• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku dan Lamanya Waktu Menonton Televisi sebagai Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada Anak Obesitas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perilaku dan Lamanya Waktu Menonton Televisi sebagai Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada Anak Obesitas"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

PERILAKU DAN LAMANYA WAKTU MENONTON TELEVISI SEBAGAI FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI PADA ANAK OBESITAS

RIDHA RAHMALIA 097103015/ IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK - SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Judul Tesis: Perilaku dan lamanya waktu menonton televisi sebagai faktor risiko kejadian hipertensi pada anak obesitas

Nama Mahasiswa: Ridha Rahmalia Nomor Induk Mahasiswa : 097103015

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Kesehatan Anak

Menyetujui Komisi Pembimbing

Prof. dr. Hj. Rafita Ramayati, SpA(K) Ketua

dr. Sri Sofyani, SpA(K) Anggota

Ketua Program Magister Dekan

Prof. dr. Chairudin P. Lubis, DTM&H,SpA(K) Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH

NIP 19540220 198011 1 001

(3)

PERNYATAAN

PERILAKU DAN LAMANYA WAKTU MENONTON TELEVISI SEBAGAI FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI PADA ANAK OBESITAS

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang penah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dijadikan acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Medan, 5 Juni 2014

(4)

Telah diuji pada Tanggal: 5 Juni 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Hj. Rafita Ramayati, SpA(K) ……… Anggota:1.dr. Sri Sofyani, SpA(K) ………

2. dr. Tina Christina L. Tobing, SpA(K) ………

3. dr. Emil Azlin, SpA(K) ………

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga memberikan kesempatan kepada penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir pendidikan magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Ilmu Kesehatan Anak di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara / RSUP H. Adam Malik Medan.

Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Pembimbing utama Prof. dr. Hj. Rafita Ramayati, SpA (K) dan dr. Hj. Sri Sofyani, SpA(K) yang telah memberikan bimbingan,bantuan serta saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.

2. Dr. Hj. Melda Deliana, SpA (K) selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Anak FK USU, dan dr. Beby SyofianiHasibuan, Mked (Ped), SpA, sebagai sekretaris Program Studi yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tesis ini.

(6)

2009 sampai sekarang yang telah memberikan bantuan dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.

4. dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc. CM-FM, MPd.Ked, dr. Tina Christina L. Tobing, SpA(K), dr. Emil Azlin, SpA(K) yang sudah membimbing saya dalam penyelesaian tesis ini.

5. DR. dr. Oke Rina Ramayani, Sp.A, dr. Rosmayanti, Sp.A, dr. Beatrix Siregar,M.Ked(Ped),Sp.A yang telah memberi masukan dan membimbing saya dalam penyelesaian tesis ini.

6. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan sumbangan pikiran dalampelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.

7. Kepala Sekolah Dasar yang telah memberikan izin serta atas keramahtamahannya selama pelaksanaan penelitian.

8. Teman-teman PPDS periode Juli 2009 yang tidak mungkin dapat saya lupakan yang telah membantu saya dalam keseluruhan penelitian maupun penyelesaian tesis ini, khususnya Wardah, Emmy Rossa Depari, T.Ellya dan Meiviliani Sinaga terima kasih untuk kebersamaan kita dalam melaksanakan penelitian dan pendidikan selama ini.

9. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis ini.

Kepada yang sangat saya cintai dan hormati, orang tua sayaAyahanda dr. H. Achmad Chairi Rahman dan Ibunda Hj. Rosnaida atas jerih payah, usaha,

(7)

Ruslan Akhtar serta kedua adik saya Ari Hermawan dan Ainul Hizriadi,terima kasih juga saya sampaikan untuk do’a dan dukungan moril sehingga saya dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam mengikuti pendidikan ini.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Medan, 5 Juni 2014

(8)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan Pembimbing i

Lembar pernyataan ii

Ucapan terima kasih iv

Daftar Isi vii

Daftar tabel ix

Daftar gambar ix

Daftar singkatan dan lambang x

Abstrak xi

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Desain 13

3.2. Tempat dan Waktu 13

3.3. Populasi dan Sampel 13

3.4. Perkiraan Besar Sampel 13

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 14

3.5.1. Kriteria Inklusi 14

3.5.2. Kriteria Eksklusi 14

3.6.Persetujuan / Informed Consent 15

3.7 Etika Penelitian 15

3.11 Definisi Operasional 22

3.12Rencana Pengolahan dan Analisis Data 23

(9)

BAB 5. PEMBAHASAN 29

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 33

RINGKASAN 34

Daftar Pustaka 38

Lampiran

1. Personil Penelitian BiayaPenelitian

Jadwal Penelitian 2. Lembar Penjelasan

3. Persetujuan Setelah Penjelasan 4. Kuisioner

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Klasifikasi hipertensi pada anak

Tabel 3.1. Ukuran manset untuk kelompok umur yang sesuai Tabel 4.1. Karakteristik dasar responden penelitian

Tabel 4.2. Hubungan perilaku dan lamanya waktu menonton TV dengan tekanan darah pada anak obes

Tabel 4.3. Hubungan lama waktu menonton TV, berat badan dan tinggi badan dengan risiko hipertensi pada anak obes

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Mekanisme obesitas menimbulkan hipertensi Gambar 2.2. Kerangka Konseptual

(11)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

AAP : American academy of pediatric

TV : televisi

WHO : World Health Organization

RISKESDAS : riset kesehatan dasar Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

% : persen

IMT : indeks massa tubuh

IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia NIH : The National Institutes of Health

BMI : Body Mass Index

ASI : Air susu ibu

SRAA : sistem renin angiotensin aldosteron

CO : Cardiac output

GFR : glomerular filtration rate

SD : sekolah dasar

PSP : persetujuan setelah penjelasan

BB : berat badan

OR : Odds Ratio

(12)

ABSTRACT

Background Nowadays, hypertension is an important public health problem. Classified as one of metabolic disease, hypertension can occur due to increase of adipose tissue mediated by sedentary behavior such as watching television.

Objective.To assess the length of time and activities while watching television as a risk factor for hypertension in obese children.

Methods We conducted a case-control study in November 2013. Obese children aged 6 to 12 years old were assessed for blood pressure and questionnaire which contain activities and the length of time watching television. Food assesment include amount of calories and fat. High calories defined as consumption more than 1200, 1400, 1600 1800 kcal per day (respectively in girls, boys aged 4 to 8 years and 9 to 13 years. High fat defined as consumption more than 35% of total calories per day.

ResultsWe enrolled 138 children in the study including 70 (51.4%) in hypertension group and 68 (49.2%) in normal group. The length of time watching television more than 2 hours per day was not significant as a risk factor for hypertension in obese children (P= 0.413, OR= 0.61, 95% CI 0.19-1.98). Consumption of high calory and high fat food was significant as a risk factor for hypertension in obese children (P=0.025, OR=4.31, 95% CI 1.14-16.2) Conclusion The length of time watching televisionhad no effect on the risk of hypertension in obese children, but high calories and high fat food comsumption play role as a risk factor for hypertension in this study.

(13)

ABSTRACT

Background Nowadays, hypertension is an important public health problem. Classified as one of metabolic disease, hypertension can occur due to increase of adipose tissue mediated by sedentary behavior such as watching television.

Objective.To assess the length of time and activities while watching television as a risk factor for hypertension in obese children.

