• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT WARNA DAN PENGUNCIAN WARNA PADA KAIN BATIK SEBAGAI USAHA MENGURANGI INTERAKSI DENGAN ZAT KIMIA DAN MEMPERBAIKI POSTUR KERJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT WARNA DAN PENGUNCIAN WARNA PADA KAIN BATIK SEBAGAI USAHA MENGURANGI INTERAKSI DENGAN ZAT KIMIA DAN MEMPERBAIKI POSTUR KERJA"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

ZAT WARNA DAN PENGUNCIAN WARNA PADA KAIN

BATIK SEBAGAI USAHA MENGURANGI INTERAKSI

DENGAN ZAT KIMIA DAN MEMPERBAIKI POSTUR KERJA

(Studi kasus di Perusahaan Batik Brotoseno, Masaran, Sragen)

Skripsi

ROSVITA FEBRINA DARANINDRA

I 1306018

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

SKRIPSI

PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN

ZAT WARNA DAN PENGUNCIAN WARNA PADA KAIN BATIK SEBAGAI USAHA MENGURANGI INTERAKSI DENGAN ZAT KIMIA DAN MEMPERBAIKI POSTUR KERJA

(Studi kasus di Perusahaan Batik Brotoseno, Masaran, Sragen)

ROSVITA FEBRINA DARANINDRA

I 1306018

SKRIPSI

PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN

ZAT WARNA DAN PENGUNCIAN WARNA PADA KAIN BATIK SEBAGAI USAHA MENGURANGI INTERAKSI DENGAN ZAT KIMIA DAN MEMPERBAIKI POSTUR KERJA

(Studi kasus di Perusahaan Batik Brotoseno, Masaran, Sragen)

ROSVITA FEBRINA DARANINDRA I 1306018

2010

(3)

commit to user

PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN

ZAT WARNA DAN PENGUNCIAN WARNA PADA KAIN

BATIK SEBAGAI USAHA MENGURANGI INTERAKSI

DENGAN ZAT KIMIA DAN MEMPERBAIKI POSTUR KERJA

(Studi kasus di Perusahaan Batik Brotoseno, Masaran, Sragen)

Skripsi

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

ROSVITA FEBRINA DARANINDRA

I 1306018

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(4)

commit to user

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi:

PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN

ZAT WARNA DAN PENGUNCIAN WARNA PADA KAIN

BATIK SEBAGAI USAHA MENGURANGI INTERAKSI

DENGAN ZAT KIMIA DAN MEMPERBAIKI POSTUR KERJA

(Studi kasus di Perusahaan Batik Brotoseno, Masaran, Sragen)

Ditulis oleh:

ROSVITA FEBRINA DARANINDRA I 1306018

Mengetahui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Rahmaniyah Dwi Astuti, ST, MT Ilham Priadythama, ST, MT NIP. 19760122 199903 2 001 NIP. 19801124 200812 1 002

Ketua Program S-1 Non Reguler Jurusan Teknik Industri

Fakultas Teknik UNS

Taufiq Rochman, STP, MT NIP 19701030 199802 1 001

Pembantu Dekan I Ketua Jurusan

Fakultas Teknik UNS Teknik Industri

(5)

commit to user

LEMBAR VALIDASI

Judul Skripsi:

PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN

ZAT WARNA DAN PENGUNCIAN WARNA PADA KAIN

BATIK SEBAGAI USAHA MENGURANGI INTERAKSI

DENGAN ZAT KIMIA DAN MEMPERBAIKI POSTUR KERJA

(Studi kasus di Perusahaan Batik Brotoseno, Masaran, Sragen)

Ditulis oleh:

ROSVITA FEBRINA DARANINDRA I 1306018

Telah disidangkan pada hari Rabu tanggal 27 Oktober 2010

Di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta,

dengan

Dosen Penguji :

1. Ir. Susy Susmartini, MSIE. NIP. 19530101 198601 2 001

2. Taufiq Rochman, STP, MT NIP. 19701030 199802 1 001

Dosen Pembimbing :

1. Rahmaniyah Dwi Astuti, ST, MT NIP. 19760122 199903 2 001

(6)

commit to user

SURAT PERNYATAAN

ORISINALITAS KARYA ILMIAH

Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri UNS yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Rosvita Febrina Daranindra

Nim : I 1306018

Judul tugas akhir : Perancangan Alat Bantu Proses Pencelupan Zat Warna

Dan Penguncian Warna Pada Kain Batik Sebagai Usaha

Mengurangi Interaksi Dengan Zat Kimia Dan

Memperbaiki Postur Kerja. (Studi kasus di Perusahaan

Batik Brotoseno, Masaran, Sragen).

Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun tidak

mencontoh atau melakukan plagiat dari karya tulis orang

lain. Jika terbukti bahwa Tugas Akhir yang saya susun

mencontoh atau melakukan plagiat dapat dinyatakan

batal atau gelar Sarjana yang saya peroleh dengan

sendirinya dibatalkan atau dicabut.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila

dikemudian hari terbukti melakukan kebohongan maka saya sanggup

menanggung segala konsekuensinya.

Surakarta, 1 November 2010

Rosvita Febrina Daranindra

(7)

commit to user

SURAT PERNYATAAN

PENYUSUNAN KARYA ILMIAH

Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri UNS yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Rosvita Febrina Daranindra

Nim : I 1306018

Judul tugas akhir : Perancangan Alat Bantu Proses Pencelupan Zat Warna

Dan Penguncian Warna Pada Kain Batik Sebagai Usaha

Mengurangi Interaksi Dengan Zat Kimia Dan

Memperbaiki Postur Kerja. (Studi kasus di Perusahaan

Batik Brotoseno, Masaran, Sragen).

Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun sebagai syarat

lulus Sarjana S1 disusun secara bersama-sama dengan Pembimbing 1 dan

Pembimbing 2. Bersamaan dengan syarat pernyataan ini bahwa hasil penelitian

dari Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun bersedia digunakan untuk

publikasi dari proceeding, jurnal, atau media penerbit lainnya baik di tingkat

nasional maupun internasional sebagaimana mestinya yang merupakan bagian

dari publikasi karya ilmiah

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Surakarta, 1 November 2010

Rosvita Febrina Daranindra

(8)

commit to user

KATA PENGANTAR

Segala puji, hormat dan syukur hanya bagi Tuhan, karena segala sesuatu

adalah dari Dia, oleh Dia dan hanya bagi Dia. Hanya dengan anugerah dan

penyertaanNya akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan Skripsi dengan

judul “Perancangan Alat Bantu Proses Pencelupan Zat Warna Dan Penguncian

Warna Pada Kain Batik Sebagai Usaha Mengurangi Interaksi Dengan Zat Kimia

Dan Memperbaiki Postur Kerja. (Studi kasus di Perusahaan Batik Brotoseno,

Masaran, Sragen)”. Dalam pelaksanaan maupun penyusunan laporan skripsi ini,

penulis telah mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu,

penulis mengucapkan terima kasih dan rasa hormat kepada:

1. Tuhan Jesus Kristus yang telah memberikan anugerah, mukjizat serta

penyertaan dalam menyelesaikan skripsi ini

2. Ir. Noegroho Djarwanti, MT., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ir. Lobes Herdiman, MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

4. Rahmaniyah Dwi Astuti, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing I atas segala

bimbingan, kesabaran, bantuan dan waktu yang tak ternilai harganya.

5. Ilham Priadythama, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing II atas segala

bimbingan, kesabaran, bantuan dan waktu yang tak ternilai harganya.

6. Ir. Susy Susmartini, MSIE., selaku Dosen Penguji I dan Pembimbing

Akademik, atas semua masukan dan bimbingan yang diberikan.

7. Taufiq Rochman, STP, MT., selaku Dosen Penguji II atas semua masukan

yang diberikan.

8. My amazing family, mama, eyang kung-ti, oma-opa, dek Rana, dek Fira yang telah memberikan doa, semangat, dukungan, pengertian, dan cinta sehingga

penulis dapat menyelesaikan semuanya. Aku sayang kalian semua.

9. Bulik Ana, Om Nug, Om Pran, Om Eq dan seluruh keluarga besarku yang ada

di Karanganyar, Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Semarang, terima kasih atas

(9)

commit to user

10.Kakakku Johanes, yang senantiasa memberikan aku doa, semangat, cinta,

motivasi, bantuan, dan dukungan untuk segera menyelesaikan semuanya.

Trimakasih kak buat kebersamaan ini, semoga ini jadi yang terbaik.

11.Keluarga besar Batik Brotoseno atas waktu penelitian yang diberikan dan

pembelajaran yang luar biasa selama penelitian.

12.Sari, Asti, Mas Aang, Ririn, Rezky, terima kasih atas motivasi, semangat, dan

bantuan kalian selama ini. Maaf kalo sudah banyak merepotkan. Semoga

persahabatan ini akan terus terjaga.

13.Keluarga besar Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi, atas

persahabatan, pembelajaran dan kerja sama yang luar biasa selama ini.

Semoga persahabatan ini akan terus terjaga walau jarak dan waktu sudah

memisahkan kita.

