pasar jasa konstruksi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh daya beli masayarakat dan pemerintah, dimana daya beli ini berkaitan erat dengan perkembangan ekonomi makro Indonesia yang mengalami gangguan akibat krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997/1998 tersebut. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional, pada saat ini pangsa pasar di sektor konstruksi nasional terus tumbuh hingga kisaran 8,6 % dari PDB nasional, atau setara dengan Rp. 52,3 triliun pada triwulan II 2006 (BPS, 2006b). Namun jumlah tersebut relatif belum dapat dikatakan cukup besar jika dibandingkan dengan jumlah usaha di sektor konstruksi yang mencapai lebih dari 80.000 perusahaan, sehingga dapat diartikan sebagai masih terbatasnya pangsa pasar dan ketatnya persaingan di sektor jasa konstruksi nasional.

(22)

Area (AFTA) pada tahun 2003 yang menyebabkan kontraktor-kontraktor asing dapat dengan bebas ikut bersaing memperebutkan proyek-proyek pada pasar konstruksi di Indonesia. Dengan masuknya kontraktor-kontraktor asing tersebut di tengah belum pulihnya kondisi pasar industri konstruksi saat ini, tentunya akan menyebabkan semakin ketatnya persaingan di antara pelaku bisnis konstruksi di Indonesia.

Suatu studi terbatas yang melibatkan kontraktor besar, menengah dan kecil memberikan gambaran umum tentang berbagai strategi yang diterapkan oleh pelaku bisnis tersebut sehingga tetap berhasil bertahan di lingkungan persaingan yang semakin ketat tersebut. Studi ini difokuskan pada 2 aspek utama yaitu manajemen pemasaran dan strategi penawaran yang diterapkan. Pelelangan, yaitu pengadaan barang/jasa yang dilakukan secara terbuka sehingga masyarakat luas/dunia usaha yang berminat dapat membubuhi kualifikasi dapat mengikutinya. Proses pengadaan barang/jasa dalam proyek konstruksi yang menggunakan pelelangan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pelelangan umum dan pelelangan terbatas. Dalam pelelangan umum, semua penyedia jasa yang memenuhi syarat dapat ikut dalam pelelangan, sedangkan dalam pelelangan terbatas yang diizinkan ikut adalah penyedia barang/jasa yang diundang oleh pengguna jasa.

(23)

resiko gagal yang tinggi. Perkiraan harga sebuah proyek adalah hasil perhitungan yang dilakukan oleh estimator berdasarkan dokumen lelang berupa gambar rencana dan spesifikasinya. Dalam tahap ini, harga yang diperoleh adalah harga langsung (direct cost), sedangkan harga penawaran adalah biaya langsung ditambah dengan sejumlah nominal tertentu. Besarnya nominal penambahan biaya tersebut disebut nilai mark up. Tujuan menggunakan nilai mark up adalah agar setiap kontraktor memperoleh keuntungan dan menutupi biaya ovehead perusahaan.

(24)

persaingan kontraktor semakin meningkat untuk memenangkan tender melalui penawaran bersaing.

Perkiraan nilai mark up yang diimplementasikan dalam penawaran proyek-proyek konstruksi dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengajuan harga penawaran, dimana nilai mark up yang didapat merupakan nilai mark up yang telah dihitung melalui data-data penawaran yang telah dilaksanakan pada suatu wilayah dalam rentang dan kurun waktu tertentu. Model pendekatan dalam perhitungan mark up merupakan alat bantu bagi kontraktor dalam menyusun strateginya dalam menghadapi tender sistem penawaran bersaing, sehingga dapat diketahui kesempatan terbaik dalam mengikuti tender atau mendapatkan kesempatan optimum untuk memenangkan proyek dan mendapatkan keuntungan optimum.

(25)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas timbul suatu masalah yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah strategi penawaran dengan model Friedman Method, Gates Method dan Ackoff & Sasieni Method dapat menjadi alternatif pilihan dalam menentukan nilai mark up?

2. Model strategi penawaran manakah yang paling tepat dalam menentukan probabilitas menang dalam pelelangan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah untuk mengevaluasi tender proyek konstruksi di Kota Belitung menggunakan model strategi penawaran Friedman Method, Gates Method dan Ackoff & Saseni Method untuk menentukan model strategi mana yang lebih akurat dan efektif untuk menentukan probabilitas menang dalam pelelangan. Serta menghitung mark up dari tender proyek konstruksi di Kota Belitung menggunakan pendekatan strategi penawaran Friedman Method, Gates Method dan Ackoff & Saseni Method.

D. Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak terlalu luas sehingga dapat menyimpang dari tujuan penelitian, maka lingkup pembahasannya hanya terbatas sebagai berikut:

(26)

2. Data yang digunakan adalah data lelang yang proses lelangnya sudah selesai dilaksanakan dan dibatasi hanya pada pekerjaan konstruksi dengan harga minimal Rp.100.000.000,-

3. Pada metode statistik menggunakan tiga metode, yaitu multi distribusi discreate, multi distribusi normal dan single distribusi normal dengan menggunakan tiga metode strategi penawaran yaitu Friedman Method, Gates Method dan Ackoof & Sasieni Method.

4. Pembahasan pada penelitian ini hanya pada lingkup strategi harga penawaran dengan mencari nilai mark up optimum dan probabilitas expected profit optimum yang diperoleh kontraktor apabila menggunakan setiap metode strategi penawaran.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jasa Konstruksi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan pedoman bagi jasa konstruksi dalam menentukan strategi yang paling tepat pada penawaran proyek konstruksi.

2. Pengembangan ilmu pengetahuan

(27)

F. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang metode strategi penawaran untuk proyek konstruksi di Indonesia sebelumnya dilakukan oleh Hakas Prayuda (2013) dengan judul model strategi harga penawaran untuk proyek konstruksi di indonesia untuk Studi Kasus Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) untuk Kota Bandung. Dengan menggunakan pendekatan metode statistik multi distribusi discreate, multi distribusi normal dan single distribusi normal dan menggunakan tiga model strategi penawaran yaitu Friedman Method, Gates Method dan Ackoof & Sasieni Method.

Penelitian dengan judul Model Strategi Harga Penawaran Untuk Proyek Konstruksi di Indonesia dengan studi kasus Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kota Belitung, sepanjang pengetahuan peneliti belum pernah dilakukan.

