• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Perkembangan Motorik Sosial dan Bahasa Anak Toddler antara yang Mengikuti PAUD dan tidak Mengikuti PAUD di Kelurahan Nglorog Sragen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan Perkembangan Motorik Sosial dan Bahasa Anak Toddler antara yang Mengikuti PAUD dan tidak Mengikuti PAUD di Kelurahan Nglorog Sragen"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Perbedaan Perkembangan Motorik Sosial dan Bahasa Anak.. (Nur Rahmi dan Siti Arifah)

206

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK SOSIAL DAN BAHASA

ANAK TODDLER ANTARA YANG MENGIKUTI PAUD DAN TIDAK

MENGIKUTI PAUD DI KELURAHAN NGLOROG SRAGEN

Noor Rachmi Wulan Mustika* Siti Arifah**

Abstract

Child development is influenced by several factors, one of which is the stimulation that comes from parents and informal environmental education, formal and non formal education, early childhood education services is a fundamental which very important and influential on the development of children, the results of preliminary studies to interview several people parents who do not include their children to early childhood education express that children are less independent and less active as participate in various activities, while parents include their children to early childhood education express that children enjoy interacting with others, independent and active. The purpose of this study to determine the difference motor, social and language development of toddler aged children between the following early childhood education and do not follow it in Nglorog village Sragen city. This type of research is non experimental with research design descriptive comparative that is compare the motor, social and language development of toddler aged children between the following early childhood education and do not follow it through DDST test with different test non-parametric test of Mann Whitney, while technique intake of data by cross sectional. Samples of each group amount to 32 children who followed the early childhood education and 53 children who do not follow the early childhood education with technique simple random sampling from all population that is toddler aged children who following early childhood education and do not follow early childhood education fulfilling inclusion criteria. The results of analysis from the differences gross motor development with p = 0.022, fine motor development with p = 0.037, social development p = 0.001, and language development p = 0.009, there are the difference motor, social and language development of toddler aged children between the following early childhood education and do not follow it. Suggestion for parents should be able to further enhance knowledge of child development stimulation and increase the child stimulation when the children are not learning in school. so that the expected child development will grow better.

Key words: motor, social and language development, toddler aged children, early childhood education

_______________________________________________________________________ __

*Nur Rahmi Wulan Mustika:

Mahasiswa Fakultas ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta **Siti Arifah :

Dosen Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

(2)

Perbedaan Perkembangan Motorik Sosial dan Bahasa Anak.. (Nur Rahmi dan Siti Arifah)

207

PENDAHULUAN

Perkembangan pada bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah stimulasi. Stimulasi ini terdiri atas pendidikan dan pelatihan. Stimulasi dini berasal dari rangsangan yang berada di lingkungan anak seperti bermain. Selain itu, stimulasi juga bisa berasal dari orang tua. Stimulasi dapat terjadi di lingkungan pendidikan informal, formal, dan non formal (Liadewi, 2010).

Salah satu pendidikan bagi anak usia dini adalah kelompok bermain atau lebih dikenal dengan sebutan play group. Tujuan program ini adalah mengembangkan seluruh aspek fisik, mental, emosi, sosial, dan bahasa anak (Putra, 2011).

Hasil wawancara studi pendahuluan pada beberapa orang tua anak yang tidak mengikutkan anaknya ke PAUD mengutarakan keluhan bahwa anak kurang mandiri. Anak kurang aktif dan bersemangat ketika anak mengikuti berbagai kegiatan seperti perlombaan untuk anak usia batita. Sedangkan orang tua yang mengikutkan anaknya ke PAUD mengutarakan bahwa anak senang berinteraksi dengan orang lain, mandiri, aktif dan bersemangat. Hasil wawancara tersebut didukung oleh penelitian Wulandari (2009) dengan judul Perbedaan Kematangan Sosial Anak Ditinjau Dari Keikutsertakan Pendidikan Prasekolah (Play Group) bahwa pendidikan merupakan pemberian upaya untuk menstimulasi perkembangan anak. Oleh sebab itu layanan pendidikan anak usia dini merupakan dasar yang sangat penting dan berpengaruh terhadap perkembangan anak hingga dewasa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan perkembangan motorik, sosial dan bahasa anak toddler antara yang mengikuti PAUD dan tidak mengikuti PAUD di Kelurahan Nglorog Sragen.

