• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI MENURUNNYA JUMLAH WISATAWAN YANG BERKUNJUNG DI TAMAN BUMI KEDATON KELURAHAN BATU PUTU KECAMATAN TELUK BETUNG UTARA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI MENURUNNYA JUMLAH WISATAWAN YANG BERKUNJUNG DI TAMAN BUMI KEDATON KELURAHAN BATU PUTU KECAMATAN TELUK BETUNG UTARA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2011"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

STUDI MENURUNNYA JUMLAH WISATAWAN YANG BERKUNJUNG DI TAMAN BUMI KEDATON KELURAHAN BATU PUTU

KECAMATAN TELUK BETUNG UTARA BANDAR LAMPUNG

TAHUN 2011

Oleh WIDIYA WATI

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung di Taman Bumi Kedaton Kalurahan Batu Putu Kecamatan Teluk Betung Utara Kota Bandar Lampung Tahun 2011, dengan titik tekan kajiannya pada daya tarik objek wisata, aksesibilitas, ketersediaan fasilitas, keadaan keamanan, serta promosi dan publikasi.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini yaitu wisatawan yang berkunjung di Taman Bumi Kedaton, teknik quota sampling sebanyak 60 responden. Pengumpulan data dengan teknik observasi, wawancara, kuesioner, dan dokumentasi. Analisis data teknik persentase dan skoring dengan rumus model Struges

sebabai dasar deskripsi pembuatan laporan penelitian.

(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

alam. Dengan demikian, Indonesia memiliki potensi kepariwisataan yang tinggi, baik wisata

alam, wisata budaya, ataupun wisata historis. Potensi kepariwisataan tersebut berupa bentang

alam, gunung, lembah, pantai, adat istiadat masyarakat dan sebagainya, yang tersebar di

berbagai tempat di wilayah Indonesia.

Manusia memiliki kebutuhan fisiologis dan rohani sehingga manusia akan melakukan berbagai mobilitas untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Berbagai kebutuhan yang mendorong manusia untuk melakukan mobilitas, yaitu: (1) Kebutuhan dagang atau ekonomi, (2) Kebutuhan kepentingan politik, (3) Kebutuhan keamanan, (4) Kebutuhan kesehatan, (5) Kebutuhan pemukiman, (6) Kebutuhan kepentingan agama, (7) Kebutuhan kepentingan pendidikan, (8) Kebutuhan minat kebudayaan, (9) Kebutuhan hubungan keluarga, (10) Kebutuhan untuk rekreasi, (11) dan Kebutuhan untuk konferensi (Muljadi A.J, 2009:6).

Pengembangan industri pariwisata dengan memanfaatkan berbagai potensi kepariwisataan

yang ada di Indonesia sekarang ini merupakan salah satu upaya dalam memenuhi kebutuhan

masyarakat untuk rekreasi.

Seseorang yang melakukan perjalanan untuk meninggalkan tempat kediamannya sementara

waktu, dengan alasan apapun tanpa maksud mencari nafkah disebut wisatawan (Muljadi A.J,

2000:11). Maksud dari perjalanan itu bukan untuk urusan yang berhubungan dengan

pekerjaannya sehari-hari, serta dilakukan untuk sementara waktu dan di daerah yang

dikunjungi semata-mata sebagai konsumen. Pada hakekatnya, perasaan manusia untuk selalu

ingin tahu segala sesuatu di dalam dan di luar lingkungannya menjadi salah satu latar

(3)

untuk mendapatkan kesenangan, kesehatan, pendidikan, agama, kebudayaan, hobi, olahraga,

konferensi, seminar, dan lain-lain.

Adanya potensi wisata yang melimpah dan upaya pemenuhan kebutuhan manusia akan

wisata, pemerintah Indonesia menuangkan amanat dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara

RI Tahun 1998, bahwa perkembangan pariwisata perlu ditingkatkan untuk menjadikan sektor

tersebut sebagai sumber devisa negara nomor dua setelah minyak dan gas bumi. Hal ini

menjadi salah satu acuan bagi pemerintah daerah Provinsi Lampung untuk mengembangkan

potensi-potensi wisata yang dimilikinya.

Dalam rangka menunjang berkembangnya potensi kepariwisataan daerah, pemerintah Kota

Bandar Lampung mendirikan Objek Wisata Taman Bumi Kedaton yang berada di Kelurahan

Batu Putu Kecamatan Teluk Betung Utara Kota Bandar Lampung. Objek wisata tersebut

didirikan oleh PT. Bumi Kedaton dengan akta pendirian Nomor C-31496 HT.01.01.2004

pada 20 Oktober 2004 dengan luas area 15 Ha. Pengelola Taman Bumi Kedaton juga

melakukan kerjasama dengan Taman Nasional Way Kambas guna mengembangkan daya

tarik objek wisatanya. Keberadaan objek wisata tersebut menjadi alternatif rekreasi bagi

masyarakat Kota Bandar Lampung khususnya dan masyarakat Provinsi Lampung umumnya.

Acuan dalam pendirian Taman Bumi Kedaton adalah Rencana Tata Ruang Kota Bandar

Lampung, di mana wilayah Kelurahan Batu Putu dikembangkan sebagai daerah

pengembangan tujuan wisata kota. Berdasarkan peraturan daerah tersebut, maka terdapat

beberapa objek wisata yang ada di sekitar Taman Bumi Kedaton di antaranya Air Terjun Batu

Putu, Taman Wisata Wira Garden, Taman Wisata Lembah Hijau, dan sebagainya. Daerah

Batu Putu memiliki topografi perbukitan dengan tanah yang subur, adanya aliran sungai, dan

(4)

sejuk menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata yang

ada di kawasan tersebut.

Daya tarik objek wisata merupakan segala sesuatu yang dapat menarik minat wisatawan

untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata. Daya tarik ini biasanya berupa keunikan,

keindahan, dan nilai estetika yang khas yang dimiliki oleh setiap objek wisata. Di Taman

Bumi Kedaton, wisatawan dapat menyaksikan atraksi gajah yang menawan tanpa harus pergi

ke pusat pelatihan gajah di Way Kambas Kabupaten Lampung Timur. Berbagai aktivitas

rekreasi yang disediakan oleh pengelola menyebabkan Taman Bumi Kedaton dapat menjadi

salah satu destinasi wisata alternatif bagi masyarakat Lampung.

Selain keindahan alam dan kesejukan udaranya, berbagai sarana dan prasarana juga siap

melayani pengunjung antara lain tersedianya fasilitas penginapan (cottage), kolam renang,

cafe, outbound, camping ground, agrowisata berupa perkebunan buah naga dan jambu,

airsoft gun, highrope, offroad and team building, kolam pemancingan, tunggang gajah dan

tunggang kuda serta arena atraksi gajah. Kini, Taman Bumi Kedaton dilengkapi dengan graha

auditorium dengan fasilitas sound system, whiteboard, flip carth, screen dan OHP yang dapat

digunakan untuk kepentingan meeting.

Koleksi satwa yang ada di Taman Bumi Kedaton juga terus ditambah sehingga pada saat ini

telah ada beberapa jenis satwa antara lain gajah (kerjasama dengan Taman Nasional Way

Kambas), kuda, beruang madu, landak, musang, harimau sumatera, rusa, ikan, berbagai jenis

ayam, angsa, bebek, berbagai jenis monyet (siamang, beruk, monyet ekor panjang), berbagai

jenis burung (burung merak, rangkong, kaktua jambul kuning, dan bangau), dan berbagai

(5)

Taman Bumi Kedaton berjarak sekitar 6 km dari pusat pemerintahan Kota Bandar Lampung

dengan jarak tempuh sekitar 30 menit. Kondisi jalan menuju objek wisata tersebut beraspal.

Pada umumnya, wisatawan yang berkunjung menggunakan kendaraan pribadi dan bersifat

keluarga atau rombongan.

Keberadaan Taman Bumi Kedaton ini diharapkan mampu memperluas lapangan kerja bagi

masyarakat sekitarnya sehingga dapat menurunkan angka pengangguran. Sektor

kepariwisataan juga memiliki kontribusi yang besar bagi pendapatan daerah. Namun, hal ini

belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari hari-hari kunjungan dan

jumlah wisatawan yang berkunjung akhir-akhir ini mengalami penurunan. Banyaknya

wisatawan yang berkunjung di Taman Bumi Kedaton dari Tahun 2006 – 2010 dapat dilihat

pada tabel berikut: Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung Tahun 2011

Taman Bumi Kedaton tidak menargetkan jumlah kunjungan wisatawan pada tiap bulan atau

tahunnya. Akan tetapi, berdasarkan Tabel 1, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Taman

Bumi Kedaton mengalami penurunan setiap tahunnya. Penurunan yang tertinggi terjadi pada

Tahun 2010 dengan persentase penurunan sebesar 20,11%. Sedangkan penurunan jumlah

kunjungan wisatawan paling kecil terjadi pada Tahun 2009 sebesar 9,58%. Penurunan

tersebut kemungkinan terjadi sebagai dampak tidak berkembangnya objek wisata tersebut

(6)

wisatawan juga dimungkinan akibat makin bertambah banyak objek wisata baru dengan

konsep yang sama. Oleh karena itu, perlu diketahui penyebab menurunnya jumlah wisatawan

yang berkunjung ke Taman Bumi Kedaton Kelurahan Batu Putu Kecamatan Teluk Betung

Utara Kota Bandar Lampung.