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)

Lembaga Pengadaan barang dan jasa secara elektronik (LPSE) mulai dipersiapkan sejak tahun 2008. Sistem pengadaan barang dan jasa secara elektronik ini diciptakan dengan berlandaskan Kepres No. 80 Tahun 2003 yang mengatur tentang tata cara pelelangan barang dan jasa. Kepres ini mengalami transisi perubahan kepada Kepres baru No. 54 Tahun 2010 yang memuat tentang tata cara pelelangan barang dan pengadaan barang dan jasa yang tidak dilakukan secara manual melainkan secara elektronik (E-procurement). Pelaksanan e-procurement merupakan salah satu langkah penting dalam mendukung diberlakukannya keterbukaan informasi publik sebagaimana diatur dalam UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Menurut Rancangan Perpres, mulai tahun 2012 semua lelang pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah wajib dilakukan secara elektronik.

(29)

Selain itu juga supaya proses pengadaan lebih transparan dan akuntabel. LPSE melayani registrasi penyedia barang dan jasa yang berdomisili di wilayah kerja LPSE yang bersangkutan. Aplikasi yang digunakan oleh LPSE di seluruh Indonesia dikembangkan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Aplikasi yang dikembangkan bersifat kode sumber terbuka, bebas lisensi, bebas biaya, tidak bergantung kepada merk tertentu, dan mendapatkan dukungan penuh dari LKPP untuk pelatihan maupun pendampingan. Selain sebagai pengelola sistem e-procurement, LPSE juga berfungsi untuk menyediakan pelatihan, akses Internet, dan bantuan teknis dalam mengoperasikan sistem e-procurement kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)/panitia serta penyedia barang/jasa. LPSE juga melakukan pendaftaran dan verifikasi terhadap penyedia barang/jasa. LPSE berada di bawah pengawasan LKPP di bagian Deputi Bidang Monitoring, Evaluasi, dan Pengembangan Sistem Informasi.

(30)

B. Proses Pelaksanaan Pelelangan

Dalam upaya mendapatkan pekerjaan pada sektor jasa konstruksi hampir selalu melalui proses yang dinamakan pelelangan. Proses ini menjadi sangat penting bagi pengusaha jasa konstruksi, karena kelangsungan hidupnya sangatlah tergantung dari berhasil atau tidaknya proses ini. Penetapan harga pelelangan ditentukan oleh berbagai pertimbangan dan terkadang hanya berdasarkan naluri bisnis. Hal ini sangatlah menentukan besar / kecilnya keuntungan yang masih mungkin diperoleh kontraktor dan persentase kemungkinan memenangkan proyek. Proses pelelangan dalam sistem pengadaan secara elektronik ini adalah sebagai berikut :

1. Proses Pendaftaran

Peserta yang dapat mengikuti pelelangan adalah mereka yang telah memenuhi kualifikasi, klasifikasi dan memiliki sumber daya sesuai dengan dokumen prakualifikasi yang dibuat oleh panitia lelang dan memenuhi syarat-syarat. Syarat-syarat peserta lelang :

a. Tempat, tanggal, hari dan waktu untuk mendaftarkan diri sebagai peserta. b. Calon peserta lelang yang berminat ikut dalam pelelangan harus

mendaftarkan diri kepada panitia untuk mengikuti prakualifikasi.

c. Calon peserta lelang dari provinsi/kabupaten/kota lain tidak dilarang untuk proses lelang di provinsi/kabupaten/kota di mana pelelangan dilakukan.

2. Proses Pengumuman Lelang

(31)

a. Panitia harus mengumumkan secara luas tentang adanya pelelangan melalui media cetak atau media elektronik.

b. Bila calon peserta lelang diyakini terbatas jumlahnya karena karakteristik, kompleksitas, dan/atau kecanggihan teknologinya, dan atau kelangkaan tenaga ahli, dan atau perusahaan yang mampu melaksanakan pekerjaan tersebut, maka pengumuman pelelangan mencantumkan nama calon peserta lelang yang akan diundang, tetapi juga memberi kesempatan kepada calon lainnya yang memenuhi syarat untuk ikut pelelangan.

c. Isi pengumuman lelang memuat sekurang-kurangnya nama dan alamat pengguna barang/jasa yang akan mengadakan pelelangan. Uraian singkat mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan atau barang yang akan dibeli. Tahap prakualifikasi :

a. Panitia pelelengan wajib melakukan prakualifikasi bagi calon peserta lelang yang akan mengikuti pelelengan sesuai dengan dokumen prakualifikasi yang telah diberikan kepada calon peserta lelang.

b. Calon peserta lelang yang berminat mengikuti pelelangan wajib mengambil dokumen prakualifikasi dan mengikuti prakualifikasi yang dilaksanakan oleh panitia. Peserta prakualifikasi tersebut tidak boleh dipungut biaya.

(32)

sebagai salah satu acuan untuk memudahkan panitia melakukan prakualifikasi.

d. Panitia melakukan penelitian dan penilaian yang meliputi kemampuan dari segi administrasi, peralatan dan sumber daya manusia, pengalaman dan prestasi kerja.

e. Calon peserta lelang yang dinyatakan lulus dalam tahap prakualifikasi dicatat untuk diundang mengikuti pelelangan. Setelah itu disusun daftar Calon Peserta Lelang, Penyampaian Undangan dan Pengambilan Dokumen Lelang.

f. Bila calon peserta kurang dari tiga, pelelangan tidak dapat dilanjutkan dan penyusunan daftar calon peserta lelang harus diulang dengan mengumumkan kembali untuk mengundang calon peserta lelang yang baru.

g. Bila setelah prakualifikasi diulang, ternyata tidak ada tambahan calon peserta lelang yang baru atau keseluruhan calon peserta lelang masih kurang dari tiga peserta, maka panitia harus segera membuat berita acara dan menyampaikannya kepada pengguna barang/jasa.

h. Semua calon peserta lelang yang tercatat dalam daftar calon peserta lelang harus diundang untuk mengambil dokumen lelang.

(33)

yang keikutsertaanya akan bertantangan dengan kepentingan tugasnya (conflict of interest).

3. Dokumen Lelang

Dokumen pengadaan memuat : a. Undangan pengadaan barang/jasa. b. Pedoman prakualifikasi.

c. Instruksi kepada penawar. d. Syarat-syarat umum kontrak. e. Syarat-syarat khusus kontrak. f. Daftar kuantitas dan harga.

g. Spesifikasi teknis dan gambar-gambar. h. Bentuk surat penawaran.

i. Bentuk kontrak.

j. Bentuk surat jaminan penawaran. k. Bentuk surat jaminan pelaksanaan. l. Bentuk surat jaminan uang muka.

