• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Kejadian Anemia dan Konsumsi Pangan pada Buruh Wanita di PT Ayu Bumi Sejati Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Kejadian Anemia dan Konsumsi Pangan pada Buruh Wanita di PT Ayu Bumi Sejati Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN KEJADIAN ANEMIA DAN KONSUMSI PANGAN PADA BURUH WANITA DI PT. AYU BUMI SEJATI KELURAHAN PEKAN

LABUHAN KECAMATAN MEDAN LABUHAN TAHUN 2010

SKRIPSI

OLEH : WAGIRAH

041000348

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

GAMBARAN KEJADIAN ANEMIA DAN KONSUMSI PANGAN PADA BURUH WANITA DI PT. AYU BUMI SEJATI KELURAHAN PEKAN

LABUHAN KECAMATAN MEDAN LABUHAN TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH : WAGIRAH

041000348

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

GAMBARAN KEJADIAN ANEMIA DAN KONSUMSI PANGAN PADA BURUH WANITA DI PT. AYU BUMI SEJATI KELURAHAN PEKAN

LABUHAN KECAMATAN MEDAN LABUHAN TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : WAGIRAH

NIM. 041000348

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 06 Juli 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua penguji

Dr. Ir. Evawany Aritonang, MSi NIP. 19680616 199303 2 003

Penguji I

Dra. Jumirah, Apt, MKes NIP. 19580315 198811 2 001 Penguji II

Ernawati Nasution, SKM, MKes NIP. 19700212 199501 2 001

Penguji III

Fitri Ardiani, SKM, MPH NIP. 19820729 200812 2 002 Medan, Juli 2010

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

(4)

ABSTRAK

Salah satu masalah kesehatan yang dihadapi tenaga kerja wanita adalah anemia defisiensi gizi, masalah ini berdampak terhadap kematian ibu dan anak, serta rendahnya prestasi dan menurunnya produktivitas kerja.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian anemia dan konsumsi pangan pada buruh wanita di PT. Ayu Bumi Sejati Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan tahun 2010. Penelitian ini bersifat deskriptif, sampel sebanyak 40 orang buruh wanita. Data yang sudah dikumpulkan dianalisa secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa buruh wanita yang anemia (52,5%) lebih banyak daripada yang tidak anemia (47,5%). Status gizi buruh wanita normal sebanyak 57,5%, gemuk 20,0%, tetapi ada kurus sebanyak 22,5%. Diantara 21 orang buruh wanita yang anemia yang mengkonsumsi kacang-kacangan dengan frekuensi 1-3x/hari adalah buncis, kacang hijau, kacang panjang. Sebagian kecil buruh wanita dari 21 orang yang anemia mengkonsumsi sayuran hijau setiap hari, yaitu bayam, daun singkong dan kangkung. Buruh wanita yang tidak anemia lebih banyak mengkonsumsi suplemen dengan dosis 500 mg dan frekuensi sering. Jenis suplemen yang lebih banyak diminum buruh wanita yang tidak anemia adalah neurobion. Konsumsi zat gizi (energi, protein dan zat besi) yang baik lebih banyak pada buruh wanita yang tidak anemia, terutama pada wanita yang baik konsumsi zat besinya.

Disarankan pada perusahaan PT. Ayu Bumi Sejati supaya memberikan makanan tambahan atau pemberian suplemen mengingat masih ada buruh wanitanya memiliki status gizi kurus dan sebagian besar menderita anemia.

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Wagirah

Tempat/Tanggal Lahir : Pulau Tiga / 21 Maret 1970 Agama : Islam

Status Perkawinan : Kawin

Jumlah anak : 2 (dua) orang

Alamat Rumah : Jl. Pancing I gg Manggis no 205 Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan

Alamat Kantor : Jl. Yos Sudarso Km 16,5 Kantor Camat Medan Labuhan

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 1977-1982 : SD Negeri Pulau Tiga Aceh Timur 2. Tahun 1982-1985 : SMP Negeri Pulau Tiga Aceh Timur 3. Tahun 1986-1989 : SPK Sari Mutiara Medan

4. Tahun 2004-2010 : Fakultas Kesehatan Masyarakat

RIWAYAT PEKERJAAN

1. Tahun 1992-1996 : Kantor BKKBN Kota Medan

2. Tahun 1996-sekarang : Kantor Camat Kecamatan Medan Labuhan sebagai pelaksana Koordinator Badan Pemberdayaan

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “Gambaran Kejadian Anemia dan Konsumsi Pangan pada Buruh Wanita di PT Ayu Bumi Sejati Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yag ditetapkan untuk

memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Sumatera Utara (USU).

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada DR. Ir. Evawany Yunita Aritonang, MSi dan Dra, Jumirah, Apt., MKes selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah memberikan petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini tidak terlepas pada dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis dengan rasa hormat menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Dr. Ria Masniari Lubis, MSi, Dekan FKM USU Medan.

2. Dra. Jumirah, Apt.,MKes, Ketua Departemen Gizi Kesehatan FKM USU Medan. 3. Siti Khadijah Nasution, SKM, MKes, Dosen Penasihat Akademik.

4. Seluruh Dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan. 5. Pimpinan dan seluruh Staf PT Ayu Bumi Sejahtera

(7)

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih secara khusus yang mendalam kepada keluarga dan teman :

1. Alm. Kartoerdjo dan Ibunda Tumpi yang telah mendoakan dan mendukung serta memberi semangat yang tiada henti bagi penulis.

2. Suami Zulkhaidir dan ananda tersayang Chairani Maya Pratiwi dan Dewi Safira Andriani.

3. Mertua Ibunda Jamiah dan Hj. Adlin Alon yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

4. Teman-teman yaitu Azmi, Syntia, Linda, Mukhlis, Yolan, Hariyanto, Alkausar, Hamida Manik, yang sama-sama berjuang menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat serta teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan, motivasi, bantuan dan kebersamaannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2010 Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... Abstrak ...

Abstract ... Daftar Riwayat Hidup ... Kata Pengantar ... Daftar Isi ... Daftar Tabel ... BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang ... 1.2.Rumusan Masalah ... 1.3.Tujuan Penelitian ... 1.3.1. Tujuan Umum ... 1.3.2. Tujuan Khusus ... 1.4.Manfaat Penelitian ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anemia Gizi Besi ... 2.2. Luasan Masalah Anemia Gizi Besi ... 2.3. Penyebab Anemia Gizi Besi ... 2.4. Dampak Anemia Gizi Besi... 2.5. Penanggulangan Anemia Gizi Besi ... 2.6. Konsumsi Pangan ... 2.7. Kerangka Konsep ... BAB III METODE PENELITIAN

3.1.Jenis Penelitian ... 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 3.3. Populasi dan Sampel ... 3.3.1. Populasi ... 3.3.2. Sampel ... 3.4. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 3.5. Defenisi Operasional ... 3.6. Aspek Pengukuran ... 3.7. Pengolahan dan Analisa Data ... 3.7.1. Pengolahan Data... 3.7.2. Analisa Data ... BAB IV HASIL PENELITIAN

(9)

4.4. Konsumsi Suplemen dalam Sebulan Terakhir ... 4.5. Konsumsi Pangan Buruh Wanita ... 4.5.1. Jenis dan Frekuensi Makan Buruh Wanita... 4.5.2. Konsumsi Energi, Protein dan Zat Besi Buruh Wanita... 4.6. Status Anemia berdasarkan Status Gizi Buruh Wanita ... 4.7. Status Anemia berdasarkan Konsumsi Suplemen ... 4.8. Status Anemia berdasarkan Konsumsi Pangan ... BAB V PEMBAHASAN

5.1. Status Anemia Buruh Wanita ... 5.2. Jenis dan Frekuensi Makan Buruh Wanita... 5.3. Konsumsi Energi, Protein, Zat Besi ...

5.4. Status Gizi Buruh Wanita... 5.5. Status Anemia berdasarkan Konsumsi Pangan Buruh Wanita ...

5.6. Status Anemia berdasarkan Konsumsi Suplemen ... 5.7. Status Anemia berdasarkan Status Gizi ... BAB0 VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 6.2. Saran ...

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Rata-rata Kecukupan Zat Gizi Orang Dewasa Wanita Bekerja Sedang Menurut Umur ... Tabel 3.1. Rata-rata Kecukupan Zat Gizi Orang Dewasa Wanita Bekerja Sedang Menurut Umur ... Tabel 4.1. Distribusi buruh wanita berdasarkan agama yang dianut di perusahaan PT Ayu Bumi Sejati Kelurahan Pekan Labuhan Medan tahun 2010 ...

Tabel 4.2. Distribusi Buruh Wanita berdasarkan IMT di Perusahaan PT Ayu Bumi Sejati Kelurahan Pekan Labuhan Medan tahun 2010 ...

Tabel 4.3. Distribusi Buruh Wanita berdasarkan status anemia di Perusahaan PT. Ayu Bumi Sejati Kelurahan Pekan Labuhan Medan tahun 2010 ..

Tabel 4.4. Distribusi Buruh Wanita berdasarkan Pernah Minum Suplemen di Perusahaan PT Ayu Bumi Sejati Kelurahan Pekan Labuhan Medan tahun 2010 ... Tabel 4.5. Distribusi Buruh Wanita berdasarkan Frekuensi dan Jenis Makanan

di Perusahaan PT Ayu Bumi Sejati Kelurahan Pekan Labuhan Medan tahun 2010 ... Tabel 4.6. Distribusi Pekerja Wanita menurut Konsumsi Zat Gizi ...

