PENGARUHPENDEKATAN
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
(CTL)
MELALUI METODE EKSPERIMEN
TERHADAP HASIL BELAJAR SISW A
(Quasi Eksperimen di SMP Negeri 6 Kota Tangerang Selatan)
SKRIP SI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Sarjana Strata I (S.Pd)
Oleh:
KHUTBAH NIM: 105016300598
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
VIN
SY ARIF HIDAYATULLAH
(Quasi Eksperimen di Sll.fil Negeri 6 Kora Tangerang Selatan)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Pooa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Univeraitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Pembimbing I
OJeh:
KHUTBAH
Nllv1:105016300598
Di Bawah Bimbingan:
Pembimbing II
Iwa . Pennana uwarna, M.Pd NIP.19780504.200901.l.013
PROGRAM STIIDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN IU\ID PENGETAHUAN ALA1"1
FAKULTAS ILl\ID TARBIYAHDAN KEGURUAN
UlN SYARIFHIDAYATULLAH
(CTL) MELALUI METODE EKSPERIMEN
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA", disusun oleh Khutbah, NIM
105016300598, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah J akmia pacla tanggal 10 Desember 2010 dihaclapan de wan
penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S 1 (S.Pd) pada
Jurusan Pencliclikan Ilmu Pengetahuan Alam (IP A) Program Stucli Pendidikan
Fisika.
Jakmia, 17 Januari 2011
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan IP A)
Baig Hana Susanti, M.Sc NIP. 150 299 475
Sekretm·is (Sekretaris Jurusan Pendiclikan IPA)
Nengsih Juanengsih, M.Pd NIP. 19790510 2006042001
Penguji I
Prof. Dr. Aziz Fahrurrozi, MA NIP. 19520609 1981031004
Penguji II
Erina He1ianti, M.Si
NIP. 19720419 1999032002
Mengetahui:
Tanggal
セォセO@
セセGBG@
セセセG@
Program Stndi Pendidikan Fisika, Jnrusan Pendidikan limn Pengetahnan Alam, Falmltas limn Tarbiyah dan Kegnrnan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatnllah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) melalui metode
eksperimen terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 6 Kota Tangerang Selatan pada bulan Januari 2010. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Quasi Eksperimen. Pada penelitian ini sampel diambil
sebanyak 60 orang dengan menggunakan tehnik Purposive Sampling dan dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes objektif bentuk pilihan ganda. Tes ini terdiri dari empat pilihan (opsi) dan hasilnya dhrji melalui satatistik uji "t". Dari hasil perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 3,27 sedangkan ltabel sebesar
1,98 pada taraf signifikansi 0,05 atau dapat diketahui thitung > trnbeL Maka dapat
disimpulkan bahwa Ha yang menyatakan terdapat pengaruh pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) melalui metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa diterima atau disetujui. Hal ini menunjukan bahwa pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) melalui metode eksperimen membawa pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar fisika.
University Syarif Jlidayatullah Jakarta. The aim of this research is to know the Effect of The Contextual Teaching and Learning (CTL) Approach Experimental Methods to Students Learning Outcomes. This research has been done in January 2010 at SMP Negeri 6 in South Tangerang. The research methodology was used Quasi Experiment method. To get the data, the research took 60 students as a sample by using Purpsive Sampling technique, after that the class was divided into two group, i.e. experiments and control classes. The instrumentation of this research used an objective mulliple choice test. This test was consisted of four options, and the result of this test had been tested through t-test statistic. The calculation oftcount was 3,27 and t1able was 1,98, and 0,05 on the significant level or tcount > t1ab/e . The conclusion is Ha that explained there are any Effect of The Contextual Teaching and Learning (CTL) Approach Experimental Methods to Students Learning Outcomes. This indicated that Effect of The Contextual Teaching and Learning (CTL) Approach Experimental Methods brings the significant influence to the learning output.
khalifah di muka bumi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan umat manusia, yaitu Nabi Muhammad SAW sang pemilik akhlak mulia, pembawa kebenaran dan kedamaian bagi seluruh alam. Atas berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang ada.
Adapun keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari banyak pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis patut mengucapkan banyak terima kasih kepada:
I. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus sebagai pembimbing I dalam penulisan skripsi ini.
2. Ketua Jurusan Pendidikan IPA Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc. 3. Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA !bu Nengsih Juanengsih, M.Pd. 4. Ketua Prodi Fisika !bu Erina Hertanti, M.Si.
5. Bapak Iwan Permana Suwama, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing penulis dalam menyikapi semua permasalahan dalam skripsi ini. 6. Bapak Ikbal, S.Pd. MM, selaku Kepala SMP Negeri 6 kola Tangerang Se Iatan
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Observasi dan perielitian skripsi.
7. Bapak Saprudin, S.Pd, selaku guru mata pelajaran IPA di SMP Negeri 6 Kota Tangerang Selatan.
8. Seluruh guru, karyawan dan siswa-siswi SMP Negeri 6 Kota Tangerang Selatan yang banyak memberikan pengetahuan selama penulis menjalankan penelitian skripsi.
kebersamaan.
Akhirnya penulis berharap semoga amal baik semua pihak serta
jasa-jasanya menclapat balasan yang berlipat gancla clari Allah SWT clan hanya kepacla
Allah jualah penulis berharap semoga skripsi ini clapat bermanfaat khususnya bagi
penulis sencliii clan para pembaca umumnya.
Jakarta, J uni 2 0 10
ABSTRAK ... .
