SUBSTITUSI TEPUNG IKAN TERHADAP KUALITAS
KARKAS BROILER UMUR 8 MINGGU
SKRIPSI
ARIWINATA
050306012
DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PEMANFAATAN HASIL SAMPING UDANG YANG DI
FERMENTASI DENGAN Serretia marcescens SEBAGAI
SUBSTITUSI TEPUNG IKAN TERHADAP KUALITAS
KARKAS BROILER UMUR 8 MINGGU
SKRIPSI
Oleh :
ARIWINATA
050306012/ILMU PRODUKSI TERNAK
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.
Judul Skripsi :Pemanfaatan Hasil Samping Udang yang di Fermentasi dengan Serretia marcescens Sebagai Substitusi Tepung Ikan Terhadap Kualitas Karkas Broiler Umur 8 Minggu.
Nama : Ariwinata
Nim : 050306012
Departemen : Peternakan
Program Studi : Ilmu Produksi Ternak
Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing
Ir. Eniza Saleh, MS Ir.Armyn Hakim Daulay, MBA Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, M.P Ketua Departemen Peternakan
ABSTRAK
ARIWINATA : Pemanfaatan hasil samping udang yang difermentasi dengan
Serratia marcescens sebagai substitusi tepung ikan terhadap kualitas karkas broiler
umur 8 minggu. Dibimbing oleh ENIZA SALEH dan ARMYN HAKIM DAULAY. Hasil samping udang berpotensi sebagai sumber bahan pakan dalam ransum broiler. Penelitian ini bertujuan untuk menguji seberapa besar pengaruh hasil samping udang yang difermentasi dengan Serratia marcescens sebagai substitusi tepung ikan terhadap kualitas karkas broiler umur 8 minggu. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen Peternakan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Jl. Dr. A. Sofyan No.3 Medan. Penelitian dilaksanakan selama 8 minggu dimulai pada bulan November 2009 sampai Januari 2010 menggunakan metode non parametrik untuk rancangan acak lengkap R0 (0 % tepung hasil samping udang dan 10 % tepung ikan dalam ransum) R1 ( 2.5 % tepung hasil samping udang dan 7.5 % tepung ikan dalam ransum) R2 (5 % tepung hasil samping udang dan 5 % tepung ikan dalam ransum) R3 (7.5 % tepung hasil samping udang dan 2.5 % tepung ikan dalam ransum) R4 (10 % tepung hasil samping udang dan 0 % tepung ikan dalam ransum). Parameter yang dianalisis adalah konformasi (keseluruhan) karkas, perdagingan, perlemakan, kebersihan, keutuhan (potongan sobekan dan patah tulang) pada karkas dan perubahan warna (pigmentasi, kulit memar dan kontaminasi bakteri) karkas broiler umur 8 minggu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan tepung hasil samping udang yang difermentasi dengan Serratia marcescens sebagai substitusi tepung ikan dalam ransum memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap kualitas karkas broiler umur 8 minggu.
ABSTRACT
ARIWINATA : The utilization of shirimp by-product fermented with Serratia marcescens as substitute of fish powder on quality of broiler carcass of 8 weeks age, under instruction of ENIZA SALEH and ARMYN HAKIM DAULAY.
The by-product of shirimp is potential as feed for broiler. The goal of research is to test how far the effect of shirimp by-product fermented with serratia marcescens as substitute of fish powder on quality of broiler carcass of 8 weeks age. The research has been conducted in Laboratory of Biology Husbandry, Department of Husbandry, Faculty of Agriculture, North Sumatera University, Jl. Dr. A. Sofyan No. 3 Medan. The research was conducted for eight weeks beginning from November 2009 to January 2010 by using nonparametric method for complete random sampling R0 (0% shirimp by product powder and 10% of fish powder in feed) R1 (2.5% of shirimp by-product powder and 7.5% of fish powder in feed), R2 (5% of shirimp by-product powder and 5% of fish powder in feed), R3 (7.5% of shirimp by-product powder and 2.5% of fish powder in feed), R4 (10% of shirimp by-product powder, and 0% of fish powder in feed). The parameters analyzed were conformation of carcass, fleshing, fat covering, cleaness, integrity (tearing cut and broken bone) in carcass and discoloration (pigmentation, bruised skin and bacterial contamination) in broiler carcass of 8 weeks age.
The result of research indicated that the utilization of shirimp by-product powder fermented with Serratia marcescens as substitute of fish powder in feed has insignificant effect on quality of broiler carcass of 8 weeks age.
RIWAYAT HIDUP
Ariwinata dilahirkan di Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai
pada tanggal 26 Juli 1988 dari ayah Syafrul Azwan S.Pd dan ibu Rohana S.Pd.
Penulis merupakan putra pertama dari empat bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis : Tahun 1999 menamatkan
SDN 23 Tanjung Pura, tahun 2002 menamatkan MTsN 1 Tanjung Pura, tahun 2005
menamatkan SMAN 1 Tanjung Pura. Tahun 2005 penulis diterima di Departemen
Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB.
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai ketua Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM) sepak bola USU selama tiga periode yakni tahun 2007, 2008 dan
2009. Ketua panitia Liga Pertanian yang ke-10 yang dilaksanakan di USU pada
tahun 2009. Ketua panitia turnamen sepak bola antar Universitas se-KotaMadya
Medan yang dilaksanakan di USU tahun 2010. Prestasi yang pernah diraih penulis
antara lain Medali Perak pada kejuaraan Kelme futsalismo antar Universitas
Indonesia untuk wilayah SUMUT tahun 2006. Partisipan Liga Mahasiswa
se-Sumatera (LIMAS) yang diadakan di UNAND Padang pada tahun 2007. Medali
Perak pada IMT-GT Varsity Carnival ke-X yang diadakan di USU tahun 2008.
Finalis IMT-GT Varsity Carnival ke-XI yang diadakan di UNIMAP Perlis Malaysia
pada tahun 2009. Medali Perunggu pada kejuaraan Futsal antar Mahasiswa
se-Kotamadya Medan pada tahun 2009. Runner-up kejuaraan olah raga antar
Universitas se-Kotamadya Medan untuk cabang sepak bola yang diadakan di USU
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Kelompok tani ternak
UP3HP (Unit Pengolahan Pengembangan Pemasaran Hasil Peternakan) di Jl.Sentosa
kelurahan Perdamaian Stabat Langkat dari tanggal 23 Juni 2008 sampai tanggal 22
Juli 2008. Penulis melaksanakan penelitian di Laboratorium Biologi Ternak
Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dari bulan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan kepada penulis dan karena rahmat serta karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “Pemanfaatan Hasil Samping Udang
Yang di Fermentasi dengan Serretia marcescens Sebagai Substitusi Tepung Ikan
Terhadap Kualitas Karkas Broiler Umur 8 Minggu” yang merupakan salah satu
syarat untuk dapat mengikuti ujian sarjana di Departemen Peternakan, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Eniza Saleh, MS selaku
ketua komisi pembimbing penulis dan Bapak Ir. Armyn Hakim Daulay, MBA selaku
anggota komisi pembimbing penulis yang telah memberikan arahan dan bimbingan
kepada penulis dalam pembuatan skripsi ini.
Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
kedua orang tua yang telah memberikan doa dan dukungannya, baik moril maupun
materi kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan
dikemudian hari. Terima kasih.