Penyedia barang/jasa harus menyapaikan : a. Sertifikat penyedia barang/jasa kecuali LSM.

b. Daftar susunan pemilik modal, susunan pengurus dan akte pendiriannya beserta perubahannya (bila ada).

(34)

d. Dokumen lain yang dipersyaratkan dalam dokumen lelang.

e. Secara hukum mempunyai kapasitas melakukan ikatan kontrak pengadaan barang/jasa.

f. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan, dan atau direksi yang berwenang menandatangani kontrak atau kuasanya tidak sedang menjalani hukuman pidana.

g. Direksi yang berwenang menandatangani kontrak atau kuasanya belum pernah dihukum berdasarkan putusan pengadilan atau tindakan yang berkaitan dengan kondite profesional perusahaan/perseorangan.

h. Tidak membuat pernyataan yang tidak benar tentang kualifikasi, klasifikasi dan sertifikasi yang dimilikinya.

4. Penjelasan Dokumen Lelang (aanwijzing)

Penjelasan lelang dilakukan di tempat dan pada waktu yang ditentukan, dihadiri oleh para penyedia barang/jasa yang terdaftar dalam daftar calon peserta lelang. Dalam acara penjelasan lelang, harus dijelaskan kepada calon peserta lelang mengenai:

a. Metode pengadaan/penyelenggaraan pelelangan.

b. Cara penyampaian penawaran (satu sampul atau dua sampul atau dua tahap).

c. Dokumen yang harus dilampirkan dalam dokumen penawaran. d. Undangan acara pembukaan dokumen penawaran.

(35)

f. Hal-hal yang menggugurkan penawaran. g. Sistem kontrak yang akan digunakan.

h. Ketentuan dan cara evaluasi berkenaan dengan preferensi harga atas penggunaan produksi dalam negeri.

i. Besaran, masa berlaku dan penjamin yang dapat mengeluarkan jaminan penawaran.

Pemberian penjelasan mengenai dokumen lelang yang berupa pertanyaan dari peserta dan jawaban dari panitia serta keterangan lain termasuk perubahannya dan peninjauan lapangan, harus dituangkan dalam Berita Acara Penjelasan (BAP) yang ditandatangani oleh panitia pengadaan dan sekurang-kurangnya dua wakil dari peserta yang hadir. Untuk kontrak yang jangka waktu pelaksanaannya lebih dari 12 bulan, bila dianggap perlu, dalam dokumen lelang dapat dicantumkan ketentuan tentang berlakunya ketentuan penyesuaian harga (price adjustment) dan sekaligus dijelaskan penerapan rumus-rumus penyesuaian harga yang akan digunakan.

5. Pemasukan Dokumen Penawaran

(36)

ditetapkan dengan tegas hari, tanggal, dan jamnya. Dan tepat pada waktu tersebut penerimaan dokumen penawaran harus ditutup dengan cara menyegel kotak tempat memasukkan dokumen penawaran dan membuat berita acara penutupan penerimaan dokumen penawaran. Panitia tidak boleh mengubah waktu yang telah ditetapkan tersebut.

6. Pembukaan Dokumen Penawaran

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses penyampaian dan pembukaan dokumen penawaran adalah sebagai berikut:

a. Sistem penyampaian dan cara pembukaan dokumen penawaran harus mengikuti ketentuan yang dipersyaratkan dalam dokumen lelang.

b. Panitia mencatat waktu, tanggal, dan tempat penerimaan dokumen penawaran yang diterima melalui pos pada sampul luar penawaran dan memasukkan ke dalam kotak/tempat pelelangan.

c. Pada akhir penyampaian dokumen penawaran, panitia membuka rapat pembukaan dokumen penawaran, menyatakan dihadapan para peserta pelelangan bahwa saat pemasukan dokumen penawaran telah ditutup sesuai waktunya, menolak dokumen penawaran yang terlambat dan atau tambahan dokumen penawaran, kemudian membuka dokumen penawaran yang masuk.

(37)

penyedia barang/jasa yang bersangkutan untuk mengambil kembali seluruh dokumen penawaran. Pengambilan dokumen disertai dengan bukti serah terima.

e. Panitia meminta sekurang-kurangnya dua wakil dari peserta pelelangan yang hadir sebagai saksi. Apabila tidak ada saksi dari peserta pelelangan yang hadir, panitia menunda pembukaan kotak/tempat pemasukan penawaran sampai dengan waktu tertentu yang telah ditentukan panitia sekurang-kurangnya dua jam.

f. Panitia meneliti kotak/tempat pemasukan dokumen penawaran dan menghitung jumlah sampul penawaran yang masuk (tidak dihitung surat pengunduran diri) dan bila penawaran yang masuk kurang dari tiga peserta, pelelangan tidak dapat dilanjutkan dan harus diulang, kemudian mengumumkan kembali dengan mengundang peserta lelang yang baru. Panitia memeriksa, menunjukkan dan membacakan dihadapan para peserta pelelangan mengenai kelengkapan dokumen penawaran, yang terdiri dari: Sistem Satu Sampul

1. Surat penawaran yang di dalamnya tercantum masa berlaku penawaran. 2. Jaminan penawaran asli.

3. Daftar kuantitas dan harga (khusus untuk kontrak harga satuan). Sistem Dua Sampul

1. Surat penawaran yang di dalamnya tercantum masa berlaku penawaran, tetapi tidak tercantum harga penawaran.

(38)

Sistem Dua Tahap

1. Surat peryataan yang di dalamnya tercantum masa berlaku penawaran, tetapi tidak tercantum harga penawaran.

2. Dokumen penawaran teknis dan dokumen pendukung lainnya yang disyaratkan dalam dokumen lelang.

7. Evaluasi Penawaran

Pelaksanaan evaluasi penawaran dilakukan oleh panitia terhadap semua penawaran yang dinyatakan lulus pada saat pembukaan penawaran. Evaluasi tersebut meliputi evaluasi administrasi, teknis, dan harga berdasarkan kriteria, metode, dan tatacara evaluasi yang telah ditetapkan dalam dokumen lelang. Panitia tidak diperkenankan mengubah, menambah, dan mengurangi kriteria dan tatacara evaluasi tersebut dengan alasan apapun dan/ atau melakukan tindakan lain yang bersifat post bidding. Penawaran dinyatakan memenuhi persyaratan administrasi, apabila syarat-syarat yang diminta menurut dokumen lelang dipenuhi/dilengkapi dan isi setiap dokumen benar serta dapat dipastikan bahwa dokumen penawaran ditandatangani oleh orang yang berwenang.