METODE PENELITIAN

Berdasarkan pada klasifikasinya, jenis penelitian yang akan dilakukan adalah non eksperimental dengan desain penelitian deskriptif komparatif.

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Nglorog Sragen. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2011.

Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah jumlah anak toddler usia 1-3 tahun di Kelurahan Nglorog Sragen sebanyak 119 orang. Populasi anak toddler yang mengikuti PAUD di Kelurahan Nglorog Sragen sebanyak 47 anak dan anak toddler yang tidak mengikuti PAUD di Kelurahan Nglorog Sragen sebanyak 72 anak dengan tekhnik simple random sampling.

Instrumen penelitian perkembangan motorik, sosial dan bahasa pada penelitian ini adalah lembar DDST.

Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. menggunakan uji Mann Whitney.

HASIL PENELITIAN

Karakteristik responden menurut umur

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur

Umur (bulan)

PAUD Tidak PAUD n (%) n (%) 12-17 bulan 5 15,6 8 15,1 18-23 bulan 13 40,6 23 43,4 24-30 bulan 10 31,3 15 28,3 31-36 bulan 4 12,5 7 13,2 Total 32 100,0 53 100,

0 Berdasarkan tabel 1 menerangkan bahwa umur responden pada kelompok yang mengikuti PAUD maupun kelompok yang tidak mengikuti PAUD banyak pada kelompok umur 18-23 bulan, yaitu 40,6% pada kelompok yang mengikuti PAUD dan 43,4% pada kelompok tidak mengikuti PAUD.

Karakteristik responden menurut jenis kelamin

(3)

Perbedaan Perkembangan Motorik Sosial dan Bahasa Anak.. (Nur Rahmi dan Siti Arifah)

208

Tabel 2 menerangkan bahwa responden dari kelompok yang mengikuti PAUD maupun responden kelompok yang tidak mengikuti PAUD banyak berjenis kelamin perempuan, dimana kelompok yang mengikuti PAUD sebesar 71,9% sementara kelompok tidak mengikuti PAUD sebesar 58,5%.

Analisis Univariat

Perkembangan Motorik Kasar

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Perkembangan Motorik Kasar Berdasarkan tabel 3 menerangkan data responden kelompok yang mengikuti PAUD semuanya masuk dalam kategori normal, sementara pada responden kelompok yang tidak mengikuti PAUD dari 53 responden terdapat 8 responden yang masuk katergori suspect.

Perkembangan motorik halus

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Perkembangan Motorik Halus Tabel 4 menerangkan bahwa responden yang mengikuti PAUD terdapat 1 responden yang masuk kategori suspect demikian juga pada responden yang tidak mengikuti PAUD

terdapat 10 responden yang masuk kategori suspect.

Perkembangan sosial

Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan perkembangan sosial responden kelompok yang mengikuti PAUD yang masuk kategori suspect, sedangkan 21 responden yang tidak mengikuti PAUD masuk dalam kategori suspect.

Perkembangan Bahasa

Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan perkembangan bahasa Tabel 6 menerangkan bahwa responden kelompok yang mengikuti PAUD semuanya masuk dalam kategori normal, sedangkan pada responden tidak mengikuti PAUD terdapat 10 responden yang dinyatakan suspect.

Analisis Bivariat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan perkembangan motorik, sosial dan bahasa anak toddler antara yang mengikuti PAUD dan tidak mengikuti PAUD di Kelurahan Nglorog Sragen. Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan uji Mann Whitney test.

Uji beda perkembangan motorik kasar pada responden yang mengikuti PAUD dengan responden tidak mengikuti PAUD

(4)

Perbedaan Perkembangan Motorik Sosial dan Bahasa Anak.. (Nur Rahmi dan Siti Arifah)

209

sebesar -2,295 dengan signifikansi p = 0,002. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan perkembangan motorik kasar antara respoden yang mengikuti PAUD dengan yang tidak mengikuti PAUD sehingga dapat disimpulkan bahwa responden yang mengikuti PAUD memiliki perkembangan motorik kasar yang lebih baik dari pada responden yang tidak mengikuti PAUD.

