• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) Terhadap Pemupukan Nitrogen Dan Fosfor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respon Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) Terhadap Pemupukan Nitrogen Dan Fosfor"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS

KEDELAI ( Glycine max (L.) Merrill) TERHADAP PEMUPUKAN

NITROGEN DAN FOSFOR

SKRIPSI

OLEH:

ANDAR LAUREL SITEPU

040307008

BDP-Pemuliaan Tanaman

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS

KEDELAI ( Glycine max (L.) Merrill) TERHADAP PEMUPUKAN

NITROGEN DAN FOSFOR

SKRIPSI

OLEH:

ANDAR LAUREL SITEPU

040307008

BDP-Pemuliaan Tanaman

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara.

Disetujui oleh : Disetujui oleh :

( Ir. Mbue Kata Bangun, MP) (Ir. Isman Nuriadi)

Ketua Pembimbing Anggota Pembimbing

NIP : 130 802 482 NIP : 130 810 742

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRACK

The objective of this research was to study of Respon Growth and Produce Some Variety Soy of Fertilization of Nitrogen and Phosphorus. The research was held a Agriculture faculty, North Sumatera University, Medan, conducted from Agustus to November 2008.

The design used in this research use the random Device of Factorial group by 2 ( two) is factor that is : first factor is varietas soy by 2 type consisted of : V1 : Anjasmoro variety; V2 : Willis varity. Second factor is concentrastion of : K1 : 50 kg/ha, 30 kg/ha; K2 : 50 kg/ha, 60 kg/ha; 50 kg/ha, 90 kg/ha ; 100 kg/ha, 30 kg/ha; 100 kg/ha, 60 kg/ha; 100 kg/ha, 90 kg/ha; 150 kg/ha, 30 kg/ha; 150 kg/ha, 60 kg/ha, 150 kg/ha, 90 kg; 100 kg/ha, 0 kg/ha; 0 kg/ha, 60 kg/ha.

Perseption result of from this reserch is high of crop, age flower the, sum up the branch, age harvest the, amount of seed place, sum up the seed, poduce and wight 100 seed.

The result of analisis data is statistically obtained by that fertiliazation treatment have an effect on the reality of age flower the, varietas differ the reality ti high of crop, age flower the, age harvest the, amount polong, sum up the seed and wight 100 seed. Interaction of both differing reality to high of crop 4 MST

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Respon Pertumbuhan dan Produksi beberapa Varietas Kedelai terhadap Pemupukan Nitrogen dan Fosfor. Penelitian ini dilaksankan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dari bulan Agutus hingga November 2008.

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama yaitu : Varietas Kedelai dengan 2 (dua ) jenis yaitu varietas Anjasmoro dan Willis, dan faktor keua yaitu : Perbandingan kombinasi dosis pupuk Nitrogen dan fosfor dengan 11 (sebelas) jenis.

Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah cabang, umur panen, jumlah polong, jumlah biji, produksi per tanaman dan bobot 100 biji.

Dari hasil analisis data secara statistik diperoleh bahwa perlakuan pemupukan berpengaruh nyata terhadap umur berbunga, varietas berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, umur berbunga, umur panen, jumlah polong, jumlah biji dan bobot 100 biji. Interaksiantara pupuk dengan varietas belum berbeda nyata terhadap semua parameter.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Andar Laurel Sitepu dilahirkan di Sidikalang pada tanggal 22 Oktober

1985 dari Ayahanda Padin Effendi Sitepu, BA dan Ibunda Loide Br. Sagala. Penulis merupakan putra ketujuh dari tujuh bersaudara.

Adapun pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah SD Negeri 030285 Sidikalang lulus tahun 1998, SMP Negeri 2 Sidikalang lulus tahun 2001, SMU Negeri 2 Sidikalang lulus tahun 2004. Terdaftar sebagai mahasiswa Pemuliaan Tanaman Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada tahun 2004 melalui jalur SPMB.

Penulis pernah menjadi Asisten di Laboratorium Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Fakultas Pertanian Universitas Utara pada periode 2007/2008 dan 2008/2009 dan juga aktif dalam organisasi HIMADITA (Himpunan Mahasiswa Budidaya Pertanian).

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Respon Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai

(Glycine max (L.) Merrill) Terhadap Pemupukan Nitrogen dan Fosfor”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Ir. Mbue Kata Bangun, MP selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Isman Nuriadi selaku Anggota pembimbing yang telah banyak membantu dan membimbing dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini, dan juga kepada para dosen dan staf pengajar mata kuliah yang telah memberi ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan.

(7)

membantu dan memberikan masukan kepada penulis yang tidak tersebutkan satu persatu, terima kasih.

Terima kasih juga kepada teman-teman di rogram Studi Pemuliaan Tanaman dan Agronomi yang telah banyak membantu dalam perkuliahan. Tidak lupa kepada rekan-rekan di Laboratorium Zat Pengatur Tumbuh Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya.

Akhir kata penulis mengharapkan saran dan masukan dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini dimasa mendatang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

(8)

DAFTAR ISI

(9)
(10)

DAFTAR TABEL

Hal 1. Rataan Tinggi Tanaman (cm) pada Perlakuan Pemupukan dan

Varietas Kedelai ... 22 2. Rataan Umur Mulai Berbunga pada Perlakuan Pemupukan dan

Varietas Kedelai ... 23 3. Rataan Jumlah Cabang per Tanaman (cabang) pada Perlakuan

Pemupukan dan Varietas Kedelai ... 25 4. Rataan Umur Panen (HST) pada Perlakuan Pemupukan dan

Varietas Kedelai ... 26 5. Rataan Jumlah Polong (polong) pada Perlakuan Pemupukan dan

Varietas Kedelai ... 27 6. Rataan Jumlah Biji (biji) pada Perlakuan Pemupukan dan

Varietas Kedelai ... 29 7. Rataan Produksi per Tanaman (gr) pada Perlakuan Pemupukan dan

Varietas Kedelai ... 30 8. Rataan Bobot 100 Biji (gr) pada Perlakuan Pemupukan dan

(11)

DAFTAR GAMBAR

Hal

1. Grafik Pertumbuhan Tinggi Tanaman Dua Varietas Kedelai ... 22

2. Histogram Rataan Umur Mulai Berbunga (HST) ... 24

3. Histogram Rataan Umur Panen (HST) ... 27

4. Histogram Rataan Jumlah Polong per Tanaman (polong) ... 28

5. Histogram Rataan Jumlah Biji per Tanaman (biji) ... 29

6. Histogram Rataan Produksi per Tanaman (gr) ... 31

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Deskripsi Jagung Varietas BISI 2, P12 dan Arjuna ... 36

2. Bagan Penelitian ... 37

3. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 38

4. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST(cm) ... 39

5. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST ... 39

6. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST(cm) ... 40

7. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST ... 40

8. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6 MST(cm) ... 41

9. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST ... 41

10. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 8 MST(cm) ... 42

11. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 8 MST ... 42

12. Data Pengamatan Jumlah Tongkol per Tanaman (buah) ... 43

13. Sidik Ragam Jumlah Tongkol per Tanaman ... 43

14. Data pengamatan bobot tongkol berklobot (g) ... 44

15. Sidik Ragam Bobot Tongkol Berklobot ... 44

16. Data Pengamatan Bobot Tongkol Bersih (g) ... 45

17. Sidik Ragam Bobot Tongkol Bersih ... 45

18. Data Pengamatan Panjang Tongkol (cm) ... 46

19. Sidik Ragam Panjang Tongkol ... 46

20. Data Pengamatan Diameter Tongkol (cm) ... 47

21. Sidik Ragam Diameter Tongkol ... 47

(13)
(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai merupakan komoditas pangan utama ketiga setelah padi dan jagung. Permintaan kedelai untuk konsumsi, pakan ternak dan bahan baku industri dari tahun ke tahun terus meningkat. Peningkatan kebutuhan kedelai tidak seimbang dengan produksinya Sumarno (1999) mengemukakan bahwa masalah utama penyebab kekurangan produksi kedelai adalah luas panen yang belum memadai, masih rendah dari pada kebutuhan. Sedangkan upaya peningkatan produksi dengan cara intensifikasi pada areal yang telah ada kurang memberikan tambahan produksi karena kurangnya tindakan nyata di lapangan. Oleh karena itu, upaya pencukupan produksi kedelai harus ditekankan pada penambahan areal panen baru.