14.Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tutik, dan Pak Agus atas bantuan yang

diberikan dalam hal administrasi.

15.Teman-teman seperjuangan Teknik Industri angkatan 2006. Terima kasih atas

persaudaraan dan kasih yang kalian berikan selama ini. Semoga kisah kita

akan terus abadi walau jarak dan waktu memisahkan kita.

16.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas

segala bimbingan, bantuan, kritik, dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa maupun

siapa saja yang membutuhkannya. Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir

ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu, penulis menerima segala saran dan

kritik yang membangun.

Surakarta, 1 November 2010

(10)

commit to user

ABSTRAK

Rosvita Febrina Daranindra, NIM: I 1306018. PERANCANGAN ALAT BANTU PROSES PENCELUPAN ZAT WARNA DAN PENGUNCIAN WARNA PADA KAIN BATIK SEBAGAI USAHA MENGURANGI INTERAKSI DENGAN ZAT KIMIA DAN MEMPERBAIKI POSTUR KERJA (Studi kasus di Perusahaan Batik Brotoseno, Masaran, Sragen). Skripsi. Surakarta : Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Oktober 2010.

Pada produksi batik tulis di Perusahaan Batik “Brotoseno”, tiga orang pekerja pada proses pencelupan zat warna dan penguncian warna mengalami iritasi akibat interaksi dengan zat kimia. Operator juga harus mencelupkan kain batik dengan posisi berdiri membungkuk. Akibat dari aktivitas ini terdapat banyak keluhan yang ditunjukkan melalui hasil wawancara dan kuesioner NBM. Nilai resiko yang tinggi juga didapatkan dalam evaluasi postur kerja dengan menggunakan RULA. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan rancangan alat bantu yang dapat memperbaiki postur kerja dan mengurangi interaksi dengan zat kimia pada proses pencelupan zat warna dan penguncian warna.

Tahap pertama identifikasi keluhan dan harapan operator melalui wawancara dan hasilnya diterjemahkan menjadi kebutuhan dan menjadi konsep perancangan alat. Tahap kedua adalah penentuan fitur dan ide perancangan. Tahap ketiga pengambilan data antropometri pekerja. Tahap keempat spesifikasi detail perancangan. Tahap kelima perhitungan beban yang ditanggung operator. Tahap akhirnya adalah perhitungan RULA pada hasil perancangan. Penelitian ini juga memasukkan estimasi biaya.

Hasil penelitian ini adalah desain alat bantu yang dapat mengurangi interaksi operator dengan zat kimia, serta perbaikan pada postur kerja yang ditunjukkan melalui hasil evaluasi RULA. Produk ini akan dibuat dengan proyeksi biaya sebesar Rp 4.105.000,00.

Kata kunci: Alat bantu, batik, pencelupan dan penguncian warna, RULA xix + 115 halaman; 56 gambar; 30 tabel; 6 lampiran

(11)

commit to user

ABSTRACT

Rosvita Febrina Daranindra, NIM: I 1306018. THE DESIGN OF AIDEDTOOL FOR BATIK DYEING PROCESS AND COLOR LOCKING IN ORDER TO REDUCE CHEMICAL SUBSTANCE INTERACTION AND TO IMPROVE WORKING POSTURE (Case Study: Batik Brotoseno Company, Masaran, Sragen). Final Assignment. Surakarta: Department of Industrial Engineering, Faculty of Engineering, Universitas Sebelas Maret, October 2010.

In the area of batik production in Batik Brotoseno Company, the three worker did the dyeing process and locking dye color with irritated chemicals substance interacting. Operators also have to dip the batik with a bended standing position. As a result of this activity there are many complaints these were shown through interviews and questionnaires NBM. High risk value is also obtained in the evaluation of working posture using RULA. The purpose of this research was to produce design tool which can improve working posture and reduce interaction with chemicals in the dyeing process and locking the color.

The former stage of this research is the identification of complaint and expectations of the operator through the interviews. Then the result was translated into the need and the concept of design tools. The second stage is the determination of the features and design ideas. The third stage is detailed design specification generation. The fifth stage is the calculation of the burden borne by the operator. The finally stage is calculations of RULA design. This research also included cost estimation.

The results of this study is the design of aided tool that can reduce the operator interaction with the chemical, as well as improvements in working posture demonstrated by the results of the RULA evaluation. This product would also be promising with the projecting cost of Rp 4.105.000,00.

Keywords: Aided tool, batik, dyeing and color locking, RULA xix+ 115 pages, 56 pictures, 30 tables, 6 appendices

(12)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR VALIDASI

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

KATA PENGANTAR ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

1.2 Perumusan Masalah

1.3 Tujuan Penelitian

1.4 Manfaat Penelitian

1.5 Batasan Masalah

1.6 Asumsi Penelitian

1.7 Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Umum Perusahaan Batik Brotoseno

2.1.1. Profil Perusahaan

2.1.2. Jenis-Jenis Batik

2.1.3. Bahan Baku Pembuatan Batik Tulis

2.1.4. Peralatan Pembuatan Batik Tulis

2.1.5. Proses Produksi Batik Tulis

2.1.6. Zat Pewarna Batik

(13)

commit to user

2.2. Bahaya Bahan Kimia Di Tempat Kerja

2.2.1. Interaksi Bahan Kimia

2.2.2. Proses Zat Kimia Dalam Tubuh

2.2.3. Efek Terhadap Kesehatan

2.2.4. Prinsip Pencegahan/Pengendalian Bahan Kimia

2.3. Pengertian Ergonomi

2.3.1. Desain Dan Ergonomi

2.3.2. Pendekatan Ergonomis Dalam Perancangan Desain

Kerja

2.3.3. Desain Stasiun Kerja Dan Sikap Kerja Berdiri

2.4. Nordic Body Map (NBM) 2.5. Antropometri dalam Ergonomi

2.5.1. Pengertian Antropometri

2.5.2. Faktor Penyebab Variabilitas Ukuran Tubuh

Manusia.

2.5.3. Dimensi Anthropometri Umum

2.5.4. Aplikasi Data Antropometri dalam Perancangan

Produk/Fasilitas Kerja

2.6. Metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA)

2.7. Mekanika Konstruksi

2.7.1. Statika

2.7.2. Gaya

2.7.3. Massa Jenis

2.7.4. Berat Benda

2.8. Penelitian Sebelumnya

BAB III METODE PENELITIAN

3.1.Penentuan Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.Pengumpulan Data Bak Pencelup Kain Awal

3.3.Pengambilan Foto Postur Kerja Operator dan Perhitungan

RULA Awal

3.4.Wawancara Operator dan Pemberian Kuesioner Nordic

(14)

commit to user

Body Map

3.5.Identifikasi Keluhan, Harapan dan Kebutuhan Operator

3.6.Fitur dan Ide Rancangan

3.7.Pengumpulan Data Anthropometri Pekerja

3.8.Penentuan Spesifikasi Detail Perancangan

3.8.1 Detail Desain

3.8.2 Penentuan Spesifikasi Geometri Rancangan

3.8.3 Penentuan Material Perancangan

3.9. Penghitungan Beban Yang Ditanggung Operator

3.10. Perhitungan RULA pada Hasil Perancangan

3.11. Rancangan Akhir

3.12. Pembuatan Prototipe Hasil Rancangan

3.13. Estimasi Biaya

3.14. Analisa dan Interpretasi Hasil

3.15. Kesimpulan dan Saran

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1. Pengumpulan Data

4.1.1 Data Bak Pencelup Kain Batik Awal

4.1.2 Keperluan Perancangan Alat Bantu Pada Bak

Pencelup Kain

4.2. Pengolahan Data

4.2.1 Fitur dan Ide Rancangan

4.2.2 Data Antropomentri Pekerja

4.2.3 Penentuan Spesifikasi Detail Perancangan

4.2.4 Perhitungan Beban Yang Ditanggung Operator

4.2.5 Perhitungan RULA Pada Hasil Perancangan

4.2.6 Pembuatan Prototipe Hasil Rancangan

4.2.7 Estimasi Biaya Rancangan

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

5.1.Analisis Rancangan Alat Bantu

5.2.1 Detail Rancangan Alat Bantu

(15)

commit to user

5.2.2 Spesifikasi Geometri Alat Bantu

5.2.3 Material Perancangan

5.2.4 Usulan Bak Pencelup Kain

5.2.5 Prototipe Rancangan Alat Bantu

5.2.6 Kelebihan dan Kelemahan Alat Bantu

5.2.Analisis Beban yang Ditanggung Operator

5.3.Analisis Perbandingan Postur Kerja

5.4.Analisis Biaya

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan

6.2.Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Kuesioner Nordic Body Map

Hasil Kuesioner Nordic Body Map

Pertanyaan Terbuka

Hasil Perhitungan RULA

RULA Employee Assessment Worksheet

Perhitungan manual jangkauan tangan ke atas dan jangkauan

tangan ke bawah

V-2

V-3

V-4

V-4

V-7

V-9

V-9

V-11

VI-1

VI-1

VI-1

L-2

L-4

L-5

L-7

L-10

L-12

(16)

commit to user DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel 2.7 Tabel 2.8 Tabel 2.9 Tabel 2.10 Tabel 2.11 Tabel 2.12 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13

