1.1 Latar Belakang Kerja Praktek
Pajak daerah terbagi atas dua kelompok, yaitu pajak provinsi dan pajak
kabupaten/kota. Pajak daerah juga merupakan salah satu penerimaan yang
terpenting di pemerintahan provinsi, salah satunya adalah pajak kendaraan
bermotor (Mardiasmo, 2011)
Pajak daerah merupakan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah daerah
dengan Peraturan Daerah (Perda), yang wewenang pemungutannya dilaksanakan
oleh pemerintah daerah dan hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran
pemerintah daerah dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan di daerah.
Sistem otonomi daerah yang diberlakukan di Indonesia sejak 1 Januari
2007, menurut daerah-daerah mencari berbagai alternatif sumber penerimaan yang
dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran dan belanja daerah (Siahaan, 2010).
Pemberiaan kewenangan kepada daerah untuk memungut pajak dan retribusi daerah
diperlukan adanya landasan hukum yang merupakan dasar hukum pemungutan
pajak dan retribusi daerah yaitu Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 yang berlaku
sejak Januari 2010 (Waluyo, 2011).
Melalui Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, pemeritah pusat mengalihkan beberapa pajak yang semula ditarik
sudah ada, yaitu untuk Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor (BBNKB) diperluas hingga mencakup kendaraan.
Ada tiga tujuan yang melatarbelakangi diubahnya UU Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (PDRD), yang pertama adalah untuk memberikan kewenangan
yang lebih besar kepada daerah dalam perpajakan dan retribusi, sejalan dengan
semakin besarnya tanggungjawab daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan
dan pelayanan kepada masyarakat. Tujuan yang kedua adalah untuk meningkatkan
akuntabilitas daerah dalam penyediaan layanan dan penyelenggaraan pemerintahan
dan sekaligus memperkuat otonomi daerah. Tujuan yang ketiga adalah untuk
memberikan kepastian bagi dunia usaha mengenai jenis-jenis pemungutan pajak
daerah dan retribusi daerah.
Di Provinsi Jawa Barat, penerapan tarif progresif bertujuan untuk mengurangi
angka kemacetan yang disebabkan oleh banyaknya kendaraan bermotor milik
pribadi.
Tabel 1.1
Perbandingan Tarif Pajak Kendaraan Bermotor Dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Di Provinsi Jawa Barat
Kepemilikan Keempat
Sumber : Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah
Dalam Putusan Mahkamah Konstitusi (2013) untuk tahun 2011, jumlah
penerimaan PKB secara nasional adalah sebesar Rp. 15,9 triliun, dan untuk
BBNKB adalah sebesar Rp. 18,022 triliun. Realisasi penerimaan pajak kendaraan
bermotor rata-rata setiap tahunnya sebesar 109,78% dari target yang telah
ditetapkan. Tingginya realisasi tersebut dimaksud karena adanya penambahan pajak
dari kendaraan bermotor yang baru. Dengan diterapkannya tarif progresif, maka
penerimaan Pajak dari Pajak Kendaraan Bermotor akan meningkat, selain itu
penerimaan pajak dari Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor juga akan meningkat
hal ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini.
Tabel 1.2
Penerimaan Pajak Daerah per-Jenis pajak
Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Bandung II Tahun Anggaran 2014
Jenis Penerimaan
Tahun 2014 %
Realisasi Target Realisasi
PKB 313.958.906.000 322.870.646.700 102%
BBNKB I 245.224.849.000 248.298.810.000 101%
BBNKB II 6.113.994.000. 5.817.776.000 95,16%
Pajak Air Permukaan 375.693.000 446.031.280 118%
Sumber: Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Provinsi Wil. Kota Bandung II
Pada kenyataannya, Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama
penerimaan pajak daerah dibandingkan dengan sumber pendapatan dari pajak
lainnya, sehingga pendapatan daerah dari Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor merupakan salah satu sumber penerimaan pendapatan
asli daerah yang sangat potensial.
Tabel 1.3
Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Provinsi Wilayah Kota Bandung II
Tahun 2012-2014
2011 209,516,326,775 29,695,652,352 14,17% Setelah Progresif
2012 264,172,862,750 54,656,536,000 20,67% Setelah Progresif
2013 297,577,448,400 33,404,585,650 11,22% Setelah Progresif
2014 322,870,646,700 25,293,198,300 78,33% Setelah Progresif
Sumber: Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Provinsi Wil. Kota Bandung II
Tabel di atas menunjukan bahwa satu tahun sebelum diberlakukannya tarif
progresif Pajak Kendaraan Bermotor pada tahun 2010 Cabang Dinas Pendapatan
Daerah Provinsi Wil. Kota Bandung II Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor
sebesar Rp. 179.820.674.450 dan pada tahun 2011 setelah tarif progresif
diberlakukan, penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor sebesar Rp. 209.516.326.775
. Dilihat dari jumlah perubahan selalu mengalami peningkatan. Peningkatan
sebesar 11,22%. Ini dikarenakan adanya tunggakan Pajak Kendaraan Bermotor
yang disebabkan oleh berbagai faktor.
Banyaknya warga yang tidak mengerti sepenuhnya tentang penerapan pajak
progresif ini, menyebabkan tidak sedikit terjadi permasalahan pada saat warga akan
membayar pajak kendaraan bermotor mereka ternyata mereka harus membayar
nominal lebih banyak disebabkan jumlah kendaraan yang terdaftar atas nama warga
tersebut walaupun sebenarnya kendaraan tersebut sudah tidak dikuasai lagi. Hal ini
sering terjadi karena warga telah menjual kendaraan bermotor namun kendaraan
tersebut masih atas nama pemilik sebelumnya sehingga ia dikenai progresif
kendaraan yang tidak dikuasainya lagi.
Sejak adanya tarif pajak progresif, pemilik kendaraan yang menjual
kendaraannya harus segera menyampaikan pemberitahuan atau laporan kepada
pihak SAMSAT untuk melakukan pemblokiran nomor polisi kendaraan yang sudah
dijual tersebut. Pemblokiran tersebut, dimaksudkan untuk merapihkan database
kendaraan yang terdaftar di Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT),
yang nantinya tentu berpengaruh terhadap pendataan pemilik kendaraan yang
terkena atau tidak terkena tarif progresif.
