ANALISA ATAS PEMERIKSAAN PAJAK DAN PENAGIHAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN
PAJAK PRATAMA DI WILAYAH BANDUNG
Analytical of Tax Audit and Tax Collection toward to Tax Compliance in Bandung Small Taxpayer Office
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Disusun oleh
Nama : Estiqomah Eliya Laelasari Nim : 21107084
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
i
because the third party / bank's member information is not easy to inspection officers, the initial step billing letter of reprimand, then a letter to request unblocking forced to pay no effort to paid out the account of the taxpayer causing non-compliance, while checking taxes and tax collection is an influential factor in improving taxpayer compliance. The purpose of this study is to determine the effect of tax audits and tax collection against the tax compliance.
The method used in this research is descriptive and quantitative methods. The unit of analysis in this study is the Tax Office Pratama Bandung area as well as sample support. The test statistic used is the calculation of Pearson correlation, multiple linear analysis, determination coefficient, hypothesis testing, and also using SPSS 18.0 for windows.
The results of this study indicate that the tax audit at the tax office as a whole Pratama Bandung area is included in both categories as indicators to assess the Internal Control System scored a very good percentage. As for the variables included in the category of tax collection is quite good. Variable compliance of taxpayers fall into this category as an indicator of compliance is high enough to deposit the taxpayer's return letter of notification to obtain the percentage of respondents who are very high. Tax inspection and tax collection and a significant positive impact on tax compliance. Then simultaneously greater impact than partial. This means the implementation of the tax should indeed align with tax collection so as to improve tax compliance.
ii ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Bandung. Fenomena yang terjadi yaitu tingkat kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan SPT hanya 58,16%, dalam pemeriksaan pajak masih terdapat kendala dalam mengetahui data wajib pajak karena pihak ketiga/bank tidak mudah member informasi kepada petugas pemeriksaan, langkah awal penagihan surat teguran, kemudian surat paksa bayar hingga permintaan blokir rekening tidak ada upaya penyeleseian dari wajib pajak sehingga menimbulkan ketidakpatuhan, padahal pemeriksaan pajak dan penagihan pajak adalah faktor yang berpengaruh dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemeriksaan pajak dan penagihan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan kuantitatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama wilayah Bandung sekaligus sebagai sampel pendukung. Pengujian statistic yang digunakan adalah perhitungan korelasi Pearson,analisis linier berganda, koefisien determinasi, uji hipotesis, dan juga menggunakan bantuan program SPSS 18.0 for windows.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemeriksaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama wilayah Bandung secara keseluruhan termasuk dalam kategori baik karena indikator melakukan penilaian atas Sistem Pengendalian Intern memperoleh nilai persentase yang sangat baik. Sedangkan untuk variable penagihan pajak termasuk dalam kategori cukup baik. Variable kepatuhan wajib pajak termasuk dalam kategori cukup tinggi karena indicator kepatuhan wajib pajak untuk menyetor kembali surat pemberitahuan memperoleh persentase dari tanggapan responden yang sangat tinggi. Pemeriksaan pajak dan penagihan pajak berdampak positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Kemudian dampak secara simultan lebih besar dari secara parsial. Hal ini berarti pelaksanaan pemeriksaan pajak sebaiknya memang menyelaraskan dengan penagihan pajak sehingga dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
iii
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang selalu
melimpahan rahmat dan hidayahNya, serta senantiasa memberikan kesehatan,
kemampuan, dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, penulis
melaksanakan penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Bandung.
Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam
menempuh program studi Strata 1 pada program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi di
Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM). Dimana judul yang diambil yaitu:
“ANALISA ATAS PEMERIKSAAN PAJAK DAN PENAGIHAN PAJAK
TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA DI WILAYAH BANDUNG”.
Penulis tidak bisa memungkiri bahwa dalam menyusun skripsi ini, penulis
menemukan hambatan dan kesulitan, namun berkat ibu Ely Suhayati, SE., M.Si., Ak.
Selaku Dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu guna membimbing,
mengarahkan, dan memberikan petunjuk yang sangat berharga demi selesainya
penyusunan skripsi ini, akhirnya dengan doa, semangat ikhtiar penulis mampu
melewatinya.
Dalam kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu:
1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer
iv
2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., S.E., M.Si, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Komputer Indonesia.
3. Siti Kurnia Rahayu, SE,. M.Si., Ak selaku penguji sidang.
4. Ony Widilestariningtyas, SE,. M.Si selaku penguji sidang.
5. Sri Dewi Anggadini, S.E., M.Si, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
6. Seluruh Dosen UNIKOM yang telah membekali penulis dengan pengetahuan.
7. Teh Senny dan Teh Dona atas bantuan kesekretariatan selama ini.
8. Kedua orang tuaku yang selalu mendoakan, memberikan kasih sayang keikhlasan
dan kesabaran serta pengorbanan yang tiada henti mendorong dan selalu
memberi semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Adikku Dea Qodrat Abdillah Akbar yang telah memberikan doa, dorongan,
semangat untuk menyeleseikan skripsi ini.
10.Seluruh keluarga besar-ku terima kasih atas dukungan dan doa serta kasih sayang
yang begitu tulus kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
11.Untuk sahabat-sahabatku Ester, Gita, Vita, Suci, dan Cici dan yang lainnya
terima kasih atas dukungan dan bantuannya.
12.Semua teman-teman ku kelas Akuntansi-2 dan konsentrasi Pajak terima kasih
atas dukungan dan bantuannya.
13.Seluruh pihak-pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak
v bermanfaat bagi pembaca.
Semoga Allah SWT membalas jasa semua pihak yang telah membantu penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Bandung, Juli 2011
Penulis
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara disamping penerimaan
dari sumber migas dan non migas. Dengan posisi yang demikian itu, pajak
merupakan sumber penerimaan strategis yang harus dikelola dengan baik agar
keuangan negara dapat berjalan dengan lancar dan baik. Dalam struktur keuangan
negara, tugas dan fungsi penerimaan pajak dijalankan oleh Direktorat Jenderal
Pajak di bawah Departemen Keuangan Republik Indonesia.
Pentingnya pajak sebagai sumber pembiayaan pembangunan telah
ditetapkan dalam berbagai produk perundang-undangan pemerintah, dalam neraca
APBN misalnya telah ditentukan penerimaan Negara bersumber dari penerimaan
dalam negara dan penerimaan pembangunan. Penerimaan dalam negeri terdiri atas
penerimaan minyak bumi dan gas alam, selain dari itu adalah penerimaan migas
dan penerimaan yang berasal dari pajak.
Pajak merupakan iuran wajib yang diberlakukan pada setiap wajib pajak
atas obyek pajak yang dimilikinya dan hasilnya diserahkan kepada pemerintah.
Jenis pajak yang diberlakukan Indonesia diantaranya adalah Pajak Penghasilan,
Pajak Bumi dan Bangunan, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Hadiah dan
lain-lain. Pajak Penghasilan merupakan pajak yang dipungut pada obyek pajak
atas penghasilannya. Pajak penghasilan akan selalu dikenakan terhadap orang atau
Pencapaian maksimal dari target pajak membutuhkan berbagai upaya
yang sangat berkaitan dengan tugas pemerintah khususnya Direktorat Jendral
Pajak dalam melakukan pembinaan kepada wajib pajak, dengan meningkatkan
pelayanan dan melakukan pengawasan untuk meningkatkan kepatuhan Wajib
Pajak. Berbagai kegiatan yang dibutuhkan dalam melakukan pengawasan yaitu
melalui pengawasan administratif, penerapan sanksi bagi Wajib Pajak yang
melanggar, penagihan bagi Wajib Pajak yang menunggak dalam melaksanakan
kewajibannya, dan penyelidikan pajak. Kondisi perpajakan yang menuntut
keikutsertaan aktif wajib pajak dalam menyelenggarakan perpajakannya
membutuhkan kepatuhan wajib pajak yang tinggi, yaitu kepatuhan dalam
pemenuhan kewajiban perpajakan yang sesuai dengan kebenarannya.