Medan, Maret 2010
DAFTAR ISI
Kegunaan penelitian... 3
Hipotesa penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA... 4
Hasil samping udang sebagai pengganti tepung ikan ... 4
Proses fermentasi ... 6
Serretia marcescens ... 8
Karkas ayam broiler ... 8
Kriteria kualitas karkas ayam broiler ... 9
Konformasi (keseluruhan) karkas ... 10
BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 18
Lokasi dan waktu penelitian ... 18
Bahan dan alat ... 18
Metode penelitian ... 19
Metode non parametrik untuk RAL ... 20
Parameter penelitian... 21
Perdagingan (Fleshing) ... 21
Perlemakan (Fat covering) ... 21
Kebersihan (bulu halus/Pinfeathers) ... 21
Keutuhan karkas (Potongan, sobekan dan tulang yang patah) ... 22
Perubahan warna karkas yakni kontaminasi bakteri dan penanganan pasca panen seperti kulit yang memar/discolorations of skins... 22
Pengambilan sampel ... 22
Analisis data ... 23
Pelaksanaan penelitian ... 23
Persiapan kandang... 23
Rekapitulasi hasil penelitian ... 44
KESIMPULAN DAN SARAN ... 46
Kesimpulan ... 46
Saran ... 46
DAFTAR PUSTAKA ... 47
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Nutrisi tepung hasil samping udang sebelum di fermentasi ... 5
2. Nutrisi tepung hasil samping udang setelah di fermentasi ... 5
3. Perbandingan nutrisi tepung hasil samping udang dengan tepung ikan ... 6
4. Standar kualitas karkas ayam broiler ... 17
5. Rataan nilai konformasi (keseluruhan) karkas broiler ... 25
6. Pangkat (rank) untuk konformasi (keseluruhan) karkas broiler ... 26
7. Uji Kruskal – wallis data konformasi (keseluruhan) karkas broiler ... 26
8. Rataan nilai perdagingan karkas broiler ... 28
9. Pangkat (rank) untuk perdagingan karkas broiler ... 28
10. Uji Kruskal – wallis data perdagingan karkas broiler ... 29
11. Rataan nilai perlemakan karkas broiler ... 31
12. Pangkat (rank) untuk perlemakan karkas broiler ... 32
13. Uji Kruskal – wallis data perlemakan karkas broiler ... 32
14. Rataan nilai kebersihan karkas broiler ... 34
15. Pangkat (rank) untuk kebersihan karkas broiler ... 34
16. Uji Kruskal – wallis data kebersihan karkas broiler ... 35
17. Rataan nilai keutuhan (potongan, sobekan dan patah tulang) karkas ... 37
18. Pangkat (rank) untuk keutuhan karkas broiler ... 37
19. Uji Kruskal – wallis data keutuhan karkas broiler ... 38
20. Rataan nilai pigmentasi karkas broiler ... 40
22. Uji Kruskal – wallis data pigmentasi karkas broiler ... 41
23. Rataan nilai untuk kulit memar (pasca panen) karkas broiler ... 42
24. Pangkat (rank) untuk kulit memar (pasca panen) karkas broiler ... 43
25. Uji Kruskal – Wallis data kulit memar (pasca panen) karkas broiler ... 43
26. Rekapitulasi hasil penelitian ... 45
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Nilai (skor) kualitas konformasi (keseluruhan) karkas broiler ... 50
2. Nilai (skor) kualitas perdagingan karkas broiler ... 51
3. Nilai (skor) kualitas perlemakan karkas broiler ... 52
4. Nilai (skor) kualitas kebersihan karkas broiler ... 53
5. Nilai (skor) kualitas keutuhan karkas broiler... 54
6. Nilai (skor) kualitas pigmentasi karkas broiler ... 55
7. Nilai (skor) kualitas pasca panen (kulit memar) karkas broiler ... 56
8. Nilai bobot potong broiler umur 8 minggu ... 57
9. Nilai bobot karkas broiler umur 8 minggu ... 58
10. Rekapitulasi hasil penelitian ... 59
11. Bagan pengolahan hasil samping udang fermentasi ... 60
12. Bagan pembuatan media bakteri ... 61
13. Bagan perbanyakan dan pembiakan Serratia marcescens ... 62
14. Bagan fermentasi bahan tepung hasil samping udang ... 63
15. Kandungan nutrisi bahan pakan dan formulasi ransum ... 64
16. Kesimpulan dan spesifikasi standart-standart kualitas karkas ... 68
17. Jadwal kegiatan penelitian ... 69
18. Gambar kualitas karkas broiler umur 8 minggu ... 70
19. Gambar kualitas karkas broiler yang jelek ... 70
20. Gambar non karkas broiler umur 8 minggu... 71
21. Gambar karkas broiler berdasarkan perlakuan ... 72
ABSTRAK
ARIWINATA : Pemanfaatan hasil samping udang yang difermentasi dengan
Serratia marcescens sebagai substitusi tepung ikan terhadap kualitas karkas broiler
umur 8 minggu. Dibimbing oleh ENIZA SALEH dan ARMYN HAKIM DAULAY. Hasil samping udang berpotensi sebagai sumber bahan pakan dalam ransum broiler. Penelitian ini bertujuan untuk menguji seberapa besar pengaruh hasil samping udang yang difermentasi dengan Serratia marcescens sebagai substitusi tepung ikan terhadap kualitas karkas broiler umur 8 minggu. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen Peternakan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Jl. Dr. A. Sofyan No.3 Medan. Penelitian dilaksanakan selama 8 minggu dimulai pada bulan November 2009 sampai Januari 2010 menggunakan metode non parametrik untuk rancangan acak lengkap R0 (0 % tepung hasil samping udang dan 10 % tepung ikan dalam ransum) R1 ( 2.5 % tepung hasil samping udang dan 7.5 % tepung ikan dalam ransum) R2 (5 % tepung hasil samping udang dan 5 % tepung ikan dalam ransum) R3 (7.5 % tepung hasil samping udang dan 2.5 % tepung ikan dalam ransum) R4 (10 % tepung hasil samping udang dan 0 % tepung ikan dalam ransum). Parameter yang dianalisis adalah konformasi (keseluruhan) karkas, perdagingan, perlemakan, kebersihan, keutuhan (potongan sobekan dan patah tulang) pada karkas dan perubahan warna (pigmentasi, kulit memar dan kontaminasi bakteri) karkas broiler umur 8 minggu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan tepung hasil samping udang yang difermentasi dengan Serratia marcescens sebagai substitusi tepung ikan dalam ransum memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap kualitas karkas broiler umur 8 minggu.
ABSTRACT
ARIWINATA : The utilization of shirimp by-product fermented with Serratia marcescens as substitute of fish powder on quality of broiler carcass of 8 weeks age, under instruction of ENIZA SALEH and ARMYN HAKIM DAULAY.
The by-product of shirimp is potential as feed for broiler. The goal of research is to test how far the effect of shirimp by-product fermented with serratia marcescens as substitute of fish powder on quality of broiler carcass of 8 weeks age. The research has been conducted in Laboratory of Biology Husbandry, Department of Husbandry, Faculty of Agriculture, North Sumatera University, Jl. Dr. A. Sofyan No. 3 Medan. The research was conducted for eight weeks beginning from November 2009 to January 2010 by using nonparametric method for complete random sampling R0 (0% shirimp by product powder and 10% of fish powder in feed) R1 (2.5% of shirimp by-product powder and 7.5% of fish powder in feed), R2 (5% of shirimp by-product powder and 5% of fish powder in feed), R3 (7.5% of shirimp by-product powder and 2.5% of fish powder in feed), R4 (10% of shirimp by-product powder, and 0% of fish powder in feed). The parameters analyzed were conformation of carcass, fleshing, fat covering, cleaness, integrity (tearing cut and broken bone) in carcass and discoloration (pigmentation, bruised skin and bacterial contamination) in broiler carcass of 8 weeks age.
The result of research indicated that the utilization of shirimp by-product powder fermented with Serratia marcescens as substitute of fish powder in feed has insignificant effect on quality of broiler carcass of 8 weeks age.
PENDAHULUAN
Latar belakang
Ternak ayam terutama dari jenis ayam pedaging (broiler) merupakan
salah satu unggas penghasil daging yang baik . Hal ini dikarenakan broiler
memiliki sifat genetik yang unggul sehingga menghasilkan pertumbahan bobot
badan yang cepat dan optimal untuk menghasilkan karkas yang berkualitas tinggi.
Tepung ikan merupakan sumber protein utama yang sering digunakan
dalam ransum unggas . Namun hal ini masih menjadi kendala karena disebabkan
keterbatasan produksi dalam negeri sehingga tepung ikan ini harus diimpor untuk
mencukupi kebutuhan protein ransum. Untuk itulah perlu dicari bahan sumber
protein baru yang memiliki kualitas dan kuantitas yang sama baiknya seperti
tepung ikan. Menurut Susana Widjaya (1993), salah satu pilihan sumber protein
adalah tepung hasil samping udang. Tepung hasil samping udang merupakan hasil
samping industri pengolahan udang yang terdiri dari kepala dan kulit udang.
Proporsi kepala dan kulit udang diperkirakan 30%-40% dari bobot udang segar
(Purwatiningsih, 2000). Penggunaan tepung hasil samping udang juga telah
dilakukan untuk ayam petelur, hasilnya dapat meningkatkan warna kuning telur,
ini disebabkan karena tepung hasil samping udang mengandung zat warna
xantofhyll dengan kata lain jika tepung hasil samping udang ini digunakan dalam
ransum yang diberi untuk broiler maka karkas yang didapat akan berwarna
kekuning-kuningan yang membuat warna karkas lebih menarik dan mampu
Faktor positif tepung hasil samping udang adalah karena produk ini
merupakan hasil samping industri, sehingga penyediaannya terjamin ada, selain
itu harganya cukup murah dan kandungan nutrisinyapun sangat baik. Tepung
hasil samping udang sangat baik dibandingkan tepung ikan yang bersifat
musiman, terkadang pada musim tertentu ikan sulit ditangkap dan harganya
menjadi mahal. namun disamping itu terdapat juga kelemahan dari tepung hasil
samping udang ini, yakni kandungan serat kasarnya yang relatif tinggi dan
mengandung zat khitin.
