Di Indonesia Bauksit ditemukan di Pulau Bintan dan sekitarnya, Pulau Bangka dan Kalimantan Barat. Sampai saat ini penambangan bauksit di Pulau Bintan satu-satunya yang terbesar di Indonesia. Beberapa tempat antara lain:
• Sumatera Utara : Kota Pinan (bauksit dan kandungannya Al2O3 = 15,05 – 58,10%).
• Riau : Pulau Bulan, Pulau Bintan (bauksit dan kandungannya SiO2 = 4,9%, Fe2O3 =10,2%, TiO2 = 0,8%, Al2O3 = 54,4%), Pulau Lobang (kepulauan Riau), Pulau Kijang (kandungan SiO2 = 2,5%,Fe2O3 = 2,5%, TiO2 = 0,25%, Al2O3 = 61,5%, H2O = 33%), merupakan akhir pelapukan lateritic setempat, selain ditempat tersebut terdapat juga diwilayah lain yaitu, Galang,
Wacokek,Tanah Merah,dan daerah searang.
• Kalimantan Barat : Tayang Mebukung, Sandai, Pantus, Balai Berkuah,Kendawangan dan Munggu Besar
• Bangka Belitung : Sigembir
• Bauksit dimasukan ke dalam autoclave dan dicampur dengan Natrium Hidroksida (NaOH). Setelah tercampur dengan NaOH akan menghasilkan sodium aluminat (Na Al2O3), dan tailingnya akan mengendap. Reaksi yang
terjadi
Al2O3(s) + 2NaOH(aq) → 2NaAlO2(aq) + H2O(l)
• sodium aluminat (Na Al2O3) diasamkan dengan penambahan HCl dan air agar
terendapkan ATH (Al(OH)3). Reaksi yang terjadi :
NaAlO2(aq) + H2O(l) + HCl(aq) → Al(OH)3(s) + NaCl(aq)
• Kemudian ATH diproses kembali dengan proses kalsinasi yaitu pemanasan dengan suhu yang tinggi melalu alat Digester sehingga diperoleh alumina (Al2O3) Reaksi yang terjadi :
Al(OH)3(s) → Al2O3(s)
Proses lanjutan dalam pengolahan bijih bauksit setelah menjadi alumina (Al2O3)
adalah dengan memanfaatkan pengolahan secara metalurgi. Tahap pemurnian metode Hall- Heroult didasarkan pada prinsip elektrolisa lelehan garam alumina (campuran alumina (Al2O3) dengan kryolite (Na3AlF6)) pada temperatur yang tinggi
karbon dioksida. Aluminium murni terendapkan di bawah pot sebagai lelehan logam.