i
ABSTRAK
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI METODE PELATIHAN PADA SISWA
KELAS VIIC SMPN 2 TEGINENENG TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh
DEVI YANTI
Rendahnya kemampuan menulis puisi siswa SMP Negeri 2 Tegineneng merupakan permasalahan dalam penelitian ini. Untuk mengatasi permasalahan ini, peneliti melakukan penelitian tindakan dengan cara menggunakan metode pelatihan guna meningkatkan kemampuan menulis puisi. Untuk itu, tujuan dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis puisi melalui metode pelatihan, khususnya siswa kelas VIIC SMP Negeri 2 Tegineneng Pesawaran.
ii
tahun pelajaran 2011/ 2012 yang berjumlah 31 orang, terdiri atas 15 laki-laki dan 16 perempuan.
iii
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI METODE PELATIHAN PADA SISWA
KELAS VIIC SMP N 2 TEGINENENG TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh DEVI YANTI Penelitian Tindakan Kelas
(PTK)
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
(Proposal Penelitian)
Oleh DEVI YANTI NPM 1113106001
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
xvii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram Halaman
4.1 Peningkstsn Persentase Rata-Rata Kemampuan Menulis Siswa Per Indikator Prasiklusl ke Siklus I ... 49
4.2 Peningkatan Persentase Rata-Rata Kompetensi Menulis Siswa Per Indikator Prasiklus, Siklus I, ke Siklus II ... 63
4.3 Peningkatan Persentase Rata-Rata Kompetensi Menulis Siswa ... 66 4.4 Ketuntasan Menulis Puisi Siswa Kelas VIIC
xii
2.3.1 Pengertian Metode Pembelajaran ... 16
2.3.2 Fungsi Metode Pembelajaran ... 16
2.3.3 Faktor Pemilihan Metode Mengajar ... 17
2.3.4 Macam-Macam Metode Mengajar ... 17
2.4 Metode Pelatihan ... 18
2.4.1 Pengertian Metode Pelatihan... 18
xiii
2.4.3 Kelemahan Metode Pelatihan ... 19
2.4.4 Langkah-Langkah Penggunaan Metode Pelatihan ... 19
2.5 Aktivitas Belajar ... 20
4.4 Perbandingan Hasil Pembelajaran ... 65
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 3.1 Instrumen Aktivitas Siswa ... 29 3.2 Instrumen Penilaian Kemampuan Menulis Puisi ... 30 3.3 Instrumen Proses Pembelajaran oleh Guru ... 33 3.4 Tolok Ukur Kemampuan Menulis Puisi Melalui Metode Pelatihan 35 4.1 Distribusi Frekuensi Menulis Puisi Melalui Metode Pelatihan
Siklus I ... 40 4.2 Data Kemampuan Siswa Menulis Puisi Melalui Metode Pelatihan
Siklus I ... 40 4.3 Data Distribusi Frekuensi untuk Aspek Judul
Siklus I ... 41 4.4 Distribusi Kemampuan Siswa Menulis Puisi Melalui Metode
Pelatihan untuk Aspek Judul ... 42 4.5 Data Distribusi Frekuensi untuk Aspek Tema Siklus I ... 43 4.6 Distribusi Kemampuan Siswa Menulis Puisi Melalui Metode
Pelatihan untuk Aspek Tema Siklus I ... 43 4.7 Data Distribusi Frekuensi untuk Aspek Amanat Siklus I ... 44 4.8 Distribusi Kemampuan Siswa Menulis Puisi Melalui Metode
Pelatihan untuk Aspek Amanat Siklus I ... 45 4.9 Data Distribusi Frekuensi untuk Aspek Diksi Siklus I ... 46 4.10 Distribusi Kemampuan Siswa Menulis Puisi Melalui Metode
xv
4.11 Data Distribusi Frekuensi untuk Aspek Rima Siklus I ... 47 4.12 Data Kemampuan Siswa Menulis Puisi Melalui Metode
Pelatihan untuk Aspek Rima Siklus I ... 48 4.13 Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Per Aspek Pada Prasiklus
Ke Siklus I ... 49
4.14 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ke Siklus II ... 54 4.15 Distribusi Frekuensi Menulis Puisi Melalui Metode Pelatihan
Siklus II ... 55 4.16 Kemampuan Siswa Menulis Puisi Melalui Metode Pelatihan
Siklus II ... 56 4.17 Distribusi Frekuensi untuk Aspek Judul Siklus II ... 57 4.18 Kemampuan Siswa Menulis Puisi Melalui Metode Pelatihan
untuk Aspek Judul Siklus II ... 57 4.19 Distribusi Frekuensi untuk Aspek Tema Siklus II ... 58 4.20 Kemampuan Siswa Menulis Puisi Melalui Metode Pelatihan
Aspek Tema Siklus II ... 58 4.21 Distribusi Frekuensi untuk Aspek Amanat Siklus II... 59 4.22 Kemampuan Siswa Menulis Puisi Melalui Metode Pelatihan
untuk Aspek Amanat Siklus II ... 59 4.23 Distribusi Frekuensi untuk Aspek Diksi Siklus II ... 60 4.24 Kemampuan Siswa Menulis Puisi Melalui Metode Pelatihan
untuk Aspek Diksi Siklus II ... 61 4.25 Distribusi Frekuensi untuk Aspek Rima Siklus II ... 61 4.26 Kemampuan Siswa Menulis Puisi Melalui Metode Pelatihan
untuk Aspek Rima Siklus II ... 62 4.27 Data Rerata Hasil Kemampuan Siswa Menulis Puisi ... 63 4.28 Analisis Tingkat Kompetensi Menulis Puisi Siswa
xvi
Negeri 2 Tegineneng Pesawaran ... 67 4.30 Hasil Observasi aktivitas Guru ... 69 4.31 Data Hasil Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Prasiklus, Siklus I
xi MOTO
”Tuntutlah Ilmu sampai kapanpun.”
”Kegagalan adalah Keberhasilan yang Tertunda.”
”Berikan yang terbaik apa yang kamu punya kepada semua
v
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Nurlaksana Eko R., M.Pd. ...
Sekretaris : Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum. ...
Penguji
Bukan Pembimbing : Dra. Ni Nyoman Wetty S., M.Pd. ...
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
vii
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillah segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang memiliki segala keindahan dan kesempurnaan yang hakiki yang telah menghamparkan cinta dan kasih sayang kepada kami semua. Kupersembahkan karyaku ini kepada kedua orang tuaku dan kedua mertuaku yang selalu mencurahkan cinta kepada seluruh keluarga, kepada suamiku Wawan Ari Marwan dan putriku tercinta Nazila Azzahra dan Maghfira Aqilah Putri yang selalu memberi semangat dan dorongan, kepada kakak dan adikku, serta kepada teman-teman seperjuangan di S-1 dalam jabatan FKIP Unila jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, kepada guru-guru SMP Negeri 2 Tegineneng Kecamatan Tegineneng Pesawaran, dan almamaterku tercinta Universitas Lampung.
iv
Judul PTK : Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Metode Pelatihan pada Siswa Kelas VIIC SMPN 2 Tegineneng Pesawaran Tahun Pelajaran 2011/2012
Nama Mahasiswa : Devi Yanti
NPM : 1113106001
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI, Komisi Pembimbing
Dr. Nurlaksana Eko R., M.Pd. Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum. NIP 196401061988031001 NIP 196001211988101004
Ketua Jurusan, Pendidikan Bahasa dan Seni
vi
RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Gedung Batin, Kecamatan Sungkai Utara, Kabupaten
Lampung Utara pada 15 Desember 1983. Jenjang pendidikan peneliti dimulai dari
SD Negeri 1 Gedung Batin 1995, SMP Negeri 1 Sungkai Utara 1998, SMU
Negeri 1 Sungkai Utara 2001, dan D-3 Bahasa dan Sastra Daerah Lampung FKIP
Unila 2004.
