Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2022 E-ISSN: 2715-7814
PENGARUH pH DAN WAKTU PRE-MORDAN TAWAS TERHADAP PENCELUPAN KAIN KAPAS DENGAN ZAT WARNA ALAM DARI EKSTRAK BUNGA ASOKA (Ixora paludosa L)
Effect of pH and pre mordanting time with alum on cotton fabric dyeing with natural dyes from asoka flower extract (Ixora paludosa L)
Falda Indah Permata Putri¹ dan Ainur Rosyida²
¹Program Studi Teknik Kimia Tekstil Sekolah Tinggi Teknologi ”WARGA”
Surakarta,
Jalan Raya Solo-Baki Km.2, Kwarasan, Solo Baru, Sukoharjo Email : [email protected]
Kata kunci:
bunga asoka, tawas, kain kapas, pewarnaan alam
Keywords:
asoka flower, alum, cotton fabric, natural dyeing
ABSTRAK
Kandungan antosianin pada bunga asoka memberikan warna merah, ungu dan biru pada proses pencelupan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variasi pH dan waktu pre-mordanting terhadap hasil pencelupan pada kain kapas. Pencelupan dilakukan dengan metode perendaman pada suhu kamar selama satu jam menggunakan bahan pre-mordan aluminium sulfat (tawas). Untuk mengetahui kualitas hasil pencelupan, kain hasil pencelupan diuji nilai ketahanan luntur warnanya terhadap pencucian serta gosokan. Variasi pH dalam pencelupan yaitu pH 3, 5, dan 7 dan waktu mordanting 30, 60, dan 90 menit. Hasil analisa data menggunakan ANOVA ganda menunjukkan bahwa kedua variasi berpengaruh terhadap nilai ketahanan luntur warna terhadap pencucian (perubahan warna) dan gosokan kering, akan tetapi tidak berpengaruh pada pencuciaan (penodaan warna) dan gosokan basah.
ABSTRACT
The anthocyanin content in asoka flowers gives red, purple and blue colors in the dyeing process. This research was conducted to determine the effect of variations in pH and pre-mordanting time on the results of dyeing cotton fabrics. Dyeing process was done by immersion method at room temperature for one hour using pre-mordant aluminum sulfate (alum). To determine the quality of the dyed products, the dyed fabrics were tested for their color fastness to washing and rubbing. The pH variations were pH 3, 5, and 7 and the mordanting times were 30, 60, and 90 minutes. The results of data analysis using multiple ANOVA showed that both variations had an effect on the value of color fastness to washing (discoloration) and dry rubbing, but had no effect on color fastness to washing (color staining) and wet rubbing.
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2022
Putri, F. I. P. & Rosyida, A. Pengaruh pH dan Waktu Pre-Mordan Tawas Terhadap Pencelupan Kain Kapas
dengan Zat Warna Alam dari Ekstrak Bunga Asoka (Ixora paludosa L) D10-2
PENDAHULUAN
Penggunaan zat warna sintesis memberikan warna yang bervariasi pada produk tekstil, akan tetapi ada beberapa jenis zat warna sintesis memiliki dampak negatif bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Zat warna sintetis umumnya mengandung unsur logam berat seperti Timbal (Pb), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn) sehingga penggunaannya berdampak secara tidak langsung bagi kesehatan manusia karena dapat menyebabkan kanker kulit, kerusakan otak dan lain-lain, serta menimbulkan dampak bagi lingkungan seperti pencemaran air dan tanah (Hanum, 2000). Penggunaan pewarna alam dari berbagai jenis tanaman dipandang dapat menjadi alternatif pewarna tekstil karena bersifat lebih ramah lingkungan, terlebih keberadaanya yang melimpah di Indonesia sangat potensial untuk dimanfaatkan.
Beberapa jenis tumbuhan mempunyai potensi untuk digunakan sebagai pewarna alam tekstil karena pada bagian kayu, akar, daun, dan bunganya mengandung pigmen yang dapat mewarnai bahan tekstil. Salah satu tumbuhan yang bisa digunakan sebagai pewarna alam adalah bunga asoka (Ixora paludosa L). Penelitian oleh Saha et al (2008), menunjukkan bahwa pada ekstrak bunga asoka dengan metanol memiliki kandungan antosianin, flavanoid, saponin, tanin, alkaloid, dan steroid. Antosianin adalah senyawa yang berperan dalam memberikan warna merah, ungu dan biru pada beberapa bagian tumbuhan (Achmad, 1986). Untuk itu penulis memilih menggunakan bunga asoka (Ixora paludosa L) dalam pencelupan kain
kapas untuk warna yang dihasilkan serta cara/metode terbaik pada pencelupannya.
