EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI ASAM BASA DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN PREDIKSI DAN KETERAMPILAN MERUMUSKAN HIPOTESIS
Oleh Andri
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI ASAM BASA DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN PREDIKSI DAN KETERAMPILAN MERUMUSKAN HIPOTESIS
Oleh Andri
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan keterampilan prediksi dan merumuskan hipotesis pada materi asam basa. Penelitian ini menggunakan metode pre-eksperimen dengan One Group Pretest Posttest Design. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA1 SMA Muhammadiyah 2 Bandarlampung yang berjumlah 29 siswa. Data penelitian ini adalah data keterampilan prediksi dan keterampilan merumuskan hipotesis, analisis data menggunakan n-Gain. Hasil penelitian menunjukkan rerata nilai n-Gainketerampilan prediksi dan keterampilan meru-muskan hipotesis yaitu 0,49 dan 0,56. Berdasarkan hasil analisis data tersebut, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan keterampilan prediksi dan merumuskan hipotesis pada siswa kelas XI IPA1 SMA Muhammadiyah 2 Bandarlampung dalam kategori sedang.
iv DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kontruktivisme ... 8
B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 12
C. Keterampilan Proses Sains ... 17
D. Kerangka Pemikiran ... 22
E. Anggapan Dasar ... 24
F. Hipotesis ... 24
III. METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian ... 25
B. Jenis dan Sumber Data ... 25
v
D. Variabel Penelitian ... 26
E. Instrumen Penelitian ... 26
F. Validitas penelitian ... 27
G. Pelaksanaan Penelitian ... 28
1. Tahap Prapenelitian ... . 28
2. Tahap penelitian ... . 28
H. Teknik Analisis Data ... 30
1. Menghitung nilai Pretest dan Posttest... 30
2. Menghitung nilai Gain ... 30
3. Menghitung nilai n-Gain ... 30
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 32
B. Pembahasan ... 35
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 46
B. Saran ... 46
DAFTAR PUSTAKA... . 48
LAMPIRAN 1. Pemetaan SK dan KD ... 50
2. Silabus ... 62
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 70
4. Kisi-kisi Pretest dan Possttest ... 93
5. Soal Pretes dan Posttest ... 97
6. Kunci Jawaban Pretest dan Posttest ... 104
7 . Pedoman Penskoran dan Rubrik Penilaian Pretes dan Posttest ... 106
8. LKS ... 119
9. Perhitungan ... 171
10. Daftar Nama Kelompok ... 173
11. Surat Izin Penelitian ... 174
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan alam berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, maupun prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek penerapan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (BSNP, 2006).
2
Dalam pembelajaran kimia sebagian besar materi kimia dapat dikaitkan dengan kondisi atau masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada topik asam basa, banyak masalah dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dihubungkan dengan materi ini, misalnya rasa asam pada buah-buahan, pemanfaatan senyawa basa dalam mengobati sakit maag, pemanfaatan kapur untuk menetralkan tanah pertanian yang asam, dan lain sebagainya, sehingga dalam proses pembelajaran kimia siswa tidak dituntut untuk menghapal dan mampu memahami konsep-konsep serta mampu memecahkan masalah kimia dalam kehidupan sehari-hari agar tidak mengalami kesulitan dalam menghubungkan dengan apa yang terjadi dilingkungan sekitar, dan merasakan manfaat dari pembelajaran kimia.
Faktanya, pembelajaran kimia di sekolah cenderung hanya menghadirkan konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori saja tanpa menyuguhkan bagaimana proses ditemukannya konsep, hukum, dan teori tersebut, sehingga tidak tumbuh sikap ilmiah dalam diri siswa, yang terjadi selama ini adalah topik asam basa dalam pembelajaran kimia di SMA lebih dikondisikan untuk dihafal oleh siswa,
untuk mencapai tujuan belajarnya. Mereka tidak dapat menjadi seorang pebelajar mandiri yang dapat membangun konsep dan pemahamannya sendiri.