Kuesioner Nordic Body Map

Pengukuran dimensi tubuh

Skor bagian lengan atas (upper arm)

Skor bagian lengan bawah (Lower arm)

Skor pergelangan tangan (wrist)

Skor bagian leher (Neck)

Skor bagian batang tubuh (Trunk)

Skor bagian kaki (Legs)

Score Grup A

Score Grup B Grand score

Kategori tindakan berdasarkan grand score

Keluhan operator pada proses pencelupan

Harapan Operator

Keluhan, harapan dan kebutuhan operator

Fitur rancangan alat bantu

Ide rancangan alat bantu

Ide rancangan alat bantu (lanjutan)

Data Anthropometri Operator

Rekapitulasi hasil perhitungan data antropometri

Komponen penyusun alat bantu pencelup kain batik

Rekapitulasi ukuran alat bantu pencelup kain batik

Tabel Penilaian RULA pada postur awal untuk operator

terpendek

Tabel Penilaian RULA pada postur awal untuk operator

tertinggi

Tabel Penilaian RULA pada postur tubuh saat menarik

tongkat kendali

Tabel Penilaian RULA pada postur tubuh saat mengulur

(17)

commit to user

Tabel 4.14

Tabel 5.1

Tabel 5.2

Tabel 5.3

tongkat

Estimasi Biaya Rancangan

Perbandingan kondisi kerja awal dan setelah perancangan

Perbandingan hasil RULA sebelum dan sesudah

perancangan

Biaya Pembuatan Produk

IV-40

IV-42

V-2

V-10

(18)

commit to user DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Gambar 2.6 Gambar 2.7 Gambar 2.8 Gambar 2.9 Gambar 2.10 Gambar 2.11 Gambar 2.12 Gambar 2.13 Gambar 2.14 Gambar 2.15 Gambar 2.16 Gambar 2.17 Gambar 2.18 Gambar 2.19 Gambar 2.20 Gambar 2.21 Gambar 2.22 Gambar 2.23 Gambar 3.1 Gambar 3.1 Gambar 4.1 Gambar 4.2

Skema proses produksi batik

Skema design management

Nordic Body Map

Ukuran tubuh manusia yang sering digunakan untuk

merancang produk

Antropometri Struktural Posisi Berdiri dan Duduk

(a,b) Antropometri Fungsional/dinamis

Anthropometri untuk perancangan produk atau fasilitas

Postur tubuh bagian lengan atas (Upper arm)

Postur tubuh bagian lengan bawah (Lower arm)

Postur tubuh bagian pergelangan tangan (wrist)

Postur tubuh bagian leher (Neck)

Postur tubuh bagian batang tubuh (Trunk)

Sistem Penilaian RULA

Tumpuan rol

Tumpuan sendi

Tumpuan jepit

Sketsa prinsip statika kesetimbangan

Sketsa shearing force diagram

Sketsa normal force

Sketsa moment bending (+)

Landasan Sketsa moment bending (-)

Landasan arah kanan

Landasan arah kiri

Metode penelitian

Metode penelitian (Lanjutan)

Bak pencelup kain di Perusahaan Batik Brotoseno

(a) Bak Kayu (b) Tongkat penahan kain

(19)

commit to user Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6 Gambar 4.7 Gambar 4.8 Gambar 4.9 Gambar 4.10 Gambar 4.11 Gambar 4.12 Gambar 4.13 Gambar 4.14 Gambar 4.15 Gambar 4.16 Gambar 4.17 Gambar 4.18 Gambar 4.19 Gambar 4.20

(a) Bak tampak depan, (b) Bak tampak samping (c) Bak

tampak atas

Posisi pencelupan kain di bak kayu pada stasiun

pewarnaan (a) Pencelupan oleh operator ke-1

(b) Pencelupan oleh operator ke-2

Postur tubuh operator saat membersihkan bak kayu

Sketsa fitur rancangan alat bantu pada bak pencelup kain

batik

Sketsa usulan pada bak pencelup kain batik

Postur tubuh operator saat menjangkau ke atas dan ke

bawah

Usulan perbaikan pada ukuran dan pelapis bak (a)Posisi

keseluruhan bak pencelup kain (b) bak pencelup kain

tampak depan (c) bak pencelup kain tampak atas (d) bak

pencelup kain tampak samping

Desain rancangan alat bantu pencelup kain batik

Desain rancangan alat bantu tampak depan

Desain rancangan alat bantu tampak samping

Desain rancangan alat bantu tampak atas

Desain alat bantu pada bak pencelup kain batik (posisi

normal)

Desain alat bantu pada bak pencelup kain batik (posisi

tarikan maksimal)

Detail komponen alat bantu pada bak pencelup kain

Bill Of Materials

Kondisi pembebanan pada rancangan alat bantu

Diagram benda bebas pulley

Perbandingan posisi awal pengoperasian alat untuk

operator tertinggi dan terendah. (a) Operator terendah,

(b) Operator tertinggi

Perbandingan perhitungan sudut postur kerja pada posisi

(20)

commit to user Gambar 4.21 Gambar 4.22 Gambar 4.23 Gambar 4.24 Gambar 4.25 Gambar 4.26 Gambar 4.27 Gambar 4.28 Gambar 4.29 Gambar 4.30 Gambar 5.1 Gambar 5.2

awal pengoperasian alat. (a) Postur operator terpendek,

(b) Postur operator tertinggi

RULA Scoring untuk postur awal untuk operator tependek RULA Scoring untuk postur awal untuk operator tependek

Posisi pengoperasian alat saat menarik tongkat kendali

Perhitungan sudut postur kerja pada saat menarik tongkat

kendali

RULA Scoring untuk postur tubuh saat menarik tongkat kendali

Posisi pengoperasian alat saat mengulur tongkat kendali

Perhitungan sudut postur kerja pada saat mengulur tongkat

kendali

RULA Scoring untuk postur tubuh saat mengulur tongkat kendali

Prototipe Rancangan Alat Bantu

Prototipe Usulan Bak Pencelup Kain

Perbedaan antara Rancangan dan Miniatur Alat Bantu.

(a) Hasil Rancangan Alat Bantu (b) Hasil Miniatur Alat

Bantu

Stopper tongkat kendali pada miniatur alat bantu.

(21)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran L1.1

Lampiran L1.2

Lampiran L1.3

Lampiran L2.1

Lampiran L2.2

Lampiran L3.1

Kuesioner Nordic Body Map

Hasil Kuesioner Nordic Body Map

Pertanyaan Terbuka

Hasil Perhitungan RULA

RULA Employee Assessment Worksheet

Perhitungan manual jangkauan tangan ke atas dan

jangkauan tangan ke bawah

L-2

L-4

L-5

L-7

L-10

(22)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan beberapa hal pokok mengenai penelitian ini, yaitu

latar belakang penelitian, perumusan masalah yang diangkat, tujuan dan manfaat

penelitian yang dilakukan, batasan masalah dan asumsi, serta sistematika

pembahasan.

1.1 LATAR BELAKANG

Ergonomi merupakan disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam

kaitannya dengan pekerjaannya, untuk memanfaatkan informasi-informasi

mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu

sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem tersebut dengan

baik. Hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi, efektifitas dan produktivitas

kerja, serta dapat menciptakan sistem serta lingkungan kerja yang cocok, aman,

nyaman dan sehat.

Kabupaten Sragen merupakan salah satu sentra industri batik yang ada di

Karesidenan Surakarta. Perusahaan Batik “Brotoseno” merupakan salah satu

perusahaan batik yang terdapat di kabupaten ini. Perusahaan ini menghasilkan

kerajinan batik yang meliputi batik tulis, cap (full print), dan kombinasi. Di area

produksi batik tulis terdapat dua stasiun kerja yaitu pembatikan dan pewarnaan.

Dari penelitian awal yang dilakukan di stasiun pewarnaan, didapatkan informasi

bahwa di stasiun ini terdapat 3 orang operator, dengan jam kerja selama 7

jam/hari. Kegiatan pewarnaan dilakukan setiap hari, dengan jumlah kain yang

diwarnai sekitar 100 – 150 lembar/hari. Khusus pada saat proses pencelupan pada

zat warna dan penguncian warna, digunakan dua buah bak yang terbuat dari kayu

dengan bentuk dan mekanisme penggunaan yang sama. Berdasarkan pengamatan

terhadap metode kerja yang dilakukan, setiap proses harus dilakukan oleh dua

orang operator. Setiap operator akan memegang salah satu ujung kain, kemudian

operator akan mencelupkan kain secara bergantian dari ujung ke ujung. Untuk

setiap lembar kain, tiap operator harus mencelupkan tangan ke bak sebanyak 5 -

(23)

commit to user

membutuhkan minimal 2 orang operator, maka proses tidak akan berjalan secara

parallel dengan jumlah operator saat ini. Lebih jauh lagi jika hanya 1 operator

yang hadir, proses pewarnaan ini akan terhenti total.