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFT AR ISi ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah... 3
C. Pembatasan Masalah ... 3
D. Perumusan Masalah ... 3
E. Tujuan Penelitian ... 3
F. Manfaat Penelitian ... ... ... ... ... ... ... 4
BAB II KAJIAN TEO RI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 5
A. Kajian Teori ... 5
I. Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 5
a. Landasan Filosofis CTL ... 5
b. Pengertian CTL ... ... .. ... .... . . .. .. .. ... ... .. .. ... ... .. . 6
c. Karakteristik Pembelaj aran CTL .. ... ... .. .. ... ... 9
d. Manfaat CTL dalam Pembelajaran ... 10
e. Langlah-langkah Penerapan CTL ... 13
2. Metode Eksperimen ... 14
d. Pengukuran Hasil belaj ar .. . ... ... ... ... ... ... .. ... ... .. . 23
4. Hukum Newton ... 27
a. Hukum I Newton ... 27
b. Hukum II Newton ... 28
c. Hukum III Newton ... 29
B. Kajian Penelitian yang Relevan ... 30
C. Kerangka Berpikir ... 32
D. Pengajuan Hipotesis ... 33
BAB III METODE PENELITIAN ... 34
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34
B. Metode Penelitian ... 34
C. Desain Penelitian ... 34
D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 35
E. Teknik Pengambilan Sampel ... 35
F. Prosedur Penelitian ... 36
. G. Instrumen Penelitian ... .... ... ... ... ... .. ... ... ... .... 3 7 H. Variabel Penelitian .. .. ... ... ... ... .. ... ... ... ... .. .. ... 3 9 I. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 39
J. Teknik Pengumpulan Data ... 42
K. Teknis Analisis Data ... 42
L. Hipotesis Statistik .... .... ... ... ... ... .. ... ... 4 7 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48
A. Deskripsi Data ... 48
1. Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 53
2. Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 53
3. Uji Hipotesis ... 54
a. Hipotesis Hasil Pretest Eksperimen dan Kontrol... 54
b. Hipotesis Hasil Posttest Eksperimen dan Kontrol ... 55
c. Uji Normal Gain Eksperimen dan Kontrol... 56
D. Interpretasi Hasil Penellitian ... 57
E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 62
A. Kesimpulan .. ... ... ... .. ... ... .. ... ... .. ... ... ... .. .. ... .. ... .... ... ... ... 62
B. Saran ... 62
DAFT AR PUST AKA ... 63
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 3.5
Tabel 3.6
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Interpretasi Reliabilitas ... .40
Interpretasi Tingkat Kesukaran ... .41
Interpretasi Daya Pembeda ... .42
Kriteria Normal Gain ... 47
Rekapitulasi Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 51
Kategorisasi N-Gain Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 52
Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kai Kuadrat.. ... 53
Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest ... 54
Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Pretest ... 55
Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Pastiest ... 56
Gambar 4.1 Grafilc Batang Basil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol.. 49
Gambar 4.2 Grafilc Batang Basil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol 50
Gambar 4.3 Grafik Batang N-Gain Kelompok Eksperimen dan Kontrol.. ... 51
Lampiran A.2 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian... ... . . . .. 84
Lampiran A.3 Contoh Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Uji Coba lnstrumen Penelitian ... 85
Lampiran A.4 Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian ... 87
Lampiran A.5 Distribusi Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian ... 88
Lampiran A.6 Daya Pembeda Instrumen Penelitian ... 90
Lampiran A.7 Distribusi Daya Pembeda Instrumen Penelitian ... 91
Lampiran A.8 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 93
Lampiran A.9 Soal Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar yang dipakai dalam Penelitian ... 95
Lampiran A. I 0 Kunci Jawaban Instrumen Tes Hasil Bela jar Yang Dipakai Dalam Penelitian ... I 0 I Lampiran B Perangkat Pembelajaran ... 102
Lampiran B.l Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Ke las Eksperimen ... I 02 Lampiran B.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Ke las Kontrol ... 123
Lampiran C Uji Analisis Data ... 132
Lampiran C.I Data Nilai Pretest- Posttest ... 132
Lampiran C.2 Distribusi Data Skor Pretest Kelas Eksperimen ... 133
Lampiran C.3 Distribusi Data Skor Pretest Kelas Kontrol ... 139
Lampiran C.4 Distribusi Data Skor Posttest Kelas Eksperimen ... .144
Lampiran C.5 Distribusi Data Skor Posttest Kelas Kontrol ... .150
Lampiran C.7 Uji Homogenitas ... 155
Lampiran C.8 Uji Hipotesis ... 159
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan dari proses pembelajaran adalah untuk meningkatkan dan
mencapai suatu peningkatan hasil belajar. Dalam proses belajar mengajar, aspek
yang paling penting untuk mencapai tujuan tersebut adalah peran aktif siswa dan
keterlibatan siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru di dalam kelas.
Peran aktif siswa di dalam kelas sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan
pembelajaran yang diinginkan. Pendekatan pembelajaran yang digunakan pada
saat mengajar juga berpengaruh kepada peran aktif siswa di dalam kelas. Apabila
pada saat mengajar pendekatan yang digunakan bervariasi, maka siswa akan
cenderung lebih semangat untuk mengikuti materi pelajaran.
Bervariasinya pendekatan yang digunakan oleh guru bisa dijadikan
sebagai salah satu alternatif agar tercipta suasana belajar yang aktif. Dengan
demikian, akan terjadi komunikasi dua arah yaitu antara siswa dan guru. Akan
tetapi, sampai saat ini proses pembelajaran masih didominasi oleh pendekatan
konvensional, dimana dalam pembelajaran tersebut siswa masih dijadikan sebagai
objek dalam pembelajaran. Dengan arti lain, bahwa proses pembelajaran masih
memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi siswa untuk
berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya. 1
Apabila proses pembelajaran hanya menggunakan pembelajaran
konvensional tanpa divariasikan dengan pendekatan lain, ha! tersebut bisa
membuat siswa cendenmg bosan untuk mengikuti proses pembelajaran. Padahal
proses pembelajaran fisika tidak hanya sekedar memberikan pemahaman kepada
siswa tentang pengertian ataupun konsep saja, tetapi siswa juga memerlukan suatu
proses berlatih, menemukan dan bereksperimen tentang materi yang di pelajari.
Seorang guru hams bisa menciptakan suasana lingkungan belajar yang alamiah,
secara alamiah. Siswa akan belajar lebih bermakna apabila siswa sendi1i yang
mengalami dan merasakan sendiri pengalaman terhadap hal-hal yang telah
dipelajarinya, bukan hanya transfer pengetahuan dari gurunya.2 Untuk itu
diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang bisa mendorong siswa untuk bisa
mengaitkan antara materi yang telah dipelajarinya dengan kehidupan sehari-hari
siswa.
Salah satu pendekatan yang bisa digunakan adalah pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) melalui metode eksperimen. Pendekatan pembelajaran ini mendorong siswa untuk mencan dan menemukan sendiri
pengetahuan lewat pengalaman. Dengan siswa merasakan sendiri proses
pembelajarannya, maka ha! tersebut dapat menjadi dorongan atau motivasi pada
diri siswa tersebut untuk belajar dan menambah pengetahuannya.
Pengetahuan bisa didapatkan dimana saja, termasuk di alam.
Fenomena-fenomena alam tersebut bisa dipelajari pada mata pelajaran fisika. Karena fisika
merupakan ilmu yang mempelajari materi dan interaksinya. Banyak
konsep-konsep fisika yang bisa menjelaskan fenomena-fenomena tersebut. Salah satunya
penerapan konsep Hukum Newton. Hukum Newton adalah salah satu materi pada
mata pelajaran Fisika yang konsepnya bisa diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Konsep ini di ambil karena sesuai dengan pendekatan pembelajaran dengan
menggunakan CTL melalui metode eksperimen. Pembelajaran CTL melalui
metode eksperimen bisa membuat siswa lebih mudah untuk memahami materi
pelajaran karena siswa sendiri yang melakukan eksperimen dan bisa
menghubungkan materi pelajaran tersebut dengan dunia nyata siswa.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk meneliti
lebih lanjut dan penulis ingin menuangkannya ke dalam penyusunan atau
penulisan skripsi yang berjudul: "Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching
mu/ Learning (CTL) Melalui Metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalab yang telab diuraikan di atas dapat
diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Penerapan pendekatan pembelajaran di kelas masih bersifat konvensional.
2. Adan ya faktor internal dan ekstemal yang mempengaruhi hasil belaj ar siswa.
3. Kurang adanya variasi pendekatan yang digunakan pada proses pembelajaran.
C. Pembatasan masalah
Agar penelitian ini lcbih terarah, maka ruang lingkup masalah hanya akan
dibatasi sebagai berikut :
I. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) melalui metode eksperimen.