Produksi kedelai Sumatera Utara 2006 sebesar 7.042 ton, turun sebesar 8751 ton atau 55,41 persen dibandingkan produksi kedelai tahun 2005. Penurunan produksi kedelai disebabkan penurunan luas panen sebesar 7476 hektar atau 54,22 persen. (BPS Provinsi Sumatera Utara, 2007).

(15)

perluasan areal tanam kiranya perlu mendapat perhatian yang tinggi. Sumber daya lahan kering yang terdapat di Indonesia masih cukup luas bagi pengembangan areal pertanian termasuk bagi perluasan areal kedelai.

Rekomendasi pemupukan untuk kedelai untuk areal tertentu belum diperoleh lengkap. Dalam skala penelitian dilaporkan bahwa viabilitas benih benih dihasilkan dapat ditingkatkan dengan pemupukan yang tepat. Kekurangan atau kelebihan pupuk N dan P menurunkan viabilitas benih. Sehubungan dengan ini, dosis pupuk yang dikemukakan dibawah ini produksi kedelai non benih dapat diuji kembali jika akan digunakan untuk menghasilkan benih. Di lahan tegalan, pada musim manapun, disarankan menggunakan pupuk organik sebanyak 3-5 ton/ha disamping 50-100 kg urea, 50-100 TSP, dan 50-75 kg KCl per hektar. Pada tanah masam diperlukan pengapuran sebanyak 1,5 kali kandungan Aldd dengan cara menyebar dan mengaduknya merata sedalam + 15 cm, atau sebanyak 300-500 kg/ha barisan tanaman (Mugnisjah dan Setiawan, 1995) .

Terjadinya akses permintaan kedelai yang begitu besar akhir-akhir ini disebabkan oleh beberapa hal seperti : (1)Dari segi permintaan ,(2)Dari segi penawaran (suplai); masih rendahnya rata-rata produktivitas disebabkan oleh penerapan teknologi benih terutama mutu dan dosis pupuk yang tidak sesuai dengan rekomendasi (Manwan. dkk,1990. dalam Sirappa. dkk., 2004).

Dari permasalahan diatas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Respon Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max (L) Merrill ) Terhadap Pemupukan Nitrogen dan Fosfor.

(16)

Tujuan Penelitian

Untuk Mengetahui Respon Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) Terhadap Pemupukan Nitrogen dan Fosfor.

Hipotesis Penelitian

1. Ada Perbedaan Pertumbuhan dan Produksi dari Beberapa Varietas Tanaman Kedelai.

2. Ada Perbedaan Pengaruh Dosis Pupuk Nitrogen dan Fosfor Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Tanaman Kedelai.

3. Adanya interaksi antara varietas dengan pupuk Nitrogen dan Fosfor Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Tanaman Kedelai.

Kegunaan Peneitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat melakukan penelitian di Fakultas Pertanian Universitas sumatera Utara, Medan.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Hidajat (1985), dalam Somaatmadja, dkk (1985), Klasifikasi dari tanaman kedelai adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Subdivisio Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Polypetales

Famili : Leguminosea (Papilionaceae) Genus : Glycine

Spesies : Glycine max (L.) Merrill

Perakaran kedelai akar tunggangnya bercabang-cabang, panjangnya mencapai 2 meter, akar-akar sampingnya menyebar mendatar sejauh 2,5 meter pada kedalaman 10 sampai 15 cm, jika ada bakteri Rhizobium japonicum akan terbentuk bintil-bintil akar (Somaatmadja, 1993).

(18)

utama tergantung dari reaksi genetipa terhadap panjangnya hari dan dari tipe tumbuh, yaitu diterminat dan interminat. Panjang batang hanya sekitar 15 cm. Apabila kultivar tipe interminat yang sesuai untuk daerah hari pendek ditanam didaerah berhari panjang maka tanaman cenderung merambat dan batang dapat mencapai panjang beberapa meter (Hidajat, 1985 dalam Somaatmadja,dkk, 1985).

Kedelai berbatang semak dengan tinggi 30-100 cm. Batang dapat dibedakan membentuk 3-6 cabang. Tipe pertumbuhan dapat dibedakan menjadi 3 macam yakni determinit, indeterminit dan semi determinit. Batang kedelai berwarna ungu dominan berwarna hijau (Departemen Pertanian, 1990).

Daunnya berselang-seling beranak daun tiga, licin atau berbulu, tangkai daun panjang terutama untuk daun-daun yang berada dibagian bawah, anak daun bundar telur samapi bentuk lanset (3-10) cm x (2-6) cm, pinggirannya rata, pangkal membulat, ujungnya lancip sampai tumpul (Somaatmadja, 1993).

Bunga kedelai tergolong bunga sempurna, yaitu setiap bunga memiliki alat jantan dan alat betina. Penyerbukan terjadi pada saat masih tetutup (kleistogamus) sehingga kemungkinan penyerbukan silang amat kecil. Bunga kedelai dapat berwarna ungu atau putih. Tangkai bunga yang tumbuh dari ketiak daun bernama rasim, kuncup-kuncup ketiak daun bagian bawah batang berkembang menjadi bunga. Jumlah bunga yang terbentuk pada ketiak daun amat beragam. Saat bunga terbuka penuh merupakan saat pembuahan atau mungkin satu hari setelah pembuahan (Hidajat, 1985 dalam Somaatmadja, dkk, 1985).

(19)

bunga dapat menjadi polong, walaupun telah terjadi penyerbukan secara sempurna (Departemen Pertanian, 1990).

Umunya sebagian terbesar kultivar kedelai polongnya berisi 2 sampai 3 buah biji. Polong kedelai berbentuk rata atau agak melengkung dan panjangnya berkisar antara 2 cm hingga 7 cm. Polong muda berwarna hijau dan ditumbuhi trikhoma. Warna polong matang beragam antara kuning hingga kuning kelabu, cokelat atau hitam. Warna polong disebakan oleh adanya pigmen karotin dan santofil, oleh warna trikhona dan oleh ada atau tidaknya pigmen antosiani (Hidajat, 1985 dalam Somaatmadja, dkk, 1985).

Berat masing-masing biji pun berbeda-beda, ada yang bisa mencapai 50-500 gram per 1000 butir biji. Warna biji pun berbeda-beda. Perbedaan warna biji dapat dilihat pada belahan biji ataupun pada selaput biji, biasanya kuning atau hijau transparan (tembus cahaya). Disamping itu ada pula biji yang berwarna gelap, kecoklatan sampai hitam atau bintik-bintik (Andrianto dan Indarto, 2004).

Syarat Tumbuh

Iklim

Kedelai menghendaki air yang cukup pada masa pertumbuhannya, terutama pada saat pengisian biji. Curah hujan yang optimal untuk budidaya kedelai adalah 100-200 mm/ bulan, sedangkan tanaman kedelai dapat tumbuh

baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan (Departemen Pertanian, 1996).