Berdasarkan hal tersebut hendaknya guru memilih suatu model yang perlu memperhatikan beberapa hal seperti materi yang disampaikan, tujuan ajaran, jumlah siswa, mata pelajaran, fasilitas dan kondisi siswa dalam pembel-ajaran serta hal-hal yang berkaitan dengan keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran (Suryabrata, 1993). Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki ciri-ciri seperti pembelajaran dimulai dengan adanya pemberian masalah. Biasanya masalah yang diberikan memiliki konteks yang diambil dari dunia nyata, siswa secara berke-lompok aktif mengidentifikasi masalah yang ada, mempelajari dan mencari sendiri materi yang terkait dengan masalah yang diberikan dan kemudian mencari solusi dari masalah tersebut, sedangkan guru lebih banyak memfasilitasi saja. Meskipun bukanlah model yang sama sekali baru, penerapan model tersebut mengalami kemajuan yang pesat di banyak sekolah dan perguruan tinggi dari berbagai disiplin ilmu di negara-negara maju (Tan, 2003).
4
pembelajaran inkuiri terbimbing, untuk memperoleh informasi dapat dilakukan dengan observasi atau eksperimen untuk mencari jawaban terhadap masalah yang diberikan, sehingga dalam hal ini guru perlu melatihkan keterampilan prediksi dan merumuskan hipotesis kepada siswa sebagai salah satu komponen dalam
keterampilan proses sains (KPS).
Dalam pembelajaran kimia dituntut kerja ilmiah yang dibangun melalui penerapan keterampilan proses sains seperti mengamati (observasi), inferensi, mengelom-pokkan, meramalkan (prediksi), mengkomunikasikan, dan merumuskan hipotesis. Keterampilan proses sains pada pembelajaran sains lebih menekankan pemben-tukan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan hasilnya. KPS dimaksudkan untuk melatih dan mengembangkan sikap-sikap ilmiah dan kemampuan siswa untuk menemukan dan mengembangkan fakta, konsep, dan prinsip ilmu atau pengetahuan yang selanjutnya dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah. Pembelajaran dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu penge-tahuan, tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan.
(2012), dalam penelitiannya di salah satu SMA negeri di Lampung mengenai penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan keteram-pilan mengkomunikasikan dan pencapaian kompetensi pada materi pokok asam basa. Menunjukan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan untuk keterampilan komunikasi dan pencapaian kompetensi pada siswa. Dengan demikian, dimung-kinkan pembelajaran inkuiri terbimbing juga dapat meningkatkan keterampilan prediksi dan merumuskan hipotesis pada materi asam basa.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Asam Basa Dalam Meningkatkan Keterampilan Prediksi Dan Keterampilan Merumuskan Hipotesis”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini adalah : 1. Bagaimana efektivitas pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi asam basa
dalam meningkatkan keterampilan prediksi kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung?
6
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
1. Efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi asam basa dalam meningkatkan keterampilan prediksi kelas XI IPA SMA
Muhammadiyah 2 Bandar Lampung ?
2. Efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi asam basa dalam meningkatkan keterampilan merumuskan hipotesis kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung ?
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a. Bagi Siswa
Melalui penerapan model inkuiri terbimbing diharapkan dapat dikembangkan keterampiran proses sains siswa terutama pada keterampilan prediksi dan merumuskkan hipotesis
b. Bagi Guru dan Calon Guru
Memberikan pengalaman langsung kepada guru dan calon guru menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam melatih keterampilan prediksi dan merumuskan hipotesis pada materi asam basa
c. Bagi sekolah:
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing diukur berdasarkan nilai n-Gain dari nilai pretest dan posttest yaitu dengan rentangnilai n-Gain≥ 0,4. 2. Pembelajaran inkuiri terbimbing yang diterapkan dalam penelitian ini menurut
Gulo (Trianto, 2010)
3. Indikator keterampilan prediksi dalam penelitian ini adalah membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang mene-kankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri. Menurut Slavin (Nur, 2002) bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner.
Menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekar Winahyu (2001) konstruktivisme menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer penge-tahuan dari seseorang kepada yang lain. Agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:
1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali penga-laman, karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut.
3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain (selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pemben- tukan pengetahuannya.
Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain: (1) pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif.
(2) tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa. (3) mengajar adalah membantu siswa belajar.
(4) tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir. (5) kurikulum menekankan partisipasi siswa.
(6) guru adalah fasilitator.
Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pembel-ajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Nur dalam Trianto, 2010).
Menurut Piaget (Dahar 1996), dasar dari belajar adalah aktivitas anak bila ia ber-interaksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Pertumbuhan anak merupakan suatu proses sosial. Anak tidak berinteraksi dengan lingkungan
10
anak terorganisasi dalam suatu struktur kegiatan mental yang disebut ”skema” atau pola tingkah laku.
Dalam perkembangan intelektual ada tiga hal penting yang menjadi perhatian Piaget yaitu struktur, isi dan fungsi.
a. Struktur, Piaget memandang ada hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan mental dan perkembangan logis anak-anak. Tindakan menuju pada operasi-operasi dan operasi-operasi menuju pada perkem-bangan struktur-struktur.
b. Isi, merupakan pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang
dihadapinya.
c. Fungsi, adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual.
Menurut Piaget perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi memberikan pada organisme kemampuan untuk mengestimasikan atau mengorganisasi proses-proses fisik atau psikologis menjadi sistem-sistem yang teratur dan berhubungan, sedangkan adaptasi,
terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi.
Dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skemata yang telah dipunyai. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi.
Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Bagi Piaget adaptasi merupakan suatu kesetimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Bila dalam proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya maka terjadilah ketidakseimbangan
(disequilibrium). Akibat ketidakseimbangan itu maka terjadilah akomodasi dan
struktur kognitif yang ada akan mengalami perubahan atau munculnya struktur yang baru. Pertumbuhan intelektual ini merupakan proses terus menerus tentang keadaan ketidakseimbangan dan keadaan setimbang (disequilibrium-equilibrium). Tetapi bila terjadi kesetimbangan maka individu akan berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada sebelumnya.
12
kemampuan memecahkan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
Vygotsky berpendapat bahwa menggunakan alat berpikir akan menyebabkan terjadinya perkembangan kognitif dalam diri seseorang. Berdasarkan teori Vygotsky diatas, maka akan diperoleh keuntungan yaitu :
1. Dalam kegiatan pembelajaran hendaknya anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proksimalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang.
2. Pembelajaran perlu dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya daripada perkembangan aktualnya.
3. Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengem-bangkan kemampuan intermentalnya daripada kemampuan intramentalnya. 4. Anak diberikan kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan
pengetahuan deklaratif yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural untuk melakukan tugas-tugas dan memecahkan masalah. 5. Proses belajar dan pembelajaran tidak sekedar bersifat transferal tetapi
lebih merupakan konstruksi.
B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Dalam perkembangannya, pembelajaran inkuiri dilandasi oleh teori belajar pene-muan Jerome Bruner (discovery learning), dan konstruktivime. Menurut Bruner (Dahar,1996) teori belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik, beru-saha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyer-tainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap obyek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah dengan bertanya dan mencari tahu (Retno, 2010).
Menurut Gulo (Trianto, 2010) inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri pene-muannya dengan penuh percaya diri. Pelaksanaan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:
1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan
Kegiatan metode pembelajaran inkuiri terbimbing dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.
2. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi
14
3. Mengumpulkan data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Guru membimbing siswa untuk menentukan langkah-langkah pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau grafik.
4. Analisis data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. 5. Membuat kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri terbimbing adalah membuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh siswa.
Model inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang menitik beratkan kepada aktifitas siswa dalam proses belajar. Tujuan umum dari pembelajaran inkuiri adalah untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir intelektual dan keterampilan lainnya seperti mengajukan pertanyaan dan kete-rampilan menemukan jawaban yang berawal dari keingintahuan mereka. Dalam pembelajaran inkuiri diharapkan siswa secara maksimal terlibat langsung dalam proses kegiatan belajar, sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa dan mengembangkan sikap percaya diri yang dimiliki oleh siswa tersebut.