Dengan terdapatnya zat khitin didalam hasil samping udang tersebut maka
zat nutrisi yang ada sulit untuk didegradasi atau dicerna didalam tubuh unggas,
dan untuk mendegradasi zat khitin ini maka dipergunakan bakteri Serretia
marcescens yang akan menghasilkan enzim khitinolitik untuk mengefisienkan zat
nutrisi yang ada didalam tepung hasil samping udang.
Melihat hal demikian maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pemanfaatan Hasil Samping Udang Yang di Fermentasi dengan
Serratia marcescens Sebagai Substitusi Tepung Ikan Terhadap Kualitas Karkas
Broiler Umur 8 Minggu”.
Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji seberapa besar pengaruh hasil
samping udang yang di fermentasi dengan Serratia marcescens sebagai substitusi
Kegunaan penelitian
Sebagai bahan informasi bagi para peternak tentang pemanfaatan hasil
samping udang sebagai pengganti tepung ikan untuk ransum broiler dan sebagai
bahan untuk penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk menempuh
ujian sarjana Peternakan Fakultas Pertanian universitas Sumatera Utara.
Hipotesis penelitian
Pemanfaatan hasil samping udang yang di fermentasi dengan Serretia
marcescens dalam ransum meningkatkan kualitas karkas broiler sehingga
TINJAUAN PUSTAKA
Hasil samping udang sebagai pengganti tepung ikan
Salah satu pilihan sumber protein ransum adalah tepung hasil samping
udang. Tepung hasil samping udang merupakan limbah industri pengolahan udang
yang terdiri dari kepala dan kulit udang. Proporsi kepala dan kulit udang
diperkirakan antara 30%-40% dari bobot udang segar (Purwatiningsih,1990).
Faktor positif bagi tepung hasil samping udang adalah karena produk ini hasil
samping maka kesinambungan penyediaannya terjamin sehingga harganya cukup
stabil dan kandungan nutrisinya bersaing dengan bahan baku lainnya. Kelemahan
tepung hasil samping udang adalah kandungan serat kasarnya relatif tinggi, sebab
diikutsertakannya kulit yang banyak mengandung khitin. Secara keseluruhan
tepung hasil samping udang dapat digunakan sebagai pengganti tepung ikan
sampai batas tingkatan 12 % (www. Poultryindonesia.com).
Udang dikuliti, bagian tertentu dibuang dan bagian utamanya dikemas.
Bagian yang terbuang inilah yang digunakan untuk ternak khususnya broiler.
Hasil samping udang kandungan proteinnya bervariasi, yang baik antara
43%-47% dan merupakan sumber kalsium yang baik (Rasyaf,1994).
Berdasarkan hasil analisis yang dilaksanakan di Laboratorium Ilmu
Makanan Ternak, Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara dan Laboratorium Loka Penelitian Kambing Potong, Sei Putih,
Galang didapat hasil bahwa kandungan nutrisi tepung hasil samping udang
Tabel 1. Nutrisi tepung hasil samping udang sebelum di fermentasi dengan
Serratia marcescens
Nutrisi Tepung hasil samping udang
Air (%)
Sumber : Lab. Ilmu Makanan Ternak, Departemen Peternakan USU ( 2009)
*: Lab.Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih, Galang (2009)
Tabel 2. Nutrisi tepung hasil samping udang setelah di fermentasi dengan Serratia marcescens
Nutrisi Tepung hasil samping udang
Protein (%)
Sumber : Lab. Ilmu Makanan Ternak, Departemen Peternakan USU,( 2009)
*: Lab.Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih, Galang (2009)
Menurut www.Poultryindonesia.com analisis Laboratorium Ilmu
Makanan Ternak IPB memperlihatkan komposisi yang tidak jauh berbeda untuk
serat kasar, lemak, protein kasar, kalsium, phospor dan kadar air. Perbandingan
antara nutrisi tepung hasil samping udang dengan tepung ikan dapat dilihat pada
Tabel. 3. Perbandingan nutrisi tepung hasil samping udang dengan tepung ikan
Nutrisi Tepung hasil samping
udang
Sumber : Lab. Ilmu Makanan Ternak, Fakultas Peternakan IPB, (2005) (www.Poultryindonesia.com)
Proses fermentasi
Fermentasi adalah segala macam proses metabolik dengan bantuan enzim
dari mikroba (jasad renik) untuk melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisa dan reaksi
kimia lainnya, sehingga terjadi perubahan kimia pada suatu substrat organik
dengan menghasilkan produk tertentu dan menyebabkan terjadinya perubahan
sifat bahan tersebut (Hardjo et al. 1989).
Menurut jenis mediumnya proses Fermentasi dibagi menjadi dua yaitu
Fermentasi medium padat dan Fermentasi medium cair. Fermentasi medium padat
merupakan proses Fermentasi dimana medium yang digunakan tidak larut tetapi
cukup mengandung air untuk keperluan mikroorganisme, sedangkan Fermentasi
medium cair adalah proses yang substratnya larut atau tersuspensi di dalam fase
Fermentasi sering didefenisikan sebagai proses pemecahan karbohidrat
dan asam amino secara anaerob yaitu tanpa memerlukan oksigen. Senyawa yang
dapat dipecah dalam proses fermentasi terutama adalah karbohidrat sedangkan
asam amino dapat difermentasikan oleh beberapa jenis bakteri tertentu
(Adams, 2000).
Penggunaan hasil samping udang sebagai bahan pakan ternak perlu
sentuhan teknolgi untuk meningkatkan nilai gizinya, karena bahan ini mempunyai
beberapa kelemahan yaitu serat kasar tinggi, dan memiliki kecernaan protein yang
rendah karena mengandung zat anti nutrisi khitin. Zat ini merupakan suatu
polisakarida yang bergabung dengan protein sebagai bahan dasar pembentuk kulit
luar serangga yang merupakan faktor pembatas penggunaan hasil samping udang
(Wanasuria, 1990).
Menurut Aryatiningsih (2002) bahwa khitin merupakan senyawa terbesar
kedua di alam setelah selulosa yang bayak dikandung oleh tumbuhan. Peningkatan
kulitas pakan dapat ditempuh dengan teknologi pengolahan pakan, baik secara
fisik, biologi maupun kimia. Pengolahan secara kimia dapat dilakukan secara
hidrolisis dengan menggunakan HCl 6%, NaOH 3% dan H. Sedangkan
pengolahan secara biologi dapat dilakukan salah satunya dengan cara fermentasi
menggunakan bakteri Serratia marcescens. Pada proses fermentasi (Serratia
marcescens) akan menghasilkan enzim khitinase yang mampu mendegradasi
Serratia marcescens
Kingdom : Bakteri, Phylum : Proteobakteri, Class : Gamma Proteobakteri, Marga
: Enterobacteriales, Famili : Enterobacteriaceae, Genus : Serratia, Spesies :
Serratia marcescens.
Serratia marcescens adalah suatu jenis bakteri gram negatif dari famili
Enterobacteriaceae. Bakteri ini berbentuk basil (bulat lonjong) dan beberapa
galur membentuk kapsul, termasuk organisme yang bergerak dengan cepat (motil)
karena mempunyai flagela peritrik, dapat tumbuh dalam kisaran suhu 5 - 40 o C
dan dalam kisaran pH antara 5 - 9. Serratia marcescens dapat digambarkan
secara detail karena ia adalah spesies yang umumnya ditemukan dalam spesimen
ilmu pengobatan. Koloni Serratia marcescens pada media agar biasa tidak
terbedakan pada hari pertama atau hari kedua dan kemudian mungkin berkembang
menjadi cembung. Pada suhu kamar, bakteri patogen ini menghasilkan zat warna
(pigmen) merah. Bakteri ini jenis fakultatif anaerobik yang tidak terlalu
membutuhkan oksigen (Saono, 1996).
Karkas ayam broiler
Menurut Rasyaf (1995) karkas adalah bobot tubuh ayam setelah dipotong
kepala sampai batas pangkal leher, kaki batas lutut (ceker), organ dalam dan darah
serta bulu .