(20)

cocok bagi tanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai lebih baik daripada jagung. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di darah yang memiliki curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan. Sedangkan untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm/bulan. Suhu yang dikehendaki antara 21-24 oC, akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai antara 23-27 oC. Pada proses perkecambahan benih kedelai

memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 oC.

Tanaman kedelai dapat tumbuh baik sampai ketinggian 1500 m. suhu nmerupakan faktor terpenting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Perkecambahan optimal terjadi pada suhu 30oC. Pada linkungan yang optimal, biji kedelai berkecambah setelah 4 hari tanam, sedangkan pada suhu sekitar 10oC biji baru berkecambah sekitar 2 minggu tanam. Pertumbuhan terbaik terjadi pada suhu 29,4oC dan menurun bila suhu lebih rendah.Pada tanaman kedelai, radiasi matahari optimum untuk fotosintesis maksimal adalah sebesar 0,3-0,8 kal/cm2/menit. Bardasarkan keragaman radiasi matahari, fotosintesis tertinggi kedelai pada jam 10 pagi,(Baharsyah, dkk, 1985 dalam Somaatmadja,dkk, 1985).

Tanah

(21)

Pada dasarnya kedelai menghendaki kondisi tanah yang terlalu basah, Tetapi air tetap tersedia, kedelai tidak menuntun struktur tanah yang khusus sebagai suatu persyaratan tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam pun kedelai dapat tunbuh dengan baik, asal tidak tergenang air yang akar menyebabkan busuknya akar. Kedelai juga membutuhkan tanah yang kaya akan humus atau bahan organik. Toleransi keasaman tanah sebagai syarat tumbuh bagi kedelai adalah pH = 5,8-7,0 tetapi pada pH 4,5 pun kedelai dapat tumbuh. Dalam pembudidayaan tanaman kedelai, sebaiknya dipilih lokasi yang topograpi tanahanya datar, sehingga tidak perlu dibuat teras-teras atau tanggul. Kedelai biasanya akan tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 m dpl

Pupuk Nitrogen dan Fosfor

Pupuk merupakan suatu bahan yang bersifat organik ataupun anorganik, bila ditambahkan ke dalam tanah atau ke tanaman, dapat memperbaiki sifat fisik, sifat kimia,sifat biologi tanah dan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Cara-cara atau metode serta usaha-usaha yang dilakukan dalam pemberian pupuk atau unsure hara ke dalam tanah atau ke tanaman yang sesuai yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yang normal (Hasibuan, 2004).

(22)

1. Untu meningkatkan pertumbuhan tanaman.

2. Dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebat dengan warna yang lebih hijau, Kekurangan N menyebabkan khlorosis (pada daun muda berwarna kuning).

3. Meningkatkan kadar protein dalam tubuh tumbuhan. 4. Meningkatkan kwalitas tanaman penghasil daun-daunan.

5. Meningkatkan berkembangbiaknya mikro-organisme di dalam tanah (Sutedjo, 2002).

Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk ion nitrat (NO3) dan ion ammonium (NH4+). Sebagian besar Nitrogen di serap dalam bentuk ion nitrat karena ion nitrat tersebut bermuatan negatife sehingga selalu berada didalam larutan tanah, ion nitrat lebih mudah tercuci oleh aliran air (Novizan, 2005).

N atmosfer secara simbiotik difiksasi didalam bintil akar legume. Bentuk N ini dapat kembali ke dalam tanah melalui berbagai mekanisme sebagai berikut:

1. Perjalanan utama yang lain dari N fiksasi simbiotis dari tanah ke tanah adalah melalui ekskresi langsung dari akar yang hidup dan dari bintil akar. Lebih kurang 60 % N tanah bertambah dalam legume berasal dari ekskresi hara mikro bebas ini didukung oleh kepentingan ekskresi yang ditujukan oleh banyak sekali perambahan N tahunan kedalam tanah.

(23)

3. mikro free-living nitrogen fixing, dapat merupakan sumber penambahan

yang ditambahkan ke rhizosfer. Sebanyak 1/3 dari total N tanah disumbangkan oleh mikroorganisme

(Lie and Mulders 1981).

Urea berupa senyawa kimia organik : CO (NH2)2 , berbentuk kristal berwarna putih, tetapi dalam perdaganganberbentuk butir-butir tengah + 1 mm. Kadar N-nya 45-46 %; untuk perhitungan-perhitungan kasaarnya diambil 45%, sifat-sifatnya :

- Termasuk golongan pupuk yang higroskopik , pada kelembaban nisbi 73% sudah mulai menarik uap air dari udara.

- Larut dalam air, Dalam tanah urea dirubah oleh bakteri menjadi ammoniumkarbonat. Proses selanjutnya adalah analog dengan ammoniumsulfat.

- Reaksi fisiologisnya adalah asam lemah, angka pengapurannya 80. (Sosrosoedirdjo, dkk, 1992)

(24)

dan membentuk H2PO4 di dalam larutan tanah sehingga dapat mempercepat tanaman menyerap unsur tersebut (Hasibuan, 2004).

Superfosfat rangkap bahan pokoknya adalah sama dengan E.S., Perbedaannya pupuk ini tidak mengandung gips dan kandungan P2O5 jauh lebih tinggi yaitu antara 36-38%. Pupuk ini sudah lama dikenal di Indonesia dengan nama dubblesuperfosfat atau D.S. Berpuluh-puluh tahun merupakan pupuk fosfat buatan yang terpenting yang diimpor ke Indonesia dari negeri Belanda. Baru setelah hubungan dengan luar negeri Belanda diputuskan, Perhatian ditunjukan pada superfosfat Amerika dengan kadar P2O5 yang lebih tinggi yang sekarang dikenal deengan nama triple-superfosfat atau T.S. D.S dan T.S kedua-duanya berwarna abu-abu, hanya D.S merupakan serbuk, Sedangkan T.S merupakan butran-butiran (granulated) (Sosrosoedirdjo, dkk 1992)

Sebagaimana penetapan jarak tanam dan populasi, pemupukan untuk produksi kedelai nonbenih juga disesuaikan dengan pola tanam dan jenis lahan. Dilahan sawah pada MK I (pola tanam padi-palawija-palaiwija) dan MK II (pola tanam padi-padi-palawija) hanya diperlukan urea 50 kg/ha pada saat tanam, paket ini sesuai untuk wilayah supra insus. Pada tanah Grumusol diperlukan 50 kg urea, 75 kg TSP, dan 100 kg KCl per hektar, sedangkan pada tanah hidromof 100 kg urea , 75 kg TSP, dan 100 kg KCl per hektar . Pupuk diberikan disamping barisan tanaman pada kedalaman + 7 cm. Pada MK (pola tanam padi-palawija- palawija) digunakan 50 kg urea, 100 kg TSP dan 100 kg KCl per hektar (Mugnisjah dan Setiawan, 1995).

(25)

Butiran pupuk akan menyerap air tanah disekitarnya dan memasuki bagian dalam butir-butir pupuk dan melarutkan fosfat yang akhirnya menghasilkan larutan jenuh atau mendekati jenuh dan fosfat yang terlarut ini selanjutnya berdifusi keluar dari butir-butir pupuk memasuki larutan tanah (Hasibuan, 2004).

Kedelai, seperti halnya kacang-kacangan lain, Mengikat Nitrogen dengan bantuan Bakteri secara simbiosis. Dalam proses fiksasi nitrogen dari udara oleh

Rhizobium dalam bintil akar akan terbentuk senyawa hidroksilamin atau amoniak.