Inkuiri terbimbing adalah proses pembelajaran dimana guru menyediakan unsur-unsur asas dalam satu pelajaran dan kemudian meminta pelajar membuat
atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan berpikir tinggi tidak memonopoli kegiatan oleh sebab itu guru harus memiiki kemampuan mengelola kelas yang bagus.
Sikap ilmiah sangat dibutuhkan oleh siswa ketika mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan inkuri terbimbing. Seperti dikutip dari Lestari (2010) sikap ilmiah adalah sikap yang dimiliki seseorang yang sesuai dengan prinsip-prinsip ilmiah seperti
1. jujur terhadap data,
2. rasa ingin tahu yang tinggi,
3. terbuka atau menerima pendapat orang lain serta mau mengubah pandangannya jika terbukti bahwa pandangannya tidak benar, 4. ulet dan tidak cepat putus asa,
5. kritis terhadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak mudah percaya tanpa adanya dukungan hasil observasi empiris, dan
6. dapat bekerja sama dengan orang lain. Sikap ilmiah merupakan faktor psikologis yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan siswa.
Pada penelitian ini tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang dikemukakan oleh Gulo (Trianto, 2010). Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 1
Tabel 1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing
No. Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1. Mengajukan
pertanyaan atau per-masalahan
Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah. Guru membagi siswa dalam kelompok
Siswa mengidentifikasi masalah dan siswa duduk dalam kelom-poknya
2. Membuat hipotesis
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membuat hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menen-tukan hipotesis yang relevan
16
dengan permasalahan dan mem-prioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan. 3.
Mengumpul-kan data
Guru membimbing siswa
mendapatkan informasi atau data-data melalui percobaan maupun telaah literature
Siswa melakukan per-cobaan maupun telaah literatur untuk menda-patkan data-data atau informasi
4. Menganalisis data
Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyam-paikan hasil pengolahan data yang terkumpul
Siswa mengumpulkan dan menganalisi data serta menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul 5. Membuat
kesimpulan
Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan
Siswa membuat kesim-pulan
Model inkuiri terbimbing memiliki keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan model-model pembelajaran lain. Keunggulan inkuiri terbimbing menurut
Roestiyah (1998) yaitu :
1. Dapat membentuk dan mengembangkan ”Self-Concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.
2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.
4. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
5. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 6. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
7. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran inkuiri terbimbing antara lain: 1. Guru harus tepat memilih masalah yang akan dikemukan untuk
mem-bantu siswa menemukan konsep.
2. Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-siswanya. 3. Guru sebagai fasilitator diharapkan kreatif dalam mengembangkan
C. Keterampilan Proses Sains
Keterampilan proses sains (KPS) dibutuhkan untuk menggunakan dan memahami sains ( Hartono, 2007). Untuk dapat memahami hakikat IPA secara utuh, yakni IPA sebagai proses, produk, dan aplikasi, siswa harus memiliki kemampuan KPS. Dalam pembelajaran IPA aspek proses perlu ditekankan bukan hanya pada hasil akhir dan berpikir benar lebih penting dari pada memperoleh jawaban yang benar. Dengan kata lain bila seseorang telah memiliki KPS, IPA sebagai produk akan mudah dipahami, bahkan mengaplikasikan dan mengembangkannya. KPS adalah semua keterampilan yang terlibat pada saat proses berlangsungnya sains. KPS penting dimiliki guru untuk digunakan sebagai jembatan untuk menyampaikan pengetahuan/ informasi baru kepada siswa atau mengembangkan pengetahuan atau informasi yang telah dimiliki siswa.
18
Jadi KPS adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam me-mahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat pen-ting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.
KPS bukan tindakan instruksional yang berada diluar kemampuan siswa. tetapi dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa. Menurut pendapat Tim action Research Buletin Pelangi Pendidikan (1999) keterampilan proses dasar (Basic Science Proses Skill) meliputi observasi, klasi-fikasi, pengukuran, berkomunikasi dan menarik kesimpulan. Pada Tabel 2 dan 3 terdapat indikator-indikator KPS dasar dan indikator KPS terpadu yang uraiannya disajikan pada Tabel 2 dan 3 berikut:
Tabel 2. Indikator keterampilan proses sains dasar Keterampilan dasar Indikator
Observasi Mampu menggunakan semua indera (penglihatan, pembau, pendengaran, pengecap, dan peraba) untuk mengamati, mengidentifikasi, dan menamai sifat benda dan kejadian secara teliti dari hasil pengamatan.