Menurut Liberti Kepala Subdirektorat Kepatuhan Wajib Pajak dan
Pemantauan, Direktorat Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan, Direktorat Jenderal
Pajak Kementerian Keuangan tidak semua wajib pajak diwajibkan menyampaikan
SPT. Wajib pajak itu biasanya pegawai pada perusahaan kerja sama antara negara
(joint venture) atau bendahara instansi pemerintah. Wajib pajak juga tidak wajib melaporkan tempat usahanya yang melebihi satu. Dia hanya wajib melaporkan
seluruh tempat usahanya atas nama satu wajib pajak. Pada 2010, jumlah wajib
pajak terdaftar mencapai 15.911.576 baik orang pribadi maupun badan, tetapi
hanya 14.101.933 yang wajib menyampaikan SPT. Yang menyampaikan SPT
masih 8.202.309 wajib pajak atau dengan tingkat kepatuhan 58,16 persen. Ini
masih naik signifikan dibanding tahun 2008 yang hanya 33,08 persen dan 54,15
3
Jika dikaji lebih lanjut kepatuhan wajib pajak badan di wilayah Bandung
masih belum mampu memenuhi target yang telah ditetapkan seperti yang tersaji
dalam tabel berikut ini :
Tabel 1.1
Jumlah Wajib Pajak Badan dalam Mengembalikan SPT Di 7 KPP Wilayah Bandung
Periode 2005-2009
Tahun SPT Dikirim SPT Masuk % SPT Masuk/
SPT Dikirim
2005 17.825 10.063 56,45
2006 19.749 10.571 53,52
2007 20.992 10.961 52,38
2008 22.729 12.026 52,91
2009 24.050 11.616 48,29
Sumber : 7 KPP Wilayah Bandung
Tabel diatas menunjukkan bahwa pelaksanaan pemenuhan kewajiban
perpajakan dalam hal penyetoran pajak yaitu masih banyaknya wajib pajak yang
belum melunasi tunggakan pajak. Dari seluruh jumlah tunggakan wajib pajak dari
setiap tahunnya rata-rata dilunasi sekitar 50% pertahun dari jumlah pajak yang
tertunggak, hal ini terlihat dari banyaknya SPT yang dikirimkan, rata-rata SPT
yang dikembalikan hanya setengah dari yang dikirim. Fenomena ini diperjelas
oleh petugas KPP yang mengatakan bahwa banyak wajib pajak yang belum
Tabel 1.2
Kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam Mengembalikan SPT Tepat Waktu
Di 7 KPP Wilayah Bandung Periode 2005-2009
Tahun SPT Dikirim SPT Masuk % SPT Masuk/
SPT Dikirim
2005 17.825 7.866 44,12
2006 19.749 7.306 36,99
2007 20.992 8.354 39,88
2008 22.729 9.830 43,24
2009 24.050 10.402 43,25
Sumber : 7 KPP Wilayah Bandung
Dari jumlah diatas menunjukkan bahwa jumlah wajib pajak yang
menjalani kewajibannya jauh dibawah 50% dari jumlah SPT yang dikirimkan.
Menurut Darmin Nasution, Penagihan Pajak Penghasilan (PPh) orang
pribadi yang memiliki kekayaan di atas Rp 100 miliar dihimpun Kantor Pelayanan
Pajak Khusus Orang Kaya atau KPP Orang Kaya yang dibuka pada April 2009.
KPP ini dibuka karena sebagian besar orang kaya belum patuh pajak.‖Kami sudah memiliki daftar orang-orang yang masuk dalam KPP ini. Jumlahnya 1.200 orang,
seluruhnya ada di Jakarta. Setelah ini, akan kami kembangkan ke Jawa Tengah dan Jawa Timur,‖ ujar Dirjen Pajak Darmin Nasution di Jakarta, Rabu (11/3)
malam. Beberapa orang yang masuk daftar wajib pajak KPP Orang Kaya
memiliki kekayaan triliunan rupiah. Namun, pembayaran pajak mereka belum
optimal. (Orin Basuki : 2009)
5
pajak bertanggungjawab menetapkan sendiri kewajiban perpajakan dan kemudian
secara akurat dan tepat waktu membayar dan melaporkan pajaknya tersebut.
Masalah kepatuhan Wajib Pajak adalah masalah penting diseluruh dunia, baik di
negara maju maupun di negara barkembang. Karena jika Wajib Pajak tidak patuh
maka akan menimbulkan keinginan untuk melakukan tindakan penghindaran,
pengelakan, penyelundupan dan pelalaian pajak. Yang pada akhirnya tindakan
tersebut akan menyebabkan penerimaan pajak negara akan berkurang. Kepatuhan
Wajib Pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi system administrasi
perpajakan suatu negara, pelayanan pada Wajib Pajak, penegakan hukum
perpajakan, pemeriksaan pajak, dan tarif pajak. (Yongzhi Niu).
Menurut pegawai pemeriksa pajak pada salah satu KPP wilayah Bandung
mereka menemukan kendala dalam pelaksanaan pemeriksaan pajak yaitu
kesulitan mengetahui data wajib pajak karena pihak ketiga atau bank tidak
memberi informasi kepada petugas pemeriksaan pajak.(Eri :2011)
Pemeriksaan pajak dan penagihan pajak merupakan sarana dalam
menegakkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan
dalam rangka memberikan kepastian hukum, keadilan dan pembinaan kepada
wajib pajak serta melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Dari tahun ke tahun telah dilakukan berbagai langkah kebijakan untuk
meningkatkan pemerimaan pajak sebagai. Kebijakan tersebut dapat dilakukan
melalui penyempurnaan perundang-undangan, penerbitan peraturan-peraturan
menggali sumber-sumber pajak lain. Dalam pelaksanaan peraturan
perundang-undangan perpajakan sering terdapat utang pajak yang tidak dilunasi oleh wajib
pajak sebagaimana mestinya sehingga memerlukan tindakan penagihan yang
mempunyai kekuatan hukum yang memaksa. Penagihan pajak merupakan
implikasi dari berkembangnya jumlah tunggakan pajak yang semakin besar dari
waktu ke waktu. (Chairuddin Syah Nasution : 2003)
Data Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sulawesi Selatan, Barat
dan Tenggara menyebutkan total berita acara (BA) pemblokiran rekening wajib
pajak di Sulsel hingga Oktober tahun ini mencapai 104 rekening dan terbesar
terdapat di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pare-pare sebanyak 53 wajib pajak.―Terbesar memang di KPP Pare-pare, selebihnya terdapat di KPP
Bulukumba 15 WP, KPP Madya Makassar 11 WP, KPP Makassar Selatan sembilan WP, Kendari sembilan WP dan Watampone lima WP,‖ kata Kepala
Seksi Bimbingan Penagihan Kanwil DPJ Sulselbartra Djoni Prasetyo saat ditemui
di Makassar, Senin. Dia menyebutkan, pihaknya sejauh ini telah mengeluarkan
23.418 surat teguran, 3.381 surat paksa, 201 permintaan blokir rekening dan 104
BA blokir, serta 155 berita acara (BA) sita. ―Hingga saat ini sudah ada delapan aset milik wajib pajak telah dilelang. Pelelangan aset ini adalah tindakan terakhir setelah penyitaan dilakukan kepada WP yang menunggak,‖ kata dia.