Pada 2006 sampai dengan 2009 peneliti menjadi guru honor di SDS Al-Azhar
dan SDN 2 Rawa Laut. Sejak 1 Januari 2010 peneliti diangkat menjadi Pegawai
Negeri Sipil (PNS) di SMP Negeri 2 Tegineneng Kecamatan Tegineneng
Kabupaten Pesawaran sampai dengan sekarang.
Pada 22 Agustus 2005 peneliti menikah dengan Wawan Ari Marwan dan telah
dikaruniai dua orang putri yang bernama Nazila Azzahra yang saat ini bersekolah
viii
SANWACANA
Puji syukur peneliti haturkan ke hadirat Allah Yang Mahaagung atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi
Melalui Metode Pelatihan pada Siswa Kelas VIIC Sekolah Menengah Pertama
Negeri 2 Tegineneng Pesawaran”. Sholawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad Solallohualaihiwasallam, beserta para
sahabat, keluarga, dan pengikutnya yang setia sampai akhir zaman.
Peneliti telah banyak menerima bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai
pihak dalam menyelesaikan PTK ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan
hati sebagai wujud rasa hormat dan penghargaan atas segala bantuan, peneliti
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Nurlaksana Eko R., M.Pd. selaku pembimbing I dalam menyelesaikan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dengan penuh ketegasan dan memberi
motivasi yang kuat, serta arahan yang membuat peneliti termotivasi untuk
menyelesaikan PTK ini dengan segera;
2. Dr. Wini Tarmini, M.Hum. selaku pembimbing II dalam penyelesaian PTK
ini, yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran
ix
3. Dra. Ni Nyoman Wetty S., M. Pd. sebagai pembahas yang telah memberikan
arahan dan bimbingan dalam penyelesaian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
ini;
4. Dr. Edi Suyanto,S.Pd., M. Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia dan Daerah;
5. Drs. Imam Rejana, M. Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni;
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Bahasa dan Seni FKIP Unila yang telah
membekali peneliti dengan ilmu, bimbingan, arahan, dan motivasi selama
mengikuti perkuliaha;.
7. Dr. Bujang Rahman, M. Si. selaku Dekan FKIP Unila;
8. Bapak Drs. Heksus, MM. selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten
Peswaran yang telah memberi kesempatan peneliti untuk belajar di FKIP
Unila;
9. Guru-guru SMP Negeri 2 Tegineneng Kecamatan Tegineneng Pesawaran,
terutama Ahmad Zuhri, S.Pd selaku kepala sekolah dan Ponimin, S. Pd.
sebagai guru mitra yang telah banyak memberi motivasi dalam menyelesaikan
PTK ini;
10.Kedua orang tuaku tersayang, atas segala kasih sayang dan doa;
11.Suamiku Wawan Ari Marwan dan putriku tercinta Nazila Azzahra dan
Maghfira Aqilah Putri, atas segala doa, dorongan dan motivasi serta
dukunganya;
12.Para seniorku di S-1 dalam jabatan Mursidi, Yurialin, Puji Astuti, Rohimah,
Fera Isyanti, atas segala dukungan dan kerjasamanya semoga kalian tetap
x
13.Sahabat-sahabat terdekatku Hermarika, Fitrina Asti, dan Wistriyana
kebersamaan kita selama kuliah adalah kenangan tersendiri untuk masa depan
kita;
14.Anak-anak didikku kelas VIIC SMPN 2 Tegineneng Pesawaran Tahun
Pelajaran 2011/2012 kalian memberi cerita tersendiri dalam kehidupan
gurumu ini.
Semoga Allah membalas semua kebaikan dan pengorbanan bapak, ibu, saudara,
teman-teman, adik-adik serta orang-orang yang tidak bisa peneliti sebutkan satu
per satu. Penulis menyadari dalam penulisan PTK ini masih banyak kekurangan
dan kesalahan. Karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak demi kesempurnaan PTK ini. Harapan penulis, karya kecil ini bisa
bermanfaat bagi kita semua, khususnya dalam pengajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia di sekolah.
Bandar Lampung, Juli 2012 Peneliti
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembelajaran sastra di sekolah menengah pada dasarnya bertujuan agar siswa
memiliki rasa peka terhadap karya sastra yang berharga sehingga merasa
terdorong dan tertarik untuk menulisnya. Dengan menulis sastra diharapkan para
siswa memperoleh pengertian yang baik tentang manusia dan kemanusiaan,
mengenal nilai-nilai, dan mendapatkan ide-ide baru. Dengan memiliki respon
sastra, siswa diharapkan mempunyai bekal untuk mampu merespons kehidupan
ini secara artistik imajinatif, karena sastra itu sendiri muncul dari pengolahan
tentang kehidupan ini secara artistik dan imajinatif dengan menggunakan bahasa
sebagai medianya.
Pembelajaran sastra direncanakan untuk melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran. Pengalaman sastra itu merupakan wujud dari apa diketahui dan
dirasakan oleh siswa yang berupa sensasi, emosi, dan gagasan-gagasan. Saat
pembelajaran berlangsung siswa harus diikutsertakan dalam pemecahan masalah
sehingga siswa menjadi lebih aktif dan kreatif, sehingga siswa dapat mencapai
kompetensi yang diharapkan. Pembelajaran sastra dapat membantu pendidikan
keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan
cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak. Pembelajaran sastra
sebenarnya bukan hanya bermanfaat dalam menunjang kemampuan berbahasa
murid dan mengembangkan kepekaan pikiran serta perasaan murid, melainkan
juga bermanfaat dalam memperkaya pandangan hidup serta kepribadian murid.
Salah satu tujuan pembelajaran kesusastraan ialah menanamkan apresiasi seni
pada anak didik. Dengan mengapresiasi sastra, siswa dapat secara langsung
menikmati sebuah karya sastra, dari teori-teori tentang sastra sampai penerapan
teori tersebut untuk memahami sebuah karya sastra.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sekolah menengah pertama
semester 2 kelas VII, tepatnya pembelajaran dengan standar kompetensi (SK)
mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan menulis
kreatif puisi, dengan Kompetensi Dasar (KD) yaitu menulis kreatif puisi
berkenaan dengan keindahan alam. Dengan indikator: (1) mampu menulis
larik-larik puisi yang berisi keindahan alam, (2) mampu menulis puisi dengan pilihan
kata yang tepat dan rima yang menarik, (3) mampu menyunting puisi yang ditulis
sendiri. Dengan kompetensi ini siswa dituntut untuk memiliki keterampilan
berbahasa, khususnya terampil menulis puisi.
Kenyataan yang terjadi, kompetensi menulis puisi siswa kelas VII SMP Negeri 2
Tegineneng Pesawaran masih rendah yaitu dengan nilai rata-rata 50.36, masih di
bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) sekolah tersebut yaitu 65.00. Beberapa
faktor penyebab pembelajaran menulis puisi siswa mengalami kesulitan, yaitu
yang menarik. Selain itu, diksi, kata-kata kiasan, emosi, nada, irama, susunan
kata, berekspresi, dan penentuan makna dari sebuah puisi masih belum bisa
dipahami, sehingga hasil dalam mengapresiasikan puisi masih kurang dari
kompetensi yang diinginkan.
Permasalahan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran menulis puisi perlu
diperbaiki oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan prestasi belajar siswa.
Metode pembelajaran termasuk faktor yang turut menentukan tingkat keberhasilan
belajar siswa. Metode dalam belajar mengajar pada dasarnya adalah melakukan
proses belajar mengajar melalui proses mengajar yang menekankan pentingnya
belajar melalui proses mengajar untuk memperoleh pemahaman.
Belajar dan mengajar pada dasarnya interaksi antara siswa dan guru dalam situasi
pendidikan. Oleh karena itu, guru dalam mengajar dituntut kesabaran, keuletan,
dan sikap terbuka di samping kemampuan dalam situasi belajar mengajar yang
lebih efektif. Belajar mengajar merupakan suatu proses yang tidak mudah karena
bukan sekedar menyerap informasi dari guru, tetapi juga melibatkan berbagai
kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan terutama bila diinginkan hasil
yang lebih baik. Pembelajaran akan berlangsung dengan efektif dan efesien
apabila didukung dengan kemahiran guru mengatur strategi pembelajaran. Cara
guru mengatur strategi pembelajaran sangat berpengaruh kepada cara siswa
belajar.