Methods We conducted a case-control study in November 2013. Obese children aged 6 to 12 years old were assessed for blood pressure and questionnaire which contain activities and the length of time watching television. Food assesment include amount of calories and fat. High calories defined as consumption more than 1200, 1400, 1600 1800 kcal per day (respectively in girls, boys aged 4 to 8 years and 9 to 13 years. High fat defined as consumption more than 35% of total calories per day.

ResultsWe enrolled 138 children in the study including 70 (51.4%) in hypertension group and 68 (49.2%) in normal group. The length of time watching television more than 2 hours per day was not significant as a risk factor for hypertension in obese children (P= 0.413, OR= 0.61, 95% CI 0.19-1.98). Consumption of high calory and high fat food was significant as a risk factor for hypertension in obese children (P=0.025, OR=4.31, 95% CI 1.14-16.2)

Conclusion The length of time watching televisionhad no effect on the risk of hypertension in obese children, but high calories and high fat food comsumption play role as a risk factor for hypertension in this study.

(14)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

American Academy of Pediatrics (AAP) telah menunjukkan perhatian serius terhadap jumlah waktu yang digunakan oleh anak-anak dan remaja untuk menonton televisi (TV) terutama dalam 15 tahun terakhir. Rata-rata anak dan remaja menghabiskan waktu menonton TV selama 3 jam per hari, melebihi waktu yang dianjurkan yaitu kurang dari 2 jam perhari.1 Hal yang sama terjadi dengan obesitas yang di deklarasikan oleh World Health Organization (WHO) sebagai masalah epidemik global ditandai dengan peningkatan prevalensi overweight dan obesitas menjadi lebih dari 15% yang meningkat tiga kali lipat sejak tahun 1960.2,3 Prevalensi obesitas berdasarkan data riset kesehatan dasar Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (RISKESDAS) mengalami peningkatan dari 12.2% pada tahun 2007 menjadi 14% pada tahun 2010.4,5

Menonton TV yang merupakan bagian dari perilaku kurang aktif (sedentary behavior) diketahui berhubungan dengan berbagai masalah kesehatan seperti peningkatan risiko penyakit metabolik, contohnya hipertensi, dan diduga hubungan tersebut diperantarai oleh akibat penimbunan jaringan lemak.6

Penelitian di Amerika Serikat pada tahun 1988 sampai 1994 mendapatkan anak yang menonton TV lebih dari 4 jam per hari memiliki lemak tubuh dan indeks massa tubuh (IMT) yang lebih besar dibanding anak yang menonton TV kurang dari 2 jam per hari.

Penelitian di Yogyakarta tahun 2004 pada anak sekolah dasar usia 10 sampai 12 tahun mendapatkan bahwa anak yang bermain playstation lebih dari 2 jam

(15)

perhari memiliki risiko untuk menjadi obesitas sebesar 22 kali dibanding anak yang bermain playstation kurang dari 2 jam perhari.8

Penelitian di Jakarta tahun 2009 sampai 2010 terhadap 73 remaja menunjukkan bahwa aktivitas fisik yang tinggi memiliki risiko yang lebih kecil untuk terjadinya penyakit kardiovaskular.9 Penelitian terhadap 111 anak usia 3 sampai 8 tahun di Amerika Serikat menyimpulkan bahwa perilaku yang kurang aktif (sedentary bahavior) terutama menonton TV berhubungan dengan tekanan darah anak. Anak dengan waktu menonton TV paling sedikit ( kurang dari 30 menit per hari) memiliki tekanan darah yang lebih rendah secara bermakna dibandingkan anak dengan waktu menonton TV yang lebih banyak.

Risiko terjadinya hipertensi pada anak obes yang menonton TV lebih dari 2 jam per hari lebih besar dibanding dengan anak obes yang menonton TV kurang dari 2 jam perhari.

10

Di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara belum pernah dilakukan penelitian mengenai ini. Melihat bahwa dalam kehidupan sehari-hari anak-anak sejak dini juga sudah terpapar dengan acara televisi, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah ada peningkatan tekanan darah jika mereka lama menonton televisi.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara lamanya menonton TV lebih dari 2 jam per hari dengan risiko terjadinya hipertensi pada anak obes

(16)

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum : menilai dampak perilaku dan lamanya waktu menonton TV terhadap risiko hipertensi pada anak obes di kota madya Binjai. 1.4.2. Tujuan Khusus :

• Mengetahui berapa jam dalam sehari anak-anak obes yang hipertensi di Binjai menonton TV

• Mengetahui perilaku selama menonton TV yang mempengaruhi tekanan darah.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Di bidang akademik / ilmiah : Jika memang hipotesis diterima, hasil penelitian ini akan menambah bukti adanya peningkatan risiko hipertensi akibat menonton TV. Hal ini akan membuat masyarakat lebih percaya pada anjuran American Academy of Pediatric (AAP) mengenai batas waktu menonton TV sebaiknya adalah kurang dari 2 jam perhari.

2. Di bidang pelayanan masyarakat: dengan mengetahui dampak waktu menonton TV yang berlebihan terhadap risiko obesitas dan hipertensi dapat dilakukan tindakan pencegahan dengan melakukan himbauan untuk membatasi waktu menonton TV pada anak sesuai anjuran AAP yaitu kurang dari 2 jam perhari. 3. Di bidang pengembangan penelitian: memberikan kontribusi ilmiah mengenai

(17)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hipertensi

Unit Kerja Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menetapkan batasan hipertensi pada anak sesuai dengan batasan menurut NationalHigh Blood Pressure Education ProgramWorking Group on High Blood Pressure in Children and

Adolescents Task Force 4th tahun 2004, yaitu:

• Hipertensi adalah rata-rata tekanan darah sistolik dan atau tekanan 11-13

darah diastolik lebih dari atau sama dengan persentil ke-95 menurut usia, jenis kelamin dan tinggi badan pada 3 kali pengukuran atau lebih.

• Prehipertensi pada anak adalah rata-rata tekanan darah sistolik atau diastolik lebih dari atau sama dengan persentil ke-90 tetapi kurang dari persentil ke-95 menurut usia, jenis kelamin dan tinggi badan.

(18)

Tabel 2.1. Klasifikasi hipertensi pada anak.11,12

Klasifikasi Tekanan darah sistolik dan diastolik

Normal tekanan darah Pre hipertensi

Hipertensi

Hipertensi tingkat 1

Hipertensi tingkat 2

< persentil 90

≥ persentil 90 tetapi < persentil 95 ≥ persentil 95

persentil 90 sampai persentil 95 (ditambah 5 mmHg)

≥ persentil 95 (ditambah 5 mmHg)

Persentil diukur berdasarkan usia, jenis kelamin dan tinggi badan

2.2. Obesitas

Obesitas adalah suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan.14World Health Organization (WHO) pada tahun 1997, The National Institutes of Health (NIH) pada tahun 1998 dan The Expert Commintee on Clinical Guidelines for Overweigth in Adolescent Preventive Services

telah merekomendasikan body mass index (BMI) atau indeks massa tubuh (IMT) sebagai baku pengukuran obesitas pada anak dan remaja diatas usia 2 tahun, yaitu bila IMT ≥ persentil ke-85 sebagai overweight dan IMT ≥ 95 sebagai obesitas.