Pemblokiran dilakukan dengan mendatangi kantor SAMSAT setempat yang
wilayahnya sesuai dengan alamat di STNK untuk melaporkan data kendaraan yang
dijual dengan membawa fotocopy KTP pemilik lama dengan fotocopy KTP pemilik
baru, nomor kendaraan yang dijual dan dokumen penting lain, membawa kuitansi
penjualan/pembelian kendaraan untuk mempermudah laporan, dan membuat surat
permohonan pembokiran kendaraan. Namanya adalah Blokir Atas Lapor Jual
Kendaraan, pemilik kendaraan yang sudah menjual kendaraannya bisa segera
melaporkan ke SAMSAT agar tidak terkena tarif progresif.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis bermaksud
melakukan penelitian yang berjudul:
“Tinjauan Atas Prosedur Pemungutan Pajak Progresif Kendaraan
Bermotor Pada Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Provinsi Wil. Kota Bandung II Kawaluyaan”.
1.2 Tujuan Laporan Kerja Praktek
Tujuan laporan kerja praktek ini adalah untuk mengertahui :
1. Prosedur pemungutan pajak progresif kendaraan bermotor pada CPDP
Provinsi Wil. Kota Bandung II Kawaluyaan.
2. Hambatan yang terjadi pada prosedur pemungutan pajak progresif pada
CPDP Provinsi Wil. Kota Bandung II Kawaluyaan.
3. Upaya yang telah dilakukan CPDP Provinsi Wil. Kota Bandung II
Kawaluyaan dalam mengatasi hambatan pada prosedur pemungutan
1.3 Kegunaan Kerja Praktek 1.3.1 Kegunaan Praktis
Sebagai tambahan informasi mengenai prosedur pemungutan pajak
progresif kendaraan bermotor pada CPDP Provinsi Wilayah Kota Bandung
II Kawaluyaan.
1.3.2 Kegunaan Akademis
Adapun kegunaannya sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Hasil kerja praktek ini dapat memberikan wawasan dan
pengetahuaan mengenai prosedur pemungutan pajak progresif
kendaraan bermotor CPDP Provinsi Wilayah Kota Bandung II
Kawaluyaan. Sealain itu penulis harus mampu menerapkan ilmu
serta pengalaman yang diperoleh selama kerja praktek
berlangsung.
2. Bagi Instansi
Diharapkan sebagai bahan masukam dan evaluasi serta manfaat
bagi CPDP Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan.
Dan dapat memperoleh informasi tambahan sebagai bahan
perbandingan kinerjanya dimasa yang akan datang.
3. Bagi Program Studi Akuntansi
Sebagai bahan refereinsi, tambahan ilmu pengetahuan dan
wawasan bagi mahasiswa/i mengenai prosedur pemungutan
Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan baik secara teori
maupun prakteknya dilapangan.
4. Bagi Pihak Lain
Kegunaan laporan kerja praktek ini untuk penulis lain dapat
dijadikan referensi dan gambaran apabila penulis lain akan
mengambil judul yang sama dan dapat dijadikan bahan
tambahan penimbangan dan pemikiran dalam penelitian lebih
lanjut di bidang yang sama.
1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek 1.4.1 Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek
Untuk memperoleh data sehubungan dengan masalah yang akan
dibahas dalam penyusunan laporan kerja praktek ini, penulis melakukan
kerja praktek di Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi
Wilayah Kota Bandung II yang beralamat di Jalan Kawaluyaan Raya
Bandung.
1.4.2 Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek
Waktu yang ditempuh penulis dalam melaksanakan kerja praktek di
CPDP Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan yaitu dimulai dari tanggal
27 Juli 2015 sampai 31 Agustus 2015 sesuai dengan periode pelaksanaan kerja
praktek yaitu minimal 25 hari kerja. Kegiatan kerja praktek dimulai pada pukul
Tabel 1.4
Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek
Tahap Prosedur Bulan
2.1 Sejarah Singkat CPDP Provinsi Wilayah Bandung II Kawaluyaan
Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Barat, diawali dengan terbentuknya Djawatan
Perpadjakan dan Pendapatan Dalam Lingkungan Pemerintah Daerah Propinsi DT I
Jawa Barat. Dengan Keputusan Gubernur Propinsi Jawa Barat Nomor:
219/Po/V/O.M/SK/1971 tanggal 25 September 1971 dan tanggal itu pula yang
dijadikan tonggak sejarah hari jadi Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Barat.
Sebelum itu dengan Keputusan Gubernur Propinsi Jawa Barat No.
60/PO/V/OM/SK/71 sudah dibentuk suatu Biro Pendapatan dan Perpajakan, akan
tetapi unit kerja ini hanya merupakan embrio semata, karena unit kerja tersebut tidak
berdiri sendiri dan masih diposisikan sebagai sub ordinat dari administratur bidang
keuangan. Bidang pendapatan dan keuangan adalah satu rumpun, ketika proses
mekanisme berkembang, pendapatan berkembang, keuangan berkembang, maka
bidang ini dipecah menjadi disiplin fungsi sendiri.
Sebagai konsekwensi berlakunya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974, maka
sebutan atau nomenklatur kelembagaan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala
1975 nomenklatur jawatan diubah dengan Dinas Perpadjakan dan Pendapatan Propinsi
Daerah Tingkat I Jawa Barat.
Setelah berubah nama menjadi Dinas Pendapatan Propinsi Daerah Tingkat I Djawa
Barat dilakukan penyesuaian kelembagaan dengan Perda Propinsi DT I Jawa Barat
Nomor 7/DP.040/PD/78 tanggal 30 Agustus 1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Pendapatan Daerah Propinsi DT I Jawa Barat. Namun demikian sumber
daya dinas yang dimiliki pada saat itu masih sangat terbatas, baik pegawai, sarana
maupun beban target pendapatan daerah. Bahkan pada saat itu telah diupayakan
penggalian sumber pendapatan baru berupa Pungutan Bea Balik Nama Tanah (PBNT)
yang kemudian di lakukan pembekuan pemungutannya. Selanjutnya dilakukan
penyesuaian kelembagaan dengan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa
Barat Nomor: 7/DP.040/PD/78 Tanggal: 30 Agustus 1978 Tentang; Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Propinsi DT I Jawa Barat.
Pada fase inilah terjadi kerancuan organisasi pada tingkat operasional dimana
cabang dinas pembentukannya didasarkan pada Keputusan Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I Jawa Barat Nomor; 125/SK.L045/HUK/1982, sedangkan Unit Pelaksana
Teknis (UPT) dibentuk dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa
Barat Nomor; 125/SK.1046/HUK/82 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis PKB dan BBNKB pada Dinas Pendapatan Daerah
dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala dinas, sedangkan kepada
kepala cabang hanya bersifat administratif yaitu dalam hal peralatan, perbekalan dan
belanja rutin.