8. Pembuatan Berita Acara Hasil pelelangan

(39)

dengan penetapan urutan pemenangnya berupa daftar peserta pelelangan yang dimulai dari harga penawaran terendah.

9. Penetapan Pemenang Lelang

Panitia menetapkan calon pemenang lelang yang memasukkan penawaran yang menguntungkan bagi negara dalam arti:

a. Penawaran secara administratif dan teknis dapat dipertanggungjawabkan. b. Perhitungan harga yang ditawarkan dapat dipertanggungjawabkan.

c. Penawaran tersebut adalah terendah di antara penawaran yang memenuhi syarat.

d. Calon pemenang lelang harus sudah ditetapkan oleh panitia selambat-lambatnya tujuh hari kerja setelah pembukaan penawaran dalam sistem satu sampul, atau setelah pembukaan sampul II pada sistem dua sampul atau dua tahap.

e. Dalam hal terdapat dua calon pemenang mengajukan harga penawaran yang sama, maka panitia meneliti kembali data kualifikasi peserta yang bersangkutan, dan memilih peserta yang menurut pertimbangannya mempunyai kemampuan yang lebih besar, dan hal ini dicatat dalam berita acara.

(40)

lain yang dianggap perlu sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan.

10. Sanggahan peserta lelang

Seluruh peserta lelang diberi kesempatan untuk menyampaikan sanggahan secara tertulis apabila keberatan atas penetapan pemenang.

11. Pemerintah surat keputusan penetapan penyedia Barang/jasa. Surat ini dikeluarkan setelah tidak ada sanggahan dari peserta lelang dan penerima surat wajib menerima keputusan tersebut.

12. Pelelangan Gagal dan Pelelangan Ulang

Pelelangan dinyatakan gagal dan harus dilakukan pepelangan ulang apabila sebagai berikut :

a. Penyedia barang/jasa tercantum dalam daftar calon peserta kurang dari tiga penyedia.

b. Penawaran yang masuk kurang dari tiga.

c. Tidak ada penawaran yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dalam dokumen lelang.

d. Tidak ada penawaran yang harga penawarannya dibawah atau sama dengan anggaran dana yang tersedia.

(41)

f. Terjadinya praktik KKN dan disanggah oleh peserta lelang.

g. Calon pemenang lelang urutan 1,2 dan 3 mengundurkan diri dan tidak bersedia ditunjuk.

h. Pelaksanaan pelelangan tidak sesuai dengan ketentuan dokumen lelang atau prosedur yang berlaku.

C. Estimasi Biaya Konstruksi

Biaya dan waktu merupakan faktor utama aspek manajmen suatu proyek konstruksi. Dalam melaksanakan suatu proyek, kontraktor selalu berusaha untuk meminimumkan biaya yang dikeluarkan agar dapat memperoleh keuntungan semaksimal mungkin. Untuk mencapai hal ini, dibutuhkan adanya suatu proses estimasi biaya yang bertujuan memperkirakan berapa biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek tersebut. Selain itu, proses estimasi biaya juga dapat menjadi acuan dalam menentukan harga penawaran. Kegiatan estimasi adalah salah satu proses utama dalam proyek konstruksi untuk mengetahui besarnya dana yang harus disediakan pada sebuah kegiatan pembangunan.

(42)

persiapan, pekerjaan tanah, pekerjaan pondasi, dan pekerjaan struktur mulai dari basement hingga atap.

Biaya yang diestimasi dibagi menjadi dua jenis berdasarkan karakternya dalam suatu proyek. Biaya langsung adalah biaya yang dapat berubah seiring dengan berubahnya volume pekerjaan dan langsung berhubungan dengan hasil akhir proyek tersebut. Biaya langsung meliputi biaya yang dibutuhkan untuk material, peralatan, dan pekerja. Biaya tak langsung adalah biaya yang besarnya tidak bergantung pada berubahnya volume pekerjaan dan tidak langsung berhubungan dengan hasil akhir proyek. Biaya tak langsung meliputi biaya overhead, general conditions, contingencies, profit, dan pajak. Untuk menghitung biaya langsung, dilakukan pengumpulan data terlebih dahulu, yang meliputi data volume pekerjaan, data sumberdaya, data durasi pekerjaan, serta data harga-harga satuan terbaru.

Estimasi keseluruhan biaya konstruksi biasanya meliputi analisis perhitungan terhadap lima unsur utamanya, yaitu:

1. Biaya material

Analisis meliputi perhitungan seluruh kebutuhan volume dan biaya material yang digunakan untuk setiap komponen bangunan, baik material pokok maupun penunjang.

2. Biaya Tenaga kerja

(43)

waktu kerja, kepadatan penduduk, persaingan, produktivitas dan indeks biaya hidup setempat.

3. Biaya Peralatan

Estimasi biaya peralatan termasuk pembelian atau sewa, mobilisasi, memasang, membongkar dan pengoperasian selama konstruksi berlangsung. Karena menyangkut pembiayaan mahal, maka untuk memilih sesuatu peralatan harus dilihat kebutuhan sebenarnya berdasarkan kemampuannya, kapasitas, cara operasi dan spesifikasi teknis lainnya. 4. Biaya Tidak Langsung

Biaya tidak langsung dibagi dua golongan yaitu biaya umum (overhead) dan biaya proyek. Yang dikelompokkan sebagai biaya umum meliputi gaji personil tetap kantor pusat dan lapangan, sewa kantor, telepon dll. Dan yang dikelompokkan sebagai biaya proyek, pengeluarannya dapat dibebankan pada proyek tetapi tidak dimasukan pada biaya material, upah kerja atau peralatan.

5. Keuntungan Perusahaan

Nilai keuntungan perusahaan pada umumnya dinyatakan sebagai persentase dari seluruh jumlah pembiayaan. Nilainya dapat berkisar antara 8 % – 12 %.

(44)

Gambar 2.1 Batas harga penawaran suatu tender (Cook, 1985) Batas A pada Gambar 2.1 menunjukkan suatu penawaran ideal dimana batas A ini dapat diturunkan lagi sampai batas B dan batas B merupakan suatu batas penawaran yang paling kompetitif atau layak. Apabila biaya penawaran dinaikkan melebihi batas A maka harga penawaran akan menjadi batas tak layak. 1. Jenis Estimasi Biaya Konstruksi

(45)

Ada beberapa metode dalam melakukan estimasi biaya konstruksi, yaitu: a. Estimasi harga pasti (Fixed-price)

Harga pasti dihitung menggunakan dua metode yaitu :

1) Metode Lumpsum (lumpsum estimate), umumnya dilakukan bila jenis pekerjaan dan jumlahnya telah diketahui dan dikenal benar. Kontraktor berani mengambil resiko bila ketidakpastian terjadi di lapangan maka tingkat resiko yang dipikul kontraktor lebih besar. Keuntungan bagi owner adalah harga konstruksi diketahui dengan baik sehingga memudahkan untuk menentukan anggaran.