Mengajar bukan hanya menyampaikan bahan pelajaran pada siswa, melainkan
yang terpenting adalah bagaimana bahan pelajaran tersebut dapat disajikan dan
diperlukan adanya cara atau teknik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Agar
tujuan tersebut tercapai dengan baik maka diperlukan kemampuan dalam memilih
dan menggunakan metode mengajar. Untuk mencapai keberhasilan pembelajaran
menulis puisi, guru perlu menerapkan metode atau teknik secara selektif.
Metode pelatihan adalah salah satu teknik pembelajaran yang dapat digunakan.
Pembelajaran melalui metode pelatihan merupakan suatu cara mengajar yang baik
untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu (Djamarah, 2006:95). Karena
pada saat siswa melaksanakan latihan, guru dapat membimbing siswanya. Dengan
demikian siswa akan memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi
dari apa yang telah dipelajari. Metode pelatihan juga sebagai sarana untuk
memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik.
Keterampilan menulis merupakan proses belajar yang memerlukan ketekunan
berlatih, semakin rajin berlatih, keterampilan menulis akan meningkat. Begitu
juga dengan keterampilan menulis puisi, untuk dapat menulis puisi diperlukan
usaha yang keras dan latihan secara terus-menerus..
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merasa perlu mengadakan penelitian
tindakan kelas, yaitu ”Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Metode
Pelatihan pada kelas VII C SMPN 2 Tegineneng Pesawaran Tahun Pelajaran
2011/2012”
1.2 Perumusan Masalah
Bertolak dari uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini ada dua yakni
berikut “Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis puisi melalui metode
pelatihan pada siswa kelas VIIC SMP Negeri 2 Tegineneng Pesawaran tahun
pelajaran 2011/2012?”
Selanjutnya, secara lebih rinci rumusan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah perencanaan pelaksanaan kemampuan menulis puisi melalui
metode pelatihan pada siswa kelas VIIC SMP Negeri 2 Tegineneng
Pesawaran?
2. Bagaimanakah pelaksanaan kemampuan menulis puisi melalui metode
pelatihan pada siswa kelas VIIC SMP Negeri 2 Tegineneng Pesawaran?
3. Bagaimanakah peningkatan hasil pembelajaran kemampuan menulis puisi
melalui metode pelatihan pada siswa kelas VIIC SMP Negeri 2 Tegineneng
Pesawaran?
1.3 Tujuan Penelitian Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini dibagi dua yakni
khusus dan umum. Penelitian tindakan ini tujuan khusus adalah untuk
mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis puisi melalui metode
pelatihan pada siswa kelas VIIC SMP Negeri 2 Tegineneng Pesawaran tahun
pelajaran 2011/2012.
Selanjutnya tujuan secara lebih rinci dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.Mendeskripsikan rencana pembelajaran kemampuan menulis puisi melalui
metode pelatihan pada siswa kelas VIIC SMP Negeri 2 Tegineneng
2. Mendeskripsikan pelaksanaan peningkatan kemampuan menulis puisi melalui
metode pelatihan pada siswa kelas VIIC SMP Negeri 2 Tegineneng
Pesawaran?
3. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis puisi melalui metode pela-
han pada siswa kelas VIIC SMP Negeri 2 Tegineneng Pesawaran?
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis sebagai berikut.
1. Siswa
Siswa lebih bersemangat, menumbuhkan percaya diri dalam menggali
kemampuan dan dapat menciptakan suasana belajar yang menarik, tidak
membosankan, siswa menjadi aktif dan inovatif dalam pembelajaran
menulis puisi, sehingga siswa mampu menulis puisi dengan baik.
2. Guru
Membantu guru dalam mengajarkan bahasa Indonesia khusunya
keterampilan menulis. Guru dapat memberikan gambaran tentang
penggunaan teknik pelatihan untuk menulis puisi.
3. Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ide untuk
memecahkan masalah pembelajaran menulis puisi di kelas sehingga akan
membantu teciptanya suasana pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Menulis
Bahasa tulis merupakan suatu jenis perekaman bahasa lisan. Di dalam
pembelajaran bahasa, hal itu merupakan suatu proses keterampilan berbahasa
yang kompleks, yang merupakan keterampilan berbahasa yang rumit dikuasai.
Menulis sering pula dipandang berlebihan sebagai suatu ilmu dan seni, karena di
samping memiliki aturan-aturan pada unsur-unsurnya, juga mengandung tuntutan
bakat yang menyebabkan suatu tulisan tidak semata-mata sebagai batang tubuh
sistem yang membawakan makna atau maksud, akan tetapi juga membuat
penyampaian maksud tersebut menjadi lebih menarik dan menyenangkan
pembacanya.
2.1.1 Pengertian Menulis
Menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta
mengungkapkan secara tersurat (Akhadiah, 1988:2). Menulis adalah aktivitas
mengemukakan gagasan melalui media bahasa (Nurgiyantoro, 1987:273). Menulis
ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga
orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka
Pendapat lain mengatakan bahwa menulis sebagai suatu kegiatan penyampaian
pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya
(Suparno, 2008:1.3). Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu
tulisan. Adapun tulisan merupakan simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat
dan disepakati pemakainya.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu
proses kegiatan mengungkapkan pikiran, perasaan, sikap dan keyakinan
menggunakan lambang-lambang bahasa tertulis secara logis dan sistematis.
2.1.2 Tujuan Menulis
Ada sekian banyak tujuan menulis. Sehubungan dengan tujuan penulisan suatu
tulisan, seorang ahli merangkumnya sebagai berikut:
a) assignment purpose (tujuan penugasan).
Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali.
Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemuan sendiri
(misalnya para siswa yang diberi tugas merangkumkan buku; sekretaris yang
ditugaskan membuat laporan, notulen rapat).
b) altruistic purpose (tujuan altruistik).
Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan
kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami,
menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca
lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.
Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan
yang diutarakan.
d) informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan).
Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan atau penerangan
kepada para pembaca.
e) self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri)
Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang
pengarang kepada para pembaca.
f) creatife purpose (tujuan kreatif)
Tujuan ini erat berhubungan dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi “keinginan
kreatif” di sini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan
keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan
yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian.
g) problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah).
Dalam tulisan seperti ini sang penulis ingin memecahkan masalah yang
dihadapi. Sang penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi
serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri
agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca (Hipple dalam
Tarigan, 1985: 24-25).
Dari beberapa tujuan menulis diatas, menulis puisi termasuk tujuan menulis
creatife purpose (tuujuan kreatif) yaitu bertujuan mencapai nilai-nilai artistik,
2.1.3 Manfaat Menulis
Banyak manfaat yang dapat dipetik dari menulis. Kemanfaatan itu menurut
Suparno (2008: 1.4) di antaranya dalam hal;
1. peningkatan kecerdasan;
2. pengembangan daya inisiatif dan kreativitas;
3. penumbuhan keberanian;
4. pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
2.2 Pembelajaran Puisi
Salah satu keterampilan yang harus dikuasai dalam pelajaran Bahasa Indonesia
adalah menulis puisi. Anggapan bahwa untuk bisa menulis puisi siswa harus
punya bakat menulis kurang tepat. Anggapan ini membuat sebagian siswa sangat
takut jika diberi tugas menulis puisi. Menulis puisi termasuk salah satu
keterampilan yang semua siswa dapat mempelajarinya.
2.2.1 Pengertian Pembelajaran Puisi
Puisi adalah karya sastra yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan
bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). Kata-kata betul-betul
dipilih agar memiliki kekuatan pengucapan. Walaupun singkat atau padat, namun
berkekuatan. Kata-kata yang digunakan berima dan memiliki makna konotatif
atau bergaya figuratif (Waluyo, 2005: 1).