Tabel 4.7. Distribusi Status Anemia berdasarkan Status Gizi pada Buruh Wanita di Perusahaan PT Ayu Bumi Sejati Kelurahan Pekan Labuhan Medan tahun 2010 ... Tabel 4.8. Distribusi Status Anemia berdasarkan Konsumsi Suplemen pada Buruh Wanita di Perusahaan PT Ayu Bumi Sejati Kelurahan Pekan Labuhan Medan tahun 2010 ... Tabel 4.9. Distribusi Status Anemia berdasarkan Konsumsi Pangan pada

(11)

ABSTRAK

Salah satu masalah kesehatan yang dihadapi tenaga kerja wanita adalah anemia defisiensi gizi, masalah ini berdampak terhadap kematian ibu dan anak, serta rendahnya prestasi dan menurunnya produktivitas kerja.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian anemia dan konsumsi pangan pada buruh wanita di PT. Ayu Bumi Sejati Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan tahun 2010. Penelitian ini bersifat deskriptif, sampel sebanyak 40 orang buruh wanita. Data yang sudah dikumpulkan dianalisa secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa buruh wanita yang anemia (52,5%) lebih banyak daripada yang tidak anemia (47,5%). Status gizi buruh wanita normal sebanyak 57,5%, gemuk 20,0%, tetapi ada kurus sebanyak 22,5%. Diantara 21 orang buruh wanita yang anemia yang mengkonsumsi kacang-kacangan dengan frekuensi 1-3x/hari adalah buncis, kacang hijau, kacang panjang. Sebagian kecil buruh wanita dari 21 orang yang anemia mengkonsumsi sayuran hijau setiap hari, yaitu bayam, daun singkong dan kangkung. Buruh wanita yang tidak anemia lebih banyak mengkonsumsi suplemen dengan dosis 500 mg dan frekuensi sering. Jenis suplemen yang lebih banyak diminum buruh wanita yang tidak anemia adalah neurobion. Konsumsi zat gizi (energi, protein dan zat besi) yang baik lebih banyak pada buruh wanita yang tidak anemia, terutama pada wanita yang baik konsumsi zat besinya.

Disarankan pada perusahaan PT. Ayu Bumi Sejati supaya memberikan makanan tambahan atau pemberian suplemen mengingat masih ada buruh wanitanya memiliki status gizi kurus dan sebagian besar menderita anemia.

(12)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Anemia gizi yang disebabkan kekurangan zat besi masih merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia. Berdasarkan data Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, prevalensi anemia gizi pada wanita berusia 15-44 tahun antara 30,9–48,9%, sedangkan data dari Direktorat Bina Gizi Masyarakat pada tahun 1997 menunjukkan prevalensi anemia pada pekerja wanita usia produktif yang berpenghasilan rendah berkisar antara 30-40% (DepKes. RI, 1998).

Era industrialisasi saat ini dan masa mendatang memerlukan dukungan pekerja yang sehat dan produktif. Jumlah pekerja wanita di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Menurut Biro Pusat Statistik Jakarta tahun 2001, jumlah wanita yang bekerja, naik empat kali lipat selama enam tahun terakhir dari 8.365.655 jiwa menjadi 33.908.174 jiwa.

(13)

Generasi bangsa yang berkualitas, sangat dipengaruhi oleh kesehatan dan gizi ibunya. Oleh karena itu, upaya penanggulangan anemia defisiensi gizi bagi tenaga kerja wanita sangat penting dan mendasar. Upaya tersebut akan memberikan dampak positif bagi peningkatan produktivitas kerja. Dalam jangka panjang, perbaikan anemia defisiensi gizi tenaga kerja wanita akan memberikan sumbangan lahirnya anak-anak Indonesia yang sehat dan cerdas.

Penelitian anemia pada tenaga kerja wanita telah dilakukan Mackilligan, dkk (1984) pada lima pabrik di Jakarta (pabrik tekstil, pabrik sepatu, pabrik sandal plastik, pabrik handuk, dan pabrik farmasi) mendapatkan 46,8% pekerja wanita dengan status gizi yang rendah dan menderita anemia dengan kadar Hemoglobin (Hb) kurang dari 11 g/dl. Scholz dkk (1997) Jakarta dan Untoro dkk (1998) Kudus Jawa Tengah mendapatkan prevalensi anemia pada pekerja wanita berkisar antara 35,5%-50,0%.

Husaini, dkk. (1987), melakukan penelitian pada tenaga kerja wanita pemetik teh di perkebunan teh Pangalengan, Jawa Barat, didapatkan prevalensi anemia sekitar 35,6% dan dari hasil penelitian ditemukan bahwa produktivitas tenaga kerja wanita penderita anemia (defisiensi besi) menurun sebesar 20%. Demikian juga dengan penelitian yang telah dilakukan di Perusahaan Plywood yang sama di Tangerang oleh Farihah, (1999) tentang anemia pada pekerja, terhadap 205 orang pekerja yang terdiri dari 151 orang pekerja pria dan 54 orang pekerja wanita yang berumur antara 20 sampai 40 tahun, menunjukkan bahwa anemia lebih banyak didapat pada wanita (64%) dibanding pria (32%).

(14)

bioavailabilitas makanan yang mengandung besi atau kenaikan kebutuhan besi selama hamil, periode pertumbuhan dan pada waktu haid (Yip, R and Dallman, 1996). Zat besi di dalam bahan makanan dapat berbentuk heme yang berikatan dengan protein dan terdapat dalam bahan makanan yang berasal dari hewani. Lebih dari 35% heme ini dapat diabsorbsi langsung. Bentuk lain adalah dalam bentuk non heme yaitu senyawa besi anorganik yang kompleks yang terdapat di dalam bahan makanan yang berasal dari nabati, yang hanya dapat diabsorbsi sebanyak 5%. Zat besi non heme absorbsinya dapat ditingkatkan apabila terdapat kadar vitamin C yang cukup. Vitamin C dapat meningkatkan absorbsi zat besi non heme sampai empat kali lipat (Husaini, 1989).

Anemia defisiensi besi di Indonesia disebabkan konsumsi energi, zat besi dan vitamin C rendah. Pola konsumsi pada umumnya merupakan pola menu dengan bioavailabilitas zat besi yang rendah, karena hanya terdiri dari nasi atau umbi-umbian dengan kacang-kacangan dan sedikit (jarang sekali) daging, ayam atau ikan, serta sedikit makanan yang mengandung vitamin C. Penyakit infeksi seperti malaria, tuberkulosis dan kecacingan yang prevalensinya masih tinggi di Indonesia memperberat keadaan anemia defisiensi besi (Yip, R and Mehra, M, 1995).

(15)

pekerja wanita rentan mengalami anemia disebabkan mereka bekerja keras dan tidak mengimbangi dengan makanan yang bergizi.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana gambaran kejadian anemia dan konsumsi pangan pada buruh wanita di PT. Ayu Bumi Sejati Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan tahun 2010.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran kejadian anemia dan konsumsi pangan pada buruh wanita di PT. Ayu Bumi Sejati Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan tahun 2010.

1.3.1. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui status anemia buruh wanita di PT. Ayu Bumi Sejati Medan.

2. Untuk mengetahui status gizi buruh wanita di PT. Ayu Bumi Sejati Medan. 3. Untuk mengetahui konsumsi suplemen dan frekuensi suplemen buruh wanita

di PT. Ayu Bumi Sejati Medan.

(16)

1.4. Manfaat Penelitian

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anemia Gizi Besi

Anemia gizi besi adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan cadangan besi dalam hati, sehingga jumlah hemoglobin darah menurun dibawah normal. Sebelum terjadi anemia gizi besi, diawali lebih dulu dengan keadaan kurang gizi besi (KGB). Apabila cadangan besi dalam hati menurun tetapi belum parah, dan jumlah hemoglobin masih normal, maka seseorang dikatakan mengalami kurang gizi besi saja (tidak disertai anemia gizi besi). Keadaan kurang gizi besi yang berlanjut dan semakin parah akan mengakibatkan anemia gizi besi, dimana tubuh tidak lagi mempunyai cukup zat besi untuk membentuk hemoglobin yang diperlukan dalam sel-sel darah yang baru (Soekirman, 2000).

Terdapat beberapa parameter untuk mengukur proses terjadinya pentahapan dari kurang gizi besi ke anemia gizi besi. Untuk mengetahui adanya penurunan atau deplesi cadangan besi tingkat ringan diukur dengan kadar feritin dalam serum darah yang menurun. Pada tahap berikutnya dapat terjadi deplesi besi yang lebih parah sehingga dapat mengganggu pembentukan hemoglobin baru, tetapi kadar hemoglobin masih normal, dimana pada tahap ini diukur dengan menurunnya transferin saturation dan meningkatnya erythrocyte protoporphyrin. Tahap berikutnya terjadi anemia gizi besi yang diukur dengan kadar hemoglobin atau hematokrit yang lebih rendah dari standar normal WHO (Soekirman, 2000).

(18)

dapat dikatakan menderita anemia gizi besi apabila kadar hemoglobinnya kurang dari 11 g/dl, umur 6-14 tahun kurang dari 12 g/dl, dewasa laki-laki kurang dari 13 g/dl, dewasa perempuan tidak hamil kurang dari 12 g/dl, dan dewasa perempuan hamil kurang dari 11 g/dl (Soekirman, 2000).