2. Hasil belajar yang diukur hanya pada ranah kognitif berdasarkan taksonomi
Bloom padajenjang C1 (Pengetahuan), C2 (Pemahaman), C3 (Penerapan) dan
C4 (Analisis).
3. Konsep fisika yang dibahas adalah konsep hukum Newton.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di
alas maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: "Bagaimanakah
pengaruh pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) melalui metode
eksperimen terhadap hasil belajar siswa?"
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah uutuk mengetahui pengaruh pendekatan
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
I. Memberikan informasi tentang penerapan pendekatan Contextual Teaching
and Learning (CTL) melalui metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Memberikan informasi untuk mengembangkan pemikiran dan pengetahuan
yang bernilai tentang pendidikan.
3. Memberikan informasi mengenm kemampuan kognitif siswa pada proses
pembelajaran.
4. Sebagai informasi untuk mengembangkan upaya guru dalam pelaksanaan
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HlPOTESIS
A. Kerangka Teori
1. Contextual Teaching and Learning (CTL) a. Landasan Filosofis CTL
Landasan filosofis CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi
belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal,
tetapi harus merekonstrnksikan atau membangun pengetahuan dan
keterampilan barn lewat fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami
dalam kehidupannya 1• Konstrnktivisme merupakan salah satu aliran
filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita
merupakan hasil konstrnksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan bukanlah
suatu imitasi dari kenyataan (realita). Pengetahuan bukanlah gambaran
dari clunia kenyataan yang acla, pengetahuan mernpakan akibat clari suatu
konstruksi kognitif clari kenyataan yang terj adi melalui serangkaian
aktivitas seseorang. Pengetahuan bukanlah tentang hal-hal yang terlepas
dari pengamat, tetapi mernpakan ciptaan manusia yang dikonstrnksikan
clari pengalaman atau clunia sejauh clialaminya. Proses pembentukan ini
berjalan terns menerns clan setiap kali te1jadi reorganisasi atau rekonstrnksi
karena adanya suatu pemahaman yang baru.
Alat/sarana yang terseclia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu
adalah inclranya. Seseorang berinteraksi clengan objek clan lingktmgan
clengan cara melihat, menclengar, menjamah, mencium dan merasakannya
claTi sentuhan inclrawi itu, seseorang mengkonstruksi gambaran clunianya.
Menurnt konstruktivisme, pengetahuan acla clalam diri seseorang yang
sedang mengetahui. Pengetahuan ticlak clapat clipindahkan begitu saja clari
hams mengartikan apa yang tel ah diaj arkan dengan menyesuaikan
terhadap pengalaman-pengalaman mereka atau konstruksi yang telah
mereka bangun/miliki sebelumnya.
Pengetahuan merujuk pada pengalaman seseorang akan dunia,
tetapi bukan dunia itu sendiri. Tanpa pengalaman, seseorang tidak dapat
membentuk pengetahuan. Pengalaman tidak hanya diartikan sebagai
pengalaman fisik, tetapi juga pengalaman kognitif dan mental.
Pengetahuan dibentuk oleh struktur penerimaan konsep seseorang sewaktu
dia berinteraksi dengan lingkungannya.
Menurut konstruktivisme, pengetahuan bukanlah ha! yang statis
tetapi suatu proses menjadi tahu. Konstruktivisme juga menyatakan bahwa
semua pengetahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi kita sendiri,
maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer pengetahuan dari
seseorang kepada yang lain. Setiap orang membangun pengetahuannya
sendiri, sehingga transfer pengetahuan adalah sangat mustahil terjadi.
Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer dari orang yang
mempunyai pengetahuan. Bahkan, bila seorang guru bermaksud
mentransfer konsep, ide dan penge1iiannya kepada siswa, pemindahan itu
hams diinterpretasikan, ditransformasikan dan dikonstruksikan oleh siswa
melalui pengalamannya. Banyaknya siswa yang salah menangkap apa
yang diajarkan oleh gurunya memmjukkan bal1wa pengetahuan itu tidak
dapat begitu saja dipindahkan, melainkan hams dikonstruksikan atau
paling sedikit dikonstruksikan dan ditransformasikan sendiri oleh siswa.
b. Pengertian CTL
CTL adalah singkatan dari Contextual Teaching and learning.
Konteks berasal dari kata kerja latin contexere yang berarti "menjalin
bersama". Kata konteks merujuk pada "keseluruhan situasi, latar belakang
(Webster's New World Dictionary).2 Teaching adalah refleksi sistem
kepribadian sang guru yang bertindak secara profesional; Learning adalah
refleksi sistem kepribadian siswa yang menunjukkan prilaku yang terkait
dengan tugas yang diberikan.3 Sesuai dengan kedua definisi ini, dapat
disimpulkan bahwa dalam ha! ini, guru berperan sebagai fasilitator tanpa
henti, yakni membantu siswa menemukan makua (pengetahuan). Pada
dasarnya siswa memiliki responsi potensiality (potensi diri) yang bersifat
kodrati. Keinginan untuk menemukan makua adalah sangat mendasar bagi
manusia. Tugas utama pendidik adalah memperdayakan potensi diri ini
sehingga siswa terlatih menangkap makua dan materi yang diajarkan. Ada
beberapa pengertian mengenai CTL yang diberikan oleh beberapa para
ahli, disini ditampilkan lima pengertian yang berbeda.
Pertama, pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and
Learning (CTL) merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan
mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka seba.gai
anggota keluarga dan masyarakat. Pembelajaran kontekstual mernpakan
prosedur pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik memahami
makua bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam
Iingkungan sosial dan budaya masyarakat.4 Kelebihan konsep belajar ini
yaitu hasil pembelajaran diharapkan alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari gum ke siswa.
Kedua, CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan
kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan
materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan
2
A. Chaedar Alwasilah, Contextual Teaching & Learning Metijadikan K.egiatan Be/ajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung:Mizan Learning Center, 2006), h. 83
nyata sehingga mendorong s1swa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan mereka. 5
Ketiga, CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan
pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan
peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu
menghubungkan dan menerapkan kompetensi basil belajar dalam
kehidupan sehari-hari.6
Keempat, pendekatan kontekstual (CTL) merupakan suatu
konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan
situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara
pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga, warga negara dan tenaga kerja (US. Departement of Education
the National school-to-Work Office yang dikutip oleh Blanchard, 2001). 7
Kelima, Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep
belajar yang rnembantu guru dalam mengkaitkan antara materi yang
dipelajarinya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong s1swa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan tujuh
komponen pembelajaran efektif (Nurhadi, 2005:5). 8
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pendekatan CTL dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran
yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan.
Melalui hubungan di dalam dan di luar kelas, CTL menjadikan
pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam membangun
pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam kehiduparmya. CTL
5
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (.fakarta:Kencana, 2008), h. 255
6
E. Mulyasa, Me'!iadi Guru Profesional"lvfenciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan", (Bandung:Rosdakarya, 2005), cet 2 h. 102
7
menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi tersebut digunakan,
serta berhubungan dengan bagaimana siswa belaj ar.