Peristiwa monumental yang terjadi saat itu adalah dilakukannya reformasi dalam
sistem dan prosedur perpajakan propinsi, dimana pada tahun 1978, dilaksanakan
Sistem Administrasi Manunggal Dibawah Satu Atap (SAMSAT) berdasarkan
keputusan bersama 3 menteri yang secara prosedur administratif didasarkan pada Surat
Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor : 16 Tahun 1977 tentang Pedoman/Petunjuk
Pelaksanaan System Administrasi Manunggal Dibawah Satu Atap dalam Pengeluaran
Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), Pembayaran Pajak-Pajak Kendaraan
Bermotor (PKB/BBNKB) dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan lalu Lintas Jalan
(SWDKLLJ) . Di sisi lain terjadi penghentian pungutan yaitu Pajak Rumah Tangga
(PRT) karena berdasarkan UU Nomor: 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan, obyeknya diintegrasikan dengan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
Demikian pula atas dasar kebijakan pemerintah pusat untuk mendorong
berkembangnya komoditi ekspor non migas melalui Keputusan Mendagri Nomor: 48
Tahun 1984 tentang Pemberhentian Pelaksanaan Pungutan Pemerintah Daerah atas
Beberapa Komoditi Non Mi Gas jo. Surat Menteri Dalam Negeri RI
nomor:977/527/POUD, telah dihentikan beberapa jenis pungutan diantaranya Retribusi
Adapun kepemimpinan Dinas Pendapatan pada periode tersebut dipegang oleh Drs. H.
RAGAM SANTIKA, yakni sejak tahun 1976 – 1984.
Sebagai akibat dari pelaksanaan SAMSAT di Jawa Barat, selain efektivitas
pemungutannya juga aspek pendapatan daerah telah terjadi lonjakan penerimaan
pendapatan yang sangat spektakuler. Dalam kerangka penguatan pelaksanaan tugas
pendapatan daerah, Pemerintah Daerah memandang perlu melakukan recruitment
pegawai pada tahun 1978 sebanyak 560 (lima ratus enam puluh) orang.
Dalam menyikapi semakin beratnya beban tugas dinas pendapatan daerah sebagai
unsur pelaksanaan pemerintah daerah untuk melaksanakan sebagian tugas urusan
rumah tangga daerah di bidang pendapatan, maka dilakukan penataan organisasi
melalui Perda Propinsi Jawa Barat Nomor : 1 Tahun 1990 tentang Perubahan Pertama
Perda Prop. Dati I Jawa Barat No. 7/Dp.040/PD/78, untuk Dinas Pendapatan Propinsi
Jawa Barat dan Perda Propinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 1990 tentang Perubahan
Pertama Prop. Dati I Jawa Barat No. 4 Tahun 1984 untuk organisasi Cabang Dinas
Pendapatan Daerah. Pada periode selanjutnya pelaksanaan tugas dan fungsi mengalir
seiring perjalanan waktu sampai terjadi peralihan kepemimpinan dinas yang dijabat
oleh H. RUSMANA ARDIWINATA SH, yaitu dari tahun 1989 sampai dengan 1993.
Perubahan ketentuan pajak daerah dan retribusi daerah terjadi seiring dengan
ditetapkannya UU Nomor. 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah, pada
yang dikelola karena berdasarkan UU tersebut terdapat jenis pungutan retribusi
pengambilan air dan retribusi bahan galian golongan c ditetapkan menjadi pajak
kabupaten/kota. Seiring dengan itu, terjadi krisis moneter di Indonesia yang berdampak
terhadap penurunan pendapatan asli daerah secara signifikan.
Perjalanan Dinas Pendapatan selanjutnya memasuki masa milenium ke 2 (dua)
yang pada saat yang sama diimpelemntasikan otonomi daerah dengan perubahan
sistem pemerintahan yang berdasar pada UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah. Tantangan akan peningkatan pendapatan semakin besar, seiring
dengan tuntutan masyarakat akan pelayanan oleh karenanya kebijakan di segala bidang
dilakukan penyesuaian termasuk kelembagaan Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Barat.
Pada saat yang sama ketentuan perundangan di bidang pajak dan retribusi daerah
disempurnakan dengan UU Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas UU Nomor.
18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah, terdapat penambahan jenis pajak
baru yaitu pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB) dan kembalinya pajak
pengambilan air menjadi kewenangan pemerintah propinsi.
Dalam kerangka mengantisipasi tugas-tugas berat tersebut dengan
penyelenggaraan ekonomi di bidang pendapatan daerah, maka dilakukan
penyempurnaan kelembagaan dinas dengan rujukan Peraturan Pemerintah Nomor 84
Tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah dan ditetapkannya
Propinsi Jawa Barat yang selanjutnya disempurnakan dengan Peraturan Daerah Nomor
5 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor
15 Tahun 2000 tentang Dinas Daerah Propinsi Jawa Barat, dimana pada level
operasional diperkuat dengan 31 (tiga puluh satu) Unit Pelayanan Pendapatan Daerah
(UPPD). Pada saat itu kepemimpinan dijabat oleh Drs. H. MAMAD SURYANA. M.Si,
dan pencapaian penerimaan pendapatan daerah terus berkembang sampai menembus
angka Rp. 1 (satu) Triliun atau dikenal dengan istilah era 1 (satu) trilyunan.
Tujuan pokok Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan (CPDP) berdasarkan anggaran
dasar yaitu:
1. Melakukan Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB).
2. Daftar Ulan STNK atau Cetak STNK.
3. Mutasi Masuk/Keluar Kendaraan Bermotor.
4. Pembayaran Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB).
5. Pendaftaran Kendaraan Baru.
2.2 Struktur Organisasi Instansi
Gambar 2.2 Struktur Organisasi
Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Provinsi Wilayah Bandung II Kawaluyaan
KEPALA CABANG DINAS
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
SUB BAGIAN TATA USAHA
SEKSI PKB/BBNKB
INSTANSI
SEKSI PENERIMAAN DAN PENAGIHAN
SEKSI PENDATAAN
2.3 Uraian Tugas CPDP Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan
Berikut adalah uraian tugas dari masing-masing jabatan yang terdapat pada Kantor
Bersama Samsat CPDP Provinsi Wilayah Kota Bandung II di antaranya adalah:
1. Kepala Cabang Dinas
Kepala Cabang Dinas dalam melaksanakan tugas pokoknya mempunyai dua
fungsi , yaitu:
a. Pelaksanaan teknis operasional dibidang pendapatan daerah.
b. Penyelenggara pelayanan umum dibidang pendapatan daerah.
Tugas-tugas Kepala Cabang diantaranya:
1) Memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan seluruh kegiatan
pelaksanaan tugas dinas yang ada diwilayah kerja Cabang Dinas.
2) Menyiapkan bahan-bahan dalam rangka penyusunan rencana teknis tahunan
menurut bidang usahanya.
3) Memberikan saran pertimbangan dan atau informasi kepada Kepala Dinas
sebagai bahan untuk menetapkan kebijaksanaan.
