• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN PENGGUNAAN CELEBRITY ENDORSER DAN TYPICAL-PERSON ENDORSER DALAM MEMBENTUK SIKAP KONSUMEN (Studi di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Kedaton Bandar Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN PENGGUNAAN CELEBRITY ENDORSER DAN TYPICAL-PERSON ENDORSER DALAM MEMBENTUK SIKAP KONSUMEN (Studi di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Kedaton Bandar Lampung)"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF BRAND AWARENESS, BRAND

ASSOCIATION AND PACKAGE INNOVATION OF CLEAR

SHAMPOO ON BUYING INTENTION

By

Wayan Virgus S.

According to the survey of Top Brand Index of shampoo in Indonesia, CLEAR occupied the second position in 2010 and increased in 2011. CLEAR always do the package innovation in order to be competitive in market. This research aims at examining the power affect of brand awareness, brand association and package innovation on buying intention.

The type of this research is explanatory. This research uses convenience sampling technique and questionnaire to collect 100 respondents who stay in the boarding house in kampung baru village. The data is analyzed by using multiple linier regression and classic assumption test. The result of this research shows that brand awareness, brand association and package innovation simultantly influenced the buying intention. In other side partially only package innovation which significantly influence the buying intention. The practice implication is the company of CLEAR shampoo must be always maintaine and develope the package innovation.

(2)

ABSTRAK

PENGARUH BRAND AWARENESS, BRAND ASSOCIATION DAN INOVASI KEMASAN SHAMPO CLEAR TERHADAP MINAT BELI

Oleh Wayan Virgus S.

Berdasarkan survei Top Brand indeks shampo di Indonesia, CLEAR berhasil menduduki posisi kedua tahun 2010 dan mengalami peningkatan pada tahun 2011. CLEAR juga terus melakukan inovasi terhadap produk dan kemasannya agar tetap unggul di pasaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kesadaran merek, asosiasi merek dan inovasi kemasan terhadap minat beli shampo CLEAR.

Tipe penelitian ini adalah eksplanatori. Penelitian ini menggunakan teknik convenience sampling dan kuisioner untuk mengumpulkan 100 responden yang bertempat tinggal dikos-kosan di Kelurahan Kampung Baru. Data diolah dengan teknik analisis regresi linier berganda dan uji asumsi klasik. Hasil pengolahan data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kesadaran merek, asosiasi merek dan inovasi kemasan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap minat beli sedangkan secara parsial hanya inovasi kemasan yang berpengaruh signifikan. Implikasi secara praktis adalah perusahaan harus tetap mempertahankan dan mengembangkan inovasi kemasan.

(3)

PENGARUH BRAND AWARENESS, BRAND ASSOCIATION DAN

INOVASI KEMASAN SHAMPO CLEAR TERHADAP MINAT

BELI”

(Skripsi)

Oleh

Wayan Virgus Susanti

Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(4)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

II. Tinjauan Pustaka A. Tinjauan Tentang Merek ... 11

B. Tinjauan Tentang Kesadaran Merek ... 14

C. Tinjauan Tentang Asosiasi Merek ... 16

D. Tinjauan Tentang Inovasi Kemasan ... 23

1. Pengertian Kemasan ... 23

2. Jenis, Fungsi dan Tujuan Kemasan ... 24

3. Aspek-aspek Kemasan ... 26

4. Pengertian Inovasi Kemasan ... 28

E. Tinjauan Tentang Minat Beli ... 30

1. Pengertian Minat Beli ... 30

2. Hubungan Antar Variabel ………... 35

F. Kerangka Pemikiran………... 37

III. Metode Penelitian ... 39

A. Tipe Penelitian ... 39

B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 39

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 40

D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 42

E. Sumber Data ... 43

F. Metode Pengumpulan Data ... 43

G. Teknik Pengolahan Data ... 44

H. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 45

1. Uji Validitas ……… 45

2. Uji Reliabilitas ……… 51

I. Uji Asumsi Klasik ... 52

J. Analisis Regresi Berganda ... 54

(5)

2. Pertanyaan Pengantar ... 60

B. Gambaran Distribusi Jawaban Responden ... 61

1. Kesadaran Merek ... 62

2. Asosiasi Merek ... 66

3. Inovasi Kemasan ... 70

4. Minat Beli ... 74

C. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 76

1. Uji Normalitas ... 76

2. Uji Multikolenieritas ... 78

3. Uji Heteroskedastisitas ... 78

D. Analisis Regresi Linier Berganda ... 80

1. Persamaan Regresi ... 80

2. Koefisien Korelasi ... 81

3. Pengaruh Variabel X Terhadap Y Bersama-sama ... 82

4. Pengujian Hipotesis dengan Uji F ... 82

5. Pengaruh Masing-masing Variabel X Terhadap Y ... 83

E. Pembahasan ... 85

V Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 91 DAFTAR PUSTAKA

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner Penelitian

Lampiran 2 Distribusi Jawaban Responden Pada Penelitian Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dengan Analisis Faktor Lampiran 4 Uji Reliabilitas Menggunakan Nilai Alpha Lampiran 5 Uji Asumsi Klasik dengan SPSS

Lampiran 6 Hasil Pengujian Analisis Regresi Linier Berganda Lampiran 7 Tabulasi Silang Karakteristik Responden

(7)
[image:7.595.112.506.219.658.2]

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Varian Produk CLEAR ... 7

1.2 TOP Brand Index Shampo ... 8

3.1 Definisi Operasional Variabel ... 40

3.2 Validitas Awal ... 49

3.3 Validitas Akhir... 50

3.4 Hasil Uji Reliabilitas... 51

4.1 Tabulasi Silang Karakteristik Responden ... 57

4.2 Merek Shampo yang Diketahui Responden ... 60

4.3 Merek shampoo Anti Ketombe Yang Paling Diingat ... 61

4.4 Mengingat Merek Shampo CLEAR ... 62

4.5 Warna-warna Pada Kemasan Shampo CLEAR ... 63

4.6 Mengenal Merek Shampo CLEAR ... 62

4.7 Varian Shampo CLEAR Cukup Dikenal ... 64

4.8 Merek Shampo CLEAR Melekat Kuat ... 65

4.9 Ciri Khas Shampo CLEAR Sebagai Shampo Antiketombe ... 66

4.10 Mengetahui dengan baik Kemasan Shampo CLEAR ... 67

4.11 Varian Jenis dan Ukuran Kemasan Shampo CLEAR... 67

4.12 CLEAR Memberi Manfaat Sesuai Kebutuhan Rambut... 68

4.13 Manfaat Shampo CLEAR Terhadap Rambut ... 69

4.14 Harga Beli CLEAR Sesuai Kualitas ... 69

4.15 Gambar Kemasan CLEAR Menarik ... 70

4.16 Bentuk Kemasan CLEAR Unik ... 71

4.17 Logo KemasanCLEAR Unik ... 72

4.18 Kombinasi Warna Kemasan CLEAR serasi ... 72

4.19 Desain Huruf Kemasan CLEAR Bagus ... 73

4.20 CLEAR Membangkitkan Rasa Tertarik ... 74

4.21 CLEAR Membangkitkan Rasa Ingin Membeli ... 75

4.22 CLEAR Membangkitkan Keyakinan Membeli ... 76

4.23 Pengujian Multikolenieritas ... 78

4.24 Kesimpulan Hasil Uji Heteroskedastisitas... 79

(8)

MOTTO

Simple Living High thinking

Hidup Sederhana Berpikir tinggi

Hasilkan Apa yang Kau Butuhkan, Gunakan Apa yang Kau hasilkan

Jaya Varnasrama

(9)

MOTTO

Simple Living High thinking

Hidup Sederhana Berpikir tinggi

Hasilkan Apa yang Kau Butuhkan, Gunakan Apa yang Kau hasilkan

Jaya Varnasrama

(10)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Karya tulis ini adalah asli dan belum pernah di ajukan untuk mendapatkan gelar

akademik (Sarjana / Ahli Madya), baik di Universitas Lampung maupun perguruan tinggi

lainnya.

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak

lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan

dalam naskan dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila dikemudian hari terdapat

penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerma

sanksi akademik yang berlaku.