Bak kayu pertama berisi zat pewarna kimia, sedangkan bak ke dua berisi

larutan pembangkit dan pengunci warna. Perusahaan ini lebih memilih

menggunakan pewarna kimia, karena pewarnaan dengan pewarna kimia memiliki

beberapa keunggulan yaitu waktu yang dibutuhkan untuk proses pewarnaan

menggunakan pewarna kimia lebih cepat dari pada menggunakan pewarna alami,

warna yang dihasilkan lebih cerah dan homogen, variasi warna lebih banyak,

harganya lebih murah, ketersediaan warna tidak terbatas dan batik dengan

pewarna kimia lebih stabil warnanya.Pewarna kimia yang digunakan terdiri dari 2

jenis yaitu zat warna napthol dan zat warna indigosol. Zat warna napthol

merupakan campuran dari Napthol, Turkis Red Oil (TRO), Kostik Soda (NaOH)

dan air. Sedangkan zat warna indigosol merupakan campuran dari Indigosol,

Natrium Nitrit (NaNO2), TRO, dan air. Pewarna napthol harus dibangkitkan dan

dikunci dengan larutan garam, sedangkan pewarna indigosol menggunakan

campuran Asam Klorida (HCL) dan air. Pada saat pencelupan di bak yang berisi

zat pewarna kimia, operator tidak dilengkapi dengan alat pelindung khusus,

sehingga tangan mereka harus berinteraksi langsung dengan dengan zat kimia,

sedangkan pada proses penguncian warna, operator dilengkapi alat pelindung

berupa sarung tangan plastik.

Berdasarkan wawancara dengan ketiga operator yang melakukan aktivitas

ini, operator mengeluhkan kulit tangan menjadi perih, gatal, panas dan

pecah-pecah setelah melakukan aktivitas ini. Kondisi ini tentu perlu dicermati, karena

membahayakan operator dan tidak memenuhi aspek K3. Berdasarkan buku

pedoman teknis upaya kesehatan kerja bagi perajin, pemaparan bahan-bahan

kimia terhadap kulit dapat mengakibatkan gangguan berupa iritasi serta allergi

dengan gejala gatal-gatal, kulit kering dan kemerah-merahan, dan pecah-pecah,

kerusakan kulit seperti ini akan memudahkan masuknya zat-zat kimia terutama

(24)

commit to user

proses pencelupan juga menyebabkan keluhan ketidaknyamanan pada operator.

Berdasarkan hasil Nordic Body Map (NBM) yang diberikan kepada operator, operator merasakan keluhan ketidaknyamanan di beberapa segmen tubuh yaitu

pada bagian leher, pundak, pinggang, pinggul, pergelangan tangan, jari-jari

tangan, serta paha.

Sedangkan berdasarkan postur tubuh operator pada saat mencelupkan kain

di bak, terdapat postur kerja yang mengindikasikan terjadinya cedera otot. Postur

kerja operator pada saat melakukan proses ini adalah berdiri dengan postur tubuh

membungkuk. Hal ini dibuktikan dengan identifikasi postur kerja pada posisi

operator saat proses pencelupan di bak dengan mengunakan metode Rapid Upper

Limb Assesment (RULA). Berdasarkan penilaian dengan menggunakan metode RULA didapatkan hasil bahwa postur operator pada saat proses pencelupan kain

di bak pencelup mendapat nilai 7 dengan level resiko sangat tinggi dan perlu

dilakukan perbaikan sekarang juga.

Berdasarkan hasil penelitian awal, untuk mengatasi masalah keluhan

akibat interaksi dengan zat kimia, ketidaknyamanan pada postur kerja, dan

sekaligus dapat meningkatkan utilitas operator, diperlukan perancangan alat bantu

pada bak pencelupan kain batik dengan memperhatikan aspek ergonomi. Sebagai

upaya untuk untuk mengurangi interaksi dengan zat kimia dan memperbaiki

postur kerja.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan

masalah dari penelitian ini yaitu bagaimana merancang alat bantu pada proses

pencelupan zat warna dan penguncian warna, untuk mengurangi interaksi dengan

zat kimia dan memperbaiki postur kerja para pekerja di Perusahaan Batik

“Brotoseno”.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu menghasilkan

(25)

commit to user

penguncian warna.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diberikan oleh penelitian ini adalah alat bantu yang

dirancang dapat memperbaiki keselamatan dan kesehatan kerja operator di stasiun

pewarnaan batik tulis, khususnya pada proses pencelupan zat warna dan

penguncian warna.

1.5 BATASAN MASALAH

Agar lingkup penelitan ini menjadi lebih jelas dan lebih fokus maka

diperlukan adanya pembatasan masalah. Adapun batasan masalah dari penelitian

ini, sebagai berikut:

1. Lebar maksimal kain batik yang digunakan untuk dasar perancangan alat

bantu adalah 1,15 m.

2. Pembahasan dari aspek mekanika teknik lebih mengutamakan ke masalah

mekanisme sistem dan interaksi gaya antara alat bantu dan operator, belum

membahas tentang kekuatan material.

1.6 ASUMSI PENELITIAN

Asumsi penelitian diperlukan untuk menyederhanakan permasalahan yang

diteliti. Adapun asumsi yang digunakan, sebagai berikut:

1. Keluhan operator murni karena adanya permasalahan kondisi kerja terkait

dengan keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Postur kerja yang dinilai adalah postur sesuai dengan kondisi kerja saat itu.

1.7 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan dibuat agar dapat memudahkan pembahasan

penyelesaian masalah dalam penelitian ini. Penjelasan mengenai sistematika

(26)

commit to user

Bab ini menguraikan berbagai hal mengenai latar belakang penelitian,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan

masalah, asumsi-asumsi dan sistematika penulisan yang digunakan

dalam penelitian mengenai perancangan alat bantu pada bak pencelup

kain batik di Perusahaan Batik “Brotoseno”.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan teori-teori yang akan dipakai untuk mendukung

penelitian, sehingga perhitungan dan analisis dilakukan secara teoritis.

Tinjauan pustaka diambil dari berbagai sumber yang berkaitan

langsung dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tahapan yang dilalui dalam penyelesaian masalah secara

umum yang berupa gambaran terstruktur dalam bentuk flowchart

sesuai dengan permasalahan yang ada mulai dari studi pendahuluan,

pengumpulan data sampai dengan pengolahan data dan analisis.

BAB IV : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini berisi data-data dan informasi yang diperlukan untuk

menganalisis permasalahan, kemudian dilakukan pengolahan data

secara bertahap berdasarkan metodologi yang telah ditentukan.

BAB V : ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Bab ini memuat uraian analisis dan intepretasi dari hasil pengolahan

data yang telah dilakukan.

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menguraikan target pencapaian dari tujuan penelitian dan

kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan masalah. Bab ini juga

(27)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas mengenai konsep dan teori yang digunakan dalam

penelitian, sebagai landasan dan dasar pemikiran untuk membahas serta

menganalisa permasalahan yang ada.

2.1 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BATIK BROTOSENO

Pada sub bab ini akan dijelaskan tentang profil perusahaan, jenis-jenis

batik, bahan baku, peralatan, dan proses produksi pada Perusahaan Batik

”Brotoseno”.

2.1.1 Profil Perusahaan

Perusahaan Batik Brotoseno berawal dari usaha rumahan yang dijalankan

oleh Bapak Soeparjan beberapa dasawarsa yang lalu tepatnya pada tahun 1975.

Tongkat estafet kepemimpinan pada tahun 1997, diserahkan kepada putranya

yaitu Bapak H. Eko Suprihono, SE. Perusahaan ini berkantor pusat di Jln. Raya

Solo - Sragen Km. 18 Sragen - Jawa Tengah, sedangkan work shop-nya berlokasi

di Kuyang - Kliwonan – Masaran, Sragen - Jawa Tengah.

Dibawah kepemimpinan Bapak H. Eko Suprihono, SE, Batik Brotoseno

semakin berkembang, dan kini menjadi sebuah perusahaan batik yang

diperhitungkan di kancah perbatikan. Produk-produk yang dihasilkan meliputi

batik tulis, batik cap/fullprint, dan batik kombinasi. Ketiganya dijual dalam

bentuk jarik, pakaian wanita dan pria, bahan/kain, selendang, dan lain-lain.

Saat ini Batik Brotoseno memiliki dua show room, yaitu di Sragen dan

Jakarta. Batik Brotoseno senantiasa membuka diri untuk bekerjasama dengan

(28)

commit to user

a. Penjualan dan Distribusi

Batik Brotoseno melayani penjualan retai atau skala grosir di semua

showroom. Bagi yang berasal dari luar daerah ataupun luar negeri dapat melalui Griya Batik Brotoseno Online.

b. Pelatihan Membatik

Sebagai bentuk partisipasi dalam melestarikan budaya nasional khususnya

batik, Batik Brotoseno menawarkan diri untuk pelatihan membatik untuk

sekolah-sekolah maupun intitusi swasta atau pemerintah.

c. Pengadaan Produk Batik

Batik Brotoseno telah cukup berpengalaman dalam menangani order-order

produk batik untuk seragam sekolah,intitusi pemerintah maupun intitusi

swasta.