Materi belajar akan semakin berarti jika siswa mempelajari materi
pelajaran yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka dan
menemukan arti di dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran
akan menjadi lebih berarti dan menyenangkan. Siswa akan bekerja keras
untuk mencapai tujuan pembelajaran dan selanjutnya siswa akan
memanfaatkan kembali pemahaman pengetahuan dan kemampuannya itu
dalam konteks diluar sekolah untuk menyelesaikan permasalahan dunia
nyata, baik secara mandiri maupun secara kelompok.
c. Karakreristik Pembelajaran CTL
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
I) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran
yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks
kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam
lingkungan yang alamiah (learning in real life setting).
2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada s1swa untuk
mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning).
3) Pembelajaran yang dilaksanakan dengan memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa (learning by doing).
4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling
mengoreksi antar teman (learning in group).
5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa
kebersamaan, bekerjasama dan saling memahami antara satu dengan
yang lain secara mendalam (learning to know each other deeply).
6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif dan
mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquily, to work
7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan
(learning as an enjoy activity). 9
cl. Manfaat CTL clalam Proses Pembelajaran
Manfaat CTL dalam proses pembelajaran, konsep akan lebih
bermakna bagi siswa jika pengetahuan barn siswa diperoleh berdasarkan
pengalaman pribadi, berkomunikasi dengan orang lain dan
menghubungkan konsep dengan kehidupan sehari-hari. Hal tersebut sesuai
dengan tujuh komponen dalam CTL yaitu:
I) Konstrnktivisme
Konstrnktivisme adalah proses membangun dan menyusun
pengetahuan barn dalam strnktur kognitif siswa berdasarkan
pengalaman. Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang
berasal dari luar akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri
seseorang. Oleh sebab itu, pengetahuan terbentuk dari dua faktor
penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan
subjek untuk menginterpretasi objek tersebut. Keclua faktor tersebut
sama pentingnya, dengan demikian pengetahuan itu tidak bersifat statis
akan tetapi bersifat dinamis
mengkonstruksinya. Lebih
pengetahuan sebagai berikut:
tergantung inclividu yang melihat dan
jauh Piaget menyatakan hakikat
a) Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan
belaka, akan tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui
kegiatan subjek.
b) Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan strnktur
yang perlu untuk pengetahuan.
c) Pengetahuan dibentuk dalam strnktur konsepsi seseorang. Struktur
konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam
Asumsi itu yang kemudian melandasi CTL. Pembelajaran melalui
CTL pada dasarnya mendorong agar siswa dapat mengonstruksi
pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalaman.
2) Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil
dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang
merujuk pada kegiatan menemukan, apa pun materi yang diajarkannya.
Menemukan akan melalui proses siklus inquiry yaitu observasi,
bertanya, mengajukan dugaan (hipotesis), pengumpulan data dan
penyimpulan. Langkah-langkah kegiatan inquiry adalah sebagai
berikut:
a) Merumuskan masalah.
b) Mengamati atau melakukan observasi.
c) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan,
bagan, tabel dan karya lainnya.
d) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca,
teman sekelas, guru atau audien yang lain.
3) Be1ianya
Pengetahuan seseorang selalu melalui tahap bertanya. Kegiatan
bertanya merupakan sebuah kegiatan kerja produktif. Kegunaan
be1ianya adalah: menggali informasi, mengecek pemahaman siswa,
membangkitkan respon kepada siswa, mengetahui hal-hal yang sudah
diketahui siswa, memfokuskan perhatian siswa, untuk membangkitkan
lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa dan menyegarkan kembali
pengetahuan siswa.
4) Masyarakat Belaj ar
Masyarakat belajar bisa saja terjadi apabila ada proses
kelompok-kelompok belajar yang heterogen. Disanalah mereka
dituntut untuk bertukar pikiran antar sesama siswa dalam proses
belajarnya dengan arahan dari guru. Dalam kelompok ini semua
menjadi sumber belajar.
5) Pemodelan
Sebuah proses pembelajaran, keterampilan atau pengetahuan
tertentu ada model yang bisa ditiru. Model ini dapat berupa cara
mengoperasikan sesuatu, menirukan gerakan, mengucapkan ulang dan
lain-lain. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya
model. Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa.
Seseorang bisa ditunjuk untuk memodelkan sesuatu berdasarkan
pengalaman yang diketahuinya.
6) Refleksi
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang barn dipelajari
atau berfikir tentang apa yang sudah kita lakukan di masa lalu.
Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses. Pengetahuan yang
dimiliki siswa diperluas dalam konteks pembelajaran, yang kemudian
diperluas sedikit demi sedikit. Guru membantu siswa membuat
hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya
dengan pengetahuan-pengetahuan yang barn. Dengan begitu, siswa
merasa memperoleh sesuatu yang bergnna bagi dirinya tentang apa
yang barn dipelajarinya.
Realisasi dari refleksi dapat berupa pemyataan langsung
tentang apa yang diperolehnya pada hari itu, catatan atau jumal di
buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu,
diskusi dan basil karya.
7) Penilaian yang sebenamya (authentic assesment)
Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa dan kemajuan
Karakteristik authentic assesment adalah dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, bisa digunakan untuk
formatif dan sumatif, mengukur keterampilan dan performance
(perbuatan) siswa dan bukan hanya mengingat faktanya saja,
berkesinambungan, terintegritas dan dapat digunakan sebagai feed
back.
Konsep pengetahuan barn siswa juga akan lebih bermakna j ika
seorang guru memperhatikan berbagai jenis kecerdasan yang dimiliki
siswa, yaitu setiap orang memiliki semua kecerdasan tcrsebut. Waiau
bagaimanapun, tahap dan kombinasi kecerdasan berbeda-beda diantara
individu. Dari berbagai kecerdasan tersebut tidak hanya memberi
informasi tentang apa yang dipelajari, tetapi lebih penting lagi
bagaimana mempelajarinya. Justru CTL dapat membangkitkan potensi
kecerdasan siswa dan pembelajaran akan lebih terkesan.
Berdasarkan ke tujuh komponen di atas bisa disimpulkan bahwa CTL
adalah suatu pendekatan berbeda, melakukan lebih daripada sekedar menuntun
para siswa dalam menggabungkan subjek-subjek akademik dengan
pengalaman mereka sendiri. CTL juga melibatkan para siswa dalam mencari
makna pengalaman itu sendiri. CTL mendorong mereka melihat bahwa
manusia itu sendiri memiliki kapasitas berperan aktif dalam proses
pembelajaran.
e. Langkah-Iangkah Penerapan CTL
PembelajaTan CTL, seorang guru berperan dalam memilih,
menciptakan dan menyelenggarakan pembelajaran yang menggabungkan
seberapa banyak bentuk pengalaman siswa termasuk aspek sosial, fisikal
dan psikologi untuk mencapai basil pembelajaran yang diinginkan. Dalam
lingkungan sekitar, siswa menemukan hubungan yang bermakna antara ide
abstrak dan aplikasi praktikal dalam konteks nyata. Siswa akan memproses
Seorang guru dalam melaksanakan kegiatan CTL di kelas, harus
memperhatikan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
I) Guru memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan.