2) Metode harga satuan (unit price estimate), metode ini berdasarkan harga satuan setiap jenis pekerjaan. Dalam penawaran dicantumkan juga estimasi jumlah setiap jenis pekerjaan untuk mendapatkan total biaya yang mana volume jumlah hanya berdasarkan pada gambar rencana arsitektur yang belum tentu dijamin keakuratannya.

b. Estimasi harga perkiraan (approximate estimate)

Metode ini berdasarkan fakta perincian biaya dari proyek sebelumnya. Ada beberapa metode yang termasuk ketegori ini yaitu :

1) Harga per fungsi yaitu metode didasarkan pada estimasi biaya setiap jenis penggunaan.

2) Harga luas yaitu metode yang menggunakan harga tiap luas lantai. 3) Harga volume kubik yaitu metode didasarkan pada volume bangunan. 4) Modular take off yaitu metode yang mengacu pada konsep modul yang

(46)

5) Partial take off yaitu metode jumlah dari gabungan jenis-jenis pekerjaan yang diperkirakan menggunakan harga satuan.

6) Harga satuan panel yaitu metode dengan mengasumsikan harga satuan per luas lantai, keliling dinding, atap dan sebagainya.

7) Harga parameter yaitu metode yang menggunakan harga satuan dari komponen bangunan yang berbeda seperti site work, pondasi, lantai, dinding dan sebagainya.

Berdasarkan tahapan proyek konstruksi, jenis-jenis estimasi biaya dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Estimasi kelayakan. Sebagaimana tujuan dari tahap studi kelayakan adalah untuk menentukan apakah bangunan tersebut layak dibangun, maka perkiraan biaya konstruksi dilakukan berdasarkan pengalaman dan dibandingkan dengan bangunan yang identik.

b. Estimasi konseptual. Biaya suatu bangunan diperkirakan berdasarkan volume bangunan atau faktor lain dengan patokan harga berdasarkan pada bangunan yang identik. Beberapa metode estimasi konseptual sebagai berikut:

1) Metode satuan luas, metode ini mengandalkan data dari proyek sejenis yang pernah dibangun dan bersifat garis besar dengan tingkat ketelitian sangat rendah.

(47)

pada fase awal perencanaan dan perancangan untuk bangunan yang kurang identik.

3) Metode harga satuan fungsional yaitu menggunakan fungsi dari fasilitas sebagai dasar penetapan biaya.

4) Metode faktorial yaitu metode yang digunakan pada proyek yang jenisnya sama, metode ini paling berguna untuk proyek yang mempunyai komponen utama sejenis.

5) Metode sistematis dimana proyek dibagi atas sistem fungsionalnya. Harga satuan ditentukan oleh jumlah tiap haga satuan elemen dalam setiap sistem atau mengalikan dengan data faktor pengali yang ada. c. Estimasi detail/terperinci yaitu memperkirakan biaya konstruksi secara

lebih terperinci dengan berpedoman pada gambar rencana, spesifikasi, gambar potongan dan gambar detail yang tersedia. Metode ini sering disebut metode harga satuan atau volume pekerjaan (Quantity Take off). d. Sistem estimasi sub kontraktor digunakan pada bagian konstruksi khusus

di sub kontraktor.

e. Estimasi pekerjaan tambah kurang digunakan karena kebutuhan pemilik proyek, kesalahan dalam dokumen kontrak atau perubahan kondisi lokasi proyek.

(48)

2. Resiko dalam menentukan Estimasi

Seorang estimator harus berusaha mengidentifikasi sebanyak mungkin bagian-bagian mana yang mengandung resiko atau ketidakpastian dalam estimasinya. Beberapa cara untuk mengidentifikasi resiko dalam estimasi biaya konstruksi adalah sebagai berikut:

a. Mempelajari semua dokumen yang berhubungan dengan proyek termasuk dokumen yang direferensikan dalam dokumen kontrak.

b. Melakukan tinjauan ke lokasi proyek sebelum penawaran. c. Membuat jadwal konstruksi sebelum penawaran.

d. Menyelidiki kemampuan keuangan dan etika bisnis pemilik proyek. e. Memilih sub kontraktor dan suplyer yang tepat.

f. Mengikuti rapat penjelasan .

g. Mengidentifikasi reaksi masyarakat terhadap proyek.

h. Mendapatkan kepastian bahwa sumber daya tersedia untuk pembangunan proyek.

i. Membuat daftar hal-hal yang sesungguhnya tentang proyek. j. Membuat strategi untuk mendapatkan proyek.

k. Mengidentifikasi dan memahami klausa-klausa dalam spesifikasi yang memberikan resiko untuk kontraktor.

l. Mengidentifikasi kondisi khusus dalam spesifikasi yang memberikan resiko tambahan untuk kontraktor.

m. Mengidentifikasi persyaratan-persyaratan pemerintah.

(49)

o. Mengkaji ulang pola musim daerah lokasi proyek. p. Mengidentifikasi lokasi pembuangan.

q. Mengkaji ulang laporan penyelidikan tanah lokasi proyek. r. Mengkaji ulang proyek dan metode kontruksi.

s. Melakukan analisis pekerjaan yang disubkontraktorkan untuk memastikan bahwa seluruh pekerjaan telah tercakup.

3. Dasar Pertimbangan Dalam Estimasi Biaya Proyek

Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan tahap desain dan dapat mempengaruhi perkiraan biaya konstruksi, antara lain sebagai berikut :

a. Sumber informasi, pengalaman di masa lampau, data-data proyek terdahulu dan laporan yang akurat.

b. Kondisi perekonomian baik dalam skala makro maupun mikro. c. Kondisi sosial yang sedang terjadi disekitar.

d. Tipe kontrak, lokasi proyek, keterbatasan lokasi dan lain sebagainya dapat mempengaruhi perhitungan estimasi biaya.

e. Kondisi lingkungan disekitar proyek.

f. Ketersediaan material dan sumber daya proyek. Semakin langka material di pasaran maka akan semakin mahal harga yang ditawarkan.