2.2. Luasan Masalah Anemia Gizi Besi

Iron Deficiency Anemia (IDA) atau lebih dikenal dengan sebutan anemia gizi besi merupakan salah satu masalah gizi yang penting di Indonesia. Masalah anemia gizi besi ini tidak hanya dijumpai dikalangan rawan seperti anak-anak, ibu hamil, dan ibu yang sedang menyusui, tetapi juga diantara orang dewasa terutama golongan karyawan dengan penghasilan rendah (Djojosoebagio, et al. 1986). Menurut De Maeyer dan Adielstegman (1985) dalam Ross dan Horton (1998), pada tahun 1985, sekitar 30 persen penduduk dunia (1.3 milyar) menderita anemia gizi besi.

(19)

angka anemia gizi besi meningkat dari 40,0% pada tahun 1995 menjadi 48,1% pada tahun 2001.

2.3. Penyebab Anemia Gizi Besi

Menurut Komite Nasional PBB Bidang Pangan dan Pertanian (1992), anemia gizi besi dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor penyebab langsung dan faktor penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung meliputi jumlah Fe dalam makanan tidak cukup, absorbsi Fe rendah, kebutuhan naik serta kehilangan darah, sehingga keadaan ini menyebabkan jumlah Fe dalam tubuh menurun. Menurunnya Fe (zat besi) dalam tubuh akan memberikan dampak yang negatif bagi fungsi tubuh. Hal ini dikarenakan zat besi merupakan salah satu zat gizi penting yang terdapat pada setiap sel hidup, baik sel tumbuh-tumbuhan, maupun sel hewan. Di dalam tubuh, zat besi sebagian besar terdapat dalam darah yang merupakan bagian dari protein yang disebut hemoglobin di dalam sel-sel darah merah, dan disebut mioglobin di dalam sel-sel otot.

Hemoglobin berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh sel tubuh, sedangkan mioglobin mengangkut dan menyimpan oksigen untuk sel-sel otot. Besi yang ada di dalam tubuh berasal dari tiga sumber yaitu besi yang diperoleh dari hasil perusakan sel-sel darah merah (hemolisis), besi yang diambil dari penyimpanan dalam tubuh, dan besi yang diserap dari saluran pencernaan (Soekirman, 2000).

(20)

jumlah zat besi sangat bervariasi tergantung pada umur, jenis kelamin, dan kondisi fisiologis tubuh. Pada orang dewasa sehat, jumlah zat besi diperkirakan lebih dari 4000 mg dengan sekitar 2500 mg ada dalam hemoglobin. Sebagian zat besi dalam tubuh (sekitar 1000 mg) disimpan di dalam hati dengan bentuk ferritin. Pada saat konsumsi zat besi dari makanan tidak cukup, zat besi ferritin dikeluarkan untuk memproduksi hemoglobin (Winarno, 2002).

Ketidakcukupan jumlah Fe dalam makanan terjadi karena pola konsumsi makan masyarakat Indonesia masih didominasi sayuran sebagai sumber zat besi yang sulit diserap, sedangkan daging dan bahan pangan hewani sebagai sumber zat besi yang baik (heme iron) jarang dikonsumsi terutama oleh masyarakat pedesaan (Dep Kes. RI, 1998 dalam Hulu, 2004). Menurut Almatsier (2001), pada umumnya, besi di dalam daging, ayam, dan ikan mempunyai ketersediaan biologik yang tinggi, besi di dalam serealia dan kacang-kacangan mempunyai ketersediaan biologik yang sedang, dan besi yang terdapat pada sebagian besar sayur-sayuran terutama yang mengandung asam oksalat tinggi seperti bayam mempunyai ketersediaan biologik yang rendah.

(21)

Menurut Winarno (1993), tingkat ekonomi (pendapatan) yang rendah dapat mempengaruhi pola makan. Pada tingkat pendapatan yang rendah, sebagian besar pengeluaran ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pangan dengan berorientasi pada jenis pangan karbohidrat. Hal ini disebabkan makanan yang mengandung banyak karbohidrat lebih murah dibandingkan dengan makanan sumber zat besi, sehingga kebutuhan zat besi akan sulit terpenuhi, dan dapat berdampak pada terjadinya anemia gizi besi.

Seperti yang telah disebutkan bahwa salah satu penyebab anemia gizi besi adalah adanya zat penghambat absorbsi. Menurut Almatsier (2001), terdapat beberapa makanan yang mengandung zat penghambat absorbsi besi diantaranya adalah beberapa jenis sayuran yang mengandung asam oksalat, beberapa jenis serealia dan protein kedelai yang mengandung asam fitat, serta teh dan kopi yang mengandung tanin. Bila besi tubuh tidak terlalu tinggi, sebaiknya tidak minum teh atau kopi pada waktu makan. Selain itu, kalsium dosis tinggi berupa suplemen juga dapat menghambat absorbsi besi.

(22)

oleh faktor-faktor lain yang mempengaruhi absorbsi besi non heme (Almatsier, 2001).

2.4. Dampak Anemia Gizi Besi

Dampak yang ditimbulkan akibat anemia gizi besi sangat kompleks. Menurut Ros & Horton (1998), Anemia Gizi Besi berdampak pada menurunnya kemampuan motorik anak, menurunnya skor IQ, menurunnya kemampuan kognitif, menurunnya kemampuan mental anak, menurunnya produktivitas kerja pada orang dewasa, yang akhirnya berdampak pada keadaan ekonomi, dan pada wanita hamil akan menyebabkan buruknya persalinan, berat bayi lahir rendah, bayi lahir premature, serta dampak negatif lainnya seperti komplikasi kehamilan dan kelahiran. Akibat lainnya dari anemia gizi besi adalah gangguan pertumbuhan, gangguan imunitas serta rentan terhadap pengaruh racun dari logam-logam berat.

Besi memegang peranan dalam sistem kekebalan tubuh. Respon kekebalan sel oleh limfosit-T terganggu karena berkurangnya pembentukan sel-sel tersebut, yang kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya sintesis DNA. Berkurangnya sintesis DNA ini disebabkan oleh gangguan enzim reduktase ribonukleotide yang membutuhkan besi untuk dapat berfungsi. Disamping itu, sel darah putih yang menghancurkan bakteri tidak dapat bekerja secara efektif dalam keadaan tubuh kekurangan besi. Enzim lain yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh yaitu mieloperoksidase juga akan terganggu fungsinya akibat defisiensi besi (Almatsier, 2001).

(23)

Anemia gizi besi dapat menyebabkan rasa cepat lelah. Rasa cepat lelah terjadi karena pada penderita anemia gizi besi pengolahan (metabolisme) energi oleh otot tidak berjalan sempurna karena otot kekurangan oksigen, dimana oksigen yang dibutuhkan oleh sel-sel otot ini diangkut oleh zat besi dalam darah (hemoglobin). Untuk menyesuaikan dengan berkurangnya jatah oksigen, maka otot membatasi produksi energi. Akibatnya, mereka yang menderita anemia gizi besi akan cepat lelah bila bekerja karena cepat kehabisan energi (Soekirman, 2000).

Cepatnya rasa lelah yang dialami oleh para pekerja yang menderita anemia gizi besi akan menurunkan produktivitas kerja. Menurunnya produktivitas kerja, selain disebabkan oleh menurunnya hemoglobin darah, juga disebabkan oleh berkurangnya enzim mengandung besi, dimana besi sebagai kofaktor enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme energi tersebut (Almatsier, 2001).

Studi mengenai anemia pada pekerja wanita yang dilakukan di Jakarta, Tangerang, Jambi dan Kudus, membuktikan bahwa anemia dapat menurunkan produktivitas kerja. Dilaporkan bahwa anemia menurunkan produktivitas 5-10 persen dan kapasitas kerjanya 6.5 jam per minggu (Anonim, 2005). Padahal, produktivitas kerja ini sangat penting peranannya dalam menentukan nilai pendapatan per kapita (Ravianto 1985).

(24)

Almatsier (2001), menyatakan bahwa terdapat hubungan antara defisiensi besi dengan fungsi otak.

Defisiensi besi berpengaruh negatif terhadap fungsi otak, terutama terhadap fungsi sistem neurotransmitter (penghantar syaraf). Akibatnya, kepekaan reseptor syaraf dopamin berkurang yang dapat berakhir dengan hilangnya reseptor tersebut. Daya konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan belajar terganggu, ambang batas rasa sakit meningkat, fungsi kelenjar tiroid dan kemampuan mengatur suhu tubuh juga menurun (Lozzoff & Youdim, 1988 dalam Almatsier, 2001).

Dampak lebih lanjut akibat anemia gizi besi adalah menurunnya status gizi seseorang. Status gizi dapat mempengaruhi kualitas manusia, produktivitas kerja, dan menurunnya pendapatan (Hardinsah & Suhardjo, 1987). Menurut Djojosoebagio et al. (1986), keadaan ini akan menimbulkan akibat yang lebih luas baik pada aspek fisik, mental, kemampuan berfikir maupun aspek sosial ekonomi dan sumberdaya manusia pada umumnya.

2.5. Penanggulangan Anemia Gizi Besi

(25)

Selain pada wanita hamil, suplemen besi juga diberikan pada anak dengan usia dibawah lima tahun, yaitu berupa sirup besi (Soekirman et al., 2003).

Upaya penanggulangan anemia gizi besi dengan fortifikasi zat besi dilakukan terhadap beberapa jenis bahan pangan. Fortifikasi besi lebih sulit dilakukan daripada fortifikasi vitamin A dan zat iodium, karena sifat kimiawi zat besi yang beragam dan memerlukan penyesuaian dengan pangan yang akan difortifikasi. Bahan pangan yang akan difortifikasi harus memenuhi beberapa persyaratan diantaranya dihasilkan oleh pabrik tertentu, dikonsumsi oleh banyak orang termasuk kelompok sasaran, harga setelah difortifikasi terjangkau, rupa dan rasa tidak berubah, serta sesuai dengan sifat kimiawi zat fortifikan. Beberapa bahan pangan yang telah difortifikasi adalah tepung terigu dan garam (Soekirman, 2000).