Selama pengolahan yaitu dari bentuk ayam hidup hingga terwujud daging
siap masak akan terjadi kehilangan berat hidup kurang lebih 1/3 bagian (berat
daging siap masak itu nantinya kurang lebih 2/3 dari berat hidupnya) karena
bagian daging tubuh. Dengan demikian daging siap masak itu hanya tinggal
daging pada bagian tubuh ditambah daging paha (sudah tentu dengan tulangnya).
Pada ayam broiler besarnya daging siap masak itu adalah 75% dari berat hidupnya
(Rasyaf, 2004).
Menurut Siregar (1994) bobot karkas normal adalah 60-70% dari bobot
tubuh. Persentase karkas adalah perbandingan antara bobot karkas dengan bobot
potong hidup dikali 100 %.
Kriteria kualitas karkas ayam broiler
Kualitas karkas dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik pada waktu hewan
masih hidup maupun setelah dipotong, Pada waktu hewan hidup, faktor penentu
kualitas karkasnya adalah genetik, spesies/bangsa ternak, tipe ternak, jenis
kelamin, umur, cara pemeliharaan, yang meliputi pemberian pakan, tata laksana
pemeliharaan dan perawatan kesehatan. Sedangkan faktor setelah pemotongan
kualitas karkas dipengaruhi oleh pengeluaran darah pada waktu hewan dipotong
dan kontaminasi hewan sesudah dipotong, metode pelayuan, metode pemasakan.
pH karkas dan bahan tambahan daging seperti enzim pelembut karkas
(Soeparno, 1994).
Kualitas karkas yang baik adalah konformasinya sempurna, perdagingan
tebal, perlemakan baik, keutuhan cukup baik dan sempurna serta bebas dari
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan kualitas individual
karkas adalah (1) Keseluruhan tubuh (2) Daging (3) Penutup lemak (4) Bebas dari
bulu-bulu halus (5) Bebas dari potongan dan sobekan dan rusak pada tulang (6)
bebas dari perubahan warna pada kulit, dari cacat daging dan memar-memar (7)
Bebas dari terbakar di lemari es (Bundy and Diggins, 1960; Ensminger, 1992 dan
Panda, 1995)
Konformasi (keseluruhan) karkas
Seluruh tubuh unggas merupakan kumpulan dari daging pada unggas
tersebut, ini berhubungan dengan ada atau tidaknya kerusakan, seperti bentuk “V”
peok atau benyok papa dada, bengkok atau punggung bengkok dan cacat pada
sayap dan kaki. Menurut Jaap et al (1950) yang disitasi Oleh Panda (1995), laju
pertumbuhan yang cepat dari pada unggas disebabkan variasi dari seluruh tubuh.
May (1956) disitasi Oleh Panda (1995) menyatakan bahwa dada yang lebar adalah
ukuran yang bagus untuk menentukan keseluruhan dari total daging pada broiler.
Bentuk karkas atau penampakan karkas broiler semua perlakuan umumnya
baik yakni mempunyai bentuk cenderung bulat, lebar dan memanjang. Bagian
karkas broiler mempunyai daging dada agak panjang dan lebar, kaki dan sayap
normal, dan tulang belakang normal (Bintang, 2005)
Secara keseluruhan bentuk karkas adalah baik dan normal, bentuk karkas
yang konformasi baik adalah bulat memanjang dipenuhi oleh perdagingan yang
tebal, daging tebal didaerah dada dan paha, perlemakan menyebar secara merata
dan jumlahnya tidak terlalu banyak dan keseluruhan dari pada karkas tersebut
jumlah sobekan pada kulit maupun daging pada karkas broiler tersebut,
konformasi dari karkas sebaiknya utuh dan lengkap (Rasyaf, 1995)
Perdagingan (Fleshing)
Konsumen beranggapan bahwa kualitas daging yang baik tergantung pada
jenis, kelas dan bagian dari pada unggas yang akan dibelinya, para konsumen
biasanya memilih bagian dada yang baik yakni sedikit panjang dan dalam dengan
cukup daging menutupi keseluruhan dari tulang dada, paha juga memiliki tekstur
daging yang baik.
Unggas betina memiliki daging yang lebih banyak dari pada unggas
jantan, hasil daging dada biasanya lebih baik pada broiler betina sementara jantan
memiliki daging paha yang lebih baik (Khanna dan Panda, 1983) disitasi Oleh
Panda (1995). Evans et al (1976) menjelaskan bahwa hasil daging, rasio tulang
dari dada, punggung dan sayap dari broiler berubah dengan bertambahnya umur.
Mereka juga menjelaskan bahwa umur, jenis kelamin, keturunan mempengaruhi
daging yang dihasilkan.
Kualitas karkas yang bermutu baik adalah karkas yang memiliki jumlah
sebaran perdagingan yang tebal diseluruh tubuh. Daging banyak terdapat didaerah
dada merupakan daging dari broiler betina, sedangkan daging pada paha yang
tebal merupakan daging yang dihasilkan broiler jantan. karena broiler betina
memiliki keunggulan daging yang banyak didada sedangkan broiler jantan
memiliki persentase daging yang banyak dipaha. Persentase daging yang tinggi
dipengaruhi oleh kualitas ransum yang baik yakni yang bernilai gizi tinggi,
dan diserap dengan baik oleh seluruh tubuh hingga dapat membentuk sel-sel
pertumbuhan yang baru hingga mampu meningkatkan daging pada broiler
(Siregar, 1994)
Perlemakan (Timbunan lemak /Fat covering)
Kira-kira 50% jaringan lemak terdapat dibawah kulit sedangkan sisanya
ada disekeliling usus dan urat daging. Sisa energi disimpan dalam bentuk lemak
diberbagai tempat penimbunan sehingga ternak tampak gemuk. Penimbunan
lemak akan berlanjut sampai ternak masa finisher (Rasyaf,1992). Kandungan
lemak tubuh dipengaruhi oleh kandungan energi ransum, kadar lemak ransum dan
umur ternak. Jaringan lemak karkas untuk cadangan energi dan menjaga panas
tubuh (Soeparno, 1994).
Perlemakan broiler terdiri dari lemak rongga tubuh dan lemak bawah kulit
(subkutan). Lemak rongga tubuh terdiri dari lemak abdomen, lemak alat
pencernaan dan lemak yang melekat pada rongga dada (Bintang, 2005).
Lemak pada karkas sebaiknya tidak terlalu banyak, jika persentase lemak banyak
maka secara otomatis persentase dari pada daging akan berkurang dan tidak
terlalu baik juga untuk konsumsi. Sebaran lemak pada seluruh karkas hendaknya
merata dan menutup dengan baik. Konsumen lebih menyenangi karkas yang
Kebersihan (Terhindar dari bulu halus/Pinfeathers dan kotoran yang melekat pada karkas)
Dalam menentukan kualitas karkas unggas terlepas dari ada atau tidaknya
bulu yang menonjol ataupun tampak, sementara itu bulu halus tersebut masih
kelihatan dari permukaan kulit. Bulu yang tidak menonjol atau tampak masih
terlihat dibawah permukaan kulit, proses produksi yang efisien dan teliti dapat
mengatasi masalah bulu halus tersebut (Panda, 1995).
Untuk menentukan kualitas karkas broiler faktor penentu utama konsumen
sering memperhatihan kebersihan dari pada penampilan karkas broiler tersebut,
sering faktor kebersihan diabaikan oleh para pedagang broiler, sebaiknya
konsumen daging ayam broiler lebih memperhatikan kondisi dari daging tersebut.
Bulu-bulu halus yang terdapat dipermukaan karkas broiler sering sekali luput dari
pada para pedagang, maka konsumenlah yang harus teliti, jumlah bulu-bulu halus
yang sedikit masih bisa diterima sebagai karkas broiler untuk konsumsi,
sedangkan jumlah yang sudah banyak disarankan jangan langsung dikonsumsi
sebaiknya dibersihkan terdahulu (Priyatno, 2000)
Keutuhan karkas (Potongan, sobekan dan tulang yang patah)
Semakin banyak potongan dan sobekan pada karkas tersebut akan
menurunkan kualitas karkas, apalagi terdapat patah tulang, Ini semakin
memperburuk kualitas dari karkas tersebut. Sehingga akan menurunkan atau
mengurangi daging yang diperoleh.