Dikatakannya pelelangan itu dilakukan setelah langkah awal penagihan melalui
surat teguran, kemudian surat paksa bayar hingga permintaan blokir rekening
7
Selain fenomena diatas menurut Rukhiyadin petugas salah satu KPP
Bandung seksi Penagihan mengemukakan bahwa menemukan WP orang pribadi
maupun WP badan sedang mengalami kesulitan likuiditas atau dalam kondisi
keuangan yang tidak baik, selain itu juga tidak mempunyai barang-barang yang
dapat disita karena pailit dan mendapatkan WP orang pribadi dalam keadaan telah
meninggal dunia dan tidak mempunyai ahli waris serta tidak ada barang-barang
milik WP yang ditinggalkan sebagai warisan. (Rukhiyadin : 2011)
Target penerimaan pajak dari tahun ke tahun selalu ditingkatkan. Pada
umumnya, target yang ditetapkan tersebut dapat dicapai. Hal tersebut berkat usaha
aparat Direktorat Jenderal Pajak dalam meningkatkan penerimaan dari wajib pajak
yang sudah ada. Caranya adalah dengan menggali sumber penerimaan yang belum
tergali atau belum maksimal sebagaimana mestinya, mencari sumber pengenaan
pajak yang baru, menambah wajib pajak baru dan memodifikasi sistem
pemungutan pajak agar lebih efektif dan effisien.
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, penulis tertarik dalam
melakukan penelitian tentang yaitu Analisa atas Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Wilayah Bandung.
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah
1. 5,89 juta wajib pajak belum patuh, jumlah wajib pajak terdaftar
mencapai 15.911.576 baik orang pribadi maupun badan, tetapi hanya
masih 8.202.309 wajib pajak atau dengan tingkat kepatuhan 58,16
persen
2. Wajib pajak badan wilayah Bandung belum patuh dalam membayar
tunggakan pajaknya
3. Dalam pemeriksaan pajak masih terdapat kendala dalam mengetahui
data wajib pajak karena pihak ketiga atau bank tidak mudah memberi
informasi kepada petugas pemeriksaan.
4. Langkah awal penagihan melalui surat teguran, kemudian surat paksa
bayar hingga permintaan blokir rekening tidak ada upaya penyelesaian
dari wajib pajak.
5. Kendala dalam penagihan pajak yaitu menemukan WP orang pribadi
maupun WP badan tidak mempunyai barang-barang yang dapat disita
karena pailit dan WP orang pribadi dalam keadaan telah meninggal
dunia tidak mempunyai ahli waris serta tidak ada barang-barang milik
WP yang ditinggalkan sebagai warisan
1.2.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemeriksaan pajak pada KPP Pratama Wilayah Bandung
2. Bagaimana penagihan pajak pada KPP Pratama Wilayah Bandung
3. Bagaimana kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Wilayah
Bandung
4. Berapa besar pengaruh pemeriksaan pajak dan penagihan terhadap
kepatuhan wajib pajak secara simultan dan parsial pada KPP Pratama
9
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data mengenai
Analisa atas Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pemeriksaan pajak pada KPP Pratama Wilayah
Bandung.
2. Untuk mengetahui penagihan pajak pada KPP Pratama Wilayah
Bandung
3. Untuk mengetahui kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Wilayah
Bandung
4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pelaksanaan pemeriksaan
pajak dan penagihan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak secara
simultan dan parsial pada KPP Pratama Wilayah Bandung
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Akademis
1. Bagi Peneliti
Peneliti mengharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat dan untuk
menambah pengetahuan, dan juga memperoleh gambaran langsung
tentang Analisa atas Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak terhadap
2. Bagi Instansi
Dengan penelitian ini dapat memberikan pandangan bagi instansi
tentang Analisa atas Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Wilayah Bandung.
3. Bagi Peneliti Lain
Dapat dijadikan sebagai bahan tambahan pertimbangan dan pemikiran
dalam penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama, yaitu Analisa
atas Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak di KPP Wilayah Bandung.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Sebagai tambahan informasi mengenai Analisa atas Pemeriksaan Pajak
dan Penagihan Pajak terhadap Penerimaan Pajak pada KPP Wilayah
Bandung, sehingga akan menjadi lebih baik dan berkembang.
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis melaksanakan penelitian pada Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Wilayah Kota Bandung. Yaitu KPP Pratama Bandung
Bojonagara yang berlokasi di Jalan Ir. Sutami Bandung, KPP Pratama Bandung
Karees yang berlokasi di Jl. Ibrahim Aji Bandung, KPP Pratama Bandung
Cibeunying Jl. Punawarman, KPP Pratama Bandung Cicadas yang berlokasi di
Jl.Soekarno Hatta, KPP Pratama Bandung Tegalega yang berlokasi di Jl.Soekarno
11
Pratama Soreang yang berlokasi Jl. Raya Cimareme No. 205 Ngamprah, kab.
Bandung Barat.
1.5.2 Waktu Penelitian
Adapun waktu pelaksanaan penelitian adalah dimulai pada Maret 2011
sampai dengan Juli 2011.
2. Membuat outline dan proposal skripsi 3. Mengambil formulir penyusunan skripsi
4. Menentukan tempat penelitian
II
Tahap Pelaksanaan:
1. Mengajukan outline dan proposal skripsi
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pemeriksaan Pajak
Dalam Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 pengertian Pemeriksaan
sebagaimana tersirat dalam pasal 1 angka (24) adalah sebagai berikut :
‖Serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan peraturan perundangan-undangan perpajakan. Berdasarkan Lampiran-lampiran dalam Surat Pemberitahuan meliputi Laporan Keuangan, Daftar Perhitungan Penyusutan/Amortisasi menurut Fiskal, Surat Setoran Pajak dan lain-lain‖.
Sedangkan menurut Mardiasmo pengertian Pemeriksaan Pajak adalah
sebagai berikut :
‖Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengelola data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan‖.
(2009:50) Pelaksanaan pemeriksaan pajak diawali dengan dikeluarkannya Surat
Perintah Pemeriksaan Pajak dan diakhiri dengan disetujuinya Laporan
Pemeriksaan Pajak yang secara ringkas dan jelas memuat ruang lingkup sesuai
dengan tujuan pemerikasaan memuat kesimpulan pemeriksaan pajak yang
didukung temuan yang kuat tentang ada dan tidaknya penyimpanan dan memuat
13
2.1.1.1 Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak
Menurut Siti Kurnia Rahayu pemeriksaan dapat dibedakan berdasarkan
pada ruang lingkup cakupannya, yaitu terdiri dari pemeriksaan lapangan dan
pemeriksaan kantor. Dirinci lebih jelas lagi sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Lapangan yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak di tempat kedudukan/kantor, tempat usaha (pabrik), atau pun pekerjaan bebas, domisili atau tempat tinggal.