Menurut Muhilal dan Karyadi (1980), pelaksanaan fortifikasi tingkat nasional harus melibatkan banyak departemen dalam pemerintahan, antara lain Departemen Kesehatan yang menentukan kadarnya, Departemen Perindustrian yang menangani proses fortifikasi, serta Departemen Perdagangan yang menangani penyalurannya. Keuntungan fortifikasi besi adalah bahwa zat besi dapat mencapai sasaran untuk semua golongan umur.

(26)

yaitu dengan melakukan studi efikasi untuk mengetahui keefektifan dari suatu bahan yang telah difortifikasi.

Selain dengan suplementasi dan fortifikasi, penanggulangan anemia gizi besi yang terpenting adalah dengan memperhatikan pola makan, yaitu menerapkan pola makan yang baik dan bergizi seimbang. Dalam memilih makanan sumber zat besi, selain memperhatikan jumlahnya yang terdapat dalam makanan, juga memperhatikan daya serap dan nilai biologisnya. Daya serap dan nilai biologis makanan dipengaruhi oleh empat hal, yaitu jumlah kandungan zat besi, bentuk kimia fisik zat besi, adanya makanan lain yang memacu atau menghambat absorbsi zat besi serta cara pengolahan makanan (Soekirman, 2000).

Dengan memperhatikan pola makan, diharapkan kebutuhan zat besi pada masing-masing individu dapat terpenuhi sebagaimana yang dibutuhkan. Menurut Kartono dan Soekatri (2004) kebutuhan besi per orang per hari untuk bayi (0-11 bulan) adalah 0.5-7 mg, anak usia 1-9 tahun adalah 8-10 mg, pria 10-12 tahun adalah 13 mg, pria usia 13-15 tahun adalah 19 mg, pria usia 16-18 tahun adalah 15 mg, pria usia 19-65 tahun keatas adalah 13 mg, wanita usia 10-12 tahun adalah 20 mg, wanita usia 13-49 tahun adalah 26 mg, wanita usia 50-65 tahun keatas adalah 12 mg, untuk wanita hamil ditambah 9-13 mg dari kebutuhan normal, sedangkan untuk wanita menyusui ditambah 6 mg dari kebutuhan normal.

(27)

individunya. Pengaruh program kesehatan serta gizi terhadap penduduk usia muda akan terlihat pada peningkatan GNP di masa depan. Peningkatan GNP terjadi karena adanya pertumbuhan ekonomi, yaitu dengan dengan bertambahnya tingkat partisipasi angkatan kerja dan secara tidak langsung melalui tingkat partisipasi dalam dunia pendidikan (Tjiptoherijanto & Soesetyo, 1994).

2.6. Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis, jumlah pangan yang dikonsumsi (dimakan) oleh seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Baliwati, 2004). Konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut (Supariasa, 2002).

Pola konsumsi makanan merupakan berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh setiap orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok orang (keluarga) memilih makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, kebudayaan dan sosial (Suhardjo, 1989).

(28)

bekerja delapan jam adalah termasuk pekerjaan sedang dan bila bekerja lebih dari delapan jam adalah pekerjaan berat. Secara umum pengaruh gizi pada manusia sangatlah kompleks antara lain dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental, fisik, produktivitas dan kesanggupan kerja (Kartasapoetra, 2005).

Adapun rata-rata kecupupan zat gizi orang dewasa wanita bekerja sedang menurut umur dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1. Rata-rata Kecukupan Zat Gizi Orang Dewasa Wanita Bekerja Sedang Menurut Umur

No. Zat Gizi Rata-Rata Kecukupan

1. Energi (kkal) 2200

2. Protein (gr) 50

3. Vitamin C (mg) 75

4. Zat Besi (mg) 26

Sumber : Marsetyo, 2005

(29)

Sebagian besar penduduk di negara yang (belum) sedang berkembang belum mampu menghadirkan bahan makanan tersebut. Ditambah dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu penyerapan zat besi (seperti kopi dan teh) secara bersamaan pada waktu makan menyebabkan serapan zat besi menjadi semakin rendah. Makanan kaya vitamin C seperti air jeruk sangat dianjurkan untuk meningkatkan kemampuan tubuh menyerapan zat besi (Arsiman, 2004).

Menu makanan di Indonesia sebaiknya terdiri atas nasi, daging/ayam/ikan/ kacang-kacangan, serta sayur-sayuran dan buah-buahan yang kaya akan vitamin C. Zat besi dari pangan hewani dapat diserap antara 10-20%, sedangkan zat besi dari pangan nabati hanya dapat diserap antara 1-5%. Misalnya zat besi dari beras dan bayam hanya dapat diserap oleh usus sekitar 1%, sedangkan dari ikan diserap dalam jumlah besar yaitu 11%. Semua zat besi yang ada di dalam tubuh pada dasarnya berasal dari bahan pangan nabati maupun hewani. Oleh karena tidak semua zat besi yang berasal dari makanan dapat diserap tubuh maka jumlah zat besi yang dimakan harus lebih besar jumlahnya dari angka kebutuhan yang sebenarnya, sedangkan ada faktor lain yang menghambat penyerapan zat besi adalah Asam fitat yang terdapat di serat serialia, Asam folat terdapat dalam sayuran, Tianin terdapat di dalam teh, kopi, dan beberapa sayuran dan buah (Sampoerna, 2004).

Metode yang digunakan untuk pengukuran konsumsi pangan adalah metode recall 24 jam dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi

(30)

menunjukkan minimal 2 kali recall 24 jam tanpa berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian individu. Pengukuran konsumsi makanan dalam bentuk zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) (Supariasa, 2002).

2.7. Kerangka Konsep

Keterangan :

Konsumsi zat gizi buruh wanita dapat dilihat dari jenis dan frekuensi pangan serta jenis dan frekuensi konsumsi suplemen, sehingga dari konsumsi zat gizi dapat menggambarkan keadaan status gizi buruh wanita berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang akhirnya dapat juga menggambarkan kejadian anemia pada buruh wanita di PT. Ayu Bumi Sejati Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan.

Jenis dan Frekuensi Pangan

Jenis dan Frekuensi Konsumsi Suplemen

Konsumsi zat gizi

(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah survei bersifat deskriptif yaitu untuk mendapatkan gambaran anemia dan konsumsi pangan pada buruh wanita di PT. Ayu Bumi Sejati Medan dengan desain penelitian cross sectional.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Ayu Bumi Sejati Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan dengan alasan bahwa terdapat banyak buruh wanita sebagai pekerja pabrik. Dari data Pukesmas Medan Labuhan tahun 2009 terdapat prevalensi anemia mencapai 40% dengan Angka Kematian Ibu (AKI) 1%. Waktu penelitian dimulai pada bulan Juli 2009 sampai dengan Mei 2010.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh buruh wanita PT. Ayu Bumi Sejati Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan yang berjumlah 40 orang.

3.3.2. Sampel

(32)

3.4. Jenis dan Metde Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti yang meliputi karakteristik responden, konsumsi pangan, konsumsi suplemen, dan kadar Hb.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari PT. Ayu Bumi Sejati Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan yang terdiri dari data demografi pabrik, jumlah tenaga kerja serta fasilitas pabrik.

3.4.2. Metode Pengumpulan Data

1. Karakteristik responden meliputi : nama, umur, agama, konsumsi pangan, konsumsi suplemen, diperoleh dengan menggunakan wawancara langsung dengan responden. Wawancara dilakukan menggunakan kuesioner yang telah disusun sebelumnya. Kuesioner konsumsi pangan dengan menggunakan formulir food recall dan food frequency. Wawancara dilakukan pada saat melakukan kunjungan

di perusahaan buruh wanita bekerja yang dilakukan sewaktu istirahat secara perorangan.

(33)

Darah responden diambil dengan menggunakan spuit sebanyak 3 cc dan dimasukkan ke dalam tabung cuvet yang dicampur dengan larutan Kalium Ferrosianida 60.6 mmol/L dan larutan Kalium Sianida (KCN) 1,0 mmol/L sebanyak 5 mL. Kemudian dikocok dan didiamkan selama 3 menit kemudian baca dengan kalorimeter pada lambda 546 (Supariasa, 1992).

3.5. Defenisi Operasional

1. Buruh wanita adalah karyawan wanita yang bekerja di perusahaan PT Ayu Bumi Sejati Kelurahan Pekan Labuhan dan sudah bekerja di atas 1 tahun.

2. Status anemia adalah keadaan kadar hemoglobin darah buruh wanita didasarkan pada ambang batas kadar normal bagi pekerja wanita yaitu 12 gr/dl.

3. Kadar Hb adalah angka kadar haemoglobin dalam darah yang diukur dengan cyanmethaemoglobin dalam satuan ml/dl.

4. Konsumsi zat gizi adalah jumlah energi, protein dan zat besi yang dikonsumsi dalam sehari, dan dibandingkan dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi wanita dewasa.

5. Frekuensi makanan adalah seberapa sering makanan dikonsumsi dalam sehari, seminggu atau sebulan.

6. Jenis pangan adalah bahan makanan yang dikonsumsi setiap hari yang dikelompokkan ke dalam golongan bahan makanan pokok, lauk pauk, kacang-kacangan sayur dan buah serta pelengkap susu.