Batik Brotoseno mempekerjakan 100 orang karyawan tetap, 250 orang

karyawan borongan, dan 30 orang mitra. Jam kerja reguler selama 7 jam, mulai

dari pukul 08.00 hingga pukul 16.00 dengan waktu istirahat selama 1 jam pada

pukul 12.00 hingga pukul 13.00. Kapasitas produksi per bulan yaitu 13.000 meter

untuk batik handprinting, 5000 potong untuk batik kombinasi, dan 1500 potong

untuk batik tulis.

Perusahaan ini tidak hanya memasarkan produknya di dalam negeri, namun

juga telah merambah ke luar negeri, antara lain Jepang, Singapura, Malaysia,

Brunei, dan Australia. Perusahaan ini juga aktif mengikuti pameran-pameran, baik

pameran skala daerah, nasional maupun skala internasional. Dalam menjalankan

usahanya Batik Brotoseno senantiasa menganggap pengusaha sejenis adalah

kawan bukan lawan, dengan demikian tidak akan terjadi persaingan dengan cara

yang kurang sehat.

2.1.2 Jenis-Jenis Batik

Batik Brotoseno menghasilkan tiga jenis batik berdasarkan proses

(29)

commit to user

a. Batik Tulis

Batik tulis/Batik Carik yaitu kain batik yang proses pengerjaannya

menggunakan alat canting untuk memindahkan lilin cair pada permukaan

kain guna menutupi bagian-bagian tertentu yang dikehendaki agar tidak

terkena zat warna. Yang sebelumnya kain tersebut sudah digambar dengan

pensil terlebih dahulu.

b. Batik Cap (Full print)

Batik Cap yaitu kain batik yang pengerjaannya dilakukan dengan cara

mencapkan batik cair pada kain dengan alat cap berbentuk stempel dari plat

tembaga sekaligus memindahkan pola ragam hias.

c. Batik Kombinasi

Batik Kombinasi yaitu kain batik yang proses pengerjaanya merupakan

kombinasi antara batik tulis dan batik cap/ full print.

2.1.3 Bahan Baku Pembuatan Batik Tulis

Jenis kain yang biasanya digunakan sebagai bahan baku pada pembuatan

batik tulis adalah:

- Katun

- Sutra (ATBR)

- Sutra Super

- Sutra Krep

- Sutra Sifon

- Organdi

- Serat Nanas

- Baron

Ukuran kain adalah:

- Panjang : + 1 – 2,75 meter

- Lebar : + 1 – 1,15 meter

Bahan tambahan yang digunakan untuk proses pembuatan batik tulis yaitu:

- Zat Warna

- Soda Ash

- Malam/lilin

- Natrium hidrosulfit

- Kaporit

- Sabun

- Air untuk proses dan sanitasi

(30)

commit to user

- Asam cuka

- Minyak tanah

- Kanji

- Bensin

2.1.4 Peralatan Pembuatan Batik Tulis

Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan batik tulis antara lain

adalah:

a. Pisau dan gunting.

b. Kompor.

c. Canting tulis.

Canting adalah alat pokok untuk membatik yang dapat menentukan kriteria

suatu hasil kerja apakah bisa disebut batik atau bukan batik. Canting terbuat

dari tembaga. Gunanya untuk melukis ( memakai cairan “malam” ), membuat

motif-motif batik yang dikehendaki. Canting terdiri dari cucuk (saluran kecil),

dan leleh (tangki).

d. Wajan untuk memasak lilin.

e. Meja Colet.

f. Gawangan.

Gawangan adalah perkakas untuk menyangkutkan dan membentangkan kain

sewaktu dibatik. Gawangan terbuat dari kayu atau bambu ringan dan kuat

agar mudah dipindah-pindah.

g. Kursi pembatik.

h. Bak air dari beton ukuran 1x2 meter.

i. Bak kayu untuk proses pencelupan.

j. Dapur dengan bahan bakar minyak tanah serta pelengkapnya.

2.1.5 Proses Produksi Batik Tulis

Proses membatik adalah rangkaian aktivitas yang dilakukan dalam

membuat batik, mulai dari menyiapkan kain dasar (kain polos ) sampai menjadi

kain batik yang siap digunakan sesuai keperluan (Siswanti, 2007). Proses kerja di

(31)

commit to user

a. Persiapan awal

Persiapan awal proses pembatikan yaitu:

- Kain dipotong sesuai dengan ukuran yang ditentukan.

- Kemudian kain dicuci dengan direndam selama 12-24 jam. Proses

perendaman dapat juga dikerjakan dalam larutan alkali encer dingin untuk

mempercepat waktu perendaman dan agar kain mempunyai daya serap

lebih baik terhadap zat warna.

b. Proses Pembatikan (Peletakan lilin batik)

Proses peletakan lilin batik yaitu:

- Setelah proses perendaman kain dikeringkan.

- Kain digambar menurut motif yang ditentukan.

- Kemudian dilakukan pelekatan lilin batik pada kain dengan canting tulis,

menggunakan lilin batik.

c. Pewarnaan

Proses pewarnaan batik dilakukan dengan dua cara yaitu:

- Coletan

Mencolet/Coletan adalah memberi warna pada kain batik setempat dengan

larutan zat warna yang dikuaskan/dilukiskan dimana warna daerah yang

diwarnai itu dibatasi oleh garis-garis lilin sehingga warna tidak merembet

pada daerah lain. Zat warna yang sering digunakan zat warna

rapid/indigosol.

- Pencelupan

Proses pencelupan diawali dengan proses pencucian kain yang telah diberi

lilin di dalam air sabun, pencelupan pada zat warna, kemudian penguncian

warna dan dilanjutkan proses pencucian di air soda ash dan air biasa.

Berdasarkan pengamatan dilapangan, proses pewarnaan diawali dengan

proses mencolet pada detail-detail tertentu, membasahi kain yang di dalam

air sabun, pencelupan pada zat warna, kemudian penguncian warna dan

dilanjutkan proses pencucian di air soda dan air biasa. Proses ini dilakukan

(32)

commit to user

d. Penghilangan lilin batik

Setelah proses pewarnaan selesai kemudian masuk ke proses penghilangan

lilin batik, proses ini disebut proses nglorod yaitu menghilangkan lilin secara

keseluruhan dengan cara pendidihan didalam air panas sehingga lilin meleleh

dan lepas dari kain.

Untuk lebih jelasnya proses produksi pembuatan batik dapat dilihat pada

[image:32.595.121.513.241.732.2]

gambar 2.1.

(33)

commit to user

2.1.6 Zat Pewarna Batik

Yang dimaksud pewarna atau zat pewarna batik adalah zat warna tekstil

yang dapat digunakan dalam proses pewarnaan batik baik dengan cara pencelupan

maupun coletan pada suhu kamar sehingga tidak merusak lilin sebagai perintang

warnanya.

Berdasarkan sumbernya/asalnya zat pewarna batik dapat dibagi menjadi 2

golongan, yaitu:

a. Pewarna alami

Zat warna yang diperoleh dari alam/ tumbuh-tumbuhan baik secara langsung

maupun tidak langsung. Agar zat pewarna alam tidak pudar dan dapat

menempel dengan baik, proses pewarnaannya didahului dengan mordanting

yaitu memasukkan unsur logam ke dalam serat (Tawas/Al). Bahan pewarna

alam yang bisa digunakan untuk tekstil dapat diambil pada tumbuhan bagian

Daun, Buah, Kuli kayu, kayu atau bunga. Ada tiga tahap proses pewarnaan

alam yang harus dikerjakan yaitu: proses mordanting (proses

awal/pre-treatment), proses pewarnaan (pencelupan), dan proses fiksasi (penguatan

warna).

b. Pewarna buatan/pewarna sintetis

Zat wana kimia mudah diperoleh, stabil dan praktis pemakaiannya. Zat

Warna sintetis dalam tekstil merupakan turunan hidrokarbon aromatik seperti

benzena, toluena, naftalena dan antrasena diperoleh dari ter arang batubara

(coal, tar, dyestuff) yang merupakan cairan kental berwarna hitam dengan

berat jenis 1,03 - 1,30 dan terdiri dari despersi karbon dalam minyak.

Minyak tersebut tersusun dari beberapa jenis senyawa dari bentuk yang

paling sederhana misalnya benzena (CH) sampai bentuk yang rumit mialnya

6 6 krisena (CH) dan pisena (CH). Adapun zat warna yang biasa dipakai

(34)

commit to user

- Zat warna reaktif

Zat warna reaktif umumnya dapat bereaksi dan mengadakan ikatan

langsung dengan serat sehingga merupakan bagian dari serat tersebut.