Bandar Lampung, Mei 2012 Yang membuat pernyataan,

(11)

Kupersembahkan Karya ini untuk:

Guru Kerohanianku

H.H Bhakti Raghava Svami Maharaja

Sri Sri Radha Madhana Gopal

Karya ini Tercipta Atas Karunia yang Luar Biasa dari

Beliau

MY BELOVED FAMILY:

NYOMAN SUDI(MY DAD)

KETUT SUDARTI (MY MOM)

MADE APRIANE (MY BROTHER)

NYOMAN LUSIANI (MY SISTER)

Teman-teman Asrama Prahlada dan Kunti Devi

Prabhu dan Mataji Semua

(12)

Kupersembahkan Karya ini untuk:

Guru Kerohanianku

H.H Bhakti Raghava Svami Maharaja

Sri Sri Radha Madhana Gopal

Karya ini Tercipta Atas Karunia yang Luar Biasa dari

Beliau

MY BELOVED FAMILY:

NYOMAN SUDI(MY DAD)

KETUT SUDARTI (MY MOM)

MADE APRIANE (MY BROTHER)

NYOMAN LUSIANI (MY SISTER)

Teman-teman Asrama Prahlada dan Kunti Devi

Prabhu dan Mataji Semua

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Debby Chandra dilahirkan di Bandar Lampung tanggal 28 Maret 1990. Merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Tommy Chandra dan Ibu Efridanim.

Pendidikan Formal yang pernah ditempuh yaitu Taman Kanak-Kanak (TK) Xaverius 2 Bandar Lampung diselesaikan tahun 1996, Sekolah Dasar (SD) Xaverius 3 Bandar Lampung diselesaikan tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Xaverius 3 Bandar Lampung diselesaikan tahun 2005, dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 4 Bandar Lampung jurusan akuntansi diselesaikan tahun 2008.

(14)

SANWACANA

Segala pemujian kepada Guru Maharaja dan Sri Radha Madhana Gopal yang telah

senantiasa melimpahkan karunia Beliau sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk

memenuhi syarat dalam mencapai gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih

sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,

dorongan, dan bimbingan baik itu berupa moral, spiritual maupun material

kepada:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M. Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Suripto, S.Sos, M.A.B. selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi

Bisnis Universitas Lampung.

3. Ibu Dr. Baroroh Lestari, S.Sos., M.A.B. selaku Dosen Pembahas yang

telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan kritik dan saran yang

membangun.

4. Bapak Drs. A. Efendi, M. M. selaku Dosen Pembimbing Utama Akademik

yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan

(15)

memberikan arahan, masukan serta saran kepada penulis.

6. Damayanti, S.Sos, M.A.B selaku Pembimbing Akademik

7. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lampung yang telah membekali penulis dengan berbagai pengetahuan.

8. Orang tuaku yang selalu member support dan doa.

9. Adik-adikku, Made Apriane dan Nyoman Lusiani yang selalu

mendukungku.

10. Untuk Prabhuku, Prabhu Satvata, makasih ya untuk supportnya.

Semangat!!!

11. Prabhu dan Mataji, teman-teman asrama, Mbak Sita, Mataji Maduri,

Dekni, Sintawati, Prabhu Narayana, Prabhu Karandara, Prabhu Sitaram,

Prabhu Govinda, Prabhu Nyoman, Prabhu Dikal, Babe, Prabhu

Syamapriya, Prabhu Mayapur Chandra, Prabhu Prema, Prabhu Santa,

terima kasih atas dukungan dan karunianya.

12. Sahabat-sahabatku di Jurusan Administrasi Bisnis 2008: Tante Sri Maryati

yang imut, Debby Chandra yang selalu semangat, Eka Renny yang

pemalu, Umeh Sarastya Satiti yang sabar, Weni Syabet Cella yang selalu

siap mengantarku, Mamank Jojo yang girly, Nyak Vivin yang bohai,

Taufik yang suka ngajak berantem dan Papi Riko yang bijaksana.

13. Semua teman-teman di Jurusan Administrasi Bisnis terutama angkatan

2008 (Eva, Maria, Sisi, Cici, Erin, Endah, Dora, Rita, Muti, Irna, Nadia,

(16)

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu, yang

telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

yang memerlukan. Amin.

Bandar Lampung, Mei 2012 Penulis

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini banyak produk yang sejenis dengan manfaat yang hampir sama ditawarkan di pasaran yang memicu ketatnya persaingan antar perusahaan. Diperkuat dengan teknologi yang semakin modern yang membuat persaingan semakin tajam. Lingkungan yang dinamis serta beragamnya permintaan pasar menuntut perusahaaan agar dapat bersaing secara kompetitif. Persaingan yang ada membuat manajer menyadari sepenuhnya untuk mengoptimalkan sumber daya dan aset-aset perusahaan dalam rangka memaksimalkan kinerja serta mengembangkan keuntungan kompetitif yang berkelanjutan.

(18)

Merek merupakan unsur penting dari citra produk. Jika konsumen peka terhadap sebuah merek tertentu, dimanapun kemunculan merek tersebut akan menjadi iklan bagi perusahaan. Merek berfungsi mengidentifikasi diri seorang atau sekelompok penyaji dan membedakannya dengan produk sejenis dari penyaji lain.

Ekuitas merek merupakan seperangkat asosiasi dan perilaku yang dimiliki pelanggan merek, anggota saluran distribusi dan perusahaan yang memungkinkan suatu merek mendapatkan kekuatan, daya tahan dan keunggulan yang dapat membedakannya dengan merek pesaing. Ekuitas merek merupakan sebuah aset yang sangat penting bagi perusahaan dalam bersaing dan menguasai pasar. Suatu produk dengan ekuitas merek yang kuat dapat membentuk brand platform (landasan merek) yang kuat dan mampu mengembangkan keberadaan suatu merek dalam persaingan apapun dalam jangka waktu yang lama.

(19)

Yoo, et al., (2000) menjelaskan bahwa ekuitas merek berkaitan dengan nilai tambah sebuah nama merek yang sangat berhasil dan dihargai dimana-mana yang diberikan sebuah produk. Nilai ini merupakan sebuah kombinasi dari faktor-faktor seperti, kesadaran merek (brand awareness), kesan kualitas (perceived quality), asosiasi merek (brand association), dan loyalitas merek (brand loyalty). Dalam penelitian ini akan dibahas dua faktor saja yaitu kesadaran merek (brand awareness) dan asosiasi merek (brand associations).

Brand awareness dapat membantu mengkaitkan merek dengan asosiasi yang diharapkan oleh perusahaan, menciptakan familiarity konsumen terhadap merek dan menunjukkan komitmen kepada pelanggannya. Tingkat kesadaran merek berkisar dari tingkat recognize the brand yaitu konsumen dapat mengenal suatu merek, sampai pada tingkat di mana merek menjadi dominant brand recalled, merek sebagai satu-satunya yang diingat dan menjadi indentitas kategori produk.

(20)

Membangun ekuitas merek dianggap sebagai bagian penting dalam pengelolaan merek karena ekuitas merek memberikan beberapa manfaat bagi suatu perusahaan. Sebagai contoh, tingkat ekuitas merek yang tinggi diketahui mengarah pada tinggginya preferensi dan kemauan membeli konsumen (Pappu, et al.,2006).

Disamping ekuitas merek, inovasi juga dapat dijadikan sebagai salah satu strategi dalam mencapai keunggulan bersaing. Inovasi produk berguna agar merek dan produk yang sudah dikenal dan tertanam dibenak konsumen tidak diabaikan atau hilang seiring berjalannya waktu dan munculnya beragam produk baru. Tujuan utama dari inovasi produk adalah untuk memenuhi permintaan pasar sehingga produk inovasi merupakan salah satu yang dapat digunakan sebagai keunggulan bersaing bagi perusahaan (Han, et al., 1998)

(21)

Dewasa ini, persaingan produk shampo semakin ketat. Banyak bermunculan merek shampo yang mewarnai pasar. Berdasarkan hasil riset IFT www. Indonesiafinancetoday.com (diakses 29 Desember 2011), ada dua produsen shampo yang memiliki penguasaaan pangsa pasar shampo terbesar, yaitu: PT Unilever Indonesia dengan produknya CLEAR, Sunsilk, Dove dan Lifebuoy dan PT P&G Home Product dengan produknya Pantene, Head&Shoulders dan Rejoice.

Menurut hasil riset CLEAR Hairology, segmen pasar shampo antiketombe di Indonesia menduduki pangsa pasar terbesar, mencapai 40 % dari segmen pasar shampo dan CLEAR menempati posisi tertinggi sebagai merek shampo antiketombe yang melekat dibenak konsumen.