Proses pewarnaan menggunakan zat warna alam umumnya memperlukan zat pembantu yang disebut mordan (Atmaja, 2011). Hal ini karena senyawa mordan dapat mengikat zat warna pada kain serta membantu terjadinya reaksi kimia yang terjadi antara pewarna dengan serat sehingga zat warna lebih mudah terserap secara sempurna (Siva, 2007). Adanya ikatan kimia menyebabkan kain hasil pencelupan memiliki ketahanan luntur warna yang baik terhadap pencucian (Angendari, 2014) serta memiliki ketajaman warna dan kerataan warna yang baik (Fitriah dan Utami, 2013).
Pemilihan mordan perlu dilakukan dalam pencelupan zat warna alam karena penggunaan jenis mordan dapat mempengaruhi nilai ketuaan warna, kecerahan, kestabilan, dan ketahanan luntur warna (Rosyida dan Subiyati, 2018). Mordan Alumunium sulfat (tawas) banyak digunakan dalam pencelupan zat warna alam karena dibanding dengan mordan kimia lainnya, mordan ini mempunyai potensi pencemaran yang lebih kecil dan tidak beracun (Rosyida, (2021); Haar et al., (2013).
Penggunaan metode mordan yang tepat dalam pencelupan akan memperbanyak terjadinya ikatan zat warna dengan serat dan pembentukan senyawa kompleks antara mordan dengan molekul zat warna pada bahan tekstil (Cardon.,2007;
Somantri dkk.,2014; Baaka et al.,2017).
Menurut Thomas (2013) proses pencelupan zat warna alam dengan metode pre- mordanting hasil ketajaman warna dan ketahanan luntur warna yang lebih baik
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2022
dibanding secara simultan mordanting, dan post-mordanting.
Selain pemilihan bahan dan metode, waktu mordanting dimungkinkan akan berpengaruh juga pada hasil proses pencelupan karena terkait dengan banyaknya zat mordan yang terikat ke kain.
Banyaknya zat mordan yang terkandung dalam serat menyebabkan akan semakin banyak molekul zat warna yang berikatan dengan serat sehingga dapat diperoleh hasil pencelupan dengan warna yang lebih tua dan tajam (Farida dkk., 2015). Untuk mengetahui pengaruh waktu mordanting terhadap kualitas hasil pencelupan, maka dilakukan variasi mordanting.
Penggunaan variasi pH merupakan salah satu faktor yang diteliti pengaruhnya terhadap hasil pencelupan. Menurut (Francis, 1982 dalam Hidayah et al., 2014), semakin rendah nilai pH maka warna konsentrat makin merah dan stabil. Menurut Hidayah et al., (2014) peningkatan pH akan membuat warna antosianin memudar karena kation flavalium yang berwarna merah mengalami hidrasi menjadi karbinol yang tidak berwarna. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan pH terhadap warna hasil pencelupan, maka dilakukan variasi pengaruh pH pencelupan.
Melihat beberapa hasil penelitian terdahulu serta kemungkinan factor yang berpengaruh pada kualitas hasil pewarnaan alam menggunakan bunga asoka, maka dalam penelitian dipilih jenis mordan menggunakan alumunium sulfat (tawas) dan metode mordan yang dipilih adalah pre- mordanting. Adapun variable penelitian
yang dilakukan adalah lamanya waktu mordanting serta pH pencelupan warna.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan skala laboratarium, variabel bebas yang diteliti adalah variasi pH (3, 5, dan 7) dan lama waktu mordanting (30 menit, 60 menit, 90 menit). Variabel terikat adalah ketahanan luntur warna terhadap pencucian dan gosokan. Eksperimen yang digunakan dalam percobaan adalah eksperimen faktorial 3 x 3 sehingga ada 9 kondisi pencelupan yang berbeda.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan yaitu kain kapas (siap celup), ekstrak bunga asoka (Ixora paludosa L), alumunium sulfat (Al2(SO4)3), Natrium karbonat (Na2CO3), Asam asetat (CH3COOH), elektrolit NaCl, pembasah (teepol), sabun netral, dan air sebagai pelarut.