Puisi merupakan eskpresi pengalaman batin (jiwa) Penyair mengenai kehidupan
manusia, alam, dan Tuhan melalui media bahasa yang estetik yang secara padu
Puisi adalah buah pikiran, perasaan, dan pengalaman penyair yang diekspresikan
dengan media bahasa yang khas dan unik (Wetty, 2009:45).
Dari beberapa pendapat di atas, penulis mengacu pada pendapat Zulfahnur
(1998:79-80), yang mengatakan bahwa puisi adalah ekspresi pengalaman batin
(jiwa) penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhan melalui media
bahasa yang estetik, yang secara padu dan utuh dipadatkan. Dikatakan padu
karena tidak dapat dipisahkan tanpa dikaitkan dengan unsur lainnya. Unsur-unsur
tersebut adalah unsur batin dan unsur fisik. Unsur puisi merupakan segala elemen
(bahan) yang dipergunakan penyair dalam membangun puisinya.
2.2.2 Unsur-Unsur yang Membangun Puisi
Unsur puisi sesungguhnya merupakan segala elemen (bahan) yang dipergunakan
penyair dalam membangun atau menciptakan puisinya. Segala bahan, baik unsur
dalam (imajinasi, emosi, bahasa) maupun unsur luar (objek seni) disintetikkan
menjadi satu kesatuan yang utuh oleh penyair menjadi bentuk puisi berupa teks
puisi. Unsur-unsur tadi dinyatakan bersifat padu karena tidak dapat dipisahkan
tanpa mengaitkan unsur yang lainnya. Unsur-unsur puisi tersebut terdiri dari tema,
amanat, diksi, pengimajian, rima, dan majas.
1) Tema dan Amanat
Sebagai sastra fiksi, puisi memiliki tema dan amanat. Puisi mengandung suatu
“subject matter” untuk dikemukakan atau ditonjolkan; dan hal ini tentu saja
tergantung kepada beberapa faktor, antara lain falsafah hidup, lingkungan, agama,
pekerjaan, pendidikan sang penyair. Makna yang dikandung oleh “subject
merupakan ide pokok yang menjiwai keseluruhan isi puisi yang mencerminkan
persoalan kehidupan manusia, alam sekitar dan dunia metafisis, yang diangkat
penyair dari objek seninya (Zulfahnur, 1998:81).
Amanat atau pesan merupakan nasihat atau perintah secara halus dari penyair
kepada pembacanya. Amanat dalam sebuah puisi dapat disampaikan secara
langsung dan tidak langsung. Amanat atau pesan ini sengaja disampaikan oleh
pengarang untuk pembaca. Sebuah pesan yang ingin disampaikan penyair pada
pembaca disebut amanat puisi (Zulfahnur, 1998:81). Untuk dapat menyimak
pesan-pesan penyair didalam puisinya pembaca mestilah dapat menangkap dan
memahami makna lugas dan makna utuh dari puisi.
Makna lugas merupakan makna yang sebenarnya dari kata-kata yang tersurat
(eksplisit) di dalam puisi. Makna utuh ialah makna makna keseluruhan dari puisi.
Makna utuh dapat berupa pesan-pesan (seperti nilai-nilai kemanusiaan, moral, ide
dan gagasan).
2) Diksi
Diksi (atau diction ) berarti pilihan kata (Tarigan, 1985: 29). Penempatan serta penggunaan kata-kata dalam puisi dilakukan secara hati-hati dan teliti serta lebih
tepat. Kata-kata yang dipergunakan dalam dunia persajakan tidak seluruhnya
bergantung pada makna denotatif, tetapi nlebih cenderung pada makna denotatif.
Konotasi atau nilai kata inilah justru lebih banyak memberi efek bagi para
penikmatnya. Pilihan kata yang tepat dapat mencerminkan ruang, waktu, falsafah,
memilih dan menyusun kata amat penting bagi penyair. Sebab, pilihan dan
susunan kata yang tepat dapat menghasilkan :
1. Rangkaian bunyi yang merdu.
2. Makna yang dapat menimbulkan rasa estetis (keindahan).
3. Kepadatan bayangan yang dapat menimbulkan kesan mendalam.
Misalnya, kata-kata aduhai, mega, berarak, teratak, musyafir, lata, beta, awan yang terdapat dalam puisi Amir Hamzah yang ebrjudul Buah Rindu II kita ganti
dengan sinonim-sinonimnya wahai, awan, beriring, pondok, pengembara, hina, aku, embun, yang sama denotasinya tetapi berbeda konotasinya, maka akan
hilanglah keindahan puisi tersebut, dan efeknya akan berubah sama sekali.
3) Pengimajian (citraan)
Imaji adalah segala yang dirasai atau dialami secara imajinatif (Tarigan, 1985:
30). Citraan/imaji adalah gambaran angan (abstrak) yang dihadirkan menjadi
sesuatu yang kongkrit dalam tatanan kata-kata puisi (Zulfahnur, 1998:81). Dalam
karyanya, sang penyair berusaha sekuat daya agar penikmat dapat melihat,
merasakan, mendengar, menyentuh, bahkan kalau perlu mengalami segala sesuatu
yang terdapat dalam puisinya.
4) Rima
Rima ialah persajakan atau pola bunyi yang terdapat dalam puisi (Zulfahnur,
2008:82). Ritme atau irama adalah turun naiknya suara secara teratur, sedangkan
rima atau sajak adalah persamaan bunyi (Tarigan, 1985: 34). Irama ialah
pertentangan suara tinggi rendah, keras, lembut, panjang pendek, yang
Di dalam puisi rima mempunyai fungsi menimbulkan irama yang merdu, sehingga
memberi kesan estetik pada pendengaran dan perasaan. Selain itu rima berfungsi
mengintensifkan dan menyatakan suasana yang digambarkan.
2.2.3 Jenis-Jenis Puisi
Bentuk-bentuk puisi, yaitu: puisi lama dan puisi baru. Puisi lama dan puisi baru
memiliki jenis-jenis sebagai berikut.
2.2.3.1 Puisi Lama
Mantera, doa dan bidal dapat dianggap sebagai bentuk puisi lama yang paling tua.
Sesudah itu bentuk puisi lama sebenarnya baru kita dapati, seperti: pantun,
gurindam, syair dan sebagainya (Husnan, 1987: 32).
Ciri-ciri puisi lama menurut Husnan (1987: 32) adalah sebagai berikut:
1. bersifat statis dan terikat; (bentuk dan sajak tetap, terikat tidak berubah);
2. isinya bersifat didaktis dan religius;
3. kalimat-kalimatnya penuh dengan kata-kata pilihan (kata-kata lama atau kata-
kata sukar), bahasa klise, yang lebih diutamakan daripada isinya;
4. merupakan kepandaian atau hasil bersama, mengutamakan kegotong-royongan,
bukan perseorangan (karena itu “anonim”).
2.2.3.2 Puisi Baru
Menurut Krisnawati (2008: 7), puisi baru berdasarkan isinya:
1. Ode : puisi berisi pujian yang ditujukan kepada seseorang
(tokoh), bangsa, atau perbuatan kemanusiaan;
2. Hymne : puisi berisi pujian yang ditujukan kepada Tuhan;
4. Epigram : puisi yang serba ringkas;
5. Satire : puisi berisi kecaman, ejekan dengan sindiran kasar;
6. Roman : puisi berisi kasih mesra, cinta kasih;
7. Balada : puisi berisi melukiskan suatu cerita atau kisah hidup.
Pada umumnya ciri-ciri puisi baru menurut Husnan (1987: 50) ialah:
1. tidak terikat oleh jumlah suku kata (jumlah suku kata pada tiap baris tidak
tentu);
2. tidak terikat oleh sajak (ada yang bersajak sama, sajak silang, sajak peluk,
sajak kembar, dan sebagainya, bahkan ada yang bersajak patah);
3. isinya berupa: pengucapan pribadi.