CLEAR merupakan salah satu merek shampo antiketombe dari PT Unilever Tbk yang telah diluncurkan di Indonesia sejak tahun 1975. Produk CLEAR telah dipasarkan secara luas dan menembus pasar nasional bahkan sampai ke pelosok. Pangsa pasar utama CLEAR adalah remaja dan anak muda usia 18-25 tahun yang umumnya pada rentang usia tersebut memiliki masalah ketombe.

(22)

mahasiswa yang tinggal di kos-kos sekitar Kelurahan Kampung Baru yang sebagian besar berasal dari luar kota bahkan luar provinsi Bandar Lampung. Anak-anak kos yang ada di kampung baru pada umumnya adalah pelajar atau mahasiswa yang masuk dalam kategori usia remaja dan anak muda yang cocok untuk segmen shampo CLEAR. Dari hasil prasurvei yang dilakukan terhadap anak kos yang ada di Kelurahan Kampung Baru, Kedaton, tujuh dari sepuluh anak kos tersebut menyebutkan CLEAR saat ditanya merek shampo antiketombe. Hal ini menunjukkan bahwa CLEAR merupakan merek yang melekat dibenak konsumen sebagai shampo antiketombe.

(23)
[image:23.595.223.461.139.506.2]

Tabel 1.1

Varian Produk CLEAR

Profil produk Jenis varian

CLEAR Active Care

CLEAR Ice Cool

CLEAR Scalp & Oil Control

CLEAR Itch & Dry Scalp Care

CLEAR Hair Fall Devence

CLEAR Women

CLEAR Men

Sumber: www.unilever.com (diakses 14 November 2011)

(24)
[image:24.595.144.461.136.313.2]

Tabel 1.2

Top Brand Index Shampo Tahun 2010

Merek TBI 2010 TBI 2011

Sunsilk 25,9 % 25,8

Clear 20,8 % 21,0 %

Pantene 20,1 % 20,2 %

Lifebuoy 12,2 % 10,7 %

Sumber : Marketing 02/X/Feb 2010/2011

(25)

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Brand Awareness, Brand Association dan Inovasi kemasan shampo CLEAR terhadap Minat Beli ”.

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Seberapa besar pengaruh Brand awareness terhadap minat beli konsumen? 2. Seberapa besar pengaruh Brand association terhadap minat beli

konsumen?

3. Seberapa besar pengaruh Inovasi Kemasan terhadap minat beli konsumen?

2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui besarnya pengaruh Brand Awareness terhadap minat beli konsumen.

2. Mengetahui besarnya pengaruh Brand association terhadap minat beli konsumen.

(26)

3. Manfaat Penelitian

a. Bagi Praktisi

Diharapakan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam melakukan langkah tepat guna menguatkan ekuitas merek serta inovasi kemasan dalam rangka memenangkan persaingan dan menarik minat beli konsumen.

b. Bagi Akademisi

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Merek

1. Pengertian Merek

Hampir setiap jenis rancangan produk menggunakan beberapa cara agar

konsumen dapat membedakannya dari produk lain. Menurut Kotler (1995)

dalam Reva (2007) merek merupakan nama, istilah, simbol, desain ataupun

kombinasinya yang mengidentifikasikan suatu produk dan jasa yang

dihasilkan oleh suatu perusahaan yang dimaksudkan untuk membedakannya

dengan pesaing.

Merek merupakan sebuah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan atau

kmbinasi dari unsur-unsur tersebut yang membantu untuk mengenali

produk-produk sebuah perusahaan dan membedakannya dari produk-produk-produk-produk yang

ditawarkan oleh para pesaing (Boone and Kurtz, 2001)

Aaker (1997) berpendapat bahwa merek merupakan nama dan simbol yang

bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap atau kemasan) dengan maksud

(28)

penjual tertentu. Dengan demikian suatu merek membedakannya dari barang

dan jasa yang dihasilkan oleh kompetitor.

Sedangkan menurut Stanton (1991) dalam Reva (2007) merek adalah nama,

istilah, simbol atau desain khusus atau beberapa kombinasi unsur - unsur ini

yang dirancang untuk mengidentifikasikan barang atau jasa yang ditawarkan

oleh penjual. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa merek mempunyai

dua unsur, yaitu brand name yang terdiri dari huruf-huruf atau kata - kata

yang dapat terbaca, serta brand mark yang berbentuk simbol. Merek

mengandung janji perusahaan untuk secara konsisten memberikan ciri,

manfaat dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek lebih dari sekadar jaminan

kualitas karena di dalamnya tercakup enam pengertian berikut ini:

1. Atribut produk, seperti halnya kualitas, gengsi, nilai jual kembali desain, dan

lain-lain. Mercedes menyatakan sesuatu mahal, produk yang dibuat dengan

baik, terancang baik, tahan lama, bergengsi tinggi, dan sebagainya.

2. Manfaat. Meskipun suatu merek membawa sejumlah atribut konsumen

sebenarnya membeli manfaat dari produk tersebut. Dalam hal ini atribut

merek diperlukan untuk diterjemahkan menjadi manfaat fungsional atau

manfaat emosional. Sebagai gambaran, atribut "mahal" cenderung

diterjemahkan sebagai manfaat emosional, sehingga orang yang mengendarai

mercedes akan merasa dirinya dianggap penting dan dihargai.

3. Nilai. Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen. Mercedes

(29)

Dengan demikian produsen Mercedes juga mendapat nilai tinggi di mata

masyarakat.

4. Budaya. Merek juga mencerminkan budaya tertentu. Mercedes mencerminkan

budaya Jerman yang terorganisir, konsisten, tingkat keseriusannya tinggi,

efisien, dan berkualitas tinggi.

5. Kepribadian. Merek juga mencerminkan kepribadian tertentu. Sering kali

produk tertentu menggunakan kepribadian orang yang terkenal untuk

mendongkrak atau menopang merek produknya.

6. Pemakai. Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau

menggunakan produk tersebut. Pemakai Mercedes pada umumnya diasosikan

dengan orang kaya, kalangan manajer puncak, dan sebagainya. Pemakai

Dimension Kiddies tentunya adalah anak-anak.

Dari urain di atas, dapat disimpulkan bahwa merek adalah nama, tanda,

simbol atau desain atau kombinasi unsur-unsur tersebut, yang ditujukan untuk

mengidentifikasi barang atau jasa dari satu penjual atau kelompok penjual dan

untuk membedakannya dari pesaing dalam perdagangan. Beberapa bagian

merek antara lain adalah nama merek, tanda merek, merek dagang, dan

copyright. Nama merek adalah bagian dari merek dimana bagian dari merek

yang dapat disebutkan atau dieja. Tanda merek adalah bagian dari merek yang

tidak dapat dieja atau disebutkan, seperti simbol, desain atau warna atau huruf

huruf yang berbeda. Merek dagang adalah merek atau bagian merek yang

(30)

untuk menggunakan hak eksklusif untuk menggunakan nama merek atau

tanda merek. Copyright merupakan hak hukum eksklusif yang diberikan

untuk menggandakan, mempublikasikan dan menjual segala sesuatu yang

berbentuk buku, music dan karya seni. (http//:Frommarketing.blogspot.com,

diakses 17 November 2011)

B. Tinjauan Tentang Brand Awareness

Pengertian Brand Awareness

Brand awareness merupakan suatu penerimaan dari konsumen terhadap suatu

merek dalam benak mereka, dimana hal itu ditunjukkan dari kemampuan

konsumen dalam mengingat dan mengenali ciri khas sebuah merek dan

mengaitkannya kedalam kategori tertentu. Meningkatkan kesadaran adalah

suatu mekanisme untuk meningkatkan pangsa merek.

Menurut Aaker (1997) brand awareness adalah kesanggupan seorang calon

pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek

merupakan bagian dari kategori produk tertentu.

Brand awareness memberi nilai pada pelanggan dengan memperkuat

interpretasi atau proses, informasi, dan rasa percaya diri, memberi nilai pada

perusahaan dengan memperkuat efisiensi dan efektifitas pemasaran, kesetiaan

merek, harga atau laba, perluasan merek, dan keuntungan kompetitif.

Pengenalan konsumen terhadap merek dari tingkat terendah sampai tingkat

(31)

1. unaware brand (tidak menyadari merek) adalah tingkat terendah

dalam piramida merek, dimana konsumen tidak menyadari adanya

suatu merek.

2. brand recognition (pengenalan merek) adalah tingkat minimal

kesadaran merek dimana pengenalan merek muncul lagi setelah

dilakukan pengingatan dengan bantuan.

3. brand recall (pengingatan kembali merek) adalah pengingatan

kembali terhadap merek tanpa lewat bantuan.