Dalam menentukan kualitas karkas diperiksa apakah keutuhan dari karkas
tersebut baik, ada tidaknya patah tulang, baik tulang yang terdapat di sayap
dada dan paha, apakah banyak terdapat sobekan ataupun sayatan yang terdapat
dibagian kulit dari keseluruhan karkas broiler tersebut
(www. Poultryindonesia.com)
Perubahan warna karkas
Pengaruh perlakuan terhadap pigmentasi karkas broiler
Secara umum karkas broiler yang dihasilkan memiliki warna putih
kekuningan, warna dari pada karkas broiler terbentuk tergantung juga dari pada
jenis ransum yang diberikan kepada broiler itu sendiri. Jika ransum yang
diberikan memiliki faktor pigmentasi yang banyak, maka akan berpengaruh
terhadap penampilan warna karkas broiler tersebut mengikuti warna dari pada
pigmentasi dari bahan pakan yang diberikan ( Soeparno, 1994)
Karkas broiler yang baik memiliki pigmentasi karkas yang berwarana
cerah, tidak memiliki warna yang pucat dan tidak mengalami perubahan warna
dari warna putih kekuningan menjadi putih kemerahan dikarenakan sudah mulai
membusuk (Priyatno, 2000).
Tepung hasil samping udang mengandung xantofhyll sebesar 1,55 mg/g.
Xantofhyll adalah pigmen yang mempengaruhi warna kuning pada kulit karkas
broiler (Lesoon and Summer, 2001).
Warna kulit dari pada karkas dipengaruhi juga oleh warna lemak subkutan
yang dipengaruhi oleh genetik dan makanan. Pigmentasi pada broiler yang sedang
tumbuh secara langsung proporsional dengan kandungan pigmen pada ransum.
diperoleh dari bahan pakan penyusun ransum semakin besar karena persentase
bahan pakan yang memiliki pigmentasi warna kuning dalam ransum besar
( Garlich, 1974).
Penggunaan tepung hasil samping udang juga telah dilakukan untuk ayam
petelur, hasilnya dapat meningkatkan warna kuning telur, ini disebabkan karena
tepung hasil samping udang mengandung zat warna xantofhyll dengan kata lain
jika tepung hasil samping udang ini digunakan dalam ransum yang diberi untuk
broiler maka karkas yang didapat akan berwarna kekuning-kuningan yang
membuat warna karkas lebih menarik dan mampu menarik minat konsumen
( Purwatiningsih, 2000).
Pengaruh penanganan pasca panen pada karkas seperti kulit yang memar/Discoloration of skins dan Kontaminasi bakteri
Biasanya terjadi akibat pecahnya pembuluh darah selagi unggas masih
hidup, dapat juga diakibatkan karena kecelakan yang dialami unggas, semakin
banyak permukaan kulit yang memar akan mengurangi kualitas karkas dan
mengurangi selera konsumen.
Bau karkas secara keseluruhan baik dan tidak terlalu amis, tetapi jika
terkontaminasi bakteri yang terdapat pada kotoran yang melekat pada karkas
akibat penanganan pasca panen yang kurang teliti, maka dengan cepat warna
daripada karkas akan berubah menjadi kemerahan dan akan menimbulkan bau
amis yang menyengat (Bintang, 2005)
Perubahan warna karkas dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
dipengaruhi oleh kontaminasi bakteri baik dari kotoran yang menempel dan
karkas yang terkontaminasi oleh bakteri secara cepat akan terjadi. Biasanya warna
karkas yang telah terkontamaminasi bakteri adalah berwarna kemerahan
(Bakrie, 2002).
Kerusakan akibat pembekuan (Freezer burn)
Kekeringan dan kerusakan kulit karkas unggas pada saat pendinginan
disebut dengan “Freezer Burn”. Ketika berada didalam alat pendingin sejumlah
air yang ada dalam komposisi tubuh akan beku, permukaan akan keras dan
menurunkan kualitas karkas tersebut karena kondisi karkas kaku, disamping
beberapa kerusakan itu karkas akan kehilangan vitamin B (Panda, 1995).
Dalam standar-standar kualitas individual karkas ada istilah-istilah
“normal”, “hampir normal”, “abnormal” menunjukkan kualitas A, kualitas B, dan
kualitas C. ini merupakan tiga tingkatan dalam menilai kualitas karkas unggas.
Karkas dengan kualitas A biasanya dipersiapkan untuk memenuhi
permintaan yang tinggi seperti pasar swalayan, rumah makan siap hidang (fast
food restaurant) dan hotel–hotel. Karkas dengan kualitas B untuk dikirim
kerumah makan padang, catering, atau pasar tradisional. Karkas dengan kualitas C
umumnya dipersiapkan untuk karkas potongan (parting) dan bahan proses
boneless (daging tanpa tulang).
Penentuan kualitas karkas biasanya dilakukan setelah karkas selesai dicuci
atau saat akan dikirim. Untuk mempermudah penentuan kualitas karkas dan
pemisahan karkas menurut tingkat kualitas tersebut maka penentuan kualitas
Tabel. 4. Standar kualitas karkas ayam broiler
Karakteristik
karkas
Kriteria kualitas karkas ayam broiler
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen
Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Jl. Dr. A. Sofyan No.3
Medan pada ketinggian 25 meter diatas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan
selama 8 minggu dimulai pada bulan November 2009 sampai Januari 2010.
Bahan dan alat Bahan
100 ekor DOC Strain Abror Acress-CP 707, Bakteri Serratia Marcescens,
ransum perlakuan yang terdiri dari tepung jagung, tepung limbah udang
fermentasi, bungkil kedelai, dedak halus, bungkil kelapa, DCP, Premix, minyak
nabati, air minum yang diberikan secara ad-libitum, obat-obatan, vitamin, vaksin
(ND dan Gumboro), rodalon sebagai desinfektan kandang, formalin dan kalium
permanganat (KMNO4) untuk fumigasi kandang dan gula merah.
Alat
Kandang dengan ukuran 1 x 1 x 0,5 m sebanyak 20 buah, tempat pakan dan
minum sebanyak 20 buah, bola lampu pijar 60 watt sebanyak 20 buah, timbangan
salter dengan kapasitas 5 kg dengan kepekaan 0,01 g, thermometer untuk
mengetahui suhu kandang, plastik transparan, pisau, talenan, terpal plastik, ember,
Metode penelitian
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode Non parametrik
untuk rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan.
Dengan perlakuan sebagai berikut:
R0 : Ransum dengan tepung ikan 10% dan 0% hasil samping udang Fermentasi
R1 : Ransum dengan tepung ikan 7,5% dan 2,5% hasil samping udang Fermentasi
R2 : Ransum dengan tepung ikan 5% dan 5% hasil samping udang Fermentasi
R3 : Ransum dengan tepung ikan 2,5% dan 7,5% hasil samping udang Fermentasi
R4 : Ransum dengan tepung ikan 0% dan 10% hasil samping udang Fermentasi
Sedangkan jumlah ulangan dengan menggunakan rumus seperti di bawah ini:
Dengan susunan sebagai berikut: R31 R42 R41 R32
R02 R13 R04 R21
R33 R03 R34 R12
R43 R23 R01 R24
R11 R14 R44 R22
Model matematik yang digunakan yaitu: Yij = µ + αi + ∑ij
Dimana:
µ = Nilai rata-rata (mean) harapan
α = Pengaruh perlakuan ke-i
∑ij = Efek galat percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j (Hanafiah, 2003)
Metode non parametrik untuk rancangan acak lengkap (RAL)
Metode non parametrik untuk rancangan acak lengkap digunakan pada
parameter penelitian ini. Dalam metode ini digunakan Uji Kruskal – Wallis untuk
menguji hipotesis sebagai berikut :
H0 : Pengaruh perlakuan semuanya sama besar atau nilai tengah (median)
perlakuan iisemuanya sama (u1 = u2 = ... = ut).
H1 : Minimal ada satu nilai tengah perlakuan yang tidak sama dengan lainnya.
Adapun model matematik dari metode non parametrik untuk rancangan
acak lengkap yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H = 1 [ ∑i R2ij - N (N + 1)2 S2 ri 4
]
Dimana :
H = Hipotesis penelitian dari paremeter yang diuji
ri = Banyaknya ulangan pada perlakuan ke-i
N = Banyaknya pengamatan
R2ij = Pangkat (rank) dari pengamatan pada satuan percobaan (ulangan)
ke-j
Ri = Jumlah pangkat dari perlakuan ke-i
S2 = Ragam
Parameter penelitian
1. Konformasi (keseluruhan) karkas
Konformasi diketahui dengan cara melihat dari keseluruhan karkas, bentuk
kerangka dari tubuh terutama dada, paha, punggung, kaki dan sayap
apakah normal diberi skor 3, hampir normal diberi skor 2, ataupun
abnormal diberi skor 1. bagian lain yang diamati adalah Tulang dadanya,
bagian punggung, kaki dan sayap.