Dengan adanya asam oksaloasetat dan asam keto-glutarat, N2 disintesis menjadi asam amino atau protein. Kedua macam asam ini dihasilkan dari proses respirasi dalam siklus Kreb. Dalam proses fiksasi N2 ini perana ATP (Adenosin trifosfat) sebagai sumber tenaga sangat penting. ATP dihasilkan dari fotosintesis atau respirasi sebagai sumber tenaga dan pertumbuhan. Radiasi matahari secara tidak langsung mempengaruhi proses metabolisme tanaman, yaitu dengan dihasilkannya sumber tenaga dalam bentuk ATP. Proses fotosintesis meningkat dengan meningkatnya radiasi sampai batas – batas optimum, dimana ATP yang dihasilkan cukup besar (Baharsyah, dkk, 1985 dalam Somaatmadja,dkk, 1985).

Varietas

(26)

sampai beberapa generasi tanpa mengalami kemunduran asal kemurnian benihnya tetap dijaga (Departemen Pertanian, 1990).

Program pemuliaan tanaman kedelai memerlukan banyak informasi tentang sifat-sifat agronomi, komponen hasil, keragaman fenotopik dan genotipik dari plasma nutfah yang dimiliki.Informasi-informasi tersebut serta implikasinya terhadap perbaikan kuantitas dan kwalitas hasil taaman kedelai sampai sekarang masih terbatas. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian terhadapgenotipe-genotipe yang ada untuk mendapatkan beberapa informasiyang diperlukan bagi program pemuliaan tanaman, sehingga arah pemuliaan tanaman keelai menjadi lebih jelas (Surwandi, dkk, 2002).

(27)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan di Laboratoriun Sentral Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dengan ketinggian tempat + 25 meter dpl, yang dilakukan pada bulan Juli 2008 sampai dengan bulan Oktober 2008.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 (dua) benih Varietas kedelai yaitu Varietas Anjasmoro dan Willis sebagai obyek yang diamati, Top soil, kompos dengan perbandingan 2:1 sebagai media tanam, Pupuk Urea (50 kg/ha, 100 kg/ha, 150 kg/ha), pupuk SP-36 (30 kg/ha, 60 kg/ha, 90 kg/ha), pupuk KCl (60 kg/ha), Insektisida Matador 2 cc/l, Fungisida Dithane 45 2 cc/l air, polibag ukuran 10 kg sebagai tempat media tanam dan bahan-bahan lain yang mendukung Penelitian ini.

(28)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor yaitu :

1. Varietas kedelai dengan 2 (dua) jenis terdiri dari : V1 : Varietas Anjasmoro

V2 : Varietas Willis

2. Perbandingan kombinasi dosis pupuk Nitrogen dan Fosfor dengan 11 (sebelas) jenis terdiri dari :

Kombinasi perlakuan : 22 Kombinasi

(29)

Jumlah tanaman seluruhnya : 88 tanaman Jumlah tanaman sampel seluruhnya : 88 tanaman

Data yang diperoleh, dianalisis dengan sidk ragam linier sebagai berikut :

Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + ijk

i = 1.2 j = 1,2 k = 1,2,...,11

Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan varietas (V) pada taraf ke-j dan perbandingan pupuk (K) pada taraf ke-k.

µ = Nilai tengah

ρi = Efek blok ke-i

αj = Efek varietas pada taraf ke-j

βk = Efek perbandingan pupuk pada taraf ke-k

(αβ)jk= Efek interaksi varietas pada taraf ke-j dan perbandingan pupuk pada

taraf ke-k

ijk = Efek galat pada blok ke-i yang disebabkan varietas pada taraf ke-j dan

perbandingan pupuk pada taraf ke-k.

(30)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Areal yang digunakan untuk penelitian terlebih dahulu diukur sesuai kebutuhan, lalu dibersihkan dari gulma yang ada sehingga benar-benar bersih. Setelah itu dibentuk blok-blok sebanyak 2 blok dengan jarak antar blok 50 cm. Setiap blok dibagi menjadi 22 plot dengan jarak antar plot 30 cm. Pada sekeliling areal dibuat areal drainase sedalam 50 cm untuk menghindari adanya penggenangan air disekitarnya.

Persiapan Media Tanam

Tempat atau media tanam yang digunakan adalah polibag 10 kg dan media tanam yang digunakan adalah campuran top soil dan kompos dengan perbandingan 2 :1. Pengisian media tanam dilakukan sampai batas 5 cm dari mulut polibag bagian atas.

Persiapan Benih

Disiapkan benih dari 2 varietas yang akan ditanam sesuai perlakuan , sebelumnya direndam terlebih dahulu dalam air selama + 30 menit untuk mempercepat perkecambahan.

Aplikasi Pemupukan

(31)

diberikan pada saat tanam dan 2/3 diberikan pada saat 3 minggu setelah tanam (MST), Sedangkan pupuk TSP diberikan saat penanaman.

Penanaman

Benih ditanam setelah benih direndam terlebih dahulu dalam air selama + 30 menit untuk mempercepat perkecambahan. Benih ditanam dengan 2-3 benih/ lubang dan kedalaman tugal 2-3 cm, lalu ditutup dengan kompos.

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yakni pagi dan sore dengan menggunakan gembor, penyiraman dilakukakan sesuai dengan kondisi lapangan.

Penjarangan

Penjarangan dilakukan pada 2 MST yakni dipilih tanaman yang pertumbuhannya kurang baik atau abnormal. Penjarangan dilakukan dengan memotong tanaman.

Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan dengan cara membuat gundukan tanah di sekeliling tanaman, Pembumbunan dilakukan agar tanaman agar tanaman tidak mudah rebah dan berdiri tegak.

Penyiangan

(32)

unsur hara dari dalam tanah. Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menyemprotkan insektisida Matador 2 cc/liter air dan fungisida Dithane 45 M 2 cc/liter air, Penyemprotan dilakukan pada waktu yang berbeda tergantung jenis hama dan pola penyerangannya. Penyemprotan disesuaikan dengan kondisi di lapangan dengan menggunakan handsprayer.

Pemanenan

Panen dilakukan setelah biji pada polong sudah mencapai kriteria panen seperti warna daun menguning, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari warna hijau menjadi kuning kecokelatan, batang berwarna kuning kecokelataan dan gundul.

Pengamatan Parameter

Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur dengan menggunakan meteran, tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan media tanaman sampai ketitik tumbuh. Pengamatan tinggi tanaman dimulai setelah tanaman berumur 2 MST sampai tanaman mulai berbunga.

Jumlah cabang (buah)

(33)

Umur mulai berbunga (HST)

Umur berbunga dihitung saat bunga pertama sudah muncul dalam satu tanaman.

Umur panen (MST)

Umur panen dihitung mulai dari penaman benih hinga tanaman siap untuk di panen dengan menunjukkan kriteria panen yakni daun menguning dan kecoklat-coklatan.

Jumlah polong per tanaman (buah)

Jumlah polong dihitung dengan cara menghitung polong yang tumbuh sempurna.jumlah polong dapat diketahui dengan menghitung semua polong yang terbentuk pada setiap tanaman.Pengamatan dilakukan pada saat panen.

Jumlah biji per tanaman (buah)

Jumlah biji dihitung dengan cara menghitung biji yang ada pada polong setiap perlakuan.

Produksi per tanaman (gr)

Perhitungan produksi per sampel dilakukan dengan cara menimbang bobot buah per tanaman setiap perlakuan dengan menggunakan timbangan analitik

Bobot 100 biji (gr)

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dari hasil yang diperoleh perlaukan varietas berpengaruh nyata terhadap parameter Tinggi tanaman 2 MST, 4 MST, 6 MST, umur mulai berbunga, umur panen, jumlah polong per tanaman, jumlah biji per tanaman dan bobot 100 biji. Perlakuan pemupukan hanya berpengaruh nyata terhadap umur mulai berbunga. Sedangkan interaksi antara varietas dan pemupukan berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 4 MST dan parameter produksi per tanaman dan belum berpengaruh nyata terhadap semua perameter yang diamati.