(34)

8. Jenis suplemen adalah suplemen yang diminum oleh buruh wanita yaitu Neurobion, Calvita dan Hemaviton.

9. Status gizi adalah indeks massa tubuh (IMT) yang dihitung dengan rumus berat badan dalam satuan kg dibagi dengan tinggi badan kuadrat dalam satuan meter.

3.6. Aspek Pengukuran

1. Frekuensi makan diukur dengan melihat setiap jenis makanan yang dikonsumsi dalam harian, mingguan atau bulanan, yaitu 1-3x/hari, >3x/hari, 1-3x/minggu, >3x/minggu, 1x/bulan.

2. Konsumsi zat gizi (energi, protein dan zat besi) dikategorikan menjadi (Supariasa, 2001) :

a. Baik : ≥ 100% AKG b. Sedang : 80% - 99% AKG c. Kurang : 70% - 80% AKG d. Defisit : < 70% AKG

Tabel 3.1. Rata-rata Kecukupan Zat Gizi Orang Dewasa Wanita Bekerja Sedang Menurut Umur

No. Zat Gizi Rata-Rata Kecukupan

1. Energi (kkal) 2200

2. Protein (gr) 50

3. Zat Besi (mg) 26

Sumber : Marsetyo, 2005

% 100 x AKG Jumlah

konsumsi Jumlah

(35)

3. Konsumsi suplemen dikategorikan menjadi : a. Sering

b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

4. Status Anemia menurut Supariasa (2001) : a. Normal = ≥ 12 gr/dl

b. Anemia = < 12 gr/dl

5. IMT menurut Departemen Kesehatan (2007) : a. Sangat Kurus : < 17,0

b. Kurus : 17,0 - 18,4 c. Normal : 18,5 – 25,0 d. Gemuk : > 25,1-27,0 e. Obes > 27,0

Perhitungan :

Berat Badan (Kg) IMT =

Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m) 6. Kadar Hb

Kadar Hb dengan pemeriksaan hemoglobin (Hb) dengan cara pengukuran metode cyanmethaemoglobin.

a. Bahan : Larutan Kalium Ferosianida (K3FeCN) 60,6 mmol per liter dan Kalium Sianida (KCN) 1,0 mmol/L.

(36)

c. Cara kerja : pada lengan sebelah kiri distuing sampai vena menonjol lalu ditusuk pakai spuit 3 cc kemudian diambil darah kapiler 0,5 ml dengan spuit 3 cc tersebut dan dimasukkan kedalam cuvet yang telah dicampur dengan regensi 5 ml kedalam cuvet, lalu dikocok dan diamankan selama 3 menit. Kemudian baca dengan calorimeter pada lamda 546 (Supariasa, 1992).

d. Perhitungan :

- Kadar Hb = absorbsi x 36,8 gram/dl per 100 ml atau - Kadar Hb = absorbsi x 22,8 mmol/L

- Kadar Hb diukur dengan pemeriksaan hemoglobin darah (Hb). Nilai normal paling sering dinyatakan adalah untuk wanita 12 – 14 gr/dl.

3.7. Pengolahan dan Analisa Data 3.7.1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dengan langkah-langkah sebagai berikut ;

a. Editing

Data yang dikumpulkan dengan kuisioner dikoreksi yaitu dengan memeriksa kembali jawaban-jawaban dan memperbaiki jawaban yang kurang lengkap. b. Tabulating

Data-data disajikan dalam bentuk tabel distribusi baik itu kuisioner maupun pemeriksaan Hb darah

3.7.2. Analisa Data

(37)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Karakteristik Buruh Wanita

Karakteristik buruh wanita di perusahaan yang menjadi lokasi penelitian adalah umur, agama, status perkawinan, jumlah anak, berat badan dan tinggi badan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa agama responden adalah Islam, Katolik, Kristen dan Budha. Umur responden rata-rata 33 tahun dengan range umur antara 19 tahun sampai 43 tahun. Status perkawinan responden adalah sebagian kawin dan sebagian lagi belum kawin. Jumlah anak rata-rata 1 orang dengan range antara 0 (tidak mempunyai anak) sampai 7 anak.

Dari tabel 4.1 ditunjukkan bahwa agama buruh wanita yang terbanyak adalah Islam (85%), selebihnya Kristen, Katolik dan Budha. Sebanyak 75% buruh wanita sudah berstatus kawin dan hanya 25% yang belum kawin. Dari 30 wanita yang sudah kawin, diperoleh sebanyak 45,0% wanita yang memiliki jumlah anak 1-2 orang dan yang memiliki jumlah anak > 2 orang ada sebanyak 25%. Dalam hal lama kerja, diperoleh 47,5% wanita yang sudah bekerja di PT. Ayu Bumi Sejati selama < 6 tahun, sementara wanita lainnya (52,5%) sudah bekerja selama 6 tahun. Distribusi frekuensi buruh wanita berdasarkan karakteristik di perusahaan PT. Ayu Bumi Sejati berdasarkan karakteristik dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut :

(38)
[image:38.612.114.531.95.421.2]

Tabel 4.1. Distribusi Buruh Wanita Berdasarkan Karakteristik Buruh Wanita yang Dianut di Perusahaan PT. Ayu Bumi Sejati Kelurahan Pekan Labuhan Medan tahun 2010

Karakteristik Buruh Wanita n %

Agama : Islam Kristen Katolik Budha 34 3 1 2 85,0 7,5 2,5 5,0

Jumlah 40 100,0

Status Perkawinan : Kawin Belum Kawin 30 10 75,0 25,0

Jumlah 40 100,0

Jumlah Anak:

Tidak ada anak ≤2 anak >2 anak 12 18 10 30,0 45,0 25,0

Jumlah 40 100,0

Lama Kerja : < 6 tahun ≥ 6 tahun

19 21

47,5 52,5

Jumlah 40 100,0

4.2. Status Gizi Buruh Wanita

Sebagian besar (72,5%) status gizi buruh wanita normal berdasarkan indeks massa tubuh (IMT), sementara kurus dan sangat kurus masing-masing sebanyak 12,5% dan 5,0%. Distribusi buruh wanita berdasarkan status gizi dapat dilihat pada tabel beikut.

Tabel 4.2. Distribusi Buruh Wanita Berdasarkan IMT di Perusahaan PT. Ayu Bumi Sejati Kelurahan Pekan Labuhan Medan tahun 2010

Status Gizi (IMT) n %

Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk Obes 2 5 29 3 1 5,0 12,5 72,5 7,5 2,5

(39)

4.3. Status Anemia Buruh Wanita

[image:39.612.110.532.207.281.2]

Dari seluruh buruh wanita yang tergolong anemia ada 52,5 %, sedangkan yang tidak anemia ada 47,5%. Distribusi buruh wanita menurut status anemia dilihat dalam tabel 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Buruh Wanita Berdasarkan Status Anemia di Perusahaan PT. Ayu Bumi Sejati Kelurahan Pekan Labuhan Medan tahun 2010

Status Anemia n %

Anemia Tidak Anemia

21 19

52,5 47,5

Total 40 100,0

4.4. Konsumsi Suplemen dalam Sebulan Terakhir

Konsumsi suplemen yang diukur dari beberapa butir pertanyaan dalam kuesioner dapat dilihat dalam tabel 4.4 berikut ini :

Tabel 4.4. Distribusi Buruh Wanita Berdasarkan Pernah Minum Suplemen di Perusahaan PT. Ayu Bumi Sejati Kelurahan Pekan Labuhan Medan tahun 2010

Pernah Minum Suplemen n %

Sering

Kadang-Kadang Tidak Pernah

7 30 3

17,5 75,0 7,5

Total 40 100,0

Buruh wanita yang sering minum suplemen hanya 17,5%, kadang-kadang ada 75,0%, sedangkan buruh wanita yang tidak pernah minum suplemen ada 7,5%.

4.5. Konsumsi Pangan Buruh Wanita

[image:39.612.111.531.431.505.2]
(40)

4.5.1. Jenis dan Frekuensi Makan Buruh Wanita

[image:40.612.113.585.179.703.2]

Jenis dan frekuensi makan buruh wanita dapat dilihat dalam tabel di bawah ini Tabel 4.5. Distribusi Buruh Wanita Berdasarkan Frekuensi dan Jenis Makanan di Perusahaan PT Ayu Bumi Sejati Kelurahan Pekan Labuhan Medan tahun 2010

Jenis Bahan Makanan Frekuensi Makan Total

1-3X/hr >3X/hr 1-3X/mg >3X/mg 1X/bln Tdk Pernah

Makanan Pokok n % n % n % n % n % n % n %

Nasi 40 100 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 40 100

Mie 1 2,5 12 30,0 26 65,0 1 2,5 0 0,0 0 0,0 40 100

Roti 2 5,0 3 7,5 24 60,0 11 27,5 0 0,0 0 0,0 40 100

Singkong 0 0,0 0 0,0 6 15,0 14 35,0 17 42,5 3 7,5 40 100

Kentang 0 0,0 0 0,0 16 40,0 15 37,5 9 22,5 0 0,0 40 100

Bihun 0 0,0 0 0,0 9 22,5 25 62,5 6 15,0 0 0,0 40 100

Lauk hewani/produknya

Ikan/makanan.laut 2 5,0 7 17,5 23 57,5 15 37,5 2 5,0 0 0,0 40 100

Telur 9 22,5 7 17,5 24 60 0 0,0 0 0,0 0 0,0 40 100

Susu 6 15,0 0 0,0 18 45,0 9 22,5 7 17,5 0 0,0 40 100

Lemak Nabati

Tahu 6 15,0 7 17,5 26 65,0 1 2,5 0 0,0 0 0,0 40 100

Tempe 8 20,0 6 15,0 26 65,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 40 100