4. top of mind (puncak pikiran) adalah merek yang pertama kali

diingat ketika konsumen ditanya tentang kategori suatu produk

yang dapat diingat kembali secara spontan tanpa bantuan.

Peran brand awareness dapat dipahami dengan mengkaji bagaimana brand

awareness menciptakan suatu nilai. Nilai-nilai yang tercipta dari brand

awareness menurut Durianto et al. (2004) antara lain:

1. jangkar bagi asosiasi lain 2. familiar atau rasa suka 3. substansi atau komitmen 4. mempertimbangkan merek

Kesadaran nama atau familiaritas juga merupakan penggerak ekuitas merek.

(32)

terkenal yang dapat menjadi keuntungan secara marjinal (Knapp, 2002).

Semakin tinggi tingkat kesadaran tentang merek, berarti produk tersebut

berada dalam benak konsumen sebelum merek lain (Durianto et al., 2004).

Selanjutnya kesadaran merek bukan menjadi suatu daya ingat saja, namun

merupakan suatu proses pembelajaran bagi konsumen terhadap suatu merek.

Membangun brand awareness biasanya dilakukan dalam waktu yang lama

karena penghafalan bisa berhasil dengan repetisi dan penguatan. Dalam

kenyataannya, merek-merek dengan tingkat pengingatan kembali yang tinggi

merupakan merek-merek yang berusia lama.

C. Tinjauan Tentang Brand Association

Pengertian Brand Association

Brand association adalah segala kesan yang muncul di benak seseorang

tentang suatu merek. Brand association yang terkait dengan merek akan

semakin meningkat seiring dengan semakin tingginya intensitas interaksi

konsumen dengan merek. Suatu merek yang telah mapan akan memiliki posisi

yang menonjol dalam persaingan bila didukung dengan berbagai brand

associations yang kuat. Berbagai brand association yang saling berhubungan

tentang merek akan menimbulkan suatu rangkaian yang disebut brand image.

Semakin banyak brand association yang saling berhubungan tersebut,

(33)

merek menjadi pijakan konsumen dalam keputusan pembelian dan loyalitas

pada merek tersebut (Aaker, 1997).

Dalam prakteknya didapati banyak sekali kemungkinan variasi dari brand

association yang dapat memberikan suatu nilai bagi suatu merek, dipandang

dari sisi perusahaan maupun dari sisi pengguna. Berbagai fungsi brand

associations tersebut adalah

1. Help process/retreive information (membantu proses penyusunan

informasi)

2. Differentiate (membedakan) Suatu kesan dapat memberikan landasan

yang penting bagi upaya pembedaan suatu merek dari merek lain.

3. Reason to buy (alasan pembelian) Brand associations membangkitkan

berbagai atribut produk atau manfaat bagi konsumen (costumer

benefits) yang dapat memberikan alasan spesifik bagi konsumen untuk

membeli dan menggunakan merek tersebut.

4. Create possitive attitude/feelings (menciptakan sikap atau perasaan

positif) Beberapa brand associations mampu merangsang suatu

perasaan positif yang pada gilirannya merembet ke merek yang

bersangkutan. Brand associations tersebut dapat menciptakan serta

mengubah pengalaman tersebut menjadi sesuatu yang lain daripada

(34)

5. Basis for extensions (landasan untuk perluasan) Suatu brand

associations dapat menghasilkan landasan bagi suatu perluasan

dengan menciptakan suatu rasa kesesuaian (sense of fit) antara merek

dan sebuah produk baru atau dengan menghadirkan alasan untuk

membeli produk perluasan tersebut. Nilai yang mendasari merek

seringkali didasarkan pada asosiasi-asosiasi spesifik yang berkaitan

dengannya.

Menurut Aaker (1997) suatu asosiasi merek adalah segala hal yang berkaitan

dengan ingatan mengenai sebuah merek. Asosiasi itu tidak hanya eksis namun

juga mempunyai tingkatan kekuatan. Kaitan pada sebuah merek akan semakin

kuat jika dilandasi dengan pengalaman untuk mengkomunikasikannya dan

apabila kaitan didukung dengan suatu jaringan dari kaitan-kaitan lainnya.

Sebuah merek adalah seperangkat asosiasi, biasanya terangkai dalam berbagai

bentuk yang bermakna. Asosiasi dan pencitraan, keduanya mewakili berbagai

persepsi yang dapat mencerminkan realita obyektif. Suatu merek yang telah

mapan akan mempunyai posisi yang menonjol dalam semua kompetisi karena

didukung oleh berbagai asosiasi yang kuat. Nilai mendasar dari sebuah merek

seringkali merupakan kumpulan dari asosiasinya.

Aaker (1997) mengemukakan bahwa ada 11 tipe asosiasi merek, yaitu: atribut

produk, atribut tak berwujud, manfaat bagi pelanggan, harga relatif,

(35)

hidup atau kepribadian, kelas produk, kompetitor, negara atau wilayah

geografis.

1. Atribut produk

Atribut produk yang paling banyak digunakan dalam strategi positioning

adalah mengasosiasikan suatu obyek dengan salah satu atau beberapa atribut

atau karakteristik produk yang bermakna dan saling mendukung, sehingga

asosiasi bisa secara langsung diterjemahkan dalam alasan untuk pembelian

suatu produk.

2. Atribut tak berwujud

Penggunaan atribut tak berwujud, seperti kualitas keseluruhan,

kepemimpinan, teknologi, inovasi, atau kesehatan ada kalanya bisa lebih

bertahan. Tetapi pengembangan asosiasi ini bisa berbahaya dan

memungkinkan mendapatkan suatu tingkat asosiasi produk yang berada diluar

kontrol perusahaan.

3. Manfaat bagi pelanggan

Biasanya terdapat hubungan antara atribut produk dan manfaat bagi

pelanggan. Terdapat dua manfaat bagi pelanggan, yaitu (a) manfaat rasional,

adalah manfaat yang berkaitan erat dengan suatu atribut dan bisa menjadi

bagian dari proses pengambilan keputusan yang rasional; (b) manfaat

psikologis seringkali merupakan konsekuensi ekstrim dalam pembentukan

sikap yang merupakan manfaat yang berkaitan dengan perasaan yang timbul

(36)

4. Harga relatif

Pada umumnya merek hanya perlu berada di satu harga tertentu agar dapat

memposisikan diri dengan jelas dan berjauhan dengan merek-merek lain pada

tingkat harga yang sama. Untuk menjadi bagian dari segmen utama (premium

sement), sebuah merek harus menawarkan suatu aspek yang dipercaya unggul

dalam kualitas, atau sungguh-sungguh dapat memberikan jaminan harga

optimum.

5. Penggunaan / Aplikasi

Produk dapat mempunyai beberapa strategi positioning, walaupun hal ini

mengundang sejumlah kesulitan. Suatu strategi positioning lewat penggunaan

(positioning by use strategy) mewakili posisi kedua atau ketiga untuk merek

tersebut, suatu posisi yang dengan sengaja berusaha meluaskan pasar atas

merek tersebut.

6. Pengguna / Pelanggan

Strategi posisioning pengguna (user positioning strategy), yaitu

mengasosiasikan sebuah merek dengan sebuah tipe pengguna atau pelanggan,

sangat efektif karena bisa memadukan antara strategi posisioning dengan

strategi segmentasi. Mengidentifikasikan sebuah merek dengan segmen yang

ditargetkan seringkali menjadi cara yang tepat untuk memikat segmen

tersebut. Problem dari asosiasi yang kuat terutama asosiasi penggunaan dapat

(37)

7. Orang terkenal / biasa

Mengaitkan seseorang yang terkenal dengan sebuah merek bisa

mentransferkan asosiasi-asosiasi ini ke merek tersebut. Salah satu

karakteristik penting bagi sebuah merek untuk bisa dikembangkan adalah

kompetensi teknologi, kesanggupan mendesain, dan proses manufaktur

sebuah produk. Dengan mengaitkan antara merek produk dan orang terkenal

yang sesuai dengan produk tersebut akan memudahkan merek tersebut

mendapat kepercayaan dari pelanggan.

8. Gaya hidup/kepribadian

Sebuah merek bisa diilhami oleh para pelanggan dengan aneka kepribadian

dan karakteristik gaya hidup yang hampir sama.

9. Kelas produk

Beberapa produk perlu membuat keputusan positioning yang menentukan dan

melibatkan asosiasi-asosiasi kelas produk.