Klasifikasi Mampu menentukan perbedaan, mengkontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan dan menentu-kan dasar penggolongan terhadap suatu obyek.
Pengukuran Mampu memilih dan menggunakan peralatan untuk menentukan secara kuantitatif dan kualitatif ukuran suatu benda secara benar yang sesuai untuk panjang, luas, volume, waktu, berat dan lain-lain. Dan mampu mendemontrasikan perubahan suatu satuan pengukur-an ke satupengukur-an pengukurpengukur-an lain.
percobaan atau pengamatan dengan tabel, menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis, men-jelaskan hasil percobaan, membaca tabel,
mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau suatu peristiwa.
Inferensi Mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu benda atau fenomena setelah mengumpulkan, menginterpretasi data dan inormasi.
Tabel 3. Indikator keterampilan proses sains terpadu Keterampilan Terpadu Indikator
Merumuskan hipotesis (formulating Of Hypotheses)
Mampu menyatakan hubungan antara dua variabel, mengajukan perkiraan penyebab suatu hal terjadi dengan mengungkapkan bagaimana cara melakukan pemecahan masalah
Menamai variabel (Naming Variables)
Mampu mendefinisikan semua variabel jika digunakan dalam percobaan
Mengontrol variabel (Controling Variables)
Mampu mengidentifikasi variabel yang mempengaruhi hasil percobaan, menjaga kekonstanannya selagi memanipulasi variabel bebas
Membuat definisi operasional (making operational definition)
Mampu menyatakan bagaimana mengukur semua faktor/variabel dalam suatu
eksperimen
Melakukan Eksperimen (experimenting)
Mampu melakukan kegiatan, mengajukan pertanyaan yang sesuai, menyatakan hipotesis, mengidentifikasi dan mengontrol variabel, mendefinisikan secara operasional variabel-variabel, mendesain sebuah
20
Keterampilan Terpadu Indikator
Interpretasi (Interpreting) Mampu menghubung-hubungkan hasil pengamatan terhadap obyek untuk menarik kesimpulan, menemukan pola atau
keteraturan yang dituliskan (misalkan dalam tabel) suatu fenomena alam
Merancang penyelidikan (Investigating)
Mampu menentuka alat dan bahan yang diperlukan dalam suatu penyelidikan,
menentukan variabel kontrol, variabel bebas, menentukan apa yang akan diamati, diukur dan ditulis, dan menentukan cara dan langkah kerja yang mengarah pada pencapaian
kebenaran ilmiah Aplikasi konsep (Appling
Concepts)
Mampu menjelaskan peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki dan mampu menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru
Menurut Mahmudin (2010), keterampilan proses sains merupakan dasar dari pemecahan masalah dalam sains dan metode ilmiah. Keterampilan proses sains dikelompokkan menjadi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu. Keterampilan proses dasar terdiri atas enam komponen tanpa urutan tertentu, yaitu:
Keenam keterampilan proses dasar di atas terintegrasi secara bersama-sama ketika ilmuan merancang dan melakukan penelitian, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Semua komponen keterampilan proses dasar penting baik secara parsial maupun saat terintegrasi secara bersama-sama. Keterampilan proses dasar merupakan fondasi bagi terbentuknya landasan berfikir logis. Oleh karena itu, sangat penting dimiliki dan dilatihkan bagi siswa sebelum melanjutkan
keterampilan proses yang lebih rumit dan kompleks.
Keterampilan proses terpadu meliputi:
1). Merumuskan hipotesis, membuat prediksi (tebakan) berdasarkan bukti dari penelitian sebelumnya atau penyelidikan. 2). Mengidentifikasi variabel, penamaan dan pengendalian terhadap variabel independen, dependen, dan variabel kontrol dalam penyelidikan. 3). Membuat definisi operasional, mengembangkan istilah spesifik untuk menggambarkan apa yang terjadi dalam penyelidikan berdasarkan karakteristik diamati. 4) Percobaan, melakukan penyelidikan dan mengumpulkan data. 5). Interprestasi data, menganalisis hasil penyelidikan.