Jamur 0 0,0 2 5,0 8 20,0 5 12,5 22 55,0 3 7,5 40 100

Kacang-kacangan :

Buncis 4 10,0 0 0,0 19 47,5 12 30,0 5 12,5 0 0,0 40 100

Kacang Hijau 0 0,0 1 2,5 11 27,5 18 45,0 10 25,0 0 0,0 40 100

Kacang Kedelai 0 0,0 0 0,0 2 5,0 8 20,0 29 72,5 1 2,5 40 100

Kacang Merah 0 0,0 0 7 17,5 3 7,5 29 72,5 1 2,5 40 100

Kacang Panjang 4 10,0 1 2,5 21 52,5 8 20,0 6 15,0 0 0,0 40 100

Sayuran :

Bayam 2 5,0 1 2,5 35 87,5 2 5,0 0 0,0 0 0,0 40 100

Daun Singkong 4 10,0 0 0,0 30 75,0 4 10,0 2 5,0 0 0,0 40 100

Kangkung 0 0,0 1 2,5 26 65,0 12 30,0 1 2,5 0 0,0 40 100

Kembang kol 0 0,0 0 0,0 7 17,5 15 37,5 17 42,5 1 2,5 40 100

Kol 0 0,0 0 0,0 16 40,0 16 40,0 8 20,0 0 0,0 40 100

Selada 0 0,0 0 0,0 10 25,0 21 52,5 8 20,0 1 2,5 40 100

Wortel 3 7,5 0 0,0 16 40,0 16 40,0 4 10,0 1 2,5 40 100

Labu 0 0,0 0 0,0 3 7,5 9 22,5 28 70,0 0 0,0 40 100

Brokoli 0 0,0 0 0,0 9 22,5 5 12,5 20 50,0 6 15,0 40 100

Tomat 12 30,0 4 10,0 22 55,0 0 0,0 2 5,0 0 0,0 40 100

Buah :

Anggur 0 0,0 0 0,0 2 5,0 6 15,0 29 72,5 3 7,5 40 100

Apel 0 0,0 0 0,0 4 10,0 10 25,0 26 65,0 0 0,0 40 100

Jeruk 1 2,5 0 0,0 20 50,0 18 45,0 1 2,6 0 0,0 40 100

Mangga 1 2,5 0 0,0 16 40,0 20 50,0 3 7,5 0 0,0 40 100

Pepaya 2 2,5 4 10,0 20 50,0 13 32,5 1 2,5 0 0,0 40 100

Pisang 1 2,5 2 5,0 29 72,5 7 17,5 1 2,5 0 0,0 40 100

Semangka 0 0,0 0 0,0 11 27,5 23 57,5 6 15,0 0 0,0 40 100

Strawberry 0 0,0 0 0,0 - 0,0 1 2,5 23 57,5 16 40,0 40 100

Alpukat 0 0,0 0 0,0 7 17,5 13 32,5 20 50,0 0 0,0 40 100

(41)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa frekuensi makan dari jenis bahan makanan pokok yang dikonsumsi setiap hari adalah nasi (100%), mie (1-3x/hari 2,5%; >3x hari 30%), dan roti (1-3x/hari 5,0%; >3x/hari 7,5%). Untuk jenis bahan makanan lauk pauk yang setiap hari dikonsumsi adalah telur (1-3x/hari 22,5%; >3x/hari 17,5%), tahu (1-3x/hari 15%; >3x/hari 17,5%), tempe (1-3x/hari 20,0%; >3x/hari 15,0%). sedangkan susu hanya 15% dan ikan 5%, serta jamur >3/hari ada 5%.

Untuk kacang-kacangan, yang dikonsumsi setiap hari adalah buncis hanya 4 orang (10,0%) dalam 1-3x/hari, kacang hijau hanya 1 orang (2,5%) dalam >3x/hari, kacang panjang 10% dalam 1-3x/hari dan 2,5% dalam >3x/hari.

Jenis sayuran yang dimakan setiap hari adalah bayam dengan distribusi 5% dalam 1-3xhari dan 2,5% dalam >3x/hari, 10% buruh wanita yang memakan daun singkong dalam 1-3x/hari, 2,5% yang memakan kangkung dalam >3x/hari, yang memakan wortel dalam 1-3x/hari ada 3 orang (7,5%), dan yang memakan tomat dalam 1-3x/hari ada 12 orang (30%).

(42)

4.5.2. Konsumsi Energi, Protein dan Zat Besi Buruh Wanita

Rata-rata konsumsi energi pekerja wanita adalah 1816,55 kalori dengan batas

maksimum 2716,45 kalori dan batas minimum 1200,85 kalori. Dilihat dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan rata-rata energi untuk orang dewasa adalah 1800

kalori – 1900 kalori. Rata-rata konsumsi protein pekerja wanita adalah 54,38 gram, dengan nilai maksimum 92,33 dan nilai minimum 30,92 sedangkan rata-rata

konsumsi protein menurut angka kecukupan gizi adalah 50 gram. Rata-rata konsumsi protein pekerja wanita sudah baik. Rata-rata konsumsi besi pada pekerja wanita

adalah 23,66 mg dengan nilai maksimum 38,55 dan nilai minimum 9,03. Rata-rata besi wanita dewasa menurut AKG adalah 26 mg, maka secara rata-rata konsumsi besi masih di bawah AKG.

Dalam tabel 4.6 menunjukkan bahwa konsumsi energi dan protein yang baik hanya 45%, dan konsumsi zat besi yang baik ada 37,5%. Konsumsi energi yang

mengalami defisit ada 15% dan konsumsi energi kurang ada 10 %. Konsumsi protein buruh wanita yang mengalami defisit protein dan kekurangan protein masing-masing

ada 15 %, yang mengalami tingkat sedang ada 25%. Konsumsi besi pada defisit ada 27,5%, kurang ada 12,5 %, dan sedang 22,5%. Distribusi buruh wanita menurut

(43)
[image:43.612.109.528.84.354.2]

Tabel 4.6. Distribusi Pekerja Wanita Menurut Konsumsi Zat Gizi

Konsumsi Zat Gizi n %

Energi :

< 70% (defisit) 70% - 80% (kurang) 80% - 99% (sedang)

100% (baik) 6 4 12 18 15 10 30 45 Protein :

< 70% (defisit) 70% - 80% (kurang) 80% - 99% (sedang)

100% (baik) 6 6 10 18 15,0 15,0 25,0 45,0 Besi :

< 70% (defisit) 70% - 80% (kurang) 80% - 99% (sedang)

100% (baik) 11 5 9 15 27,5 12,5 22,5 37,5

Total 40 100,0

4.6. Status Anemia berdasarkan Status Gizi Buruh Wanita

Pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa pada buruh wanita yang menderita anemia lebih banyak pada IMT dengan kategori kurus yaitu 80% daripada IMT dengan kategori normal (51,7%). Pada buruh wanita yang tidak anemia, lebih banyak distribusinya pada buruh wanita yang gemuk (66,7%) daripada yang obes (100%). Tabel 4.7. Distribusi Status Anemia Berdasarkan Status Gizi pada Buruh

Wanita di Perusahaan PT Ayu Bumi Sejati Kelurahan Pekan Labuhan Medan tahun 2010

Status Gizi (IMT)

Status Anemia

Jumlah

Anemia Tidak Anemia

n % n % n %

Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk Obes 1 4 15 1 0 50,0 80,0 51,7 33,3 0 1 1 14 2 1 50,0 20,0 48,3 66,7 100,0 2 5 29 3 1 100 100 100 100 100

Total 21 52,5 19 47,5 40 100

(44)

4.7. Status Anemia berdasarkan Konsumsi Suplemen

[image:44.612.107.527.356.607.2]

Buruh wanita yang meminum suplemen ada 37 orang dan yang tidak meminum suplemen ada 3 orang. Untuk buruh wanita yang menderita anemia, jenis suplemen yang diminum paling banyak jenis hemaviton yaitu 71,4% daripada calvita (50%) dan neurobion (45,5%). Frekuensi suplemen pada buruh wanita yang menderita anemia lebih banyak dikonsumsi pada frekuensi 1x/hari (55%) dan bila perlu (50%). Dosis suplemen dengan dosis 250mg/hari (53,5%) lebih banyak dikonsumsi pada buruh wanita yang menderita anemia daripada dosis yang 500mg/hari (50%).

Tabel 4.8. Distribusi Status Anemia berdasarkan Konsumsi Suplemen pada Buruh Wanita di Perusahaan PT Ayu Bumi Sejati Kelurahan Pekan Labuhan Medan tahun 2010

Konsumsi Suplemen

Status Anemia

Jumlah

Anemia Tidak Anemia

n % n % n %

Jenis Suplemen :

Tidak pernah Neurobion Calvita Hemaviton 2 10 4 5 66,7 45,5 50,0 71,4 1 12 4 2 33,3 54,5 50,0 28,6 3 22 8 7 100 100 100 100

Total 21 52,5 19 47,5 40 100

Frekuensi Suplemen :

Tidak pernah Sering Kadang-kadang 2 11 8 66,7 52,4 50,0 1 10 8 33,3 47,6 50,0 3 21 16 100 100 100

Total 21 52,5 19 47,5 40 100

Dosis Suplemen :

Tidak pernah 250mg/hari 500mg/hari 2 8 11 66,7 53,5 50,0 1 7 11 33,3 46,7 50,0 3 15 22 100 100 100

(45)

4.8. Status Anemia Berdasarkan Konsumsi Pangan

[image:45.612.111.528.414.689.2]

Pada tabel 4.17 dinyatakan bahwa konsumsi energi yang defisit semuanya anemia, dan yang konsumsi energi kurang hanya 25% yang anemia, sedangkan konsumsi energi sedang semuanya anemia. Diantara 6 orang buruh wanita yang konsumsi protein defisit semuanya anemia, dan diantara buruh wanita yang konsumsi proteinnya kurang ada 66,7% anemia dan diantara buruh wanita yang konsumsi protein sedang ada 90% anemia. Untuk buruh wanita yang mengkonsumsi zat besi yang mengalami defisit dan kurang semuanya (100%) mengalami anemia. Sedangkan yang mengkonsumsi zat besi sedang hanya 55,6% yang megalami anemia. Untuk buruh wanita yang mengkonsumsi zat besi yang baik semuanya tidak mengalami anemia.