Pemeriksaan lapangan dapat meliputi 1 jenis pajak atau seluruh jenis pajak untuk tahun berjalan atau tahun-tahun sebelumnya.
Pemeriksaan Lapangan dibedakan :
a. Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL)
- Pemeriksaan lapangan yang dilakukan terhadap WP untuk 1 atau lebih jenis pajak secara terkordinasi antar seksi.
- Terkordinasi antara fungsional dan AR dikantor unit pelaksana pemeriksa.
- Dalam tahun berjalan atau tahun-tahun sebelumnya.
- Menggunakan teknik pemeriksaan yang dianggap perlu menurut keadaan tujuan pemeriksaan.
b. Pemerikasaan lengkap
- Dilakukan satu atau lebih jenis pemeriksaan - KSO (kerja sama opersi)
- Konsorium
- Teknik yang lazim dalam pemeriksaan Jangka waktu pemeriksaan dalam pemeriksaan 1. 4 bulan
2. Sejak terbit SP2 (surat erintah pemeriksaan) sampai dengan tanggal LHP (lapangan hasil pemeriksaan)
3. Dapat diperpanjang menjadi 8 bulan.
2. Pemeriksaan Kantor yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak dikantor unit pemeriksaan (DJP).
Jangka waktu pemeriksaan kantor : 1. 3 bulan
2. Sejak wajib pajak harus datang memenuhi panggilan sampai dengan tanggal lapangan hasil pemeriksaan (LHP)
3. Dapat diperpanjang menjadi 6 bulan.
Mekanisme perpanjangan jangka waktu pemeriksaan dala hal kondisi regular dan adanya indikasi transfer pricing :
1. Perpanjangan hanya bisa dilakukan 1 kali
2. Dilakukan dengan surat pemberitahuan perpanjangan pemeriksaan 3. Surat pemberitahuan tersebut dapat disampaikan secara manual atau
surat biasa atau melalui elektronik (email)
5. Surat pemberitahuan maksimal disampaikan 1 minggu sebelum berakhirnya jangka waktu
6. Disampaikan kepada yang menerbitkan persetujuan (kepala kantor). Kurangnya kepatuhan wajib pajak terhadap pajak maka pemeriksaan kantor dapat dialihkan menjadi pemeriksaan lapangan.
(2009:262)
2.1.1.2 Tahapan Pemeriksaan Pajak 1. Persiapan Pemerisaan Pajak
Suatu pemeriksaan pajak yang baik harus memiliki perecanaan atau
persiapan yang baik. Persiapan dibutuhkan agar proeses pemeriksaan pajak
berjalan terarah sesuai dengan yang diharapkan sehingga mendapatkan hasil yang
optimal.
Persiapan pemeriksaan adalah adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
ileh pemeriksa sebelum melaksanakan tindakan pemeriksaan dan meliputi
kegiatan sebagai berikut :
1. Mempelajari berkas wajib pajak/berkas data
2. Menaganalisis SPT dan laporan keuangan wajib pajak
3. Mengidentifikasi masalah
4. Melakukan pengenalan lokasi wajib pajak
5. Menentukan ruang lingkup pemeriksaan
6. Menyusun program pemeriksaan
7. Menentukan buku-buku dan dokumen yang akan dipinjam
15
2. Pelaksanaan Pemeriksaan
Pelaksanaan pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
pemeriksa dan meliputi :
1. Memeriksa di tempat Wajib Pajak
2. Melakukan penilaian atas Sistem Pengendalian Intern,
3. Memutakhirkan pemeriksaan atas buku-buku, catatan-catatan, dan
dokumen-dokumen,
4. Melakukan konfirmasi pada pihak ketiga,
5. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak,
6. Melakukan sidang penutup (Closing Conference) 3. Laporan Pemeriksaan Pajak
Laporan Pemeriksaan Pajak adalah laporan yang dibuat oleh pemeriksa
pada akhir Laporan Pemeriksaan pelaksanaan merupakan ikhtisar dan penuangan
hasil pelaksanaan tugas pemeriksaan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Laporan pemeriksaan disusun dengan sistematika sebagai berikut :
1. Umum
Memuat keterangan-keterangan mengenai, identitas wajib pajak,
pemenuhan kewajiban perpajakan, gambaran kegiatan wajib pajak ,
penugasan dan alasan pemeriksaan, data dan informasi yang tersedia dan
2. Pelaksanaan pemeriksaan
Memuat penjelasan secara lengkap mengenai, pos-pos yang diperiksa,
penilaian pemeriksa atas pos-pos yang diperiksa, dan temuan-temuan
pemeriksa.
3. Hasil pemeriksaan
Merupakan ikhtisar yag menggambarkan perbandingan antara laporan
wajib pajak (SPT) dengan hasil pemeriksaan lain dan perhitungan
mengenai besarnya pajak-pajak yang terutang.
4. Kesimpulan dan usul pemeriksaan
Memuat hasil pemeriksaan dalam bentuk, perbandingan antara pajak-pajak
yang terhutang berdasarkan laporan wajib pajak dengan hasil pemeriksaan,
data/informasi yang diproduksi, dan usul-usul pemeriksa.
Dengan semakin banyak diadakan pemeriksaan diharapkan wajib pajak
dapat semakin patuh terhadap ketentuan perundang-undangan. Dan kepatuhan
yang timbul akibat pemeriksaan tersebut diharapkan dapat menambah penerimaan
pajak.
2.1.2 Penagihan Pajak
Pengertian Penagihan Pajak yang dikemukakan dalam Undang-Undang
No 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah
sebagai berikut :
17
dihitung dari jatuh tempo sampai dengan tanggal pembayaran atau tanggal diterbitkannya surat tagihan pajak dan bagian dari bulan dihitung penuh satu bulan‖.
Penagihan pajak yang dikemukakan dalam Undang-Undang No. 19 Tahun
2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa adalah sebagai berikut :
‖Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan dan menjual barang yang telah disita‖.
Sedangkan menurut Mardiasmo pengertian Penagihan Pajak adalah
sebagai berikut :
‖Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi Utang Pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita‖.
(2009:119) Menurut Panca Kurniawan dan Bagus Pamungkas pengertian Penagihan
Pajak adalah sebagai berikut :
‖Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajaknya dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang disita.‖
(2006:1)
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
penagihan pajak merupakan tindakan agar penangung pajak melunasi utang pajak
dan biaya penagihan pajak dengan memperingatkan dan melakukan pelaksanaan
2.1.2.1Dasar Penagihan Pajak
Dasar penagihan pajak menurut ketentuan Pasal 18 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang-Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
adalah sebagai berikut :
‖Dasar Penagihan Pajak terbagi menjadi enam, yaitu :
1. Surat Tagihan b. Pengertian
Surat Tagihan Pajak (STP) adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.
c.Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Surat Tagihan Pajak diterbitkan apabila :
- PPh dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar
- Dari hasil penelitian surat pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung - Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan atau
bunga
- Pengusaha yang memenuhi kriteria sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) tetapi tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP
- Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai PKP tetapi telah membuat faktur pajak atau pengusaha yang dikukuhkan sebagai PKP tetapi tidak membuat atau faktur pajak tidak lengkap‖.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa untuk melakukan tagihan pajak diperlukan Surat
Tagihan Pajak (STP), dan diterbitkan apabila PPh dalam tahu berjalan
tidak atau kurang dibayar, terdapat kekurangan pembayaran pajak, dan
dikenakan denda jika Wajib Pajak telat dalam pembayaran pajaknya.