Sarana transportasi yang digunakan oleh para wisatawan untuk mencapai daerah tujuan

wisata dapat berupa kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Jalur transportasi yang

dilalui berupa jalur darat, laut, maupun udara. Jenis dan jumlah kendaraan yang digunakan

wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata Taman Bumi Kedaton dari Tahun 2006 – 2010

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Jenis dan Jumlah Kendaraan yang Masuk di Objek Wisata Taman Bumi Kedaton Tahun 2006 – 2010

No Tahun

Kunjungan

Jenis Kendaraan

Jumlah Bus Mobil Pribadi Sepeda Motor

1 2006 52.236 70.355 79.235 201.826 2 2007 45.160 67.925 74.023 187.108 3 2008 41.402 69.144 66.481 177.027 4 2009 38.055 56.035 52.110 146.200 5 2010 29.080 51.240 48.917 129.237 Rata-rata 41.186,6 62.933,8 64.153,2 168.279,6 Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung Tahun 2011

Berdasarkan Tabel 2, jenis kendaraan yang digunakan wisatawan untuk mencapai objek

wisata Taman Bumi Kedaton berupa bus, mobil pribadi, dan sepeda motor. Seiring dengan

penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung, jumlah kendaraan yang masuk ke objek

wisata tersebut juga mengalami penurunan dalam tiap tahun.

Dengan demikian, kondisi tersebut menarik untuk diteliti dengan judul penelitian Studi

Menurunnya Jumlah Wisatawan Yang Berkunjung Di Taman Bumi Kedaton Kelurahan Batu

Putu Kecamatan Teluk Betung Utara Bandar Lampung Tahun 2011.

(7)

Berdasarkan latar belakang masalah, menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke

Taman Bumi Kedaton dapat diidentifikasikan sebagai berikut, yaitu bagaimanakah:

1. Daya Tarik Objek Wisata

2. Aksesibilitas

3. Fasilitas yang Tersedia

4. Keadaan Keamanan

5. Promosi dan Publikasi

6. Kondisi Kebersihan Lingkungan

7. Keterkaitan Antar Objek Wisata

8. Keterlibatan Masyarakat Setempat

C. Batasan Masalah

Sesuai dengan permasalahan di atas, maka penulis akan membatasi kajian penelitiannya pada

beberapa aspek, meliputi: daya tarik objek wisata, aksesibilitas, fasilitas yang tersedia,

keadaan keamanan, serta promosi dan publikasi objek wisata Taman Bumi Kedaton

Kelurahan Batu Putu Kecamatan Teluk Betung Utara Bandar Lampung.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang ada, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yakni

mengapa jumlah wisatawan yang berkunjung di Taman Bumi Kedaton Kelurahan Batu Putu

Kecamatan Teluk Betung Utara Kota Bandar Lampung mengalami penurunan dari Tahun

2006 – 2010.

(8)

1. Apakah keadaan objek wisata yang kurang menarik menjadi penyebab menurunnya

jumlah wisatawan yang berkunjung di Taman Bumi Kedaton?

2. Apakah faktor aksesibilitas yang sulit merupakan faktor penyebab menurunnya jumlah

wisatawan yang berkunjung di Objek Wisata Taman Bumi Kedaton?

3. Apakah kurang tersedianya fasilitas yang diperlukan pengunjung menjadi penyebab

menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung di Taman Bumi Kedaton?

4. Apakah ketidakamanan wisatawan di objek wisata menjadi penyebab menurunnya jumlah

wisatawan yang berkunjung di Taman Bumi Kedaton?

5. Apakah promosi dan publikasi yang dilakukan Pengelola secara tidak rutin menjadi

penyebab menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung di Taman Bumi Kedaton?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mendapatkan informasi tentang keadaan objek wisata yang kurang menarik

menjadi penyebab menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung di Taman Bumi

Kedaton.

2. Untuk mengetahui aksesibilitas yang sulit menjadi penyebab menurunnya jumlah

wisatawan yang berkunjung di Taman Bumi Kedaton.

3. Untuk mendapatkan informasi kurang tersedianya fasilitas yang diperlukan pengunjung

menjadi penyebab menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung di Taman Bumi

Kedaton.

4. Untuk mendapatkan informasi keamanan wisatawan menjadi penyebab menurunnya

jumlah wisatawan yang berkunjung di Taman Bumi Kedaton.

5. Untuk mengetahui promosi dan publikasi yang dilakukan secara tidak rutin menjadi

(9)

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Sebagai suplemen bahan ajar pelajaran Geografi di SMP kelas VIII semester dua,

terutama hubungannya dengan Perhubungan, Pengembangan, dan Pariwisata dengan sub

pokok bahasan Pariwisata.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai informasi untuk bahan

pengembangan dan evaluasi bagi pihak pengelola Taman Bumi Kedaton.

G. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup objek penelitian: daya tarik objek wisata, aksesibilitas, fasilitas yang

tersedia, keadaan keamanan, serta promosi dan publikasi.

2. Ruang lingkup subjek penelitian: Objek Wisata Taman Bumi Kedaton.

3. Ruang lingkup tempat peneltian: Objek Wisata Taman Bumi Kedaton di Kelurahan

Batuputu Kecamatan Teluk Betung Utara Kota Bandar Lampung.

4. Ruang lingkup waktu penelitian: Tahun 2011 – 2012

5. Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah Geografi Pariwisata.

Menurut Ramaini (1992: 3) Geografi pariwisata merupakan geografi yang berhubungan erat dengan pariwisata. Kegiatan pariwisata banyak sekali seginya di mana semua kegiatan itu biasa disebut dengan industri pariwisata, termasuk di dalamnya perhotelan, restoran, toko cinderamata, transportasi, biro jasa di bidang perjalanan, tempat-tampat hiburan, objek wisata, atraksi budaya dan lainnya. Segi geografi umum yang perlu diketahui wisatawan antara lain iklim, flora, fauna, keindahan alam, adat istiadat, budaya, perjalanan darat, perjalanan laut dan udara, dan sebagainya. Dua segi tersebut yaitu segi industri pariwisata dan segi geografi umum menjadi bahasan dalam Geografi pariwisata. Penelitian ini mengkaji tentang hubungan geografi fisik dengan manusia, di mana bentang

(10)

memanfaatkan alam untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah kebutuhan wisata atau rekreasi untuk menghilangkan kejenuhan

dalam menghadapi aktivitas sehari-hari. Panorama alam yang indah diintegrasikan dengan

kreativitas manusia dalam memanfaatkannya sebagai objek wisata dapat menjadi alternatif

rekreasi bagi masyarakat. Hal tersebut menunjukkan bahwa geografi dengan aktivitas

pariwisata memiliki korelasi yang erat. Dengan demikian, maka ruang lingkup ilmu dalam

(11)
(12)

I. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

1. Geografi Pariwisata

Geografi pariwisata adalah ilmu geografi yang berhubungan erat dengan pariwisata (Gamal

Suwantoro 1997:28). Pariwisata berkaitan erat dengan geografi karena dalam ilmu pariwisata

terdapat aspek-aspek geografi yang tidak dapat dipisahkan.

Menurut Ramaini (1992:3), Geografi pariwisata merupakan geografi yang berhubungan erat dengan pariwisata. Kegiatan pariwisata banyak sekali seginya di mana semua kegiatan itu biasa disebut dengan industri pariwisata, termasuk di dalamnya perhotelan, restoran, toko cinderamata, transportasi, biro jasa di bidang perjalanan, tempat-tempat hiburan, objek wisata, atraksi budaya dan lainnya. Segi geografi umum yang perlu diketahui wisatawan antara lain, flora, fauna, keindahan alam, adat istiadat, budaya, perjalanan darat, perjalanan laut dan udara, dan sebagainya. Dua segi tersebut yaitu segi industri pariwisata dan segi geografi umum menjadi bahasan dalam Geografi Pariwisata.

Berdasarkan definisi geografi pariwisata, antara geografi dan pariwisata mempunyai

hubungan atau korelasi yang sangat erat. Geografi pariwisata merupakan bagian dari ilmu

geografi yang dapat membantu dalam mendeskripsikan objek wisata pada suatu wilayah.

Geografi pariwisata berperan penting dalam meunjang kelancaran aktivitas kepariwisataan

baik dalam skala nasional maupun internasional.

Untuk memajukan pengembangan pariwisata sebagai industri secara terpadu dan baik, maka

perlu diperhatikan beberapa unsur yang menunjang dalam kegiatan industri pariwisata

tersebut.

