Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir
PERANCANGAN KAMPANYE
KAIN SASIRANGAN KALIMANTAN SELATAN
DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2010/2011
Oleh:
M. Risfi Khushayri
NIM: 51907026 Program Studi
Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul “KAMPANYE KAIN
SASIRANGAN KALIMANTAN SELATAN”. Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademik dalam mencapai jenjang Strata-1 (S1)
pada Program Studi Desain Komunikasi Visual, Universitas Komputer
Indonesia. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat.
Bandung, 23 Juli 2011
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Masyarakat Indonesia telah lama mengenal tekstil terbukti dengan kemampuan masyarakat Indonesia dalam hal menenun dan merajut pakaiannya sendiri dan hal ini dimulai sejak adanya bentuk kerajinan kerajinan tekstil, yaitu tenun-menenun dan membatik yang hanya berkembang di sekitar lingkungan istana dan juga ditujukan hanya untuk kepentingan seni dan budaya serta dikonsumsi atau digunakan sendiri.
Kalimantan Selatan adalah sebuah provinsi yang terletak di pulau
Kalimantan. Berbicara tentang kerajinan kain khas Kalimantan Selatan,
masyarakatnya mengenal kerajinan kain yaitu kain Sasirangan, kain
dengan proses jalujur ini sekarang telah menjadi sebuah mode fashion.
Dulunya kain sasirangan ini merupakan sebuah alat pengobatan dan
bernama “Pamintaan” yang artinya merupakan permintaan dalam
bahasa banjar. (Seman, 2007, h:1)
Kain sasirangan merupakan salah satu produk budaya daerah
Kalimantan Selatan yang telah digunakan turun temurun didaerah
Kalimantan Selatan. Kain sasirangan ini mempunyai keunikan motif
tradisional dan cara pembuatannya yang dipertahankan secara
sasirangan contohnya gigi haruan, bintang, naga behambur, dan lainya.
(Seman, 2007, h:14)
Meski telah memilki identitas dan ciri khas yang unik, kain ini
mengalami fase pasang surut dalam perjalanannya hingga sekarang.
Kurangnya pengetahuan terhadap kain Sasirangan merupakan salah
satu faktor yang menyebabkan naik turunnya minat terhadap kain
Sasirangan maka upaya-upaya pelestarian harus segera dilakukan.
Pelestarian tentunya tidak hanya dimaksudkan agar keberadaan kain
tersebut tidak punah. (Seman, 2007, h:32)
Dengan mempelajari sejarah, setiap orang bisa menyadari,
menghargai dan menghayati sepenuhnya bahwa masyarakat sejak dulu
telah hidup berbudaya serta memiliki nilai-nilai luhur. Peninggalan
sejarah dan tradisi yang mempunyai nilai perjuangan bagi masyarakat
Kalimantan Selatan, kebanggaan serta nasionalisme persaudaraan tetap
dipelihara dan dibina untuk memupuk, memperkaya dan memberi corak
khas kepada kebudayaan serta dapat dijadikan pedoman dalam
kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara di masa yang akan
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka hal yang
diidentifikasi, yaitu:
• Naik turunnya minat terhadap kain sasirangan yang terjadi dikalangan
remaja saat ini dikarenakan adanya modernisasi dalam hal mode.
• Kurangnya pengetahuan terhadap kain sasirangan.
1.3. Fokus Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka permasalahan dapat
difokuskan pada kelestarian kain Sasirangan supaya tetap terjaga dan
dilindungi sebagai salah satu produk lokal dan unggulan yang berasal
dari Kalimantan Selatan dan menjadi ciri khas kebanggaan masyarakat
lokal yang merupakan kekayaan bangsa Indonesia.
1.4. Tujuan Perancangan
Tujuan dari perancangan ini yaitu untuk menyadarkan bahwa
pentingnya melestarikan dan mencintai produk khas daerah Kalimantan
BAB II
KAIN SASIRANGAN KALIMANTAN SELATAN
2.1. Tinjauan Mengenai Kain Tradisional dan Kain Sasirangan Kalimantan Selatan
2.1.1. Pengertian Kain Tradisonal
Setiap daerah di nusantara rata-rata memiliki produk
tekstil yang menjadikan sebagai pakaian adat atau pun untuk
acara-acara kedaerahan setempat. Dalam hal kain Sasirangan,
kain ialah bahan baku utama dalam pembuatan kain Sasirangan.