Secara klinis obesitas dengan mudah dapat dikenali karena mempunyai tanda dan gejala yang khas antara lain wajah yang bulat, dagu rangkap, leher relatif pendek, dada yang membusung dengan payudara yang besar karena mengandung jaringan lemak yang tebal, perut membuncit disertai dinding perut yang berlipat-lipat

(19)

serta kedua tungkai umumnya berbentuk X dengan kedua pangkal paha bagian dalam sering menempel dan bergesekan. Pada anak laki-laki penis tampak kecil karena tersembunyi dalam jaringan lemak supra pubik (burried penis).14

Menurut hukum termodinamik, obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan antara asupan energi dengan energi yang dikeluarkan,1,15sehingga terjadi kelebihan energi yang selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan lemak.10 Kelebihan energi tersebut dapat disebabkan oleh asupan energi yang tinggi atau keluaran energi yang rendah. Asupan energi yang tinggi disebabkan oleh konsumsi makanan yang berlebihan, sedangkan keluaran energi yang rendah disebabkan oleh rendahnya metabolisme tubuh, kurangnya aktifitas fisik dan efek termogenesis makanan.14

Meskipun faktor genetik dikatakan berperanan kuat terhadap peningkatan risiko obesitas pada anak, akan tetapi faktor lingkungan termasuk pola makan yang gemar mengkonsumsi makanan cepat saji dengan kalori tinggi serta gaya hidup santai yang dikenal sebagai lingkungan obesogenik dianggap lebih berpengaruh.2,14

Faktor nutrisi selain asupan yang tinggi, yang juga berperan dalam peningkatan kejadian obesitas pada anak dan remaja, bisa dimulai sejak usia dini seperti tidak ada atau tidak cukupnya pemberian air susu ibu (ASI), kurangnya kosumsi serat, buah-buahan dan sayur-sayuran, meningkatnya konsumsi makanan cepat saji dengan porsi yang besar dan banyaknya konsumsi minuman bersoda yang bisa disebabkan oleh akibat banyaknya iklan selama program acara anak-anak di televisi yang ditonton anak-anak-anak-anak dan remaja, serta ketersediaan makanan cepat saji dan berbagai makanan manis di kantin sekolah sehingga mudah diperoleh anak dan remaja.

Aktifitas fisik dan perilaku kurang aktif sering terjadi bersamaan dan tumpang tindih dalam peranannya terhadap perkembangan terjadinya obesitas. Perilaku

(20)

kurang aktif seperti menonton TV dan bermain komputer mungkin mempengaruhi keseimbangan energi melalui berkurangnya aktivitas fisik, meningkatnya asupan energi atau menurunnya kecepatan metabolisme.16

Penelitian di Carolina utara tahun 1995 hingga 2001 didapatkan bahwa perilaku yang kurang aktif sangat menentukan dalam perkembangan kejadian obesitas sehingga menghindari perilaku yang kurang aktif sehingga dapat menjadi sasaran untuk tindakan pencegahan obesitas pada populasi anak dan remaja.16

2.3. Hipertensi pada obesitas

Beberapa mekanisme yang diduga terlibat dalam peningkatan tekanan darah pada anak obes antara lain adalah adanya aktivasi sistem saraf simpatis yang disebabkan oleh peningkatan kadar leptin (hiperleptinemia). Kadar leptin yang meningkat akan menyebabkan peningkatan reabsorpsi natrium di tubulus ginjal melalui sistem renin angiotensin aldosteron (SRAA). Aktivasi sistem saraf simpatis juga akan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer yang menyebabkan peningkatan tekanan arteri.16-18

(21)

Peningkatan reabsorbsi natrium ginjal karena laju filtrasi glomerulus (GFR) dan aliran darah ke ginjal akan menyebabkan peningkatan tekanan di arteri, vasodilatasi ginjal dan hiperfiltrasi glomerulus, aktivasi neurohumoral dan perubahan metabolisme menyebabkan kerusakan glomerulus dan semakin melemahnya tekanan natriuresis ginjal yang berakibat hipertensi yang semakin berat dan menurunnya fungsi secara bertahap.20-22

Selain itu obesitas juga berhubungan dengan disfungsi endotel dan perubahan struktur ginjal akibat penekanan oleh lapisan lemak yang berperan dalam perkembangan hipertensi.

Renal

17

Medularry ↑RAS ↑Leptin/POMC Compression Activity

SNS Activity Glucose Intolerance

Renal + ↑Lipid

Vasodilatation Volume expansion ↑Glucose

Glomerular Hypertension

Gambar 2.1. Mekanisme obesitas menimbulkan hipertensi.

20

2.4. Hubungan menonton TV dengan obesitas dan hipertensi

obesity

↑Tubular NaCl

Reabsorption

(22)

Hubungan antara menonton TV dan hipertensi serta hubungan menonton TV dengan obesitas yang diteliti di Amerika pada tahun 1999 sampai tahun 2000 menunjukkan bahwa hal ini dipengaruhi oleh peningkatan masukan energi dan mikronutrien karena sebagian besar waktu makan anak dilakukan di depan TV, antara lain berasal dari konsumsi soda, snack dan pizza.23 Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa menonton TV pada anak juga meningkatkan kemungkinan stres psikologis, menyebabkan aktivasi amigdala yang mempengaruhi output eferen simpatis dan respon hipotalamus-hipofisis dan adrenal yang menyebabkan pengeluaran glukokortikoid ginjal yang berhubungan dengan aspek sindroma metabolik termasuk peningkatan tekanan darah.6

Terdapat beberapa kemungkinan yang menjelaskan hubungan antara menonton TV dan tekanan darah, pertama menonton TV dianggap sebagai aktifitas fisik yang tidak aktif, mungkin secara langsung berhubungan dengan tekanan darah.Kedua, perilaku yang tidak sehat selama menonton TV seperti makan berlebihan dapat secara tidak langsung menimbulkan efek terhadap tekanan darah. Waktu yang dihabiskan menonton TV berhubungan dengan kebiasaan seperti meningkatnya konsumsi lemak, gula dan makanan asin serta menurunkan konsumsi buah dan sayur.10,23Perilaku ini biasanya berhubungan dengan penimbunan lemak pada anak dan berdampak terhadap tekanan darah. Ketiga, baik perilaku tidak aktif dan kebiasaan tidak sehat selama menonton TV mungkin menyebabkan efek sinergisme terhadap tekanan darah dan terakhir, menonton televisi dapat mengganggu waktu tidur pada anak.

Penelitian di Finlandia pada tahun 1997 sampai tahun 1998 mengenai hubungan paparan TV dengan gangguan tidur didapatkan hasil bahwa paparan yang tinggi terhadap TV meningkatkan risiko terjadi gangguan tidur.

10

(23)

cross-sectional terhadap 238 remaja di Ontario Kanada pada tahun 2009 sampai tahun 2010 didapatkan bahwa waktu tidur yang singkat ( kurang dari 6.5 jam) meningkatkan risiko hipertensi sebesar 2.5 kali.2

2.5. Kerangka Konseptual

Gambar 2. 2. Kerangka Konseptual Menonton TV

< 2 jam perhari Menonton TV

≥ 2 jam perhari

1.Penyakit ginjal

2.Penyakit jantung bawaan dan kelainan kardiovaskuler

3.kelainan endokrinopati

4.konsumsi obat-obatan/makanan

Hipertensi pada anak obes

Aktivitas fisik rendah

Waktu tidur singkat Konsumsi makanan

(24)

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah case-control untuk melihat hubungan perilaku dan waktu menonton TV lebih dari sama dengan 2 jam per hari dengan kurang dari 2 jam per hari terhadap risiko terjadinya hipertensi pada anak obes.