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) ‖Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) a. Pengertian
19
jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besar kecilnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar.
b. Penerbitan SKPKB
Diterbitkan Surat Keteapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) apabila :
- Berdasarkan hasil pemeriksaan atau ada keterangan lain ternyata jumlah pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar
- SPT tidak disampaikan pada waktunya, dan setelah ditegur secara tertulis tidak juga disampaikan dalam waktu menurut saran teguran - Berdasarkan pemeriksaan mengenai PPn dan PPnBM ternyata tidak
harus dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenakan tarif 0% (nol persen)
- Kewajiban menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan tidak terpenuhi, sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang‖.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
digunakan untuk menentukan besarnya pajak yang terutang, jumlah
kekurangan pembayaran pokok pajak, besar kecilnya sanksi administrasi
dan jumlah yang masih harus dibayar. Dan diterbitkan apabila berdasarkan
pemeriksaan terdapat pajak terutang, tidak menyampaikan surat
pemberitahuan tepat waktu, berdasarkan hasil pemeriksaan terdapat
dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak, dan jika penyelenggaraan
pembukuan atau pencatatan tidak terpenuhi.
3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) ‖Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) a. Pengertian
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) adalah keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang ditetapkan. b. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
apabila :
- Ditemukan lagi data yang semula belum terungkap pada saat penerbitan SKPKBT dengan demikian SKPKBT dapat diterbitkan lebih dari satu kali‖.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) digunakan untuk
menentukan tambahan atas jumlah pajak uang ditetapkan. Dan diterbitkan
jika data baru atau data semula belum lengkap serta ditemukannya data
yang lain setelah diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan.
4. Surat Keputusan Pembetulan
‖Surat keputusan pembetulan adalah surat putusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan Perundang-undangan Perpajakan yang terdapat salam Surat Ketetapan Pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat keputusan Pengurangan atau Pembetulan Ketetapan Pajak yang tidak benar atau Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak‖.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Surat
Keputusan Pembetulan merupakan surat untuk membetulkan jiaka terdapat
kesalah tulis, salah hitung, maupun kekeliruan dalam penerapan
Undang-Undang Perpajakan.
5. Surat Keputusan Keberatan
‖Surat Putusan keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap Surat
Ketetapan Pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang dianjurkan oleh wajib pajak‖.
Dari pengertian diatas Surat Putusan Keberatan merupakan keputusan
keberatan terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang
21
6. Putusan Banding
‖Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap
surat keputusan keberatan yang dianjurkan oleh Wajib Pajak‖.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa putusan
banding merupakan putusan yang diputuskan oleh peradilan pajak terhadap
surat keputusan keberatan yang dianjurkan oleh Wajib Pajak.
2.1.2.2Biaya Penagihan Pajak
Untuk melaksanakan setiap tindakan penagihan pajak menerbitkan biaya
guna membayar pelaksanaan penagihan pajak dan biaya lain yang terkait dengan
setiap tahapan penagihan pajak. Hal ini membuat adanya biaya penagihan pajak
yang ditagih oleh Wajib Pajak dimana besarnya disampaikan dengan tahapan
pelaksanaan penagihan pajak yang dilakukan oleh Jurusita Pajak.
Biaya penagihan pajak yang dikemukakan oleh Marihot P adalah sebagai berikut :
‖Terdapat lima jenis biaya penagihan pajak antara lain :
1. Biaya pelaksanaan atau penyampaian surat paksa yang meliputi biaya harian dan biaya perjalanan Jurusita Pajak. Biaya ini dikeluarkan untuk setiap surat paksa yang harus disampaikan oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak.
2. Biaya pelaksanaan penyitaan, yang meliputi biaya harian dan biaya perjalanan Jurusita Pajak dan dua orang saksi yang harus ada guna sahnya pelaksanaan penyitaan pajak, biaya ini diperuntukkan untuk setiap Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan yang diterbitkan oleh Pejabat yang berwenang untuk melakukan penagihan pajak dengan surat paksa.
3. Biaya pencegahan atau biaya penyanderaan
4. Biaya pelaksanaan lelang yang meliputi biaya pengumuman lelang disurat kabar dan media lainnya, biaya lelang, biaya penyimpanan barang yang disita dan biaya lain yang berhubungan dengan lelang. 5. Biaya yang timbul karena penjualan barang sitaan yang dilakukan
tidak secara lelang‖.
Berdasarkan pengertian kelima diatas jenis biaya pajak dapat disimpulkan
bahwa biaya penagihan pajak digunakan untuk membiayai surat paksa yang
disampaikan oleh Jurusita, untuk melakukan penagihan pajak dengan surat paksa,
biaya pencegahan atau biaya penyanderaan, untuk membiayai pengumuman,
penyimpanan dan biaya lainnya yang berhubungan dengan lelang selain itu untuk
membiayai biaya yang timbul karena penjualan barang sitaan yang tidak secara
lelang.
2.1.2.3 Pelaksanaan Penagihan Pajak
Apabila utang pajak sampai dengan jatuh tempo pembayaran belum
dilunasi, akan dilakukan tindakan penagihan pajak sebagai berikut :
1. Menegur atau Memperingatkan
Pengertian surat teguran yang dikemukakan oleh Panca Kurniawan dan
Bagus Pamungkas adalah sebagai berikut :
‖Surat teguran adalah surat yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) atau Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan
(KPPBB) untuk memberikan peringatan kepada Wajib Pajak‖.
(2006:61)
Sedangkan pengertian surat teguran menurut Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 24/PMK.03/2008 mengenai Tata Cara Pelaksanaan Penagihan
dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus adalah
sebagai berikut :
23
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian surat
teguran atau menegur (memperingatkan) merupakan surat yang diterbitkan oleh
Kantor Pelayanan Pajak untuk memberikan peringatan kepada Wajib Pajak jika
tidak melunasi utang setelah tanggal jatuh tempo.
2. Penagihan seketika dan sekaligus
Pengertian penagihan seketika sekaligus menurut Sony Devano dan Siti
Kurnia Rahayu adalah sebagai berikut :
‖Pengertian seketika ditagih sebelum tanggal jatuh tempo, sedangkan yang dimaksud sekaligus semua utang pajak yang ada yang tecantum pada STP, SKPKB, SKPKBT, ataupun SK pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding yang menambah pajak terutang‖.
(2006:181)
Sedangkan penagihan seketika dan sekaligus yang dikemukakan dalam
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Pasal 1 adalah sebagai berikut :
‖Penagihan seketika dan sekaligus adalah penagihan pajak tanpa menunggu
tanggal jatuh tempo pembayaran terhadap seluruh utang pajak dan semua jenis pajak, masa pajak dan tahun pajak‖.
(2006:246)
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Penagihan
seketika dan sekalligus merupakan proses penagihan tanpa menunggu tanggal
3. Surat Paksa
Pengertian surat paksa yang dikemukakan oleh Panca Kurniawan dan
Bagus Pamungkas adalah sebagai berikut :
‖Surat paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya
penagihan pajak‖.
(2006:61)
Penerbitan surat paksa menurut Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu
adalah sebagai berikut :
‖Apabila Wajib Pajak tidak melakukan kewajiban membayar pajak dlaam jangka waktu sebagaimana ditentukan dalm surat teguran, penagihan selanjutnya dilakukan oleh Jurusita Pajak Negara dengan menerbitkan surat paksa‖.