Adapun pengertian kain menurut para ahli antara lain:
Dalam buku Puspa Ragam Busana Pemilihan Bahan
Tekstil, kain merupakan suatu bahan, hasil dari pada tenunan
benang. (Poespo, 2005)
Adapun pengertian kain tradisional dalam buku Ragam
Kain Tradisional Nuasantara menjelaskan bahwa kain yang
berasal dari budaya daerah lokal yang dibuat secara tradisional
dan digunakan untuk kepentingan adat istiadat ialah kain
2.1.2. Klasifikasi Kain Tradisional
Terdapat 4 klasifikasi kain tradisional, yaitu; Batik, Jumputan, Tenun dan Ikat. (Kamila, 2008)
2.1.2.1. Batik
Kain batik sangat dikenal karena memang sudah jadi kain untuk acara-acara resmi atau acara adat. Batik sendiri adalah salah satu tekhnik menghias kain menggunakan malam atau lilin. Kain batik dapat dijumpai dibanyak tempat selain jawa Tengah, seperti Jawa barat, Jawa Timur, dan Bali dengan motif-motif berbeda sesuai ciri khas daerahnya.
Gambar 1. batik Keris dari Gresik Jawa Timur. Sumber: Mika Kamila, Ragam Kain Tradisional Nuasantara (2008)
2.1.2.2. Jumputan (Sasirangan)
Kalimantan Selatan dan Jawa Tengah. Saat ini, karena warnanya cerah jumputan banyak digunakan sebagai pengganti kain batik untuk acara-acara pernikahan sebagai paduan kebaya.
Gambar 2. kain sasirangan dari Kalimantan Selatan. Sumber: Mika Kamila, Ragam Kain Tradisional Nuasantara (2008)
2.1.2.3. Tenun
Gambar 3. Songaket Minang Sumatra Selatan. Sumber: Mika Kamila, Ragam Kain Tradisional Nuasantara (2008)
2.1.2.4. Ikat
Kain ini mungkin agak asing ditelinga, tapi yang pasti juga mengalami proses tenun, hanya saja sebelum ditenun benang-benang telah mengalami proses celup untuk mendapatkan bentuk motif tertentu. Daerah Nusa Tenggara dan Bali terkenal dengan kain ikatnya.
Gambar 4. Kain Endek dari Buleleng Bali.
Fungsi dari klasifikasi ini adalah untuk
menentukan strategi pengenalan karena terdapat
perbedaan antara kain batik, jumputan, tenun dan ikat.
2.2. Kain Sasirangan dalam Konteks Mitos
Pada mulanya dikenal adanya kain pamintaan. Istilah pamintan
ini adalah singkatan dari parmintaan (permintaan), maksudnya adalah
selembar kain putih yang diberi warna tertentu dengan motif tertentu
pula atas permintaan seseorang yang berobat kepada seorang
pengrajin kain pamintan.
Menurut Seman (2007, h. 1), Kain pamintan tersebut berfungsi
sebagai sarana pengobatan atas petunjuk seorang tabib sebelumnya.
Berbagai macam penyakit contohnya sakit perut, sakit kepala, bisul, demam, bahkan sampai penyakit sakit jiwa serta yang disebabkan oleh gangguan mahluk halus. Pengobatan yang belum dapat dibuktikan secara ilmiah ini disebut oleh masyarakat dengan nama “Batatamba” dengan mempergunakan kain pamintan, yang dipakaikan secara berkala.
Perkembangan zaman yang semakin maju dengan adanya sarana dan prasarana sektor pendidikan dan kesehatan serta faktor agama Islam sangat berpengaruh terhadap tradisi dulu masyarakat Kalimantan Selatan dengan berobat dengan kain sasirangan. Kain sasirangan khas Kalimantan Selatan telah diminati dengan serius dalam aspek bisnis, disamping upaya melestariannya dalam kaca mata budaya.
2.3. Tata Warna Kain Sasirangan
Pada waktu dulu, ketika kain Sasirangan masih bernama kain pamintan, sesuai dengan kondisi pada zamanya, zat warna diambil dari alam sekitar, teknologinya sederhana, didasarkan atas pengalaman dan tradisi yang bersifat turun-menurun.
Alam lingkungan hidup sekitar rumah tangga memberikan kemudahan bagi pengolah kain Sasirangan untuk mengolah warna dalam berbagai corak, namun tentu saja masih sangat terbatas. Pada umumnya warna-warna yang diperoleh dari alam adalah warna-warna pokok saja, seperti:
1. Kuning berasal dari umbi tanaman janar atau kunyit dan temulawak. 2. Merah berasal dari zat gambir buah mengkudu, kesumba atau
lombok merah.
5. Ungu berasal dari biji ramania (gandaria) atau buah karamunting.
Namun sekarang para pengrajin Sasirangan tidak lagi bersusah payah meramu alam untuk membuat warna guna mewarnai kain Sasirangan. Dengan banyaknya zat warna sintetis sebagai barang impor ke Indonesia dari luar negeri yaitu dari Eropa, Jepang dan Cina, sekaligus menyingkirkan ramuan-ramuan warna tradisional dalam negeri, termasuk Kalimantan Selatan.
Memang ada usaha-usaha untuk mengolah zat pewarna secara alami dengan mempergunakan bahan-bahan dari alam sekitar. Namun prosesnya memerlukan waktu yang lama dan justru pula memerlukan biaya lebih besar jika dibandingkan dengan membeli zat pewarna sintetis. dampak positif dari zat pewarna alami ini yaitu ramah lingkungan, tidak berdampak yang merugikan dari limbahnya.