4) Menyusun program kerja dalam rangka pelaksanaan tugasnya.
5) Mengadakan hubungan kerja sama fungsional dengan semua instansi baik
pemerintah maupun swasta yang ada hubungannya dengan bidang
tugasnya.
6) Mengadakan pembinaan dan peningkatan secara terus menerus kemampuan
7) Mengumpulkan mengolah data, dan membuat laporan serta
menyelenggarakan penilaian, pelaksanaan tugas di lingkungan Cabang
Dinas sesuai dengan garis kebijaksanaan Kerja Dinas.
2. Instansi
Tugas pokok dari instansi adalah melaksanakan kegiatan operasional UPP di
bidang Pendapatan Daerah di wilayah kerja atau wilayah pelayanan tertentu.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, instansi mempunyai fungsi
seperti:
a. Pelaksanaan penyusunan rencana kerja instansi.
b. Pelaksanaan administrasi pendaftaran dan pendataan, penelitian,
perhitungan dan penetapan, pengalihan, pembayaran, penyetoran di bidang
pungutan Pajak PKB/BBNKB, Pajak Non PKB/BBNKB dan Non Pajak.
c. Pelaksanaan evaluasi pelaporan.
3. Sub Bagian Tata Usaha
Dalam melaksanakan tugasnya sub bagian tata usaha ini bertanggung jawab
kepada Kepala Cabang Dinas Dispenda dan mempunyai tugas:
a) Menyelenggarakan kegiatan dalam bidang administrasi umum.
b) Menyelenggarakan pengolahan dan perlengkapan dilingkungan cabang
dinas.
c) Menyelenggarakan pembinaan organisasi dan tata laksana serta
d) Menyiapkan rancangan peraturan/keputusan yang beghubungan dengan
bidang tugas cabang dinas.
e) Mengumpulkan dan mengolah bahan/laporan dibidang administrasi
serta memajukan pemecahan masalan dan pertimbangnanya kepada
kepala Cabang Dinas untuk dijadikan bahan pertimbangan lebih lanjut.
f) Mengusahakan terciptanya tertib bekerja bagi seluruh satuan organisasi
di lingkungan Cabang Dinas.
4. Kelompok Jabatan Fungsional
Jabatan fungsional memiliki tugas pokok diantaranya sebagai berikut:
a) Mengadakan penyuluhan pajak daerah, retribusi daerah, dan
pendapatan lain-lain.
b) Mengadakan pemeriksaan pajak daerah, retribusi daerah dan
pendapatan lain-lain.
c) Juru sita pajak daerah.
5. Seksi PKB/BBNKB
Seksi PKB/BBNKB mempunyai tugas pokok melaksanakan pelayanan di
bidang pungutan PKB/BBNKB, dan dalam penyelenggaraan tugas pokok
tersebut, Seksi PKB/BBNKB mempunyai beberapa fungsi yaitu:
a. Pelaksanaan pelayanan dibidang pungutan PKB/BBNKB melalui proses
pemungutan yang didasarkan pada ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c. Pengendalian tugas pelayanan dibidang pungutan PKB/BBNKB.
6. Seksi Penerimaan dan Penagihan
Seksi penerimaan dan penagihan mempunyai tugas pokok salah satunya
membantu dalam melaksanakan penyiapan bahan penyusunan kebijakan teknis
dan pelaksanaan penagihan pajak daerah.
7. Seksi Pendataan dan Penetapan
Seksi pendataan dan penetapan mempunyai tugas pokok diantaranya sebagai
berikut:
a) Pendataan subjek dan objek pajak daerah;
b) Pengisian dan pemeliharaan kartu data;
c) Penelitian data dan perhitungan pajak daerah;
d) Pendokumentasian nota perhitungan pajak daerah; dan
e) Penerbitan dan pendistribusian dokumen-dokumen ketetapan pajak
daerah.
2.4 Kegiatan CPDP Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan
CPDP Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan memiliki tugas
pokok, fungsi, dan rincian tugas Unit Cabang Pelayanan Dinas sebagai beikut:
1. Cabang Pelayanan Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
2. Cabang Pelayanan Dinas mempunyai fungsi:
a) Penyelenggaraan pengkajian bahan petunjuk teknis di bidang pendapatan
daerah; dan
b) Penyelenggaraan pelayanan di bidang pendapatan daerah.
3. Rincian tugas Cabang Pelayanan Dinas, yaitu:
a) Menyelenggarakan penyusunan program kerja Cabang Pelayanan Dinas;
b) Menyelenggarakan kajian bahan petunjuk teknis di bidang pendapatan
daerah;
c) Menyelenggarakan pelayanan di bidang pendapatan daerah;
d) Menyelenggarakan pengendalian, evaluasi, pelaporan, dan koordinasi di
bidang pendapatan daerah;
e) Menyelenggarakan ketatausahaan Cabang Pendapatan Daerah;
f) Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan
pengembalian keputusan;
g) Menyelenggarakan koordinasi dengan Unit Kerja terkait; dan
3.1 Landasan Teori
3.1.1 Prosedur
Prosedur penting dimiliki bagi suatu organisasi agar segala sesuatu
dapat dilakukan secara seragam dan terstuktur. Prosedur juga akan menjadi
pedoman bagi suatu organisasi dalam menentukan aktivitas apa saja yang
harus dilakukan.
Prosedur didefinisikan oleh Lilis Puspitawati dan Sri Dewi
(2011:23) sebagai berikut:
“Serangkaian langkah/kegiatan klerikal yang tersusun secara
sistematis berdasarkan urutan-urutan yang terperinci dan harus
diikuti untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan”.
Menurut Mulyadi (2010:5) dalam bukunya menyatakan bahwa:
“Prosedur adalah urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan
beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan
yang terjadi berulang”.
Berdasarkan pendapat dari beberapa para ahli mengenai prosedur,
maka penulis mengambil kesimpulan bahwa prosedur adalah satu urutan
langkah pemrosesan data atau urutan kegiatan yang terperinci yang
3.1.2 Pemungutan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:86) menyatakan
bahwa:
“Pemungutan adalah proses,cara, perbuatan memungut dan
mengambil”.
Berdasarkan definisi diatas bahwa pemungutan adalah suatu
aktivitas proses, cara, perbuatan memungut suatu objek.