Jenisnya cukup banyak dengan nama dan struktur kimia yang berbeda

tergantung pabrik yang membuatnya. Salah satu yang saat ini sering

digunakan untuk pewarnaan batik adalah Remazol. Ditinjau dari segi

teknis praktis pewarnaan batik dengan remazol dapat digunakan secara

pencelupan, coletan maupun kuwasan. Zat warna ini mempunyai sifat

antara lain : larut dalam air, mempunyai warna yang briliant dengan

ketahanan luntur yang baik, daya afinitasnya rendah, untuk memperbaiki

sifat tersebut pada pewarnaan batik diatasi dengan cara kuwasan dan

fixasi menggunakan Natrium silikat.

Nama dagang zat warna teraktif, sebagai berikut:

1) Procion (produk dari I.C.I) Drimarine (produk Sandoz)

2) Cibacron (produk Ciba Geigy) Primazine (produk BASF)

3) Remazol (produk Hoechst) Levafix (produk Bayer)

- Zat warna indigosol

Zat warna indigosol adalah jenis zat warna Bejana yang larut dalam air.

Larutan zat warnanya merupakan suatu larutan berwarna jernih. Pada

saat kain dicelupkan ke dalam larutan zat warna belum diperoleh warna

yang diharapkan. Setelah dioksidasi/dimasukkan ke dalam larutan asam

(HCl atau H2SO4) akan diperoleh warna yang dikehendaki. Obat

pembantu yang diperlukan dalam pewarnaan dengan zat warna indigosol

adalah Natrium Nitrit (NaNO2) sebagai oksidator. Warna yang

dihasilkan cenderung warna-warna lembut/pastel. Dalam pembatikan zat

warna indigosol dipakai secara celupan maupun coletan.

Jenis warna Indigosol antara lain: Indigosol Yellow, Indigosol Green IB ,

Indigosol Yellow JGK, Indigosol Blue 04B , Indigosol Orange HR,

(35)

commit to user

Violet ARR, Indigosol Brown IRRD Indigosol Violet 2R Indigosol

Violet IBBF.

- Zat warna napthol

Zat warna ini merupakan zat warna yang tidak larut dalam air. Untuk

melarutkannya diperlukan zat pembantu kostik soda. Pencelupan naphtol

dikerjakan dalam 2 tingkat. Pertama pencelupan dengan larutan

naphtolnya sendiri (penaphtolan). Pada pencelupan pertama ini belum

diperoleh warna atau warna belum timbul, kemudian dicelup tahap

kedua/dibangkitkan dengan larutan garam diazodium akan diperoleh

warna yang dikehendaki. Tua muda warna tergantung pada banyaknya

naphtol yang diserap oleh serat. Dalam pewarnaan batik zat warna ini

digunakan untuk mendapatkan warna-warna tua/dop dan hanya dipakai

secara pencelupan.

Naptol yang banyak dipakai dalam pembatikan antara lain: Naptol AS-G,

Naptol AS-LB, Naptol AS-BO, Naptol AS-D, Naptol AS , Naptol

AS.OL, Naptol AS-BR, Naptol AS.BS, Naptol AS-GR

Garam diazonium yang dipakai dalam pembatikan antara lain: Garam

Kuning GC, Garam Bordo GP, Garam Orange GC, Garam Violet B,

Garam Scarlet R , Garam Blue BB, Garam Scarlet GG, Garam Blue B,

Garam Red 3 GL, Garam Black B, Garam Red B

- Zat warna rapid

Zat warna ini adalah naphtol yang telah dicampur dengan garam

diazodium dalam bentuk yang tidak dapat bergabung (koppelen). Untuk

membangkitkan warna difixasi dengan asam sulfat atau asam cuka.

Dalam pewarnaan batik, zat warna rapid hanya dipakai untuk pewarnaan

(36)

commit to user

2.2 BAHAYA BAHAN KIMIA DI TEMPAT KERJA

Bahan berbahaya khususnya bahan kimia adalah bahan-bahan yang pada

suatu kondisi tertentu dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan, pada setiap

tingkat pekerjaan yang dilakukan (penyimpanan, pengangkutan, penggunaan,

pembuatan dan pembuangan).

Secara umum, bahan-bahan kimia berbahaya dapat dikelompokkan

menjadi :

1. Bahan kimia mudah meledak

Bahan kimia berupa padatan atau cairan, ataupun campurannya yang sebagai

akibat suatu perubahan (reaksi kimia, gesekan, tekanan, panas, dll) menjadi

bentuk gas yang berlangsung dalam proses yang relative singkat disertai

dengan tenaga perusakan yang besar, pelepasan tekanan yang besar serta

suara yang keras.

2. Bahan kimia mudah terbakar

Bahan kimia apabila mengalami suatu reaksi oksidasi pada suatu kondisi

tertentu, akan menghasilkan nyala api.

3. Bahan kimia beracun

Bahan kimia dalam jumlah relative sedikit, dapat mempengaruhi kesehatan

manusia atau bahkan menyebabkan kematian, apabila terabsorbsi tubuh

manusia melalui injeksi.

4. Bahan kimia korosif

Bahan kimia meliputi senyawa asam-asam alkali dan bahan-bahan kuat

lainnya, yang sering mengakibatkan kerusakan logam-logam bejanan atau

penyimpannya. Senyawa alkali dapat menyebabkan luka bakar pada tubuh,

merusak mata, merangsang kulit dan system pernafasan.

5. Bahan kimia oksidator

Bahan kimia yang sangat reaktif untuk memberikan oksigen, yang dapat

(37)

commit to user

6. Bahan kimia reaktif

Bahan kimia yang sangat mudah bereaksi dengan bahan-bahan lainnya,

disertai pelepasan panas dan menghasilkan gas yang mudah terbakar atau

keracunan atau korosi.

7. Bahan kimia radioaktif

Bahan kimia yang mempunyai kemampuan untuk memancarkan sinar-sinar

radioaktif seperti sinar alfa, beta, gamma, netron, dan lain-lain, yang dapat

membahayakan tubuh manusia.

Suatu bahan kimia dikatakan memiliki sifat berbahaya apabila satu atau

lebih dari sifat-sifat bahaya tersebut diatas terdapat di dalam bahan kimia tersebut,

yang selain mudah meledak, dapat pula menjadi bahan kimia beracun dan

meracuni kehidupan.

2.2.1 Interaksi Bahan Kimia

Antara satu zat kimia dan zat kimia lain dapat menimbulkan interaksi atau

saling berpengaruh satu sama lainnya. Efek yang terjadi dapat dibedakan dalam:

a. Efek Aditif yaitu pengaruh yang saling memperkuat akibat kombinasi dari dua zat kimia atau lebih. Pengaruh racun yang terjadi adalah penjumlahan dari

efek dari masing-masing zat kimia.

b. Efek simergi yaitu suatu keadaan dimana pengaruh gabungan dari dua zat kimia jauh lebih besar dari jumlah masing-masing efek bahan kimia.

c. Potensiasi yaitu apabila suatu zat yang seharusnya tidak memiliki efek toksik (pengaruh merugikan suatu zat kimia pada organism hidup) akan tetapi bila

zat ini ditambahkan pada zat kimia lain maka akan mengakibatkan zat lain

tersebut menjadi lebih toksik.

d. Efek antagonis yaitu apabila dua zat kimia yang diberikan bersamaan, maka zat kimia yang satu akan melawan efek zat kimia yang lain.

2.2.2 Proses Zat Kimia Dalam Tubuh

Cara masuk bahan beracun ke dalam tubuh sangan besar pengaruhnya

(38)

commit to user

saluran pernafasan (per inhalasi), saluran cerna (per oral) dan kulit (per dermal).

Inhalasi merupakan cara masuk paling sering dalam industry. Di dalam tubuh, melalui proses enzimatik terjadi perubahan bentuk secara biokimia

(biotranformasi) yang terjadi didalam hati. Proses demikian dapat juga terjadi di

ginjal, paru-paru dan kulit. (Budiono, S. 2003).

Biotranformasi ini mengupayakan agar terbentuk bahan yang kurang

beracun yang dikenal sebagai detoksikasi. Sebaliknya mungkin terjadi hasil yang lebih bercun dari zat asalnya (aktivasi) mialnya pada berbagai zat penyebab

kanker. Pengeluaran hasil proses tersebut atau ekskresi umumnya dilakukan melalui air seni dan feses, sebagian melalui udara pernafasan dan keringat.

2.2.3 Efek Terhadap Kesehatan

Pemajanan bahan kimia mengakibatkan terjadinya perubahan biologic atau

fungsi tubuh yang manifestasinya berupa keluhan, gejala dan tanda gangguan

kesehatan, terutama pada bagian yang terserang bahan kimia.

Tergantung dari oragan target, bahan kimia dapat bersifat neurotoksik (meracuni syaraf), hepatotoksik (meracuni liver/hati), nefrotoksik (meracuni ginjal), hematotoksik (meracuni darah), sistemik (meracuni seluruh fungsi tubuh) dan sebagainya. Berdasarkan gejala yang ditimbulkan, bahan kimia dapat bersifat

asfiksian (gejala akibat kekurangan kadar oksigen), irritan (mengakibatkan/ merangsang iritasi), menimbulkan sensitasi dan alergi.