2.4. Motif Tradisional Kain Sasirangan
Suatu ciri khas dari kain sasirangan ini asalah rangakaian motif
yang pada umumnya tersusun motifnya dalam komposisi vertikal.
Jarang sekali sasirangan tradisioanl yang banyak dipergunakan dan
sudah menjadi umum terdapat susunan motifnya dalam komposisi yang
2.4.1. Gigi Haruan
Gambar 5. Motif Gigi Haruan
Sumber: Syamsiar seman, Sasirangan Kain Khas Kalimantan Selatan.
Salah satu jenis ikan air tawar di Kalimantan Selatan
adalah “ikan haruan” atau ikan gabus yang berwarna hitam
pekat dan dagingnya empuk dimakan. Memilki gigi yang
runcing tajam, karenanya motif ini sebagai lambang “ketajaman
berfikir”. Dan terdapat pula motif ini pada ornamen rumah
Kalimantan Selatan.
2.4.2. Kambang Kancang
Gambar 6. Motif Kambang Kacang
Sumber: Syamsiar seman, Sasirangan Kain Khas Kalimantan Selatan.
Kambang kacang adalah senenis tanaman. Buahnya
yang menjulur panjang selalu menjadi sayuran yang dicampur
dengan sayuran lain seperti buah labu. Sayur kacang panjang
ini termasuk sayuran makanan sehari-hari orang Kalimantan
Selatan, sehingga hubungannya akrab dengan dapur,
2.4.3. Hiris Gagatas
Gambar 7. Motif Hiris Gagatas
Sumber: Syamsiar seman, Sasirangan Kain Khas Kalimantan Selatan.
Gagatas disebut juga rincung gagatas yang bermakna
bungas, langkar, atau cantik. Dinamakan hiris gagatas oleh
karena wadai (kue) khas Kalimantan Selatan yang dinamakan
gagatas diiris (dipotong) seperti bentuk wajik. Iris gagatas ini
sangat umum didaerah Kalimantan Selatan. Semua wadai (kue)
khas Kalimantan Selatan seperti amparan tatak, sarimuka,
kakaraban, sari pengantin, kuih lapis dan yang lainya selalu
dupotong dalam bentuk hiris gagatas ini.
2.4.4. Kambang Sakaki
Gambar II.8. Motif Kambang Sakaki
Gambar 8. Kembang Sakaki
Sumber: Syamsiar seman, Sasirangan Kain Khas Kalimantan Selatan.
Sekuntum bunga sebagai lambang keindahan banyak
ukiran arsitektur rumah adat Kalimantan Selatan, pada dinding
airguci dan relief tempat kapur sirih yang disebut panginangan.
2.4.5. Daun Jaruju
Gambar 9. Motif Daun Jaruju
Sumber: Syamsiar seman, Sasirangan Kain Khas Kalimantan Selatan.
Selembar daun jaruju (Podocarpus Imbricatus BL) dari
tumbuhan hutan yang sering tumbuh di tanah berair, seperti
pinggiran sungai. Daun jaruju selebar tiga jari berwarna hijau tua
yang pada pinggir berbentuk tajam dan berduri. Orang
Kalimantan Selatan dahulu, terutama di kampung menempatkan
daun jaruju di sudut lantai dapur untuk mencegah tikus, karena
tikus takut dengan duri daun jaruju. Dan daun jaruju dianggap
2.4.6. Tampuk Manggis
Gambar 10. Motif Tumpuk Manggis
Sumber: Syamsiar seman, Sasirangan Kain Khas Kalimantan Selatan.
Bahwa setiap buah manggis memiliki motif yang dapat
diraba. Tampuk manggis ini tergambar juga pada relief sungkul
tangga rumah adat Kalimantan Selatan. Tampuk manggis ini
mempunyai dua makna yaitu:
Kejujuran, yaitu apa yang diucapkan sama dengan yang
terlintas didalam hati (lima atau enam motif manggis pastilah
lima atau enam isinya didalam).
Kedua, kulit buahnya yang masak berwarna hitam dan
terasa pahit, namun isinya putih dan manis, yang bermakna
2.4.7. Bintang
Gambar 11. Motif Bintang
Sumber: Syamsiar seman, Sasirangan Kain Khas Kalimantan Selatan..
Bintang sebagai benda alam dilangit, sebagai salah satu
tanda kebesaran Tuhan Yang Maha Pencipta. Bintang-bintang
digambarkan dengan sudut empat, lima, tujuh, delapan bahakan
tergambar gugusan beribu-ribu bintang dilangit yang tak mampu
2.4.8. Kangkung Kaubakan
Gambar 12. Motif Kangkung Kaubakan
Sumber: Syamsiar seman, Sasirangan Kain Khas Kalimantan Selatan.