(50)

terselesaikan. Semakin besar produktivitas maka harga satuan upah tenaga kerja akan semakin mahal.

h. Cuaca sangat mempengaruhi proses pelaksanaan proyek konstruksi yang memungkinkan pelaksanaan dapat berlangsung dalam waktu yang relatif lebih lama akan sangat memepengaruhi biaya suatu pekerjaan.

i. Masalah konstruksibilitas yaitu kesulitan ataupun penggunaaan metode yang belum pernah dilakukan sebelumnya, sehingga akan menjadi faktor resiko yang tinggi dan mengakibatkan biaya akan semakin mahal.

4. Rencana Penyusunan Estimasi Biaya Proyek

Rencana anggaran biaya merupakan perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan proyek (Priyo, 2012). Anggaran biaya pada bangunan yang sama akan berbeda-beda di masing-masing daerah, hal ini disebabkan perbedaan harga satuan bahan dan upah tenaga kerja yang berbeda-beda. Prosentase bobot pekerjaan merupakan besarnya nilai prosentase tiap item-item pekerjaan, berdasarkan perbandingan antara anggaran biaya pekerjaan dengan harga bangunan.

(51)

pedoman teknik bangunan gedung negara tahun 2002 yang menentukan biaya pekerjaan standar bangunan gedung dan koefisien atau faktor pengali bangunan gedung bertingkat yang dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2.

Langkah-langkah dalam perencanaan estimasi biaya konstruksi pada tahap desain dan shedulling adalah sebagai berikut (Priyo, 2012) :

a. Mengumpulkan data-data berupa data teknis dan data non teknis. b. Estimasi pendahuluan berdasarkan luas, klasifikasi dan jumlah lantai.

c. Mengelompokkan data ke dalam daftar urutan pekerjaan untuk memudahkan proses pengolahan data dan agar lebih terstruktur.

d. Menghitung volume tiap jenis pekerjaan sesuai dengan gambar bestek. e. Mengelompokkan daftar harga material dan upah pekerjaan dalam suatu

tabel material, upah dan sewa alat.

f. Menganalisa harga satuan pekerjaan untuk tiap-tiap item pekerjaan. g. Menghitung rencana anggaran biaya proyek.

h. Merencanakan penjadwalan pelaksanaan pekerjaan pembangunan proyek. Dalam penyusunan anggaran biaya, terlebih dahulu perlu diketahui untuk keperluan apa dan kapan anggaran biaya tersebut dibuat. Hal ini akan berpengaruh pada cara/sistem penyusunan dan hasil yang diharapkan. Penyusun anggaran biaya terdiri dari instansi/dinas/jawatan (khusus bangunan negara), perencana dan kontraktor. Cara/sistem penyusunan berbeda-beda meskipun berdasarkan pada prinsip yang sama. Ada 2 (dua) macam jenis penyusunan anggaran biaya, yaitu :

(52)

yang digunakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penyusunan anggaran biaya kasar antara lain jenis, ukuran bangunan, jenis kontruksi (berat atau ringan), dan lokasi bangunan.

b. Anggaran biaya teliti. Perhitungan ini menggunakan seluruh ornamen yang digunakan dalam pembangunan. Anggaran biaya teliti pada umumnya digunakan sebagai harga penawaran. Sebelum mulai menghitung anggaran biaya teliti perlu diperhatikan bahan untuk menyusun anggaran biaya teliti supaya dikumpulkan dan diatur dengan rapi. Perlu memperhatikan gambar rencana atau keterangan yang tercantum dalam peraturan dan syarat-syarat. Membuat catatan sebanyak mungkin yang perlu, baik mengenai gambar bestek ataupun bestek. Serta menentukan sistim yang tepat dan teratur yang akan dipakai dalam perhitungan.

Untuk pekerjaan standar bangunan gedung, sebagai pedoman penyusunan anggaran pembangunan yang lebih dari satu tahun anggaran dan peningkatan mutu dapat berpedoman pada prosentase komponen-komponen pekerjaan sebagai berikut :

Tabel 2.1 Biaya pekerjaan standar bangunan gedung

KOMPONEN GEDUNG NEGARA

Pondasi 5 % - 10 %

Struktur 25 % - 35 %

Lantai 5 % - 10 %

Dinding 7 % - 10 %

(53)

Atap 8 % - 10 %

Utilitas 5 % - 8 %

Finishing 10 % - 15 %

Sumber : Pedoman Teknis Bangunan Gedung Negara, 2002

Harga satuan tertinggi rata-rata per m2 bangunan gedung bertingkat adalah didasarkan pada harga satuan lantai dasar tertinggi per m2 untuk bangunan gedung bertingkat, kemudian dikalikan dengan koefisien atau faktor pengali untuk jumlah lantai yang bersangkutan, sebagai berikut:

Tabel 2.2 Faktor pengali bangunan gedung bertingkat

JUMLAH LANTAI HARGA SATUAN PER M2 TERTINGGI

2 Lantai 1,090 standar harga satuan gedung bertingkat 3 Lantai 1,120 standar harga satuan gedung bertingkat 4 Lantai 1,135 standar harga satuan gedung bertingkat 5 Lantai 1,162 standar harga satuan gedung bertingkat 6 Lantai 1,197 standar harga satuan gedung bertingkat 7 Lantai 1,236 standar harga satuan gedung bertingkat 8 Lantai 1,265 standar harga satuan gedung bertingkat

(54)

D. Hasil Penelitian Terdahulu

(55)

kontraktor. Apabila kontraktor sangat membutuhkan pekerjaan demikian pula para pesaing yang lain membutuhkan pekerjaan dan sama-sama menguasai model-model strategi penawaran, sebaiknya menggunakan mark up terkecil yaitu model friedman dengan multi distribusi discrete atau multi distribusi normal. Apabila para pesaing tidak terlalu membutuhkan pekerjaan atau sedang banyak melakukan pekerjaan maka sebaiknya menggunakan model Gates atau model ackoff & sasieni dengan nilai mark up lebih besar.

(56)
(57)

37

Dalam proses pelelangan, tahap penawaran merupakan tahap yang sangat penting. Melalui tahap ini maka pihak penawar atau kontraktor harus saling bersaing dan beradu strategi untuk mendapatkan suatu proyek. Penawaran yang diajukan haruslah optimum artinya cukup tinggi untuk mendapatkan keuntungan dan cukup rendah untuk memenangkan tender proyek. Strategi penawaran berperan dalam membuat keputusan yang kompetitif, dimana di dunia konstruksi tekanan kompetisi untuk mendapatkan sebuah proyek lebih tinggi dibandingkan dengan bidang lain. Saat menentukan harga penawaran, perusahaan konstruksi harus memperhatikan tingkat profit yang cukup secara bisnis bagi perusahaan dan merefleksikan value yang cukup bagi pemilik proyek untuk dilanjutkan menjadi transaksi pembelian/kontrak, sehingga dapat menguntungkan kedua pihak, baik perusahaan konstruksi sebagai penjual jasa maupun pemilik proyek sebagai pengguna jasa.