2.2.4 Langkah-Langkah Menulis Puisi
Dalam menulis puisi ada beberapa langkah yang perlu dipelajari agar dihasilkan
suatu puisi yang indah. Menurut Krisnawati (2008: 25) langkah-langkahnya yaitu:
1. menentukan tema,
2. memilih kata,
3. memilih gaya bahasa,
4. menentukan cara pengungkapan,
5. menentukan imaji atau daya bayang,
6. menyusun baris menjadi bait,
7. memeriksa lagi penggunaan kata dan gaya bahasa, serta
2.3 Metode Pembelajaran
Di dalam proses belajar-mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat
belajar secara efektif dan efesien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah
satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus mengusai metode
pembelajaran.
2.3.1 Pengertian Metode Pembelajaran
Metode adalah cara khas yang operasional yang digunakan atau dilalui dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan dengan berpegang pada proses
sistematis yang terdapat metode (Semi, 1987: 105). Selanjutnya, menurut
Roestiyah (2008: 1) metode pelajaran adalah adalah suatu pengetahuan tentang
cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru. Pengertian lain ialah metode
sebagai teknik menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, agar
pelajaran tersebut ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik.
2.3.2 Fungsi Metode
Penggunaan teknik mengajar dalam pembelajaran ditinjau dari segi prosesnya
menurut Winataputra (1997: 4.4) metode mengajar memiliki fungsi-fungsi sebagai
berikut:
a. Sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan pembelajaran.
b. Sebagai gambaran aktivitas yang harus ditempuh siswa dan guru dalam
kegiatan pembelajaran.
d. Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan bimbingan dalam kegiatan
pembelajaran, apakah dalam kegiatan pembelajaran tersebut perlu diberikan
bimbingan secara individu atau kelompok.
2.3.3 Faktor Pemilihan Metode Mengajar
Ada beberapa faktor yang dijadikan dasar pertimbangan pemilihan metode
mengajar menurut Djamarah (2010: 229-231) dasar pertimbangan itu bertolak dari
faktor-faktor:
1. berpedoman pada tujuan;
2. perbedaan individual anak didik;
3. kemampuan guru;
4. sifat bahan pelajaran;
5. situasi kelas;
6. kelengkapan fasilitas;
7. kelebihan dan kelemahan.
2.3.4 Macam-Macam Metode Mengajar
Di dalam pengajaran bahasa beberapa metode yang umum dikenal dalam dunia
pendidikan dan pengajaran, seperti metode ceramah, metode diskusi, metode
latihan, metode pengajaran individual, pengajaran audio tutorial, metode simulasi,
metode laboratorium, metode pengalaman lapangan (Semi, 1989: 118).
Selanjutnya, beberapa metode yang perlu dikuasai guru dalam mengatur strategi
pembelajaran bahasa menurut Santosa (2009: 1.15), yaitu:
1. diskusi;
3. sosiodrama atau bermain peran;
4. tanya jawab;
5. penugasan;
6. latihan;
7. bercerita;
8. pemecahan masalah;
9. karya wisata.
2.4 Metode Pelatihan
Seorang siswa perlu memiliki ketangkasan atau keterampilan dalam sesuatu,
misalnya menulis puisi, bermain peran atau membaca puisi. Sebab itu di dalam
proses mengajar belajar, perlu diadakan latihan untuk menguasai keterampilan
tersebut
2.4 1 Pengertian Metode Pelatihan
Menurut Roestiyah (2008: 125) metode latihan atau drill ialah suatu teknik yang
dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar siswa melaksanakan
kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih
tinggi dari apa yang telah dipelajari.
Metode latihan yang disebut juga metode training, merupakan suatu cara
mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Metode
latihan juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik.
Selain itu, metode latihan juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan,
2.4.2 Kelebihan Metode Pelatihan
Menurut Djamarah (2010: 242) metode latihan memiliki kelebihan sebagai
berikut.
1. Untuk memperoleh kecakapan motorik, seperti menulis, melafalkan huruf,
kata-kata atau kalimat, membuat alat-alat, menggunakan alat-alat.
2. Dapat untuk memperoleh kecakapan mental seperti dalam perkalian,
menjumlahkan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda (simbol), dan
sebagainya.
3. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan
pelaksanaan.
2.4.3 Kelemahan Metode Pelatihan
Selain memiliki kelebihan metode latihan juga memiliki kelemahan menurut
Djamarah (2010:242) kelemahan metode latihan sebagai berikut.
1. Menghambat bakat dan inisiatif siswa, karena siswa lebih banyak dibawa
kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian.
2. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lengkungan.
3. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan
hal yang monoton, mudah membosankan.
4. Dapat menimbulkan verbalisme.
2.4.4 Langkah-Langkah Penggunaan Metode Pelatihan
Dalam praktiknya, metode mengajar tidak digunakan sendiri-sendiri, tetapi
merupakan kombinasi dari beberapa metode mengajar. Metode latihan umumnya
yang dipelajarinya. Langkah jenis kegiatan yang dapat dilakukan menurut
Djamarah (2006: 104) adalah sebagai berikut.
1. Menyediakan peralatan yang diperlukan.
2. Menciptakan kondisi anak untuk belajar.
3. Memberikan pengertian/penjelasan sebelum latihan dimulai (metode ceramah).
4. Demontrasi proses atau prosedur itu oleh guru dan siswa mengamatinya.
5. Siswa diberi kesempatan mengadakan latihan (metode latihan).
6. Siswa membuat kesimpulan dari latihan yang ia lakukan.
7. Guru bertanya kepada siswa.
2.5 Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan siswa saat proses
pembelajaran berlangsung. Aktivitas sebagai hasil belajar ditunjukan dalam
berbagai aspek seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, persepsi, motivasi,
atau gabungan dari aspek-aspek tersebut. Dalam kegiatan belajar, berpikir, dan
berbuat merupakan serangkaian yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Sardiman
(2006: 96) memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh
dengan pengamatan sendiri, penyelidikan sendiri, dan bekerja sendiri, dengan
fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis. Pada proses
pembelajaran tradisional, guru senantiasa mendominasi kegiatan. Siswa terlalu
pasif, yang dianggap botol kosong yang perlu diisi air oleh guru. Aktivitas siswa
terbatas pada mendengarkan, mencatat, menjawab pertanyaan jika diberi
pertanyaan guru, menurut cara yang ditentukan guru, dan berpikir sesuai dengan
yang digariskan guru. Sardiman (2006: 96) menerangkan bahwa seorang anak itu
Karena itu, agar anak berpikir sendiri maka harus diberi kesempatan untuk
beraktivitas. Aktivitas belajar memiliki arti luas yang meliputi aktivitas fisik
(jasmani) dan aktivitas mental (rohani). Aktivitas fisik seperti mengerjakan
sesuatu, menyusun inti sari pelajaran, membuat peta dan lain-lain memerlukan
gerakan anggota badan, sedangkan aktivitas mental misalnya siswa dapat
mengembangkan kemampuan intelektualnya, kemampuan berpikir kritis,
kemampuan menganalisis, kemampuan mengucapkan pengetahuan atau dengan
kata lain jika jiwanya bekerja atau berfungsi dalam proses pembelajaran.
Hamalik (1993: 24) menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan
belajar yang dilakukan seorang berupa kegiatan mendengarkan, merenungkan,
menganalisis, berpikir, membandingkan, dan menghubungkan dengan masa
lampau. Kemudian Sardiman (2006: 101) menggolongkan aktivitas belajar
berdasarkan pendapat Denrick dalam delapan golongan dan diuraikan seperti
dibawah ini.
1. Aktivitas visual (visual activities), seperti: membaca, memperhatikan gambar
demonstrasi, memperhatikan orang bekerja.
2. Aktivitas lisan (oral activities), seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi,
interupsi.
3. Aktivitas mendengarkan (listening activities), contohnya: mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.
5. Aktivitas menggambar (drawing activities), misalnya: menggambar,
membuat grafik, peta dan diagram.
6. Aktvitas motorik (motor activities), yang termasuk didalamnya antara lain:
melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain,
berkebun, berternak.
7. Aktivitas mental (mental activities), sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil
keputusan.