(13)

untuk memperkenalkan objek wisata, (2) transportasi yang lancar, (3) kemudahan keimigrasian atau birokrasi, (4) akomodasi yang menjamin penginapan yang nyaman, (5) pemandu wisata yang cakap, (6) penawaran barang dan jasa mutu terjamin dan harganya wajar, (7) pengisian waktu dengan atraksi-atraksi yang menarik, (8) kondisi kebersihan dan kesehatan lingkungan hidup (James J Spilane, 1987:129-130).

2. Pengertian Pariwisata

Pariwisata adalah keseluruhan kegiatan, proses dan kaitan yang berhubungan dengan

perjalanan dan persinggahan orang-orang yang tidak untuk menetap dan bukan untuk mencari

nafkah. Orang melakukan pariwisata dengan tujuan agar tercapai kehidupan yang

menyenangkan serta memperdaya kehidupan.

Menurut Tourism Society in Britain dalam Kusmayadi (2000:5) mendefinisikan pariwisata sebagai kepergian orang-orang untuk sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat-tempat tinggal dan tempat-tempat bekerja sehari-hari, serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tempat-tempat tujuan tersebut; ini mencakup kepergian untuk berbagai maksud, termasuk kunjungan sehari atau darmawisata. Pariwisata merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan kenikmatan dan kepuasan.

Menurut Oka A. Yoeti (1982:109) pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk

sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud

bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi

semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk

memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

Menurut Dit Jend pariwisata Republik Indonesia dalam Sujali (1989:9) berdasarkan keadaan

dan karakteristik daerah wisata, secara umum wisata dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:

a. Pariwisata alam (Natural Resources), bentuk atau wujud dari objek wisata ini berupa pandangan alam seperti bentuk lingkungan pegunungan, lingkungan pantai atau perairan, lingkungan hidup berupa flora dan fauna atau bentuk yang lainnya.

b. Pariwisata Budaya atau Manusia (Human Resources), objek wisata budaya lebih banyak di pengaruhi oleh lingkungan atau kehidupan manusia dan wujud dari objek wisata budaya antara lain berbentuk museum, candi, tarian atau kesenian, upacara keagamaan, upacara adat, atau bentuk yang lainnya.

(14)

Kegiatan industri pariwisata amat besar manfaatnya baik bagi pemerintah maupun bagi

masyarakat. Peranan pariwisata dalam pengembangan dan pengelolaannya harus ditangani

secara baik agar hasil yang dicapai dapat dirasakan oleh masyarakat maupun pemerintah.

Jenis-jenis wisatanya juga dapat ditambah atau disesuaikan dengan keadaan lingkungan,

kondisi dan situasi perkembangan dunia kepariwisataan yang ada di daerah tujuan wisata

tersebut. Pariwisata di Indonesia telah dianggap sebagai salah satu sektor ekonomi penting

bahkan sektor ini diharapkan dapat menjadi devisa nomor satu (Gamal Suwantoro, 1997:35).

3. Pengembangan Pariwisata

Maksud dan tujuan perencanaan pengembangan pariwisata pada dasarnya adalah mencegah

dampak fisik, masyarakat, pemasaran, organisasi dan lain-lain yang negatif yang dapat terjadi

apabila tidak dilakukan perencanaan (Kusudianto Hadinoto, 1996:51). Pengembangan potensi

wisata mengandung makna upaya untuk lebih meningkatkan sumber daya yang dimiliki suatu

objek wisata dengan cara melakukan pembangunan unsur-unsur fisik maupun nonfisik

sehingga meningkatkan produktivitas.

Dalam pengembangan pariwisata diperlukan rencana agar dapat mengurangi dampak

ekonomi, sosial, dan budaya dalam masyarakat terutama di daerah tujuan wisata. Oka A.

Yoeti dalam Muljadi A. J. (2009:69) menjelaskan bahwa aspek-aspek yang perlu diketahui

dalam perencanaan pariwisata, yaitu:

a. Wisatawan (tourist)

Harus tau lebih dahulu, melalui penelitian, karakteristik wisatawan yang diharapkan datang. Dari Negara mana saja mereka datang, anak muda atau orang tua, pengusaha atau pegawai biasa, apa kesukaannya dan pada musim apa mereka melakukan perjalanan. b. Pengangkutan (transportations)

(15)

c. Daya tarik wisata

Daya tarik wisata yang akan dijual harus memenuhi tiga syarat agar memberikan kepuasan kepada wisatawan/ pengunjung, antara lain:

1) Apa yang dapat dilihat (something to see) 2) Apa yang dapat dilakukan (something to do) 3) Apa yang dapat dibeli (something to buy) d. Fasilitas pelayanan (servise facilities)

Fasilitas apa saja yang tersedia di daerah tujuan wisata terebut, bagaimana akomodasinya yang ada, restoran, pelayanan umum seperti bank/money changer, kantor pos, telepon/teleks/faksimili yang akan dikunjungi wisatwan.

e. Informasi dan promosi (informations)

Calon wisatawan perlu memperoleh informasi tentang daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi. Untuk itu perlu dipikirkan cara-cara publikasi atau promosi yang akan dilakukan.kapan iklan harus dipasang, ke mana leaflets/brochurs harus disebarkan sehingga calon wisatawan mengetahui informasi tentang daerah-daerah tujuan wisata di suatu negara agar calon wisatawan mudah cepat mengambil keputusan.

Pengembangan kawasan objek wisata dilakukan melalui tahapan-tahapan agar produk yang

dihasilkan sesuai dengan perencanaan. Keberhasilan dalam mengembangkan suatu objek

wisata dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawannya. Oleh sebab itu, meningkat atau

menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke suatu objek wisata dapat ditinjau dan

dinilai dari aspek daya tarik wisata, aksesibilitas, fasilitas pelayanan, keamanan, serta

promosi dan publikasi yang disajikan oleh objek wisata tersebut.

a. Daya Tarik Objek Wisata

Daya tarik objek wisata merupakan salah satu faktor dominan dalam upaya menarik minat

wisatawan untuk datang ke daerah tujuan wisata. Setiap objek wisata mempunyai ciri khas

dan keunikan tersendiri sebagai daya tariknya.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009, daya tarik wisata

dijelaskan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa

keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran

(16)

Menurut James J. Spillance (1997:63) daya tarik merupakan segala sesuatu yang dapat atau mampu menarik wisatawan yang ingin berkunjung. Daya tarik dapat timbul dari keadaan alam (keindahan panorama, flora fauna, sifat kekhasan perairan laut/danau), objek buatan manusia (museum, katedral, masjid kuno, makam kuno, dan sebagainya), ataupun unsur-unsur dan peristiwa budaya (kesenian, adat idtiadat, dan makanan). Daya tarik dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu daya tarik utama dan daya tarik tambahan.

Sedangkan menurut Oka A. Yoeti dalam Muljadi A.J. (2009:69) daya tarik adalah segala

sesuatu yang dapat dilihat atau disaksikan serta mampu memberikan kepuasan kepada

wisatawan, antara lain:

1) Apa yang dapat dilihat (what to see)

2) Apa yang dapat dilakukan (what to do)

3) Apa yang dapat dibeli (what to buy)

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa daya tarik objek

wisata adalah segala sesuatu yang menarik, memiliki keunikan dan nilai yang tinggi yang

menjadi tujuan wisatawan datang ke suatu daerah tertentu. Daya tarik objek wisata

merupakan faktor utama yang harus ada di suatu objek wisata. Pada umumnya, daya tarik

objek wisata harus mampu memberikan rasa senang, nyaman, damai, dan kepuasan pada

wisatawan yang berkunjung.

b. Aksesibilitas

Aksesibilitas merupakan aspek penting dalam mendukung pengembangan pariwisata karena

tanpa adanya aksesibilitas yang baik maka aktivitas pariwisata tidak akan berjalan lancar.

Menurut James J. Spillance (1997:38) Aksesibilitas adalah kemampuan untuk mencapai suatu

tujuan wisata tertentu, dapat lebih mudah atau lebih sulit untuk menjangkaunya. Aksesibilitas

ini dapat diukur dengan beberapa parameter, yaitu kondisi (keadaan jalan), kemiringan jalan,

jaringan transportasi, waktu tempuh, jarak tempuh, tingkat kemudahan lokasi objek, biaya

(17)

Suharyono dan Moch. Amin (1994:29) menyatakan bahwa keterjangkauan atau aksesibilitas

tidak selalu terkait dengan jarak, tetapi lebih terkait dengan kondisi medan atau ada tidaknya

sarana angkutan atau komunikasi yang dapat dipakai.

Kusudianto Hadinoto (1996:121) menjelaskan bahwa agar pariwisata berkembang, maka suatu daerah tujuan wisata harus assesibel (bisa didatangi), artinya harus memiliki aksesibilitas yang tinggi seperti:

1) Pengaturan perjalanan harus nyaman, komparatif ekonomis dari pasar wisata ke destinasi harus ada atau harus diadakan.

2) Apabila jarak menuju pasar wisata melebihi 150 km, maka harus tersedia angkutan nyaman dan modern, lazimnya angkutan udara maupun kereta api cepat agar daerah wisata tersebut bisa menerima jumlah wisatawan yang cukup besar.