Keterampilan proses sebagaimana disebutkan di atas merupakan KPS yang diaplikasikan pada proses pembelajaran. Pembentukan keterampilan dalam memperoleh pengetahuan merupakan salah satu penekanan dalam pembelajaran sains. Oleh karena itu, penilaian terhadap keterampilan proses siswa harus dila-kukan terhadap semua keterampilan proses sains baik secara parsial maupun secara utuh.
22
menurut Dimyati dan Moedjiono (1994), memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan.
D. Kerangka Pemikiran
Model inkuiri terbimbing adalah model inkuiri dimana guru membimbing siswa
melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada
suatu diskusi. Disamping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar
kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru harus
memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan
memberikan petunjuk-petunjuk yang diperlukan oleh siswa. Pada model ini siswa
akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui
diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah
dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
diuji kebenarannya. Pada tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari informasi terhadap akibat dari peristiwa sains tersebut secara kelompok dan memberikan alasan terhadap hipotesis mereka. Pada tahap ini siswa dapat membentuk keterampilan merumuskan hipotesis, tahap ketiga yaitu mengumpulkan data, siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada LKS, pada tahap ini guru membimbing siswa mengumpulkan data yang dapat diperoleh dari melakukan percobaan atau telaah literatur, sehingga siswa diharapkan mampu mengumpulkan data
semaksimal mungkin untuk mendukung jawaban hipotesis yang dituliskan. Tahap keempat menganalisis data, pada tahap ini guru membimbing siswa
mengumpulkan dan menganalisi data dari hasil percobaan yang telah dilakukan atau telaah literatur serta menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul. Pada tahap ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa berpikir rasional bahwa kebenaran jawaban bukan hanya berdasarkan argumentasi tetapi didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggung-jawabkan, sehingga siswa diharapkan dapat membentuk keterampilan prediksi. Tahap kelima
membuat kesimpulan, pada tahap ini guru membimbing siswa membuat kesim-pulan berdasarkan hasil percobaan dan analisis data yang telah diperoleh. Tahap ini diharapkan mampu membantu siswa dalam upaya mengembangkan kemam-puan dalam menyelesaikan masalah yang diberikan, sampai pada akhirnya kemampuan mereka berkembang secara utuh.
24
inkuiri terbimbing pada materi asam basa dalam meningkatkan keterampilan prediksi dan keterampilan merumuskan hipotesis
E. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Perbedaan n-Gain keterampilan prediksi dan keterampilan merumuskan hipotesis semata-mata terjadi karena perubahan perlakuan dalam proses belajar.
2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan keterampilan prediksi dan keterampilan merumuskan hipotesis kelas XI IPA semester genap SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 diabaikan.
E. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi asam basa efektif dalam
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPAI SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013, dengan jumlah siswa sebanyak 29 orang. Penentuan subjek dilakukan dengan pertimbangan mendapatkan karakteristik siswa yang memiliki nilai rata-rata kemampuan dasar yang sama.
B.Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan (pretest) dan hasil tes setelah
pembelajaran diterapkan (postest) keterampilan kepada siswa. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA1.
C.Desain dan Metode Penelitian
26
Tabel 3. Desain penelitian
Keterangan :
O1 : nilai pretes sebelum diberikan perlakuan O2 : nilai postes setelah diberikan perlakuan
X : perlakuan yang berupa pembelajaran inkuiri terbimbing.
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing. Sebagai variabel terikat adalah keterampilan prediksi dan keterampilan merumuskan hipotesis pada materi asam basa siswa kelas XI IPA1 SMA Muhammadiyah 2 Bandar
Lampung.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang berfungsi mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data menurut Arikunto (2004).