Alat yang digunakan untuk percobaan yaitu timbangan analitik, gelas beaker, pengaduk, penyaring, termometer, dan gelas ukur. Instrument uji yang digunakan meliputi Laundrymeter (Model: GT-D15A), Crockmeter (Model: HTC-002, Serial No:
2019011017), Grey scale (Grey Scale for Assessing Change in Colour Code: 3305, Batch: TB), dan staining scale.
Prosedur Kerja
Proses ekstrak bunga asoka
Proses ekstraksi bunga asoka dilakukan dengan menggunakan pelarut air dengan perbandingan ekstraksi bunga asoka: air 1:5.
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2022
Putri, F. I. P. & Rosyida, A. Pengaruh pH dan Waktu Pre-Mordan Tawas Terhadap Pencelupan Kain Kapas
dengan Zat Warna Alam dari Ekstrak Bunga Asoka (Ixora paludosa L) D10-4
Proses ekstraksi dilakukan selama ±30 menit pada suhu 600c. Larutan ekstrak didinginkan dan disaring dan siap digunakan.
Pembuatan larutan mordan
Pembuatan larutan mordan dilakukan dengan melarutkan 20gram tawas Al2(SO4)3
kedalam 1 liter air. Lakukan pengadukan sampai mordan larut sempurna, kemudian diendapkan selama ±30 menit agar kotoran mordan mengendap. Larutan mordan dipisahkan dari endapan dengan cara mengambil larutan yang ada dibagian atas.
Larutan mordan siap digunakan.
Proses pencelupan
Dilakukan proses pre-mordan kain yang akan diwarnai dengan variasi waktu (30,60, dan 90 menit) sebelum proses pencelupan warna. Proses pencelupan warna dilakukan secara perendaman dimana kain dicelup dalam larutan ekstrak warna yang telah di set pH-nya menggunakan asam asetat dan soda abu,yaitu pada pH 3, 5, dan 7, kemudian ditambahkan pembasah. Proses pencelupan dilakukan selama 30 menit pada suhu kamar kemudian ditambahkan NaCl sebesar 10 gr/l
kedalam larutan celup, setelah itu pencelupan dilanjutkan selama 60 menit.
Selama proses pencelupan, kain diaduk agar hasil pencelupan merata. Setelah pencelupan selasai kain diangkat, diatuskan, dan diangin-anginkan selama 1 jam. Setelah selesai, dilakukan pencucian panas, sabun, dan panas pada kain yang telah berwarna kemudian dikeringkan dengan cara diangin- anginkan.
Pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian dan gosokan
Pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian dilakukan menggunakan prosedur SNI ISO 105- C06:2010 Tekstil - Cara uji tahan luntur warna - Bagian C06: Tahan luntur warna terhadap pencucian rumah tangga dan komersial, sedangkan untuk pengujian ketahanan luntur warna terhadap gosokan dilakukan menggunakan prosedur SNI 0288 : 2008 Kain - Cara uji tahan luntur warna – Gosokan.