Tumbuhan kangkung ini hidup diatas air dengan
batangnya yang panjang, berdaun warna hijau kecil. Bilamana
airnya bergelombang tentu permukaan air berombak, namun
batang kangkung tidak putus karenanya. Oleh karena itu
Kangkung Kaumbakan mengandung makna “tahan godaan”.
2.4.9. Ombak Sinampur Karang
Gambar 13. Motif Ombak Sinampur Karang
Sumber: Syamsiar seman, Sasirangan Kain Khas Kalimantan Selatan.
Ombak itu terjadi disebabkan oleh gelombang, sementara
gelombang itu ada dalam riak yang kecil atau besar, tergantung
menyebabkan ombak yang besar dan ombak yang besar
tersebut bisa menerjang karang. Ombak bisa diibaratkan sebagai
gelombang perjuangan dalam hidup manusia.
2.4.10. Bayam Raja
Gambar 14. Motif Bayam Raja
Sumber: Syamsiar seman, Sasirangan Kain Khas Kalimantan Selatan.
Raja adalah atribut seseorang yang dihormati dan
mertabat. Karenanya motif ini mengandung makna leluhur yang
bermartabat dan dihormati. Bentuknya dengan garis-garis yang
melengkung patah-patah, biasanya tersusun sevara vertikal
menjadi garis pembatas dengan motif-motif yang lain. Bisa juga
bayam raja menjadi hiasaan pinggiran motif-motif yang lain,
2.4.11. Kulat Karikit
Gambar 15. Motif Kulat Karikit
Sumber: Syamsiar seman, Sasirangan Kain Khas Kalimantan Selatan. .
Tumbuhan jenis cendawan yang hidup menempel pada
batang atau dahan pohon, jadi termasuk tumbuhan yang
menumpang, tetapi tidak merugikan tumbuhan yang ditumpangi
sepertihalnya parasit benalu. Kulat Kirikit hidup mandiri, cari
makan sendiri, karenanya bermakna hidup mandiri, tahan
menderita. Bentuk gambarnya mirip gigi haruan, tetapi lebih
kecil-kecil dan juga biasanya disusun secara vertikal.
2.4.12. Hiris Pudak
Gambar 16. Motif Hiris Pundak
Sumber: Syamsiar seman, Sasirangan Kain Khas Kalimantan Selatan.
Pudak yang disebut juga pandan, adalah tanaman sekitar
rumah tangga, yang daunnya berbau harum. Bentuk daunnya
2.4.13. Ular Lidi
Gambar 17. Motif Ular Lidi
Sumber: Syamsiar seman, Sasirangan Kain Khas Kalimantan Selatan.
Ular lidi dalam salah satu dongeng orang Banjar dianggap
sebagai simbol kecerdikan karena ular lidi yang kecil itu gagah
dan cerdik namun berbisa. Bentuknya mirip hiris pudak, tetapi
berganda dua dan tidak patah-patah, tetapi melengkung dengan
garis vertikal dan bervariasi.
2.4.14. Mayang Murai
Gambar 18. Motif Mayang Murai
Sumber: Syamsiar seman, Sasirangan Kain Khas Kalimantan Selatan.
Peranan mayang pinang sangat penting dalam acara
badudus, suatu adat orang Kalimantan Selatan sejak jaman
dahulu. Mayang marai setelah dicelupkan ke dalam air yang
seseorang yang dimandikan sejak dari atas kepala hingga
sekujur badan wanita, terutama kedua orang mempelai yang
akan bersanding.
2.4.15. Naga Balimbur
Gambar 19. Motif Naga Balimbur
Sumber: Syamsiar seman, Sasirangan Kain Khas Kalimantan Selatan.
Sebuah dongeng orang Kalimantan Selatan yang
menceritakan tentang naga sedang bermandi-mandi ditengah
sungai pada waktu pagi. Dengan riangnya sang naga itu mandi
sembil berjemur dengan cahaya matahari yang bersinar dengan
cerah. Keadaan itu menggambarkan sabagai suatau suasana
yang menyenangkan atau mengembirakan.
2.4.16. Dara Manginang
Dara manginang atau dengan istilah Kalimantan Selatan
Galuh Manginang adalah seorang gadis Kalimantan Selatan
yang baru belajar makan sirih, sehingga air liur yang merah
karena gambir sampai meleleh keluar bibir. Akibatnya bibir
inilah yang memberi nama motif warna Sasirangan yang “habang
tarang” atau merah menyala. Motif gambarnya kadang-kadang
tidak jelas atau abstrak, namun yang lebih menonjol adalah
warnanya yang merah menyala.
2.4.17. Turun Dayang
Tidak jauh berbeda dengan dara manginang, maka motif
turun dayang ini juga sering berkomposisi yang abstrak atau tidak
jelas. Tetapi turun dayang bisa dengan tata tiga warna yang
utama yaitu merah, kuning, dan hijau.