Uji beda perkembangan motorik halus pada responden yang mengikuti PAUD dengan responden tidak mengikuti PAUD

Tabel 8. Hasil uji hipotesis penelitian Variabel Mean Z p Kesimpulan sebesar -2,083 dengan signifikansi p = 0,037. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motorik halus antara respoden yang mengikuti PAUD dengan yang tidak mengikuti PAUD sehingga dapat disimpulkan

bahwa responden yang mengikuti PAUD memiliki perkembangan motorik halus yang lebih baik dari pada responden yang tidak mengikuti PAUD

Uji beda perkembangan sosial pada responden yang mengikuti PAUD dengan responden tidak mengikuti PAUD

Tabel 9. Hasil uji hipotesis penelitian Variabel Mean Z p Kesimpulan sebesar -3,336 dengan signifikansi p = 0,001. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan perkembangan sosial antara respoden yang mengikuti PAUD dengan yang tidak mengikuti PAUD sehingga dapat disimpulkan bahwa responden yang mengikuti PAUD memiliki perkembangan sosial yang lebih baik dari pada responden yang tidak mengikuti PAUD

Uji beda perkembangan bahasa pada responden yang mengikuti PAUD dengan responden tidak mengikuti PAUD

(5)

Perbedaan Perkembangan Motorik Sosial dan Bahasa Anak.. (Nur Rahmi dan Siti Arifah)

210

tidak mengikuti PAUD

Tabel 10 menerangkan bahwa nilai Z skor sebesar -2,600 dengan signifikansi p = 0,009. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan perkembangan bahasa antara respoden yang mengikuti PAUD dengan yang tidak mengikuti PAUD sehingga dapat disimpulkan bahwa responden yang mengikuti PAUD memiliki perkembangan bahasa yang lebih baik dari pada responden yang tidak mengikuti PAUD.

PEMBAHASAN

Karakteristik responden menurut umur

Hasil penelitian mengenai umur responden pada kelompok yang tidak mengikuti PAUD maupun kelompok yang mengikuti PAUD diperoleh data umur terbanyak pada usia 18-23 bulan baik responden yang tidak mengikuti PAUD maupun responden yang ikut PAUD. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara pada orang tua responden usia 18-23 bulan yang mengikuti PAUD yang menyatakan bahwa orang tua berkeinginan anak dapat lebih berkembang apabila diikutsertakan pada sebuah lembaga pendidikan. Pernyataan orang tua di atas sesuai dengan pernyataan Nelson (2000) bahwa perkembangan fisik dan pencapaian kemampuan terjadi dengan cepat selama tahun pertama. Santrock (2007) menerangkan bahwa pada perkembangan anak, pendidikan merupakan dimensi yang sangat penting dalam perkembangan anak. Oleh sebab itu layanan pendidikan anak usia dini merupakan dasar yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak selanjutnya hingga dewasa.

Sedangkan orang tua responden usia 18-23 bulan yang tidak mengikutsertakan anaknya pada PAUD memiliki alasan bahwa dengan umur kurang dari 2 tahun, orang tua merasa masih dapat mengasuh sendiri tanpa harus melibatkan orang lain. Tindakan orang tua responden yang berusaha untuk mendidik anaknya tanpa harus mengikuti PAUD sejalan dengan pendapat Siswono (2004) bahwa stimulasi adalah upaya orang tua untuk

mengajak anak bermain dalam suasana penuh gembira dan kasih sayang. Aktivitas bermain dan suasana cinta ini penting guna merangsang seluruh sistem indera, melatih kemampuan motorik halus dan kasar, kemampuan berkomunikasi serta perasaan dan pikiran anak. Anak akan lebih dekat dengan orang tua pada saat bermain dari pada bermain dengan orang yang baru dikenalnya.

Karakteristik responden menurut jenis kelamin

Ditinjau dari jenis kelamin responden dari kelompok yang mengikuti PAUD maupun responden kelompok yang tidak mengikuti PAUD, banyak responden berjenis kelamin perempuan. Hal ini sejalan dengan data dari Biro Statistik Indonesia (BPS) tahun 2009 yang menjelaskan bahwa angka kelahiran bayi ditinjau dari jenis kelamin banyak berjenis kelamin perempuan, oleh karena itu dari hasil penelitian ini juga menunjukkan jumlah responden lebih banyak anak perempuan.