8. Aktivitas emosi (emotional activities), misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Dari delapan golongan aktivitas belajar berdasarkan pendapat Denrick di atas,
aktivitas yang dapat menunjang siswa dalam menulis puisi melalui metode
pelatihan dan selanjutnya akan dipakai sebagai observasi proses aktivitas siswa,
peneliti mengacu pada aktivitas sebagai berikut.
1. Aktivitas visual, meliputi: membaca, dan memperhatikan.
2. Aktivitas lisan, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3. Aktivitas mendengarkan, contohnya: mendengarkan uraian, percakapan,
diskusi.
4. Aktivitas menulis, seperti: menulis cerita, karangan, laporan, menyalin.
5. Aktivitas emosi, misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira,
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
3.1 Prosedur Penelitian
Pada penelitian ini rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian
tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan,
(3) pengamatan, dan (4) refleksi (Arikunto, 2011: 16). Hubungan keempat tahapan
tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut.
Perencanaan
Refleksi Siklus 1 Pelaksanaan
Pengamatan
Siklus II
Gambar 3.1 Siklus Model Arikunto (2011: 16)
Kegiatan pertama penelitian didahulukan dengan menemukan masalah dan
dengan tindakan yang telah direncanakan disertai dengan observasi kemudian
refleksi melalui diskusi antara peneliti dan siswa (jika diperlukan) sehingga
menghasilkan perbaikan untuk tindakan selanjutnya pada siklus-siklus berikutnya.
Penelitian tindakan kelas ini bercirikan adanya perubahan yang akan berlangsung
secara terus menerus. Apabila pembelajaran menulis puisi melalui teknik
pelatihan belum meningkat pada siklus pertama, penulis akan merencanakan
tindakan siklus kedua, dan seterusnya sampai tercapai hasil yang diharapkan.
Dengan demikian, jumlah siklus tidak terikat dan tidak ditentukan sampai siklus
tertentu.
3.2 Setting Penelitian
Setting adalah tempat dan waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK)
yang dilaksanakan guru dalam proses pembelajaran.
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Tegineneng
Pesawaran tahun pelajaran 2011/2012.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini
dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran bahasa Indonesia di kelas VIIC dan
3.2.3 Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas VIIC
SMP Negeri 2 Tegineneng Pesawaran tahun pelajaran 2011/2012 berjumlah 31
orang, yang terdiri atas 16 laki-laki dan 15 perempuan.
3.3 Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah meningkatnya kemampuan
menulis puisi pada siswa yang ditunjukkan dengan perolehan nilai tes tertulis
disetiap akhir siklus mencapai 80% mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM)
yang berlaku di sekolah yaitu 65.
3.4 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian menekankan pada perbaikan proses pembelajaran yang
dilaksanakan seiring dengan kegiatan pembelajaran yang telah diprogramkan di
sekolah.
3.4.1 Perencanaan
Pada tahap ini langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
1) Melakukan observasi awal untuk melihat pembelajaran Bahasa Indonesia
yang selama ini berlangsung di kelas VII-C SMP Negeri 2 Tegineneng serta
melihat hasil belajar siswa.
2) Menyusun rancana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
3) Membuat instrument penelitian dalam menulis puisi.
3.4.2 Tindakan
Pelaksanaan setiap siklus dilaksanakan secara umum mengikuti prosedur sebagai berikut.
1. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang sudah disiapkan.
2. Melaksanakan pengamatan terhadap siswa oleh observer.
3. Mencatat semua peristiwa selama pembelajaran dengan instrumen penelitian. 4. Mengumpulkan data hasil pengamatan dari observer.
5. Mendiskusikan temuan-temuan dalam pembelajaran dan refleksi.
6. Proses tindakan berlangsung di kelas pada jam pelajaran bahasa Indonesia
selama 2 kali pertemuan ( 4 × 40 menit ).
a. Pembelajaran Siklus 1
Pertemuan Pertama
1. Kegiatan Awal
a) Guru mengondisikan kelas.
b) Guru menginformasikan tujuan pembelajaran.
c) Guru mengadakan apersepsi yang berkaitan dengan materi yang akan
dipelajari.
2. Kegiatan Inti
a) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang pengertian menulis puisi.
b) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang jenis-jenis puisi
c) Guru menjelaskan tentang unsur-unsur puisi.
d) Siswa diajak guru keluar kelas .
e) Siswa mengamati keindahan alam dengan topik pohon cemara.
g) Guru berlatih menulis puisi berdasarkan pengamatan.
h) Guru menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa dalam menentukan
pilihan kata dan rima dalam menulis puisi.
3. Kegiatan Akhir
Guru dan siswa melakukan refleksi hasil pembelajaran menulis puisi.
Pertemuan Kedua
1. Kegiatan Awal
a) Guru mengondisikan kelas.
b) Guru menginformasikan tujuan pembelajaran.
c) Guru mengadakan apersepsi yang berkaitan dengan materi yang akan
dipelajari.
2. Kegiatan Inti
a) Guru bertanya jawab dengan siswa tentang pilihan kata dan rima dalam
menulis puisi.
b) Guru mengajak keluar kelas, siswa mengamati keindahan alam dengan
topik sawah
c) Siswa menulis lari-larik puisi
d) Siswa menulis puisi dengan pilihan kata yang tepat dan rima yang
menarik.
3. Kegiatan Akhir
3.4.3 Observasi
Observasi terhadap pelaksanaan tindakan dilakukan berdasarkan pengamatan di
kelas. Observasi digunakan untuk mengetahui apakah dengan teknik pelatihan,
pembelajaran di kelas lebih efektif, apa pengaruhnya, dan bagaimana
pembelajarannya yang akan dijalani.
3.4.4 Refleksi
Hasil yang didapat dari tahap pelaksanaan dan evaluasi dikumpulkan serta
dianalisis dalam tahap ini. Dari hasil observasi, guru merefleksi diri apakah
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa beserta kendala yang dihadapi. Hasil analisis data yang dilaksanakan ini
digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus kedua dan rencana perbaikan
tindakan untuk siklus kedua.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan
data. Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen yang disesuaikan dengan
sifat data yang diambil, seperti: lembar observasi, tes hasil belajar.
3.5.1 Instrumen Observasi Siswa
Data aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi yang diamati selama kegiatan
Tabel 3.1 Instrumen Aktivitas Siswa
No Unsur yang Dinilai Kriteria Penilaian Skor Maks Skor
1. Aktivitas Visual
Semua siswa terlihat membaca serta memperhatikan.
Ada 3-5 siswa yang tidak membaca serta memperhatikan.
Ada 6-8 siswa yang tidak membaca serta memperhatikan.
Ada 9-11 siswa yang tidak membaca serta memperhatikan.
Ada >11 siswa yang tidak membaca serta memperhatikan.
Semua siswa terlihat bertanya dan mengeluarkan pendapat.
Ada 3-5 siswa yang tidak bertanya dan mengeluarkan pendapat.
Ada 6-8 siswa yang tidak bertanya dan mengeluarkan pendapat.
Ada 9-11 siswa yang tidak bertanya dan mengeluarkan pendapat.
Ada >11 siswa yang tidak bertanya dan mengeluarkan pendapat.
3. Mendengarkan Aktivitas
Semua siswa terlihat fokus mendengarkan penjelasan guru.
Ada 3-5 siswa yang tidak fokus mendengarkan penjelasan guru.
Ada 6-8 siswa yang tidak fokus mendengarkan penjelasan guru.
Ada 9-11 siswa yang tidak fokus mendengarkan penjelasan guru.
4. Aktivitas Menulis
Semua siswa terlihat mandiri dalam menulis kembali dongeng.
Ada 3-5 siswa yang tidak mandiri dalam menulis kembali dongeng.
Ada 6-8 siswa yang tidak mandiri dalam menulis kembali dongeng.
Ada 9-11 siswa yang tidak mandiri dalam menulis kembali dongeng.
Ada >11 siswa yang tidak mandiri dalam menulis kembali dongeng.
Ada 3-5 siswa yang tidak berminat/antusias.
Ada 6-8 siswa yang tidak berminat/antusias.
Ada 9-11 siswa yang tidak berminat/antusias.