3.1.3 Pajak
Terdapat banyak pengertian pajak yang dikemukakan oleh para ahli
yang berbeda-beda, tetapi pada dasarnya definisi tersebut mempunyai
tujuan dan inti yang sama yaitu merumuskan pengertian pajak sehingga
mudah dipahami. Pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Undang-Undang Nomor 6 Tahun
1983 tentang KUP adalah sebagai berikut:
“Pajak adalah kontribusi Wajib Pajak kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Menurut Siti Kurnia dan Ely Suhayati (2010:1) menyatakan bahwa:
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari sektor partikular ke sektor pemerintah) berdasarkan undang-undang dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen prestasi), yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membiayai
Berdasarkan pendapat dari beberapa para ahli mengenai prosedur,
maka penulis mengambil kesimpulan bahwa pajak adalah suatu iuran rakyat
kepada negara yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
3.1.3.1 Fungsi Pajak
Dari pengertian yang telah dijelaskan oleh beberapa para ahli diatas,
dapat dilihat bahwa pajak memiliki beberapa fungsi dalam kehidupan
negara dan masyarakat. Menurut Siti Kurnia dan Ely Suhayati (2010:3)
terdapat dua fungsi pajak, yaitu :
1. Fungsi Budgetair
Pajak berfungsi sebagai alat untuk memasukkan uang dari sektor swasta (rakyat) ke dalam kas negara atau anggaran negara berdasarkan peraturan perundang-undangan.
2. Fungsi Regulerend
Pajak berfungsi sebagai alat kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu.
3.1.3.2 Penggolongan Jenis Pajak
Menurut Siti Kurnia dan Ely Suhayati (2010:13) penggolongan jenis
pajak berdasarkan lembaga atau instansi yang memungut pajak dibagi
menjadi 2.
1. Pajak Negara (Pajak Pusat)
Pajak ini adalah pajak yang pemungutannya dilakukan oleh pemerintah pusat. Pajak pusat bertujuan untuk pemerataan penghasilan bagi pemerintah di Indonesia.
a. Pajak penghasilan
c. Pajak bumi dan bangunan d. Bea materai
e. Penerimaan negara yang berasal dari migas 2. Pajak Daerah
Pajak daerah adalah pungutan wajib atas orang pribadi atau badan yang dilakukan oleh pemerintah daerah tanpa kontrprestasi secara langsung yang seimbang, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.
a. Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air
b. Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air c. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air dibawah tanah dan
air permukaan
d. Pajak daerah tingkat II e. Pajak hotel dan restoran dll.
3.1.3.3 Tarif Pajak
Menurut Mardiasmo (2011:9) di Indonesia ada beberapa tarif pajak
yang dikenakan kepada masyarakat selaku Wajib Pajak.
1. Tarif Proposional
Tarif proposional adalah tarif yang berupa presentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehinggga besarnya pajak terutang proposional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.
Contoh : Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10% 2. Tarif Progresif
Tarif progresif adalah suatu tarif yang presentasinya semakin besar bila jumlah yang harus dikenakan pajak semakin besar. Penggunaan tarif ini menyebabkan penerima penghasilan yang lebih tinggi dapat mendistribusikan penghasilannya kepada penerima penghasilan yang lebih rendah melalui pembayaran pajak.
Contoh : Tarif Pajak Progresif Kendaraan Bermotor 3. Tarif Degresif
Tarif degresif adalah tarif yang besar persentasenya semakin kecil bila jumlah yang dikenakannya semakin besar.
4. Tarif Tetap
3.1.5 Pajak Kendaraan Bermotor
Pajak kendaraan bermotor menurut Undang-Undang no. 28 tahun
2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah adalah “Pajak Kendaraan
Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan
bermotor”. Sedangkan kendaraan bermotor adalah:
“Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta
gandengannya yang digunakan di semua jenis darat, dan digerkkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor yang tidak melekat secara permanen serta kendaraan
bermotor yang di operasikan di air”.
3.2 Hasil Pelaksanaan dan Pembahasan Kerja Praktek 3.2.1 Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek
3.2.1.1Prosedur Pemungutan Pajak Progresif Kendaraan Bermotor (PKB) Pada Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Provinsi Wil. Kota Bandung II Kawaluyaan
Tata cara pemunguntan pajak kendaraan bermotor :
1. Pendaftaran
Untuk dapat melaksanakan pemungutan besarnya PKB harus dilakukan
pendaftaran terhadap objek Pajak, yaitu dengan cara sebagai berikut :
a. Setiap WP harus mengisi Surat Pendaftaran dan pendataan
sesuai identitas kendaraan bermotor dan wajib pajak yang
bersangkutan serta ditanda tangani oleh WP atau kuasanya.
b. SPPKB disampaikan selambat-lambatnya 14 hari sejak saat
kepemilikan dan atau penguasaan, untuk kendaraan bermotor
baru. Sampai dengan tanggal berakhirnya masa pajak kendaraan
bermotor lama. 30 hari sejak tanggal keterangan fiskal antar
daerah, bagi kendaraan bermotor pindah dari luar daerah (Mutasi
masuk)
c. Apabila terjadi perubahan atas kendaraan bermotor dalam masa
pajak baik perubahan bentuk, fungsi maupun penggantian mesin
atau kendaraan bermotor, wajib dilaporkan dengan
menggunakan SPPKB.
2. Penetapan Pajak Kendaraan Bermotor
Setelah diketahui dengan jelas dan pasti objek dan subjek berdasarkan
SPPKB kemudian diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD)
yang merupakan pemberitahuan ketetapan besarnya pajak yang
terhutang.
3. Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor
a. Pembayaran atas PKB harus dilunasi sekaligus dimuka untuk 12
bulan.
b. Pajak dilunasi selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak ditentukan
c. Kepada WP yang telah membayar lunas pajaknya diberi tanda
pelunasan pajak.
4. Penagihan Pajak Kendaran Bermotor
Pada lazimnya jika WP telah melakukan kewajiban membayar PKB
sesuai dengan aturan dan jangka waktu tempo pembayaran, maka tidak
akan terjadi penagihan. Penagihan baru dapat dilakukan apabila Wajib
Pajak tidak melunasi kewajibannya sesuai dengan jangka waktu
pembayaran PKB.
Pelaksanaan penagihan PKB sebagai berikut :
a. Dengan menerbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat
lainnya yang sejenis sebagai awal tindakkan pelaksanaan penagihan
pajak. Surat ini dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo
pembayaran pajak.
b. Dalam jangka waktu 7 hari setelah tanggal surat teguran atau surat
peringatan atau surat lainnya yang sejenis. Wajib pajak harus
melunasi PKB yang terhutang.
5. Sanksi Administrasi PKB
a. Keterlambatan mengisi dan menyampaikan SPPKB dikenakan
sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 2% dari pokok pajak
setiap bulan keterlambatan paling lama 24 bulan sejak saat
terhutangnya pajak.
b. Apabila kewajiban mengisi dan menyampaikan pengisian SPPKB
berupa kenaikan sebesar 25% dari pokok pajak terhutang ditambah
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan dihitung dari
pajak terhutang untuk jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung
sejak terhutangnya pajak.
c. Apabila berdasarkan pemeriksaan atau keterangan lain dibidang
perpajakan, tidak atau kurang dibayar dikenakan sanksi administrasi
berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah kekurangan pajak
tersebut.
d. Sanksi administrasi berupa kenaikan tersebut tidak diberlakukan
apabila WP melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan
pemeriksaan.