(58)

kontraktor juga tidak dapat mengajukan harga penawaran terlalu rendah dengan harapan memenangkan tender semakin besar. Dua kondisi yang berlawanan ini berlangsung dalam waktu yang sama sehingga menyulitkan kontraktor untuk menentukan harga penawaran yang tepat.

Penawaran adalah suatu usulan oleh satu pihak untuk mengerjakan sesuatu bagi kepentingan pihak yang lain menurut persyaratan yang telah ditentukan dan disepakati bersama (Nugraha, 1985). Salah satu tahapan penting yang dilakukan sebelum tahapan pelaksanaan konstruksi adalah tahapan pengadaan kontraktor. Salah satu cara dalam pengadaan kontraktor oleh pemilik proyek adalah melalui proses tender. Dalam proses tender ini pemilik proyek akan memilih calon kontraktor dari sekian peserta tender dengan terlebih dahulu melakukan evaluasi. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan penawaran dari kontraktor yang paling memenuhi syarat. Adapun syarat – syarat yang menjadi pertimbangan adalah : 1.Penawaran memenuhi syarat administrasi dan secara teknis dapat

dipertanggungjawabkan.

2. Harga yang ditawarkan dapat dipertanggungjawabkan.

3. Penawaran tersebut adalah penawaran terendah diantara penawaran yang ada dan memenuhi syarat – syarat diatas.

Pada umumnya, terdapat empat jenis penawaran yang selau diaplikasikan oleh kontraktor, yaitu sebagai berikut:

(59)

pekerjaan dilakukan secara tawar-menawar, seperti pembangunan bangunan militer, dll.

b. Penawaran dilakukan secara paket. Penawaran dimana pemilik proyek yang menetapkan anggaran dan tidak bisa diganggu gugat. Pada umumnya penawaran jenis paket ini pekerjaannya meliputi pekerjaan perencanaan dan sekaligus pekerjaan pembangunannya.

c. Penawaran dilakukan secara terbuka. Penawaran yang dilakukan secara terbuka dan harga penawaran bergantung hasil analisis dan diumumkan kepada semua peserta tender.

d. Penawaran dilakukan secara tertutup. Penawaran jenis ini dilakukan tertutup dan harga penawaran tidak diumumkan kepada peserta tender.

Dari keempat jenis penawaran tersebut, penawaran terbuka adalah penawaran yang adil dan kompetitif sehingga penawaran ini seringkali digunakan pada proyek-proyek pemerintah atau proyek melalui bantuan negara-negara luar seperti proyek pelabuhan, jalan tol, bangunan tingkat tinggi dan bangunan infrastruktur lainnya di Indonesia. Di Indonesia khususnya untuk proyek-proyek pemerintah berskala besar dengan anggaran diatas 50 milyar rupiah diwajibkan menggunakan penawaran sistem terbuka.

(60)

a. Aspek dari proyek itu sendiri, meliputi jenis proyek, pemilik proyek, keuntungan yang mungkin dicapai, lokasi proyek, ukuran proyek dan tingkat resiko.

b. Aspek internal perusahaan, meliputi kebutuhan akan pekerjaan dan kemampuan perusahaan.

c. Aspek pasar, meliputi kondisi ekonomi dan kompetisi antar penawar. d. Aspek sumber daya yang dimiliki, meliputi estimator dan subkontraktor.

Banyak cara peserta lelang berusaha memenangkan lelang dengan menerapkan berbagai strategi. Strategi adalah suatu upaya yang dapat digunakan oleh pemakai dalam mendekatkan permasalahan pada kondisi yang senyata-nyatanya. Beberapa strategi umum yang sering digunakan, yaitu :

a. Strategi kompetitif, merupakan strategi penawaran paling ideal dengan mengasumsikan seluruh pesaing menggunakan strategi yang jujur dalam kompetisi.

b. Strategi menurunkan harga, merupakan strategi yang digunakan oleh peserta lelang untuk memenangkan lelang dengan menurunkan harga dan rela mendapatkan keuntungan minimal.

c. Strategi merugi, merupakan strategi yang bertujuan untuk memeperoleh simpati dari owner dengan harapan untuk mendapatkan proyek berikutnya. d. Strategi pembayaran dengan kelonggaran, merupakan strategi yang

(61)

e. Strategi perundingan bawah meja, merupakan strategi yang bertujuan mendapatkan nilai Owner Estimate dalam suasana tidak formal.

1. Konsep Dasar Penawaran

Harga penawaran terendah dalam suatu proyek biasanya didasarkan atas biaya langsung (direct cost) dari proyek tersebut. Salah satu komponen penawaran adalah biaya. Analisa komponen biaya mengkategorikan biaya sebagai biaya modal tetap dan biaya modal kerja. Biaya modal tetap terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak langsung. Tiap kontraktor memiliki prosentase perbandingan yang berbeda antara biaya langsung dengan biaya tidak langsung. Hal ini disebabkan oleh perbedaan strategi penawaran tiap kontraktor. Perbedaan antara harga penawaran dengan estimasi bergantung dari berbagai faktor, misalnya kebutuhan kontraktor untuk mendapatkan pekerjaan, menaikkan harga penawaran seminimum mungkin dan memaksimalkan profit yang ingin dicapai. Setiap kontraktor pada kenyataannya ingin memanfaatkan kesempatan untuk mendapatkan proyek dengan cara mengajukan harga penawaran yang akurat.

Mengajukan harga penawaran yang tinggi sangat memungkinkan pesaing yang mengajukan harga lebih rendah akan memenangkan lelang tersebut, jika menawar terlalu rendah, maka penawar yang mendekati owner estimate yang mempunyai kesempatan untuk menang, sehingga kontraktor harus menyatukan kondisi yang bertentangan tersebut dengan pertimbangan sebagai berikut :

(62)

b. Penawaran harus cukup tinggi untuk mendapatkan profit walaupun kesempatan untuk memenangkan proyek kecil.