Tinggi Tanaman

Dari hasil pengamatan rataan dan sidik ragam dari tinggi tanaman 2 MST, 4 MST dan 6 MST (pada lampiran 4 s/d 11). Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan pemupukan yang diberikan belum berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 2 MST hingga 6 MST, varietas berbeda nyata terhadap tinggi tanaman 2 MST, 4 MST dan 6 MST, sedangkan interaksi antara pemupukan dan varietas hanya berbeda nyata pada tinggi tanaman 4 MST.dan tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 2 MST dan 6 MST.

(35)

Tabel 1. Data tinggi tanaman (cm) pada perlakuan pemupukan dan

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.

Dari tabel dapat dilihat bahwa tanaman tertinggi terdapat pada varietas Anjasmoro yaitu 92,3 cm, pada perlakuan pemupukan tinggi tanaman tertinggi adalah pada K5 yaitu 101,35 cm dan terendah terdapat pada K9 yaitu 85,05 cm.

Grafik pertumbuhan tinggi tanaman 2 MST, 4 MST dan 6 MST dari kedua varietas kedelai dapat dilihat pada gambar 1.

Grafik pertumbuhan tinggi tanaman (cm)

Gambar 1. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman kedua varietas

(36)

Umur Mulai Berbunga (HST)

Hasil analisis data pengamatan dan sidik ragam umur mulai berbunga dapat dilihat pada lampiran 10 dan 11. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan varietas dan pemupukan memberikan pengaruh nyata terhadap umur mulai berbunga, sedangkan interaksi antara varietas dan pemupukan belum berpengaruh nyata terhadap umur mulai berbunga.

Data umur mulai berbunga (HST) pada perlakuan pemupukan dan varietas dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Data umur mulai berbunga (HST) pada perlakuan

pemupukan dan varietas

Varietas Pupuk Rataan

K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 K11 V1 72.5 73.0 76.0 75.0 76.5 76.0 74.0 78.0 75.5 79.5 81.0 75.9a V2 77.0 78.5 75.5 80.5 78.0 79.0 79.0 77.0 77.5 77.0 83.5 78.4b

Rataan 74.8b 75.8b 75.8a 77.8a 77.3a 77.5a 76.5b 76.5a 76.5a 78.3a 82.3a Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata

menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.

Dari tabel dapat dilihat bahwa perlakuan varietas menunjukkan pengaruh nyata dimana varietas yang tercepat pada varietas V1 (75.9 HST), sedangkan pada interaksi pemupukan dan varietas dapat dilihat belum menunjukkan pengaruh nyata terhadap umur mulai berbunga , dimana umur mulai berbunga tercepat terdapat pada perlakuan V1K1 (72.5 HST) dan terlama terdapat pada perlakuan V2K11(83.5 HST).

(37)

Histogram Rataan Umur M ulai Be rbunga (HST)

Gambar 2. Rataan umur mulai berbunga (HST) pada perlakuan pemupukan.

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan pemupukan berpengaruh nyata terhadap parameter umur mulai berbunga, dimana umur berbunga tercepat adalah pada perlakuan K1 (74.8 HST) dan paling lama pada perlakuan K11 (82.3 HST). Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan K11 (tanpa pemupukan Nitrogen) berpengaruh memperlambat pembungaan dibandingkan dengan perlakuan pemupukan Nitrogen).

Histogram rataan umur mulai berbunga pada perlakuan pemupukan dapat dilihat pada gambar 3.

Histogram Rataan Umur Mulai Berbunga (HST)

74.8 75.8 75.9 77.8 77.3 77.5 77.3 78.3 79.3 77.0 81.0

0

(38)

Jumlah Cabang (cabang)

Hasil analisis data pengamatan dan sidik ragam jumlah cabang dapat dilihat pada lampiran 12 dan 13. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan varietas dan pemupukan belum menunjukkkan pengaruh yang nyata terhadap parameter jumlah cabang, begitu juga dengan interaksi antara varietas dengan pemupukan juga belum berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah cabang.

Data jumlah cabang (cabang) pada perlakuan pemupukan dan varietas dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Data jumlah cabang (cabang) pada perlakuan pemupukan dan varietas

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa perlakuan varietas menunjukkan pengaruh tidak nyata dimana jumlah cabang tertinggi terdapat pada V2 (varietas Willis) yaitu 9.6 cabang, sedangkan pada interaksi pemupukan dan varietas dapat dilihat belum menunjukkan pengaruh nyata terhadap jumlag cabang , dimana jumlah cabang tertinggi terdapat pada perlakuan V2K4 daan V2K10 (12.5 cabang) dan terendah terdapat pada perlakuan V1K5 (5.5 cabang).

(39)

Umur Panen (HST)

Hasil analisis data pengamatan dan sidik ragam umur panen dapat dilihat pada lampiran 14 dan 15. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan varietas menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap umur panen. Sedangkan pada perlakuan pemupukan dan interaksi antara varietas dengan pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap umur panen.

Data umur panen (HST) pada perlakuan pemupukan dan varietas dapat dilihat pada tabel 4.

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.

Dari tabel dapat dilihat bahwa perlakuan varietas menunjukkan pengaruh nyata dimana umur panen tercepat terdapat pada V1 (varietas Anjasmoro) yaitu 197 HST, sedangkan pada interaksi pemupukan dan varietas dapat dilihat belum menunjukkan pengaruh nyata terhadap umur panen , dimana umur panen tercepat terdapat pada perlakuan V1K2 dan V1K10 (194 HST) dan paling lama terdapat pada perlakuan V2K3 (205 HST).

(40)

Histogram rataan umur panen (HST) pada perlakuan varietas dapat dilihat

Gambar 4. Rataan umur panen (HST) pada perlakuan varietas

Jumlah Polong per Tanaman (polong)

Hasil analisis data pengamatan dan sidik ragam jumlah polong per tanaman dapat dilihat pada lampiran 16 dan 17. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan varietas menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah polong per tanaman. Sedangkan pada perlakuan pemupukan dan interaksi antara varietas dengan pemupukan belum berpengaruh nyata terhadap jumlah polong per tanaman.

Data jumlah polong per tanaman (polong) pada perlakuan pemupukan dan varietas dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Data jumlah polong per tanaman (polong) pada perlakuan pemupukan dan varietas

(41)

Dari tabel dapat dilihat bahwa perlakuan varietas menunjukkan pengaruh nyata dimana jumlah cabang tertinggi terdapat pada V2 (varietas Willis) yaitu 235.6 polong, sedangkan pada interaksi pemupukan dan varietas dapat dilihat belum menunjukkan pengaruh nyata terhadap jumlah polong , dimana jumlah polong tertinggi terdapat pada perlakuan V2K5 (317 polong) dan terendah terdapat pada perlakuan V1K11(75 polong).

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan pemupukan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah cabang, dimana jumlah polong tertinggi terdapat pada perlakuan K9 (245 polong) dan terendah terdapat pada perlakuan K3 (161.8 polong).

Histogram rataan jumlah polong per tanaman pada perlakuan varietas dapat dilihat pada gambar 5.

Histogram Rataan Jumlah Polong (polong)

Gambar 5. Rataan Jumlah Polong per Tanaman (polong) pada perlakuan varietas

Jumlah Biji per Tanaman (biji)

(42)

tanaman. Sedangkan pada perlakuan pemupukan dan interaksi antara varietas dengan pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah biji per tanaman.