Tabel 4.9. Distribusi Status Anemia berdasarkan Konsumsi Pangan pada Buruh Wanita di Perusahaan PT Ayu Bumi Sejati Kelurahan Pekan Labuhan Medan tahun 2010

Konsumsi Zat Gizi

Status Anemia

Jumlah

Anemia Tidak Anemia

n % n % n %

Energi :

< 70% (defisit) 70% - 80% (kurang) 80% - 99% (sedang)

100% (baik) 6 1 12 2 100,0 25,0 100,0 11,1 0 3 0 16 0,0 75,0 0,0 88,9 6 4 12 18 100 100 100 100

Total 21 52,5 19 47,5 40 100

Protein :

< 70% (defisit) 70% - 80% (kurang) 80% - 99% (sedang)

100% (baik) 6 4 9 2 100,0 66,7 90,0 11,1 0 2 1 16 0,0 33,3 10,0 88,9 6 6 10 18 100 100 100 100

Total 21 52,5 19 47,5 40 100

Zat besi :

< 70% (defisit) 70% - 80% (kurang) 80% - 99% (sedang)

100% (baik) 11 5 5 0 100,0 100,0 55,6 0,0 0 0 4 15 0,0 0,0 44,4 100,0 11 5 9 15 100 100 100 100

(46)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Status Anemia Buruh Wanita

Hasil penelitian menunjukkan bahwa status anemia buruh wanita lebih banyak terjadi (52,5%) daripada yang tidak anemia (47,5%). Hal ini dikarenakan buruh wanita kurang beragam mengkonsumsi makanan sehari-hari, terutama sumber protein dan zat besi yang berasal dari makanan hewani, kacang-kacangan, sayur-sayuran dan buah-buahan. Selain itu, buruh kadang-kadang mengkonsumsi suplemen yang berisi sumber vitamin dan mineral termasuk zat besi.

Menurut Arisman (2004), anemia disebabkan oleh asupan zat besi yang tidak memadai. Makanan sumber zat besi terutama diperoleh dari pangan hewani, kacang-kacangan, sayur dan buah.

5.2. Jenis dan Frekuensi Makan Buruh Wanita

(47)

Menurut Wirakusumah (1999), makanan jenis kacang-kacangan atau hasil olahannya lebih mudah diperoleh di pasar dan harganya murah, sehingga banyak orang yang mampu membelinya. Hasil produk kacang-kacangan seperti tahu dan tempe mengandung protein yang cukup tinggi, tahu mengandung kalsium, zat besi, vitamin B1, B2 dan B3. Hal ini merupakan sudah terpenuhinya kebutuhan protein tubuh dari makanan pengganti daging.

Sayuran yang dikonsumsi setiap hari lebih banyak pada daun singkong dan tomat. Tomat dalam hal ini diolah dengan cabai menjadi sambal. Jadi buruh wanita lebih sering mengkonsumsi tahu, tempe dan telur dengan memakai sambal.

5.3. Konsumsi Energi, Protein, Zat Besi

Konsumsi energi dan protein buruh wanita yang baik hanya 45%, hal ini menunjukkan bahwa keadaan konsumsi makanannya sehari-hari kurang menunjukkan kuantitas yang baik. Sebab keadaan ekonomi juga rendah sehingga mereka hanya memilih makanan yang murah setiap hari. Ikan dan sumber hewani lainnya sangat jarang dimakan, mereka hanya mengkonsumsi nasi dan lauk pauk seadanya. Konsumsi energi lebih banyak di dapat dari sumber makanan pokok. Konsumsi zat besi yang baik hanya 37,5%, hal ini sangat jelas sebab konsumsi sumber zat besi yang lebih banyak dari pangan hewani tidak dikonsumsi mereka setiap hari.

(48)

lemak seperti minyak, kacang-kacangan dan biji-bijian. Semua sumber makanan tersebut merupakan sumber energi.

Menurut Wirakusumah (1999), bahwa makan yang beraneka ragam makanan memiliki zat-zat yang saling melengkapi. Mengkonsumsi makanan yang cukup jumlah dan baik kualitasnya dapat mencegah anemia zat gizi besi. Makanan sumber zat besi yang cukup juga mencegah anemia. Sumber makanan yang mengandung zat besi terutama pada makanan sumber lauk hewani dan kacang-kacangan, juga ada pada sayuran hijau dan buah-buahan.

5.4. Status Gizi Buruh Wanita

Status gizi berdasarkan IMT buruh wanita lebih banyak pada yang normal yaitu 72,5%, sedangkan yang kurus ada 12,5% dan sangat kurus ada 5%. Menurut Supariasa (2001), salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi adalah jumlah karbohidrat, protein, vitamin dan mineral yang seimbang. Jika asupan tersebut tidak terpenuhi maka akan berakibat pada status gizi yang tidak normal atau kurang bahkan buruk. Dalam hal untuk orang dewasa dinyatakan dengan kurus atau sangat kurus.

(49)

5.5. Status Anemia berdasarkan Konsumsi Pangan Buruh Wanita

Buruh wanita yang bekerja di perusahaan PT Bumi Ayu Sejati sebagian besar menderita anemia yaitu 52,5% dan yang tidak anemia 47,5%. Kejadian anemia yang tinggi pada buruh wanita ini disebabkan kecenderungan konsumsi pangan yang tidak memadai, ini dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi secara harian masih kurang kurang beragam. Mereka masih kurang dalam konsumsi sayur dan buah, serta ikan/makanan laut juga kacang-kacangan. Sumber besi terutama pada sumber makanan hewani, sementara buruh wanita kurang mengkonsumsi makanan hewani. Hal ini diduga karena juga kondisi ekonomi buruh wanita, dimana dilihat dari konsumsi makanan pada buruh wanita yang tidak anemia kondisinya hampir sama dengan yang anemia. Terutama untuk konsumsi ikan/makanan laut sebagai sumber besi utama mereka mengkonsumsi dalam frekuensi yang tidak begitu berbeda.

Menurut Marsetyo (2005), sumber besi utama pada makanan terdapat dalam makanan hewani seperti hati, daging, kuning telur, ikan, tiram, udang. Sayuran hijaupun mengandung besi tetapi makanan hewani lebih baik dari pada nabati. Jika dilihat konsumsi sayuran hijau pada buruh wanita yang menderita anemia dengan yang tidak anemia juga hampir sama, Sangat sedikit buruh wanita yang mengkonsumsi sayuran hijau setiap hari, seperti bayam, daun singkong dan kangkung.

(50)

menderita anemia (1-3x/hari ada 75%). Demikian juga yang mengkonsumsi kacang hijau setiap hari lebih banyak yang tidak menderita anemia daripada buruh wanitayang mengkonsumsi dengan frekuensi jarang atau dalam frekuensi mingguan. Demikian juga halnya untuk konsumsi kacang panjang merah dan kacang kedele. Kecuali kacang panjang tidak ada kecenderungan perbedaan status anemia yang mengkonsumsi kacang panjang dalam frekuensi sering atau jarang dengan buruh wanita yang menderita anemia.

Konsumsi zat gizi yang dilihat dari energi, protein dan besi kecenderungannya terhadap anemia masih sangat besar. Buruh wanita yang menderita anemia ada 52,5%, lebih dari separuhnya. Hal ini dikarenakan mereka mengkonsumsi zat gizi masih dalam jumlah yang kurang, terutama makanan yang mengandung sumber besi. Dari data penelitian terlihat bahwa buruh wanita yang mengkonsumsi zat besi dalam kategori kurang dan defisit semuanya mengalami anemia.

Menurut Arisman (2004), anemia dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, yaitu kehilangan darah secara kronis, asupan zat besi tidak cukup, serta penyerapan tidak adekuat dan peningkatan kebutuhan zat besi. Zat besi dapat diperoleh dari sumber makanan yang mengandung zat besi seperti sayur-sayuran, kacang-kacangan dan dapat diperoleh dari suplemen.

(51)

dikonsumsi sehingga tidak tergambar kecenderungan hubungannya dengan kejadian anemia. Tetapi, jika dilihat dari konsumsi protein mempunyai kecenderungan hubungan dengan kejadian anemia.

Buruh wanita yang mengalami defisit protein lebih banyak mengalami anemia sdangkan, yang tidak anemia lebih banyak pada buruh wanita yang baik konsumsi proteinnya. Sumber makanan yang mengandung protein yang utama adalah makanan lauk pauk, juga merupakan sumber zat besi. Sehingga hal ini menjadikan konsumsi protein mempunyai kecenderungan hubungan dengan kejadian anemia.

5.6. Status Anemia berdasarkan Konsumsi Suplemen

Konsumsi suplemen yang diminum buruh wanita ada 3 jenis yaitu neurobion 5000, calvita dan hemaviton. Buruh wanita paling banyak mengkonsumsi suplemen adalah jenis neurobion 5000 sebanyak 55%. Dilihat dari data tentang anemia pada buruh wanita, yang mengkonsumsi suplemen jenis hemaviton paling banyak menderita anemia yaitu ada 71,4%.