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2022
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
1. Hasil uji ketahanan luntur warna terhadap pencucian
Tabel 1. Hasil uji ketahanan luntur warna terhadap pencucian penodaan warna (Staining Scale)
Variasi pH
Waktu Mordan
30 menit 60 menit 90 menit
SS CD SS CD SS CD
3 3-4 4,9 3-4 6,13 4 3,93
5 4 4 3-4 5,27 4 4,4
7 4 3,7 4 4,16 4 3,5
Keterangan : 5 = baik sekali 4-5 = baik 4 = baik
3-4 = cukup baik 3 = cukup 2-3 = kurang 2 = kurang 1-2 jelek 1 = jelek
Tabel 2. Hasil uji ketahanan luntur warna terhadap pencucian perubahan warna (Grey Scale) Variasi
pH
Waktu Mordan
30 menit 60 menit 90 menit
GS CD GS CD GS CD
3 3 3,17 3 3,12 3 3,55
5 2-3 4,27 2-3 4,34 2-3 4,49
7 2 5,94 2-3 4,35 2 5,12
Keterangan : 5 = baik sekali 4-5 = baik 4 = baik
3-4 = cukup baik 3 = cukup 2-3 = kurang 2 = kurang 1-2 jelek 1 = jelek
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2022
Putri, F. I. P. & Rosyida, A. Pengaruh pH dan Waktu Pre-Mordan Tawas Terhadap Pencelupan Kain Kapas
dengan Zat Warna Alam dari Ekstrak Bunga Asoka (Ixora paludosa L) D10-6
2. Hasil uji ketahanan luntur warna terhadap gosokan
Tabel 3. Hasil uji ketahanan luntur warna terhadap gosokan kering (Staining Scale) Variasi
pH
Waktu Mordan
30 Menit 60 Menit 90 Menit
SS CD SS CD SS CD
3 4 4,63 4 4,35 4 4,1
5 4 4,45 4 3,95 4 3,7
7 3-4 6,6 4 4,3 4 4,4
Keterangan : 5 = baik sekali 4-5 = baik 4 = baik
3-4 = cukup baik 3 = cukup 2-3 = kurang 2 = kurang 1-2 jelek 1 = jelek
Tabel 4. Hasil uji ketahanan luntur warna terhadap gosokan basah (Staining Scale) Variasi
pH
Waktu Mordan
30 menit 60 menit 90 menit
SS CD SS CD SS CD
3 3 7,8 2-3 10,31 3 9,18
5 3 7,6 3-4 5,93 2-3 11,3
7 2 16,9 3 7,63 3 9,21
Keterangan : 5 = baik sekali 4-5 = baik 4 = baik
3-4 = cukup baik 3 = cukup 2-3 = kurang 2 = kurang 1-2 jelek 1 = jelek
Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan variasi pH dan waktu mordan terhadap hasil pencelupan kain kapas dengan zat warna alam dari ekstrak bunga asoka. Untuk mengetahui pengaruh variasi pH dan waktu mordan, terhadap kualitas hasil pewarnaan,
maka dilakukan pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian dan gosokan.
Berdasarkan data pengujian dan analisa statistik yang dilakukan dapat diketahui adanya pengaruh variasi pH dan waktu mordan pada hasil pencelupan kain kapas dengan zat warna alam ekstrak bunga asoka.
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2022
1. Pengujian Ketahanan Luntur Warna Terhadap Pencucian
a) Penodaan Warna
Data pada Tabel 1, menunjukkan bahwa penggunaan variasi pH dan waktu mordanting pada pencelupan kain menggunakan ekstrak bunga asoka tidak berpengaruh terhadap nilai penodaan warna pada uji pencucian. Hasil pencelupan dengan variasi pH dan waktu mordan yang berbeda diperoleh nilai rata-rata cukup baik (SS: 3-4) sampai baik (SS: 4). Hal ini disebabkan karena variasi pH dan waktu pre- mordan yang digunakan tidak memberikan kontribusi yang nyata/signifikan pada bertambahnya kekuatan ikatan antara molekul zat warna dengan serat. Logam Al3+
pada mordan tawas akan membentuk senyawa kompleks logam dengan antosianin yang mengandung struktur orto- dihidroksifenil pada cincin-B yang kemudian berikatan dengan gugus -OH dari selulosa pada serat kapas (Vankar, 2011). Meskipun logam Al3+ dapat membentuk senyawa kompleks koordinasi yang lemah dengan zat warna dan bertendensi membentuk ikatan yang cukup kuat dengan zat warna tetapi tidak dengan serat. Ikatan kovalen koordinasi yang terbentuk antara zat warna dengan serat bisa rusak saat dilakukan uji pencucian dan zat warna dapat larut kembali dalam larutan pencucian. Zat warna yang keluar kembali dari serat inilah yang menyebabkan terjadinya penodaan pada kain putih yang digunakan sebagai pelapis kain yang diuji pada pengujian pencucian.
b) Perubahan Warna
Hasil pengujian pencucian pada kain hasil pencelupan yang ditunjukkan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa faktor variasi pH berpengaruh terhadap nilai perubahan warna pada uji pencucian sedangkan faktor lamanya waktu mordan tidak berpengaruh.