Data jumlah biji per tanaman (polong) pada perlakuan pemupukan dan varietas dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Data jumlah biji per tanaman (biji) pada perlakuan

pemupukan dan varietas

Varietas Pupuk Rataan

K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 K11

V1 351.5 507.0 384.0 356.5 383.5 296.0 399.0 315.5 474.5 419.0 263.5 377.3b V2 431.5 530.0 335.0 507.5 682.5 463.5 416.0 521.0 478.5 463.5 618.5 495.2a

Rataan 391.5 518.5 359.5 432.0 533.0 379.8 407.5 418.3 476.5 441.3 411.0 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata

menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.

Dari tabel dapat dilihat bahwa perlakuan varietas menunjukkan pengaruh nyata dimana jumlah biji per tanaman tertinggi terdapat pada V2 (varietas Willis) yaitu 495.2 biji, sedangkan pada interaksi pemupukan dan varietas dapat dilihat belum menunjukkan pengaruh nyata terhadap jumlag biji per tanaman , dimana jumlah biji per tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan V2K5 (682.5 biji) dan terendah terdapat pada perlakuan V1K11(263.5 biji).

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa perlakuan pemupukan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah biji per tanaman, dimana jumlah biji per tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan K5 (533 biji) dan terendah terdapat pada perlakuan K3 (359.5 biji).

(43)

Histogram Rataan Jumlah Biji per Tanaman (biji)

Hasil analisis data pengamatan dan sidik ragam produksi per tanaman dapat dilihat pada lampiran 20 dan 21. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan interaksi antara varietas dengan pemupukan menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap produksi per tanaman. Sedangkan pada perlakuan varietas dan pemupukan belum berpengaruh nyata terhadap produksi per tanaman.

Data produksi per tanaman (gr) pada perlakuan pemupukan dan varietas dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Data produksi per tanaman (gr) pada perlakuan pemupukan dan varietas Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata

menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.

(44)

terdapat pada perlakuan K2 (71.1 gr) dan terendah terdapat pada perlakuan K6 (48.8 gr).

Histogram rataan produksi per tanaman pada perlakuan varietas dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Rataan produksi per tanaman (polong) pada perlakuan varietas

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa perlakuan interaksi pemupukan dan varietas dapat dilihat menunjukkan pengaruh nyata terhadap jumlah biji per tanaman, dimana jumlah biji per tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan V1K9 (79.9 gr) dan terendah terdapat pada perlakuan V1K11 (42.6).

Histogram rataan produksi per tanaman (gr) pada perlakuan varietas dapat dilihat pada gambar 8.

V1K1 V1K2 V1K3 V1K4 V1K5 V1K6 V1K7 V1K8 V1K9 V1K10 V1K11 V2K1 V2K2 V2K3 V2K4 V2K5 V2K6 V2K7 V2K8 V2K9 V2K10 V2K11

Konsentrasi Pupuk Nitrogen dan Fosfor

(45)

Bobot 100 biji (gr)

Hasil analisis data pengamatan dan sidik ragam bobot 100 biji dapat dilihat pada lampiran 22 dan 23. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan varietas menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap bobot 100 biji. Sedangkan pada perlakuan pemupukan dan interaksi antara varietas dengan pemupukan belum berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji.

Data bobot 100 biji (gr) pada perlakuan pemupukan dan varietas dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Data bobot 100 biji (gr) pada perlakuan pemupukan dan varietas

Varietas Pupuk Rataan

K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 K11

V1 28.9 32.1 32.9 27.8 29.2 32.3 29.2 28.7 31.3 31.8 27.6 30.2a V2 27.3 20.3 21.3 24.9 24.9 23.7 25.8 23.4 21.0 28.0 28.2 24.4b

Rataan 28.1 26.2 27.1 26.4 27.1 27.9 27.5 26.0 26.2 29.9 27.9 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata

menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.

Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa perlakuan pemupukan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter bobot 100 biji, dimana bobot 100 biji tertinggi terdapat pada perlakuan K10 (29.9 gr) dan terendah pada perlakuan K9 (26.2 gr).

(46)

Histogram rataan bobot 100 biji pada perlakuan varietas dapat dilihat pada

Gambar 6. Rataan jumlah bobot 100 biji (biji) pada perlakuan

(47)

Pembahasan

Perbedaan Varietas Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Kedelai

Dari hasil analisis statistik diperoleh bahwa perlakuan varietas berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman 2 MST hingga 6 MST, umur mulai berbunga, umur panen, jumlah polong per tanaman, jumlah biji per tanaman, produksi per tanaman dan bobot 100 biji. Dan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang per tanaman.

Terjadinya perbedaan yang beragam dari masing-masing varietas ini disebabkan karena adanya perbedaan genetik pada kedua varietas tanaman. Perbedaan genetik ini mengakibatkan setiap varietas memiliki ciri dan sifat khusus yang berbeda satu sama lain sehingga akan menunjukkan keragaman penampilan. Seperti yang dikemukakan oleh Sitompul dan Guritno (1995) bahwa perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman penampilan tanaman. Program genetik yang akan diekspresikan pada suatu fase pertumbuhan yang berbeda dapat diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keragaman pertumbuhan tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan susunan genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang digunakan berasal dari jenis yang sama.

(48)

polong per tanaman, jumlah biji) varietas Anjasmoro lebih rendah dibandingkan varietas Willis. Meskipun demikian, Anjasmoro memiliki kualitas produksi yaitu produksi per tanaman dan bobot 100 biji yang jauh lebih unggul dibandingkan dengan varietas Willis. Hal ini sesuai dengan deskripsi tanaman bahwa varietas Anjasmoro memiliki tinggi tanaman dan produksi (bobot 100 biji) yang lebih tinggi dari pada varietas Willis.

Pengaruh Pemupukan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai

Dari hasil penelitian yang telah dilakuka secara statistik diperoleh bahwa perlakuan pemupukan berpengaruh nyata terhadap umur berbunga. Dari tabel 2 menunujukkan pemupukan pada K1 menunjukkan umur mulai berbunga tercepat dibandingkan dengan pemupukan lainnya. Hal ini menunjukkan perlakuan pemupukan pada saat penanaman dan 2 minggu setelah tanam berpengaruh kepada saat pembungaan dan juga keseimbangan pemupukan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan Hasibuan (2004) yang menyatakan bahwa perubahan-perubahan pupuk nitrogen didalam tanah terjadi apabila pupuk itu bereaksi dengan air tanah, setelah bereaksi dengan air pupuk akan melarut, sebagian pupuk diserap tanaman, pupuk P yang ditambahkan kemungkinan diserap tanaman selama pertumbuhan setelah penambahan pupuk.

(49)

(1992) yang menyatakan bahwa selaa pertumbuahn tanaman, terjadi perpindahan berbagai unsur dari dalam tanah ke dalam tubuh tanaman dan sebaliknya, tetapi jumlah N dan unsur-unsur mineral lainnya yang terdapat di dalam tanah dan tubuh tanaman pada umumnya tidak berubah, tidak berkurang dan tidak bertambah.

Dari Sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan K11 (tanpa pemupukan Nitrogen) berpengaruh memperlambat pembungaan dibandingkan dengan perlakuan pemupukan Nitrogen). Hal ini diduga karena pertumbuhan tanaman kedelai sangat dipengaruhi oleh adanya pupuk dasar seperti pupuk Nitrogen untuk pertumbuhannya. Hal ini didukung oleh Hasibuan (2004) yang menyatakan bahwa Nitrogen merupakan unsur hara yang aling banyak dibutuhkan tanaman dan mempunyai peranan yang sangat penting untuk pertumbuhannya.