3.2. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di 7 sekolah dasar (SD) di Kota Madya Binjai. Waktu penelitian dilakukan pada bulan November 2013.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi target adalah anak usia 6 sampai 12 tahun. Populasi terjangkau adalah populasi target yang menjalani pendidikan sekolah dasar di Kota madya Binjai selama bulan November 2013. Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi.

3.4. Perkiraan Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan mempergunakan rumus estimasi populasi proporsi ( two-sided test):25

Pο = prevalensi anak hipertensi pada populasi = 0,43. = 0.842

(25)

Pa =prevalensi anak yang tidak hipertensi = 0,58 .

- Anak dengan kelainan endokrinopati (misalnya hipertiroid dan penyakit Cushing)

6

Dengan menggunakan rumus di atas didapat besar sampel sebanyak 136 orang. 3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.5.1. Kriteria Inklusi :

- Anak usia 6 sampai 12 tahun

- Anak obesitas ditentukan berdasarkan pengukuran antropometri dengan IMT ≥ 95

- Mendapat informed consent dari orang tua

3.5.2. Kriteria Eksklusi :

- Penderita penyakit ginjal (misalnya sindroma nefrotik dan

glomerulonefritis akut)

- Anak dengan penyakit jantung bawaan dan kelainan kardiovaskular

(misalnya koarktasio aorta)

- Anak yang mengkonsumsi obat-obatan seperti prednison

3.6. Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

(26)

persetujuan setelah penjelasan (PSP) dan lembar penjelasan kepada orang tua sebagaimana terlampir dalam usulan penelitian ini

3.7. Etika Penelitian

Izin untuk melaksanakan penelitian diperoleh dari Komisi Etika Penelitian Fakultas Kedokteran USU, serta dari sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian.

3.8. Cara Kerja 3.8.1 Alokasi Subjek

Pemilihan sekolah perkotaan ditetapkan secara purposive sampling, sedangkan pemilihan subjek ditetapkan secara consecutive sampling.

3.8.2 Pengukuran Tahap persiapan

Melakukan survei ke beberapa sekolah dasar di Kota Madya Binjai. Tahap pelaksanaan

- Peneliti memberikan penjelasan mengenai jalannya penelitian dan pemeriksaan serta risiko yang mungkin terjadi kepada orangtua dan subjek penelitian .

- Setelah diberikan surat penjelasan kepada orang tua, dilakukan pertemuan dengan orang tua murid membahas mengenai cara pengisian kuesioner

- Apabila orang tua bersedia anaknya menjadi subjek penelitian ini, orang tua diminta menandatangani formulir persetujuan mengikuti penelitian.

- Dilakukan pencatatan data pribadi terhadap anak yang akan diteliti

(27)

sebelumnya dengan kapasitas sampai 125 kg. Pencatatan dilakukan dalam kilogram dengan desimal (sensitif sampai 0.1 kg). Semua anak ditimbang tanpa sepatu atau alas kaki, hanya pakaian sehari-hari saja

-Tinggi badan diukur dengan menggunakan alat mikrotoa 2 M terbuat dari metal, dengan ketepatan 0.5 cm. Tinggi badan di ukur pada posisi tegak lurus menghadap ke depan tanpa alas kaki, tumit dan bokong menempel pada dinding. Untuk melihat angka pada pengukuran tinggi, pembatas mikrotoa ditarik tegak lurus dan tepat di atas kepala, selanjutnya dinilai status antropometrinya. Seorang anak dikategorikan obes apabila IMT di atas sama dengan persentil 95 berdasarkan CDC 2000.

- Anak dengan IMT di atas sama dengan persentil 95 dikategorikan obesitas dan dimasukkan sebagai sampel penelitian.

- Pada anak yang obes tersebut dilakukan pengukuran tekanan darah.

- Pengukuran tekanan darah diukur menggunakan alat pengukur tekanan darah (tensimeter) air raksa Nova Reister® dan menggunakan Littmann Classic II Pediatric Stethoscope®.

- Seorang anak diukur tekanan darahnya 3 kali dalam keadaan istirahat dengan interval waktu 5 menit, kemudian diambil rata-rata tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik.

- Pengukuran dilakukan oleh dokter

(28)

- Makanan yang dikonsumsi dalam sehari selama 3 hari dalam seminggu dicatat dalam tabel yang telah diberikan. Makanan yang dikonsumsi dicatat jenis dan jumlahnya menggunakan ukuran rumah tangga seperti takaran sendok, piring dan gelas. Dicatat juga waktu konsumsi makanan tersebut dan ditandai makanan yang dikonsumsi saat menonton TV.

- Dicatat rata-rata lamanya waktu anak berolahraga (bermain bola, bersepeda, berenang, dll) dalam seminggu terakhir.

- Rata-rata waktu tidur anak dimalam hari (mulai saat anak benar-benar tertidur, tidak hanya saat anak masuk ke kamar) dalam seminggu terakhir juga diisi pada lembar kuesioner.

- Penyakit ginjal, penyakit jantung dan kelainan kardiovaskular serta kelainan endokrinopati dieksklusikan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik.

- Penyakit ginjal yang mempengaruhi tekanan darah yang dinilai dalam penelitian ini termasuk sindroma nefrotik dan glomerulonefritis

- Sindroma nefrotik adalah suatu penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak-anak, ditegakkan berdasarkan empat gejala klinis yang khas yaitu proteinuria masif, hipoalbuminemia, sembab dan hiperlipidemia.26

- Glomerulonefritis akut adalah sebagai proses inflamasi pada glomerulus ditandai oleh proliferasi sel-sel glomerulus ditandai oleh onset yang tiba-tiba dari kombinasi gejala-gejala hematuria nyata, sembab peri orbita dan hipertensi serta adanya infeksi streptokokus sebelumnya.

Pada penelitian ini pasien sindroma nefrotik diekslusikan jika dari anamnesis dijumpai adanya riwayat sembab

- Penyakit jantung bawaan dan kelainan kardiovaskular penyebab hipertensi yang dapat dinilai pada penelitian ini adalah koartasio aorta

(29)

- Koartasio aorta adalah penyempitan terlokalisasi pada aorta yang umumnya terjadi pada daerah duktus arteriosus, dapat terjadi praduktal dan paskaduktal dan sering disertai stenosis aorta dan defek septum ventrikel. Gejala klinis berupa sesak nafas yang timbul mendadak, hepatomegali dan tanda klasik berupa nadi brakialis teraba normal atau kuat sedangkan nadi femoralis serta dorsalis pedis teraba halus atau tidak teraba.

- Kelainan endokrinopati penyebab hipertensi termasuk hipertiroidisme dan penyakit Cushing.

28

- Hipertiroid adalah keadaan abnormal kelenjar tiroid akibat meningkatnya produksi hormon tiroid sehingga kadarnya meningkat dalam darah yang ditandai dengan penurunan berat badan, gelisah, tremor, berkeringat dan kelemahan otot.