10. Kompetitor

Kompetitor bisa menjadi aspek dominan dalam strategi positioning, karena

kompetitor mungkin mempunyai suatu pencitraan yang jelas, sangat

mengkristal, dan telah dikembangkan selama bertahun-tahun sehingga dapat

digunakan sebagai jembatan untuk membantu mengkomunikasikan pencitraan

dalam bentuk lain berdasarkan acuan tersebut. Terkadang tidak penting

seberapa bagus pelanggan beranggapan atau berpikir tentang anda, yang lebih

(38)

dengan seorang kompetitor tertentu. Positioning dengan mengaitkan para

kompetitor bisa mejadi cara jitu untuk menciptakan suatu posisi yang terkait

pada karakteristik produk tertentu, terutama harga dan kualitas (price quality).

Produk-produk yang sulit dievaluasi cenderung menggunakan kompetitor

yang sudah mapan untuk membantu menjalankan tugas positioning.

Positioning dengan mengaitkan kompetitor bisa dilakukan melalui iklan

komparatif, dimana kompetitor dengan eksplisit disebutkan dan dibandingkan

berkenaan dengan suatu karakteristik produk atau lebih.

11. Negara/wilayah geografis

Sebuah negara bisa menjadi simbol yang kuat, asalkan negara itu mempunyai

hubungan yang erat dengan produk, bahan, dan kemampuan. Asosiasi negara

bisa menjadi kompleks dan penting apabila negara berusaha mengembangkan

strategi global. Disamping beberapa tipe atau acuan yang telah disebutkan,

beberapa merek juga memiliki asosiasi dengan berbagai hal lain yang belum

disebutkan. Dalam kenyataannya, tidak semua merek produk memiliki semua

asosiasi di atas. Merek tertentu berasosiasi dengan beberapa hal diatas. Merek

(39)

D. Tinjauan Tentang Inovasi Kemasan

1. Pengertian Kemasan

Kemasan merupakan kegiatan yang fokus pada produk dan diadakan khusus

untuk memperoleh perlindungan dan kemudahan. Peranan kemasan dalam

pemasaran semakin meningkat dan mulai diakui sebagai suatu kekuatan

utama dalam persaingan pasar.

Menurut Swasta (1996) kemasan didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan

umum dalam perencanaan barang yang melibatkan penentuan desain dan

pembuatan bungkus atau kemasan bagi suatu barang.

Kotler dan Amstrong (1997) mendefinisikan, kemasan merupakan kegiatan

dalam mendesain dan memproduksi container atau pembungkus untuk suatu

produk.

Dari ketiga definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa kemasan adalah

suatu aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk melindungi isi produk

dimana kemasan tersebut terdiri dari warna, ukuran, teks dan gambar yang

memberikan ciri dari perusahaan yang lain.

Menurut Kotler (2002) ada berbagai faktor yang ikut berperan dalam

meningkatkan penggunaan kemasan sebagai sebuah sarana alat pemasaran

(40)

 Swalayan

Dengan banyaknya produk yang dijual dipasar swalayan atau supermarket,

maka makin banyak produk yang dijual dengan cara pembeli mengambil

sendiri barang yang diperlukannya, dan ini menyebabkan bahwa kemasan

harus menjalankan banyak tugas penjual, kemasan harus mampu memikat

konsumen, memberikan manfaat-manfaat produk.

 Kemakmuran Konsumen

Dengan meningkatnya pendapatan konsumen, maka ini berarti bahwa

konsumen bersedia untuk membeli sedikit lebih mahal untuk penampilan,

keandalannya dan prestise dari kemasan yang lebih baik.

 Citra Perusahaan dan merk

Ada banyak perusahaan menyadari bahwa adanya kekuatan yang terdapat

dalam suatu kemasan yang telah dirancang dengan cermat dan mempunyai

kemampuan membuat para konsumen mengenal perusahaan dan merk dari

kemasan tersebut.

 Peluang inovasi

Dengan adanya pengemasan yang inovatif dapat memberi manfaat yang

sangat besar bagi konsumen dan laba bagi perusahaan.

2. Jenis, Fungsi dan Tujuan Kemasan

Jika dilihat dari jenisnya maka kemasan dapat dibagi menjadi tiga bagian

(41)

1. Primary Package (Kemasan dasar)

Adalah kemasan yang digunakan sebagi kemasan utama, kemasan yang

langsung menyentuh produk yang bersangkutan

2. Secondary Package (Kemasan Tambahan)

Adalah kemasan yang digunakan untuk melindungi kemasan primer dan

yang dibuang jika produk itu hendak digunakan.

3. Shipping Package (Kemasan Pengiriman)

Adalah kemasan yang dipergunakan pada waktu penyimpanan,

pengangkutan dan identifikasi, shipping package ini harus bisa

melindungi primary package dan secondary package selama proses

pengiriman barang dari produsen ke konsumen.

Dilihat dari jenis kemasan tersebut diatas, maka kemasan itu harus

dirancang dengan baik dan mempunyai kemampuan untuk secara langsung

membuat konsumen mengenal perusahan atau merek dari kemasan tersebut.

Fungsi kemasan adalah untuk melindungi produk tersebut dalam

pengangkutan dari produsen ke konsumen atau pemakai industri. Disamping

itu juga barang-barang yang diberi bungkus biasanya lebih praktis, lebih

bersih dan lebih sulit menguap, tumpah ataupun rusak.

Kemasan juga dimasukkan dalam program pemasaran perusahaan dengan

(42)

dihasilkan oleh perusahaan lain, kemasan sering pula mengubah kesan dari

konsumen karena konsumen mempunyai tanggapan bahwa barang yang ada

didalamnya juga ikut berubah, tapi perlu diingat bahwa kemasan yang

dirubah tidak selalu membawa perubahan pada isinya.

Pemberian kemasan pada barang merupakan suatu cara untuk meningkatkan

kemungkinan laba bagi perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus

membuat kemasan semenarik mungkin sehingga diharapkan dapat memikat

konsumen lebih banyak lagi, maka dari itu suatu perusahaan harus dapat

membuat suatu kemasan yang baik yang dapat dipertanggungjawabkan yang

sesuai dengan sifat dan bentuk dari produk yang dikemasnya.

3. Aspek-aspek dari Kemasan

Aspek-aspek dari kemasan dibagi menjadi dua yaitu:

a. Kemasan sebagai bagian dari produk

Dalam membeli suatu produk.konsumen didorong oleh faktor-faktor,

yaitu mutu dari suatu produk dan harga dari produk tersebut dapat

dijangkau oleh konsumen. Produk harus dalam keadaan masih baik

ketika akan dibeli oleh konsumen agar konsumen megetahui mutu atau

kualitas dari produk tersebut terjamin pada waktu mereka membelinya

dari toko atau pasar.

Dalam melakukan pengemasan terhadap suatu produk harus sesuai dan

(43)

itu harus dapat melindungi isi produk dari debu, kotoran, pengaruh

alam, suhu, kelembaban udara, cuaca dan juga serangga.

Berdasarkan pada konsep-konsep suatu produk, kita dapat melihat

suatu produk dari beberapa sudut, menurut Kotler (1997) yaitu:

a. Produk Inti (core product)

Berisikan tentang pemecahan masalah atau manfaat inti yang

diperoleh konsumen ketika mereka membeli suatu produk.

b. Formal Produk

Obyek fisik maupun jasa yang ditawarkan kepada konsumen.

c. Produk Tambahan (Augmented Product)

Semua manfaat yang dapat diterima oleh konsumen pada waktu

mereka membeli atau setelah melakukan pembelian.

b. Kemasan sebagai bagian dari promosi

Pembeli akan bersedia membayar lebih mahal untuk suatu produk

yang dikemas dengan baik, dan ini berarti bahwa akan terjadi

peningkatan penjualan, karena kemasan merupak suatu alat yang

digunakan untuk meningkatkan penjualan maka dapat dikatakan

(44)

Kegiatan promosi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan

usaha yang dilakukan oleh suatu perusahaan didalam memasarkan

suatu produk yang dihasilkan dan perusahaan tersebut mempuyai

harapan bahwa kegiatan promosi tersebut akan dapat meningkatkan

volume penjualan yang tinggi dan juga dapat menghasilkan

keuntungan yang sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan.

4. Pengertian Inovasi Kemasan

Konsumen selalu menginginkan hal terbaik dari suatu produk dalam

rangka memenuhi kebutuhannya. Konsumen pun terkadang merasa jenuh

ketika mengkonsumsi produk dan menginginkan untuk mengkonsumsi

produk yang baru yang lebih enak, lebih menarik, lebih hebat, lebih unik

dan sebagainya. Untuk mempertahankan pelanggan, maka perusahaan

harus melakukan inovasi terhadap produknya agar keinginan konsumen

terhadap produk yang lebih fres, baru serta lebih unik dapat terpenuhi.