Interaksi Varietas dan pemupukan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi

Kedelai

(50)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Varietas Willis memiliki pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan varietas Anjasmoro dilihat dari jumlah cabang, jumlah polong per tanaman dan jumlah biji per tanaman. Sedangkan untuk produksi, varietas Anjasmoro yang paling baik dilihat dari tinggi tanaman produksi per tanaman dan bobot 100 biji.

2. Pemupukan N dan P yang seimbang terhadap kebutuhan tanaman kedelai terdapat pada perlakuan K5 (100 kg/ha urea, 60 kg/ha TSP) yang menunjukkan pengaruh yang baik/cocok terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai.

3. Interaksi antara varietas dan pemupukan N dan P berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 4 MST dan pemupukan berpengaruh nyata terhadap umur berbunga.

4. Terjadinya perbedaan yang beragam dari masing-masing varietas ini disebabkan karena adanya perbedaan genetik pada kedua varietas tanaman dimana setiap varietas memiliki ciri dan sifat khusus yang berbeda sehingga menunjukkan keragaman penampilan.

Saran

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Andrianto,T.T dan N. Indarto, 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang. Cetakan Pertama. Penerbit Absolut, Yogyakarta. Hal 14 dan 17.

Baharsjah, Didi Suardi, dan Irsal., 1985.Pengaruh naungan pada berbagai tahap perkembangan dan populasi tanaman terhadap pertumbuhan,hasil dan komponen hasil Kedelai (Glycine max (L) merr.) dalam Somaatmadja, 1985. Hubungan Iklim Dengan Pertumbuhan Kedelai. Institut Pertanian Bogor dan Balai Penelitian tanaman Pangan Bogor.

Bangun. M. K., 1991. Perancangan Percobaan . Bagian Ke-1. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

BPS Provinsi Sumatera Utara, 2007. Statistika Tanaman Padi dan Palawija Sumatera Utara Tahun 2006 dan Ramalan Kondisi Tahun 2007. http//sumut.bps.go.id/kbbrs. Page 3 of 220. Diakses 27 Febuari 2008. Departemen Pertanian, 1990. Upaya Peningkatan Produksi Kedelai. Balai

Informasi Pertanian, Sumatera Utara, Medan. Hal 5-6.

Gani, J. A., 2000. kedelai varietas Unggul. Lemba Informasi Pertanian (Liptan), Instalasi penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Mataram.

Hasibuan. B. E., 2004. Pupuk dan Pemupukan. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

(52)

Mangoendidjojo, 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius, Yogyakarta. Kartasapoetra. A. G., 1988. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah

Tropik. Penerbit Bina aksara. Jakarta.

Lie and Mulders 1971 dalam H. Hanum, 1997. Peningkatan Ketersediaan Hara N Dan P Pada Tanah Ultisol Melaluli Inokulasi Rhizobia dan MVA Serta Pemupukan Batuan Fosfat Pada Tanaman Kedelai (Tesis) Program Pasca Sarjana Univeisitas Sumatera Utara, Medan.

Manwan. I.. Sumarno, A. S. Karama dan A. M. Fagi., 1990. Teknologi Peningkatan Produksi Kedelai di Indonesia dalam Sirappa. M. P. dkk., 2004. Peluang Analisis Keunggulan Kompetitif. Univ.Tadulako-Press. Palu.

Marwoto ,Darman M. A, Abdullah .T dan H. Kuntyastuti, 2004. Petunjuk Teknis Pengembangan Kedelai di Lahan Kering Masam Sumatera. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Pangan, Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.Medan.

Mugnisjah. W. Q dan Setiawan. A., 1995. Produksi Benih. Edisi 1. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.

Novizan., 2005. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Edisi Ke-5. Penerbit Agromedia Pustaka. Jakarta.

Rubatzky.V. E. dan M. Yamaguchi., 1998. Sayuran Dunia 2, Prinsip, Produksi da Gizi. Jilid kedua. Penerbit ITB. Bandung.

Sitompul, S. M dan B. Guritno, 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjahmada University Press, Yogyakarta.

Somaatmadja. S., 1993. Sumber Daya Nabati Asia Ternggara 1,Kacang-kacangan. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sosrosoedirdjo, R. S, Bachtiar, R, Iskandar, P., 1992 . Ilmu Memupuk 2. CV. YASAGUNA. Anggota IKAPI.

Surwandi, Setyo Poerwoko dan Nur Basuki, 2002. Implikasi Keragaman Genetik, Korelasi Fenotipik Untuk Perbaikan hasil Sejumlah galur Kedelai (Glycine max (L.) Merrill). The Implication Of Genetic Variability, Phenotypic and Genotypic For Yield Improvement Of Several Soybean Genotypes. Politeknikl Universitas Negeri Jember. HaL: 130.

(53)
(54)

Lampiran 2. Bagan Tanaman Per Plot

c

d a

b

Keterangan :

a : Jarak Antar Blok = 50 cm

b : Jarak Antar Plot = 30 cm

c : Panjang Plot = 75 cm

d : Lebar Plot = 50 cm

e : Jarak Antar Polibag = 30 cm

(55)

Lampiran 3. Deskripsi Tanaman Kedelai

Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Anjasmoro

Kategori : Varietas unggul nasional (released variety)

Tahun : 2001

Potensi Hasil : 2.25-2.03 ton/ha

galur : MANSURIA 395-49-4

Warna hipokotil : Ungu Warna epikotil : Ungu Warna daun : Hijau Warna bulu : Putih Warna bunga : Ungu

Warna polong masak : Coklat muda Warna kulit biji : Kuning

Warna hilum : Kuning kecoklatan Tipe pertumbuhan : Determinate

(56)

Deskripsi Varietas Willis

Nomor induk : B 3034 Warna hipokotil : Ungu Warna batang : Hijau Warna daun : Hijau tua Warna bulu : Coklat tua Warna bunga : Ungu Warna polong tua : Coklat tua Warna kulit biji : Kuning Warna hilum : Coklat tua Tipe tumbuh : Determinit

Umur berbunga : Kurang lebih 39 hari Umur matang : Kurang lebih 88 hari Tinggi tanaman : 40-50 cm

Bentuk biji : Oval, agak pipih Bobot 100 biji : Kurang lebih 10 gram Kadar protein : 37%

Kadar lemak : 18%

Sifat-sifat lain : Tahan rebah

Ketahanan terhadap penyakit : Agak tahan penyakit karat dan virus

(57)

Pedoman Pemupukan Pada Kedelai

A.Lahan kering Tidak Masam

Tabel 1. Acuan Pemupukan Nitrogen Pada Kedelai di Lahan Kering Tidak Masam.

Kelas status Kadar hara Dosis acuan pemupukan (kg urea/ha)

Hara Terekstrak % N Tanpa pupuk Pakai Pupuk

(Kgeldahl) Kandang Kandang (2 ton/ha)

Rendah < 0,2 50-75 50

Sedang 0,2 – 0,5 25-50 0 - 25

Tinggi > 0,5 0 0

Tabel 2.Acuan Pemupukan Fosfor Pada Kedelai di Lahan Kering Tidak Masam

Kelas status Kadar hara Dosis acuan pemupukan (kg urea/ha)

Hara Terekstrak HCl Tanpa pupuk Pakai Pupuk

25% (mg P2O5/100 g) Kandang Kandang (2 ton/ha)

Rendah < 0,2 75 - 100 50 - 75

Sedang 0,2 – 0,5 50 - 75 0 - 50

Tinggi > 0,5 0 - 25 0

Tabel 3.Acuan Pemupukan Kalium Pada Kedelaidi Lahan Kering Tidak Masam

Kelas status Kadar hara Dosis acuan pemupukan (kg urea/ha)

Hara Terekstrak HCl Tanpa pupuk Pakai Pupuk

Tabel 1. Acuan Pemupukan Nitrogen Pada Kedelai di Lahan Kering Masam.