Isi Surat Paksa
a. Berkepala kata ‖Atas nama keadilan‖ sesuai UU No. 14 Tahun 1970, sesuai UU PPSP diganti menjadi ‖Demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa:.
b. Nama Wajib Pajak dan keterangan cukup tentang alasan yang menjadi dasar penagihan, perintah bayar (dalam waktu 2x24 jam).
c. Ditandatangani oleh pejabat yang berwenang ditunjuk Menteri Keuangan atau kepala daerah.
(2006:177)
4. Pencegahan
Pengertian pencegahan yang dikemukakan oleh Panca Kurniawan dan
Bagus Pamungkas adalah sebagai berikut :
‖Pencegahan adalah larangan bersifat sementara terhadap orang-orang tertentu untuk keluar wilayah Indonesia berdasarkan alasan-alasan tertentu. Orang-orang tertentu bukan hanya Warga Negara Indonesia, tetapi juga orang asing yang berada di wilayah Indonesia‖.
25
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pencegahan
merupakan larangan terhadap Wajib Pajak untuk keluar dari Indonesia dengan
tujuan tidak menimbulkan sewenag-wenangan dalam pelaksanaannya.
5. Penyitaan
Pengertian penyitaan menurut Panca Kurniawan dan Bagus Pamungkas
adalah sebagai berikut :
‖Penyitaan adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang
penganggung pajak, guan dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak
menurut Peraturan Perundang-Undangan‖. 6. Penyanderaan
Pengertian penyanderaan yang dikemukakan oleh Panca Kurniawan dan Bagus Pamungkas, dalam buku ‖Penagihan Pajak‖ adalah sebagai berikut :
‖Penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu kebebasan
penanggung pajak dengan menempatkannya ditempat tertentu‖.
(2006:163)
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penyanderaan
merupakan pengekangan sementara waktu kebebasan penanggung pajak disuatu
tempat tertentu.
7. Lelang
Pengertian lelang atau menjual barang yang disita menurut Panca
Kurniawan dan Bagus Pamungkas adalah sebagai berikut :
‖Lelang atau menjual barang yang disita adalah setiap penjualan barang -barang dimuka umum dengan cara penawaran harga secara lisan dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli‖.
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa lelang
merupakan usaha untuk melakukan penjualan barang Wajib Pajak yang disita
dengan cara penawaran harga secara lisan atau tertulis melalui pengumpulan calon
pembeli.
Jangka waktu penagihan sejak diterbitkan surat teguran sampai dengan
pelaksanaan lelang secara ringkas dapat dilihat dalam tabel 2.1 sebagai berikut :
Tabel 2.1 tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, atau STP telah lewat
Diberikan jangka waku 21 hari kepada wajib pajak untuk segera melunasi utang pajaknya
2 Surat Paksa 21 hari sejak penerbitan surat teguran telah lewat
Diberikan jangka waktu 2x24 jam kepada wajib
Diberikan jangka waktu 14 hari kepada wajib pajak untuk segera melunasi pajaknya dan biaya penagihan
Diberikan jangka waktu 14 hari kepada wajib pajak untuk segera melunasi utang pajaknya dan biaya penagihan 5 Lelang 14 hari sejak penerbitan
pengumuman lelang telah lewat
27
2.1.3 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak
Kondisi perpajakan yang menuntut keikutsertaan aktif wajib pajak dalam
menyelenggarakan perpajakannya membutuhkan kepatuhan wajib pajak yang
tinggi, yaitu kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan yang sesuai
kebenarannya.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1995 : 1013), dalam Sony
Devano dan Siti Kurnia Rahayu pengertian Kepatuhan adalah sebagai berikut : ‖Kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan‖.
(2006:110)
Sedangkan menurut Norman D. Nowak (Moh. Zain :2004), dalam Sony
Devano dan Siti Kurnia Rahayu pengertian Kepatuhan Wajib Pajak adalah
sebagai berikut :
‖Kepatuhan wajib pajak didefinisikan sebagai suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi dimana :
1. Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan-peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.
3. Menghitung jumlah pajak yang terutang tepat pada waktunya‖.
(2006:110)
Menurut Chaizi Nasucha dalam Siti Kurnia Rahayu, kepatuhan wajib
pajak dapat didefinisikan sebagai berikut :
1. Kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri;
2. Kepatuhan untuk menyetor kembali surat pemberitahuan;
3. Kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak yang terurang; dan
4. Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan.
Kemudian merujuk pada kriteria wajib pajak patuh menurut Keputusan
Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000, bahwa kriteria kepatuhan wajib pajak
patuh adalah sebagai berikut :
1. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam dua tahun terakhir.
2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak.
3. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir.
4. Dalam dua tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan yang terakhir untuk masing-masing jenis pajak yang terutang paling banyak 5%.
5. Wajib pajak yang laporan keuangannya untuk dua tahun terakhir di audit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, atau pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi laba rugi fiskal.
Menurut Safri Nurmantu dalam Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu,
mengatakan bahwa Kepatuhan perpajakan adalah sebagai berikut :
‖Kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana
wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dalam melaksanakan hak perpajakannya.‖
‖Ada dua macam kepatuhan yaitu :
1. Kepatuhan Formal, adalah suatu keadaan di mana wajib pajak memnuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Perpajakan
2. Kepatuhan Material, adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara substansif atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa Undang-Undang Perpajakan. Kepatuham Material juga meliputi kepatuhan Formal‖.
29
Menurut Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu memberikan pendapatnya
mengenai kepatuhan adalah sebagai berikut :
‖Pada prinsipnya kepatuhan perpajakan adalah tindakan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu negara. Predikat wajib pajak patuh dalam arti disiplin dan taat, tidak sama dengan wajib pajak yang berpredikat pembayar pajak dalam jumlah besar, tidak ada hubungan antara kepatuhan dengan nominal setoran pajak yang dibayarkan pada kas negara.‖
(2006:112)
Dari beberapa pendapat para ahli yang telah disebutkan diatas, dapat
disimpulkan bahwa Kepatuhan adalah tindakan taat atau patuhnya wajib pajak
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan umum
perpajakan yang berlaku.
2.1.3.1 Kepatuhan Wajib Pajak
1. Menyampaikan SPT Tahunan PPh Tepat Waktu
Menurut Siti Kurnia Rahayu Wajib Pajak telah menjalankan kewajibannya dalam menyampaikan SPT Tahunan tepat waktu jika :
‖Misalnya ketentuan batas waktu penyampaian Surat Pemeberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Tahunan tanggal 31 Maret. Apabila Wajib Pajak telah melaporkan Surat Pemeberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Tahunan sebelum tanggal 31 Maret maka Wajib Pajak telah memenuhi kewajibannya.‖
(2010:138)
Jadi sesuai dengan ketetapan perundangan perpajakan yang berlaku bahwa
Wajib Pajak yang menyampaikan SPT Tahunan PPh dalam kurung waktu yang
ditetapkan yaitu tanggal 31 maret maka wajib pajak tersebut dikategorikan
2. Menyampaikan SPT Tahunan PPh Terlambat/ Lewat Waktu (Permohonan
Perpanjangan Penyampaian SPT)
Terdapat banyak kasus dimana Wajib Pajak tidak menyampaikan kembali
SPT pada waktunya dikarenakan ketidaklengkapan persyaratan berupa laporan
keuangan dari Wajib Pajak tersebut.
Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati adalah sebagai berikut : ‖Pasal 3 ayat 4 dan 5 UU KUP menyatakan bahwa WP dapat mengajukan permohonan perpanjangan waktu untuk penyampaian SPT tahunan. Dengan cara mengisi formulir yang tersedia di kantor pelayanan pajak, masing-masing rangkap dua. Dalam permohonan secara tertulis itu diajukan sebelum tanggal 25 sebelum batas akhir penyampaian SPT Tahunan‖.
(2009:46)
3. Menyampaikan SPT Tahunan PPh Pembetulan
Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati adalah sebagai berikut : ‖Terhadap kekeliruan dalam pengisian SPT yang dibuat oleh Wajib Pajak masih terbuka baginya hak untuk melakukan pembetulan atas kemauan sendiri dalam jangka waktu 2 tahun sesudah berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak dengan syarat Dirjen pajak belum melakukan pemeriksaan. Dalam hal pembetulan SPT tersebut diatas menyatakan rugi atau lebih bayar‖.
(2009:46)
Dengan fasilitas tersebut diatas, Wajib Pajak dapat tetap melakukan
kewajibannya walawpun dengan keterlambatan waktu, namun dapa dikategorikan
31
2.1.4 Keterkaitan antar Variabel Penelitian
2.1.4.1 Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Teori penghubung menurut Gunadi adalah sebagai berikut :
‖Upaya peningkatan kepatuhan pajak terkait erat dengan pemeriksaan
pajak dimana pada gilirannya akan dapat meningkatkan optimalisasi penerimaan pajak‖.
Selain itu menurut Siti Kurnia Rahayu adalah sebagai berikut :
Tujuan kebijakan pemeriksaan pajak adalah:
1. Membuat pemeriksaan menjadi lebih efektif dan efisien 2. Meningkatkan kinerja pemeriksaan pajak
3. Meningkatkan kepatuhan wajib pajak sebagai konsekuesi pemungutan pajak di Indonesia
4. Secara tidak langsung menjadi aspek pendorong untuk meningkatkan penerimaan Negara dari pajak.
(2009:248)
2.1.4.2 Pengaruh Pengihan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Teori pendukung yang menghubungkan menurut Gatot S.M. Faisal adalah
sebagai berikut:
―Di samping bertujuan untuk mencairkan tunggakan pajak, tindakan penagihan pajak dengan surat paksa juga merupakan wujud law enforcement untuk meningkatkan kepatuhan yang menimbulkan aspek psikologis bagi wajib pajak‖.
(2009:225)
2.1.4.3Pengaruh Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut John Hutagaol dijelaskan sebagai berikut:
dari pemeriksaan pajak (tax audit), penyidikan pajak (tax investigation) dan penagihan pajak (tax collection). Penegakan hukum merupakan bentuk lain dari pelayanan karena selain menerapkan sanksi perpajakan atas pelanggaran perpajakan juga memberikan pelajaran kepada Wajib Pajak sehingga mereka dapat melaksanakan pemenuhan kewajiban dan haknya dibidang kewajiban sesuai ketentuan yang berlaku‖.
(2006)
2.2Kerangka Pemikiran a. Naratif
Tujuan Negara Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 adalah mewujudkan masyarakat adil, makmur dan
merata. Tujuan luhur yang demikian itu dapat diwujudkan melalui pembangunan
nasional secara bertahap, terencana, terarah, berkesinambungan dan diperlukan
dana dan masyarakat, antara lain berupa pembayaran pajak.
(DannyDarussalam:1997)
Dalam penerimaan pajak kepatuhan wajib pajak dalam melunasi utang
pajaknya merupakan faktor yang cukup penting mengingat pajak merupakan
penerimaan Negara yang cukup besar. Oleh karena itu, pemerintah memfokuskan
perhatiannya terhadap penerimaan dalam negeri dari sektor pajak. Pemungutan
pajak oleh pemerintah diatur dalam undang-undang, oleh karena itu pemerintah
melakukan tindakan tegas untuk wajib pajak yang menghindari pemungutan
pajak. Tindakan yang dilakukan pemerintah adalah dengan penagihan pajak yaitu
upaya memaksa wajib pajak untuk melaksanakan kewajibannya.
Pemerintah melakukan penagihan pajak dengan harapan masyarakat
33
mendukung keberhasilan penerimaan pajak yang dapat membantu pemerintah
untuk menjalankan pemerintahannya.
Pemeriksaan dan penagihan pajak merupakan sarana dalam menegakkan
kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan dalam rangka
memberikan kepastian hukum, keadilan dan pembinaan kepada wajib pajak serta
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Dalam
pemeriksaan pajak terdapat tahapan pemeriksaan yang terdiri dari tahapan
persiapan pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan dan pelaporan pemeriksaan.
Menurut widyaiswara mengelompokan bahwa ketidakpatuhan formal
wajib pajak yaitu wajib pajak dengan sengaja tidak mendafrakan diri, wajib pajak
tidak menyampaikan SPT, Wajib Pajak menyampaikan SPT yang isinya tidak
benar/ tidak lengkap/ melampirkan keterangan yang tidak benar, wajib pajak
yang sengaja tidak bersedia meminjamkan pembukuan, catatan, atau dokumen
lainnya, hal tersebut dapat terdeteksi dengan dilakukannya pemeriksaan pajak.
Ketidakpatuhan ini telah menjadi pekerjaan rumah yang wajib diselesaikan
oleh Dirjen Pajak karena ketidakpatuhan wajib pajak akan berpengaruh pada
pendapatan Negara yang menjadi sumber dana pembangunan dan pemeliharaan
Tabel 2.2
Hasil Penelitian Terdahulu
No Penulis/Judul Kesimpulan
1 Penulis : Gunadi
Diketahui bahwa pelaksanaan pemeriksaan terhadap SPT yang masuk berkisar rata-rata 12,8%, yang menunjukan bahwa tax audit coverage masih relative rendah. Sedangkan bila menganalisa jumlah pemeriksa pajak dibandingkan jumlah WP yang diperiksa juga menunjukan tingkat yang sangat rendah yaitu sebesar 5%, hal ini menunjukan bahwa beban pemeriksa pajak terlalu tinggi
35
b. Bagan kerangka pemikiran
Bagan 2.1
Skema kerangka pemikiran
2.3Hipotesis
Negara
Penerimaan Dalam Megeri Penerimaan Luar Megeri
Migas
Wajib Pajak Pajak
Kepatuhan Wajib Pajak Pemeriksaan Pajak Tunggakan Pajak
Penagihan Pajak
Pencairan Tunggakan Pajak
Tahap pemeriksaan Pajak
Tahap Persiapan Pemeriksaan Tahap Pelaksanaan Pemeriksaan Tahap Pelaporan Pemeriksaan
Bantuan/Pinjaman Luar Negeri
Hipotesis:
Pemeriksaan Pajak dan Penagihan pajak secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
c. Paradigma Penelitian
2.3 Hipotesis
Menurut Sugiyono hipotesis adalah sebagai berikut :
―Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, oleh karena itu rumusan masalah peneliktian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan‖.
(2010:93)
Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara
terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul dan
harus diuji secara empiris. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran diatas, maka
dapat disajikan oleh penulis adalah berhipotesis bahwa :
Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak secara simultan dan parsial
berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pemeriksaan pajak
(X1)
37
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian menurut Sugiyono adalah sebagai berikut :
―Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid, dan reliabletentang suatu hal (variabel tertentu)‖.