2. Perdagingan (Fleshing)
Diperoleh dengan melihat daging yang terdapat pada karkas tersebut,
dilihat ketebalan daging pada tulang dada, paha betis dan punggung jika
daging banyak, padat dan berisi akan diberi skor 3, jumlah daging
lumayan banyak, daging daerah dada cukup akan diberi skor 2, jika kurus
akan diberi skor 1.
3. Perlemakan (Fat covering)
Timbunan lemak diamati pada karkas, dilihat penyebaran lemak yang ada,
ketebalan lemak dibawah kulit jika terdapat banyak lemak dan menutup
bagus diberi skor 3, lemak cukup pada dada dan kaki diberi skor 2, lemak
sedikit menutupi tubuh diberi skor 1.
4. Kebersihan (bersih dari bulu besar dan bulu jarum / pinfeathers)
Karkas yang telah dibersihkan terkadang masih terdapat bulu-bulu halus
pada permukaan karkas tersebut, bila jumlah bulu halus sedikit diberi skor
3, jika jumlah bulu-bulu halus sedang diberi skor 2, jika terdapat banyak
5. Keutuhan karkas (Potongan, sobekan dan tulang yang patah)
Untuk mengetahuinya dapat mengamati permukaan karkas tersebut, jika
terdapat potongan dan sobekan kurang dari 1,5 cm maka diberi skor 3, jika
1,5 - 3 cm diberi skor 2, dan jika terdapat banyak (tak terbatas) diberi skor
1.
6. Perubahan warna karkas
Pengaruh perlakuan terhadap pigmentasi karkas
Diperoleh dengan mengamati warna permukaan dari pada karkas tersebut,
jika permukaan karkas berwarna kekuningan diberi skor 3, jika agak
kekuningan diberi skor 2, dan jika tidak kekuningan diberi skor 1.
Pengaruh penanganan pasca panen seperti memar (discoloration of skins), mikroba, zat kontaminan lain
Diperoleh dengan mengamati permukaan karkas tersebut, jika terdapat
kulit yang memar sebesar 0,5 – 0,75 cm akan diberi skor 3, jika 0.75 – 3
cm diberi skor 2 dan jika banyak (tak terbatas) diberi skor 1.
Pengambilan sampel
60 ekor broiler umur 8 minggu yang telah siap panen dipuasakan selama
12 jam, kemudian broiler dipotong dibagian pangkal tenggorokan (larynx), darah
ditiriskan, dibului, dikeluarkan organ bagian dalam, dipotong sendi lutut
(metatatarsus) dan dibersihkan hingga diperoleh karkas, maka tiap-tiap sampel
karkas diberi nomor agar mudah diambil datanya dengan asumsi skor 3, 2, 1,
Analisis data
Setiap parameter penelitian diamati, kemudian data yang didapat
ditabulasi. Data yang diperoleh merupakan data tidak kontinyu, maka untuk
menganalisis data digunakan uji non parametrik yang sesuai yaitu uji Statistik non
parametrik Kruskal-wallis.
Pelaksanaan penelitian
Persiapan kandang
Kandang yang digunakan adalah kandang sistem baterai dan dibuat
berbentuk panggung, terdiri dari 20 unit dan setiap unit diisi 5 ekor broiler.
Sebelum broiler dimasukkan, kandang dan peralatan terlebih dahulu didesinfektan
dengan Rodalon. Peralatan kandang seperti tempat ransum dan tempat air minum
disiapkan masing-masing sebanyak 20 buah yang terlebih dahulu telah
dibersihkan, thermometer sebanyak 2 buah juga telah disediakan dan diletakkan
didalam kandang. Untuk penerangan digunakan lampu pijar 60 watt pada
masing-masing plot yang berjumlah 20 buah, dan untuk penerangan keseluruhan kandang
digunakan lampu pijar 75 watt sebanyak 4 buah.
Random ayam
Sebelum DOC dimasukkan ke dalam kandang, dilakukan pengacakan
DOC, kandang yang ditempati dan perlakuan yang bertujuan memperkecil nilai
keragaman dan dilakukan penimbangan bobot badan awal dari masing-masing
Pemeliharaan
Ransum dan air minum diberikan secara ad-libitum, penerangan diatur
sedemikian rupa dengan kondisi yang nyaman untuk ayam, dengan kata lain panas
yang dipancarkan dari lampu pijar tidak kurang dan tidak berlebihan agar tidak
mengganggu pertumbuhan broiler.
Penyusunan ransum
Ransum disusun sesuai dengan formulasi ransum perlakuan yang diteliti.
Penyusunan ransum dilakukan seminggu sekali dengan tujuan menjaga kualitas
ransum.
Proses pemotongan ayam
Setelah ayam dipanen, ayam dipuasakan selama lebih kurang 12 jam,
kemudian barulah ayam dapat segera dipotong. Proses pemotongan ayam harus
cepat agar darah keluar sempurna. Pemotongan dilakukan dibagian pangkal leher
dan tepat pada pangkal saluran pencernaan (larynx).
Proses pengolahan karkas
Setelah ayam selesai dipotong dibagian pangkal tenggorokan (larynx),
kemudian darah ditiriskan, dibului, dikeluarkan organ bagian dalam, dipotong
sendi lutut (metatatarsus) dan dibersihkan hingga diperoleh karkas.
Pengambilan data
Data yang diperoleh adalah data rataan bobot awal broiler, rataan bobot
hidup broiler, rataan bobot potong, rataan bobot karkas broiler dan rataan skor
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konformasi (Keseluruhan) Karkas
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai konformasi (keutuhan) karkas
broiler dapat dilihat pada Tabel 5. Dimana penelitian ini berkisar antara 1–3
berdasarkan tingkat kualitas karkas. Angka 1 menunjukkan tingkat kualitas karkas
broiler yang jelek, angka 2 menunjukkan tingkat kualitas karkas broiler yang
sedang dan angka 3 menunjukkan tingkat kualitas karkas broiler yang baik.
Tabel 5. Rataan nilai konformasi (keseluruhan) karkas broiler.
Perlakuan Ulangan
1 2 3 4
R0 2 2.67 3 3
R1 3 3 3 3
R2 2.67 3 3 3
R3 3 3 3 3
R4 3 2.33 2.67 3
Keteranga: rataan nilai konformasi (keseluruhan) karkas broiler Nilai 1 = Jelek
Nilai 2 = Sedang Nilai 3 = Baik
Melalui cara pemberian pangkat (rank) pada nilai konformasi
(keseluruhan) karkas pada Tabel 5, maka data penelitian konformasi
Tabel 6. Pangkat (rank ) untuk konformasi (keseluruhan) karkas broiler.
Perlakuan Median Total
Median1 Median 2 Median 3 Median 4
R0 1 4 13 13 31
R1 13 13 13 13 52
R2 4 13 13 13 43
R3 13 13 13 13 52
R4 13 2 4 13 32
Dari data nilai konformasi (keseluruhan) karkas setelah di beri pangkat
pada Tabel 6 diperoleh nilai tengah tertinggi pada perlakuan R1 dan R3 sebesar 52
dan nilai tengah terendah terdapat pada perlakuan R0 dan sebesar 31.
Untuk melihat pengaruh dari perlakuan yang diberikan terhadap nilai
konformasi (keseluruhan) karkas broiler maka dapat dilakukan Uji Kruskal–
Wallis seperti pada Tabel 7.
Tabel 7. Uji Kruskal – wallis data konformasi (keseluruhan) karkas broiler.
SK DB ∑Median ∑Median/Ulangan S2 H X2α, t - 1
Perlakuan 4 25856 2310.50 20.05 0.26tn 15.1
Ket : tn = Tidak Berbeda Nyata
Berdasarkan Uji Kruskal–Wallis dari data konformasi (keseluruhan)
karkas broiler dengan pemanfaatan tepung hasil samping udang yang difermentasi
dengan Serratia marcescens sebagai substitusi tepung ikan dalam ransum
diperoleh hipotesis sebesar 0.26. Karena hipotesis lebih kecil daripada nilai
khi-kuadrat dengan derajat 4 pada Taraf 1% yaitu 15.1 (H ≤ X2α, t – 1) maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa perlakuan yang dicobakan memberikan pengaruh yang
sama terhadap konformasi (keseluruhan) karkas broiler umur 8 minggu.
minggu yang diberi tepung hasil samping udang fermentasi Serratia marcescens
sebagai substitusi tepung ikan dalam ransum. Konformasi merupakan salah satu
syarat yang paling penting dalam peniliaian kualitas karkas broiler yang siap
masak, karena kesempurnaan dari keseluruhan bentuk karkas ini akan
meningkatkan kualitas karkas broiler. Hal ini sesuai dengan pernyataan
BINTANG (2005) bahwa bentuk karkas broiler atau penampakan karkas broiler
semua perlakuan umumnya baik yakni mempunyai bentuk cenderung bulat, lebar
dan memanjang. Bagian karkas broiler mempunyai daging dada agak panjang dan
lebar, kaki dan sayap normal, dan tulang belakang normal.