- Penyakit cushing adalah sekumpulan gejala dan tanda klinis akibat meningkatnya kadar glukokortikoid (kortisol) dalam darah dengan gejala berupa obesitas, hirsutisme, virilisasi pada anak perempuan dan pseudopubertas pada anak laki-laki.

29

- Konsumsi obat-obatan penyebab hipertensi yang dimaksudkan dalam penelitian ini antara lain steroid, golongan simpatomimetik dan amfetamin, contohnya prednison, salbutamol dan efedrin. Melalui anamnesa ditanyakan riwayat penggunaan obat-obatan tersebut.

30

- Konsumsi makanan selama menonton TV dicatat berdasarkan laporan orang tua yang meliputi jenis dan jumlah makanan selama 3 hari dalam 1 minggu dengan pemilihan hari tidak berurutan.

(30)

- Hasil pemeriksaan dan hasil kuesioner diperiksa dan diteliti kelengkapannya.

Tahap akhir

- Melakukan pengolahan dan analisis data hasil penelitian.

- Melakukan penyusunan dan penggandaan laporan.

3.9. Alur Penelitian

Populasi Terjangkau

Penilaian status Antropometri

Pengukuran Tekanan Darah

Hipertensi Normal

(31)

3.10. Identifikasi Variabel

Variabel Bebas Skala

- Waktu menonton TV Nominal dikotom

- Konsumsi makanan Nominal dikotom

- Aktivitas fisik Nominal dikotom

- Waktu tidur Nominal dikotom

Variabel Tergantung Skala

- Hipertensi pada anak obes Nominal dikotom 3.11. Definisi Operasional

- Obesitas ditegakkan berdasarkan IMT ≥ 95.

- Hipertensi adalah rata-rata tekanan darah sistolik dan atau tekanan darah diastolik lebih dari atau sama dengan persentil ke-95 menurut usia, jenis kelamin dan tinggi badan pada 3 kali pengukuran atau lebih.

14

- Tekanan darah sistolik adalah saat mulai terdengarnya bunyi Korotkoff I, sedangkan tekanan darah diastolik adalah saat mulai terdengar bunyi Korotkoff IV.

11

- Stetoskop yang digunakan adalah stetoskop Littman® untuk anak. 11

(32)

- Konsumsi makanan dengan kalori yang tinggi bila masukan total kalori perhari:

Usia 4 sampai 8 tahun: anak perempuan > 1200 kkal/hari anak laki-laki >1400 kkal/hari

Usia 9 sampai 13 tahun: anak perempuan > 1600 kkal/hari anak laki-laki > 1800 kkal/hari.

31

- Konsumsi lemak yang tinggi >35% total kalori/hari.

- Konsumsi natrium yang tinggi pada anak usia 4 sampai 8 tahun > 1900 mg/hari, dan untuk usia 9 sampai 13 tahun > 2200 mg/hari.

31

- Aktivitas fisik rendah bila kegiatan yang meliputi aktivitas fisik yang sedang hingga berat dilakukan kurang dari 60 menit per hari selama 5 hari dalam seminggu. Aktivitas fisik sedang contohnya berjalan santai, bersepeda santai, olahraga volley dan baseball dan naik turun tangga. Aktivitas fisik berat contohnya jogging, berenang,lompat tali, tenis, basket dan bermain bola kaki.

31

- Waktu tidur yang singkat bila waktu tidur malam hari kurang dari 6.5 jam per hari.

32,33

Tabel 3.1. Ukuran manset untuk kelompok umur yang sesuai. 34

3.12. Pengolahan dan Analisis Data

(33)

perhari. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak SPSS.Hubungan lamanya waktu menonton TV terhadap kejadian hipertensi dinyatakan dalam nilai Odds Ratio (OR) dengan tingkat kemaknaan P< 0.05. Penilaian faktor perancu dilakukan dengan analisis multivariat regresi logistik.

BAB 4. HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di tujuh Sekolah Dasar di Kotamadya Binjai, Propinsi Sumatera Utara. Dari 354 orang anak sekolah dasar usia 6 sampai 12 tahun yang dilakukan pengukuran berat badan, pengukuran tinggi badan dan penilaian indeks massa tubuh pada akhir November 2013, didapatkan 138 anak obes yang memenuhi kriteria inklusi. Dari total 138 sampel setelah dilakukan pengukuran tekanan darah, dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok hipertensi sebanyak 70 anak, dan kelompok dengan tekanan darah normal sebanyak 68 anak.Pada kedua kelompok dibagikan kuisioner untuk menilai lamanya waktu menonton TV serta perilaku selama menonton TV yang diduga sebagai faktor risiko hipertensi pada anak obes.Profil penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Sampel yang memenuhi kriteria inklusi N= 138

Pengukuran tekanan darah

Hipertensi n= 70 Normal n= 68

(34)

Gambar 4.1. Profil penelitian

Tabel 4.1.Karakteristik Dasar Responden Penelitian

Karakteristik Tekanan darah

Hipertensi

Dalam Tabel 4.1 ditampilkan karakteristik responden yang mengikuti penelitian ini. Dari karakteristik dasar antara kelompok hipertensi dan normal terlihat perbedaan bermakna pada variabel umur, berat badan, tinggi badan dan indeks massa tubuh. Rerata umur kedua kelompok adalah 9.7 tahun dan 8.4 tahun.Rerata berat badan kedua kelompok adalah 52.5 kg dan 43.7 kg. Rerata tinggi badan kedua kelompok adalah 144.4 cm dan 139.2 cm. Rerata indeks massa tubuh kedua kelompok adalah 25.3 kg/m2 dan 22.9 kg/m2

Variabel

.

Tabel 4.2.Hubungan perilaku dan lamanya waktu menonton TV dengan tekanan darah pada anak obes

(35)

N (%) ≥ 2 jam < 2 jam

Konsumsi kalori, n (%) Tinggi

Normal

Konsumsi Lemak, n (%) Tinggi

Normal

Konsumsi Natrium, n (%)

Tinggi

(36)

Pada kelompok anak yang hipertensi, didapatkan 67 anak (95.7%) yang mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan tinggi kadar lemak, 3 anak (4.3%) yangmengkonsumsi kalori dan lemak normal. Pada kelompok anak dengan tekanan darah normal,didapatkan 57 anak (83.8%) yang mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan tinggi lemak dan11 anak (16.2%) mengkonsumsi kalori dan lemak normal.Analisa statistik mendapatkan hubungan bermakna antara konsumsi makanan tinggi kalori dan tinggi kadar lemak dengan risiko menderita hipertensi (P = 0.025, OR= 4.31, IK 95% 1.14-16.2).

Hubungan antara konsumsi natrium dan waktu tidur dengan risiko hipertensi pada anak obes dalam penelitian ini tidak dapat dinilai. Hal tersebut disebabkan karena seluruh sampel pada kedua kelompok memiliki waktu tidur lebih dari 6.5 jam dan konsumsi natrium yang normal.

Aktivitas fisik pada kelompok anak yang hipertensi didapatkan 63 anak (90%) melakukan aktivitas fisik yang tinggi dan 7 anak (10%) melakukan aktivitas fisik rendah. Pada kelompok anak dengan tekanan darah normal didapatkan 62 anak (91.2%) melakukan aktivitas fisik yang tinggi dan 6 anak (8.8%) melakukan aktivitas fisik rendah. Pada penelitian ini tidak didapati hubungan yang bermaknaantara aktivitas fisik dengan tekanan darah pada anak obes (P=0.81, OR=0.87, IK 95% 0.27-2.73).