2.4.18. Ramak Sahang
Gambar 20. Motif Ramak Sahang
Sumber: Syamsiar seman, Sasirangan Kain Khas Kalimantan Selatan.
Sahang adalah nama salah satu rempah-rempah dapur
dengan istilah Kalimantan Selatan yang berati merica. Ramak
adalah hancur, karena sahang digilas dengan ulak diatas cobek.
Motif ramah sahang ini adalah dari motif hiris pudak yang
2.4.19. Gelombang
Gambar 21. Motif Gelombang
Sumber: Syamsiar seman, Sasirangan Kain Khas Kalimantan Selatan.
Terjadinya gelombang air dilaut sebagai akibat dari
adanya angin yang bertiup kencang atau lembutnya angin yang
bertiup tersebut menyebabkan besar kecilnya gelombang air.
Gelombang tersebut dijadikan ibarat kehidupan manusia, yang
kadang-kadang menemukan gelombang, yang menuntut adanya
keuletan dan kesabaran dalam menghadapi kehidupan.
2.4.20. Daun Katu
Gambar 22. Motif Daun Katu
Sumber: Syamsiar seman, Sasirangan Kain Khas Kalimantan Selatan.
Tanaman sekitar rumah dikenal adanya katu yang
tingginya sekitar satu sampai dua meter, memiliki daun yang
berganda, dengan warna hijau tua. Pucuk daun katu sering
yang menyusui anaknya, sayur daun katu dapat memperbanyak
ASI, sehingga bernilai manfaat.
2.5. Pengertian Kampanye
Rogers dan Storey (seperti dikutip Venus, 2004, h.7)
mendefenisiskan kampanye sebagai “serangkaian tindakan komunikasi
yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah
besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu
tertentu”.
2.6. Jenis-jenis Kampanye
Charles U. Larson (seperti dikutip Venus, 2004, h.11) membagi
jenis kampanye ke dalam tiga kategori yaitu :
1. Product-oriented campaign atau kampanye yang berorientasi pada
produk umumnya terjadi dilingkungan bisnis. Istilah lain yang sering
dipergunakan dengan kampanye jenis ini adalah commercial
campaign atau corporate campaign.
2. Candidate-oriented campaigns atau kampanye yang berorientasi
pada kandidat umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih
kekuasaan politik. Karena itu jenis kampanye ini dapat pula disebut
sebagai political campaigns (kampanye politik).
3. Ideological or cause oriented campaigns adalah jenis kampanye
yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan
Kampanye kain sasirangan termasuk jenis Ideological or cause
oriented campaigns, karena kampanye kain sasirangan berorientasi
pada tujuan melestarikan kebudayaan dan merupakan kasus dalam
perubahan sosial.
2.7. Khalayak Sasaran
Sasaran dari perancangan ini ditujukan kepada masyarakat
Kalimantan Selatan yang bertujuan menjadiakan kain sasirangan
sebagai produk lokal dan unggulan Kalimantan Selatan dan sekaligus
melestarikannya.
a. Demografis
1. Masyarakat, mulai dari anak muda sampai orang dewasa
• Target Primer: Remaja dan orang dewasa (17 tahun – 45
tahun). Dipilih karena pada saat umur tersebut masyarakat
sangat banyak melakukan tindakan sosial contohnya:
berkumpul bersama teman-teman dan jalan-jalan,sehingga
proses diharapkan kampanye berjalan lancar.
2. Status Ekonomi Sosial: semua kalangan
Semua kalangan dipilih karena sasirangan milik penduduk
b. Geografis
Berdasarkan lokasi yang akan dibuat tempat kampanye
adalah Kalimantan Selatan, terutama di perkotaan.
c. Psikografis
• Masyarakat yang sudah mulai memiliki sifat menerima, mengerti
dan lebih menghargai berbagai informasi.
• Masyarakat yang memiliki ketertarikan pada kebudayaan.
• Masyarakat yang mulai merasa ingin tahu secara detail
BAB III
STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL
3.1. Strategi Komunikasi
Perancangan komunikasi visual ini menyampaikan kain
sasirangan adalah kain yang merupakan salah satu produk budaya dan
unggulan Kalimantan Selatan selain mandau (senjata khas Kalimantan
Selatan), melalui konsep desain yang bisa menarik perhatian
masyarakat. Dalam perancangan suatu karya desain pemilihan elemen
tipografi, ilustrasi dan warna sangatlah penting kedudukannya sehingga
harus dipikirkan dan direncanakan dengan baik karena dapat
mempengaruhi karya desain tersebut.
Bahasa yang digunakan dalam kampanye ini menggunakan
bahasa Indonesia yang jelas yang bertujuan agar pesan yang
disampaikan diterima dengan baik.