Ada >11 siswa yang tidak berminat/antusias.
5
3.5.2 Instrumen Penilaian Kegiatan Menulis Puisi
Tabel 3.2 Instrumen Penilaian Kemampuan Menulis Puisi
No Indikator Deskripsi Penilaian Skor Skor
Maksimal
1 Judul Judul puisi sangat sesuai dengan isi
puisi. Judul provokatif dan singkat.
Judul puisi sesuai dengan isi puisi. Judul provokatif dan singkat.
Judul puisi kurang sesuai dengan isi puisi. Judul kurang provokatif namun singkat.
2 Tema Tema menunjukkan gagasan atau ide
tentang tema yang dipilih dan selaras dengan unsur-unsur lain.
Tema hampir menunjukkan gagasan atau ide tentang tema yang dipilih dan selaras dengan unsur-unsur lain.
Tema cukup menunjukkan gagasan atau ide tentang tema yang dipilih dan selaras dengan unsur-unsur lain.
Tema kurang menunjukkan gagasan atau ide tentang tema yang dipilih dan selaras dengan unsur-unsur lain.
Tema tidak menunjukkan gagasan atau ide tentang tema yang dipilih dan
3 Amanat Amanat tersurat dengan jelas melalui
kata-kata yang disusun dalam baris dan didukung keserasian tema yang
ditentukan atau dipilih.
Amanat tersurat dengan jelas melalui kata-kata yang disusun dalam baris tetapi kurang didukung oleh keserasian tema yang ditentukan atau dipilih.
Amanat tersurat cukup jelas, cukup memperhatikan kata-kata yang disusun dalam baris, kurang didukung
keserasian tema tertentu yang telah ditentukan/dipilih.
Amanat tersurat kurang jelas, kurang memperhatikan kata-kata yang disusun dalam baris, kurang didukung
keserasian tema tertentu yang telah dipilih.
Tidak tersurat amanat dengan jelas, tidak memperhatikan kata-kata yang disusun dalam baris, kurang didukung keserasian tema yang dipilih.
4 Diksi Memilih kata dengan sangat tepat,
sesuai dengan urutannya, dan didukung keserasian amanat dan tema yang telah dipilih/ ditentukan.
Memilih kata dengan tepat, sesuai dengan urutannya, tetapi kurang didukung keserasian amanat dan tema yang telah dipilih.
Memilih kata cukup tepat, cukup sesuai dengan urutannya, dan cukup didukung keserasian amanat dan tema yang telah dipilih.
Memilih kata kurang tepat, kurang sesuai dengan urutannya, dan kurang didukung keserasian amanat dan tema yang telah dipilih.
Tidak memilih kata dengan tepat, tidak sesuai dengan urutannya sehingga tidak ada keserasian amanat dan tema yang dipilih.
4
3
2
1
5 Rima Rima menimbulkan irama yang sangat
merdu, sehingga memberi kesan estetik pada pendengaran dan perasaan.
Rima menimbulkan irama yang merdu, sehingga memberi kesan estetik pada pendengaran dan perasaan.
Rima menimbulkan irama cukup merdu, sehingga memberi kesan cukup estetik pada pendengaran dan perasaan.
Rima menimbulkan irama yang kurang merdu, sehingga memberi kesan kurang estetik pada pendengaran dan perasaan.
Rima menimbulkan irama yang tidak merdu, sehingga memberi kesan tidak estetik pada pendengaran dan perasaan.
5
3.5.3 Instrumen Proses Pembelajaran oleh Guru
Data aktivitas guru diperoleh dari lembar observasi yang diamati selama kegiatan
pembelajaran Bahasa Indonesia melalui teknik pelatihan berlangsung di sekolah.
Table 3.3 Instrumen Proses Pembelajaran oleh Guru
No Aspek Skor
3.Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran
4.Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain
yang relevan
5.Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai
dengan hirarki belajar dan karakteristik siswa
6.Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan
B Pendekatan/Strategi Pembelajaran
7.Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa
memungkinkan tumbuhnya kebiasaan posit
12.Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
alokasi waktu yang direncanakan
C Pemanfaatan Sumber Belajar/Media
Pembelajaran
13.Menggunakan media secara efektif dan efesien
14.Menghasilkan pesan yang menarik
15.Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media
D Pembelajaran yang Memicu dan Memilihara
Keterlibatan Siswa
16.Menumbuhkan partisipasi siswa dalam
17.Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon
20.Melakukan penilaian akhir sesuai dengan
kompetensi (tujuan)
F Penggunaan Bahasa
21.Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara
jelas, baik, dan benar
22.Menyampaikan pesan dengan gaya yang
sesuai
III PENUTUP
23.Melakukan refleksi atau membuat rangkuman
dengan melibatkan siswa
24.Melaksanakan tindak lanjut dengan
memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remedial/pengayaan
Jumlah
Nilai setiap aspek yang teramati dikonversikan dengan pedoman Nurgiyantoro
(1987:211): Kriteria A, nilai 85%-100% dengan predikat baik sekali. Kriteria B,
nilai 75%-84% dengan predikat baik. Kriteria C, nilai 60%-74% dengan predikat
cukup.Kriteria D, nilai 40%-59% dengan predikat kurang. Kriteria E, nilai 0%-39
dengan predikat gagal.
3.6 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Membaca dan menskor setiap lembar hasil pekerjaan siswa peraspek
( judul puisi, tema, amanat, diksi ).
3. Menentukan tingkat kemampuan siswa menulis puisi melalui teknik
pelatihan.
4. Menghitung tingkat kemampuan siswa menulis puisi melalui teknik
pelatihan.
5. Menghitung rata-rata kemampuan siswa menulis puisi melalui teknik
pelatihan.
=∑N × 100%
Keterangan:
X = skor rata-rata
∑ X = jumlah skor hasil kemampuan menulis puisi
melalui teknik pelatihan
N = jumlah siswa
6. Menentukan tingkat kemampuan siswa berdasarkan tolok ukur yang
digunakan.
Tabel 3.5 Tolok Ukur Kemampuan Menulis puisi Melalui teknik pelatihan
Interval Prestasi Tingkat Kemampuan Keterangan
85% - 100% Baik Sekali
75% - 84% Baik
60% - 74% Cukup
40% - 59% Kurang
0% - 39% Gagal
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis
puisi melalui metode pelatihan pada siswa kelas VIIC SMP Negeri 2 Tegineneng
Kabupaten Peswaran Tahun Pelajaran 2011/2012 ini dilaksanakan dalam dua
siklus. Setiap siklus pada pembelajaran dilaksanakan oleh peneliti sebagai
pengajar, dan didampingi seorang teman sejawat sebagai observer (pengamat).
Keterlibatan teman sejawat yakni dengan cara melihat dan mengobservasi proses
pembelajaran yang peneliti lakukan di kelasnya. Peneliti meminta teman sejawat
ini untuk mencatat semua kejadian pada proses pembelajaran, mengidentifikasi
keunggulan dan kelemahan teknik yang diterapkan serta media yang digunakan.
Dengan ditemukannya keunggulan dan kelemahan dalam proses pembelajarn ini
akan menjadi rekomendasi untuk tindakan berikutnya.
4.2 Siklus 1
Pelaksanaan pembelajaran siklus kesatu, kompetensi dasarnya adalah menulis
kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam dilaksanakan dalam dua kali tatap
muka. Setiap tatap muka merupakan tahapan pembelajaran yang berkesinambung-
4.2.1 Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran siklus kesatu dilaksanakan dalam dua kali pertemuan atau
dua kali tatap muka. Peneliti sebagai pelaksana pembelajaran dibantu oleh seorang
guru kelas sebagai kolaborator. Siswa kelas VII-C berjumlah 31 orang.
a. Pertemuan Pertama
Pelaksanaan tindakan kelas pertemuan ke satu dilaksanakan Senin 14 Mei 2012
jam pelajaran ke-1 dan ke-2. Kegiatannya menekankan pada menulis puisi.