3) Langsung dan cepat adalah syarat perjalanan wisatawan.

4) Waktu adalah penentu perjalanan, artinya bagi perjalanan jauh waktu yang diperlukan adalah lebih penting daripada biaya perjalanan.

Dengan demikian, aksesibilitas merupakan tingkat kemampuan seseorang untuk mencapai

tempat tujuan terkait dengan jarak dan waktu tempuhnya. Aksesibilitas yang baik menjadi

aspek yang sangat penting dalam mendukung minat para calon wisatawan untuk berkunjung

ke suatu objek wisata.

c. Fasilitas

Oka A. Yoeti dalam Muljadi A.J. (2009:89) menjelaskan bahwa fasilitas merupakan segala

sesuatu yang dapat memberikan kenyamanan dan kepuasan bagi para wisatawan selama

mereka melakukan perjalanan wisata di suatu daerah tujuan wisata. Hal tersebut antara lain

akomodasi yang nyaman, restoran, bar, layanan informasi, layanan keamanan, pramuwisata,

sikap masyarakat setempat, dan lain-lain.

Fasilitas dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar

(18)

ini dapat berupa benda-benda maupun uang, jadi fasilitas dapat disamakan dengan sarana

yang ada di objek wisata.

Muljadi A.J. (2009:13-15) menjelaskan fasilitas atau sarana pariwisata meliputi semua

fasilitas yang mendukung agar sarana pariwisata dapat hidup dan berkembang serta dapat

memberikan pelayanan pada wisatawan guna memenuhi kebutuhan mereka yang beraneka

ragam, antara lain: (1) Fasilitas angkutan, (2) MCK, (3) Sistem telekomunikasi, (4)

Cinderamata atau art shops, (5) Tempat makan dan minum, (6) Tempat penginapan, dan (7)

Tempat parkir.

Fasilitas merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam upaya memaksimalkan

pengembangan suatu objek wisata. Fasilitas-fasilitas tersebut umumnya meliputi fasilitas

angkutan, MCK, toko cinderamata, balai peristirahatan, tempat makan dan minum,

penginapan, tempat parkir, dan sebagainya.

d. Keadaan Keamanan

Menurut James J. Spillane (1997:72) kebutuhan dasar akan keamanan dan perlindungan harus

dipertimbangkan dan disediakan supaya calon wisatawan merasa aman sebelum dan selama

perjalanan berlibur. Berdasarkan pendapat tersebut wisatawan yang baru datang pertama kali,

umumnya sedang berada dalam lingkungan yang tidak mereka kenal, maka jaminan

keamanan sangat penting agar para wisatawan merasa aman dan nyaman selama melakukan

kunjungan ke objek wisata Taman Bumi Kedaton.

Dengan demikian, keamanan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu keadaan yang

dapat memberikan perasaan aman, tenang dan nyaman bagi setiap wisatawan yang

(19)

e. Promosi dan Publikasi

Kegiatan promosi merupakan suatu upaya untuk memperbesar daya tarik produk terhadap

calon konsumen. Tujuan akhir dari promosi adalah agar orang membeli produk yang

ditawarkan. Untuk itu produk harus dibuat menarik agar calon wisatawan tertarik untuk

membelinya. Menurut Oka A. Yoeti dalam Muljadi A.J. (2009:87) pemasaran pariwisata

adalah seluruh kegiatan untuk mempertemukan permintaan (demand) dan penawaran (supply)

sehingga pembeli mendapat kepuasan dan penjual medapat keuntungan maksimal dengan

risiko seminimal mungkin.

Pemasaran pariwisata menurut R.G. Soekadijo (2000:217) meliputi sejumlah kegiatan yang

maksudnya untuk mempengaruhi, mengimbau dan merayu wisatawan potensial sebagai

konsumen agar mengambil keputusan untuk mengadakan perjalanan wisata.

Berhasil-tidaknya promosi kepariwisataan dapat diukur dari banyaknya informasi yang diminta dan

besarnya volume kedatangan wisatawan yang sungguh-sungguh membeli produk pariwisata

yang dipromosikan (R.G. Soekadijo, 2000:242).

Publikasi berusaha menciptakan permintaan atau mempengaruhi permintaan dengan cara

menonjolkan kesesuaian produk wisata dengan permintaan. Tujuan pokok dari publikasi ialah

memancing reaksi pasar, menggerakkan calon konsumen agar mencari produk yang

ditawarkan. Di dalam publikasi terdapat tiga tahapan pokok, yaitu (1) penyebaran informasi,

(2) penanaman kepercayaan dan keyakinan dan (3) penjualan (R.G. Soekadijo, 2000:245).

Keberhasilan promosi dan publikasi akan keliahatan dari hal-hal berikut: (1) semakin

besarnya arus kedatangan wisatawan, (2) semakin lamanya wisatawan tinggal di daerah yang

(20)

kecenderungan wisatawan untuk berkunjung lagi ke daerah pariwisata yang sama (R.G.

Soekadijo, 2000:253),

Promosi dan publikasi mencakup kegiatan penyebaran informasi-informasi yang berkaitan

dengan produk wisata agar menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke suatu objek

wisata. Dengan upaya tersebut, objek wisata akan dikenal atau dipropagandakan ke

masyarakat umum. Pembuatan promosi dan publikasi juga harus didasarkan atas rencana atau

program yang teratur dan kontinyu.

4. Keterkaitan Antar Objek Wisata

Model pariwisata menekankan pada keterkaitan antar komponen wisata seperti daya tarik

objek wisata, aksesibilitas, fasilitas yang tersedia, keamanan dan kenyamanan, dan lain-lain

yang dapat dinikmati oleh wisatawan. Menurut Mariot dalam Zulkarnain (2003:22) ada tiga

route yang bebeda untuk menunjukkan keterkaitan antar tempat asal dan tempat tujuan

wisata, yaitu route pergi, route pulang, dan route rekreasional. Route pergi dan route pulang

mempergunakan jalan yang berbeda, sedangkan route rekreasional mempergunakan jalan

yang sama, dengan jalur relatif pendek dan fasilitas yang dinikmatinya berada di sepanjang

jalur jalan.

Kondisi dan potensi objek wisata di sekitar daerah penelitian akan sangat berpengaruh

terhadap upaya-upaya peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung, sebab apabila dilihat

pariwisata secara keseluruhan (makro) maka antar tiap objek wisata yang terdapat pada suatu

wilayah akan sangat saling terkait. Misalnya apabila dalam satu daerah tujuan wisata terdapat

beberapa objek wisata dengan daya tarik dan potensi yang sama, maka dapat menimbulkan

daya saing antar objek wisata. Timbulnya persaingan antar objek wisata dapat

(21)

Suatu daerah wisata yang memiliki keanekaragaman jenis objek wisata memungkinkan minat

wisatawan untuk berkunjung meningkat atau mengalami penurunan. Hal ini tergantung pada

pengelolaan dan pengembangan serta kekhasan dari masing-masing daya tarik wisata yang

ada di suatu objek wisata.

a. Taman Wisata Wira Garden

Taman Wisata Wira Garden merupakan salah satu objek wisata yang berkonsep alam. Objek

wisata tersebut berada di Jalan Abdul Rahman Kelurahan Batu Putu kecamatan Teluk Betung

Utara Bandar Lampung. Salah satu fenomena alam yang menarik wisatawan untuk

berkunjung adalah air awet muda (forever young). Sumber mata air awet muda berasal dari

bongkahan batu besar yang mengalir terus layaknya air mancur. Aliran air ini konon tidak

pernah kering walaupun pada saat musim kemarau panjang.

Taman Wisata Wira Garden dapat ditempuh dengan perjalanan darat sekitar 20 menit dari

pusat Kota Bandar Lampung. Objek wisata ini masih menjadi bagian dari Kawasan Wisata

Batu Putu. Luas Taman Wisata Wira Garden sekitar 12 Ha.

Wisatawan yang ingin berkunjung ke Taman Wisata Wira Garden hanya ditarik tiket masuk

Rp5.000/orang.

Wisatawan dapat menikmati suasana alam khas pegunungan yang masih alami atau

menikmati pemandangan air terjun di Taman Wisata Wira Garden. Selain itu, objek wisata

tersebut menawarkan berbagai tantangan, termasuk tracking (perjalanan) di alam terbuka

menuju kawasan air terjun, sungai, kolam memancing ikan, atau cottage (penginapan).

Dengan konsep kembali ke alam, Wira Garden juga menyediakan olahraga arum jeram mini.

Wisatawan bisa menguji adrenalin dengan mengarungi sungai dengan air deras sepanjang 1

(22)

adalah beragam batu fosil binatang. Seperti batu gajah yang berada persis di depan hall Wira

Garden. Ada juga batu yang berbentuk singa, monyet, hingga katak.