3.1.1. Tujuan Komunikasi
Strategi komunikasi yang bersifat informatif dan persuasif
tersebut dapat menimbulkan rasa kecintaan terhadap
kebudayaan Kalimantan Selatan, tidak hanya untuk membeli dan
mengenakan kain Sasirangan selain itu untuk menjaga
3.1.2. Materi Pesan
Materi pesan yang ingin disampaikan dalam kampanye ini
yaitu menginformasikan tentang sasirangan adalah kain yang
merupakan salah satu produk budaya dan unggulan Kalimantan
Selatan yang harus dilestarikan.
Pesan tersebut dibuat sedemikian rupa dan semenarik
mungkin lewat tagline, headline, visual, logo dan semua
komponen yang terdapat pada media-media kampanye agar
lebih efektif penyampaiannya dan mudah diingat. Dalam
penyampaiannya agar mudah diingat maka menggunakan
pendekatan metafora yang mengumpamakan kain sasirangan
sebagai hewan yang akan punah. Maka kata kunci yang
dipergunakan yaitu “PUNAH”.
Dengan kualitas pesan yang melalui pendekatan mental
khususnya emosi khalayak sasaran diharapkan lebih efektif.
Karena dengan pendekatan emosi, pesan dapat lebih dimengerti
dengan sifat pesan yang serius. Sifat pesan serius dimaksudkan
agar memperlihatkan seberapa pentingnya kain sasirangan ini.
Diibaratkan keadaan saat ini akan punah.
“Melindungi Sasirangan” menjadi headline sekaligus judul
kampanye, karena hanya dengan melindungi kita dapat
mencegah kepunahan. Tagline diambil peribahasa “Harimau
Yang artinya seseorang manusia akan diingat jasa-jasanya atau
kesalahan-kesalahannya.
Subtagline “Lestarikan Sasirangan Sebelum Menjadi
Sejarah” merupakan tindakan yang diharapkan dari kampanye
ini.
3.2. Strategi Kreatif
Strategi kreatif dalam kampanye kain Sasirangan ini
menggunakan bahasa Indonesia yang bertujuan agar pesan yang
disampaikan diterima dengan baik dan jelas. Pendekatan komunikasinya
berupa tampilan yang bersifat ajakan, menginformasikan tentang
Sasirangan adalah kain yang merupakan salah satu produk budaya dan
unggulan Kalimantan Selatan yang harus dilestarikan. Semua itu
disatupadukan dan disusun secara menarik dan disesuaikan dengan
pesan yaitu menginformasikan kelebihan yang ditawarkan bahwa kain
Sasirangan salah satu produk kebudayaan Indonesia. Ini diharapkan
agar menarik target kampanye untuk mau melindungi, menghargai dan
melestarikannya.
3.2.1. Pendekatan Visual
Pendekatan visual yang akan ditampilkan dalam media
kampanye ini adalah fotografi yang telah mengalami proses
komputerisasi yang digabungkan dengan elemen-elemen desain
untuk memberikan pesan yang ingin disampaikan dari
potensi-potensi yang ada di kain Sasirangan.
Menggunakan pendekatan metafora yang menganggap
kain sasirangan adalah hewan yang harus dilindungi. Pemilihan
hewan sebagai visual ialah zebra, iguana dan burung elang
borneo.
Gambar 23. Pendekatan Visual
Iguana dan elang borneo adalah hewan yang ada di
Kalimantan Selatan, sedangkan zebra dipilih karena hewan zebra
sudah banyak dikenal dan juga sangat eksotik.
Hewan yang bermotif sasirangan adalah hewan-hewan
yang dari alam telah memiliki motifnya sendiri, dan dimanipulasi
sehingga mirip dengan kain sasirangan, jadi bukan diberikan motif
3.3. Strategi Media
3.3.1. Pemilihan Media
Untuk menyampaikan isi pesan yang informatif dan tepat
kepada khalayak sasaran kampanye yang dituju dan mencapai
tujuan yang diharapkan, serta mempertimbangkan sistem
strategi komunikasi yang dibuat.
a. Media Utama
Media utama yang digunakan dalam perancangan
kampanye ini yaitu : Billboard
Billboard merupakan media utama yang dipilih, untuk
mengkampanyekan kain sasirangan yang berisi lebih
banyak visual dan dengan menggunakan headline yang
memiliki penekanan begitu kuat terhadap pelestarian dan
melindungi kain Sasirangan sebagai hasil kebudayaan
Indonesia kepada masyarakat Indonesia.
Tujuan memakai media billboard sebagai media
utamanya yaitu agar dapat dilihat oleh masyarakat umum
terutama oleh target sasaran kampanye ini yaitu kalangan
remaja ke atas yang sebagian besar menghabiskan waktu
di luar rumah dan menghabiskan waktu berkumpul dan
b. Media Pendukung
Sebagai media pendukung kampanye ini yaitu poster, neon
box, pembatas jalan, merchandise (stiker dan bross), paper
bag, X-banner, t-shirt, mobile-ad, koran, flashdisk, case hp,
sarung bantal, dompet, hanger, ambient fitting room dan
jejaring sosial Facebook.