Nilai rata-rata yang dihasilkan adalah kurang baik (GS:2-3), yang artinya perubahan warna yang terjadi pada kain hasil pencelupan cukup banyak.
Variasi pH berpengaruh terhadap nilai perubahan warna pada uji pencucian karena kenaikan akibat dari adanya penambahan alkali pada larutan ekstrak menyebabkan kation flavilium mengalami hidrasi sehingga kehilangan proton menjadi karbinol yang tidak berwarna (Hidayah et al., 2014). Ini artinya ketika pH meningkat, molekul antosianin menjadi terdeprotonasi membentuk ion negatif atau anion (Jackman dan Smith, 1992). Perubahan muatan pada molekul zat warna ini menyebabkan serat kapas/selulosa yang bermuatan negatif tidak mudah menyerap dan mengikat antosianin yang telah terdeprotonisasi sehingga zat warna hanya menempel pada permukaan serat saja. Zat warna yang tidak berikatan dengan serat akan mudah keluar kembali dari serat sehingga pada saat dilakukan pencucian lebih banyak pelunturan terjadi dan nilai perubahan warna pada uji pencucian menjadi lebih rendah. Hal ini berlaku pada nilai perubahan warna pada pencelupan pada pH 7 yang nilainya lebih rendah dibanding pada pH 3 dan 5..
Variasi lamanya waktu mordanting tidak berpengaruh pada nilai perubahan warna pada uji pencucian. Waktu mordan yang
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2022
Putri, F. I. P. & Rosyida, A. Pengaruh pH dan Waktu Pre-Mordan Tawas Terhadap Pencelupan Kain Kapas
dengan Zat Warna Alam dari Ekstrak Bunga Asoka (Ixora paludosa L) D10-8
lebih lama akan menyebabkan mordan yang terserap dan berikatan pada serat menjadi lebih banyak. Tetapi banyaknya mordan pada kain yang berfungsi membantu terjadinya ikatan antara zat warna dengan serat tidak berfungsi secara optimal. Zat warna akan berikatan dengan asam ataupun alkali yang ditambahkan pada larutan ekstrak sebelum pencelupan dimulai menyebabkan zat warna tidak mampu membentuk ikatan lagi dengan serat.
Banyaknya mordan yang ada pada serat tetapi tidak dapat menjembati terjadinya ikatan antara zat warna dengan serat sehingga pada saat dilakukan uji pencucian banyak zat warna yang keluar dari serat.
2. Pengujian Ketahanan Luntur Warna Terhadap Gosokan
a) Gosokan Kering
Hasil uji ketahanan luntur warna terhadap gosokan kering pada kain hasil pencelupan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa variasi pH dan waktu pre mordan berpengaruh pada nilai rata-rata uji gosokan kering pada kain hasil celupan. Nilai rata-rata uji gosokan kering diperoleh nilai yang baik (SS: 4). Variasi pH berpengaruh pada nilai gosokan kering karena penambahan asam atau alkali mempengaruhi banyaknya ikatan yang terbentuk antara zat warna di permukaan serat. Zat warna yang telah berikatan dengan asam atau alkali menyebabkan zat warna tidak dapat berikatan dengan mordan membentuk senyawa kompleks di dalam serat. Sebagian zat warna yang belum berikatan dengan asam atau alkali akan berikatan dengan mordan di luar serat
sehingga mudah lepas dari serat saat dikenai gosokan dipermukaan serat. Ini menyebabkan pada uji gosokan kering cukup banyak zat warna yang menodai kain putih yang digunakan dalam pengujian.
Waktu mordan berpengaruh pada nilai gosokan kering hasil celupan karena semakin lama waktu mordan akan semakin banyak mordan yang dapat terserap ke dalam serat. Hal ini menyebabkan zat warna yang dapat berikatan dengan serat jumlahnya menjadi lebih banyak, baik didalam maupun diluar serat. Banyaknya mordan yang terserap dan berikatan di permukaan serat menyebabkan zat warna akan lebih banyak berikatan di permukaan serat sehingga saat dikenai gosokan mekanik pada permukaan serat zat warna, ikatannya akan mudah rusak dan terlepas dari serat.
b) Gosokan Basah
Hasil pengujian ketahanan luntur warna terhadap gosokan basah yang ditunjukkan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa variasi pH dan waktu mordan tidak berpengaruh terhadap nilai gosokan basah. Hasil uji ketahanan luntur warna terhadap gosokan basah pada kain hasil pencelupan diperoleh nilai rata-rata yang kurang baik (SS: 2-3).