Tabel 4.3. Hubungan lama waktu menonton TV, berat badan dan tinggi badan dengan risiko hipertensi pada anak obes

(37)

Tabel 3 menunjukkan variabel-variabel yang diteliti, yang diduga mempunyai pengaruh terhadap risiko hipertensi yaitu lamanya waktu menonton TV, berat badan dan tinggi badan anak.Dengan metode Bakward didapatkan bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap risiko hipertensi adalah berat badan. Semakin besar berat badan maka kecenderungan untuk mengalami hipertensi akan meningkat.

BAB 5. PEMBAHASAN

Dari 138 anak obes yang kami teliti ternyata sebagian besar menonton TV lebih dari 2 jam perhari. Hasil ini tidak sesuai dengan lama waktu menonton TV yang disarankan oleh AAP yaitu kurang dari 2 jam perhari. Setelah dilakukan analisa statistik didapati bahwa lamanya waktu menonton TV tidak berpengaruh sebagai faktor risiko hipertensi pada anak obes (P = 0.413, OR= 0.61, IK 95% 0.19-1.98). Hal ini berlawanan dengan studi di Amerika pada tahun 2003 sampai tahun 2005 mengenai dampak lamanya waktu menonton TV terhadap risiko hipertensi pada anak obes, dimana anak dengan lama waktu menonton TV 2 sampai 4 jam dan ≥ 4 jam masing-masing mempunyai risiko untuk terjadi hipertensi (P<0.001, OR= 2.54, IK 95% 1.51-4.29) dan (P<0.001, OR= 3.29, IK 95% 1.95-5.56).

Perbedaan hasil yang didapat kemungkinan dipengaruhi oleh faktor aktivitas fisik yang tinggi pada 90% sampel penelitian. Secara teori menonton TV merupakan sedentary behavior yang menyebabkan aktifitas fisik berkurang dan berakibat terjadi peningkatan tekanan darah,akan tetapi pada penelitian ini dijumpai aktivitas fisik

(38)

yang tinggipada hamper 90% anak sehingga akan mempengaruhi hasil akhir menonton TV sebagai faktor risiko hipertensi.

Pada studi yang kami lakukan didapati perbedaan bermakna pada variabel berat badan dan indeks massa tubuh antara kelompok anak obes yang hipertensi dan normal. Rerata berat badan pada kelompok hipertensi lebih tinggidibandingkan kelompok dengan tekanan darah normal yaitu 52.5kg dan 43.7 kg. Rerata indeks massa tubuh pada kelompok hipertensi juga didapati hasil yang lebih tinggi dari kelompok normal yaitu sebesar 25.3 kg/m2 dan 22.9 kg/m2.

Dengan analisis multivariat diperoleh bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap risiko hipertensi adalah berat badan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya di Amerika tahun 2002 mengenai prevalensi hipertensi pada anak usia sekolah dilaporkan bahwa persentil IMT merupakan penentu terkuat risiko hipertensi dibandingkan ras,dan jenis kelamin. Risiko peningkatan tekanan darah meningkat 4 kali lipat pada anak yang IMT nya terletak ≥ persentil 95 dibandingkan persentil IMT ≤ 5. Risiko hipertensi pada anak overweight 3.26 kali dibandingkan anak normal (P< 0.001, RR= 3.26, IK 95% 2.50-4.24). 35

Menonton TV sebagai bagian dari perilaku kurang aktif (sedentary behavior) dihubungkan dengan berbagai masalah kesehatan seperti peningkatan risiko penyakit metabolik (hipertensi), dan hubungan tersebut diperantarai oleh akibat penimbunan jaringan lemak seperti yang terdapat pada anak obes.Peningkatan asupan energi dan mikronutrien juga berperan dalam hubungan antara TV dan hipertensi serta hubungan antara TV dan obesitas.

Hubungan antara menonton TV dan hipertensi serta hubungan menonton TV dengan obesitas yang diteliti di Amerika pada tahun 1999 sampai tahun 2000

(39)

menunjukkan bahwa hal ini dipengaruhi oleh peningkatan masukan energi dan mikronutrien karena sebagian besar waktu makan anak dilakukan di depan TV, antara lain berasal dari konsumsi soda, snack dan pizza.23 Konsumsi makanan cepat saji dan minuman bersoda yang meningkat pada anak-anak juga disebabkan oleh faktor TV akibat banyaknya iklan selama program acara anak-anak di televisi yang ditonton anak-anak dan remaja.14

Pada studi ini didapatkan bahwa konsumsi makanan tinggi kalori dan tinggi kadar lemak berpengaruh sebagai faktor risiko untuk terjadi hipertensi pada anak obes (P = 0.025, OR= 4.31, IK 95% 1.14-16.2). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya di Amerika tahun 1999 sampai tahun 2000 yang menyatakan hubungan antara menonton TV dengan kejadian hipertensi dipengaruhi oleh faktor obesitas melalui peningkatan masukan energi dan mikronutrien yang sebagian besar dilakukan pada saat anak menonton TV.23

Aktifitas fisik dan perilaku kurang aktif sering terjadi bersamaan dan tumpang tindih dalam peranannya terhadap perkembangan terjadinya obesitas. Perilaku kurang aktif seperti menonton TV dan bermain komputer mungkin mempengaruhi keseimbangan energi melalui berkurangnya aktivitas fisik, meningkatnya asupan energi atau menurunnya kecepatan metabolisme.

Penelitian di Finlandia pada tahun 1997 sampai tahun 1998 mengenai hubungan paparan TV dengan gangguan tidur didapatkan hasil bahwa paparan yang tinggi terhadap TV meningkatkan risiko terjadinya gangguan tidur (P<0.05, OR=3.01, IK 95% 1.13-8.05).

16

(40)

kali.36

Penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan dengan pengamatan langsung oleh peneliti mengenai lamanya waktu menonton TV, perilaku selama Sampel penelitian ini seluruhnya melaporkan waktu tidur lebih dari 6.5 jam perhari,sehingga hubungan waktu tidur dengan risiko hipertensi tidak dapat dinilai.

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah peneliti tidak melakukan pengamatan langsung dalam hal jenis-jenis makanan dan jumlah yang pasti makanan yang dikonsumsi anak, hanya berdasarkan laporan dari orang tua berupa kuisioner sehingga informasi yang diperoleh mungkin tidak akurat.

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari penelitian ini didapatkan bahwa lamanya waktu menonton TV bukan merupakan faktor risiko untuk mengalami hipertensi pada anak obes, tetapi perilaku selama menonton TV seperti selalu mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan tinggi kadar lemak merupakan faktor risiko hipertensi pada anak obes.

(41)

menonton TV dan jenis-jenis makanan yang dikonsumsi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

RINGKASAN

Hipertensi merupakan bagian dari penyakit metabolik yang menjadi masalah kesehatan yang penting saat ini, terutama dikaitkan dengan obesitas. Tingginya prevalensi obesitas pada saat ini yang telah mengalami peningkatan 3 kali lipat sejak tahun 1960, menjadi perhatian yang serius, hal ini dihubungkan dengan perilaku kurang aktif (sedentary behavior) antara lain menonton TV dan bermain games di computer. Berdasarkan data dari AAP, dalam 15 tahun terakhir, rata-rata anak dan remaja menghabiskan waktu menonton TV selama 3 jam per hari, melebihi waktu yang dianjurkan.