6. Sistem pengenan tarif PKB
Tarif pajak adalah merupakan ketentuan hukum pajak materil yang
sangat penting. Untuk tarif pajak PKB dikenakan atas dasar Nilai Jual
Kendaraan Bermotor serta faktor-faktor penyesuaian biaya ekonomis
yang diakibatkan oleh penggunaan kendaraan bermotor. Tarif PKB
ditetapkan sebesar 1,5%. Besarnya yang terhitung dengan cara
mengalikan antara tarif dengan dasar pengenaan PKB.
Sebagaimana dengan tarif tersebut, maka besarnya pengenaan pajak
terhutang bagi kendaraan bermotor terjadi kenaikan dan penurunan.
Kenaikan dan penurunan pengenaan pajak terhutang dimaksud
dipertimbangkan dari azas keadilan yaitu bagi kendaraan bermotor yang
tinggi. Sebaliknya bagi kendaraan bermotor yang harganya murah,
maka pengenaan pajak terhutangnya pun semakin murah.
7. Tata cara pemungutan pajak progresif kendaraan bermotor di CPDP
Wil. Kota Bandung II Kawaluyaan dilakukan ketika WP membayar
pajak tahunan. Biasanya WP yang terkena pajak progresif dikarenakan
mempunyai kendaraan lebih dari satu dengan nama kepemilikan yang
sama.
Tabel 3.1
Tarif Pajak Progresif Kendaraan Bermotor Di Provinsi Jawa Barat
bisa melakukan pemblokiran nama atas kepemilikin kendaraan bermotor
tersebut dengan mendatangi kantor SAMSAT setempat yang wilayahnya
sesuai dengan alamat di STNK untuk melaporkan data kendaraan yang
pemilik baru, nomor kendaraan yang dijual dan dokumen penting lain,
membawa kuitansi penjualan/pembelian kendaraan untuk mempermudah
laporan, dan membuat surat pernyataan. Kemudian datangi bagian Tata
Usaha (TU) Pajak dan minta permohonan pembokiran kendaraan. Namanya
adalah Blokir Atas Lapor Jual Kendaraan, pemilik kendaraan yang sudah
menjual kendaraannya bisa segera melaporkan ke SAMSAT agar tidak
terkena tarif progresif.
3.2.1.2 Hambatan yang terjadi pada proses pemungutan Pajak Progresif Kendaraan Bermotor (PKB) Pada Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Provinsi Wil. Kota Bandung II Kawaluyaan.
Dalam pemungutan pajak progresif di CPDP Provinsi Wil. Kota
Bandung II Kawaluyaan banyak warga yang tidak mengerti sepenuhnya
tentang penerapan pajak progresif ini, hal ini menyebabkan tidak sedikit
terjadi permasalahan pada saat warga akan membayar pajak kendaraan
bermotor mereka ternyata mereka harus membayar nominal lebih banyak.
Hambatan itulah yang membuat penerimaan pajak daerah banyak yang
belum terpungut oleh CPDP Provinsi Wil. Kota Bandung II Kawaluyaan.
3.2.1.3 Upaya yang dilakukan CPDP Provinsi Wil. Kota Bandung II Kawaluyaan dalam mengatasi hambatan yang terjadi di dalam proses pemungutan pajak progresif.
Upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan-hambatan yang
1. Melakukan pendekatan dengan WP dengan cara kekeluargaan dimana
petugas memberi arahan mengenai mekanisme atau prosedur
pemungutan tarif pajak progresif, sehingga WP dapat memahami
mengenai pemungutan tarif pajak progresif.
2. Samsat Keliling
Layanan pengesahan STNK setiap tahun, pembayaran PKB dan
SWDKLLJ di dalam kendaraan dengan metode jemput bola yaitu
dengan mendatangi pemilik kendaraan/Wajib Pajak yang jauh dari pusat
pelayanan Samsat, dengan maksud untuk Mengembangkan Teknologi
Informasi Komunikasi sesuai dengan VIsi dan Misi yang tertuang dalam
Renstra Dinas Pendapatan Provinsi jawa Barat 2006-2010. Sedangkan
tujuan dari Samsat Keliling itu sendiri adalah meningkatkan mutu
pelayanan public, khususnya pelayanan pembayaran Pajak Kendaraan
Bermotor (PKB).
3. Samsat On-Line
Mulai awal taun 2010 Samsat Jawa Barat telah Online. Pengesahan
STNK setiap tahun, pembayaran PKB dan SWDKLLJ dapat dilakukan
di Samsat mana saja se Jawa Barat selama masih dalam wilayah Polda
yang sama. Jadi apabila kendaraan anda telah terdaftar di Samsat
Cianjur sedangkan anda sedang bekerja di Bandung, maka anda tinggal
mendatangi Samsat terdekat di Kota Bandung saja untuk melakukan
pengesahan STNK, pembayaran PKB dan SWDKLLJ tersebut, dengan
dengan Visi dan Misi yang tertuang dalam Renstra Dinas Pendapatan
Provinsi Jawa Barat 2006-2010. Sedangkan tujuan dari Samsat online
adalah meniingkatkan mutu pelayanan publik, khususnya pelayanan
pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), dan memiliki ruang
lingkup antara lain, Pengesahan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK)
setiap tahun, pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan
Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ)
bagi Wajib Pajak yang berdomisili dan kendaraannya terdaftar di
Provinsi Jawa Barat, pengesahan STNK setiap tahun sebagaimana huruf
a termasuk pengesahan STNK yang mempunyai tunggakan pokok pajak
dan terkena sanksi administrasi sepanjang jatuh tempo STNK belum
berakhir.
4. Samsat Outlet
Layanan pengesahan STNK setiap tahun, pembayaran PKB dan
SWDKLLJ yang tempat pelaksanaannya di sentra-sentra
perbelanjaan/pusat kegiatan masyarakat yang memungkinkan pemmilik
kendaraan/wajib pajak melakukan transaksi sambil berbelanja/rekreasi,
Samsat Outlet juga dapat melayani pengesahan STNK setiap tahun,
pembayaran PKB, SWDKLLJ bagi waib pajak yang berdomisili di Jawa
Barat, kendaraan yang dilayani adalah kendaraan pribadi (bukan umum)
3.2.2 Pembahasan Kerja Praktek
3.2.2.1 Prosedur yang terkait Pada Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Provinsi Wil. Kota Bandung II Kawaluyaan.