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
3) Guru membagi kelompok.
4) Melakukan percobaan.
5) Diskusi kelompok.
6) Hasil diskusi dipresentasikan.
7) Menerangkan konsep.
8) Menyimpulkan.
9) Penugasan.
Dengan memperhatikan langkah-langkah pembelajaran di atas
diharapkan akan lebih mempermudah dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan Contextual Teaching and Learning (CTL).
2. Metode Eksperimen
a. Pengerthm Metode Eksperimen
Metode eksperimen merupakan salah satu cara mengajar dengan
melakukan suatu percobaan tentang sesuatu ha!, mengamati prosesnya,
serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian pengamatannya
disampaikan di kelas dan dievaluasi oleh guru.10 Penggunaan teknik
mengajar ini bertujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan
sendiri bagaimana jawaban atas persoalan yang dihadapi dengan
mengadakan percobaan sendiri, juga melatih berfikir siswa secara
ilmiah. Hal ini menunjukkan bahwa metode eksperimen merupakan
metode pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dengan demikian
diharapkan dengan metode ini siswa akan termotivasi dan memiliki
minat yang tinggi dalam belajar, sehingga diperoleh hasil belajar yang
Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyaJian
pelajaran di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan
membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.11 Menurut Mulyasa
metode eksperimen merupakan suatu bentuk pembelajaran yang
melibatkan pese1ia didik bekerja dengan benda-benda, bahan-bahan
dan peralatan Iaboratorium, baik secara perseorangan maupun secara
kelompok.12 Metode eksperimen akan berhasil digunakan untuk
mengubah pengetahuan siswa jika mereka melaksanakan tugas-tugas
kecil dalam eksperimen. Banyak tugas akan membantu siswa
menyusun kembali pengetahuannya dengan menghabiskan sedikit
waktu dengan berinteraksi dengan alat-alat, intruksi dan cara kerja
serta menghabiskan Iebih banyak waktu berdiskusi dan merenU11g.
Kegiatan eksperimen penting dilakukan secara terns menerus untuk
mengembangkan pengetahuan siswa dan membandingkan apa yang
mereka temukan serta mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata
sehingga proses pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.
Kegiatan laboratorium akan membangkitkan rasa ingin tahu
siswa terhadap fenomena alam, serta menantang untuk berfikir kritis
dalam mencari alternatif pemecahan tersebut suatu masalah-masalah.
Melatih ketekunan siswa Iewat pengamatan, pengumpulan data,
analisis data serta mengembangkan _ daya temu siswa dalam
membangkitkan ide-ide, gagasan-gagasan pemikiran di dalam
menginterpretasikan masalah-masalah, sehingga siswa tertantang
untuk mengembangkan suatu bentuk-bentuk eksperimen barn.
Keberhasilan dalam kegiatan Iaboratorium akan memberikan
perasaan senang secara intrinsik, yang pada akhirnya akan
meningkatkan minat belajar siswa. Peningkatan minat belajar siswa
dan sikap ilmiah akan bermuara pada peningkatan proses belajar dan
metode pembelajaran yang berupaya mengaktifkan aspek kognitif,
afektif dan psikomotor. Aspek kognitif (keterampilan berfikir) siswa
akan berkembang j ika guru mengkondisikan dan memotivasi siswa
untuk belajar melalui kegiatan yang direncanakan. Sementara aspek
afektif biasanya dihubungkan dengan percaya diri siswa. Percaya diri
akan timbul sedikit demi sedikit karena lingkungan setempat. Artinya
karena dalam metode eksperimen pembelajaran terpusat pada siswa
dan siswa akan bru1yak aktif sehingga mereka merasa bahwa mereka
bisa dan bisa. Sedangkan aspek psikomotor yaitu menjadikan siswa
terarnpil dalam penggunaan alat, bahan serta penyusunan alat. Dengan
demikian diharapkan hasil belajar akan lebih bermakna karena
mengaktifkan berbagai aspek yang ada.
Hal-ha! yang hams diperhatikan dalam melakukan eksperimen
adalah sebagai berikut:
a) Persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan dan peralatan yang akan
digunakan.
b) Usahakan siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan
eksperimen.
c) Sebelum diadakan eksperimen siswa terlebih dahulu diberikan
penjelasan dan petunjuk-petunjuk seperlunya.
d) Lakukan pengelompokan atau masing-masing individu
mengerjakan percobaan-percobaan yang telah direncanakan dan
bila hasilnya belum memuaskan dapat dilakukan eksperimen
ulangan untuk membuktikan kebenarrumya.
e) Setiap kelompok atau individu dapat melaporkan hasil
percobarumya secara teiiulis.13
Agar penggunaan teknik eksperimen itu efisien dan efektif,
a) Dalam ekperimen setiap siswa hams mengadakan percobaan, maka
jumlah alat dan bahan atau materi percobaan hams cukup bagi tiap
s1swa.
b) Agar eksperimen itu tidak gaga! dan siswa menemukan bukti yang
meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka
kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan hams baik
dan bersih.
c) Siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses
percobaan, maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga
mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang
dipelajari itu.
d) Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih, maka
perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping
memperoleh pengetahuan, pengalaman serta keterampilan, juga
kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam
memilih obyek eksperimen itu.
e) Perlu dimengerti juga bahwa tidak semua masalah bisa
dieksperimenkan, seperti masalah yang mengenai kejiwaan,
beberapa seg1 kehidupan sosial dan keyakinan manusia.
Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga
masalah itu tidak bisa diadakan percobaan karena alatnya belum
ada. 14
Prosedur pelaksanaan metode ekperimen atau langkah-langkah
yang perlu dipersiapkan guru dalam menggunakan metode eksperimen
adalah sebagai berikut:
a) Tetapkan tujuan eksperimen.
b) Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
d) Pertimbangkan jumlah peserta didik sesuai dengan alat-alat yang
tersedia.
e) Perhatikan keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil atau
menghindarkan resiko yang merugikan atau berbahaya.
f) Perhatikan disiplin atau tata tertib, terutama dalam menjaga
peralatan dan bahan yang akan digunakan.
g) Berikan penjelasan tentang apa yang hams diperhatikan clan
tahapan-tahapan yang hams dilakukan peserta didik, termasuk
yang dilarang dan yang membahayakan.15
b. Kelebihan dan kelemahan metode eksperimen
Metode eksperimen mempunyai beberapa kelebihan, yaitu:
1) Metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau
kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya
menerima kata guru atau buku.
2) Dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi
eksploratoris (menjdajahi) tentang sains dan teknologi; suatu sikap
yang dituntut dari seorang ilmuan.
3) Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa
terobosan-terobosan barn dengan penemuan sebagai hasil
percobaannya, yang diharapkan dapat membawa manfaat bagi
kesejahteraan hidup manusia.
4) Hasil-hasil percobaan yang berharga yang ditemukan dari metode
ini dapat memanfaatkan alam yang kaya ini untuk kemakmuran • 16
manusia.
Selain mempunyai kelebihan, metode mengaJar dengan
eksperimen juga mempunyai kelemahan, antara lain:
I) Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang sains dan
2) Pelaksanaan metode ini sermg memerlukan berbagai fasilitas
peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan murah.
3) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan.
4) Hasil percobaan hanyalah usaha untuk mendekati kebenaran,
bukanlah berupa kebenaran mutlak.
5) Dal am kehidupan tidak semua ha! dapat dij adikan materi
percobaan dan hams dicobakan. Hal ini disebabkan oleh
kemungkinan terbatasnya biaya, fasilitas, waktu atau karena
merupakan sesuatu yang perlu diterima secara langsung
kebenarannya karena menyangkut nilai, moral dan keagamaan atau
ketuhanan.
6) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan
karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar
jangkauan kemampuan atau pengendalian.
7) Sangat menuntut penguasaan perkembangan materi, fasilitas
peralatan dan bahan mutakhir. Sering terjadi siswa lebih dahulu
mengenal dan menggunakan alat dan bahan tertentu daripada guru.11
3. Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar·
Belajar atau yang disebut dengan learning, adalah perubahan
yang secara relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari
pengalaman-pengalaman. Belajar merupakan salah satu bentuk
perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. belajar
membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungan,
dan dengan adanya proses belaj ar inilah manusia dapat bertal1an hid up
(survived). 18
17
Belaj ar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman
dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku,
baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap,
bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.19 Salah satu
ciri bahwa seseorang dikatakan sudah atau telah belajar ialah adanya
suatu perubahan tingkah laku pada diri seseorang tersebut. Perubahan
itu menyangkut perubahan dalam pengetahuan dan keterampilan atau
juga perubahan dalam sikap.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang barn secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. 20 Menurut pengertian secara psikologis, belajar
merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.21 Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang
banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak
setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam
arti belajar. Definisi dari belajar di atas mengandung pengertian bahwa
yang dimaksud dengan belajar adalah perubahan tingkah laku
seseorang secara keseluruhan atas apa yang didapat dari suatu
pengalamarmya. baik dari suatu penglihatan, pengamatan ataupun
meniru dari seseorang yang ia anggap paling bail<.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
oleh seseorang dengan serangkaian kegiatan dalam mencapai
perubahan tingkah laku, pengetahuan, kepribadian, keterampilan yang
diakibatkan oleh terjadinya interaksi antara seseorang dengan
19
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Be/ajar Mengajar, (Jakarta : PT. Rineka Cifta, 2002), h I 0-11
r>!-"--seseorang, seseorang dengan kelompok dan seseorang dengan
lingkungannya sebagai hasil dari pengalaman.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar s1swa dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu: faktor yang datangnya dari
dalam diri siswa (faktor internal) dan faktor yang datangnya dari luar
diri siswa (faktor eksternal). Faktor internal yang mempengaruhi hasil
belajar siswa adalah sebagai berikut:
1) Faktor jasmani (fisiologis), baik yang bersifat bawaan ataupun
yang diperolehnya, contohnya penglihatan, pendengaran, struktur
tubuh dan lain sebagainya.
2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperolehnya. Faktor ini terdiri atas faktor:
a) Faktor intelektif yang meliputi: faktor potensial yaitu kecerdasan,
bakat dan faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dan
pernah dimiliki.
b) Faktor non intelektif adalah unsur-unsur kepribadian tertentu
seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosional dan
penyesuaian diri.
3) Faktor kematangan fisik maupun psikis
Faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah
sebagai berikut:
a) Faktor sosial yang terdiri dari: lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan kelompok.
b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, tekuologi
dan kesenian.
c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan
iklim.
Faktor-faktor tersebut di atas saling berinteraksi secara
langsung maupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar
. 22
SISWa.
c. Hasil Belajar sebagai Objek Penilaian
Proses belajar mengajar terdiri dari empat unsur utama yakni
tujuan, bahan, metode dan alat penilaian. Tujuan sebagai arah dari
proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah rumusan tingkah laku
yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa setelah menerima atau
menempuh pengalaman belajamya. Bahan adalah seperangkat
pengetahuan ilmiah yang dijabarkan dalam kurikulum untuk
disampaikan atau dibahas dalam proses belajar mengajar agar sampai
kepada tujuan yang telah ditetapkan. Metode dan alat adalah cara atau
teknik yang digunakan dalam mencapai tujuan. Sedangkan penilaian
adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan
yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain,
penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses
dan hasil belajar siswa.
Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh sJSwa dalam
mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajamya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil
belajar yakni: (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan
pengertian dan ( c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil
belajar dapat diisi dengan bahai1 yang telah ditetapkan dalam
kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar,
yakni: (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi
kognitif, (d) sikap dan (e) keterampilan motoris. Dalam sistem
maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar
dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi
tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.
d. Pengukuran Hasil Belajar
I. Pengukuran Ranah Kognitif
Penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi bertujuan
untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan
berupa materi-materi esensial sebagi konsep fungsi dan prinsip utama.
Konsep kunci dan prinsip utama keilmuan tersebut harus dimiliki dan
dikuasai siswa secara tuntas, bukan hanya dalam bentuk hapalan.
Ranah kognitif ini merupakan ranah yang lebih banyak melibatkan
kegiatan mental. Pada ranah ini terdapat enam jenjang berpikir mulai
dari yang tingkat rendah sampai tinggi, yakni: (I) pengetahuan/ingatan
(knowledge), (2) pengetahuan (comprehension), (3) penerapan
(application), (4) analisis (analysis), (5) sintesis (synthesis) dan (5)
evaluasi (evaluation). Pada tahun 200 I Anderson dan Krathwohl
melakukan revisi terhadap taksonomi Bloom menjadi: (I) Remember,
(2) understand, (3) apply, (4) analyze, (5) evaluate, dan (6) create.
Kemampuan-kemampuan yang termasuk domain kognitif oleh
Bloom dkk dikategorikan lebih terinci secara hierarkis kedalam enam
jenjang kemampuan yakni hapalan/ingatan (C1), pemahaman (C2),
penerapan (C3), analisis (C4), sintetis (Cs) dan evaluasi (C6).23
2. Pengukuran Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli
mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya,
bila seseorang yang memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi.
Para guru lebih banyak menilai ranah kogntif semata-mata. Tipe
belajar hasil afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku
seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar,
menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan
sosial.
Pengukuran ranah afektif tidaklah semudah mengukur ranah
kognitif. Pengukuran ranah afektif tidak dapat dilakukan setiap saat
karena perubahan tingkah laku siswa tidak dapat berubah
sewaktu-waktu. Pengubahan sikap seseorang memerlukan waktu yang relatif
lama, demikian juga pengembangan minat dan penghargaan serta
nilai-nilai.
Ranah afektif ini dirinci oleh Kathwohl dkk, menjadi lima
jenjang, yakni: (1) perhatian atau penerimaan (receiving), (2)
tanggapan (responding), (3) penilaian atau penghargaan (valuing), (4)
pengorganisasian (organization) dan (5) karakterisasi terhadap suatu
atau beberapa nilai (characterization by a value or value complex).
Tujuan-tujuan instruksional yang termasuk domain afektif
diklasifikasikan oleh David Kathwohl ke dalam jenjang secara
hierarkis, yaitu: "Receiving" meliputi penerimaan secara pasif
terhadap suatu nilai dan keyakinan. "Responding" meliputi keinginan
dan kesenangan menanggapi atau merealisasikan sesuatu yang sesuai
dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat. "Valuing" meliputi
pemilikan serta pelekatan pada suatu nilai tertentu. "Organization"
meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi suatu sistem nilai.
"Characterization" mencakup pengembangan nilai-nilai menjadi
karakter pribadi.24
Kategori ranah afektif sebagai hasil belajar, kategorinya
dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang
a) Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menenma rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam
bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Tipe ini contohnya
kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol dan seleksi
gejala atau rangsangan dari luar.
b) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini
mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab
stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.
c) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Evaluasi ini termasuk di
dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang atau
pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai
terse but.
d) Organisasi, yakni pengembangaan diri dari nilai ke dalam suatu
sistem dan prioritas nilai yang telah dimilikinya, yang termasuk ke
dalam organisasi adalah konsep tentang nilai dan organisasi sistem
nilai.
e) Karakteristik nilai atau intemalisasi nilai, yakni keterpaduan semua
sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi
pola kepribadian dan tingkah lakunya. Kedalamnya termasuk.
keselurnhan nilai dan karakteristiknya. 25
Sehubungan dengan tujuan penilaiannya ini maka yang
menjadi sasaran penilaian kawasan afektif adalah perilaku anak didik,
bukan pengetahuannya. Pertanyaan afektif tidak menuntut jawaban
benar atau salah, tetapi jawaban yang khusus tentang dirinya mengenai
3. Pengukuran Ranah Psikomotor
Pengukuran ranah psikomotor dilakukan terhadap hasil-hasil
belajar yang berupa penampilan. Namun demikian biasanya
pengukuran ranah ini disatukan atau dimulai dengan pengukuran ranah
kognitif sekaligus. Hasil belaj ar ini merupakan ranah yang berkaitan
dengan keterampilan (skiil) atau kemampuan be1iindak setelah
seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Simpson (1956)
menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk
keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar
psikomotor merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan
afektif, akan tampak setelah siswa menunjukkan perilaku atau
perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung pada kedua
ranah tersebut dalam kehidupan siswa sehari-hari.26
Proses belajar mengajar di sekolah saat ini, tipe belajar hasil
belajar kognitif lebih dominan jika dibandingkan dengan tipe hasil
belajar bidang afektif dan psikomotoris. Sekalipun demikian tidak
berarti bidang afektif dan psikomotoris diabaikan sehingga tak perlu
lagi diberikan penilaian. Tipe hasil belajar ranah psikomotoris
berkenaan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah ia
menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ini sebenamya
tahap lanjutan dari hasil belajar afektif yang barn tampak dalam
kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku.
Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa yang
menjadi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa
yaitu secara garis besarnya berasal dari faktor internal ( diri siswa
sendiri) dan ekstemal ( dari luar siswa sendiri). Adapun faktor yang
datang dari diri sendiri bisa diakibatkan oleh kemampuan dan
keinginan yang kurang atau boleh dibilang mempunyai IQ yang
pas-pasan sehingga dapat menyebabkan penurunan dalam belajamya.
keadaan keluarganya ataupun lingkungannya yang kurang mendukung
dalam proses belajarnya.
4. Hukum Newton
a. Hukum I Newton
Orang Yunani kuuo, telah menyusun suatu hipotesis bahwa
terdapat dua macam gerak, yaitu gerak di bumi dan gerak di angkasa luar.
Setiap gerakan di bumi pada akhimya cendernng untuk diam, sedangkan
gerakan di angkasa luar tidak pemah berhenti. Jadi, apakah yang
menyebabkan benda berhenti? Tentu saja gaya gesek. Menurnt Newton,
jika tidak ada gaya gesekan maka benda akan terns bergerak selamanya
sampai dihentikan dan benda yang diam akan diam selamanya sampai
diberikan gerakan. Sebuah bola tidak akan tiba-tiba terbang ke arahmu jika
tidak ada yang melempamya. Jika tidak ada yang menghentikan gerakan
suatu benda, benda akan terns bergerak. Kecendernngan inilah yang
disebut inersia oleh Newton, dan bunyi dari hukum I Newton adalah
sebagai berikut:
"Jika resultan gaya pada suatu benda sama dengan nol, maka benda yang mula-mula diam akan tetap diam (mempertahankan keadaan diamnya) dan benda yang mula-mula bergerak akan terus bergerak dengan kelajuan tetap (mempertahankan keadaan geraknya). "
Hukum I Newtonjuga dikenal sebagai hukum kelembaman. Contoh
sifat kelembaman benda adalah:
I. Benda yang mula-mula bergerak akan mempertahankan geraknya.
Contohnya, ketika kamu berada di dalam bus yang sedang berjalan,
kamu akan merasa terdorong ke depan ketika bus direm dengan
tiba-tiba. Oleh karena itu, pengendara mobil dianjurkan memakai sabuk
pengaman. Hal ini be1iujuan umtuk menghindari cedera akibat
benturan jika mobil direm mendadak atau mobil mengalami
2. Benda yang mula-mula diam akan mempertahankan keadaan diamnya.
Contohnya, ketika kamu membonceng motor, sesaat motor akan
berjalan seolah-olah kamu terdorong ke belakang. Hal ini karena
kamu mempertahankan keadaan diam sehingga kamu terdorong ke
belakang. Oleh karena itu, jangan lupa pegangan jika kamu
membonceng motor.
b. Hukum II Newton
Percepatan adalah pertambahan kecepatan setiap satuan waktu.
Percepatan dilambangkan a clan mempunyai satuan m/s2•
a= kecepatan =mis =mls2 waktu s
I. Hubungan antara Percepatan dengan Resultan Gaya
a. Doronglah sebuah mej a agak besar seorang diri dengan pelan,
kemudian doronglah dengan kuat! Meja akan bergerak semakin cepat.
Misal didorong dengan kuat, meja memiliki percepatan 2 m/s2 ( dengan
satu gaya).
b. SekaTang berdua dengan temanmu, doronglah meja tersebut. Meja akan
terdorong lebih cepat dibandingkan jika kamu mendorongnya seorang
diri. Dapat dikatakan bahwa percepatan meja makin besar, misalnya
jika didorong oleh satu orang a= 2 m/s2, jika didorong oleh dua orang a
= 4 m/s2 (dengan dua gaya).
c. Dapat disimpulkan bahwa makin besar gaya makin besar percepatan.
Jadi, percepatan sebanding dengan gaya yang bekerja.
2. Hubungan antara Percepatan dengan Massa benda
a. Doronglah sebuah meja sampai meja bergerak sehingga meja memiliki
percepatan. Misalnya, percepatan (a) meja 2 m/s2•
b. Sekarang tambahkan 1 meja lagi ditumpuk di alas meja yang kamu
kamu menambahkan besar massa tetapi gaya tetap karena dua meja ini
kamu dorong sendiri.
c. Dapat disimpulkan bahwa makin besar massa, makin kecil percepatan.