3.3.2 Pertimbangan Media
Media yang digunakan atau dipilih yaitu media yang biasa
dijumpai dengan target kampanye, baik secara tempat
pendistribusian atau kebiasaannya, sehingga pesan dan informasi
yang disampaikan dapat membujuk target kampanye secara
perlahan. Selain itu melalui pertimbangan bahwa media tersebut
dapat saling menutupi kelemahan media yang satu dengan yang
lain untuk dapat memberikan informasi yang efektif.
3.3.3 Penyebaran Media
Penyebaran media merupakan hal yang sangat penting
untuk memastikan informasi dalam kampanye ini dapat berjalan
dengan baik dan tersampaikan dengan tepat pada khalayak
sasaran.
Tempat penyebaran media khususnya dilakukan di
di sekitar wilayah Kalimantan Selatan. Tempat penyebaran media
ini dipilih karena sifat kampanyenya yang masih mengutamakan
wilayah-wilayah yang masih ada di sekitar wilayah penjualan kain
Sasirangan.
3.3.3.1. Jadwal Penyebaran Media
Menginformasikan Persuasi
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
Apl Mei Jun Jul Ags
Tabel 1 Jadwal Penyebaran Media
3.4 Konsep Visual
Konsep visual dalam kampanye ini secara garis besar
memunculkan kesan punah, elegan dan simpel, tetapi masih terdapat
unsur-unsur etnik yang bisa mewakili kebudayaan dari kain Sasirangan
itu sendiri. Kesan elegan dimaksudkan untuk mengangkat citra modern
Gambar 24. Konsep Visual
3.4.1. Format Desain
Pertimbangan dari pemilihan dua format desain ini adalah:
Format portrait lebih menonjolkan visual, agar dapat menarik
perhatian para khalayak sasaran yang melihat. Format landscape
lebih mengutamakan banyaknya informasi yang ditampilkan.
3.4.2. Layout
Penataan elemen-elemen desain grafis yang muncul dalam
visualisasi kampanye ini akan dikomposisikan dengan tidak terlalu
penuh dan sesak sehingga dapat terlihat kesan yang elegan dan
sederhana tetapi juga mempertimbangkan sisi arah baca.
Komposisi pun disesuaikan dengan format desain yang digunakan
3.4.3 Tipografi
Jenis huruf yang digunakan pada perancangan media ini
menggunakan jenis huruf Sagoe Print dan Tw Cen Condensed
Extra Bold, sesuai dengan konsep dari kampanye tersebut yaitu
elegan dan eksklusif.
Huruf-huruf yang digunakan baik pada logo kampanye,
hedline text, tagline, maupun foot texs tetap mengutamakan
unsur-unsur keterbacaan, sehingga informasi yang disampaikan dapat
diterima dengan jelas.
Pada logo kampanyenya menggunakan jenis huruf Sagoe
print, sedangkan pada hedline text, tagline, maupun foot texs,
menngunakan jenis huruf Tw Cen Condensed Extra Bold, karena
selaras dengan motif kain sasirangan yang mempunyai alur-alur
dalam motifnya.
3.4.4. Warna
Warna merupakan unsur visual yang memiliki peran penting
dalam sebuah desain karena menciptakan suatu kesan dan dapat
diinterpretasikan kedalam bentuk energi. Melalui kesan inilah
warna dapat mempengaruhi pikiran dan emosi seseorang, dan
tidak hanya dapat membangkitkan selera tetapi juga dapat
mempengaruhi pendapat atau penilaian dari seseorang yang
melihatnya.
Tabel 2. Warna
Pemilihan warna ini muncul karena sebagian besar motif
sasirangan mempunyai warna-warna dominan seperti warna putih,
Banjar sasirangan pun mengenal pengertian warna contohnya,
warna hitam melambangkan dengan kegaiban serta kematian.
Warna merah dam sasirangan diumpamakan dengan semangat,
berani dan tegas. Setra kuning dipakai untuk melambangkan
keagamaan dan keagungan.