Perkembangan Motorik Kasar

Presentase responden yang tidak mengikuti PAUD lebih banyak mengalami suspect dari pada presentase responden yang mengikuti PAUD. Berdasarkan data dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap orang tua anak, sebagian besar mata pencaharian orang tua anak yang tidak mengikuti PAUD adalah petani, buruh dan pedagang dengan riwayat pendidikan SD dan SMP. Kesibukan orang tua dalam bekerja dan hanya meninggalkan anak bermain sendiri di rumah tanpa teman dan kurangnya pengetahuan orang tua tentang cara mendidik dan memberi stimulasi pada anak dapat menjadikan perkembangan motorik kasar anak terhambat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Siswono (2004), bahwa sangat penting keterlibatan orang tua sebagai pendidik utama bagi anak. Interaksi anak dengan orang tua akan menimbulkan keakraban yang berpengaruh terhadap perkembangan anak.

(6)

Perbedaan Perkembangan Motorik Sosial dan Bahasa Anak.. (Nur Rahmi dan Siti Arifah)

211

dapat menunjang perkembangan responden. Permainan variatif yang diajarkan oleh guru dapat merangsang perkembangan responden untuk ikut secara aktif bergerak seperti yang diarahkan oleh guru seperti permaian ular-ularan dan berbagai alat permainan edukatif seperti bola dunia merupakan salah satu sarana bermain yang disukai oleh responden. Untuk perkembangan motorik kasar juga diperlukan stimulasi yang terarah dengan bermain, latihan-latihan atau olah raga. (Kania, 2011).

Responden yang mengikuti PAUD memiliki perkembangan motorik kasar yang lebih baik dari pada responden yang tidak mengikuti PAUD menunjukkan bahwa pendidikan di PAUD terbukti meningkatkan perkembangan motorik kasar responden. Hasil wawancara peneliti terhadap guru PAUD diperoleh informasi bahwa pendidikan PAUD mengajar siswa menurut tingkatan umur, sehingga perkembangan motorik kasar dapat dievaluasi secara baik (Yunianto, 2002).

Pernyataan di atas sependapat dengan Fathani (2008) yang menyatakan pula bahwa anak-anak yang mengikuti PAUD mendapatkan kurikulum program pembelajaran yang ditunjang dengan sarana dan prasarana yang cukup lengkap, sehingga tujuan pembelajaran bagi anak akan tercapai.

Perkembangan Motorik Halus

Presentase responden yang tidak mengikuti PAUD lebih banyak mengalami suspect dari pada presentase responden yang mengikuti PAUD. Berdasarkan data dan observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap fasilitas bermain dan belajar anak yang dimiliki orang tua, sebagian besar orang tua yang tidak mengikutkan anaknya ke PAUD tidak mempunyai banyak alat bantu permainan yang variatif dan edukatif untuk memberikan stimulasi pada anak seperti berbagai jenis susunan balok. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soetjiningsih (2000), stimulasi merupakan hal yang penting untuk perkembangan anak. Anak yang mendapat stimulasi yang teratur dan terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau tidak mendapat stimulasi.

Sedangkan responden yang mengikuti PAUD mendapatkan banyak sarana atau alat bantu, kejelian dan rangsangan permainan yang variatif, serta terdapat banyak waktu untuk memberikan stimulasi perkembangan pada anak.

Responden yang mengikuti PAUD memiliki perkembangan motorik halus yang lebih baik dari pada responden yang tidak mengikuti PAUD menunjukkan bahwa pendidikan di PAUD terbukti meningkatkan perkembangan motorik halus responden. Hasil wawancara terhadap orang tua responden yang tidak mengikuti PAUD diperoleh informasi bahwa kurangnya pengetahuan orang tua dalam mendidik atau mengajarkan anak sesuai dengan tahapan usia anak, selama ini orang tua responden tidak mengetahui dan tidak secara khusus mengajari anaknya berlatih seperti memegang benda kecil agar dapat merangsang perkembangan motorik halus pada anaknya. Sedangkan pendidikan di PAUD mengajarkan kepada responden untuk belajar menggunakan jari tangan seperti memegang atau menungut benda-benda yang tergolong kecil seperti belajar menyusun kubus.