Tujuan pembelajaran adalah menulis puisi sesuai dengan kompetensi dasar (KD)
menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam. Sumber belajar yang
digunakan adalah buku paket, buku kerja siswa dan buku penunjang lain yang
relevan dengan tujuan pembelajaran serta lingkungan sekolah.
Kegiatan pembelajaran berlangsung di kelas pada jam pelajaran Bahasa indonesia.
Kegiatan dilaksanakan sebagai berikut. Pada kegiatan awal, guru mengucapkan
salam. Mengajak siswa untuk berdoa sebelum melakukan kegiatan belajar.
Mengadakan absensi siswa. Merapikan tempat duduk untuk memotivasi siswa
agar nyaman belajar. Kemudian guru menyampaikan tujuan belajar yang akan
dicapai, serta mengadakan tanya jawab hal-hal yang berkaitan dengan standar
kompetensi mengungkap keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan
menulis.
Selanjutnya pada kegiatan inti, siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai
pengertian menulis puisi. Selanjutnya, guru mengajak siswa keluar kelas
selesai siswa kembali ke kelas mengadakan latihan menulis larik-larik puisi,
melakukan tanya jawab diksi yang tepat menulis puisi berdasarkan pengamatan.
b. Pertemuan Kedua
pertemuan kedua siklus satu dilaksanakan pada Rabu, 16 Mei 2012 jam pelajaran
Bahasa Indonesia pukul 07.30 – 08.50. Adapun kegiatan yang dilakukan juga
meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada kegiatan
awal atau pendahuluan guru mengucapkan salam, mengecek kehadiran siswa,
menanyakan kabar siswa hari ini. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Mengadakan apersepsi, serta bertanya jawab
hal-hal yang berkaitan dengan pelajaran sebelumnya.
Selanjutnya pada kegiatan inti, siswa diajak guru keluar kelas untuk mengamati
keindahan alam lingkungan sekolah. Selanjutnya diberi tugas oleh guru untuk
mengamati keindahan lingkungan sekolah, dengan topik keindahan sawah.
Selama pengamatan siswa menulis coretan awal larik-larik puisi berdasarkan
pengamatan siswa pada objek keindahan alam lingkungan sekolah. Setelah
pengamatan dirasakan cukup, guru mengajak kembali siswa masuk ke dalam kelas
untuk menulis puisi berdasarkan pengamatan mereka terhadap keindahan alam
lingkungan sekolah dan coretan awal pada saat pengamatan. Kegiatan yang
terakhir dalam pertemuan kedua siklus satu guru mengadakan refleksi kegiatan
yang baru saja selesai dijalankan dan menutup pertemuan kedua siklus satu.
Selama proses pembelajaran, guru mengamati tingkah laku siswa di dalam dan di
untuk mengukur ketercapaian indikator. Hasil observasi siswa di kelas VII sebagai
subjek penelitian dalam siklus satu dapat dijelaskan sebagai berikut. Rencana
pembelajaran (RPP) yang dibuat guru belum dapat membuat siswa aktif dalam
proses pembelajaran, karena hanya siswa tertentu yang terlibat. Dalam proses
pembelajaran terjadi proses tanya jawab antara guru dan siswa, tetapi hanya
sebagian siswa saja yang terlihat aktif, sedangkan siswa lain ada yang bicara
sendiri, ada yang mengganggu temanya atau sibuk dengan yang lain. Pada saat
melakukan pengamatan di luar kelas terlihat beberapa siswa hanya mengekor
salah satu temanya yang mengamatai objek keindahan alam.
Adapun observasi yang dilakukan kolaborator terhadap guru sebagai motivator
dan fasilitator dapat dijelaskan sebagai berikut. Guru kurang memberi kesempatan
kepada siswa untuk banyak telibat dalam proses pembelajaran. Guru kurang sabar
dalam membimbing siswa sehingga banyak kesempatan bagi siswa terlewati, guru
belum maksimal dalam membimbing pelaksanaan pembelajaran. Hal ini membuat
siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran ini dapat dilihat berdasarkan
penilaian observer melalui lembar observasi siswa dan guru.
4.2.2 Hasil Pembelajaran
Hasil pembelajaran diperoleh melalui penilaian. Pelaksanaan penilaian menulis
puisi dilakukan untuk melihat data nilai hasil tulisan siswa. Hasil kegiatan
observasi di kelas VIIC SMP Negeri 2 Tegineneng pada siklus kesatu dalam
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Menulis Puisi melalui Metode Pelatihan Siklus I
Nilai Frekuensi Persentase
48 1 3,2
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui 1 siswa (3,2%) mendapat nilai 48, 2 siswa (6,4%)
mendapat nilai 52, 4 siswa (12,30%) mendapat nilai 56, 6 siswa (19,35%)
mendapat nilai 60, 4 siswa (12,30%) mendapat nilai 64, 3 siswa (9,57%)
mendapat nilai 68, 7 siswa (22,58%) mendapat nilai 72, 2 siswa (6,4%) mendapat
nilai 76, 2 siswa (6,4%) mendapat nilai 80.
Tabel 4.2 Kemampuan Siswa Menulis Puisi Melalui Metode Pelatihan Siklus I
Rentang Nilai Jumlah Siswa Persentase (%) Klasifikasi
85%-100% 0 0 Baik sekali
Skor rata-rata 2012:31=64,30
Keterangan Cukup
Berdasarkan data tersebut, rata-rata hasil pembelajaran siklus I di kelas VII-C,
menulis puisi dengan menggunakan metode diskusi dapat membantu siswa dalam
menuangkan ide dan gagasannya ke dalam sebuah tulisan.
Data persentase kompetensi menulis puisi per indikator hasil Siklus I sebagai
berikut. Indikator judul diketahui sebesar 67,74% dengan kategori cukup. Indikator tema sebesar 69,83% dengan kategori cukup. Indikator penghadiran amanat diketahui sebesar 67,69% dengan kategori cukup. Indikator diksi sebesar 62,57% dengan kategori cukup. Indikator rima sebesar 58,70% dengan kategori
kurang.
1.Kemampuan untuk Aspek Judul
Kemampuan siswa dalam menulis puisi melalui metode pelatihan untuk aspek
judul dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.3 Data Distribusi Frekuensi untuk Aspek Judul Siklus I
Skor Frekuensi Persentase
1 0 0
2 6 19,35
3 7 22,58
4 18 58,86
5 0 0
Berdasarkan tabel di atas, terdapat 18 siswa (58,86%) yang mendapat skor 4. Hal
ini berati siswa sudah mampu menulis judul puisi yang sesuai dengan isi puisi
serta judul puisi yang provokatif dan singkat walaupun belum ada siswa yang
memperoleh skor 5. Selanjutnya, 7 siswa (22,58%) mendapat skor 3 serta 6 siswa
Untuk mengetahui kemampuan siswa menulis puisi melalui metode pelatihan
untuk aspek judul dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4 Distribusi Kemampuan Siswa Menulis Puisi melalui Metode Pelatihan untuk Aspek Judul
Rentang Skor Tingkat Kemampuan Frekuensi Persentase
85%-100% Baik Sekali 0 0
Berdasarkan tabel di atas, dari keterangan jumlah siswa yang menerapkan aspek
judul puisi dalam menulis puisi melalui metode pelatihan dari 31 siswa belum ada
siswa yang memperoleh dengan kategori baik sekali. Selanjutnya, terdapat 18
siswa (58,86%) termasuk kategori baik, sedangkan 7 siswa (22,58%) termasuk
kategori cukup serta 6 siswa (19,35%) termasuk kategori kurang.
Kekurangcermatan siswa dalam menulis puisi, untuk aspek judul pada siklus 1
adalah sebagai berikut.
-Awan Cerah dan Indah pada Lingkungan - Awan
Contoh judul di atas kurang tepat karena topik yang ditentukan oleh guru adalah
sawah. Pada siklus 2 kekurangcermatan siswa tidak terjadi lagi karena topik yang
ditentukan guru bebas.
2. Kemampuan untuk Aspek Tema
Kemampuan siswa menulis puisi melalui metode pelatihan untuk Aspek tema