Tanda yang muncul bervariasi dari gejala non spesifik (lemah, pusing,

mual, muntah) ataupun spesifik (kejang, kelumpuhan, gangguan penglihatan,

diare, dll). Berikut ini pengaruh beberapa zat kimia pada kesehatan:

- Zat Irritan

Zat irritant akan mengakibatkan iritasi/rangsangan atau menimbulkan

inflamasi/peradangan pada mata, kulit,saluran nafas dan saluran cerna. Zat

irritant antara lain: asam asetat, asam klorida, arsen, asam nitrat, asam

(39)

commit to user

- Zat Hepatotoksik (meracuni hati)

Zat Hepatotoksik antara lain: Karbon tetraklorida, Dimetil nitrosamine,

Aflatoksin, Arsen, Toluen diamin, dll.

- Zat Neurotoksik (meracuni saraf)

Zat Neurotoksik antara lain: Benzene, Toluena, Karbon disulfide, Arsen,

Merkuri, Xylene, Aseton, dll.

- Zat Netrotoksik (meracuni ginjal)

Zat Netrotoksik antara lain: Arsen, Anilin, Organo klorin, Merkuri, Metanol,

Fenol, Timah hitam, Kloroform, Fosfor (kuning), dll.

- Zat kimia yang meracuni system reproduksi

Zat kimia tersebut antara lain: Benzene, Timah hitam, Kadmium, Eter,

Nitrogen oksida, Kloroform, dll.

- Zat kimia yang meracuni darah

Zat kimia tersebut antara lain: Anilin, Toluidin, Nitrobenzen, Timah hitam,

Nitrogen triflourida, Propilnitrat, dll

- Zat Sensitasi atau alergi kulit

Zat Sensitasi antara lain: Karbon disulfide, Fenol, Zat warna, kreosot, dll.

Selain itu terdapat pula penyakit kulit yang disebabkan oleh penyebab

kimiawi (bahan kimia) seperti asam dan garam anorganik, senyawa hidrokarbon,

bahan warna, dsb.

2.2.4 Prinsip Pencegahan/Pengendalian Bahan Kimia

Mengingat bahaya bahan kimia di tempat kerja diperlukan pencegahan dan

pengendalian yang prinsip penerapannya sesuai denga Higiene Perusahaan

Kesehatan dan Keselamatan Kerja berupa “Hierarchi of Control”, yaitu Eliminasi,

Substitusi, Pengendalian Teknis, Pengendalian Administratif dan Alat Pelindung

Diri. Sedangkan para pekerja dilakukan pengujian/pemantauan kesehatan, hygiene

perorangan, pengujian/pemantauan biomedik disertai pelatihan tentang bahaya zat

(40)

commit to user

2.3 PENGERTIAN ERGONOMI

Ergonomi atau ergonomics (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari

kata Yunani yaitu Ergo yang berarti ”kerja” dan Nomos yang berarti ”hukum”. Ergonomi dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam

lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi,

engineering, manajemen dan desain/perancangan (Nurmianto, 2004). Ergonomi

ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi

mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu

sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik,

yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif,

aman dan nyaman (Sutalaksana dkk., 1979).

Disiplin ergonomi adalah suatu cabang keilmuan yang sistematis untuk

memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan

manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan

bekerja pada sistem tersebut dengan baik; yaitu mencapai tujuan yang diinginkan

melalui pekerjaan itu dengan efektif, efisien, aman dan nyaman (Wignjosoebroto,

1995). Dengan kata lain disini manusia tidak lagi harus menyesuaikan dirinya

dengan mesin yang dioperasikan (the man fits to the design), melainkan

sebaliknya yaitu mesin dirancang dengan lebih dahulu memperhatikan kelebihan

dan keterbatasan manusia yang mengoperasikannya (the design fits to the man).

Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi (Tarwaka dkk.,2004), yaitu:

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera

dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,

mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial,

mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan

jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak

(41)

commit to user

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis,

ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan

sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

2.3.1 DESAIN DAN ERGONOMI

Manusia dalam kehidupannya banyak menggunakan desain sebagai

fasilitas penunjang aktivitasnya. Manusia menginginkan desain sebagai produk

yang sesuai dengan trend dan mewadahi kebutuhannya yang semakin meningkat.

Melihat kondisi saat ini, kecenderungan desain yang berubah akibat peningkatan

kebutuhan manusia tersebut menimbulkan kesadaran manusia tentang pentingnya

desain yang eksklusif dan representatif, makin bertambahnya usaha-usaha di

bidang desain yang mengakibatkan persaingan mutu desain, peningkatan faktor

pemasaran (daya tarik dan daya jual di pasaran), serta tuntutan kapasitas produksi

yang semakin meningkat. Selain itu, aktivitas desain yang menghasilkan gagasan

kreatif dipengaruhi pula oleh kecepatan membaca situasi, khususnya kebutuhan

pasar dan permintaan konsumen.

Desain dapat diartikan sebagai salah satu aktivitas luas dari inovasi desain

dan teknologi yang digagaskan, dibuat, dipertukarkan (melalui transaksi jual-beli)

dan fungsional. Desain merupakan hasil kreativitas budi-daya (man-made object)

manusia yang diwujudkan untuk memenuhi kebutuhan manusia, yang

memerlukan perencanaan, perancangan maupun pengembangan desain, yaitu

mulai dari tahap menggali ide atau gagasan, dilanjutkan dengan tahapan

pengembangan, konsep perancangan, sistem dan detail, pembuatan prototipe dan

proses produksi, evaluasi, dan berakhir dengan tahap pendistribusian. Jadi

disimpulkan bahwa desain selalu berkaitan dengan pengembangan ide dan

gagasan, pengembangan teknik, proses produksi serta peningkatan pasar.

Ruang lingkup kegiatan desain mencakup masalah yang berhubungan

dengan sarana kebutuhan manusia, di antaranya desain interior, desain mebel,

desain alat-alat lingkungan, desain alat transportasi, desain tekstil, desain grafis,

(42)

commit to user

masalah dan perencanaannya atau filosofi rancangan desain bekerja sama dengan

masyarakat dan disiplin ilmu lain seperti arsitek, psikolog, dokter atau profesi

yang lain. Misalnya, dalam merancang desain kursi pasien gigi, dibutuhkan kerja

sama dari dokter dan pasien, diperlukan penelitian lebih lanjut tentang aktivitas

dan posisi duduk pasien sebagai pemakai, yang efektif, efisien, aman, nyaman dan

sehat, sehingga desainer dapat menyatukan bentuk dengan memusatkan perhatian

pada estetika bentuk, konstruksi, sistem dan mekanismenya. Selain itu, desainer

dapat membuat suatu prediksi untuk masa depan, serta melakukan pengembangan

desain dan teknologi dengan memperhatikan segala kelebihan maupun

keterbatasan manusia dalam hal kepekaan indrawi (sensory), kecepatan,

kemampuan penggunaan sistem gerakan otot, dan dimensi ukuran tubuh, untuk

kemudian menggunakan semua informasi mengenai faktor manusia ini sebagai

acuan dalam perancangan desain yang serasi, selaras dan seimbang dengan

manusia sebagai pemakainya.

Penilaian suatu hasil akhir dari produk sebagai kategori nilai desain yang

baik biasanya ada tiga unsur yang mendasari, yaitu fungsional, estetika, dan

ekonomi. Kriteria pemilihannya adalah function and purpose, utility and economic, form and style, image and meaning. Unsur fungsional dan estetika sering disebut fit-form-function, sedangkan unsur ekonomi lebih dipengaruhi oleh

harga dan kemampuan daya beli masyarakat (Bagas, 2000). Desain yang baik

berarti mempunyai kualitas fungsi yang baik, tergantung pada sasaran dan filosofi

mendesain pada umumnya, bahwa sasaran berbeda menurut kebutuhan dan

kepentingannya, serta upaya desain berorientasi pada hasil yang dicapai,

dilaksanakan dan dikerjakan seoptimal mungkin.

Ergonomi merupakan salah satu dari persyaratan untuk mencapai desain

yang qualified, certified, dan customer need. Ilmu ini akan menjadi suatu

keterkaitan yang simultan dan menciptakan sinergi dalam pemunculan gagasan,

(43)
[image:43.595.114.515.115.483.2]

commit to user

Gambar 2.2 Skema design management

Sumber: Bagas, 2000

2.3.2 PENDEKATAN ERGONOMIS DALAM PERANCANGAN DESAIN

KERJA

Secara ideal perancangan desain kerja haruslah disesuaikan dengan

peranan dan fungsi pokok dari komponen-komponen sistem kerja yang terlibat

yaitu manusia, mesin/ peralatan dan lingkungan fisik kerja. Peranan manusia

dalam hal ini akan didasarkan pada kemampuan dan keterbatasannya terutama

yang berkaitan dengan aspek pengamatan, kongnitif, fisik ataupun psikologisnya.

Demikian pula peranan atau fungsi mesin/peralatan seharusnya ikut menunjang

manusia (operator) dalam melaksanakan tugas yang ditentukan.