Menurut Tedjasaputra (2003), kebutuhan stimulasi atau upaya merangsang anak untuk memperkenalkan suatu pengetahuan ataupun ketrampilan baru ternyata sangat penting dalam peningkatan kecerdasan anak. Stimulasi yang beragam merupakan suatu kebutuhan dasar yang harus diperhatikan dan diberikan oleh orang tua.

Perkembangan Sosial

(7)

Perbedaan Perkembangan Motorik Sosial dan Bahasa Anak.. (Nur Rahmi dan Siti Arifah)

212

tanpa ada teman sebaya atau orang yang dapat mengawasai perkembangan yang bisa mengarahkan gerakan perkembangan yang sesuai dengan tahapan umur anak.

Sedangkan responden yang mengikuti PAUD mendapatkan stimulasi yang lebih terarah. Melalui program pendidikan, anak sedini mungkin diperkenalkan pada berbagai hal, pengenalan berbagai sikap dan perilaku, kebiasaan dan sifat orang-orang yang ada disekitarnya akan membantu anak memahami aspek-aspek psikologi dari lingkungan sosialnya.

Responden yang mengikuti PAUD memiliki perkembangan sosial yang lebih baik dari pada responden yang tidak mengikuti PAUD. Pendidikan di PAUD menstimulus responden untuk dapat mengembangkan personal sosialnya dengan cara bermain peragaan yang mudah dicerna atau mengerjakan tugas-tugas kecil bersama teman secara berkelompok seperti seperti saling menyebutkan nama teman satu kelompoknya. Metode pembelajaran tersebut diungkapkan oleh Suyanto (2005) dengan melatih anak bekerja sama dalam kelompok kecil 3-4 orang. Metode ini melatih anak bekerja sama dan mengembangkan kemampuan sosial, anak akan saling mengenal satu dengan yang lain dan mulai berinteraksi dengan saling menolong atau bermain bersama. Sementara sedikit dari orang tua responden yang tidak mengikuti PAUD yang dapat meluangkan waktu untuk mengawasai dan mengarahkan gerakan perkembangan yang sesuai dengan tahapan umur anak.

Soetjiningsih (2002) menyatakan adanya lingkungan yang baru dimana responden yang mengikuti PAUD lebih banyak berinteraksi dengan teman sebaya, sehingga interaksi yang terjalin baik antar sesama murid ataupun dengan guru dapat mempengaruhi perkembangan sosial.

Perkembangan Bahasa

Presentase responden yang tidak mengikuti PAUD lebih banyak mengalami suspect dari pada presentase responden yang mengikuti PAUD karena salah satu faktor

yang mempengaruhi perkembangan bahasa adalah rangsangan yang diberikan oleh orang tua atau keluarga. Menurut Sudono (2006), pekerjaan orang tua yang menyita waktu sehingga kurang berinteraksi dengan anak serta tingkat pendidikan orang tua yang rendah juga dapat mempengaruhi perkembangan bahasa anak yang memungkinkan juga akan mengalami mengalami hambatan, anak hanya bermain dengan dirinya sendiri tanpa ada yang memberi pengawasan, perhatian dan memberi contoh perilaku yang positif sehingga perbendaharaan kata yang dimiliki oleh anak yang tidak mengikuti PAUD terhitung sedikit. Sedangkan responden yang mengikuti PAUD mendapatkan stimulasi yang lebih terarah seperti bernyanyi bersama seperti menyebutkan anggota tubuh manusia, lagu dinyanyikan dengan berbagai gerakan dan menunjukkan gambar sehingga akan mempermudah anak untuk mengingat dan mengucapkan kembali kata demi kata. Adanya buku bacaan anak dan gambar edukatif juga penting karena akan menambah kemampuan berbahasa.

Responden yang mengikuti PAUD juga memiliki perkembangan bahasa yang lebih baik dari pada responden yang tidak mengikuti PAUD. Hasil observasi yang dilakukan peneliti selama proses pembelajaran di sekolah PAUD, diperoleh gambaran bahwa guru PAUD memberikan pendidikan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak membacakan buku bacaan karena akan menambah perbendaharaan kata anak (Kania, 2011). Gambaran tersebut berbeda dengan responden yang tidak mengikuti PAUD. Hasil wawancara terhadap orang tua responden diperoleh keterangan bahwa orang tua responden tidak pandai bercerita terhadap putra atau putrinya. Kendala pengetahuan serta imajinasi dalam bercerita adalah kesulitan yang sering dialami oleh orang tua responden, dengan demikian kemampuan kosa kata pada responden menjadi terhambat.