Fasilitas lain yang ditawarkan adalah area perkemahan (camping area), ruang rapat (meeting

room), dan outbond (haling rintang). Selain itu, terdapat pondok-pondok wisata yang dapat

digunakan bagi wisatawan yang ingin menikmati panorama alam. Bagi pasangan kekasih

yang ingin melakukan prawedding dan wedding party dapat diadakan di Taman Wisata Wira

Gareden. Berdasarkan potensi alam yang dimiliki, Taman Wisata Wira Garden diproyeksikan

menjadi alternatif baru wisata alam di Lampung.

b. Taman Wisata Lembah Hijau

Taman Wisata Lembah hijau adalah objek wisata yang terletak di Jalan Raden Kesuma Imba

Ratu Kecamatan Tanjung Karang Barat Bandar Lampung. Lembah Hijau memiliki daya tarik

alami dengan komposisi taman rekreasi dan kebun binatang mini yang terletak di daerah

perbukitan dengan lembah dan sungai kecil. Oleh karena itu lokasi wisata ini merupakan

salah satu referensi bagi wisatawan dari dalam maupun luar Kota Bandar lampung untuk

berwisata.

Wisatawan dikenai biaya tiket masuk sebesar Rp.10.000,-/orang. Berbagai fasilitas dan

sarana rekreasi disediakan bagi wisatawan, di antaranya yaitu live music, outbound,

restaurant, waterboom, taman satwa, cottages, aula meeting, camping ground, koleksi flora

dan fauna, kuda tunggang, dan area berkemah. Lembah Hijau dilengkapi dengan arena

outbound, paintball, balap ATV, arena futsal dan sebagainya. Selain itu, wisatawan yang

berkunjung di Taman Wisata Lembah Hijau dapat menikmati berbagai hidangan di restoran

(23)

Sedangkan diarea waterboom ada empat kolam utama dan satu kolam arus, spiral slide,

torpedo slide, water splash pada kolam anak, gelas tumpah, pancuran bunga matahari, dan

kuda laut serta water canon. Di tambah lagi adanya wahana terbaru di tahun 2011 yaitu Twins

Boomerang setinggi 28 meter dan panjang 160 meter merupakan yang paling panjang untuk

wilayah Sumatra. Wahana ini dipastikan aman bagi penggunanya karena Tim Taman Wisata

Lembah Hijau telah melengkapinya dengan sistem pengamanan berstandar dan CCTV untuk

mengontrol lintasan.

5. Wisatawan

Menurut Gamal Suwantoro (1997:4), wisatawan adalah setiap orang yang datang ke suatu

negara atau tempat tinggal lain dan biasanya dengan maksud apapun kecuali untuk

melakukan pekerjaan yang menerima upah.

Wisatawan juga didefinisikan sebagai semua orang yang memenuhi syarat, yaitu pertama

bahwa mereka meninggalkan rumah kediaman mereka untuk jangka waktu kurang dari satu

tahun dan kedua bahwa sementara mereka bepergian mereka mengeluarkan uang di tempat

yang mereka kunjungi tanpa dengan maksud mencari nafkah di tempat tersebut (Nyoman S.

Pendit, 1993:32).

Fenomena yang sering terjadi pada suatu objek wisata adalah masih banyaknya potensi yang

dimiliki suatu objek wisata yang belum dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal.

Dampaknya yakni rasa tidak puas wisatawan sehingga enggan berkunjung kembali di objek

wisata yang sama. Hal tersebut dapat menyebabkan penurunan jumlah kunjungan wisatawan

dan objek wisata sulit mengalami perkembangan.

(24)

Keputusan seseorang untuk melakukan perjalanan wisata dipengaruhi oleh kuatnya

faktor-faktor pendorong dan penarik. Faktor pendorong dan penarik merupakan faktor-faktor internal dan

eksternal yang memotivasi wisatawan untuk mengambil keputusan melakukan perjalanan

wisata.

Menurut Chafid Fandeli (1995:40-41) faktor yang mendorong seseorang untuk berwisata

adalah ingin terlepas (meskipun hanya sejenak) dari kehidupan yang rutin setiap hari,

lingkungan yang tercemar, kemacetan lalu lintas dan hirup pikuk kesibukan di kota. Dengan

adanya faktor pendorong, maka seseorang ingin melakukan perjalanan wisata.

Menurut Ryan dalam I Gde Pitana (2005:67-68), ada berbagai faktor pendorong bagi

seseorang untuk melakukan perjalanan wisata seperti di bawah ini:

a. Escape. Ingin melepaskan diri dari lingkungan yang dirasakan menjemukan, atau

kejenuhan dari pekerjaan sehari-hari.

b. Relaxation. Keinginan untuk penyegaran yang juga berhubungan dengan motivasi untuk

escape di atas.

c. Play. Ingin menikmati berbagai kegembiraan melalui berbagai permainan yang

merupakan permunculan kembali dari sifat kekanak-kanakan dan melepaskan diri sejenak dari berbagai urusan yang serius.

d. Strengthening family bonds. Ingin mempererat hubungan kekerabatan khususnya dalam konteks VFR (Visiting Friends and Relations). Keakraban hubungan kekerabatan ini juga terjadi di antara anggota keluarga yang melakukan perjalanan bersama-sama karena kebersamaan sangat sulit diperoleh dalam suasana kerja sehari-hari.

e. Prestige. Untuk menunjukkan gengsi dengan mengunjungi destinasi yang juga

merupakan dorongan untuk menigkatkan status atau derajat social.

f. Social interaction. Untuk dapat melakukan interaksi sosial dengan teman sejawat atau dengan masyarakat lokal yang ingin dikunjungi.

g. Romance. Keinginan bertemu dengan orang-orang yang bisa memberikan suasana

romantic.

h. Educational Opportunity. Keinginan untuk melihat sesuatu yang baru, mempelajari orang

lain dan/atau daerah lain, atau mengetahui kebudayaan etnis lain. Ini merupakan pendorong yang dominan di dalam pariwisata.

i. Self-Fulfilment. Keinginan untuk menemukan diri sendiri (self discovery), karena diri sendiri biasanya bisa ditemukan pada saat kita menemukan daerah orang yang baru.

j. Wish Fulfilment. Keinginan untuk merealisasikan mimpi-mimpi yang lama dicita-citakan

(25)

Menurut Jakson dalam I Gde Pitana (2005:68) ada delapan faktor pendorong yang dapat

diidentifikasi, yaitu (1) ego enchancement, (2) itual inversion, (3) pilgrimage, (4) religion,

(5) health, (6) education, (7) perceived authenticity, dan (8) convention/conferences.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor pendorong merupakan faktor

yang mempengaruhi seseorang melakukan perjalanan wisata yang timbul dari dalam dirinya

sendiri.

Menurut James J. Spillance (1997:40), adapun faktor penarik wisatawan untuk mengunjungi

lokasi objek wisata, yaitu:

a. Keindahan alam dengan berbagai variasinya. b. Kondisi iklim.

c. Kebudayaan dan atraksinya. d. Sejarah dan legendaries.

e. Ethnicity dengan sifat kesukuannya.

f. Accessibility, yaitu kemudahan untuk mencapainya.

Menurut Jakson dalam I Gde Pinata (2005:68) membedakan atas sebelas faktor peanrik,

yaitu: (1) location climate, (2) national promotion, (3) retail advertising, (4) wholesale

marketing, (5) special events, (6) incentive schemes, (7) visiting friends, (8) visiting relatives,

(9) tourist attractions, (10) culture, dan (11) natural inveronment man-made inveronment.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor pendorong dan penarik sangat

berpengaruh bagi wisatawan untuk menentukan objek wisata yang akan dikunjungi. Oleh

karena itu, faktor pendorong dan penarik sangat penting untuk diketahui pengelola objek

wisata dalam rangka meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.

(26)

Objek wisata sangat diperlukan untuk menghilangkan kejenuhan dan penyegaran fikiran

kembali setelah melakukan aktivitas sehari-hari. Namun, tidak semua objek wisata mampu

memberikan kenyamanan dan kepuasan kepada para wisatawan yang mengunjunginya. Hal

ini karena terdapat beberapa hal penting yang perlu diperhatikan oleh pengelola objek wisata

sebagai persyaratan keberadaan suatu objek wisata. Akibatnya, objek wisata tersebut kurang

diminati wisatawan dalam hal ini dapat menurunkan minat wisatawan untuk berkunjung ke

objek wisata tersebut.

Menurunnya minat wisatawan untuk berkunjung ke suatu objek wisata disebabkan kurang

bervariasi dan daya tarik objek wisata yang kurang menarik di objek tersebut baik itu daya

tarik yang bersifat alami ataupun yang sengaja dibuat dan disajikan oleh pengelola. Selain itu,

aksesibilitas yang dapat dijangkau sangat penting dalam menunjang kelancaran mobilitas

wisatawan. Pelayanan fasilitas yang kurang memadai juga akan mengganggu kenyamanan

wisatawan yang sedang berkunjung. Kemudian, keadaan keamanan yang kurang nyaman di

dalam objek wisata maupun di sekitar lingkungan tempat wisata serta kegiatan informasi dan

promosi yang dilakukan tidak rutin dalam memperkenalkan objek wisata tersebut kepada

para calon wisatawan, baik itu wisatawan dalam negeri maupun wisatawan mancanegara.