Suatu pengertian yang lebih komprehensif tentang ergonomi pada pusat

perhatian ergonomi adalah terletak pada manusia dalam rancangan desain kerja

ataupun perancangan alat kerja. Berbagai fasilitas dan lingkungan yang dipakai

manusia dalam berbagai aspek kehidupannya. Tujuannya adalah merancang

benda-benda fasilitas dan lingkungan tersebut, sehingga efektivitas fungsionalnya

meningkat dan segi-segi kemanusiaan seperti kesehatan, keamanan, dan

kepuasan dapat terpelihara.

Terlihat disini bahwa ergonomi memiliki 2 aspek sebagai contohnya

yaitu efektivitas sistem manusia di dalamya dan sifat memperlakukan manusia

(44)

commit to user

merupakan penerapan pengetahuan-pengetahuan terpilih tentang manusia

secara sistematis dalam perancangan sistem-sistem manusia benda,

manusia-fasilitas dan manusia lingkungan. Dengan kata lain perkataan ergonomi adalah

suatu ilmu yang mempelajari manusia dalam berinterksi dengan obyek-obyek

fisik dalam berbagai kegiatan sehari-hari (Madyana, 1996).

Di pandang dari sistem, maka sistem yang lebih baik hanya dapat

bekerja bila sistem tersebut terdiri dari, yaitu:

1. Elemen sistem yang telah dirancang sesuai dengan apa yang dibutuhkan.

2. Elemen sistem yang saling berinterksi secara terpadu dalam usaha menuju

tujuan bersama.

Sebagai contoh, sejumlah elemen mesin dirancang baik, belum tentu

menghasilkan suatu mesin yang baik pula, bila mana sebelumnya tidak

dirancang untuk berinteraksi antara satu sama tainnya. Demikian manusia

sebagai operator dalam manusia mesin. Bila pekerja tidak berfungsi secara

efektif hal ini akan mempengaruhi sistem secara keseluruhan.

2.3.3 DESAIN STASIUN KERJA DAN SIKAP KERJA BERDIRI

Selain posisi kerja duduk, posisi berdiri juga banyak ditemukan di

perusahaan. Seperti halnya posisi duduk, posisi kerja berdiri juga mempunyai

keuntungan maupun kerugian. Menurut Sutalaksana dkk. (1979), bahwa sikap

berdiri merupakan sikap siaga baik fisik maupun mental, sehingga aktivitas kerja

yang dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti. Namun demikian mengubah posisi

duduk ke berdiri dengan masih menggunakan alat kerja yang sama akan

melelahkan. Pada dasarnya berdiri lebih melelahkan daripada duduk dan energi

yang dikeluarkan untuk berdiri lebih banyak 10-16% dibanding dengan duduk.

Pada desain stasiun berdiri, apabila tenaga kerja harus bekerja untuk

periode yang lama, maka faktor kelelahan menjadi utama. Meminimalkan

pengaruh kelelahan dan keluhan subjektif, maka pekerja harus dirancang agar

tidak terlalu banyak menjangkau, membungkuk, atau melakukan gerakan dengan

(45)

commit to user

pertimbangan tentang pekerjaan yang paling baik dilakukan dengan posisi berdiri

sebagai berikut:

1. Tidak tersedia tempat untuk kaki dan lutut.

2. Harus memegang objek yang berat (lebih dari 4,5 kg).

3. Sering menjangkau ke atas, ke bawah dan ke samping.

4. Sering melakukan pekerjaan yang menekan kebawah.

5. Diperlukan mobilitas.

2.4 NORDIC BODY MAP (NBM)

Salah satu alat ukur ergonomi sederhana yang dapat digunakan untuk

mengenali sumber penyebab keluhan musculoskeletal (system otot dan rangka) adalah nordic body map. Melalui nordic body map dapat diketahui bagian-bagian

otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak sakit

sampai dengan sangat sakit (Corlett, 1992). Kuesioner ini diberikan sebelum dan

setelah melakukan pekerjaan. Gambar 2.3 merupakan pembagian segmen-segment

[image:45.595.112.512.155.731.2]

tubuh manusia pada kuesioner nordic body map.

(46)
[image:46.595.129.509.111.673.2]

commit to user

Tabel 2.1 Kuesioner Nordic Body Map

No Kuesioner Nordic Body Map Pada Operator :

Keluhan Bagian Tubuh Ya Tidak

0 Leher bagian atas

1 Leher bagian bawah

2 Bahu kiri

3 Bahu kanan

4 Lengan atas bagian kiri

5 Punggung

6 Lengan atas bagian kanan

7 Pinggang ke belakang

8 Pinggul ke belakang

9 Daerah Pantat 10 Siku kiri

11 Siku kanan

12 Lengan bawah bagian kiri

13 Lengan bawah bagian kanan 14 Pergelangan tangan kiri

15 Pergelangan tangan kanan

16 Telapak tangan bagian kiri

17 Telapak tangan bagian kanan 18 Paha kiri

19 Paha kanan

20 Lutut kiri

21 Lutut kanan

22 Betis kiri

23 Betis kanan

24 Pergelangan kaki kiri

25 Pergelangan kaki kanan

26 Telapak kaki kiri 27 Telapak kaki kanan Sumber : Corlett, 1992

2.5 ANTHROPOMETRI DALAM ERGONOMI

(47)

commit to user

berkontribusi pada keamanan, kesehatan, dan kenyamanan kerja. Pada gilirannya

hal-hal ini akan meningkatkan kemampuan kerja yang bersangkutan. Dua hal

diantaranya adalah dimensi benda-benda kerja yang berinteraksi dengan pekerja

dan lingkungan kerjanya. Karena dimensi objek mesti bersesuaian dengan

pemakaiannya maka perlu dikenali antropometri, suatu bidang kajian dari

Ergonomi yang memperhatikan karakter ukuran-ukuran fisik tubuh manusia

maupun penerapan data-data operatornya.

2.5.1 Pengertian Anthropometri

Istilah anthropometri berasal dari kata anthro yang berarti “manusia” dan metri yang berarti “ukuran”. Anthropometri adalah studi tentang dimensi tubuh manusia (Pullat, 1992). Secara definitif anthropometri dapat dinyatakan sebagai

satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia

(Wignjosoebroto, 1995). Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran

(tinggi, lebar, dsb) berat dan lain-lain yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Dalam kaitannya dengan posisi tubuh, data anthropometri yang ada

dibedakan menjadi dua kategori (Suhardi,. 2008), yaitu:

a. Anthropometri struktural (statis)

Dimensi struktural ini mencakup pengukuran dimensi tubuh pada posisi tetap

dan standar. Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap meliputi berat

badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi

(48)

commit to user

Gambar 2.4 Ukuran Tubuh Manusia yang Sering Digunakan Untuk Merancang Produk

Sumber: Suhardi, B. 2008

Gambar 2.5 memperlihatkan antropometri struktural. Antropometri struktural

ini diantaranya: tinggi selangkang, tinggi siku, tinggi mata, rentang bahu,

tinggi pertengahan pundak pada posisi duduk, jarak pantat-ibu jari kaki, dan

[image:48.595.135.511.111.489.2]
(49)

commit to user

Gambar 2.5 Antropometri Struktural Posisi Berdiri dan Duduk Sumber: Suhardi, B. 2008

b. Anthropometri fungsional (dinamis)

Antropometri fungsional adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik

manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang

mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya. Hasil yang

Gambar

Gambar 2.1 Skema proses produksi batik  commit to user                                                           Sumber: Perusahaan Batik ”Brotoseno”, 2010
Gambar 2.2 Skema design management        Sumber: Bagas, 2000
Gambar 2.3 commit to user Nordic Body Map                            Sumber : Corlett, 1992
Tabel 2.1 Kuesioner    Kuesioner Nordic Body Map Nordic Body Map Pada Operator :
+7

Referensi

Dokumen terkait

PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MEMPERBAIKI POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PEMELITURAN. DALAM

Kain Batik Hasil Perendaman dengan Zat Warna Alami dari Buah Mangrove Jenis Rhizopora stylosa pada Waktu Perendaman 2 Jam .... Kain Batik Hasil Perendaman dengan Zat Warna Alami

Laporan Penelitian Proses Pencelupan Zat Warna Alam pada Batik Kapas.. Balai

Dalam proses produksi batik terutama dalam proses pencelupan dengan zat warna alami dan proses fiksasi dengan bahan pengunci, kedua UKM menggunakan peralatan yang masih

Industri batik merupakan salah satu penghasil limbah cair tertinggi yang berasal dari proses pewarnaan atau pencelupan. Pada penelitian ini limbah batik artifisial

ketahanan zat warna tersebut, karena didalam proses pencelupan, mempergunakan auxiliaries yang bersifat asam maupun basa. Pada umumnya zat warna alam mempunyai

Jenis zat warna alam dan bahan fiksasi yang diaplikasikan untuk pembatikan kain katun yang memberikan ketahanan luntur baik adalah : kulit buah manggis dengan

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui warna-warna baru yang dihasilkan serta ingin mengetahui kualitas warna dari hasil pencelupan kain kapas pada pewarnaan campuran zat