(8)

Perbedaan Perkembangan Motorik Sosial dan Bahasa Anak.. (Nur Rahmi dan Siti Arifah)

213

Suyanto (2005) dengan presentasi dan cerita. Metode ini baik digunakan untuk mengungkap kemampuan, perasaan, dan keinginan anak. Setiap hari guru dapat meminta dua atau tiga orang anak untuk bercerita apa saja yang ingin diungkapkan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Sebagian besar responden yang mengikuti PAUD memiliki perkembangan motorik kasar, motorik halus, sosial dan bahasa dalam kategori normal.

2. Sebagian besar responden yang tidak mengikuti PAUD perkembangan motorik kasar motorik halus, sosial dan bahasa dalam kategori normal.

3. Perkembangan motorik kasar, motorik halus, sosial dan bahasa anak toddler yang mengikuti PAUD lebih baik dari pada perkembangan motorik kasar motorik halus, sosial dan bahasa anak toddler yang tidak mengikuti PAUD di Kelurahan Nglorog Kabupaten Sragen.

Saran

1. Bagi orang tua murid

a. Hendaknya orang tua dapat lebih meningkatkan pengetahuan tentang

stimulasi bagi perkembagan anak dengan cara membaca buku perkembagan anak.

b. Perlunya peningkatan stimulasi anak pada saat anak tidak dalam proses belajar di sekolah seperti pada saat orang tua berada di rumah, sehingga diharapkan perkembangan anak akan tumbuh dengan lebih baik.

2. Bagi guru

Memberikan penghargaan bagi anak didiknya untuk merangsang peningkatan respon positif yang pada akhirnya diharapkan respons perkembangan siswa meningkat.

3. Bagi peneliti lain

Penelitian ini hanya meneliti membedakan perkembangan motorik, sosial, dan bahasa anak toddler antara yang ikut PAUD dan tidak ikut PAUD. Diharapkan peneliti lain mengembangkan dengan menambah variabel seperti faktor pendidikan atau pekerjaan orang tua dan faktor asupan gizi anak, sehingga dapat diperoleh hasil penelitian yang lebih baik dan lebih variatif.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rine Cipta.

Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. (2002). Acuan menu pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini (Menu Pembelajaran Generik). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Kesehatan RI. (2005). Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi. Jakarta : Depkes.

Dui, N. (2008). Perlukah anak dimasukkan ke play group?. Diakses pada tanggal 23 April 2011. http://linakura.multiply.com/journal/item/9

Fathani, A.H. (2008). PAUD sarana identifikasi kecerdasan anak. Diakses pada tanggal 9 Juli 2011. http://koranpendidikan.com

(9)

Perbedaan Perkembangan Motorik Sosial dan Bahasa Anak.. (Nur Rahmi dan Siti Arifah)

214

Hidayat, A.A. (2008). Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah edisi pertama. Jakarta: Salemba Medika.

Hogan, M.A., & White, E.J. (2003). Child health nursing reviews & rationales. New Jersey: Prentice Hall.

Hurlock, E. (2001). Perkembangan anak (Meitasari Tjandrasa & Muslichah Zarkasih, Penerjemah.). Jakarta: Erlangga.

Kania, N. (2010). Stimulasi tumbuh kembang anak untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal.

Diakses pada tanggal 21 Juni 2011.

http://www.pdfwindows.com/goto?=http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/02/stimulasi_tumbuh_kembang_anak_optimal.pdf

Kartono. (2000). Psikologi anak (Psikologi perkembangan). Jakarta: Mandar Maju.

Liadewi, V.N. (2010). Asuhan neonates bayi & anak balita. Jakarta: Salemba Medika.

Mansur. (2007). Pendidikan anak usia dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Muslihatun, W.N. (2010). Asuhan neonatus bayi dan balita. Yogyakarta: Fitramaya.

Narendra, M.B. (2002). Buku ajar tumbuh kembang anak dan remaja. Jakarta: Sagung Seto.