Selain itu, keterkaitan antar objek wisata yang terdapat di daerah tujuan wisata yang sama

akan berpengaruh terhadap jumlah wisatawan yang berkunjung. Hal ini dapat digambarkan

dalam diagram berikut ini:

1. Keadaan objek wisata yang kurang

menarik pada objek wisata tersebut.

4. Kondisi keamanan di dalam dan di

sekitar objek wisata tersebut.

5. Promosi dan publikasi yang

(27)
(28)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif.

Metode deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang bertujuan untuk memaparkan

atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan

lain-lain (Suharsimi Arikunto, 2010:3).

Metode deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan menggambarkan suatu

keadaan atau fenomena yang terdapat di Taman Bumi Kedaton secara objektif dan

berpedoman pada permasalahan yang telah ditetapkan dengan melakukan observasi di

lapangan dan wawancara langsung dengan wisatawan yang berkunjung ke objek wisata

tersebut. Kemudian melakukan pengolahan data dan membuat simpulan dari fenomena yang

terjadi di objek wisata tersebut.

B. Populasidan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2010:173). Berdasarkan

pernyataan tersebut, maka populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan yang berkunjung

ke Taman Bumi Kedaton Kelurahan Batu Putu Kecamatan Teluk Betung Utara Bandar

Lampung.

(29)

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2010:174).

Metode penentuan sampel dalam penelitian ini adalah sampel kuota (quota sampling) artinya

pengambilan sampel yang mempunyai ciri-ciri tertentu sesuai dengan jumlah atau kuota yang

diinginkan (Moh. Pabundu Tika, 2005:41). Sedangkan besar sampel ditentukan berdasarkan

pertimbangan terhadap derajat keseragaman dari populasi, posisi yang dikehendaki dari

penelitian, rencana analisis dan tergantung pada besarnya biaya, waktu dan tenaga yang

tersedia. Berdasarkan pendapat tersebut, jumlah sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini

adalah 60 responden, baik responden laki-laki maupun perempuan tanpa membedakan daerah

asal wisatawan.

Teknik pengambilan sampelnya dilakukan dengan cara accidental sampling, yaitu cara

memperoleh sampel berdasarkan siapa saja yang ditemui pada saat melakukan penelitian.

Agar tidak terjadi pengelompokkan jawaban yang sama dan bersifat umum, maka wisatawan

yang bersifat rombongan akan diambil beberapa responden saja sebagai perwakilan.

Pengambilan sampel ini dilakukan pada sembarang hari baik hari libur atau bukan. Dalam

pelaksanaannya, responden diperoleh dengan cara mendatangi responden satu per satu dan

menanyakan kesediaanya untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Setelah responden

tersebut menyatakan kesediaannya, maka penulis mewawancarai responden satu per satu

dengan berpedoman pada kuesioner yang sudah disiapkan sebelumnya. Selain itu, sebagai

informasi untuk melengkapi data, penulis juga mewawancarai pengelola Taman Bumi

Kedaton, yaitu manajer HRD, kepala bagian pemasaran, dan kepala bagian keamanan

sebagai informan.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

(30)

Langkah penting dalam penelitian ini adalah penentuan variabel. Menurut Kusmayadi

(2000:22) variabel adalah unsur yang diteliti, merupakan ciri yang melekat pada objek

penelitian tersebut. Variabel dalam penelitian ini yakni daya tarik objek wisata, aksesibilitas,

ketersediaan fasilitas, keadaan keamanan dan kenyamanan, serta promosi dan publikasi.

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel merupakan pentunjuk tentang bagaimana suatu variabel diukur

(Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, 1989:23).

a. DayaTarik Objek Wisata

Daya tarik objek wisata merupakan segala sesuatu yang mampu menarik minat wisatawan

untuk berkunjung ke suatu objek wisata. Variabel ini sangat berpengaruh terhadap

peningkatan atau penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung. Daya tarik suatu objek

wisata dapat diukur dengan beberapa indikator, yaitu keindahan panorama alam, topografi,

atraksi wisata yang disajikan, kondisi kolam renang, keanekaragaman jenis satwa, dan

kondisi kebersihan lingkungan. Dalam penelitian ini daya tarik objek wisata diklasifikasikan

menjadi sangat menarik, cukup menarik, dan tidak menarik.

1. Sangat menarik, apabila skor yang diperoleh > 17

2. Cukup menarik, apabila skor yang diperoleh 12 – 17

3. Tidak menarik, apabila skor yang diperoleh 6 – 11

b. Aksesibilitas

Aksesibilitas merupakan kemampuan mobilitas atau bergerak dari satu ke tempat yang lain

dalam satu wilayah. Aksesibilitas dalam penelitian ini menyangkut transportasi dan juga

(31)

topografi jalan, alat transportasi, jarak tempuh, waktu tempuh, lokasi objek wisata, dan

frekuensi kendaraan. Dalam penelitian ini, aksesibilitas diklasifikasikan menjadi mudah,

sedang, dan sulit.

1. Aksesibilitasnya mudah, apabila skor yang diperoleh > 23

2. Aksesibilitasnya sedang, apabila skor yang diperoleh 16 – 23

3. Aksesibilitasnya sulit, apabila skor yang diperoleh 8 – 15

c. Fasilitas

Fasilitas merupakan prasarana yang menunjang kepuasan dan kenyamanan wisatawan selama

melakukan rekreasi di suatu objek wisata. Kelengkapan fasilitas sangat diperlukan dalam

upaya menarik wisatawan berkunjung ke Taman Bumi Kedaton. Fasilitas-fasilitas tersebut

meliputi angkutan antar wahana, jaringan telekomunikasi, sistem drainase dan MCK, toko

cinderamata, pondok wisata, kantin, penginapan, tempat pembuangan sampah, dan sarana

rekreasi. Dalam penelitian ini, fasilitas diklasifikasikan menjadi memadai, cukup memadai,

dan tidak memadai.

1. Fasilitas memadai, apabila skor yang diperoleh > 27

2. Fasilitas kurang memadai, apabila skor yang diperoleh 19 – 27

3. Fasilitas tidak memadai, apabila skor yang diperoleh 9 – 18

d. Keadaan Keamanan

Keadaan keamanan merupakan suatu kebutuhan dasar yang harus diperhatikan agar

wisatawan merasa aman dan nyaman selama melakukan rekreasi. Indikator dalam variabel ini

adalah sistem keamanan, kinerja petugas keamanan, pos jaga, alat pengaman dan pagar

pengaman. Dalam penelitian ini keadaan keamanan wisatawan saat berkunjung ke Taman

(32)

1. Keadaan aman, apabila skor yang diperoleh > 15

2. Keadaan cukup aman, apabila skor yang diperoleh 10 – 14

3. Keadaan kurang aman, apabila skor yang diperoleh 5 – 9

e. Promosi dan Publikasi

Promosi dan publikasi sangat perlu dilakukan oleh sautu objek wisata guna memperkenalkan

produk-produk wisata kepada para calon wisatawan. Hal ini berkenaan dengan cara-cara

publikasi atau promosi yang dilakukan baik melalui media cetak maupun media elektronik.

Selain itu, penempatan setiap promosi misalnya iklan harus dipasang di mana, pamphlet dan

brosur harus disebar ke mana, sangat berperan dalam memberikan informasi kepada para

calon wisatawan mengenai paket-paket wisata yang dapat dipilih. Frekuensi dalam

melakukan promosi atau publikasi terhadap daerah tujuan wisata dapat kita lihat dari sering

atau tidaknya promosi itu dilakukan baik dalam tiap tahunnya ataupun bulannya. Adapun

indikator dari variabel ini adalah sumber informasi, frekuensi dalam melakukan promosi,

jenis media promosi yang digunakan, dan cara berpromosi. Dalam penelitian ini, promosi dan

publikasi diklasifikasikan menjadi baik, cukup baik, dan kurang baik.

1. Dikatakan baik, apabila skor yang diperoleh > 14

2. Dikatakan cukup baik, apabila skor yang diperoleh 10 – 13

3. Dikatakan kurang baik, apabila skor yang diperoleh 6 – 9

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan jalan mengamati, meneliti

(33)

langsung ke lapangan dilakukan penulis dengan mengamati daya tarik Objek Wisata Taman

Bumi Kedaton yang ada dan sudah dikembangkan.

2. Wawancara

Teknik wawancara digunakan untuk mendapatkan keterangan yang belum ada atau kurang

jelas dari data yang sudah ada. Interview atau wawancara merupakan teknik mengumpulkan

data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (Kusmayadi,

2000:150). Wawancara dilakukan dengan cara mendatangi instansi terkait dan pengunjung

yang ada kaitannya dengan penelitian ini dengan pedoman wawancara tersusun. Teknik ini

dilakukan untuk memperoleh data mengenai indentitas pengelola, program dan rencana

pengembangan, potensi wisata yang ada, fasilitas yang tersedia dan upaya pengembangan

objek wisata dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan serta hambatan yang dihadapi oleh

pengelola objek wisata Taman Bumi Kedaton.