Konsep dasar dalam menentukan strategi penawaran cukup sederhana yaitu hanya ada satu penawar terbaik dalam mengkombinasikan dua hal tersebut :

a. Memperoleh profit dari harga penawaran yang diajukan. b. Kemungkinan untuk mendapatkan proyek dapat dicapai. 2. Penawaran dengan Satu Kompetitor

Sebelum strategi penawaran ini dibicarakan lebih lanjut, perlu diketahui bagaimana menentukan probabilitas dari suksesnya penawaran. Langkah awal adalah menghitung nilai R dengan Persamaan 3.1.

Tabel 3.1 Data terhadap kontraktor A pada penawaran yang telah lewat

R = b/c Jumlah

R < 0,98 0

0,98 ≤ R < 1,00 1

1,00 ≤ R < 1,02 3

1,02 ≤ R < 1,04 5

1,04 ≤ R < 1,06 13

1,06 ≤ R < 1,08 18

1,08 ≤ R < 1,10 14

1,10 ≤ R < 1,12 5

1,12 ≤ R < 1,14 2

(63)

1,16 ≤ R < 0

Total 62

Sumber : Majalah konstruksi, edisi September 1990.

R = c bA

(3.1)

dengan :

R : Rasio ( Mark Up + 1 ) bA : Penawaran Kompetitor A

c : Estimasi biaya pelaksanaan dari kontraktor

Untuk penawaran dengan satu kompetitor dimisalkan seperti pada Tabel 3.1 dimana kompetitor yang dihadapi sebanyak 62 pesaing dalam jangka beberapa tahun. Jika bid ratio (b/c) adalah 0,98 (2 % kurangnya dari biaya estimasi), probabilitas untuk memenangkan penawaran terhadap A adalah 1,00. Dalam Tabel 3.1 ditunjukkan kontraktor A mempunyai nilai bid ratio (b/c) kurang dari 1,02 sebanyak 4 kali. Dalam Tabel 3.2 ditunjukkan jika diajukan penawaran dengan mark up 2 % (bid ratio = 1,02) , maka probabilitas untuk menang adalah 58/62 atau 0,94. Nilai-nilai expected profit pada Tabel 3.2 menunjukkan bahwa penawaran sebesar 1,06 atau mark up sebesar 6 % adalah yang optimum jika hanya bersaing dengan kontraktor A. Jika estimasi c, sebesar Rp.100 juta, maka penawaran yang harus diajukan adalah sebesar Rp. 106 juta.

(64)

biaya pelaksanaan saat itu, dapat ditentukan mendahului perhitungan biaya berdasarkan record penawaran yang lewat. Jadi optimum mark up akan sama besar persentasenya baik untuk pekerjaan kecil maupun pekerjaan besar. Tentu saja tidak dalam keadaan sesungguhnya. Maka dari itu, harus mengklasifikasi pekerjaan yang akan diambil data-datanya.

Tabel 3.2 Probabilitas terhadap A dan Expected profit yang dihasilkan

b/c pA

Expected Profit pA(b-c) 0,98 62/62 = 1,00 1,0 (0,98c-c) = -0,02c

1,00 61/62 = 0,98 0,98 (1,00c-c) = 0

1,02 58/62 = 0,94 0,94 (1,02c-c) = 0,019c 1,04 53/62 = 0,85 0,85 (1,04c-c) = 0,034c 1,06 40/62 = 0,65 0,65 (1,06c-c) = 0,039c 1,08 22/62 = 0,36 0,36 (1,08c-c) = 0,029c

1,10 8/62 = 0,13 0,13(1,10c-c) = 0,013c

1,12 3/62 = 0,05 0,05(1,12c-c) = 0,006c

1,14 1/62 = 0,02 0,02 (1,14c-c) = 0,003c

1,16 0/62 = 0 0,00 (1,16c-c) = 0

Sumber : Majalah Konstruksi, edisi September 1990. 3. Penawaran Lebih Dari satu Kompetitor

(65)

3.4 menyimpulkan bahwa jika diambil mark up sebesar 8 % maka probabilitas untuk menang terhadap A adalah 0,36 dan terhadap B adalah 0,52. Jika terhadap A dan B sekaligus, maka probabilitasnya adalah 0,19. Probabilitas ini (PAB) adalah hasil perkalian Pa dan Pb.

Tabel 3.3 Probabilitas terhadap kontraktor A , B dan AB

b/c pA pB pAB

0,98 1,00 1,00 1,00

1,00 0,98 0,99 0,97

1,02 0,94 0,96 0,90

1,04 0,85 0,90 0,77

1,06 0,65 0,84 0,55

1,08 0,36 0,52 0,19

1,10 0,13 0,31 0,04

1,12 0,05 0,14 0,01

1,14 0,02 0,03 0,00

1,16 0,00 0,00 0,00

Sumber : Majalah Konstruksi, edisi September 1990.

Tabel 3.4 Expected Profit menghadapi kontraktor A dan B

b/c pAB

Expected Profit pAB

(66)

0,98 1,00 -0,020

1,00 0,97 0,000

1,02 0,90 0,018

1,04 0,77 0,030

1,06 0,55 0,033

1,08 0,19 0,015

1,10 0,04 0,004

1,12 0,01 0,001

1,14 0,00 0,000

1,16 0,00 0,000

Sumber : Majalah Konstruksi, edisi September 1990.

Pada Tabel 3.4 menunjukkan bahwa optimum mark up untuk mengalahkan kontraktor A dan B adalah 6 %. Kesimpulannya semakin banyak saingan yang dihadapi maka semakin kecil optimum mark up. Semakin banyak jumlah pesaing maka kesempatan menang semakin kecil.

4. Average Kompetitor

(67)

kompetitor yang dihadapi, optimum mark up adalah 6 %. Namun jika ada tiga kompetitor, maka prosedur yang sama seperti ketika menghadapi lebih dari satu kompetitor dapat digunakan.

Tabel 3.5 Probabilitas terhadap kontraktor A dan B secara bersamaan

b/c pAV

Expected profit pAB(b-c)

0,98 1,00 -0,020

1,00 0,98 0,000

1,02 0,95 0,019

1,04 0,89 0,036

1,06 0,72 0,043

1,08 0,51 0,041

1,10 0,30 0,030

1,12 0,12 0,014

1,14 0,05 0,007

1,16 0,00 0,000

Sumber : Majalah Konstruksi, edisi September 1990.

Gambar

Gambar 2.1 Batas harga penawaran suatu tender (Cook, 1985)
Tabel 3.2 Probabilitas terhadap A dan Expected profit yang dihasilkan
Gambar 4.1 Tahapan penelitian model strategi penawaran
Gambar 4.1 Tahapan Penelitian model strategi penawaran (Lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait