• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pendekatan contextual teaching and learning (ctl) melalui metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pendekatan contextual teaching and learning (ctl) melalui metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa"

Copied!
195
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUHPENDEKATAN

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

(CTL)

MELALUI METODE EKSPERIMEN

TERHADAP HASIL BELAJAR SISW A

(Quasi Eksperimen di SMP Negeri 6 Kota Tangerang Selatan)

SKRIP SI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Sarjana Strata I (S.Pd)

Oleh:

KHUTBAH NIM: 105016300598

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

VIN

SY ARIF HIDAYATULLAH

(2)

(Quasi Eksperimen di Sll.fil Negeri 6 Kora Tangerang Selatan)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Pooa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Univeraitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Pembimbing I

OJeh:

KHUTBAH

Nllv1:105016300598

Di Bawah Bimbingan:

Pembimbing II

Iwa . Pennana uwarna, M.Pd NIP.19780504.200901.l.013

PROGRAM STIIDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN IU\ID PENGETAHUAN ALA1"1

FAKULTAS ILl\ID TARBIYAHDAN KEGURUAN

UlN SYARIFHIDAYATULLAH

(3)

(CTL) MELALUI METODE EKSPERIMEN

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA", disusun oleh Khutbah, NIM

105016300598, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah J akmia pacla tanggal 10 Desember 2010 dihaclapan de wan

penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S 1 (S.Pd) pada

Jurusan Pencliclikan Ilmu Pengetahuan Alam (IP A) Program Stucli Pendidikan

Fisika.

Jakmia, 17 Januari 2011

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan IP A)

Baig Hana Susanti, M.Sc NIP. 150 299 475

Sekretm·is (Sekretaris Jurusan Pendiclikan IPA)

Nengsih Juanengsih, M.Pd NIP. 19790510 2006042001

Penguji I

Prof. Dr. Aziz Fahrurrozi, MA NIP. 19520609 1981031004

Penguji II

Erina He1ianti, M.Si

NIP. 19720419 1999032002

Mengetahui:

Tanggal

セォセO@

セセGBG@

セセセG@

(4)

Program Stndi Pendidikan Fisika, Jnrusan Pendidikan limn Pengetahnan Alam, Falmltas limn Tarbiyah dan Kegnrnan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatnllah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) melalui metode

eksperimen terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 6 Kota Tangerang Selatan pada bulan Januari 2010. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Quasi Eksperimen. Pada penelitian ini sampel diambil

sebanyak 60 orang dengan menggunakan tehnik Purposive Sampling dan dibagi

menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes objektif bentuk pilihan ganda. Tes ini terdiri dari empat pilihan (opsi) dan hasilnya dhrji melalui satatistik uji "t". Dari hasil perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 3,27 sedangkan ltabel sebesar

1,98 pada taraf signifikansi 0,05 atau dapat diketahui thitung > trnbeL Maka dapat

disimpulkan bahwa Ha yang menyatakan terdapat pengaruh pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) melalui metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa diterima atau disetujui. Hal ini menunjukan bahwa pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) melalui metode eksperimen membawa pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar fisika.

(5)

University Syarif Jlidayatullah Jakarta. The aim of this research is to know the Effect of The Contextual Teaching and Learning (CTL) Approach Experimental Methods to Students Learning Outcomes. This research has been done in January 2010 at SMP Negeri 6 in South Tangerang. The research methodology was used Quasi Experiment method. To get the data, the research took 60 students as a sample by using Purpsive Sampling technique, after that the class was divided into two group, i.e. experiments and control classes. The instrumentation of this research used an objective mulliple choice test. This test was consisted of four options, and the result of this test had been tested through t-test statistic. The calculation oftcount was 3,27 and t1able was 1,98, and 0,05 on the significant level or tcount > t1ab/e . The conclusion is Ha that explained there are any Effect of The Contextual Teaching and Learning (CTL) Approach Experimental Methods to Students Learning Outcomes. This indicated that Effect of The Contextual Teaching and Learning (CTL) Approach Experimental Methods brings the significant influence to the learning output.

(6)

khalifah di muka bumi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan umat manusia, yaitu Nabi Muhammad SAW sang pemilik akhlak mulia, pembawa kebenaran dan kedamaian bagi seluruh alam. Atas berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang ada.

Adapun keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari banyak pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis patut mengucapkan banyak terima kasih kepada:

I. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus sebagai pembimbing I dalam penulisan skripsi ini.

2. Ketua Jurusan Pendidikan IPA Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc. 3. Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA !bu Nengsih Juanengsih, M.Pd. 4. Ketua Prodi Fisika !bu Erina Hertanti, M.Si.

5. Bapak Iwan Permana Suwama, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing penulis dalam menyikapi semua permasalahan dalam skripsi ini. 6. Bapak Ikbal, S.Pd. MM, selaku Kepala SMP Negeri 6 kola Tangerang Se Iatan

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Observasi dan perielitian skripsi.

7. Bapak Saprudin, S.Pd, selaku guru mata pelajaran IPA di SMP Negeri 6 Kota Tangerang Selatan.

8. Seluruh guru, karyawan dan siswa-siswi SMP Negeri 6 Kota Tangerang Selatan yang banyak memberikan pengetahuan selama penulis menjalankan penelitian skripsi.

(7)

kebersamaan.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik semua pihak serta

jasa-jasanya menclapat balasan yang berlipat gancla clari Allah SWT clan hanya kepacla

Allah jualah penulis berharap semoga skripsi ini clapat bermanfaat khususnya bagi

penulis sencliii clan para pembaca umumnya.

Jakarta, J uni 2 0 10

(8)

ABSTRAK ... .

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFT AR ISi ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 3

C. Pembatasan Masalah ... 3

D. Perumusan Masalah ... 3

E. Tujuan Penelitian ... 3

F. Manfaat Penelitian ... ... ... ... ... ... ... 4

BAB II KAJIAN TEO RI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 5

A. Kajian Teori ... 5

I. Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 5

a. Landasan Filosofis CTL ... 5

b. Pengertian CTL ... ... .. ... .... . . .. .. .. ... ... .. .. ... ... .. . 6

c. Karakteristik Pembelaj aran CTL .. ... ... .. .. ... ... 9

d. Manfaat CTL dalam Pembelajaran ... 10

e. Langlah-langkah Penerapan CTL ... 13

2. Metode Eksperimen ... 14

(9)

d. Pengukuran Hasil belaj ar .. . ... ... ... ... ... ... .. ... ... .. . 23

4. Hukum Newton ... 27

a. Hukum I Newton ... 27

b. Hukum II Newton ... 28

c. Hukum III Newton ... 29

B. Kajian Penelitian yang Relevan ... 30

C. Kerangka Berpikir ... 32

D. Pengajuan Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

B. Metode Penelitian ... 34

C. Desain Penelitian ... 34

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 35

E. Teknik Pengambilan Sampel ... 35

F. Prosedur Penelitian ... 36

. G. Instrumen Penelitian ... .... ... ... ... ... .. ... ... ... .... 3 7 H. Variabel Penelitian .. .. ... ... ... ... .. ... ... ... ... .. .. ... 3 9 I. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 39

J. Teknik Pengumpulan Data ... 42

K. Teknis Analisis Data ... 42

L. Hipotesis Statistik .... .... ... ... ... ... .. ... ... 4 7 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Deskripsi Data ... 48

(10)

1. Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 53

2. Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 53

3. Uji Hipotesis ... 54

a. Hipotesis Hasil Pretest Eksperimen dan Kontrol... 54

b. Hipotesis Hasil Posttest Eksperimen dan Kontrol ... 55

c. Uji Normal Gain Eksperimen dan Kontrol... 56

D. Interpretasi Hasil Penellitian ... 57

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

A. Kesimpulan .. ... ... ... .. ... ... .. ... ... .. ... ... ... .. .. ... .. ... .... ... ... ... 62

B. Saran ... 62

DAFT AR PUST AKA ... 63

(11)

Tabel 3.3

Tabel 3.4

Tabel 3.5

Tabel 3.6

Tabel 4.1

Tabel 4.2

Tabel 4.3

Tabel 4.4

Tabel 4.5

Tabel 4.6

Tabel 4.7

Interpretasi Reliabilitas ... .40

Interpretasi Tingkat Kesukaran ... .41

Interpretasi Daya Pembeda ... .42

Kriteria Normal Gain ... 47

Rekapitulasi Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 51

Kategorisasi N-Gain Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 52

Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kai Kuadrat.. ... 53

Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest ... 54

Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Pretest ... 55

Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Pastiest ... 56

(12)

Gambar 4.1 Grafilc Batang Basil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol.. 49

Gambar 4.2 Grafilc Batang Basil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol 50

Gambar 4.3 Grafik Batang N-Gain Kelompok Eksperimen dan Kontrol.. ... 51

(13)

Lampiran A.2 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian... ... . . . .. 84

Lampiran A.3 Contoh Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Uji Coba lnstrumen Penelitian ... 85

Lampiran A.4 Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian ... 87

Lampiran A.5 Distribusi Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian ... 88

Lampiran A.6 Daya Pembeda Instrumen Penelitian ... 90

Lampiran A.7 Distribusi Daya Pembeda Instrumen Penelitian ... 91

Lampiran A.8 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 93

Lampiran A.9 Soal Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar yang dipakai dalam Penelitian ... 95

Lampiran A. I 0 Kunci Jawaban Instrumen Tes Hasil Bela jar Yang Dipakai Dalam Penelitian ... I 0 I Lampiran B Perangkat Pembelajaran ... 102

Lampiran B.l Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Ke las Eksperimen ... I 02 Lampiran B.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Ke las Kontrol ... 123

Lampiran C Uji Analisis Data ... 132

Lampiran C.I Data Nilai Pretest- Posttest ... 132

Lampiran C.2 Distribusi Data Skor Pretest Kelas Eksperimen ... 133

Lampiran C.3 Distribusi Data Skor Pretest Kelas Kontrol ... 139

Lampiran C.4 Distribusi Data Skor Posttest Kelas Eksperimen ... .144

Lampiran C.5 Distribusi Data Skor Posttest Kelas Kontrol ... .150

Lampiran C.7 Uji Homogenitas ... 155

Lampiran C.8 Uji Hipotesis ... 159

(14)

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan dari proses pembelajaran adalah untuk meningkatkan dan

mencapai suatu peningkatan hasil belajar. Dalam proses belajar mengajar, aspek

yang paling penting untuk mencapai tujuan tersebut adalah peran aktif siswa dan

keterlibatan siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru di dalam kelas.

Peran aktif siswa di dalam kelas sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan

pembelajaran yang diinginkan. Pendekatan pembelajaran yang digunakan pada

saat mengajar juga berpengaruh kepada peran aktif siswa di dalam kelas. Apabila

pada saat mengajar pendekatan yang digunakan bervariasi, maka siswa akan

cenderung lebih semangat untuk mengikuti materi pelajaran.

Bervariasinya pendekatan yang digunakan oleh guru bisa dijadikan

sebagai salah satu alternatif agar tercipta suasana belajar yang aktif. Dengan

demikian, akan terjadi komunikasi dua arah yaitu antara siswa dan guru. Akan

tetapi, sampai saat ini proses pembelajaran masih didominasi oleh pendekatan

konvensional, dimana dalam pembelajaran tersebut siswa masih dijadikan sebagai

objek dalam pembelajaran. Dengan arti lain, bahwa proses pembelajaran masih

memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi siswa untuk

berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya. 1

Apabila proses pembelajaran hanya menggunakan pembelajaran

konvensional tanpa divariasikan dengan pendekatan lain, ha! tersebut bisa

membuat siswa cendenmg bosan untuk mengikuti proses pembelajaran. Padahal

proses pembelajaran fisika tidak hanya sekedar memberikan pemahaman kepada

siswa tentang pengertian ataupun konsep saja, tetapi siswa juga memerlukan suatu

proses berlatih, menemukan dan bereksperimen tentang materi yang di pelajari.

Seorang guru hams bisa menciptakan suasana lingkungan belajar yang alamiah,

(15)

secara alamiah. Siswa akan belajar lebih bermakna apabila siswa sendi1i yang

mengalami dan merasakan sendiri pengalaman terhadap hal-hal yang telah

dipelajarinya, bukan hanya transfer pengetahuan dari gurunya.2 Untuk itu

diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang bisa mendorong siswa untuk bisa

mengaitkan antara materi yang telah dipelajarinya dengan kehidupan sehari-hari

siswa.

Salah satu pendekatan yang bisa digunakan adalah pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) melalui metode eksperimen. Pendekatan pembelajaran ini mendorong siswa untuk mencan dan menemukan sendiri

pengetahuan lewat pengalaman. Dengan siswa merasakan sendiri proses

pembelajarannya, maka ha! tersebut dapat menjadi dorongan atau motivasi pada

diri siswa tersebut untuk belajar dan menambah pengetahuannya.

Pengetahuan bisa didapatkan dimana saja, termasuk di alam.

Fenomena-fenomena alam tersebut bisa dipelajari pada mata pelajaran fisika. Karena fisika

merupakan ilmu yang mempelajari materi dan interaksinya. Banyak

konsep-konsep fisika yang bisa menjelaskan fenomena-fenomena tersebut. Salah satunya

penerapan konsep Hukum Newton. Hukum Newton adalah salah satu materi pada

mata pelajaran Fisika yang konsepnya bisa diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari. Konsep ini di ambil karena sesuai dengan pendekatan pembelajaran dengan

menggunakan CTL melalui metode eksperimen. Pembelajaran CTL melalui

metode eksperimen bisa membuat siswa lebih mudah untuk memahami materi

pelajaran karena siswa sendiri yang melakukan eksperimen dan bisa

menghubungkan materi pelajaran tersebut dengan dunia nyata siswa.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk meneliti

lebih lanjut dan penulis ingin menuangkannya ke dalam penyusunan atau

penulisan skripsi yang berjudul: "Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching

mu/ Learning (CTL) Melalui Metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar

(16)

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalab yang telab diuraikan di atas dapat

diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Penerapan pendekatan pembelajaran di kelas masih bersifat konvensional.

2. Adan ya faktor internal dan ekstemal yang mempengaruhi hasil belaj ar siswa.

3. Kurang adanya variasi pendekatan yang digunakan pada proses pembelajaran.

C. Pembatasan masalah

Agar penelitian ini lcbih terarah, maka ruang lingkup masalah hanya akan

dibatasi sebagai berikut :

I. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) melalui metode eksperimen.

2. Hasil belajar yang diukur hanya pada ranah kognitif berdasarkan taksonomi

Bloom padajenjang C1 (Pengetahuan), C2 (Pemahaman), C3 (Penerapan) dan

C4 (Analisis).

3. Konsep fisika yang dibahas adalah konsep hukum Newton.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di

alas maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: "Bagaimanakah

pengaruh pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) melalui metode

eksperimen terhadap hasil belajar siswa?"

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah uutuk mengetahui pengaruh pendekatan

(17)

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

I. Memberikan informasi tentang penerapan pendekatan Contextual Teaching

and Learning (CTL) melalui metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Memberikan informasi untuk mengembangkan pemikiran dan pengetahuan

yang bernilai tentang pendidikan.

3. Memberikan informasi mengenm kemampuan kognitif siswa pada proses

pembelajaran.

4. Sebagai informasi untuk mengembangkan upaya guru dalam pelaksanaan

(18)

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HlPOTESIS

A. Kerangka Teori

1. Contextual Teaching and Learning (CTL) a. Landasan Filosofis CTL

Landasan filosofis CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi

belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal,

tetapi harus merekonstrnksikan atau membangun pengetahuan dan

keterampilan barn lewat fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami

dalam kehidupannya 1• Konstrnktivisme merupakan salah satu aliran

filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita

merupakan hasil konstrnksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan bukanlah

suatu imitasi dari kenyataan (realita). Pengetahuan bukanlah gambaran

dari clunia kenyataan yang acla, pengetahuan mernpakan akibat clari suatu

konstruksi kognitif clari kenyataan yang terj adi melalui serangkaian

aktivitas seseorang. Pengetahuan bukanlah tentang hal-hal yang terlepas

dari pengamat, tetapi mernpakan ciptaan manusia yang dikonstrnksikan

clari pengalaman atau clunia sejauh clialaminya. Proses pembentukan ini

berjalan terns menerns clan setiap kali te1jadi reorganisasi atau rekonstrnksi

karena adanya suatu pemahaman yang baru.

Alat/sarana yang terseclia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu

adalah inclranya. Seseorang berinteraksi clengan objek clan lingktmgan

clengan cara melihat, menclengar, menjamah, mencium dan merasakannya

claTi sentuhan inclrawi itu, seseorang mengkonstruksi gambaran clunianya.

Menurnt konstruktivisme, pengetahuan acla clalam diri seseorang yang

sedang mengetahui. Pengetahuan ticlak clapat clipindahkan begitu saja clari

(19)

hams mengartikan apa yang tel ah diaj arkan dengan menyesuaikan

terhadap pengalaman-pengalaman mereka atau konstruksi yang telah

mereka bangun/miliki sebelumnya.

Pengetahuan merujuk pada pengalaman seseorang akan dunia,

tetapi bukan dunia itu sendiri. Tanpa pengalaman, seseorang tidak dapat

membentuk pengetahuan. Pengalaman tidak hanya diartikan sebagai

pengalaman fisik, tetapi juga pengalaman kognitif dan mental.

Pengetahuan dibentuk oleh struktur penerimaan konsep seseorang sewaktu

dia berinteraksi dengan lingkungannya.

Menurut konstruktivisme, pengetahuan bukanlah ha! yang statis

tetapi suatu proses menjadi tahu. Konstruktivisme juga menyatakan bahwa

semua pengetahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi kita sendiri,

maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer pengetahuan dari

seseorang kepada yang lain. Setiap orang membangun pengetahuannya

sendiri, sehingga transfer pengetahuan adalah sangat mustahil terjadi.

Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer dari orang yang

mempunyai pengetahuan. Bahkan, bila seorang guru bermaksud

mentransfer konsep, ide dan penge1iiannya kepada siswa, pemindahan itu

hams diinterpretasikan, ditransformasikan dan dikonstruksikan oleh siswa

melalui pengalamannya. Banyaknya siswa yang salah menangkap apa

yang diajarkan oleh gurunya memmjukkan bal1wa pengetahuan itu tidak

dapat begitu saja dipindahkan, melainkan hams dikonstruksikan atau

paling sedikit dikonstruksikan dan ditransformasikan sendiri oleh siswa.

b. Pengertian CTL

CTL adalah singkatan dari Contextual Teaching and learning.

Konteks berasal dari kata kerja latin contexere yang berarti "menjalin

bersama". Kata konteks merujuk pada "keseluruhan situasi, latar belakang

(20)

(Webster's New World Dictionary).2 Teaching adalah refleksi sistem

kepribadian sang guru yang bertindak secara profesional; Learning adalah

refleksi sistem kepribadian siswa yang menunjukkan prilaku yang terkait

dengan tugas yang diberikan.3 Sesuai dengan kedua definisi ini, dapat

disimpulkan bahwa dalam ha! ini, guru berperan sebagai fasilitator tanpa

henti, yakni membantu siswa menemukan makua (pengetahuan). Pada

dasarnya siswa memiliki responsi potensiality (potensi diri) yang bersifat

kodrati. Keinginan untuk menemukan makua adalah sangat mendasar bagi

manusia. Tugas utama pendidik adalah memperdayakan potensi diri ini

sehingga siswa terlatih menangkap makua dan materi yang diajarkan. Ada

beberapa pengertian mengenai CTL yang diberikan oleh beberapa para

ahli, disini ditampilkan lima pengertian yang berbeda.

Pertama, pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and

Learning (CTL) merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan

mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka seba.gai

anggota keluarga dan masyarakat. Pembelajaran kontekstual mernpakan

prosedur pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik memahami

makua bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara

menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam

Iingkungan sosial dan budaya masyarakat.4 Kelebihan konsep belajar ini

yaitu hasil pembelajaran diharapkan alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari gum ke siswa.

Kedua, CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan

kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan

materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan

2

A. Chaedar Alwasilah, Contextual Teaching & Learning Metijadikan K.egiatan Be/ajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung:Mizan Learning Center, 2006), h. 83

(21)

nyata sehingga mendorong s1swa untuk dapat menerapkannya dalam

kehidupan mereka. 5

Ketiga, CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan

pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan

peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu

menghubungkan dan menerapkan kompetensi basil belajar dalam

kehidupan sehari-hari.6

Keempat, pendekatan kontekstual (CTL) merupakan suatu

konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan

situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara

pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota

keluarga, warga negara dan tenaga kerja (US. Departement of Education

the National school-to-Work Office yang dikutip oleh Blanchard, 2001). 7

Kelima, Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep

belajar yang rnembantu guru dalam mengkaitkan antara materi yang

dipelajarinya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong s1swa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan tujuh

komponen pembelajaran efektif (Nurhadi, 2005:5). 8

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pendekatan CTL dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran

yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan.

Melalui hubungan di dalam dan di luar kelas, CTL menjadikan

pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam membangun

pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam kehiduparmya. CTL

5

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (.fakarta:Kencana, 2008), h. 255

6

E. Mulyasa, Me'!iadi Guru Profesional"lvfenciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan", (Bandung:Rosdakarya, 2005), cet 2 h. 102

7

(22)

menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi tersebut digunakan,

serta berhubungan dengan bagaimana siswa belaj ar.

Materi belajar akan semakin berarti jika siswa mempelajari materi

pelajaran yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka dan

menemukan arti di dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran

akan menjadi lebih berarti dan menyenangkan. Siswa akan bekerja keras

untuk mencapai tujuan pembelajaran dan selanjutnya siswa akan

memanfaatkan kembali pemahaman pengetahuan dan kemampuannya itu

dalam konteks diluar sekolah untuk menyelesaikan permasalahan dunia

nyata, baik secara mandiri maupun secara kelompok.

c. Karakreristik Pembelajaran CTL

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual mempunyai

karakteristik sebagai berikut:

I) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran

yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks

kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam

lingkungan yang alamiah (learning in real life setting).

2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada s1swa untuk

mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning).

3) Pembelajaran yang dilaksanakan dengan memberikan pengalaman

bermakna kepada siswa (learning by doing).

4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling

mengoreksi antar teman (learning in group).

5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa

kebersamaan, bekerjasama dan saling memahami antara satu dengan

yang lain secara mendalam (learning to know each other deeply).

6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif dan

mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquily, to work

(23)

7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan

(learning as an enjoy activity). 9

cl. Manfaat CTL clalam Proses Pembelajaran

Manfaat CTL dalam proses pembelajaran, konsep akan lebih

bermakna bagi siswa jika pengetahuan barn siswa diperoleh berdasarkan

pengalaman pribadi, berkomunikasi dengan orang lain dan

menghubungkan konsep dengan kehidupan sehari-hari. Hal tersebut sesuai

dengan tujuh komponen dalam CTL yaitu:

I) Konstrnktivisme

Konstrnktivisme adalah proses membangun dan menyusun

pengetahuan barn dalam strnktur kognitif siswa berdasarkan

pengalaman. Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang

berasal dari luar akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri

seseorang. Oleh sebab itu, pengetahuan terbentuk dari dua faktor

penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan

subjek untuk menginterpretasi objek tersebut. Keclua faktor tersebut

sama pentingnya, dengan demikian pengetahuan itu tidak bersifat statis

akan tetapi bersifat dinamis

mengkonstruksinya. Lebih

pengetahuan sebagai berikut:

tergantung inclividu yang melihat dan

jauh Piaget menyatakan hakikat

a) Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan

belaka, akan tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui

kegiatan subjek.

b) Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan strnktur

yang perlu untuk pengetahuan.

c) Pengetahuan dibentuk dalam strnktur konsepsi seseorang. Struktur

konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam

(24)

Asumsi itu yang kemudian melandasi CTL. Pembelajaran melalui

CTL pada dasarnya mendorong agar siswa dapat mengonstruksi

pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalaman.

2) Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran

berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa

diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil

dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang

merujuk pada kegiatan menemukan, apa pun materi yang diajarkannya.

Menemukan akan melalui proses siklus inquiry yaitu observasi,

bertanya, mengajukan dugaan (hipotesis), pengumpulan data dan

penyimpulan. Langkah-langkah kegiatan inquiry adalah sebagai

berikut:

a) Merumuskan masalah.

b) Mengamati atau melakukan observasi.

c) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan,

bagan, tabel dan karya lainnya.

d) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca,

teman sekelas, guru atau audien yang lain.

3) Be1ianya

Pengetahuan seseorang selalu melalui tahap bertanya. Kegiatan

bertanya merupakan sebuah kegiatan kerja produktif. Kegunaan

be1ianya adalah: menggali informasi, mengecek pemahaman siswa,

membangkitkan respon kepada siswa, mengetahui hal-hal yang sudah

diketahui siswa, memfokuskan perhatian siswa, untuk membangkitkan

lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa dan menyegarkan kembali

pengetahuan siswa.

4) Masyarakat Belaj ar

Masyarakat belajar bisa saja terjadi apabila ada proses

(25)

kelompok-kelompok belajar yang heterogen. Disanalah mereka

dituntut untuk bertukar pikiran antar sesama siswa dalam proses

belajarnya dengan arahan dari guru. Dalam kelompok ini semua

menjadi sumber belajar.

5) Pemodelan

Sebuah proses pembelajaran, keterampilan atau pengetahuan

tertentu ada model yang bisa ditiru. Model ini dapat berupa cara

mengoperasikan sesuatu, menirukan gerakan, mengucapkan ulang dan

lain-lain. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya

model. Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa.

Seseorang bisa ditunjuk untuk memodelkan sesuatu berdasarkan

pengalaman yang diketahuinya.

6) Refleksi

Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang barn dipelajari

atau berfikir tentang apa yang sudah kita lakukan di masa lalu.

Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses. Pengetahuan yang

dimiliki siswa diperluas dalam konteks pembelajaran, yang kemudian

diperluas sedikit demi sedikit. Guru membantu siswa membuat

hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya

dengan pengetahuan-pengetahuan yang barn. Dengan begitu, siswa

merasa memperoleh sesuatu yang bergnna bagi dirinya tentang apa

yang barn dipelajarinya.

Realisasi dari refleksi dapat berupa pemyataan langsung

tentang apa yang diperolehnya pada hari itu, catatan atau jumal di

buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu,

diskusi dan basil karya.

7) Penilaian yang sebenamya (authentic assesment)

Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa

memberikan gambaran perkembangan belajar siswa dan kemajuan

(26)

Karakteristik authentic assesment adalah dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, bisa digunakan untuk

formatif dan sumatif, mengukur keterampilan dan performance

(perbuatan) siswa dan bukan hanya mengingat faktanya saja,

berkesinambungan, terintegritas dan dapat digunakan sebagai feed

back.

Konsep pengetahuan barn siswa juga akan lebih bermakna j ika

seorang guru memperhatikan berbagai jenis kecerdasan yang dimiliki

siswa, yaitu setiap orang memiliki semua kecerdasan tcrsebut. Waiau

bagaimanapun, tahap dan kombinasi kecerdasan berbeda-beda diantara

individu. Dari berbagai kecerdasan tersebut tidak hanya memberi

informasi tentang apa yang dipelajari, tetapi lebih penting lagi

bagaimana mempelajarinya. Justru CTL dapat membangkitkan potensi

kecerdasan siswa dan pembelajaran akan lebih terkesan.

Berdasarkan ke tujuh komponen di atas bisa disimpulkan bahwa CTL

adalah suatu pendekatan berbeda, melakukan lebih daripada sekedar menuntun

para siswa dalam menggabungkan subjek-subjek akademik dengan

pengalaman mereka sendiri. CTL juga melibatkan para siswa dalam mencari

makna pengalaman itu sendiri. CTL mendorong mereka melihat bahwa

manusia itu sendiri memiliki kapasitas berperan aktif dalam proses

pembelajaran.

e. Langkah-Iangkah Penerapan CTL

PembelajaTan CTL, seorang guru berperan dalam memilih,

menciptakan dan menyelenggarakan pembelajaran yang menggabungkan

seberapa banyak bentuk pengalaman siswa termasuk aspek sosial, fisikal

dan psikologi untuk mencapai basil pembelajaran yang diinginkan. Dalam

lingkungan sekitar, siswa menemukan hubungan yang bermakna antara ide

abstrak dan aplikasi praktikal dalam konteks nyata. Siswa akan memproses

(27)

Seorang guru dalam melaksanakan kegiatan CTL di kelas, harus

memperhatikan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

I) Guru memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan.

2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

3) Guru membagi kelompok.

4) Melakukan percobaan.

5) Diskusi kelompok.

6) Hasil diskusi dipresentasikan.

7) Menerangkan konsep.

8) Menyimpulkan.

9) Penugasan.

Dengan memperhatikan langkah-langkah pembelajaran di atas

diharapkan akan lebih mempermudah dalam proses pembelajaran dengan

menggunakan Contextual Teaching and Learning (CTL).

2. Metode Eksperimen

a. Pengerthm Metode Eksperimen

Metode eksperimen merupakan salah satu cara mengajar dengan

melakukan suatu percobaan tentang sesuatu ha!, mengamati prosesnya,

serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian pengamatannya

disampaikan di kelas dan dievaluasi oleh guru.10 Penggunaan teknik

mengajar ini bertujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan

sendiri bagaimana jawaban atas persoalan yang dihadapi dengan

mengadakan percobaan sendiri, juga melatih berfikir siswa secara

ilmiah. Hal ini menunjukkan bahwa metode eksperimen merupakan

metode pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dengan demikian

diharapkan dengan metode ini siswa akan termotivasi dan memiliki

minat yang tinggi dalam belajar, sehingga diperoleh hasil belajar yang

(28)

Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyaJian

pelajaran di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan

membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.11 Menurut Mulyasa

metode eksperimen merupakan suatu bentuk pembelajaran yang

melibatkan pese1ia didik bekerja dengan benda-benda, bahan-bahan

dan peralatan Iaboratorium, baik secara perseorangan maupun secara

kelompok.12 Metode eksperimen akan berhasil digunakan untuk

mengubah pengetahuan siswa jika mereka melaksanakan tugas-tugas

kecil dalam eksperimen. Banyak tugas akan membantu siswa

menyusun kembali pengetahuannya dengan menghabiskan sedikit

waktu dengan berinteraksi dengan alat-alat, intruksi dan cara kerja

serta menghabiskan Iebih banyak waktu berdiskusi dan merenU11g.

Kegiatan eksperimen penting dilakukan secara terns menerus untuk

mengembangkan pengetahuan siswa dan membandingkan apa yang

mereka temukan serta mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata

sehingga proses pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.

Kegiatan laboratorium akan membangkitkan rasa ingin tahu

siswa terhadap fenomena alam, serta menantang untuk berfikir kritis

dalam mencari alternatif pemecahan tersebut suatu masalah-masalah.

Melatih ketekunan siswa Iewat pengamatan, pengumpulan data,

analisis data serta mengembangkan _ daya temu siswa dalam

membangkitkan ide-ide, gagasan-gagasan pemikiran di dalam

menginterpretasikan masalah-masalah, sehingga siswa tertantang

untuk mengembangkan suatu bentuk-bentuk eksperimen barn.

Keberhasilan dalam kegiatan Iaboratorium akan memberikan

perasaan senang secara intrinsik, yang pada akhirnya akan

meningkatkan minat belajar siswa. Peningkatan minat belajar siswa

dan sikap ilmiah akan bermuara pada peningkatan proses belajar dan

(29)

metode pembelajaran yang berupaya mengaktifkan aspek kognitif,

afektif dan psikomotor. Aspek kognitif (keterampilan berfikir) siswa

akan berkembang j ika guru mengkondisikan dan memotivasi siswa

untuk belajar melalui kegiatan yang direncanakan. Sementara aspek

afektif biasanya dihubungkan dengan percaya diri siswa. Percaya diri

akan timbul sedikit demi sedikit karena lingkungan setempat. Artinya

karena dalam metode eksperimen pembelajaran terpusat pada siswa

dan siswa akan bru1yak aktif sehingga mereka merasa bahwa mereka

bisa dan bisa. Sedangkan aspek psikomotor yaitu menjadikan siswa

terarnpil dalam penggunaan alat, bahan serta penyusunan alat. Dengan

demikian diharapkan hasil belajar akan lebih bermakna karena

mengaktifkan berbagai aspek yang ada.

Hal-ha! yang hams diperhatikan dalam melakukan eksperimen

adalah sebagai berikut:

a) Persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan dan peralatan yang akan

digunakan.

b) Usahakan siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan

eksperimen.

c) Sebelum diadakan eksperimen siswa terlebih dahulu diberikan

penjelasan dan petunjuk-petunjuk seperlunya.

d) Lakukan pengelompokan atau masing-masing individu

mengerjakan percobaan-percobaan yang telah direncanakan dan

bila hasilnya belum memuaskan dapat dilakukan eksperimen

ulangan untuk membuktikan kebenarrumya.

e) Setiap kelompok atau individu dapat melaporkan hasil

percobarumya secara teiiulis.13

Agar penggunaan teknik eksperimen itu efisien dan efektif,

(30)

a) Dalam ekperimen setiap siswa hams mengadakan percobaan, maka

jumlah alat dan bahan atau materi percobaan hams cukup bagi tiap

s1swa.

b) Agar eksperimen itu tidak gaga! dan siswa menemukan bukti yang

meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka

kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan hams baik

dan bersih.

c) Siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses

percobaan, maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga

mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang

dipelajari itu.

d) Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih, maka

perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping

memperoleh pengetahuan, pengalaman serta keterampilan, juga

kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam

memilih obyek eksperimen itu.

e) Perlu dimengerti juga bahwa tidak semua masalah bisa

dieksperimenkan, seperti masalah yang mengenai kejiwaan,

beberapa seg1 kehidupan sosial dan keyakinan manusia.

Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga

masalah itu tidak bisa diadakan percobaan karena alatnya belum

ada. 14

Prosedur pelaksanaan metode ekperimen atau langkah-langkah

yang perlu dipersiapkan guru dalam menggunakan metode eksperimen

adalah sebagai berikut:

a) Tetapkan tujuan eksperimen.

b) Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

(31)

d) Pertimbangkan jumlah peserta didik sesuai dengan alat-alat yang

tersedia.

e) Perhatikan keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil atau

menghindarkan resiko yang merugikan atau berbahaya.

f) Perhatikan disiplin atau tata tertib, terutama dalam menjaga

peralatan dan bahan yang akan digunakan.

g) Berikan penjelasan tentang apa yang hams diperhatikan clan

tahapan-tahapan yang hams dilakukan peserta didik, termasuk

yang dilarang dan yang membahayakan.15

b. Kelebihan dan kelemahan metode eksperimen

Metode eksperimen mempunyai beberapa kelebihan, yaitu:

1) Metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau

kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya

menerima kata guru atau buku.

2) Dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi

eksploratoris (menjdajahi) tentang sains dan teknologi; suatu sikap

yang dituntut dari seorang ilmuan.

3) Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa

terobosan-terobosan barn dengan penemuan sebagai hasil

percobaannya, yang diharapkan dapat membawa manfaat bagi

kesejahteraan hidup manusia.

4) Hasil-hasil percobaan yang berharga yang ditemukan dari metode

ini dapat memanfaatkan alam yang kaya ini untuk kemakmuran • 16

manusia.

Selain mempunyai kelebihan, metode mengaJar dengan

eksperimen juga mempunyai kelemahan, antara lain:

I) Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang sains dan

(32)

2) Pelaksanaan metode ini sermg memerlukan berbagai fasilitas

peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan murah.

3) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan.

4) Hasil percobaan hanyalah usaha untuk mendekati kebenaran,

bukanlah berupa kebenaran mutlak.

5) Dal am kehidupan tidak semua ha! dapat dij adikan materi

percobaan dan hams dicobakan. Hal ini disebabkan oleh

kemungkinan terbatasnya biaya, fasilitas, waktu atau karena

merupakan sesuatu yang perlu diterima secara langsung

kebenarannya karena menyangkut nilai, moral dan keagamaan atau

ketuhanan.

6) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan

karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar

jangkauan kemampuan atau pengendalian.

7) Sangat menuntut penguasaan perkembangan materi, fasilitas

peralatan dan bahan mutakhir. Sering terjadi siswa lebih dahulu

mengenal dan menggunakan alat dan bahan tertentu daripada guru.11

3. Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar·

Belajar atau yang disebut dengan learning, adalah perubahan

yang secara relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari

pengalaman-pengalaman. Belajar merupakan salah satu bentuk

perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. belajar

membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungan,

dan dengan adanya proses belaj ar inilah manusia dapat bertal1an hid up

(survived). 18

17

(33)

Belaj ar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman

dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku,

baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap,

bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.19 Salah satu

ciri bahwa seseorang dikatakan sudah atau telah belajar ialah adanya

suatu perubahan tingkah laku pada diri seseorang tersebut. Perubahan

itu menyangkut perubahan dalam pengetahuan dan keterampilan atau

juga perubahan dalam sikap.

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang barn secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya. 20 Menurut pengertian secara psikologis, belajar

merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya.21 Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang

banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak

setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam

arti belajar. Definisi dari belajar di atas mengandung pengertian bahwa

yang dimaksud dengan belajar adalah perubahan tingkah laku

seseorang secara keseluruhan atas apa yang didapat dari suatu

pengalamarmya. baik dari suatu penglihatan, pengamatan ataupun

meniru dari seseorang yang ia anggap paling bail<.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

oleh seseorang dengan serangkaian kegiatan dalam mencapai

perubahan tingkah laku, pengetahuan, kepribadian, keterampilan yang

diakibatkan oleh terjadinya interaksi antara seseorang dengan

19

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Be/ajar Mengajar, (Jakarta : PT. Rineka Cifta, 2002), h I 0-11

(34)

r>!-"--seseorang, seseorang dengan kelompok dan seseorang dengan

lingkungannya sebagai hasil dari pengalaman.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar s1swa dapat

dibedakan menjadi dua macam, yaitu: faktor yang datangnya dari

dalam diri siswa (faktor internal) dan faktor yang datangnya dari luar

diri siswa (faktor eksternal). Faktor internal yang mempengaruhi hasil

belajar siswa adalah sebagai berikut:

1) Faktor jasmani (fisiologis), baik yang bersifat bawaan ataupun

yang diperolehnya, contohnya penglihatan, pendengaran, struktur

tubuh dan lain sebagainya.

2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperolehnya. Faktor ini terdiri atas faktor:

a) Faktor intelektif yang meliputi: faktor potensial yaitu kecerdasan,

bakat dan faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dan

pernah dimiliki.

b) Faktor non intelektif adalah unsur-unsur kepribadian tertentu

seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosional dan

penyesuaian diri.

3) Faktor kematangan fisik maupun psikis

Faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah

sebagai berikut:

a) Faktor sosial yang terdiri dari: lingkungan keluarga, lingkungan

sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan kelompok.

b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, tekuologi

dan kesenian.

c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan

iklim.

(35)

Faktor-faktor tersebut di atas saling berinteraksi secara

langsung maupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar

. 22

SISWa.

c. Hasil Belajar sebagai Objek Penilaian

Proses belajar mengajar terdiri dari empat unsur utama yakni

tujuan, bahan, metode dan alat penilaian. Tujuan sebagai arah dari

proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah rumusan tingkah laku

yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa setelah menerima atau

menempuh pengalaman belajamya. Bahan adalah seperangkat

pengetahuan ilmiah yang dijabarkan dalam kurikulum untuk

disampaikan atau dibahas dalam proses belajar mengajar agar sampai

kepada tujuan yang telah ditetapkan. Metode dan alat adalah cara atau

teknik yang digunakan dalam mencapai tujuan. Sedangkan penilaian

adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan

yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain,

penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses

dan hasil belajar siswa.

Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh sJSwa dalam

mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajamya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil

belajar yakni: (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan

pengertian dan ( c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil

belajar dapat diisi dengan bahai1 yang telah ditetapkan dalam

kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar,

yakni: (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi

kognitif, (d) sikap dan (e) keterampilan motoris. Dalam sistem

(36)

maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar

dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi

tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.

d. Pengukuran Hasil Belajar

I. Pengukuran Ranah Kognitif

Penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi bertujuan

untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan

berupa materi-materi esensial sebagi konsep fungsi dan prinsip utama.

Konsep kunci dan prinsip utama keilmuan tersebut harus dimiliki dan

dikuasai siswa secara tuntas, bukan hanya dalam bentuk hapalan.

Ranah kognitif ini merupakan ranah yang lebih banyak melibatkan

kegiatan mental. Pada ranah ini terdapat enam jenjang berpikir mulai

dari yang tingkat rendah sampai tinggi, yakni: (I) pengetahuan/ingatan

(knowledge), (2) pengetahuan (comprehension), (3) penerapan

(application), (4) analisis (analysis), (5) sintesis (synthesis) dan (5)

evaluasi (evaluation). Pada tahun 200 I Anderson dan Krathwohl

melakukan revisi terhadap taksonomi Bloom menjadi: (I) Remember,

(2) understand, (3) apply, (4) analyze, (5) evaluate, dan (6) create.

Kemampuan-kemampuan yang termasuk domain kognitif oleh

Bloom dkk dikategorikan lebih terinci secara hierarkis kedalam enam

jenjang kemampuan yakni hapalan/ingatan (C1), pemahaman (C2),

penerapan (C3), analisis (C4), sintetis (Cs) dan evaluasi (C6).23

2. Pengukuran Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli

mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya,

bila seseorang yang memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi.

(37)

Para guru lebih banyak menilai ranah kogntif semata-mata. Tipe

belajar hasil afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku

seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar,

menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan

sosial.

Pengukuran ranah afektif tidaklah semudah mengukur ranah

kognitif. Pengukuran ranah afektif tidak dapat dilakukan setiap saat

karena perubahan tingkah laku siswa tidak dapat berubah

sewaktu-waktu. Pengubahan sikap seseorang memerlukan waktu yang relatif

lama, demikian juga pengembangan minat dan penghargaan serta

nilai-nilai.

Ranah afektif ini dirinci oleh Kathwohl dkk, menjadi lima

jenjang, yakni: (1) perhatian atau penerimaan (receiving), (2)

tanggapan (responding), (3) penilaian atau penghargaan (valuing), (4)

pengorganisasian (organization) dan (5) karakterisasi terhadap suatu

atau beberapa nilai (characterization by a value or value complex).

Tujuan-tujuan instruksional yang termasuk domain afektif

diklasifikasikan oleh David Kathwohl ke dalam jenjang secara

hierarkis, yaitu: "Receiving" meliputi penerimaan secara pasif

terhadap suatu nilai dan keyakinan. "Responding" meliputi keinginan

dan kesenangan menanggapi atau merealisasikan sesuatu yang sesuai

dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat. "Valuing" meliputi

pemilikan serta pelekatan pada suatu nilai tertentu. "Organization"

meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi suatu sistem nilai.