Variasi pH pencelupan dan waktu mordan tidak mempengaruhi nilai gosokan basah karena ikatan yang terbentuk antara zat warna dengan serat lebih banyak terjadi di luar serat. Ikatan yang terbentuk dipermukaan serat membuat zat warna keberadaannya tidak stabil pada serat sehingga molekul zat warna mudah terlepas kembali saat dikenai gosokan apalagi pada kondisi basah. Pembasahan pada serat
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2022
menyebabkan zat warna mudah larut dan terlepas dari serat sehingga menodai kain putih yang digunakan dalam pengujian.
Nilai penodaan pada uji gosokan basah lebih rendah dibanding gosokan kering karena pada kondisi basah, serat akan mengalami penggelembungan sehingga pori-pori serat menjadi lebih terbuka.
Pembasahan pada kain uji menyebabkan zat warna dalam serat larut dan keluar kembali dari serat oleh gosokan mekanik yang diberikan pada permukaan kain/serat saat uji gosokan dilakukan, sehingga dapat menodai kain putih yang digunakan dalam pengujian.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Variasi pH pencelupan dan lama waktu pre-mordanting yang dilakukan pada pencelupan kain kapas menggunakan pewarna alam ekstrak bunga asoka (Ixora paludosa L) menggunakan mordan tawas, berpengaruh terhadap nilai ketahanan luntur warna terhadap pencucian (perubahan warna) serta gosokan kering. Akan tetapi variasi ini tidak berpengaruh pada pencucian (penodaan warna) dan gosokan basah.
Saran
Untuk melengkapi hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis menyarankan untuk dilakukan penelitian lanjutan terkait pengaruh konsentrasi mordan dan konsentrasi elektrolit dalam pencelupan warna
KONTRIBUSI PENULIS
Semua penulis memiliki kontribusi yang sama dalam penelitian dan penulisan.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, S, A. (1986). Buku Materi Pokok Organik Bahan Alam. Jakarta: Penerbit Kurnika Angendari, M.D. (2004). Pengaruh Konsentrasi
Tawas Terhadap Pewarnaan Kain Menggunakan Ekstrak Kulit Bawang Merah. Seminar Nasional Riset Inovatif II (pp.1134-1139)
Atmaja, W.G.P.W. (2011). Potensi Pewarna Alam dari Campuran Biji Pinang, Daun Sirih, Gambir dengan Mordan KAlSO4 serta Pemanfaatannya dalam Pewarnaan Kayu Albisa (Paraserianthesfalcataria). Skripsi.
FMIPA. Universitas Udayana.
Baaka, N., Adel, M., Wafa, H., Mhenni, M.F, & Zine, M. (2017). Green Dyeing Process of Modified Cotton Fibres Using Natural Dyes Extracted from Tamarix Aphylla (L) Karst.
Leaves. Natural Product Research, 31 (1), 22-31.
Cardon, D & Chaenetgidu (1990).Guide to Natural Dyes. Paris: Delacauxetniesle.
Ding, Y. (2013) A Comparison Of Mordant And Natural Dyes In Dyeing Cotton Fabrics.
North Carolina: State University
Farida., Atika, V., & Haerudin, A. (2015). Pengaruh Variasi Bahan Pra-Mordan pada Pewarnaan Batik Menggunakan Akar Mengkudu (Morinda Citrifolia). Dinamika Kerajinan dan Batik, 32(1), 1-7.
Fitriah, S.N., & Utami, B. (2013). Penggunaan Buah Duwet (Eugenia Cumini) pada Batik Sutera Madura. Jurnal Tata Busana, 2 (3), 14-23.
Haar, S., Erica, S.E., & Barbara M. (2013).
Comparison of Aluminum Mordants on the Color fastness of Natural Dyes on Cotton.
Clothing and Textiles Research Journal, 31 (2), 97-108.