3. Kuesioner

Penelitian ini menggunakan kuesioner dengan pertanyaan tertutup artinya

pertanyaan-pertanyaan dan alternatif jawabannya telah ditentukan sehingga responden tinggal memilih

jawaban yang diinginkan. Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data primer dari

responden yang sedang berkunjung di Objek Wisata Taman Bumi Kedaton Kelurahan Batu

Putu Kecamatan Teluk Betung Utara Bandar Lampung.

4. Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah teknik untuk melengkapi data dalam rangka analisa masalah yang

sedang kita teliti. Kita memerlukan informasi dari dokumen-dokumen yang ada hubungannya

(34)

kondisi umum objek wisata Taman Bumi Kedaton, keadaan sarana dan prasarana yang ada,

peta lokasi, dan pengelolaan/ manajemen.

E. Teknik Analisa Data

Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung di

lapangan serta wawancara dengan pengunjung dengan menggunakan kuesioner tertutup.

Sedangkan data sekunder diperoleh melalui dokumentasi pengelola objek wisata Taman

Bumi Kedaton. Kemudian data tersebut diolah dengan menggunakan teknik skoring dan

teknik deskriptif kualitatif dengan analisa persentase yang dilakukan dengan menyusun

distribusi persentase sederhana. Penentuan jumlah persentase dari jawaban responden

menggunakan rumus persentase sebagai berikut:

% = �

� × %

Keterangan:

% : persentase yang diperoleh

f : jumlah jawaban responden

n : jumlah responden

100% : konstanta

Sedangkan skoring dilakukan dengan menggunakan rumus model Struges, yaitu:

K = −

Keterangan:

K : interval kelas

a : total skor tertinggi

b : total skor terendah

(35)

Dengan menggunakan kedua rumus di atas, maka akan diperoleh hasil penelitian dan

kemudian diambil kesimpulan sebagai akhir laporan. Berikut ini adalah tabel variabel

penelitian untuk menilai penyebab menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke

Taman Bumi Kedaton:

Tabel 3. Skor Untuk Menilai Variabel Daya Tarik Objek Wisata Taman Bumi Kedaton Kelurahan Batu Putu Kecamatan Teluk Betung Utara Bandar Lampung Tahun 2011

Variabel Indikator Kriteria Skor

Daya Tarik Objek

a. Banyak (> 4 paket atraksi) b. Cukup banyak (2 – 4 paket atraksi) c. Sedikit (< 2 paket atraksi) d. Tidak ada

wisata yang terdapat di Taman Bumi Kedaton dapat diketahui interval kelasnya sebagai

berikut:

K = −

= 6

Maka klasifikasi daya tarik objek wisata digolongkan menjadi:

(36)

2. Cukup menarik, apabila skor yang diperoleh 12 – 17

3. Kurang menarik, apabila skor yang diperoleh 6 – 11

Tabel 4. Skor Untuk Menilai Variabel Aksesibilitas Menuju Taman Bumi Kedaton Kelurahan Batu Putu Kecamatan Teluk Betung Utara Bandar Lampung Tahun 2011

Variabel Indikator Kriteria Skor

Aksesibilitas/ tingkat

a. Jalan aspal yang sangat baik b. Jalan aspal dengan kondisi baik c. Jalan aspal sedikit berlubang

a. Lokasi di tepi jalan arteri b. Lokasi di jalan kolektor c. Lokasi di tepi jalan lokal d. Lokasinya jauh/terpencil

Untuk mengetahui aksesibilitas menuju Taman Bumi Kedaton digunakan teknik skoring

dengan interval kelas sebagai berikut:

K = −

= 8

Maka, aksesibilitas diklasifikasikan menjadi:

(37)

2. Aksesibilitasnya sedang, apabila skor yang diperoleh 16 – 23

3. Aksesibilitasnya sulit, apabila skor yang diperoleh 8 – 15

Tabel 5. Skor Untuk Menilai Variabel Fasilitas Taman Bumi Kedaton Kelurahan Batu Putu Kecamatan Teluk Betung Utara Bandar Lampung Tahun 2011

Variabel Indikator Kriteria Skor

Fasilitas 1. Angkutan antarwahana

2. Jaringan telekomunikasi

teknik skoring dengan interval kelas sebagai berikut:

K = −

= 9

(38)

1. Fasilitas memadai, apabila skor yang diperoleh > 27

2. Fasilitas kurang memadai, apabila skor yang diperoleh 19 – 27

3. Fasilitas tidak memadai, apabila skor yang diperoleh 9 – 18

Tabel 6. Skor Untuk Menilai Variabel Keadaan Keamanan Taman Bumi Kedaton Kelurahan Batu Putu Kecamatan Teluk Betung Utara Bandar Lampung Tahun 2011

Variabel Indikator Kriteria Skor

Keamanan 1. Sistem keamanan

Untuk mengetahui keadaan keamanan di Taman Bumi Kedaton digunakan teknik skoring

dengan interval kelas sebagai berikut:

K = −

= 5

Maka, keadaan keamanan diklasifikasikan menjadi:

1. Keadaan aman, apabila skor yang diperoleh > 15

2. Keadaan cukup aman, apabila skor yang diperoleh 10 – 14

(39)

Tabel 7. Skor Untuk Menilai Variabel Promosi dan Publikasi Taman Bumi Kedaton Kelurahan Batu Putu Kecamatan Teluk Betung Utara Bandar Lampung Tahun 2011

Variabel Indikator Kriteria Skor

Promosi dan publikasi

1. Sumber informasi

2. Promosi melalui brosur dan surat kabar

3. Promosi melalui radio dan televisi

4. Promosi melalui plang dan spanduk

5. Promosi melalui internet

6. Promosi melalui travel atau biro perjalanan wisata

a. Televisi, radio, dan internet b. Koran, surat kabar, dan majalah c. Teman/keluarga Jumlah Skor tertinggi =18 Skor terendah = 6

Untuk mengetahui promosi dan publikasi yang dilakukan Taman Bumi Kedaton digunakan

teknik skoring dengan interval kelas sebagai berikut:

K = −

= 4

Maka, promosi dan publikasi diklasifikasikan menjadi:

1. Dikatakan baik, apabila skor yang diperoleh > 14

2. Dikatakan cukup baik, apabila skor yang diperoleh 10 – 13

(40)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan deskripsi data hasil penelitian terhadap Objek Wisata Taman

Bumi Kedaton Kelurahan Batu Putu Kecamatan Teluk Betung Utara Bandar Lampung, maka

dapat disimpulkan bahwa:

1. Keadaan Objek Wisata Taman Bumi Kedaton tergolong cukup menarik, hal ini

dibuktikan dengan skor 17, sehingga tidak menjadi penyebab menurunnya jumlah

wisatawan yang berkunjung.

2. Aksesibilitas menuju Objek Wisata Taman Bumi Kedaton tergolong memiliki tingkat

keterjangkauan sedang, hal ini dibuktikan dengan skor 18, sehingga menjadi penyebab

menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung.

3. Ketersediaan fasilitas Objek Wisata Taman Bumi Kedaton tergolong kurang sesuai

dengan kebutuhan pengunjung, hal ini dibuktikan dengan skor 19, sehingga menjadi

penyebab menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung.

4. Keadaan keamanan di Objek Wisata Taman Bumi Kedaton tergolong cukup baik, hal ini

dibuktikan dengan skor 13, sehingga tidak menjadi penyebab menurunnya jumlah

wisatawan yang berkunjung.

5. Promosi dan Publikasi tentang Objek Wisata Taman Bumi Kedaton tergolong kurang

rutin, hal ini dibuktikan dengan skor 7, sehingga menjadi penyebab menurunnya jumlah

wisatawan yang berkunjung.

B. Saran

1. Dalam rangka meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Taman Bumi

(41)

disarankan kepada pengelola untuk menambah atraksi kesenian daerah yang disajikan

seperti atraksi tari sembah dan tari bedana kreasi serta membuat jadwal pertunjukkan

yang bersifat permanen berdasarkan jam/hari kunjungan terutama pada hari minggu dan

hari libur.

2. Dalam rangka meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, maka disarankan kepada

pengelola untuk menambah objek kunjungan seperti pengadaan sarana waterboom, toko

cinderamata dan menambah keanekaragaman jenis flora dan faunanya.

3. Dalam rangka meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, maka disarankan kepada

pengelola bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk meningkatkan promosi melalui

media cetak dan elektronik dalam upaya mengenalkan potensi yang dimiliki Objek

Wisata Taman Bumi Kedaton kepada masyarakat Kota Bandar Lampung khususnya dan

masyarakat Lampung umumnya.