Jadi, percepatan berbanding terbalik dengan massa benda.
Apabila hubungan antara percepatan clengan resultan gaya dan
hubungan antara percepatan clengan massa benda cligabung, maka didapat
teori yang clikenal dengan Hukum II Newton. Hukum II Newton
menyatakan:
"Percepatan yang dihasilkan oleh resulta;i gaya yang bekerja pada suatu benda berbanding lurus dan searah dengan resultan gaya, dan berbanding terbalik dengan massa benda. "
Secara matematis dapat ditulis:
Di mana:
F = gaya(N)
m = massa (kg)
a = percepatan (m/s2)
c. Hukum III Newton
L,F
a = - atau 'i,F = ma
m
Ketika jari kaki kita terantuk batu, berarti kamu _memberi gaya aksi
kepacla batu. Sebagai balasannya, batu memberi gaya reaksi ke kakimu
sehingga kakimu terasa sakit. Begitu pula ketika tanganmu bersanclar pada
tembok, kamu tidakjatuh karena tanganmu memberi gaya aksi ke tembok.
Sebaliknya, tembok memberi gaya reaksi ke tanganmu. Kita bebas
memberi nama gaya aksi clan gaya reaksi tersebut, misalnya ketika kaki
tersandung batu, kaki memberi gaya reaksi clan batu memberi gaya aksi,
atau sebaliknya. Kedua gaya terjacli bersamaan dan arabnya ber!awanan.
Oleh karena itu, besar gaya aksi = gaya reaksi. Dapat disimpulkan bahwa
"Jika A menge1jakan gaya pada B, maka B akan mengerjakan gaya pada A. Gaya terse but besarnya sama tetapi arahnya berlawanan ".
Secara sistematis dapat dinyatakan:
F -F
Aksi - Re aksiHukum III Newton dalam kehidupan sehari-hari dapat kita amati
pada peristiwa berikut.
1. Ketika kita berjalan kaki di atas lantai, telapak kaki mendorong lantai
ke belakang sebagai aksi, dan lantai mendorong kaki ke depan sebagai
reaksi.
2. Ketika kita berenang, kaki mendorong air ke belakang sebagai aksi,
dan air mendorong kaki ke depan sebagai reaksi.
Gaya aksi-reaksi berbeda dengan keseimbangan. Perbedaan gaya
aksi-reaksi dengan keseimbangan antara lain sebagai berikut.
1. Gaya aksi dan gaya reaksi tidak akan saling meniadakan karena gaya
aksi dan gaya reaksi tidak pemah bekerja pada satu benda. Dengan
kata lain, gaya aksi dan gaya reaksi tidak pemah membentuk
keseimbangan.
2. Keseimbangan terjadi antara lain jika dua gaya sama besar dan
berlawanan arah bekerja pada satu benda (bukan pada dua benda).
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Beberapa hasil penelitian dengan penerapan pendekatan kontekstual dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Qomariah melakukan penelitian mengenai
"Pengarnh Penerapan Contextual Teaching and Learning dengan Metode
Eksperimen terhadap Hasil Belajar". Penelitian tersebut menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan dengan menggunakan pendekatan CTL dengan
metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa dan hasil belajar siswa tersebut
Penelitian Syibromalisi mengenai "Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
pada Konsep Fungsi Makanan melalui LKS dengan Pendekatan Pembelajaran
Kontekstual" menunjukkan bahwa pendekatan kontekstual melalui media LKS
clapat meningkatkan basil belajar siswa. 28
Penelitian Darmawan (2005), yang berjudul "Penerapan Model
Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep pacla Pokok
Bahasan Pencemaran Lingkungan". Penelitian dilakukan dengan met ode
eksperimen, basil dari penelitian menunjukkan babwa terdapat perbedaan
kemampuan awal siswa antara kelas kontrol dengan k'3las eksperimen. Hal ini
dapat dilhat dari hasil uji t pada data pretest yang menunjukkan adanya perbedaan
yang signifikan antara hasil pretest kelas kontrol clengan kelas eksperimen, basil
dapat dilibat dari nilai rata-rata gain kelas kontrol sebesar 0, 13 clan rata-rata gain
kelas eksperimen 0,2629 dengan demikian terclapat perbedaan peningkatan
penguasaan konsep yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontroL
Penelitian Farida (2009) yang be1judul "Pengarub Pendekatan Kontekstual
terhadap Hasil Belajar pada Konsep Pencemaran Lingkungan Bemuansa Nilai"
basil penelitiannya mennnjukkan bahwa rata-rata posttest kelas eksperimen adalah
sebesar 75,12 dan kelas kontrol adalab 60,05 serta basil uji t diperoleh thit 5,43 dan
t1ab sebesar 1,91, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh basil biologi
siswa yang diajar clengan CTL clengan siswa yang diajar dengan konvensionaJ.30
Penelitian Rahmawati (2009) yang berjudul " Efektifitas Pembelajaran
dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) clalam
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Pengelolaan Lingkungan
Terintegrasi Nilai. Hasil penelitiarmya menunjukkan babwa peningkatan hasil
belajar kelas eksperimen sebesar 57% dan kelas control sebesar 45%. Berdasarkan
indikator yang telab ditetapkan, ha! ini menunjukkan kelas eksperimen lebih
28
lib Syibromalisi, Upaya Meningkatkan Hasil Be/ajar pada Konsep Fungsi Makanan lvfe/alui LKS dengan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual, (skripsi UIN Jakarta, 2007)
29
Angga Adil Darmawan, Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual untuk lvfeningkatkan Penguasaan Konsep pada Pokok Bahasan Pencemaran Lingkungan, tersedia di
efektif dalam meningkatkan basil belajar dibandingkan kelas kontrol. Hal ini
didukung dengan basil perhitungan uji-t yang menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan. 31
C. Kerangka Berpikir
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia yang sangat penting,
karena dengan pendidikan manusia bisa mendapat ilmu pengetahuan,
mendapatkan tata cara bersosialisasi sehingga ia dapat mempelajari
misteri-misteri yang terjadi di alam dan meningkatkan kualitas hidupnya sejajar dengan
manusia lainnya di dunia.
Belajar adalah suatu proses usaha yang di!akukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Faktor yang
mempengaruhi basil belajar siswa ada dua ha!, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang ada pada dalam diri siswa dan faktor
eksternal yaitu faktor yang ada di luar diri siswa. Seperti yang telah dijelaskan
pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah, bahwa pendekatan
pembelajaran yang digunakan dan keterlibatan siswa daiam proses pembelajaran
adalah ha! yang paling utama dalam menentukan keberhasilan proses belajar
mengaJar.
Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa
secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa
untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka, sedangkan Metode
eksperimen merupakan salah satu cara mengajar dengan melakukan suatu
percobaan tentang sesuatu ha!, mengamati prosesnya, se1ia menuliskan hasil
percobaannya, kemudian pengamatannya disampaikan di kelas dan dievaluasi
Seorang siswa apabila terlibat secara aktif di dalam proses pembelajaran,
maka hal tersebut akan menambah wawasan dan pengetahuan pada diri siswa
tentang materi yan