Beberapa penelitian melaporkan bahwa perilaku yang kurang aktif (sedentary

bahavior) terutama menonton TV berhubungan dengan tekanan darah

(42)

no correlation with hypertension risk in obese children, but high calory high fat food consumption play role as risk factor for hypertension in obese children

DAFTAR PUSTAKA

1. Committee on public Education American Academy of Pediatrics. Children, Adolescent and television. Pediatrics. 2001;107:423-6.

2. Council on sports medicine and fitness and council on school health. Active healthy living: prevention of childhood obesity through increased physical activity. Pediatr. 2006;117:1834-42.

3. Ogden CL, Carrol MD, Flegal KM. Epidemiologic trends in overweight and obesity. Endocrinol Metab Clin North Am. 2003;32:741-60.

4. Riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2007. Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 2007.

(43)

6. Pardee PE, Norman GJ, Lustig RH, Preud’homme D, Schwimmer JB. Television viewing and hypertension in obese children. Am J Prev Med. 2007;33:439-43.

7. Andersen RE, Crespo CJ, Bartlet SJ, Cheskin LJ, Pratt M. Relationship of physical activity and television watching with body weight and level of fatness among children. JAMA. 1998;279:938-42.

8. Yulian E, Paryanto E, Hapsara S. The duration of playing play station as a risk factor of obesity in school age children in Yogyakarta. Paediatr Indones. 2008;48:15-17.

9. Insani ND, Putra ST, Firmansyah A. The role of physical activity on cardiovascular risk factor in adolescents. Paediatr Indones. 2010;50:220-4. 10. Martinez-Gomez D, Tucker J, Heelan KA, Welk GJ, Eisenmann JC.

Association between sedentary behaviour and blood pressure in young children. Arch Pediatr Adolesc Med. 2009;163:724-30.

11. National High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in Children and Adolescents. The fourth report on the diagnosis, evaluation, and treatment of high blood pressure in children and adolescents. Pediatrics. 2004;114:555-76.

12. Sekarwana N, Rachmadi D, Hilmanto D. Rekomendasi tatalaksana hipertensi pada anak. Dalam: Konsensus Tatalaksana Hipertensi pada Anak. Jakarta: Unit Kerja Koordinasi Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2011, h.2-21. 13. Lestari E, Zarlina I. Hipertensi pada anak. Dalam: Noer MS, penyunting.

Kompendium Nefrologi Anak.Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2011. h.45-9.

14. Sjarif DR. Obesitas anak dan remaja. Dalam: Sjarif DR, penyunting. Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik. Jakarta: Badan penerbit IDAI, 2011. h.230-44.

15. Daniels SR, Arnett DK, Eckel RH, Gidding SS, Hayman LL, Kumanyika S. Overweight in children and adolescent pathophysiology, consequences, prevention, and treatment. Circulation. 2005;111:1999-2012.

16. Boone JE, Gordon-larsen P, Adair LS, Popkin BM. Screen time and physical activity during adolescence: longitudinal effects on obesity in young adulthood. International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity. 2007;4:26

17. Rahmouni K, Correia MLG, haynes WG, Mark AL. Obesity- associated hypertension new insight into mechanism. Hypertension. 2005;45:9-14.

18. Hall JE. Pathophysiology of obesity hypertension. Curr Hypertens Rep. 2000; 2:139-47.

19. Hall JE, Hildebrandt DA, Kuo J. Obesity hypertension: role of leptin and symphatetic nervous system. Am J Hypertens. 2001;14:103S-15S.

20. Hall JE. The Kidney, Hypertension, and Obesity. Hypertension. 2003; 41:625-33.

21. Hall JE, Crook ED, Jones DW, Wofford MR, Dubbert PM. Mechanisms of obesity – associated cardiovascular and renal disease. Am J Med Sci. 2002;324:127-37.

22. Hall JE. Mechanisms of abnormal renal sodium handling in obesity hypertension. Am J Hypertens. 1997;10:S49-55.

(44)

24. Paavonen EJ, Pennonen M, Roine M, Valkonen S, Lahikainen R. TV exposure associated with sleep disturnaces in 5-to 6-year-old children. J. Sleep Res. 2006;15:154-61.

25. Hypotesis test for a population proportion. Dalam: Lwanga AK, Lameshow S, penyunting. Sample size determination in health studies. Geneva: WHO, 1991.h.3-5.

26. Noer MS. Sindrom nefrotik idiopatik. Dalam: Noer MS, penyunting. Kompendium Nefrologi Anak.Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2011. h.72-87.

27. Noer MS. Glomerulonefritis akut pasca streptokokus. Dalam: Noer MS, penyunting. Kompendium Nefrologi Anak. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2011.h.57-61.

28. Soeroso S, Sastrosoebroto H. Penyakit jantung bawaan non-sianotik. Dalam: Sastroasmoro S, Madiyono B. Penyunting. Buku ajar kardiologi anak. Jakarta: Binarupa Aksara, 1994. h.191-233.

29. Susanto R, Julia M. Gangguan kelenjar tiroid. Dalam: Batubara JRL, Tridjaja B, Pulungan AB. Penyunting. Buku Ajar Endokrinologi Anak. Edisi pertama. Jakarta: Badan penerbit IDAI, 2010. h.205-49.

30. Pulungan AB, Siregar CD, Aditiawati, Soenggoro EP, Triningsih E, Suryawan IWB, dkk. Korteks adrenal dan gangguannya. Dalam: Batubara JRL, Tridjaja B, Pulungan AB, penyunting. Buku Ajar endokrinologi anak. Edisi I. Jakarta: Badan Penerbit IDAI, 2010. h.251-97.

31. Giding SS, Dennison BA, Birch LL, Daniels SR, Gilman MW, Lichtenstein AH, dkk. Dietary recommendation for children and adolescent: A guide for practitioners: Consensus statement from the American heart association. Circulation. 2005;112:2061-75.

32. Vadivelo M, Zhu L, Quatromoni PA. Diet and physical activity patterns of school-aged children. J Am Diet Assoc. 2009;109:145-51.

33. General Physical activities defined by level of intensity. Diunduh dari:

34. Narang I, Manlhiot C, Davies-Shaw J, Gibson D, Chalal N, Stearne K, dkk. Sleep Disturbance and cardiovascular risk in adolescents. CMAJ. 2012;184:E913-20.

35. Sorof JM, Lai D, Turner J, Poffenbarger T, Portman RJ. Overweight, ethnicity and the prevalence of hypertension in school-aged children. Pediatrics. 2004:113;475-82.