(52)

Dosis suplemen yang diminum adalah antara 250 mg dan 500 mg. Untuk suplemen dengan dosis 250 mg lebih banyak diminum pada buruh wanita yang menderita anemia daripada suplemen dengan dosis 500 mg. Pada buruh wanita yang tidak menderita anemia, suplemen yang diminum lebih banyak dengan dosis 500 mg daripada suplemen dengan dosis 250 mg. Hal ini dapat menjadi saran bagi orang yang menderita anemia untuk meminum suplemen 2x/hari dengan dosis 500mg. Demikian juga untuk perusahaan yang hendak membagikan suplemen pada buruhnya, sebaiknya suplemen dengan dosis 500 mg. Sementara itu dosis suplemen yang diminum lebih banyak yang 500 mg/hari yaitu ada sebanyak 22 orang (59,46%), sedangkan yang 250 mg/hari ada 15 orang (40,54%). Jenis suplemen yang diminum buruh wanita lebih banyak neurobion 5000 ada sebanyak 22 orang (55%), calvita 20% dan hemaviton 17,5%.

5.7. Status Anemia berdasarkan Status Gizi

(53)

Kondisi anemia untuk buruh wanita yang kurus dan sangat kurus dalam hal ini kecenderunyannya lebih berisiko daripada yang normal. Distribusi buruh wanita untuk yang anemia lebih kecil terjadi pada orang gemuk dan obes dibandingkan untuk orang kurus, sangat kurus dan normal. Dalam hal ini buruh wanita yang gemuk dan tidak anemia ada 66,7% dan yang obes 100% semua tidak anemia. Dilihat dari data buruh wanita yang tidak anemia banyak terjadi pada kondisi status gizi yang gemuk dan obes daripada buruh wanita yang normal dan kurus. Buruh wanita yang kurus sangat berisiko untuk juga menjadi anemia karena konsumsi makanan sudah dalam keadaan yang tidak mencukupi/jumlah kurang dan hal ini terjadi terus menerus sehingga kekurangan zat gizi makro juga menyebabkan kekurangan zat gizi mikro.

(54)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Buruh wanita yang anemia (52,5%) lebih banyak daripada yang tidak anemia (47,5%).

2. Status gizi buruh wanita normal sebanyak 57,5%, gemuk 20,0%, tetapi ada kurus sebanyak 22,5%

3. Diantara 21 orang buruh wanita yang anemia yang mengkonsumsi kacang-kacangan dengan frekuensi 1-3x/hari adalah buncis (1 orang), kacang hijau (1 orang), kacang panjang (2 orang).

4. Sebagian kecil buruh wanita dari 21 orang yang anemia mengkonsumsi sayuran hijau setiap hari, yaitu bayam (1 orang), daun singkong (2 orang) dan kangkung (1 orang).

5. Buruh wanita yang tidak anemia lebih banyak mengkonsumsi suplemen dengan dosis 500 mg dan frekuensi sering. Jenis suplemen yang lebih banyak diminum buruh wanita yang tidak anemia adalah neurobion.

6. Konsumsi zat gizi (energi, protein dan zat besi) yang baik lebih banyak pada buruh wanita yang tidak anemia, terutama pada wanita yang baik konsumsi zat besinya.

6.2. Saran

(55)
(56)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Anonim. 2005. 7 dari 10 Wanita Hamil Terkena Anemia. Dalam

www.balitaanda.indoglobal.com. diakes 19 Desember 2009.

Arsiman, 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan, Jakarta. Buku Kedokeran EGC. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2001. Keadaan Pekerja/Buruh/

Karyawan di Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1998. Pedoman penanggulangan

Anemia Gizi untuk Remaja Puteri dan Wanita Usia Subur. Jakarta. Djojosoebagio S, Suhardjo, Husaini MA, Piliang WG, Karyadi D. 1986. Anemi dan

non Anemi Kurang Besi dalam Hubungannya dengan Aspek-Aspek Fungsional II Khususnya Produktivitas Kerja. Bogor : Jurusan Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, IPB.

Farihah, S., 1999. Kajian Anemia Pada Pekerja Dan Faktor Determinan Pada Perusahaan Plywood. Di Tanggerang, Jakarta: Universitas Indonesia. Hardinsah, Suhardjo. 1987. Ekonomi Gizi. Diktat. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat

dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, IPB.

Hulu DB. 2004. Faktor-faktor yang mempengaruhi status anemia dan kaitannya dengan prestasi belajar pada siswi SMKN I Bogor. Skripsi. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Husaini MA dkk. 1987. Evaluation Of Nutritional Anemia Intervention Among Anemia Female Workers on a tea plantation. In : Iron Deficiency and Work Performance (Hallberg L. and Scrimshaw NS eds.). The Nutrition Foundation, Washington Dc. 1987:73-78.

Kartasapoetra, 2005. Ilmu Gizi Korelasi Gizi, Kesehatan dan Produktivitas. Jakarta. Penerbit Rineka Cipta.

(57)

Khomsan A. 2004. Peranan Pangan dan Gizi Untuk Kualitas Hidup. Jakarta: Gramedia.

Komite Nasional PBB Bidang Pangan dan Pertanian. 1992. Anemia Gizi. Seminar Gizi Nasional, Persiapan ”International Conference on Nutrition, Rome, December 1992; Jakarta, 13-14 Januari 1992.

Mackiligan, et.all. 1984. Anemia in Woman Workers in five Factories. Presented at INACG Meeting, Denpasar, Nov. 14-18.

Marsetyo, 2005. Ilmu Gizi. Jakarta. Rineka Cipta.

Ravianto J. 1985. Produktivitas dan Manusia Indonesia. Jakarta: Lembaga Sarana Informasi dan Produktivitas.

Rimbawan dan A. Siagian. 2004. Indeks Glikemik Pangan. Cara Mudah Memilih Pangan yang Menyehatkan. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.

Ross J, Horton S. 1998. Economic Consequences of Iron Deficiency. Ottawa : Micronutrien Initiative.

Sampoerna, 2004. Kiat Mengenal Penyakit dan Obatnya, Jakarta. Progres.

Scholz, B., Gross, R, Schultink. W. and Sastroamidjojo, S. 1997. Anemia Is Associated With Reduced Productivity Of Women Workers Even In Less-Physicalystreuous Task. British journal of Nutrition. 1997;77: 47-57. Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta: Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.

Soekirman et al. 2003. Situational Analysis of Nutrition Problems in Indonesia : Its Policy, Programs and Prospective Development . Directorate of Comunity Nutrition, The Ministry of Health, World Bank.

Suhardjo, 1989. Sosio Budaya Gizi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi. Bogor : Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.

Tjiptoherijanto P, Soesetyo B. 1994. Ekonomi Kesehatan. Jakarta: Rineke Cipta. Untoro, J., gross, R., Schultink, W. and Sediaoetama. The Association Between

BMI And Hemoglobin And Work Productivity Among Indonesian Female Factory Workers. Eur J Clin Nutr 1998;52:131-35.

(58)

Wirakusumah, 1999. Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. Jakarta : Trubus Agriwidaya.

Yip, R and Dallman, P.R. 1996. The role of inflammation and iron deficiency as causes of anemia. Am J Clin Nutr.

Gambar

Tabel 2.1. Rata-rata Kecukupan Zat Gizi Orang Dewasa Wanita Bekerja Sedang Menurut Umur
Tabel 4.1. Distribusi Buruh Wanita Berdasarkan Karakteristik Buruh Wanita yang Dianut di Perusahaan PT
Tabel 4.3. Distribusi Buruh Wanita Berdasarkan Status Anemia di Perusahaan PT. Ayu Bumi Sejati Kelurahan Pekan Labuhan Medan tahun 2010
Tabel 4.5. Distribusi Buruh Wanita Berdasarkan Frekuensi dan Jenis Makanan di Perusahaan PT Ayu Bumi Sejati Kelurahan Pekan Labuhan Medan tahun 2010 Frekuensi Makan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi : Hubungan Lama Menstruasi, Jumlah Darah Menstruasi, Konsumsi zat Besi dan Konsumsi Protein ( Susu Kedelai ) Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswi S1

Ada hubungan tingkat konsumsi zat besi dan pola menstruasi (lama menstruasi dan siklus menstruasi) dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Kristen

skripsi dengan judul : “ HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI ZAT BESI DAN POLA MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMP KRISTEN 1 SURAKARTA ” , sebagai

Hubungan Pengetahuan Tentang Anemia, Lama Menstruasi, Konsumsi Zat Besi Dengan Anemia Pada Remaja Putri SMK Negeri 1 Metro Lampung.. Fakultas Kesehatan

Tidak ada hubungan pola konsumsi jenis makanan yang mengandung zat besi. pada ibu menyusui dengan kejadian anemia pada bayi 0-6 bulan di Kota Binjai

Faktor yang berhubungan dengan terjadinya anemia pada ibu hamil adalah faktor usia ke- hamilan, status gizi sebelum hamil, dan ukuran LILA, sedangkan keragaman konsumsi pangan

Ada hubungan yang bermakna antara frekuensi konsumsi pangan sumber zat besi dan asam folat dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah kerja Puskesmas Tawaeli. Maka

Banyaknya darah yang keluar berperan pada kejadian anemia karena wanita tidak mempunyai persediaan zat besi yang cukup dan absorpsi zat besi kedalam tubuh tidak dapat menggantikan