4. Disarankan kepada pemerintah Kota Bandar Lampung untuk menambah jumlah armada

Damri atau menambah trayek angkutan kota menuju Kelurahan Batu Putu agar mobilitas

(42)

STUDI MENURUNNYA JUMLAH WISATAWAN YANG BERKUNJUNG DI TAMAN BUMI KEDATON KELURAHAN BATU PUTU

KECAMATAN TELUK BETUNG UTARA BANDAR LAMPUNG

TAHUN 2011

Oleh Widiya Wati

Skripsi

Sebagai salah satu syarat mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(43)
(44)

STUDI MENURUNNYA JUMLAH WISATAWAN YANG BERKUNJUNG DI TAMAN BUMI KEDATON KELURAHAN BATU PUTU

KECAMATAN TELUK BETUNG UTARA BANDAR LAMPUNG

TAHUN 2011 (Skripsi)

Oleh Widiya Wati

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(45)

RIWAYAT HIDUP

Widiya Wati, dilahirkan di Bina Karya Buana (Lampung Tengah) pada 8 Juli 1989 sebagai

anak kedua dari tiga bersaudara keluaga Bapak Kartum dan Ibu Suyatmi.

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah Taman Kanak-Kanak Maarif Kecamatan Seputih

Banyak Kabupaten Lampung Tengah diselesaikan pada Tahun 1995, Sekolah Dasar Negeri

Sukajaya Kecamatan Lempuing Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan

diselesaikan pada Tahun 2001, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Seputih Banyak

Kabupaten Lampung Tengah diselesaikan pada Tahun 2004, dan Sekolah Menengah Atas

Negeri 1 Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah diselesaikan Tahun 2007.

Tahun 2007, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung, melalui jalur non SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru).

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah melakukan Program Pengalaman Lapangan

(46)
(47)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan Kerangka Pikir ... 27

2. Panorama Alam Taman Bumi Kedaton ... 58

3. Topografi Taman Bumi Kedaton ... 59

4. Kondisi Kolam Renang Taman Bumi Kedaton ... 61

5. Berbagai Jenis Koleksi Satwa Langka Taman Bumi Kedaton ... 63

6. Kondisi Jalan Menuju Taman Bumi Kedaton ... 67

7. Angkutan Antarwahana Taman Bumi Kedaton ... 75

8. Keadaan MCK Taman Bumi Kedaton ... 77

9. Fasilitas Pondok Wisata Taman Bumi Kedaton ... 80

10.Kantin/Cafetaria Taman Bumi Kedaton ... 81

11.Penginapan/Cottage Taman Bumi Kedaton ... 82

(48)
(49)

e. Promosi dan Publikasi ... 32 2. Faktor-Faktor Penyebab Menurunnya Jumlah Wisatawan yang

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Chafid Fandeli. 1995. Dasar-Dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Liberty: Yogyakarta.

Gamal Suwantoro. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Andi: Yogyakarta.

Ida Bagoes Mantra. 2003. Demografi Umum Edisi Kedua. Pustaka Belajar: Jogjakarta.

I Gde Pinata dan Putu G. Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata. Andi: Jogjakarta.

James J. Spillane. 1987. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya. Kanisius: Yogyakarta.

1997. Ekonomi Pariwisata, Transformasi Budaya Indonesia. PT. Gramedia: Jakarta.

Kusudianto Hadinoto. 1996. Perencanaan dan Pengembangan Destinasi Pariwisata.

Universitas Indonesia: Jakarta.

Kusmayadi dan Endar Sugiarto. 2000. Metodologi Penelitian Dalam Bidang Kepariwisataan. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Masri Singarimbun dan Sofian Efendi. 1989. Metode Penelitian Survei. LP3ES: Jakarta.

Muhamad Hidayat. 2005. Faktor-Faktor Penyebab Menurunnya Jumlah Wisatawan Yang Berkunjung ke Objek Wisata Wisata Alam Hutan Punti Kayu di Kecamatan Sukarami Kota Palembang Tahun 2004. Skripsi. Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Muljadi A.J. 2009. Kepariwisataan dan Perjalanan. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Moh. Pabundu Tika. 2005. Metode Penelitian Geografi. Bumi Aksara: Jakarta.

Oka A. Yoeti. 1982. Pengantar Ilmu Pariwisata. Angkasa: Bandung.

Pendit, Nyoman S. 1993. Ilmu Pengantar Sebuah Pengantar Perdana. Pradnya Paramita: Jakarta.

Ramaini. 1992. Geografi Pariwisata. Gramedia Widiasarana Indonesia: Jakarta.

Samsuridjal dan Kaelany. 1997. Peluang di Bidang Pariwisata. Jakarta: Mutiara Sumber Widya.

Soekadijo, R.G. 2000. Anatomi Pariwisata, (Memahami Pariwisata Sebagai “Sistem

Linkage”). PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

(51)

Suharyono dan Moch. Amien. 1994. Pengantar Filsafat Geografi (Bahan Ajar). Rineka Cipta: Jakarta.

Sumadi Suryabrata. 2010. Metodologi Penelitian. Rajawali Press: Jakarta.

Sujali. 1989. Geografi Pariwisata dan Kepariwisataan (Diktat). Universitas Gajah Mada: Yogyakarta.

Wardiyanta. 2006. Metode Penelitian Pariwisata. Andi: Jakarta.

(52)
(53)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Kunjungan Wisatawan di Objek Wisata Taman Bumi Kedaton

Kelurahan Batu Putu Kecamatan Teluk Betung Utara Kota Bandar Lampung Tahun 2006 – 2010 ... 5

2. Jenis dan Jumlah Kendaraan yang Masuk di Objek Wisata Taman Bumi

Kedaton Tahun 2006 – 2010 ... 6

3. Skor Untuk Menilai Variabel Daya Tarik Objek Wisata Taman Bumi Kedaton

Kelurahan Batu Putu Kecamatan Teluk Betung Utara Bandar Lampung Tahun 2011... 36

4. Skor Untuk Menilai Variabel Aksesibilitas Menuju Taman Bumi Kedaton

Kelurahan Batu Putu Kecamatan Teluk Betung Utara Bandar Lampung Tahun 2011... 37

5. Skor Untuk Menilai Variabel Fasilitas Taman Bumi Kedaton Kelurahan Batu

Putu Kecamatan Teluk Betung Utara Bandar Lampung Tahun 2011 . 38

6. Skor Untuk Menilai Variabel Keadaan Keamanan dan Kenyamanan Taman

Bumi Kedaton Kelurahan Batu Putu Kecamatan Teluk Betung Utara Bandar Lampung Tahun 2011 ... 39

7. Skor Untuk Menilai Variabel Promosi dan Publikasi Taman Bumi Kedaton

Kelurahan Batu Putu Kecamatan Teluk Betung Utara Bandar Lampung Tahun 2011... 40

8. Data Curah Hujan Kecamatan Teluk Betung Utara Tahun 1999 – 2008

47

9. Zona/Tipe Iklim Menurut Klasifikasi Scmidth-Ferguson ... 48

10. Komposisi Penduduk Kelurahan Batu Putu Pada Tahun 2009 Menurut

Kelompok Umur dan Jenis Kelamni ... 51

11. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2009 ... 52

Gambar

Tabel 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan di Objek Wisata Taman Bumi Kedaton Kelurahan Batu Putu Kecamatan Teluk Betung Utara Kota Bandar Lampung Tahun 2006 – 2010
Tabel 3. Skor Untuk Menilai Variabel Daya Tarik Objek Wisata Taman Bumi Kedaton Kelurahan Batu Putu Kecamatan Teluk Betung Utara Bandar Lampung Tahun 2011
Tabel 4. Skor Untuk Menilai Variabel Aksesibilitas Menuju Taman Bumi Kedaton Kelurahan Batu Putu Kecamatan Teluk Betung Utara Bandar Lampung Tahun 2011
Tabel 5. Skor Untuk Menilai Variabel Fasilitas Taman Bumi Kedaton Kelurahan Batu Putu Kecamatan Teluk Betung Utara Bandar Lampung Tahun 2011
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil observasi selama survei, konsumen yang memiliki selera dan pemahaman tentang batik yang baik serta budget yang tinggi, lebih banyak memilih batik tulis

Secara geologi daerah ini disusun oleh batuan piroklastik dan laharik; terdiri atas breksi, tufa, lapili serta breksi lahar dari Gunung Gede, sedangkan di bawahnya disusun

BPRS Mandiri Mitra Sukses memiliki nilai rasio tertinggi dibandingkan BPRS lainnya sebesar 22.54%, artinya BPRS Mandiri Mitra Sukses telah mengeluarkan dananya untuk

Dispesifikasikan dalam sub- genre sosial-ilmu pengetahuan karena isi film ini tidak mengupas secara dalam mengenai ilmu astronomi, namun bercerita tentang kegiatan

Selain itu perbankan syariah yang beroperasi dengan prinsip bagi hasil akan lebih tahan ketika terjadi krisis karena berpijak pada sector riil, sehingga pihak bank atau pihak

Dspace adalah aplikasi berbasis free open source software (FOSS) yaitu aplikasi yang dapat dimiliki dengan cara mengambil secara gratis dari internet dan..

Pembiayaan mudarabah merupakan pembiayaan dalam bentuk pemberian modal atau dana oleh Bank Muamalat kepada pelanggan dan pelanggan bertanggung jawab untuk menguruskan

Cacciatoren ja Ingman-Fribergin (2014) Lapsen seksuaalisuuden ja seksuaalikasvatuksen sisältötaulukon kohdassa 4 Tunteet (ks. Taulukko 2.), painote- taan ylpeyttä ja