Inovasi merupakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan perekayasaan

yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks cara

baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke

dalam produk atau proses produksi. Inovasi juga berarti proses atau hasil

pengembangan dan pemanfaatan atau mobilisasi pengetahuan,

keterampilan (juga termasuk keterampilan teknologis) dan pengalaman

(45)

yang baru yang memberikan nilai yang berarti atau secara signifikan

(Http/id.wikipedia.org/asiki/INOVASI diakses 25 Oktober 2011).

Praktik inovasi yang sederhana dapat dilakukan salah satunya melalui

inovasi kemasan. Inovasi kemasan, dimana sentuhan pembaruan

dilakukan pada aspek kemasan, dengan tujuan untuk meningkatkan daya

tarik (attractiveness) sehingga secara visual akan cukup kompetitif untuk

bersaing dengan produk lain. Kemasan yang menarik dapat menjadi alat

promosi yang efektif (Http://www.directionconsulting.com/INOVASI.pdf

diakses 25 Oktober 2011).

Dharmesta (1996) mengungkapkan bahwa inovasi kemasan merupakan

praktek perubahan kemasan dari kemasan lama menjadi desain kemasan

baru guna memperbaiki segi-segi kurang baik pada kemasan. Masih

menurut Dharmesta, ada beberapa faktor yang dapat mendorong inovasi

kemasan antara lain:

a. Tekanan persaingan

b. Bahan-bahan baru atau metode kemasan terbaru yang ada

c. Kekhawatiran bahwa suatu produk terlihat usang sehingga kehilangan

tempat di pasaran

(46)

Menurut Dharmesta (1996), ada dua alasan untuk melakukan inovasi

kemasan yaitu:

a. Untuk mengatasi penurunan penjualan

b. Untuk memperluas pasar dengan menarik kelompok konsumen baru.

E. Tinjauan Tentang Minat Beli

1. Pengertian Minat Beli

Minat beli menurut Howard (1994) merupakan sesuatu yang berhubungan

dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu. Minat merupakan

salah satu aspek psikologis yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap

sikap perilaku dan minat juga merupakan sumber motivasi yang akan

mengarahkan seseorang dalam melakukan apa yang mereka lakukan.

Liang (1995) menyatakan bahwa minat merupakan landasan bagi konsentrasi

dalam belajar. Seseorang yang mempunyai minat terhadap sesuatu maka akan

menampilkan suatu perhatian, perasaan dan sikap positif terhadap sesuatu hal

tersebut. Minat merupakan suatu kecenderungan untuk bertingkah laku yang

berorientasi pada obyek, kegiatan dan pengalaman tertentu, selanjutnya

menjelaskan bahwa intensitas kecenderungan yang dimiliki seseorang berbeda

dengan yang lainnya, mungkin lebih besar intensitasnya atau lebih kecil

tergantung pada masing-masing orangnya.

Minat merupakan sesuatu hal yang penting, karena minat merupakan suatu

(47)

keputusan untuk membeli suatu barang, sehingga minat membeli merupakan

sesuatu hal yang harus diperhatikan oleh para produsen atau penjual. Menurut

Susanto (1997), individu yang mempunyai minat membeli menunjukkan

adanya perhatian dan rasa senang terhadap barang tersebut. Adanya minat

individu ini menimbulkan keinginan sehingga timbul perasaan yang

menyakinkan dirinya bahwa barang tersebut mempunyai manfaat bagi dirinya

dan apa yang menjadi minat individu ini dapat diikuti oleh suatu keputusan

yang akhirnya menimbulkan realisasi berupa perilaku membeli.

Persepsi terhadap kualitas produk pada tiap-tiap orang berbeda, sehingga akan

membawa minat membeli yang berbeda pula. Persepsi seseorang tentang

kualitas suatu produk akan berpengaruh terhadap minat membeli yang

terdapat pada individu. Persepsi yang positif tentang kualitas produk akan

merangsang timbulnya minat konsumen untuk membeli yang diikuti oleh

perilaku pembelian.

Pengertian minat beli mencakup tiga hal, yaitu adanya perasaan tertarik,

adanya perhatian, dan kecenderungan untuk melakukan pembelian. Minat

diartikan sebagai suatu sikap yang membuat orang senang akan obyek, situasi,

dan ide tertentu. Hal ini akan diikuti oleh perasaan senang dan kecenderungan

untuk mencari dan mendapatkan obyek yang diinginkan.

Dalam memenuhi kebutuhannya seseorang tidak dapat menghasilkan obyek

(48)

lain. Proses pemenuhan kebutuhan yang melibatkan pihak lain akan memulai

kegiatan jual beli.

Dari keterangan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa minat beli adalah

suatu ketertarikan terhadap produk atau barang dan menimbulkan motivasi

atau keinginan untuk memperolehnya sehingga akan timbul tindakan

pembelian.

Lucas dan Britt dalam Setyawati (2003) mengatakan bahwa aspek-aspek yang

terdapat dalam minat beli antara lain:

1. Perhatian, adanya perhatian dari konsumen terhadap suatu produk.

2. Ketertarikan, setelah adanya perhatian maka akan timbul rasa tertarik dalam

diri konsumen.

3. Keinginan, berlanjut pada perasaan untuk menginginkan atau memiliki

produk tersebut.

4. Keyakinan, kemudian timbul keyakinan pada diri individu terhadap produk

tersebut sehingga menimbulkan keputusan (proses akhir) untuk

memperolehnya dengan tindakan membeli.

5. Keputusan membeli.

Disimpulkan bahwa aspek-aspek dalam minat beli adalah sebagai berikut:

1. Ketertarikan (interest) yang menunjukan adanya pemusatan perhatian dan

perasaan senang.

2. Keinginan (desire) ditunjukkan dengan adanya dorongan untuk ingin

(49)

3. Keyakinan (conviction) ditunjukkan dengan adanya perasaan percaya diri

individu terhadap kualitas, daya guna, dan keuntungan dari produk yang akan

dibeli.

Aspek perhatian tidak digunakan karena masih berupa perhatian belum bisa

dikatakan sebagai minat karena tidak adanya dorongan untuk memiliki. Tidak

digunakannya aspek keputusan karena bukan lagi merupakan minat tetapi

sudah menimbulkan perbuatan membeli.

Konsumen cenderung menilai kualitas suatu produk berdasarkan faktor-faktor

yang mereka asosiasikan dengan produk tersebut. Faktor tersebut dapat

bersifat intrinsik yaitu karakteristik produk seperti ukuran, warna, rasa atau

aroma dan faktor ekstrinsik seperti harga, citra toko, citra merek dan pesan

promosi. Apabila atribut-atribut yang terdapat dalam suatu produk itu sesuai

dengan apa yang diinginkan konsumen, maka ini akan menimbulkan minat

membeli (Schiffman and Kanuk dalam Cahyono, 1990).

Produsen sebagai pembuat suatu produk, pastilah memiliki harapan agar

produk yang dihasilkannya dapat laku dipasaran. Tetapi bagaimanakah sikap

dari konsumen sendiri terhadap barang tersebut, apakah mereka akan

memandang barang tersebut sebagai barang yang bagus, menarik, tahan lama

ataukah barang tersebut jelek, tidak menarik, mudah rusak dan sebagainya

yang diharapkan dari apa yang telah didengar atau dilihat oleh masyarakat itu

(50)

F. Hubungan Antar Variabel

1. Hubungan Kesadaran Merek dengan Minat Beli

Menurut Kwan (2001) pengetahuan terhadap keberadaan merek akan

berpengaruh terhadap minat beli konsumen. Konsumen akan cenderung

membeli produk dengan merek yang sudah mereka kenal dibandingkan

dengan produk yang mereknya masih asing ditelinga mereka. Semakin tinggi

tingkat kesadaran merek seseorang maka minat beli konsumen terhadap

produk dengan merek tersebut meningkat karena merek itulah yang pertama

diingatnya. Hal ini juga didukung dengan hasil penelitian Fery Adhi Setyawan

(2011) yang menyatakan bahwa unsur-unsur ekuitas merek salah satunya

adalah kesadaran merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat

beli.