(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)

1. Personil Penelitian

1. Ketua penelitian : dr. Ridha Rahmalia

2. Supervisor / Anggota : Prof. dr.Hj. Rafita Ramayati, SpA(K) dr. Sri Sofyani, SpA(K)

Prof. dr. Rusdidjas, Sp.A (K) dr. Oke Rina Ramayani, SpA dr. Rosmayanti Siregar, SpA 3. Anggota penelitian : dr. T. Ellya Fazilla

dr. Wardah

dr. Arie Taufansyah

2. Biaya Penelitian

No Uraian Jumlah

1 Pengadaan tensi meter, timbangan, dll Rp 2.000.000,- 2 Fotocopi tabel tekanan darah, dll (500 lbr x Rp 200) Rp 1.500.000,- 3 Transportasi dan akomodasi Rp 500.000,- 4 Pembuatan proposal & penggandaan Rp 1.000.000,- 5 Pembuatan lap. penelitian& penggandan hasil Rp 1.500.000,-

Total Rp 6.500.000,-

3. Jadwal Penelitian

(52)

Lembar penjelasan kepada orang tua

Kepada Yth. Bapak / Ibu

………..……….……

Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri. Kami dokter Ridha Rahmalia dan teman

sejawat yang bertugas di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H Adam Malik Medan.

Saat ini kami ingin melakukan penelitian terhadap anak, untuk mengetahui tekanan darah anak

tersebut, apakah mengalami peningkatan pada anak dengan kebiasaan menonton televisi lebih dari

dua jam perhari. Tidak ada akibat buruk yang akan ditimbulkan dari penelitian ini terhadap anak-anak

bapak/ibu.

Pada penelitian mengenai hubungan menonton televisi dengan tekanan darah yang akan

kami laksanankan, pertama sekali akan dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan anak,

selanjutnya dilakukan pemeriksaan tekanan darah anak, dan terakhir akan kami berikan kuisioner

yang berisikan beberapa pertanyaan mengenai kebiasaan menonton televisi anak, waktu tidur anak

di malam hari dan kegiatan yang dilakukan selama menonton televisi serta makanan yang

dikonsumsi anak.

Makanan yang dikonsumsi anak selama menonton TV dicatat selama 3 hari dalam seminggu,

hari apa saja yang dipilih ditentukan sendiri oleh orang tua. Dicatat jenis makanan dan

jumlahnya.kuisioner ini setelah diisi oleh orang tua akan kami kumpulkan untuk kemudian kami

lakukan penilaian.

Bersama ini kami mohon izin kepada Bapak/Ibu ____________________ untuk melakukan

pendataan tentang kondisi kesehatan anak Bapak/Ibu tersebut.Jika Bapak / Ibu bersedia

berpartisipasi dalam penelitian ini, maka kami mengharapkan Bapak/Ibu bersedia untuk

menandatangani lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP).Demikian yang dapat kami

sampaikan.Atas perhatian Bapak/Ibu, diucapkan terima kasih.

Mengetahui : Hormat kami,

Orang Tua Tim Peneliti

(53)

Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ………..…… Umur ……… tahun L / P Alamat :………..……….. dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan

PERSETUJUAN

untuk dilakukan pemeriksaan: pengukuran tinggi badan, berat badan dan tekanan darah terhadap anak saya :

Nama : ………. Umur ……...…… tahun Alamat Rumah :……...……….. Alamat Sekolah : ……….

yang tujuan, sifat, dan perlunya pemeriksaan tersebut di atas, serta risiko yang dapat ditimbulkannya telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti sepenuhnya.

Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.

Medan, November 2013 Yang memberikan Yang membuat pernyataan

penjelasan persetujuan

dr. ………. ………...

Saksi – saksi : Tanda tangan

1. ………. ………

(54)

LEMBARAN KUESIONER

No. Reg : Tanggal : Dilakukan Oleh :

Identitas Pribadi

Nama : ………..L / P

Tempat, Tanggal Lahir : ……… Tinggi / Berat Badan : ………

Alamat Rumah : ………

Alamat Sekolah : ………

Anak ke ….. dari ….. bersaudara. Kembar (ya / tidak)

Aktivitas anak

Lamanya waktu menonton televisi setiap hari : …………jam………menit Apakah anak duduk diam sepanjang waktu menonton TV?……… Apakah anak menonton TV sambil bermain atau berlari-lari?... Apakah anak menonton TV dimalam hari?...

(55)

DAFTAR KONSUMSI MAKANANHARI I

Hari/ tanggal

Waktu makan

Nama makanan Jumlah Keterangan

∗ Waktu makan yang dilakukan sambil menonton TV ditandai √pada kolom keterangan

(56)

DAFTAR KONSUMSI MAKANANHARI II

Hari/ tanggal

Waktu makan

Nama makanan Jumlah Keterangan

∗ Waktu makan yang dilakukan sambil menonton TV ditandai √pada kolom keterangan

(57)

DAFTAR KONSUMSI MAKANANHARI III

Hari/ tanggal

Waktu makan

Nama makanan Jumlah Keterangan

∗ Waktu makan yang dilakukan sambil menonton TV ditandai √pada kolom keterangan

(58)

CONTOH

DAFTAR KONSUMSI MAKANAN HARI I

Hari/ tanggal

Waktu makan

Nama makanan Jumlah Keterangan

Sabtu

∗ Waktu makan yang dilakukan sambil menonton TV ditandai √pada kolom keterangan

(59)

Riwayat Hidup

Nama : dr. Ridha Rahmalia

Tempat/Tanggal Lahir : Sajoangin, 17 Desember 1979

Alamat : Jl. Medan-Binjai Km. 16 No.3, Deli Serdang

Status : Menikah

Telepon / e-mail : 08116155337 / ridharahmalia@gmail.com

Riwayat Pendidikan

1. SD II YKPP Pangkalan Susu : Lulus Tahun 1992

2. SLTP Negri 1Binjai : Lulus Tahun 1995

3. SMU Negeri 1Binjai : Lulus Tahun 1998

4. Perguruan Tinggi FK USU : Lulus Tahun 2004

5. Pendidikan Spesialis Anak FK USU : Juli 2009 sampai sekarang

Riwayat Tugas

1. Dokter PTT Kotamadya Binjai (periode Mei 2005 sampai April 2006)

Gambar

Tabel 2.1. Klasifikasi hipertensi pada anak.11,12
Gambar 2.1. Mekanisme obesitas menimbulkan hipertensi.20
Tabel 4.1.Karakteristik  Dasar Responden Penelitian
Tabel 4.2 menunjukkan hubungan perilaku dan lamanya waktu menonton TV
+2

Referensi

Dokumen terkait

sayangnya pada tutorial online TAP Kimia yang baru kita lewat banyak teman- teman yang tidak ikut berpartisipasi terutama pada inisiasi awal yang sebenarnya sangat bermanfaat

Pemilihan zat pembersih yang tepat, konsentrasi pembersih, waktu kontak dengan permukaan, tenaga atau kecepatan yang digunakan, dan temperatur, semuanya penting untuk menghasilkan

Gugatan atas pelanggaran pelaku usaha dapat dilakukan oleh : (a) seorang konsumen yang dirugikan atau ahli waris yang bersangkutan; (b) sekelompok konsumen yang

Hasil penelitian ini diketahui bahwa persepsi siswa terhadap usaha guru dalam memotivasi berwirausaha siswa pada mata diklat Pengelolaan Usaha Boga adalah : (1) aspek

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah merupakan bentuk pembelajaran yang disajikan secara khas oleh guru dari awal

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di MTs Pondok Pesantren Syafa’aturrasul Batu Ampar Beringin Teluk

Seseorang yang memiliki keterampilan sosial yang baik, akan cenderung lebih siap dan matang dalam menghadapi segala bentuk peristiwa yang muncul di kehidupannya,

Untuk mengetahui perbedaan antara kemampuan penalaran matematis siswa yang menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Group to Group Exchange, strategi