Nelson, A., Behram., & Kliegman. (2000). Ilmu kesehatan anak nelson (vol I ed 15) (A. Samik Wahab, Penerjemah). Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. (2002). Metode penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan (Pedoman skripsi, tesis, dan instrument penelitian keperawatan). Jakarta: Salemba Medika.

Putra, W. (2011) Mendidik anak sejak dini. Diakses pada tanggal 21 Juni 2011. http://www.theglobejournal.com/kategori/opini/mendidik-anak-sejak-dini.php

Rebeschi, M.L., & Brown, M.H. (2002). The pediatric nurse’s survival guide second edition. USA: Thomson Delmar Learning.

Santi, D. (2009). Pendidikan anak usia dini antara teori dan praktek. Jakarta Barat: Indeks.

Santoso, H. (2010). Pengaruh pelatihan tentang DDST terhadap kompetensi pendidik PAUD dalam pemantauan perkembangan anak pra sekolah. Diakses pada tanggal 23 Juni 2011.

http://static.schoolrack.com/files/21797/62991/heru_swn-pengaruh_pelatihan_ddst.doc

Santrock, J.W. (2002). Life-span development (Perkembangan masa hidup, vol I ed 5) (Achmad Chusairi & Juda Damanik, Penerjemah). Jakarta: Erlangga.

(10)

Perbedaan Perkembangan Motorik Sosial dan Bahasa Anak.. (Nur Rahmi dan Siti Arifah)

215

Siswono. (2004). Hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan stimulasi pada anak. Diakses pada tanggal 9 Juli 2011. http://httpyasirblogspotcom.blogspot.com

Soetjiningsih. (2002). Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC.

Sugiyono. (2009). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suherman. (2000). Buku saku perkembangan anak. Jakarta: EGC.

Sujiono, Y.N. (2009). Konsep pendidikan anak usia dini. Jakarta Barat: Indeks.

Sumantri. (2005). Model pengembangan keterampilan motorik anak usia dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Suyanto, S. (2005). Dasar-dasar pendidikan anak usia dini. Yogyakarta: Hikayat.

Tedjasaputra, M. (2003). Melatih ketrampilan motorik anak. Diakses pada tanggal 23 Juni 2011. http://www. Republika.co.id/koran.detail

Wong, L.D. (2007). Nursing care of infant and children (8th ed). New York: Mosby.

Wong, L.D. (2004). Pedoman klinis keperawatan pediatrik edisi 4 (Monica Ester: Alih Bahasa). Jakarta: EGC.

Yunianto, E. (2002). Cara mudah mendirikan dan menyelenggarakan lembaga PADU (Buletin PADU Jurnal Ilmiah Anak Usia Dini. Edisi III). Jakarta: Direktorat PADU Depdiknas. Diakses pada tanggal 23 Juni 2011. http://static.schoolrack.com/files/21797/62991/heru_swn-pengaruh_pelatihan_ddst.doc

Gambar

Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan perkembangan sosial
Tabel 9. Hasil uji hipotesis penelitian Variabel Mean  Z p Kesimpulan

Referensi

Dokumen terkait

Rangkuman hasil analisis Uji-t independent sample untuk mengetahui perbedaan persepsi karyawan Biro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada program pelatihan dan

Hasil penelitian pengembangan ini menghasilkan model pengajaran berbasis nilai- nilai moral religius dalam bentuk silabus dan RPP, dimana desain pengajarannya antara lain :

1 Dosen Asisten Ahli Politeknik Negeri Sambas 8 S2 Akuntansi 1 Program Studi Akuntansi 2 Dosen Asisten Ahli S2 Teknik Informatika 1 Program Studi Teknik Multimed 3

Pada beberapa kondisi partial shading, sistem multi input converter dengan MPPT perturb and observe mampu menghasilkan daya output yang lebih baik sementara sistem single

Berkaitan dengan hal tersebut, permasalahan yang diangkat penulis di dalam skripsi ini adalah bagaimana legalitas produk makanan hasil home industry di Kota Cirebon,

Berdasarkan hasil usability testing dan analisisnya bahwa media pembelajaran online Google Classroom walau dalam penggunaannya mahasiswa mengalami kendala ( ease of

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari penghitungan relevasi, maka pengindeksan menggunakan hukum Zipf memiliki tingkat relevan marginal yan tinggi