"Characterization" mencakup pengembangan nilai-nilai menjadi

karakter pribadi.24

Kategori ranah afektif sebagai hasil belajar, kategorinya

dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang

(38)

a) Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menenma rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam

bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Tipe ini contohnya

kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol dan seleksi

gejala atau rangsangan dari luar.

b) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini

mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab

stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.

c) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Evaluasi ini termasuk di

dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang atau

pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai

terse but.

d) Organisasi, yakni pengembangaan diri dari nilai ke dalam suatu

sistem dan prioritas nilai yang telah dimilikinya, yang termasuk ke

dalam organisasi adalah konsep tentang nilai dan organisasi sistem

nilai.

e) Karakteristik nilai atau intemalisasi nilai, yakni keterpaduan semua

sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi

pola kepribadian dan tingkah lakunya. Kedalamnya termasuk.

keselurnhan nilai dan karakteristiknya. 25

Sehubungan dengan tujuan penilaiannya ini maka yang

menjadi sasaran penilaian kawasan afektif adalah perilaku anak didik,

bukan pengetahuannya. Pertanyaan afektif tidak menuntut jawaban

benar atau salah, tetapi jawaban yang khusus tentang dirinya mengenai

(39)

3. Pengukuran Ranah Psikomotor

Pengukuran ranah psikomotor dilakukan terhadap hasil-hasil

belajar yang berupa penampilan. Namun demikian biasanya

pengukuran ranah ini disatukan atau dimulai dengan pengukuran ranah

kognitif sekaligus. Hasil belaj ar ini merupakan ranah yang berkaitan

dengan keterampilan (skiil) atau kemampuan be1iindak setelah

seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Simpson (1956)

menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk

keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar

psikomotor merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan

afektif, akan tampak setelah siswa menunjukkan perilaku atau

perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung pada kedua

ranah tersebut dalam kehidupan siswa sehari-hari.26

Proses belajar mengajar di sekolah saat ini, tipe belajar hasil

belajar kognitif lebih dominan jika dibandingkan dengan tipe hasil

belajar bidang afektif dan psikomotoris. Sekalipun demikian tidak

berarti bidang afektif dan psikomotoris diabaikan sehingga tak perlu

lagi diberikan penilaian. Tipe hasil belajar ranah psikomotoris

berkenaan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah ia

menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ini sebenamya

tahap lanjutan dari hasil belajar afektif yang barn tampak dalam

kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku.

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa yang

menjadi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa

yaitu secara garis besarnya berasal dari faktor internal ( diri siswa

sendiri) dan ekstemal ( dari luar siswa sendiri). Adapun faktor yang

datang dari diri sendiri bisa diakibatkan oleh kemampuan dan

keinginan yang kurang atau boleh dibilang mempunyai IQ yang

pas-pasan sehingga dapat menyebabkan penurunan dalam belajamya.

(40)

keadaan keluarganya ataupun lingkungannya yang kurang mendukung

dalam proses belajarnya.

4. Hukum Newton

a. Hukum I Newton

Orang Yunani kuuo, telah menyusun suatu hipotesis bahwa

terdapat dua macam gerak, yaitu gerak di bumi dan gerak di angkasa luar.

Setiap gerakan di bumi pada akhimya cendernng untuk diam, sedangkan

gerakan di angkasa luar tidak pemah berhenti. Jadi, apakah yang

menyebabkan benda berhenti? Tentu saja gaya gesek. Menurnt Newton,

jika tidak ada gaya gesekan maka benda akan terns bergerak selamanya

sampai dihentikan dan benda yang diam akan diam selamanya sampai

diberikan gerakan. Sebuah bola tidak akan tiba-tiba terbang ke arahmu jika

tidak ada yang melempamya. Jika tidak ada yang menghentikan gerakan

suatu benda, benda akan terns bergerak. Kecendernngan inilah yang

disebut inersia oleh Newton, dan bunyi dari hukum I Newton adalah

sebagai berikut:

"Jika resultan gaya pada suatu benda sama dengan nol, maka benda yang mula-mula diam akan tetap diam (mempertahankan keadaan diamnya) dan benda yang mula-mula bergerak akan terus bergerak dengan kelajuan tetap (mempertahankan keadaan geraknya). "

Hukum I Newtonjuga dikenal sebagai hukum kelembaman. Contoh

sifat kelembaman benda adalah:

I. Benda yang mula-mula bergerak akan mempertahankan geraknya.

Contohnya, ketika kamu berada di dalam bus yang sedang berjalan,

kamu akan merasa terdorong ke depan ketika bus direm dengan

tiba-tiba. Oleh karena itu, pengendara mobil dianjurkan memakai sabuk

pengaman. Hal ini be1iujuan umtuk menghindari cedera akibat

benturan jika mobil direm mendadak atau mobil mengalami

(41)

2. Benda yang mula-mula diam akan mempertahankan keadaan diamnya.

Contohnya, ketika kamu membonceng motor, sesaat motor akan

berjalan seolah-olah kamu terdorong ke belakang. Hal ini karena

kamu mempertahankan keadaan diam sehingga kamu terdorong ke

belakang. Oleh karena itu, jangan lupa pegangan jika kamu

membonceng motor.

b. Hukum II Newton

Percepatan adalah pertambahan kecepatan setiap satuan waktu.

Percepatan dilambangkan a clan mempunyai satuan m/s2•

a= kecepatan =mis =mls2 waktu s

I. Hubungan antara Percepatan dengan Resultan Gaya

a. Doronglah sebuah mej a agak besar seorang diri dengan pelan,

kemudian doronglah dengan kuat! Meja akan bergerak semakin cepat.

Misal didorong dengan kuat, meja memiliki percepatan 2 m/s2 ( dengan

satu gaya).

b. SekaTang berdua dengan temanmu, doronglah meja tersebut. Meja akan

terdorong lebih cepat dibandingkan jika kamu mendorongnya seorang

diri. Dapat dikatakan bahwa percepatan meja makin besar, misalnya

jika didorong oleh satu orang a= 2 m/s2, jika didorong oleh dua orang a

= 4 m/s2 (dengan dua gaya).

c. Dapat disimpulkan bahwa makin besar gaya makin besar percepatan.

Jadi, percepatan sebanding dengan gaya yang bekerja.

2. Hubungan antara Percepatan dengan Massa benda

a. Doronglah sebuah meja sampai meja bergerak sehingga meja memiliki

percepatan. Misalnya, percepatan (a) meja 2 m/s2•

b. Sekarang tambahkan 1 meja lagi ditumpuk di alas meja yang kamu

(42)

kamu menambahkan besar massa tetapi gaya tetap karena dua meja ini

kamu dorong sendiri.

c. Dapat disimpulkan bahwa makin besar massa, makin kecil percepatan.

Jadi, percepatan berbanding terbalik dengan massa benda.

Apabila hubungan antara percepatan clengan resultan gaya dan

hubungan antara percepatan clengan massa benda cligabung, maka didapat

teori yang clikenal dengan Hukum II Newton. Hukum II Newton

menyatakan:

"Percepatan yang dihasilkan oleh resulta;i gaya yang bekerja pada suatu benda berbanding lurus dan searah dengan resultan gaya, dan berbanding terbalik dengan massa benda. "

Secara matematis dapat ditulis:

Di mana:

F = gaya(N)

m = massa (kg)

a = percepatan (m/s2)

c. Hukum III Newton

L,F

a = - atau 'i,F = ma

m

Ketika jari kaki kita terantuk batu, berarti kamu _memberi gaya aksi

kepacla batu. Sebagai balasannya, batu memberi gaya reaksi ke kakimu

sehingga kakimu terasa sakit. Begitu pula ketika tanganmu bersanclar pada

tembok, kamu tidakjatuh karena tanganmu memberi gaya aksi ke tembok.

Sebaliknya, tembok memberi gaya reaksi ke tanganmu. Kita bebas

memberi nama gaya aksi clan gaya reaksi tersebut, misalnya ketika kaki

tersandung batu, kaki memberi gaya reaksi clan batu memberi gaya aksi,

atau sebaliknya. Kedua gaya terjacli bersamaan dan arabnya ber!awanan.

Oleh karena itu, besar gaya aksi = gaya reaksi. Dapat disimpulkan bahwa

(43)

"Jika A menge1jakan gaya pada B, maka B akan mengerjakan gaya pada A. Gaya terse but besarnya sama tetapi arahnya berlawanan ".