3.4.5. Fotografi
Fotografi yang digunakan pada kampanye ini berupa
fotografi yang telah melalui proses komputerisasi, dengan
tampilan yang yang bersifat mengajak dan menginformasikan kain
Sasirangan sebagai produk kebudayaan Kalimantan Selatan
selanjutnya didukung oleh elemen estetis lain yang dapat
memperkuat gagasan visual yang muncul. Sehingga nantinya
menjadi suatu komposisi yang menarik untuk menyampaikan
BAB IV
MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI
Dalam penyampaian informasi dibutuhkan sebagai sarana,
media-media dipakai berdasarkan pada fungsi yang sesuai agar informasi yang
disampaikan bisa tepat sasaran. Dalam penyampaian pesan kepada
masyarakat media yang digunakan adalah;
4.1. Billboard Sebagai Media Utama
Gambar 26. Tampilan Billboard
Ukuran dan teknis produksi :
1. Ukuran : Potrait (8 m x 5 m), Landscape (7 m x 3,5 m)
2. Bahan : Flexsi
3. Teknis produksi : Digital printing
4.2. Media Pendukung 4.2.1. Poster
Gambar 27. Tampilan Poster
Ukuran dan teknis produksi :
1. Ukuran : 29,7 cm x 42 cm
2. Bahan : Art paper
3. Teknis produksi : Cetak offset
4.2.2. Neon Box
Gambar 28. Tampilan Neon Box
Ukuran dan teknis produksi :
1. Ukuran : 180 cm x 80 cm
2. Bahan : Frontlite
3. Teknis produksi : Digital printing outdoor
4.2.3. Pembatas Jalan
Gambar 29. Tampilan Pembatas Jalan
Ukuran dan teknis produksi :
1. Ukuran : 120 cm x 40 cm
2. Bahan : Water proof stiker
3. Teknis produksi : Digital printing outdoor
4.2.4. Merchandise (stiker dan bros)
Gambar 40. Tampilan Stiker dan Bros
Ukuran dan teknis produksi :
1. Ukuran : Bros (3 cm x 3 cm), stiker (7 cm x 2,5 cm)
2. Bahan : Kertas stiker laminasi
4.2.5. Paper Bag
Gambar 31. Tampilan Paper Bag
Ukuran dan teknis produksi :
1. Ukuran : panjang 21 cm x tinggi 29 cm x lebar 10 cm
2. Bahan : Art paper 206 gram
4.2.6. X-banner
Gambar 32. Tampilan X-banner
Ukuran dan teknis produksi :
1. Ukuran : 60 cm x 160 cm
2. Bahan : Fronlite super flex
3. Teknis produksi : Digital printing
4.2.7. T-Shirt
Gambar 33. Tampilan T-Shirt
Ukuran dan teknis produksi :
1. Bahan : Kain combed
4.2.8. Mobile-ad
Gambar 34.Tampilan Mobile-ad
Ukuran dan teknis produksi :
1. Bahan : Stiker vinil teknis
2. Teknis produksi : Digital printing
4.2.9. Koran
Gambar 35. Tampilan Koran
Ukuran dan teknis produksi :
1. Ukuran :13 cm x 23 cm
2. Bahan : Menyesuaikan koran
3. Teknis produksi : Cetak offset
4.2.10. Flshdisk
Gambar 36. Tampilan Flashdisk
Ukuran dan teknis produksi :
1. Ukuran : 1 cm x 4,5 cm
2. Bahan : Ketas stiker laminasi
4.2.11. Case hp
Gambar 37. Tampilan Case hp
Ukuran dan teknis produksi :
1. Ukuran : 4,8 cm x 9,8 cm
2. Bahan : Kertas stiker laminasi
3. Teknis produksi : Digital printing
4.2.12. Jejaring Sosial (Facebook)
Gambar 38. Tampilan Jejaring (Facebook)
Ukuran dan teknis produksi :
1. Dimensi : 1354 pixel x 2403 pixel
4.2.13. Hanger Baju
Gambar 39. Tampilan Hanger Baju
Ukuran dan teknis produksi :
1. Ukuran : 11 cm x 30 cm
2. Bahan : Ackrilik
4.2.14. Kaca FittingRoom
Gambar 40. Tampilan Fitting Room
Ukuran dan teknis produksi :
1. Ukuran : Menyesuaikan ukuran kaca Fitting Room
2. Bahan : Kertas Stiker transparan
4.2.15. Sarung Bantal Kecil
Gambar 41. Tampilan Sarung Bantal Kecil
Ukuran dan teknis produksi :
1. Ukuran : 44 cm x 42 cm
2. Bahan : Banner Cloth
DAFTAR PUSTAKA
Budi Wiryawan, Mendiola. 2008. Kamus Brand. Jakarta: Red & White
Publishing.
Haloho, Ronaek. 2010. Tugas Akhir: Perancangan Media Kampanye Kain
Ulos Batak Toba.
Kamila, Mika. 2008. Ragam Kain Tradisional Nuasantara. Jakarta: Bee Media
Indonesia.
Pemerintah Provensi Kalimantan Selatan (26 febuari 2011) Kain Sasirangan
Belum Menjadi ‘Tuan’ Rumah Sendiri. Tersedia di:
http://www.kalselprov.go.id/berita/kain-sasirangan-belum-jadi-tuan-rumah-di-daerah-sendiri [13 April 2011]
Poespo. 2005. Puspa Ragam Busana Pemilihan Ragam Bahan Tekstil.
Seman, Syamsiar. 2007. Sasirangan Kain Khas Banjar. Banjarmasin:
Lembaga Pengkajian dan Pelesatarian Budaya Banjar Kalimantan
Selatan.
Werdiono (2011, febuari 11) Pengusaha Kain Sasirangan Banjarmasin