Melihat dari apa yang terjadi dilapangan, proses pemungutan pajak
di CPDP Provinsi Wil. Kota Bandung II Kawaluyaan telah sesuai prosedur
yang terdapat pada Undang-Undang nomor 28 tahun 2009 mengenai Pajak
Daerah dan Retribusi daerah. Tata cara pemungutan PKB yang berawal dari
pendaftaran lalu penetapan PKB hingga pembayaran sudah dilakukan
dengan sesuai aturan. Pengenaan tarif PKB pun sudah dilakukan dengan
benar sebesar 1,5%. Selain tata cara dan pengenaan tarif, sanksi administrasi
pun sudah dilakukan dengan sesuai yaitu kenaikan 2% dari pokok pajak.
Tarif pajak progresif dikenakan jika WP memiliki beberapa
kendaraan dengan nama kepemilikan yang sama. Pengenaan pajak progresif
dilakukan pada saat WP membayar pajak tahunan. Besarnya tarif pajak
progresif cukup beragam, untuk kendaraan roda empat bermulai dari 1,75%
hingga 3,75% dan untuk kendaraan roda dua/tiga bermulai dari 1,75%
hingga 10%. Jika WP sudah tidak merasa mempunyai kendaraan (roda 2
atau roda 4) tersebut, WP bisa melakukan pemblokiran nama atas
kepemilikin kendaraan bermotor tersebut. Namanya adalah Blokir Atas
Lapor Jual Kendaraan, pemilik kendaraan yang sudah menjual
kendaraannya bisa segera melaporkan ke SAMSAT agar tidak terkena tarif
setempat yang wilayahnya sesuai dengan alamat di STNK untuk
melaporkan data kendaraan yang dijual dengan membawa fotocopy KTP
pemilik lama dengan fotocopy KTP pemilik baru, nomor kendaraan yang
dijual dan dokumen penting lain, membawa kuitansi penjualan/pembelian
kendaraan untuk mempermudah laporan, dan membuat surat pernyataan.
Kemudian datangi bagian Tata Usaha (TU) Pajak dan minta permohonan
pemblokiran kendaraan.
3.2.2.2 Hambatan yang terjadi Pada Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Provinsi Wil. Kota Bandung II Kawaluyaan.
Dalam pemungutan pajak progresif di CPDP Provinsi Wil. Kota
Bandung II Kawaluyaan terjadi hambatan yang sering terjadi disana.
Terutama hambatan yang sering terjadi adalah menolaknya WP atau
menunda pembayaran karena biaya yang terlalu besar. Hal itu dikarenakan
kurang mengetahuainya WP tentang tarif pajak progresif merupakan hal
yang sering terjadi disana. Hal itu berimbas terhadap kurangnya atau tidak
tercapainya target penerimaan pajak yang telah direncanakan sebelumnya.
3.2.2.3 Upaya yang dilakukan Pada Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Provinsi Wil. Kota Bandung II Kawaluyaan untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
Upaya yang dilakukan CPDP Provinsi Wil. Kota Bandung II
Kawaluyaan dalam mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi, antara lain
pajak lainnya merupakan upaya yang tepat dilakukan oleh CPDP. Cara yang
dilakukan oleh CPDP Provinsi Wil. Kota Bandung II Kawaluyaan adalah
dengan dilakukannyaSamsat Keliling, Samsat On-Line, dan Samsat Outlet.
Dengan dilakukannya sosialisasi kepada masyarakat tentang tarif pajak atau
pengenaan pajak yang lain, masyarakat sebagai WP semestinya tidak lagi
menolak/menunda pembayaran pengenaan pajak yang diberikan oleh CPDP
sehingga penerimaan pajak dari sektor kendaraan bermotor akan lebih
4.1 KESIMPULAN
Dari hasil melaksanakan kerja praktek selama 24 hari, penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Prosedur pemungutan pajak kendaraan bermotor di CPDP Provinsi Wil.
Kota Bandung II Kawaluyaan sudah sesuai peraturan yang berlaku baik
dilapangan maupun teorinya.
Cara pemungutan pajak kendaraan bermotor pada CPDP Provinsi Wil.
Kota Bandung II Kawaluyaan :
a. Pendaftaran.
b. Penetapan pajak kendaraan bermotor.
c. Pembayaran pajak kendaraan bermotor.
Prosedur pemungutan pajak progresif kendaraan bermotor pada CPDP
Provinsi Wil. Kota Bandung II Kawaluyaan :
a. Mengecek Nomor Polisi
b. Melakukan Pembayaran
Jika WP sudah tidak merasa mempunyai kendaraan tersebut,
WP bisa melakukan pemblokiran nama atas kepemilikin kendaraan
bermotor tersebut dengan mendatangi kantor SAMSAT setempat yang
wilayahnya sesuai dengan alamat di STNK untuk melaporkan data
dengan fotocopy KTP pemilik baru, nomor kendaraan yang dijual dan
dokumen penting lain, membawa kuitansi penjualan/pembelian
kendaraan untuk mempermudah laporan, dan membuat surat
pernyataan. Kemudian datangi bagian Tata Usaha (TU) Pajak dan minta
permohonan pembokiran kendaraan. Namanya adalah Blokir Atas
Lapor Jual Kendaraan, pemilik kendaraan yang sudah menjual
kendaraannya bisa segera melaporkan ke SAMSAT agar tidak terkena
tarif progresif.
2. Hambatan yang terjadi di CPDP Provinsi Wil. Kota Bandung II
Kawaluyaan adalah belum banyaknya WP yang mengetahui/mengerti
tentang pengenaan tarif pajak progresif kendaraan bermotor.
3. Upaya yang telah dilakukan CPDP Provinsi Wil. Kota Bandung II
Kawaluyaan dalam mengatasi hambatan/ permasalahan adalah dengan
memberikan sosialisasi sosialisasi yang dilakukan petugas di kantor
CPDP ataupun diluar kantor CPDP melalui SAMLING (SAMSAT
Keliling), SAMSAT Outlet dan SAMSAT On-line.