H1: kesadaran merek berpengaruh positif terhadap minat beli

2. Hubungan Asosiasi Merek dengan Minat Beli

Ayuni at. al (2006) menyatakan bahwa asosiasi merek yang kuat akan

memunculkan kesan yang kuat dari konsumen terhadap suatu merek.

Asosiasi yang positif terhadap suatu merek akan mendorong konsumen untuk

memakai merek. Hal tersebut didukung pula oleh penelitian yang dilakukan

Fery Adhi setyawan (2011) dan Munfaridin (2010) dengan hasil bahwa

(51)

Konsumen akan cenderung memakai merek yang dianggap oleh khalayak

sebagai merek yang baik, berkualitas, dipakai oleh orang terkenal dan handal.

Merek yang mempunyai assosiasi yang baik dimata masyarakat biasanya

akan mudah diterima dan dikonsumsi. Selain itu, Simamora (2001)

menyatakan bahwa asosiasi merek yang baik akan menimbulkan alasan

untuk membeli.

H2: Asosiasi merek berpengaruh positif terhadap minat beli

3. Hubungan Inovasi Kemasan dengan Minat Beli

Menurut Wirya (1999) sebuah kemasan yang buruk akan memberikan citra

yang kurang menarik terhadap suatu produk yang baik dan tidak akan dapat

menolong menjual produk apapun. Tetapi, sebuah kemasan yang baik akan

lebih berdaya guna dan membangkitkan serta menarik minat beli. Pernyataan

tersebut didukung oleh penelitian dari Ashari Satrio Muharam (2011) yang

menyatakan bahwa inovasi kemasan berpengaruh terhadap minat beli.

Hasil penelitian dari Ayrina Tjahaja dan Herlin Hidayat (2009) menunjukkan

bahwa kemasan berpengaruh terhadap minat beli. Penerapan desain grafis

dengan unsur-unsur berupa warna, logo, ilustrasi, huruf dan tata letak mampu

meningkatkan suatu daya tarik yang disebut sebagai daya tarik visual. Daya

(52)

konsumen. daya tarik akan diserap otak sadar dan otak bawah sadar yang akan

mempengaruhi tidakan konsumen baik secara sadar maupun tanpa disadari.

H3: inovasi kemasan berpengaruh positif terhadap minat beli

G.Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. H1 : Kesadaran merek berpengaruh positif terhadap minat beli

2. H2 : Asosiasi merek berpengaruh positif terhadap minat beli

3. H3 : Inovasi kemasan berpengaruh positif terhadap minat beli

H. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan landasan teori dan penelitian terdahulu telah diuraikan

bahwa kesadaran merek, asosiasi merek serta inovasi kemasan memiliki

pengaruh terhadap minat beli. Minat beli merupakan ketertarikan terhadap

produk dan menimbulkan keinginan untuk memperolehnya sehinggan nantinya

akan timbul tindakan pembelian.

Kesadaran merek merupakan penerimaan dibenak konsumen tentang suatu

merek dalam mengingat dan mengenali ciri khas merek bahwa suatu merek

merupakan bagian dari kategori tertentu. Kesadaran merek meliputi kemampuan

(53)

mengingat merek. Melekatnya suatu merek di benak konsumen akan

memperkuat interpretasi/ kesan serta pengetahuan terhadap merek sehingga akan

membuat konsumen lebih mengingat merek tersebut dibandingkan merek lain

dengan kategori yang sama. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap minat beli

karena konsumen akan cenderung memilih merek yang sudah mereka kenal

dibanding merek yang tidak mereka kenal.

Asosiasi merek merupakan ingatan yang muncul mengenai sebuah merek

berkaitan dengan hal- hal yang berhubungan dengan merek tersebut. Asosiasi

merek meliputi hal- hal yang berkaitan dengan merek seperti atribut produk,

manfaat bagi pelanggan, harga relatif serta pesaing. Asosiasi yang kuat terhadap

merek akan memunculkan kesan yang kuat terhadap merek dan merek yang

memiliki asosiasi yang baik akan mudah diterima dan mendorong minat

konsumen terhadap merek tersebut.

Inovasi kemasan merupakan aktivitas pembaruan terhadap kemasan dengan atau

tanpa mengubah isinya dengan tujuan meningkatkan daya tarik serta keunggulan

dalam bersaing dengan produk lain. Inovasi kemasan yang menarik akan mampu

merebut perhatian konsumen yang akan menarik minat mereka untuk membeli

(54)

Berikut ini model kerangka pemikiran yang terbentuk dalam penelitian ini:

Kerangka pemikiran di atas menjelaskan bahwa minat beli yang merupakan

variabel terikat dipengaruhi oleh tiga variabel bebas yaitu brand awareness

(X1), brand association (X2) serta inovasi kemasan (X3). Brand

Awareness (X1)

Brand Association

(X2)

Minat Beli

(Y)

(55)

BAB III

Metode Penelitian

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini merupakan tipe penelitian eksplanatori. Penelitian eksplanatori merupakan penelitian yang menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antar satu variabel-variabel dengan variabel-variabel yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel kesadaran merek (X1), asosiasi merek (X2) dan inovasi kemasan (X3) terhadap minat beli yang dimaksudkan untuk membangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramal dan mengontrol suatu gejala (Sugiono, 1999).

B. Identifikasi Variabel Penelitian

(56)

- Variabel Bebas

Merupakan variabel yang mempengaruhi atau menyebabkan masalah lain terjadi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Brand

Awareness, Brand Association dan Inovasi Kemasan.

- Variabel Terikat

Merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variable yang lain yang bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat beli.

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

[image:56.595.112.485.542.714.2]

Berikut definisi operasional variabel dalam penelitian ini yang disajikan dalam bentuk tabel.

Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel

Variabel

yang diteliti Definisi Indikator Item

Brand

Awareness merupakan suatu penerimaan dari konsumen terhadap suatu merek dalam benak mereka, dimana hal itu ditunjukkan dari kemampuan konsumen dalam mengingat dan mengenali ciri khas sebuah merek, dan mengaitkannya kedalam kategori tertentu.

kemampuan mengingat merek dalam level top of mind, kemampuan mengenali merek, dan kemampuan konsumen dalam - mengingat merek dengan baik - mengenal merek dengan baik

(57)

mengingat kembali merek. Brand

Association segala kesan yang muncul di benak seseorang tentang suatu merek.

Atribut produk, manfaat bagi pelanggan, harga relatif, kompetitor/pes aing -mengetahui kemasan -mengingat karakteristik -manfaat sesuai kebutuhan rambut - harga beli sesuai kualitas - kualitas bersaing Inovasi

Kemasan sentuhan pembaruan dilakukan pada aspek kemasan, dengan memperbaiki segi-segi kurang baik yang ada pada kemasan guna meningkatkan daya tarik (attractiveness) sehingga secara visual akan cukup kompetitif untuk bersaing dengan produk lain

Warna, bentuk, logo, ilustrasi huruf, gambar - kombinasi warna kemasan serasi - bentuk kemasan unik - logo unik - desain huruf bagus

- gambar menarik

Minat Beli suatu ketertarikan terhadap

produk atau barang dan menimbulkan motivasi atau keinginan untuk

memperolehnya sehingga akan timbul tindakan pembelian.

(58)

D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah anak kos yang ada di lingkungan Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Kedaton, Bandar Lampung. Alasan dipilihnya populasi ini adalah karena populasi penelitian ini sesuai dengan sasaran segmen pasar CLEAR yaitu anak muda dan untuk memudahkan dalam melakukan penelitian karena lokasi yang berdekatan dengan tempat tinggal peneliti serta dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya.

2. Sampel

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah 100 sampel. Hal ini didasarkan atas pendapat Singarimbun dan Effendi (1995), bahwa untuk menentukan jenis sampel bilamana analisa yang dipakai adalah teknik korelasi maka sampel yang harus diambil minimal 30 obyek. Kemudian sesuai dengan pernyataan Ferdinand (2006), ukuran sampel yang lebih besar dari 30 dan kurang dari 500 sudah memadai bagi banyak penelitian.

3. Teknik pengambilan sampel

(59)

Pada penelitian ini digunakan teknik convenience sampling dengan cara mendatangi calon responden ke tempat-tempat kos mereka dan melakukan wawancara singkat untuk mengetahui apakah responden yang ditemui memenuhi kriteria yang diinginkan kemudian jika sesuai dengan kriteria maka akan dilanjutkan dengan memberikan lembar kuisioner untuk diisi oleh responden dan jika tidak sesuai dengan kriteria maka tidak dilanjutkan untuk memberikan kuisioner. Responden didampingi pada saat mengisi lembar kuisioner.

E. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam variabel penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tanpa perantara). Data primer yang ada dalam penelitian ini merupakan hasil penyebaran kuesioner pada sampel yang telahditentukan (anak kos di daerah Kampung Baru, Kedaton, Bandar Lampung) berupa data mentah dengan skala Likert untuk mengetahui respon dari responden yang ada mengenai pengaruh kesadaran merek, asosiasi merek dan inovasi kemasan terhadap minat beli.

F. Metode Pengumpulan Data

Kuesioner

(60)

harus diisi oleh responden. Dalam penelitian ini kuisioner menggunakan pertanyaan terbuka dan tertutup guna mendapatkan informasi yang lebih mendalam dari responden. Pengukuran variabel dilakukan dengan menggunakan skala likert dengan metode skoring sebagai berikut:

1= Sangat Tidak Setuju (STS) 2= Tidak Setuju (TS)

3= Netral (N) 4= Setuju (S)

5= Sangat Setuju (SS)

Angka satu menunjukkan bahwa responden tidak mendukung terhadap pernyataan yang diberikan. Kemudian angka lima menunjukkan bahwa responden mendukung pernyataan yang diberikan.

G. Teknik Pengolahan Data

1. Editing

(61)

2. Coding

Dilakukan dengan pemberian tanda pada tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama untuk mempermudah pengolahan data yang telah diperoleh.

3. Tabulating

Mengelompokkan jawaban yang sama dengan teliti dan teratur kemudian dihitung mana yang termasuk dalam kategori. Kegiatan ini dilaksanakan sampai terwujud tabel-tabel yang berguna dan penting pada data kuantitatif.

H. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Uji Validitas

(62)

lain sehingga bisa dibuat satu atau lebih kumpulan peubah yang lebih sedikit dari jumlah peubah awal (Http://www.adln.lib.unair.ac.id/go.php) diakses 18 Februai 2012.

Untuk menentukan suatu kelompok variabel layak atau tidak layak sebagai faktor digunakan Eigen Value. Dimana jika Eigen value tersebut lebih besar atau sama dengan satu (> 1) maka dinyatakan layak atau diterima. Sedangkan untuk mengetahui sumbangan masing-masing faktor akan dilihat dari total varian masing-masing faktor. Kemudian untuk melihat peranan masing-masing variabel dalam suatu faktor dilihat dari besarnya loading variabel yang bersangkutan, dimana loading terbesar mempunyai peranan utama. Untuk menentukan faktor minimum guna mencapai varian maksimum digunakan principle component analysis. Bila terdapat loading yang berbeda maka hipotesis diterima.

Pada dasarnya analisis faktor dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu:

a. Matrik Korelasi

(63)

b. Ekstraksi faktor

Setelah variabel disusun kembali berdasarkan korelasi hasil langkah pertama, maka program komputer akan menetukan jumlah faktor yang diperlukan untuk mewakili data. Untuk menentukan jumlah faktor yang diterima atau layak, secara empiris data dapat dilihat pada eign value suatu faktor yang besarnya lebih atau sama dengan 1 (>1).

c. Rotasi

Hasil ektraksi faktor yang sering kali masih sulit untuk menetukan pola atau pengelompokkan variabel-variabel secara bermakna dengan rotasi dapat diidentifikasikan dengan memilih nilai loading lebih besar.

Statistik yang terkait dengan analisis faktor adalah sebagai berikut:

a. Barlett test of spericity merupakan tes statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis bahwa antar variabel tidak berkorelasi.

b. Correlation matrik F merupakan korelasi antar semua variabel yang diteliti dan elemen diagonal dihilangkan.

(64)

d. Eigen Value merupakan nilau yang mewakili total variance yang dijelaskan oleh setiap faktor.

e. Faktor loading plot merupakan titik potong dari variabel asli yang menggunakan faktor loading sebagai koordinat.

f. Faktor matrik F memuat faktor-faktor loading dari seluruh variabel pada faktor-faktor yang telah terpilih.

g. Faktor score merupakan estimasi nilai skor bagi setiap responden dari satu faktor.

h. Kaiser-Meyer-Olkin-Measure of sampling adequency. Indeks yang digunakan untuk menguji ketepatan analisis faktor. Nilai yang tinggi (0.5-1.0) menunjukkan bahwa analisis tersebut tepat dan tidak tepat bila di bawah 0.5.

(65)
[image:65.595.153.388.150.508.2]

Tabel 3.2 Validitas awal

Rotated Component Matrixa

Component

1 2 3 4

BA1 .800

BA2 .777

BA3 .716

BAS1 .722

BAS2 .454

BAS3 .752

BAS4 .477

BAS5 -.561

IK1 .619

IK2 .758

IK3 .735

IK4 .601

IK5 .609

MB1 .892 MB2 .946 MB3 .932

Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a. Rotation converged in 5 iterations.

(66)
[image:66.595.146.379.164.477.2]

Tabel 3.3 Validitas akhir

Rotated Component Matrixa

Component

1 2 3 4

BA1 .765

BA2 .832

BA3 .731

BAS1 .740

BAS3 .806

BAS4 .608

IK1 .627

IK2 .744

IK3 .731

IK4 .620

IK5 .615

MB1 .896 MB2 .958 MB3 .940

Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a. Rotation converged in 5 iterations.

(67)

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur kuisioner yang merupakan indikator dari variabel. Menurut Umar (2003) reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur dalam gejala yang sama. Untuk mencari reliabilitas keseluruhan item dalam penelitian ini dilakukan dengan koefisien Cronbach Alpha.

Pengukuran koefisien Cronbach alpha dalam penelitian ini dilakukan dengan alat bantu program SPSS 16.

[image:67.595.157.497.430.555.2]

Hasi pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Alpha Keterangan

Kesadaran merek (X1) 0.699 Reliabel

Asosiasi merek (X2) 0.545 Reliabel

Inovasi kemasan (X3) 0.711 Reliabel

Minat Beli (Y) 0.939 Reliabel

Sumber: Data diolah, 2012 (lampiran 4)

(68)

H. Uji Asumsi Klasik

Untuk menguji apakah persamaan garis regresi yang diperoleh linier dan bisa dipergunakan untuk melakukan peramalan, maka dilakukan uji asumsi klasik sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

(69)

b. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan hubungan linier yang sempurna antara beberapa atau semua variabel bebas. Pengujian multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas (Ghozali, 2006).

Multikolinearitas dalam penelitian ini dideteksi dengan menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen atau dengan menggunakan perhitungan nilai Tolerance dan VIF. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (lebih dari 0,900) maka hal ini menunjukkan adanya multikolinearitas atau jika nilai Tolerance

kurang dari 0,100 atau nilai VIF lebih dari 10, maka hal ini menunjukkan adanya multikolinearitas (Ghozali, 2006).

c. Uji Heteroskedastisitas

(70)

Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan pendekatan rank korelasi dari Spearmen (Sudarmanto dalam Dwi Lestari 2011).

I. Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas yaitu: brand awereness (X1), brand associations (X2) dan Inovasi kemasan (X3) terhadap minat beli (Y) shampo CLEAR. Adapun bentuk persamaan regresi linier berganda

Gambar

Tabel    Halaman
Tabel 1.1 Varian Produk CLEAR
Tabel 1.2 Top Brand Index Shampo
Tabel 3.1
+5

Referensi

Dokumen terkait

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Split Plot dengan 2 faktor yaitu: varietas sebagai petak utama, dan pemberian dosis giberelin

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa optimalisasi penggunaan lahan marginal guna mendukung pengembangan komoditas non unggulan sebagai berikut (a) Kabupaten Blitar adalah

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan struktur novel yang meliputi tokoh penokohan, alur, dan latar, sekaligus juga mendeskripsikan kekerasan terhadap anak dalam novel

“ Penentuan Nilai Eksak Dari Harga Opsi Tipe Eropa Dengan Menggunakan Model Black Scholes .” UIN Alauddin Makassar (2001): h. Model Black Scholes Put Call Parity Harga

[r]

Sehubungan dengan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Kampar Tahun Anggaran 2013 bersama ini kami mengundang saudara/i

Meskipun D pribadi yang sangat mudah dipengaruhi dan juga kekanak-kanakan serta suka menuntut dan peka terhadap kritik namun, ia adalah orang yang ramah yang

Jolianis (2014) menyatakan bahwa Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia berpengaruh terhadap pendapatan daerah. Hal tersebut terjadi pada Taman Tebing Breksi. Taman