Secara sistematis dapat dinyatakan:

F -F

Aksi - Re aksi

Hukum III Newton dalam kehidupan sehari-hari dapat kita amati

pada peristiwa berikut.

1. Ketika kita berjalan kaki di atas lantai, telapak kaki mendorong lantai

ke belakang sebagai aksi, dan lantai mendorong kaki ke depan sebagai

reaksi.

2. Ketika kita berenang, kaki mendorong air ke belakang sebagai aksi,

dan air mendorong kaki ke depan sebagai reaksi.

Gaya aksi-reaksi berbeda dengan keseimbangan. Perbedaan gaya

aksi-reaksi dengan keseimbangan antara lain sebagai berikut.

1. Gaya aksi dan gaya reaksi tidak akan saling meniadakan karena gaya

aksi dan gaya reaksi tidak pemah bekerja pada satu benda. Dengan

kata lain, gaya aksi dan gaya reaksi tidak pemah membentuk

keseimbangan.

2. Keseimbangan terjadi antara lain jika dua gaya sama besar dan

berlawanan arah bekerja pada satu benda (bukan pada dua benda).

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian dengan penerapan pendekatan kontekstual dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Qomariah melakukan penelitian mengenai

"Pengarnh Penerapan Contextual Teaching and Learning dengan Metode

Eksperimen terhadap Hasil Belajar". Penelitian tersebut menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan dengan menggunakan pendekatan CTL dengan

metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa dan hasil belajar siswa tersebut

(44)

Penelitian Syibromalisi mengenai "Upaya Meningkatkan Hasil Belajar

pada Konsep Fungsi Makanan melalui LKS dengan Pendekatan Pembelajaran

Kontekstual" menunjukkan bahwa pendekatan kontekstual melalui media LKS

clapat meningkatkan basil belajar siswa. 28

Penelitian Darmawan (2005), yang berjudul "Penerapan Model

Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep pacla Pokok

Bahasan Pencemaran Lingkungan". Penelitian dilakukan dengan met ode

eksperimen, basil dari penelitian menunjukkan babwa terdapat perbedaan

kemampuan awal siswa antara kelas kontrol dengan k'3las eksperimen. Hal ini

dapat dilhat dari hasil uji t pada data pretest yang menunjukkan adanya perbedaan

yang signifikan antara hasil pretest kelas kontrol clengan kelas eksperimen, basil

dapat dilibat dari nilai rata-rata gain kelas kontrol sebesar 0, 13 clan rata-rata gain

kelas eksperimen 0,2629 dengan demikian terclapat perbedaan peningkatan

penguasaan konsep yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontroL

Penelitian Farida (2009) yang be1judul "Pengarub Pendekatan Kontekstual

terhadap Hasil Belajar pada Konsep Pencemaran Lingkungan Bemuansa Nilai"

basil penelitiannya mennnjukkan bahwa rata-rata posttest kelas eksperimen adalah

sebesar 75,12 dan kelas kontrol adalab 60,05 serta basil uji t diperoleh thit 5,43 dan

t1ab sebesar 1,91, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh basil biologi

siswa yang diajar clengan CTL clengan siswa yang diajar dengan konvensionaJ.30

Penelitian Rahmawati (2009) yang berjudul " Efektifitas Pembelajaran

dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) clalam

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Pengelolaan Lingkungan

Terintegrasi Nilai. Hasil penelitiarmya menunjukkan babwa peningkatan hasil

belajar kelas eksperimen sebesar 57% dan kelas control sebesar 45%. Berdasarkan

indikator yang telab ditetapkan, ha! ini menunjukkan kelas eksperimen lebih

28

lib Syibromalisi, Upaya Meningkatkan Hasil Be/ajar pada Konsep Fungsi Makanan lvfe/alui LKS dengan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual, (skripsi UIN Jakarta, 2007)

29

Angga Adil Darmawan, Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual untuk lvfeningkatkan Penguasaan Konsep pada Pokok Bahasan Pencemaran Lingkungan, tersedia di

(45)

efektif dalam meningkatkan basil belajar dibandingkan kelas kontrol. Hal ini

didukung dengan basil perhitungan uji-t yang menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan. 31

C. Kerangka Berpikir

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia yang sangat penting,

karena dengan pendidikan manusia bisa mendapat ilmu pengetahuan,

mendapatkan tata cara bersosialisasi sehingga ia dapat mempelajari

misteri-misteri yang terjadi di alam dan meningkatkan kualitas hidupnya sejajar dengan

manusia lainnya di dunia.

Belajar adalah suatu proses usaha yang di!akukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Faktor yang

mempengaruhi basil belajar siswa ada dua ha!, yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang ada pada dalam diri siswa dan faktor

eksternal yaitu faktor yang ada di luar diri siswa. Seperti yang telah dijelaskan

pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah, bahwa pendekatan

pembelajaran yang digunakan dan keterlibatan siswa daiam proses pembelajaran

adalah ha! yang paling utama dalam menentukan keberhasilan proses belajar

mengaJar.

Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) adalah suatu

pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa

secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan

menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa

untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka, sedangkan Metode

eksperimen merupakan salah satu cara mengajar dengan melakukan suatu

percobaan tentang sesuatu ha!, mengamati prosesnya, se1ia menuliskan hasil

percobaannya, kemudian pengamatannya disampaikan di kelas dan dievaluasi

(46)

Seorang siswa apabila terlibat secara aktif di dalam proses pembelajaran,

maka hal tersebut akan menambah wawasan dan pengetahuan pada diri siswa

tentang materi yan

Gambar

Gambar 4.1  Grafilc Batang Basil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol.. 49  Gambar 4.2  Grafilc Batang Basil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol  50  Gambar 4.3  Grafik Batang N-Gain Kelompok Eksperimen dan Kontrol.
Diagram Alir dari Kerangka Berpikir
Tabel  3.6  Kriteria N-Gain  (&lt;g&gt;) &gt; 0,70  0,70 2':  (&lt;g&gt;) 2':  0,30  (&lt;g&gt;  &lt; 0,30  L
Gambar  4.  1 Grafik Batang Hasil Belajar  (Pretest)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adakah pengaruh prestasi belajar praktek las terhadap minat berwirausaha di bidang Pengelasan Siswa Kelas II bidang keahlian Konstruksi Badan Pesawat Udara SMK

And the roles of the students are as listener and performer.In teaching recount text, the teacher does not use the text book from Education and Culture Ministry

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upaya meningkatkan Kemampuan Operasi Hitung Penjumlahan Melalui Metode Drill di Kelas II SDN Sukabumi Selatan

Harga saham yang akan dibayarkan adalah sebesar harga rata dari harga saham DVLA pada penutupan perdagangan harian di Bursa Efek Indonesia selama 90 (sembilan puluh) hari terakhir

Freight bill factoring accelerates payment for your freight bills and provides you the money you need to pay fuel, expenses and drivers.. It gives you the cash flow you need to take

[r]

Berikut ini adalah Algoritma untuk menyisipkan I TEM ke dalam list, tepat sesudah simpul A, atau jika LOC = NULL, maka I TEM disisipkan sebagai simpul pertama dari list.. Misalkan

Untuk membuka ( decrypt ) data tersebut digunakan juga sebuah kunci yang dapat sama dengan kunci untuk mengenkripsi (untuk kasus private key.. cryptography ) atau dengan kunci