4.2 SARAN
1. Dalam tata cara pemungutan pajak kendaraan bermotor ataupun pajak
progresif, CPDP Provinsi Wil. Kota Bandung II Kawaluyaan perlu
ditingkatkan kembali pelayanannya dan menambah loket pembayaran
2. Hambatan yang terjadi di CPDP Provinsi Wil. Kota Bandung II
Kawaluyaan seharusnya bisa tidak terjadi jika masyarakat mengetahui
tarif-tarif pengenaan pajak kendaraan bermotor. Masyarakat sebagai
Wajib Pajak mulai dari saat ini harus mengetahui tentang perpajakan di
Indonesia sehingga tidak akan terjadi hambatan-hambatan yang terjadi
seperti di CPDP Provinsi Wil. Kota Bandung II Kawaluyaan
3. Melihat upaya dari CPDP Provinsi Wil. Kota Bandung II Kawaluyaan
untuk mengatasi hambatan yang terjadi tentang pemungutan pajak
kendaraan bermotor sudah cukup, tetapi waktu yang dilakukannya
sangatlah minim. Seharusnya CPDP Provinsi Wil. Kota Bandung II
Kawaluyaan lebih sering melakukan upaya-upaya tersebut sehingga
masyarakat bisa mengerti tentang pengenaan pajak progresif dan
pengenaan pajak lainnya yang berimbas meningkatnya pendapatan
Laporan Kerja Praktek
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Kerja Praktek Pada Program Studi Akuntansi Strata Satu
AZIS PERDIANSYAH 21112053
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
LEMBAR PENGESAHAN...i
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI...ii
KATA PENGANTAR...iii
DAFTAR ISI...vi
DAFTAR TABEL...ix
DAFTAR GAMBAR...x
DAFTAR LAMPIRAN...xi
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1Latar Belakang Kerja Praktek...1
1.2Tujuan Laporan Kerja Praktek...6
1.3Kegunaan Kerja Praktek...7
1.3.1 Kegunaan Praktis...7
1.3.2 Kegunaan Akademis...7
1.4Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek...8
1.4.1 Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek...8
1.4.2 Waktu Pelaksanaan Kerja praktek...8
2.3 Uraian Tugas CPDP Wil. Kota Bandung II Kawaluyaan....17
2.4 Kegiatan Instansi CPDP Wil. Kota Bandung II Kawaluyaan...21
BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK...22
3.1 Landasan Teori...22
3.1.1 Prosedur ...22
3.1.2 Pemungutan...23
3.1.3 Pajak...23
3.1.3.1 Fungsi Pajak...24
3.1.3.2 Penggolongan Jenis Pajak...25
3.1.3.3 Tarif Pajak...26
3.1.3.5 Pajak Kendaraan Bermotor...27
3.2 Hasil Pelaksanaan dan Pembahasan Kerja Praktek...28
3.2.1 Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek...28
3.2.2 Pembahasan Kerja Praktek...35
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...37
LAMPIRAN-LAMPIRAN...41
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa
Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi Mulyadi. 2010. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat
Peraturan Daerah Jawa Barat No.13 Tahun 2011 tentang Pajak dan Retribusi Daerah. Diakses dari www.dispenda.jabarprov.go.id
Puspitawati, Lilis dan Sri Dewi A. 2011. Sistem Informasi Akuntansi. Yogyakarta: Graha Ilmu
Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 1/PUU-X/2012
Rahayu, Siti Kurnia dan Ely Suhayati. 2010. Perpajakan Indinesia: Teori dan Teknis Perhitungan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007. Sekretariat Negara, Jakarta.
---. 2008. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Sekretariat Negara, Jakarta.
Siahaan, Marihot Pahala. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi daerah. Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Azis Perdiansyah
NIM : 21112053
Tempat/Tanggal lahir : Bandung, 5 Juni 1994
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Cibangkong No. 94/118 RT 04 RW 03
Kelurahan Cibangkong
Kecamatan Batununggal
Kota Bandung
DATA PENDIDIKAN
1. SD Kartika XI-10 2000 - 2006
2. SMP Negeri 22 Bandung 2006 - 2009
3. SMA Negeri 23 Bandung 2009 - 2012
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat, dan karunia-Nya, penulis
dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini dengan baik.
Laporan kerja praktek yang berjudul “Tinjauan Atas Prosedur
Pemungutan Pajak Progresif Kendaraan Bermotor Pada Cabang Pelayanan
Dinas Pendapatan Provinsi Wil. Kota Bandung II Kawaluyaan”. Laporan kerja
praktek ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Kerja Praktek
Jenjang Studi Strata 1 Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas
Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung.
Dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini, penulis menyadari bahwa
dalam penulisan laporan kerja praktek ini masih jauh dari sempurna baik dalam
teknik penulisan maupun penyajian materi dan pembahasannya.Hal ini tidak lain
karena keterbatasan pengetahuan kemampuan dan pengalaman yang penulis miliki.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
sebagai upaya untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, khususnya bagi penulis.
Dalam penulisan Laporan Kerja Praktek ini, penulis menyadari bahwa
laporan kerja praktek ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan, dorongan,
nasehat, dan bantuan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer
3. Siti Kurnia Rahayu SE., M.Ak., CA selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
4. Dr. Siti Kurnia Rahayu SE., M.Ak., CA selaku Dosen Wali.
5. Dr. Ely Suhayati SE., M.Si.,Ak., CA selaku Dosen Pembimbing yang telah
berkenan dan meluangkan waktunya memberikan bimbingan, membina dan
mengarahkan penulis sehingga Laporan Kerja Praktek ini dapat
terselesaikan.
6. Drs. H. Dadang Warsono, M.Si selaku Kepala Dinas Cabang Pelayanan
Dinas Pendapatan Provinsi Wil. Kota Bandung II Kawaluyaan
7. Hj. Neneng Ratna Komala, SE., MM., selaku Kepala seksi Cabang
Pelayanan Dinas Pendapatan Provinsi Wil. Kota Bandung II Kawaluyaan
8. Bapak Iwan Setiawan selaku pembimbing Kerja Praktek di Cabang
Pelayanan Dinas Pendapatan Provinsi Wil. Kota Bandung II Kawaluyaan
yang telah membimbing selama pelaksanaan Kerja Praktek.
9. Seluruh staf bagian KTMDU, terimakasih atas dukungan dan
bimbingannya.
10.Keluarga besar Alm. Raden Usman Gunadi yang telah memberi dukungan
12.Rustiani Khairinnisa yang selalu memberikan semangat, motivasi dan doa
selama penulis menyelesaikan Laporan Kerja Praktek ini.
13.Teman-teman Jama’ah Al-Cikasoseh yang selalu memberikan dukungan
dan hiburan selama menyelesaikan Laporan Kerja Praktek ini.
14.Seluruh teman-teman Ak-7
15.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang secara
langsung ataupun tidak langsung yang turut membantu penyelesaian
laporan kerja praktek ini.
Akhir kata, semoga Allah SWT,membalas kebaikan semua pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesailan
Laporan kerja Praktek ini, dan semoga bermanfaat dan memberikan pengetahuan
khususnya bagi penulis dan umumnya kepada pihak yang membutuhkannya. Amin
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Bandung, Desember 2015