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah
a. LKS materi asam basa dengan model inkuiri terbimbing. sebanyak 6 LKS
b. Soal pretest dan postest untuk membangun keterampilan prediksi dan
merumuskan hipotesis
Kelas Pretest Perlakuan Postest
1) Pretest
Pretest dalam penelitian ini terdiri dari 10 soal uraian yang di dalamnya
terdapat indikator keterampilan prediksi yaitu pada soal uraian 4 b, 4 c, 6 b, 8 b, dan indikator keterampilan merumuskan hipotesis yaitu pada soal uraian 1 b, 6 a, 9, 10 b
2) Postest
Soal posttes terdiri dari 11 soal uraian yang di dalamnya terdapat indikator keterampilan prediksi yaitu pada soal uraian 1 c, 3 c, 5 b, 8 dan indikator keterampilan merumuskan hipotesis yaitu pada soal uraian 2, 4, 6, 10 c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Silabus yang sesuai dengan
standar Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
F. Validitas Instrumen
Validitas pada penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi adalah kesesuaian antara instrumen dengan ranah atau domain yang diukur (Ali, 1992). Adapun pengujian validitas isi pada penelitian ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Apabila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa
28
G. Pelaksanaa Penelitian
1) Tahap prapenelitian
a. Membuat surat izin pendahuluan penelitian ke sekolah.
b. Meminta izin kepada wakil kepala kurikulum SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung dan menyampaikan surat izin penelitian yang telah dibuat
c. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian untuk menda-patkan informasi tentang keadaan siswa, jadwal dan tata tertib sekolah, serta sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai pendukung pelaksanaan penelitian.
d. Menentukan kelas yang akan dijadikan subjek penelitian yaitu kelas XI IPA1. e. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi yang
akan diteliti, yaitu materi Asam basa.
f. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disesuaikan dengan tahapan pembel-ajaran inkuiri terbimbingdengan keterampilan prediksi dan keterampilan merumuskan hipotesis yang diharapkan akan dicapai siswa pada kelas subjek. g. Membuat soal-soal pretest dan postest berbasis keterampilan prediksi dan
keterampilan merumuskan hipotesis.
h. Pengujian validitas instrumen dengan dosen pembimbing.
2) Tahap penelitian
Prosedur pelaksanaan di kelas yaitu pada kelas XI IPA1 diterapkan model
b. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi Asam-basa dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing
c. Melakukan postest pada kelas subjek.
d. Menganalisis data yang diperoleh dan membuat kesimpulan
Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan di bawah ini :
Gambar 1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Penetapan Subjek Penelitian
Pretest
Analisis Data
Kesimpulan Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing
postest
Tahap Persiapan dan Observasi
Mempersiapkan Instrumen
30
H. Teknik Analisis Data
Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.
1) Menghitung nilai akhirpretest dan postest
Nilai akhirpretest atau postest dirumuskan sebagai berikut:
Nilai Akhir = ∑skor yang diperoleh siswa
skor maksimum × 100
Data yang diperoleh dari nilai akhir pretest dan postest kemudian dianalisis dengan menghitung gain.
2) Menghitung nilai gain
Nilai gain dirumuskan sebagai berikut:
Gain = nilai postest – nilai pretest
Data yang diperoleh kemudian dicari gain ternormalisasinya.
3) Menghitung n-Gain
Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran inkuiri terbimbing dalam
meningkatkan keterampilan prediksi dan keterampilan merumuskan hipotesis siswa, maka dilakukan analisis nilai gain ternormalisasi. Melalui perhitungan ini didapatkan data n-Gain sejumlah siswa yang mengikuti tes tersebut. Rumus
n-Gain menurut Meltzer adalah sebagai berikut:
N-Gain = ( )
( )
Kriteria interpretasi n-Gain yang dikemukakan oleh Hake, yaitu :
N-Gain > 0,7 (n-Gain tinggi) 0,3 ≤n-Gain≤ 0,7 (n-Gain sedang)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Model pembelajaran inkuiri terbimbingefektif dalam meningkatkan keterampilan prediksi dalam kategori sedang.