(2006:13)
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa objek penelitian digunakan
untuk mendapatkan data sesuai tujuan dan kegunaan tertentu.
Objek Penelitian yang menjadi fokus penulis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak sebagai variabel bebas dan dapat
mempengaruhi (varabel independent).
2. Kepatuhan Wajib Pajak sebagai variabel terikat dan hanya dapat dipengaruhi
(variabel dependen).
3.2 Metode Penelitian
Menurut Sugiyono metode penelitian adalah sebagai berikut:
―Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah‖.
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriftif verifikatif dengan pendekatan kuantitatif yaitu suatu penelitian
yang diolah dan di analisis dan diambil kesimpulannya. Jenis data yang
dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder.
Metode Deskriftif Menurut Sugiyono adalah sebagai berikut :
―Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan
atau menganalisa suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.‖
(2010:29)
Verifikatif Menurut Masyhuri dan M. Zainudin, adalah sebagai berikut: ―Verification adalah memeriksa benar tidaknya, apabila dilaksanakan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan, yang telah pernah dilaksanakan di tempat lain, dalam mengatasi masalah yang serupa dalam kehidupan.‖
(2009:45)
Metode Kuantitatif Menurut Sugiyono adalah sebagai berikut :
―Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat posotivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.‖
(2009:8)
3.2.1 Desain Penelitian
Agar suatu penelitian dapat terarah maka penulis perlu menentukan
variabel-variabel yang akan diteliti dan menentukan operasional variabel agar
mempermudah dalam melakukan penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi
39
Menurut Jonathan Sarwono adalah sebagai berikut :
―Desain penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun
serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah diharapkan‖
(2006:79)
Sedangkan menurut Nazir pengertian desain penelitian adalah sebagai
berikut :
―Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam pengertian yang lebih sempit, desain penelitian hanya mengenai pengumpulan dan analisis data saja‖.
(2006:84)
Menurut Sugiyono dapat disimpulkan proses penelitian kuantitatif adalah:
sebagai berikut :
―Proses penelitian kuantitatif meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Sumber masalah
2. Rumusan masalah
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan 4. Pengajuan hipotesis
5. Metode penelitian
6. Menyusun instrumen penelitian 7. Kesimpulan.‖
(2009: 50)
Berdasarkan proses penelitian yang telah dijelaskan diatas, maka desain
pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:
1) Sumber Masalah
Masalah yang dihadapi oleh peneliti harus sudah jelas. Kemudian masalah
tersebut diidentifikasi. Identifikasi masalah tersebut dirumuskan
didapat judul yang sesuai dengan masalah yang dihadapi tersebut untuk
dijadikan penelitian.
2) Rumusan Masalah
Setelah masalah diidentifikasikan dan dibatasi, maka selanjutnya masalah
tersebut dirumuskan. Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang
akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data. Proses perumusan
masalah merupakan bagian dari proses penelitian yang paling sulit, karena
di dalam perumusan masalah juga peneliti menentukan arah dan tujuan
dari penelitian tersebut. Karena apabila penelitian tersebut tidak
dirumuskan secara matang, maka bukan tidak mungkin penelitian tersebut
akan keluar dari jalur dan maksud penelitian awal. Pada penelitian ini
masalah-masalah dirumuskan melalui suatu pertanyaan, yang akan diuji
dengan cara pengujian hipotesis. Rumusan masalah yang menjadi pokok
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pemeriksaan pajak pada KPP Pratama wilayah Bandung
2. Bagaimana penagihan pajak pada KPP Pratama wilayah Bandung
3. Bagaimana kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama wilayah
Bandung
4. Berapa besar pengaruh pemeriksaan pajak dan penagihan pajak
terhadap kepatuhan wajib pajak secara simultan dan parsial pada KPP
41
3) Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun maka peneliti
mencoba untuk mencari pemecahan dari masalah yang ada dengan
melakukan sinkronisasi dengan teori – teori yang ada dan juga referensi yang teoritis dan relevan.
4) Pengajuan hipotesis
Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan
didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian
secara empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis. Dalam
penelitian ini, ada dua hipotesis awal yang dibuat oleh peneliti. Hipotesis
yang menyatakan Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak berpengaruh
secara simultan dan parsial terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
5) Metode penelitian
Untuk menguji penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif
verifikatif dengan pendekatan kualitatif sebagai metode penelitiannya.
Hal ini dilakukan untuk menguji hipotesis awal yang telah dibuat agar
mendapat kesimpulan akhir atau hasil akhir yang sesuai dengan kaidah –
kaidah ilmu pengetahuan dan tidak menyimpang. Metode deskriptif
digunakan untuk menjawab rumusan masalah yaitu :
a. Bagaimana pemeriksaan pajak pada KPP Pratama wilayah Bandung
b. Bagaimana penagihan pajak pada KPP Pratama wilayah Bandung
c. Bagaimana kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama wilayah
Metode verifikatif digunakan untuk menguji rumusan masalah tentang :
a. Berapa besar pengaruh pemeriksaan pajak dan penagihan pajak terhadap
kepatuhan wajib pajak secara simultan dan parsial pada KPP Pratama
wilayah Bandung
6) Menyusun instrumen penelitian
Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat
menyusun instrumen penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat
pengumpul data. Instrumen pada penelitian ini berbentuk daftar
pertanyaan, untuk pedoman wawancara atau observasi.
7) Kesimpulan
Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang
berupa jawaban atas rumusan masalah. Dengan menekankan pada
pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang
bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.
Desain penelitian yang lebih sederhana lagi akan diperjelas dalam bentuk
43
T-1 Descriptive Descriptive Survey
T-2 Descriptive Descriptive Survey
T-3 Descriptive Descriptive Survey
Operasional variabel Menurut Jonathan Sarwono adalah sebagai berikut : ―Variabel harus didefinisikan secara operasional agar lebih mudah dicari
hubungannya antara satu variabel dengan lainnya dan pengukurannya.‖
(2006:67)
Menurut Jonathan Sarwono, operasionalisasi variabel bermanfaat untuk: ― 1) Mengidentifikasi kriteria yang dapat diobservasi yang sedang
didefinisikan;
2) menunjukkan bahwa suatu konsep atau objek mungkin mempunyai lebih dari satu definisi operasional;
3) mengetahui bahwa definisi operasional bersifat unik dalam situasu dimana definisi tersebut harus digunakan.‖
Variabel itu sendiri dalam konteks penelitian menurut Sugiyono adalah
sebagai berikut :
―Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.‖
(2009:38)
Berdasarkan judul usulan penelitian yang telah dikemukakan diatas yaitu ―Analisa atas Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak‖, maka variabel – variabel yang diteliti dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel Bebas Menurut Umi Narimawati adalah sebagai berikut :
―Variabel bebas merupakan variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas merupakan variabel yang pengaruhnya diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi dalam kaitannya dengan variabel lain.‖
(2007:27)
Dalam hal ini variabel bebas yang akan berkaitan dengan masalah yang akan
diteliti data yang menjadi variabel bebas (Variabel X1 dan Variabel X2). Variabel
X1 berkaitan dengan pemeriksaan pajak, dimana variabel ini diukur oleh
instrumen pengukur dalam bentuk kuesioner yang memenuhi pernyataan –
pernyataan tipe skala Likert. Sedangkan variabel X2 berhubungan dengan