Hanum, T. (2000). Ekstraksi dan Stabilitas Zat Pewarna Alam dari Katul Ketan Hitam.
Buletin Teknologi dan Industri Pangan.1 (1), 17-23.
Hidayah (2014). Uji Stabilitas Pigmen dan Antioksidan Ekstrak Zat Warna Alami Kulit Buah Naga. Indonesian Journall Of Chemical Science, 3 (2).
Jackman, R.L & Smith, J.L (1992). Anthocyanins and Betalains. In Hendry, G.A.F &
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2022
Putri, F. I. P. & Rosyida, A. Pengaruh pH dan Waktu Pre-Mordan Tawas Terhadap Pencelupan Kain Kapas
dengan Zat Warna Alam dari Ekstrak Bunga Asoka (Ixora paludosa L) D10-10
Houghton, J.D (Ed.), Natural food colorants (pp.182–241). Glasgo: Blackie.
Rosyida, A & Subiyati. (2018). Pemanfaatan limbah serutan kayu nangka (Artocarpus heterophyllus) untuk pewarnaan kain sutera. Dinamika Kerajinan dan Batik, 35 (2), 111-118
Rosyida, A., Suranto., Masykuri, M., & Margono.
(2021). Minimisation of pollutionin the cotton fabric dyeing process with natural dyes by the selection of mordan type.
Journal of Textile and Apparel, 26 (1), 41- 56
Siva, R. (2007). Status of natural dyes and dyeyielding plants in India. Current Science, 7 (7), 916–925.
Somantri, K., Mauliza, I.N, Muslim, I &
Nuramdhani, I. (2014). Pemanfaatan Zat Warna Alam Ekstrak Daun Jati dan Mordan Kulit Biji Asam Jawa untuk Proses Pewarnaan Sutera dan Nilon. Indonesian Textile Conference (pp. 259-272), Bandung: STTT.
Thomas, M., Manurung, M., & Asih, I.A.R.A.
(2013). Pemanfaatan Zat Warna Alam dari Ekstrak Kulit Akar Mengkudu (Morinda citrifolia linn) pada Kain Katun. Journal of Chemistry, 7 (2), 24-33.
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2022
LEMBAR TANYA JAWAB SEMINAR
TANGGAL : 26 Oktober 2022
ROOM : D
MODERATOR : Isnaini, ST
NOTULIS : Mutiara Triwiswara, ST
Penanya : Isnaini (BBSPJIKB)
Pertanyaan : Mengapa pH tidak berpengaruh terhadap kelunturan?
Jawaban : Variasi PH tidak mempengaruhi ketahanan luntur terhadap pencucian pH tidak berkontribusi terhadap bertambahnya ikatan molekul zat warna dengan serat
Penanya : Farida (BBSPJIKB)
Pertanyaan : Bisakah diperlihatkan hasil pencelupannya?
Jawaban : Hasil pencelupan sudah ditunjukkan melalui kamera zoom
Penanya : Jakariya (BBT)
Pertanyaan : Zat Warna Alam kebanyakan luntur pencucian dan gosokan. Lebih baik dilakukan uji luntur terhadap cahaya karena interaksi kimia ikatan kompleks logam termasuk ikatan ion, melemah jika kena cahaya (misal proton dari matahari). Biasanya ZWA paling jelek kelunturan terhadap cahaya maka sebaiknya ini yang dijadikan evaluasi
Jawaban : Ketahanan luntur terhadap cahaya tidak dilakukan karena belum ada alat.
Ketahanan luntur warna terhadap cahaya jika tidak ada instrumennya dapat dilakukan dengan metoda cahaya matahari langsung. kemudian hasilnya dapat di asesmen menggunakan grey scale seperti biasa
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2022
Putri, F. I. P. & Rosyida, A. Pengaruh pH dan Waktu Pre-Mordan Tawas Terhadap Pencelupan Kain Kapas
dengan Zat Warna Alam dari Ekstrak Bunga Asoka (Ixora paludosa L) D10-12
Penanya : Tika (BBSPJIKB)
Pertanyaan : Bisakah dijelaskan berapa kali pencelupan warna dan pembilasannya?
Jawaban : Pencelupan 1 kali, pembilasan 3 kali