2. Model pembelajaran inkuiri terbimbingefektif dalam meningkatkan keterampilan merumuskan hipotesis dalam kategori sedang.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:
1. Pembelajaran inkuiri terbimbing hendaknya diterapkan dalam pembelajaran kimia, terutama pada materi asam basa karena terbukti efektif dalam mening-katkan keterampilan prediksi dan keterampilan merumuskan hipotesis 2. Bagi calon peneliti lain yang juga tertarik untuk menerapkan pembelajaran
3. Bagi calon peneliti lain disarankan agar lebih kreatif lagi dalam mengelola kelas sehingga pembelajaran lebih maksimal dan keributan-keributan kecil yang ditimbulkan siswa dapat diminimalisir.
4. Agar pembelajaran inkuiri terbimbing berjalan lebih efektif sebaiknya LKS yang digunakan sebagai media pembelajaran perlu upaya pengembangan yang lebih baik dan menarik karena mampu menunjang proses pembelajaran. 5. Bagi calon peneliti lain disarankan dalam menerapkan pembelajaran inkuri
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung.
Arends, R. I. 2008. Learning to Teach. Edisi VII. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Arikunto, S. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Budiningsih, A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Asdi Mahasatya: Jakarta. BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Badan Standar Nasional
Pendidikan. Jakarta.
Dahar, R. W. 1996. Teori-teori belajar. Erlangga. Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Efendi, D. A. 2012. Efektivitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi
Asam-Basa Dalam Meningkatkan Keterampilan Mengkomunikasikan Dan
Pencapaian Kompetensi Siswa (Skripsi). Tidak diterbitkan.
Hartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program
Pendidikan Jarak Jauh SI PGSD Universitas Sriwijaya. Seminar Proseeding
of The International Seminar of Science Education, 27 Oktober 2007.
Bandung.
Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Inkuiri. Diakses 10 Desember 2011 dari http://herfis.blogspot.com/2009/07/ pembelajaran-inkuiri.html.
Lestari, T. 2010. Pembelajaran Kimia Dengan Inkuiri Terbimbing Melalui
Metode Eksperimen Dan Demonstrasi Ditinjau Dari Kemampuan Awal.
Skripsi. Diakses 19 Januari 2012 dari http://trilestarisman1kbm. blogspot.com/2010/02/pembelajaran-kimia-dengan-inkuiri.html.
Mahmudin. 2010. Komponen Penilaian KPS. Mahudin (Ed). Oktober 2010.
9 Juli 2011 http://mahmudin.wordpress.com/-2010/10/komponen-penilaian-
k-p-s/ tembolok.html.Nazir, M. 1983. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia.
Nuh, U. 2010. Fisika SMA Online: Keterampilan Proses Sains. Artikel
Pendidikan. Diakses 03 Februari 2012 dari
http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/03/keterampilan-proses-sains.html.
Nuriawati. 2008. Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Keterampilan Prediksi Inferensi Sains Dan Pemahaman Pada Materi
Pokok Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan. Jurnal Pendidikan MIPA.
Jurusan Pendidikan MIPA FKIP. Universitas Lampung.
Panen, Paulina, D. Mustafa, dan M. Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta.
Roestiyah. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses
Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Semiawan, C. 1992. Pendidikan Ketrampilan Proses. Jakarta. Gramedia.
Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta. Setiawan, P.A. 2011. Efektifvitas Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk
Meningkatkan Keterampilan Mengelompokkan Dan Penguasaan Konsep
Pada Materi Pokok Asam-Basa (Skripsi). Tidak diterbitkan.
Suryabrata, S. 1993. Metode Penelitian. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Suyanti, R.D . 2010. Strategi Pembelajaran Kimia. Graha Ilmu. Medan. Sudjana, N. 2002. Metode Statistika. PT. Tarsito. Bandung.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Tainlain, W. 2003. Teori Belajar dan Teori Mengajar (Diktat). FKIP Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Tim action Research Buletin Pelangi pendidikan. 1999. Proses Belajar Mengajar. Universitas Lampung.
Trianto. 2010. Model-ModelPembelajaran Terpadu. Bumi Aksara. Jakarta. Yuniarti, I. 2011. Efektivitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Materi Larutan
Non Elektrolit Dan Elektrolit Serta Redoks Dalam Meningkatkan
Keterampilan Mengamati Dan Mengelompokkan Siswa (Skripsi). Tidak