Kelas status Kadar hara Dosis acuan pemupukan (kg urea/ha)

Hara Terekstrak % N Tanpa pupuk Pakai Pupuk

(Kgeldahl) Kandang Kandang (2 ton/ha)

Rendah < 0,2 75 50

Sedang 0,2 – 0,5 50 25

Tinggi > 0,5 0 0

Tabel 2.Acuan Pemupukan Fosfor Pada Kedelai di Lahan Kering Masam

Kelas status Kadar hara Dosis acuan pemupukan (kg urea/ha)

Hara Terekstrak HCl Tanpa pupuk Pakai Pupuk

25% (mg P2O5/100 g) Kandang Kandang (2 ton/ha)

Rendah < 0,2 100 – 150 50 - 75

Sedang 0,2 – 0,5 75 - 100 50

Tinggi > 0,5 50 25

Tabel 3.Acuan Pemupukan Kalium Pada Kedelaidi Lahan Kering Masam

Kelas status Kadar hara Dosis acuan pemupukan (kg urea/ha)

Hara Terekstrak HCl Tanpa pupuk Pakai Pupuk

(58)

Lampiran 24. Rangkuman Uji Beda Rataan Parameter Pada Perlakuan Dusis Pemupukan dan Varietas

Pengamatan Parameter

Perlakuan 1

2 MST 4 MST 6 MST 2 3 4 5 6 7 8

Varietas (V)

V1 27.9a 48.8a 93.2a 75.9a 8.7b 180.9b 197.0b 377.3b 60.7a 30.2a

V2 23.3b 42.4b 84.5b 78.4b 9.6a 235.6a 199.2a 495.2a 57.9b 24.5b

Konsentrasi Pupuk (K)

K1 25.7 45.9 94.6 74.8b 8.0 178.3 199.0 391.5 53.2 28.1

K2 24.0 44.7 88.4 75.8b 9.5 239.3 196.0 518.5 71.1 26.2

K3 24.4 45.6 88.9 75.8a 7.3 161.8 203.3 359.5 53.2 27.1

K4 27.0 45.8 93.8 77.8a 11.3 216.0 197.0 432.0 62.7 26.4

K5 26.6 52.4 101.0 77.3a 8.0 243.5 197.8 533.0 64.9 27.1

K6 22.7 41.2 82.6 77.5a 8.5 196.3 197.8 379.8 48.8 27.9

K7 24.3 45.3 80.2 76.5b 9.5 194.3 197.8 407.5 61.0 27.5

K8 26.1 48.3 91.5 76.5b 8.8 213.0 198.3 418.3 53.6 26.0

K9 28.2 43.2 85.1 76.5b 9.5 245.8 197.0 476.5 63.9 26.2

K10 23.7 44.3 90.2 78.3a 12.0 232.5 194.8 441.3 61.8 29.9

K11 28.8 45.7 82.5 82.3a 8.8 170.0 201.0 441.0 57.9 27.9

(59)

Lampiran 3. Jadwal Kegiatan Penelitian

- Penyiraman Disesuaikan dengan kondisi lapangan

- Pembumbunan X

- Penyulaman X

- Penyiangan

Disesuaikan dengan kondisi lapangan - Pengendalian Hama dan penyakit

7 Panen X X X X

8 Pengamatan Parameter

- Tinggi Tanaman (cm) X X X

- Jumlah cabang(cabang) X

- Umur mulai berbunga X

- Umur panen (MST) X

- Jumlah polong (polong) - Jumlah biji per sample (buah)

X X

- Produksi persampel (g) X

(60)

Lampiran 4. Data pengamatan rataan tinggi tanaman 2 MST (cm)

Lampiran 5. Sidik ragam tinggi tanaman 2 MST (cm)

(61)

Lampiran 6. Data pengamatan rataan tinggi tanaman 4 MST (cm)

Lampiran 7. Sidik ragam tinggi tanaman 2 MST (cm)

(62)

Lampiran 8. Data pengamatan rataan tinggi tanaman 6 MST (cm)

Lampiran 9. Sidik ragam tinggi tanaman 6 MST (cm)

(63)

Lamipran 10. Data pengamatan rataan umur mulai berbunga (HST)

Lampiran 11. Sidik ragam umur mulai berbunga (HST)

(64)

Lampiran 12. Data pengamatan rataan jumlah cabang (cabang)

Lampiran 13. Sidik ragam jumlah cabang (cabang)

(65)

Lampiran 14. Data pengamatan rataan jumlah polong per tanaman (buah)

Lampiran 15. Sidik ragam jumlah polong per tanaman (buah)

(66)

Lampiran 16. Data pengamatan rataan umur panen (HST)

Lampiran 17. Sidik ragam umur panen (HST)

(67)

Lampiran 18. Data pengamatan rataan jumlah biji per tanaman (biji)

Lampiran 19. Sidik ragam jumlah biji per tanaman (biji)

(68)

Lampiran 20. Data pengamatan rataan produksi per tanaman (gr)

Lampiran 21. Sidik ragam produksi per tanaman (gr)

(69)

Lampiran 22. Data pengamatan bobot 100 biji (gr)

Lapiran 23 : Sidik ragam bobot 100 biji (gr)

(70)

Gambar 3. Foto benih kedelai pada perlakuan pemupukan N dan P dengan varietas

(71)

(72)

Gambar 4. Foto tanaman kedelai varietas Anjasmoro pada saat berbunga

(73)

Gambar

Grafik pertumbuhan tinggi tanaman (cm)
Tabel 2. Data umur mulai berbunga (HST) pada perlakuan   pemupukan dan  varietas
Gambar 2. Rataan umur mulai berbunga (HST) pada perlakuan                 pemupukan.
Tabel 3. Data jumlah cabang (cabang) pada perlakuan pemupukan dan  varietas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengukur mutu modal manusia, United Nations Development Program (UNDP) mengenalkan konsep mutu modal manusia yang diberi nama Human Development Indeks atau

Dari tulisan ini saya hanya bisa mengatakan tentang beberapa hal bahwa, pertama, dalam konteks sistem pendidikan sekolah sangat mungkin dibangun dan diciptakan

Pemberian bakteri uji indigenus rayap dapat menambah populasi bakteri yang telah ada dalam usus belakang rcyap Coptotetmes sp, sehingga mengganggu kestabilan dalam

pembajak pesawat masih hidup, para saksi mata melihat dan mendengar rentetan ledakan saat gedung roboh, ribuan arsitek dan insinyur menolak gedung tinggi menjulang ini dapat

Untuk menyelesaikan masalah tersebut, diperlukan prosedur-prosedur, yang diawali dengan ditemukanya masalah tentang informasi tentang angkutan umum, kemudian mencari data

Pemenuhan pelayanan kesehatan dasar kuratif termasuk layanan kesehatan rujukan bagi seluruh masyarakat yang didukung dengan kemudahan akses baik jarak maupun

Dalam hal pengolahan data, kita tidak bisa lepas dari suatu proses yang cukup penting dimana data perlu diurutkan sedemikian rupa sehingga data dapat digunakan secara efektif.

1 Belajar Bersama Mengenali Dampak Sampah 20 Sangat bermanfaat bagi masyarakat untuk lebih mengetahui bahaya sampah Pengetahua n tentang bahaya sampah semakin