Bentuk Konformasi yang sempurna akan lebih meningkatkan kualitas
karkas broiler di kalangan konsumen, konsumen lebih menyukai karkas broiler
yang memiliki perdagingan yang baik, perlemakan yang cukup, kebersihan karkas
broiler yang terjaga, keutuhan dari karkas broiler tersebut dan terhindar dari
perubahan warna (memar dan kontaminasi bakteri). Hal ini sesuai dengan
pernyataan ABUBAKAR (2003) bahwa kualitas karkas broiler yang baik adalah
konformasinya sempurna, perdagingan tebal, perlemakan baik, keutuhan cukup
baik dan sempurna serta bebas dari memar dan bulu jarum.
Perdagingan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai perdagingan karkas broiler
dapat dilihat pada Tabel 8. Dimana penelitian ini berkisar antara 1–3 berdasarkan
tingkat kualitas karkas. Angka 1 menunjukkan tingkat kualitas karkas broiler yang
jelek, angka 2 menunjukkan tingkat kualitas karkas broiler yang sedang dan angka
Tabel 8. Rataan nilai perdagingan karkas broiler.
Keterangan : rataan nilai perdagingan karkas broiler Nilai 1 = Jelek
Nilai 2 = Sedang Nilai 3 = Baik
Melalui cara pemberian pangkat (rank) pada nilai perdagingan karkas
bruoiler pada Tabel 8, maka data penelitian perdagingan karkas broiler setelah
diberi pangkat dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Pangkat (rank) untuk perdagingan karkas broiler.
Perlakuan Median Total
Dari data nilai perdagingan karkas broiler setelah di beri pangkat pada
Tabel 9 diperoleh nilai tengah tertinggi pada perlakuan R4 sebesar 75 dan nilai
tengah terendah terdapat pada perlakuan R2 sebesar 40.5.
Untuk melihat pengaruh dari perlakuan yang diberikan terhadap nilai
perdagingan karkas broiler maka dapat dilakukan Uji Kruskal–Wallis seperti pada
Tabel 10. Uji Kruskal – wallis data perdagingan karkas broiler.
SK DB ∑Median ∑Median/Ulangan S2 H X2α, t - 1
Perlakuan 4 3685.50 4504.38 77.92 0.38tn 15.1
Ket : tn = Tidak Berbeda Nyata
Berdasarkan Uji Kruskal–Wallis dari data perdagingan karkas broiler
dengan pemanfaatan tepung hasil samping udang yang difermentasi dengan
Serratia marcescens sebagai substitusi tepung ikan dalam ransum diperoleh
hipotesis sebesar 0.38. Karena hipotesis lebih kecil daripada nilai khi-kuadrat
dengan derajat 4 pada Taraf 1% yaitu 15.1 (H ≤ X2α, t – 1) maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa perlakuan yang dicobakan memberikan pengaruh yang sama
terhadap perdagingan karkas broiler umur 8 minggu.
Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa semua perlakuan memberikan
pengaruh yang sama terhadap perdagingan karkas broiler umur 8 minggu yang
diberi tepung hasil samping udang fermentasi Serratia marcescens sebagai
substitusi tepung ikan dalam ransum. Kualitas perdagingan karkas broiler dapat
diamati didaerah sekitar dada, paha dan punggung. Perdagingan yang baik
merupakan salah satu faktor penentu untuk menilai kualitas karkas broiler.
Kualitas daging yang dihasilkan tidak lepas dari baiknya ransum yang
diberikan pada broiler, ransum yang memiliki komposisi yang lengkap akan
mempercepat pertumbuhan broiler, selain dari pada faktor tersebut, ransum yang
diberikan haruslah bersifat mudah dicerna agar efisiensi zat–zat nutrisi yang
terkandung didalamnya lebih tinggi. Jika memang harus diperlukan maka bahan
pakan penyusun ransum sebaiknya terolah yakni dengan melakukan fermentasi
untuk lebih meningkatkan daya cerna yang akan berpengaruh tentunya pada
(1990) yang menyatakan bahwa penggunaan limbah (hasil samping) udang
sebagai bahan pakan ternak perlu sentuhan teknologi untuk meningkatkan nilai
gizinya.
Perdagingan yang tebal dan baik biasanya paling banyak diminati
konsumen, daging yang tebal dan padat menunjukkan kualitas A dari karkas
broiler tersebut, kualitas karkas grade A banyak yang dinilai dari tingkat
komposisi perdagingan yang terdapat pada karkas broiler, sedangkan kualitas
karkas broiler grade B dan grade C umumnya ditentukan konsumen dari tingkat
keutuhan dan perubahan warna karkas broiler tersebut. Hal ini sesuai dengan
pernyataan PANDA (1995) bahwa dalam standar–standar kualitas individu karkas
ditentukan dengan istilah “normal”, “hampir normal”, “abnormal” yang
menunjukka kualitas A, kualitas B dan kualitas C karkas broiler. Ini merupakan
tiga tingkatan dalam menilai kualitas karkas unggas.
Perdagingan yang baik dapat dilihat pada daging yang ada didaerah dada,
paha dan punggung. Biasanya persentase daging didaerah dada lebih banyak
dihasiilkan disbanding daerah paha dan punggung karena dipengaruhi oleh jenis
kelamin dari broiler tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan KHANNA (1983)
disitasi oleh PANDA (1995 ) bahwa unggas betina memiliki daging yang lebih
banyak dari unggas jantan. Hasil daging dada biasanya lebih baik pada broiler
Perlemakan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai perlemakan karkas broiler
dapat dilihat pada Tabel 11. Dimana penelitian ini berkisar antara 1–3 berdasarkan
tingkat kualitas karkas. Angka 1 menunjukkan tingkat kualitas karkas broiler yang
jelek, angka 2 menunjukkan tingkat kualitas karkas broiler yang sedang dan angka
3 menunjukkan tingkat kualitas karkas broiler yang baik.
Tabel 11. Rataan nilai perlemakan karkas broiler.
Perlakuan Ulangan
1 2 3 4
R0 2 2.33 2.33 2
R1 2 2.33 2 2.33
R2 2 2 2 2.33
R3 2 2.67 2.67 2
R4 2 2 2 2
Keterangan : rataan nilai perlemakan karkas broiler Nilai 1 = Jelek
Nilai 2 = Sedang Nilai 3 = Baik
Melalui cara pemberian pangkat (rank) pada nilai perlemakan karkas
broiler pada Tabel 11, maka data penelitian perlemakan karkas broiler setelah
Tabel 12. Pangkat (rank) untuk perlemakan karkas broiler.
Perlakuan Median Total
Median1 Median2 Median 3 Median4
R0 7 16 16 7 46
R1 7 16 7 16 46
R2 7 7 7 16 37
R3 7 19.5 19.5 7 53
R4 7 7 7 7 28
Dari data nilai perlemakan karkas broiler setelah di beri pangkat pada
Tabel 12 diperoleh nilai tengah tertinggi pada perlakuan R3 sebesar 53 dan nilai
tengah terendah terdapat pada perlakuan R4 sebesar 28.
Untuk melihat pengaruh dari perlakuan yang diberikan terhadap nilai
perlemakan karkas broiler maka dapat dilakukan Uji Kruskal – Wallis seperti pada
Tabel 13.
Tabel 13. Uji Kruskal – wallis data perlemakan karkas broiler.
SK DB ∑Median ∑Median/Ulangan S2 H
X2α, t -1
Perlakuan 4 2677.50 2298.50 24.87 0.15tn 15.1
Ket : tn = Tidak Berbeda Nyata
Berdasarkan Uji Kruskal–Wallis dari data perlemakan karkas broiler
dengan pemanfaatan tepung hasil samping udang yang difermentasi dengan
Serratia marcescens sebagai substitusi tepung ikan dalam ransum diperoleh
hipotesis sebesar 0.15. Karena hipotesis lebih kecil daripada nilai khi-kuadrat
kesimpulan bahwa perlakuan yang dicobakan memberikan pengaruh yang sama
terhadap perlemakan karkas broiler umur 8 minggu.
Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa semua perlakuan memberikan
pengaruh yang sama terhadap perlemakan karkas broiler umur 8 minggu yang
diberi tepung hasil samping udang fermentasi Serratia marcescens sebagai
substitusi tepung ikan dalam ransum. Tingkat perlemakan broiler juga ditentukan
oleh ransum yang diberikan selama masa pertumbuhannya.
Kualitas karkas broiler dilihat dari penyebaran lemak yang terdapat
diseluruh permukaan karkas broiler dan didalam rongga tubuh broiler. Hal ini
sesuai dengan pernyataan dari BINTANG (2005) yang menyatakan bahwa
Perlemakan broiler terdiri dari lemak rongga tubuh dan lemak bawah kulit
(subkutan). Lemak rongga tubuh terdiri dari lemak abdomen, lemak alat
pencernaan dan lemak yang melekat pada rongga dada, karena sebaran lemak
yang cukup dan tidak berlebihan akan meningkatkan kualitas karkas broiler
tersebut.
Konsumen lebih menyukai karkas yang memiliki persentase daging yang
lebih banyak dibandingkan persentase lemak karkas broiler. Tetapi konsumen
juga tidak menyukai karkas yang tidak memiliki lemak, dengan kata lain kualitas
karkas yang baik tersebut harus memiliki perdagingan yang baik dan perlemakan
Kebersihan (ada tidaknya bulu jarum dan kotoran yang menempel)
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai kebersihan karkas broiler
dapat dilihat pada Tabel 14. Dimana penelitian ini berkisar antara 1–3 berdasarkan
tingkat kualitas karkas. Angka 1 menunjukkan tingkat kualitas karkas broiler yang
jelek, angka 2 menunjukkan tingkat kualitas karkas broiler yang sedang dan angka
3 menunjukkan tingkat kualitas karkas broiler yang baik.
Tabel 14. Rataan nilai kebersihan karkas broiler.
Perlakuan Ulangan
Keterangan : rataan nilai kebersihan karkas broiler Nilai 1 = Jelek
Nilai 2 = Sedang Nilai 3 = Baik
Melalui cara pemberian pangkat (rank) pada nilai kebersihan karkas
broiler pada Tabel 14, maka data penelitian kebersihan karkas broiler setelah
diberi pangkat dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Pangkat (rank ) untuk kebersihan karkas broiler.
Perlakuan Median Total
Median1 Median2 Median3 Median4
R0 11.5 11.5 16.5 11.5 51
R1 16.5 16.5 11.5 11.5 56
R2 4.5 11.5 19.5 19.5 55
R3 4.5 16.5 4.5 4.5 30
Dari data nilai kebersihan karkas broiler setelah di beri pangkat pada Tabel
15 diperoleh nilai tengah tertinggi pada perlakuan R1 sebesar 56 dan nilai tengah
terendah terdapat pada perlakuan R4 sebesar 18.
Untuk melihat pengaruh dari perlakuan yang diberikan terhadap nilai
kebersihan karkas broiler maka dapat dilakukan Uji Kruskal–Wallis seperti pada
Tabel 16.
Tabel 16. Uji Kruskal – wallis data kebersihan karkas broiler.
SK DB ∑Median ∑Median/Ulangan S2 H
X2α, t- 1
Perlakuan 4 2805.00 2496.50 31.58 0.30 tn 15.1
Ket : tn = Tidak Berbeda Nyata
Berdasarkan Uji Kruskal–Wallis dari data kebersihan karkas broiler
diperoleh hipotesis sebesar 0.30. Karena hipotesis lebih kecil daripada nilai
khi-kuadrat dengan derajat 4 pada Taraf 1% yaitu 15.1 (H ≤ X2α, t – 1) maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa perlakuan yang dicobakan memberikan pengaruh yang
sama terhadap kebersihan karkas broiler umur 8 minggu.
Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa semua perlakuan memberikan
pengaruh yang sama terhadap kebersihan karkas broiler umur 8 minggu yang
diberi tepung hasil samping udang fermentasi Serratia marcescens sebagai
substitusi tepung ikan dalam ransum. Tingkat kebersihan suatu karkas merupakan
hal yang paling penting dalam menentukan kualitas karkas broiler yang siap
masak, kebersihan hal yang harus selalu jadi perhatian bersama, bukan hanya
konsumen, tetapi juga para produsen, agen, bahkan pedadang pengecer yang harus
Bukan hanya kebersihan dalam arti terhindar dari kotoran saja, tetapi
semuanya juga harus memperhatikan ada tidaknya bulu jarum yang masih
menempel dipermukaan karkas broiler tersebut, karena jika terdapat bulu jarum
akan mengurangi nilai dari karkas broiler, hal ini sesuai dengan pernyataan
ABUBAKAR (2003) yang menyatakan kualitas karkas yang baik adalah dari
konformasinya, perdagingan, perlemakan, keutuhannnya, serta bebas memar dan
bulu jarum. Dengan kata lain keterhindaran karkas broiler dari ada tidaknya bulu
jarum yang menempel, kotoran yang menempel adalah syarat mutlak bagi
penilaian kualitas karkas. Seperti telah dijelaskan tadi pada pembahasan
konformasi, dalam menentukan kualitas karkas grade A, grade B dan grade C
kebersihan merupakan aspek penting yang mencakup didalamnnya.
Keutuhan karkas (potongan, sobekan dan patah tulang).
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai keutuhan karkas broiler dapat
dilihat pada Tabel 17. Dimana penelitian ini berkisar antara 1–3 berdasarkan
tingkat kualitas karkas. Angka 1 menunjukkan tingkat kualitas karkas broiler yang
jelek, angka 2 menunjukkan tingkat kualitas karkas broiler yang sedang dan angka
Tabel 17. Rataan nilai keutuhan karkas broiler.
Perlakuan Ulangan
1 2 3 4
R0 1.33 2.33 2.33 3
R1 1.67 1.67 2.33 3
R2 1.67 1.33 2.33 1.67
R3 3 3 3 3
R4 2 2.33 2 2.67
Keterangan : rataan nilai keutuhan karkas broiler Nilai 1 = Jelek
Nilai 2 = Sedang Nilai 3 = Baik
Melalui cara pemberian pangkat (rank) pada nilai keutuhan karkas broiler
pada Tabel 17, maka data penelitian keutuhan karkas broiler setelah diberi
pangkat dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Pangkat (rank) untuk keutuhan karkas broiler.
Perlakuan Median Total
Median 1 Median 2 Median 3 Median 4
R0 1.5 11 11 17.5 41
R1 4.5 4.5 11 17.5 37.5
R2 4.5 1.5 11 4.5 21.5
R3 17.5 17.5 17.5 17.5 70
R4 7.5 11 7.5 14 40
Dari data nilai keutuhan karkas broiler setelah di beri pangkat pada Tabel
18 diperoleh nilai tengah tertinggi pada perlakuan R3 sebesar 70 dan nilai tengah
Untuk melihat pengaruh dari perlakuan yang diberikan terhadap nilai
keutuhan karkas broiler maka dapat dilakukan Uji Kruskal–Wallis seperti pada
Tabel 19.
Tabel 19. Uji Kruskal – wallis data keutuhan karkas broiler.
SK DB ∑Median ∑Median/Ulangan S2 H
X2α, t - 1
Perlakuan 4 2836.50 2512.38 33.24 0.28tn 15.1
Ket : tn = Tidak Berbeda Nyata
Berdasarkan Uji Kruskal–Wallis dari data keutuhan karkas broiler
diperoleh hipotesis sebesar 0.28. Karena hipotesis lebih kecil daripada nilai
khi-kuadrat dengan derajat 4 pada Taraf 1% yaitu 15.1 (H ≤ X2α, t – 1) maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa perlakuan yang dicobakan memberikan pengaruh yang
sama terhadap keutuhan karkas broiler umur 8 minggu.
Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa semua perlakuan memberikan
pengaruh yang sama terhadap keutuhan karkas broiler umur 8 minggu yang diberi
tepung hasil samping udang fermentasi Serratia marcescens sebagai substitusi
tepung ikan dalam ransum. Kualitas karkas juga ditentukan oleh keutuhan dari
karkas tersebut, banyak tidaknya sobekan yang terdapat pada karkas tersebut
mempengaruhi kualitas individu karkas broiler. Hal ini sesuai dengan pernyataan
yang dikemukakan PANDA (1995) bahwa semakin banyak potongan dan sobekan
pada karkas broiler akan menurunkan kualitasnya, apalagi terdapat patah tulang.
Ini semakin memperburuk kualitas dari karkas broiler tersebut. Sehingga akan
Keutuhan karkas dapat terjaga asal penanganan pasca panen lebih teliti
dan hati- hati. Konsumen juga harus selektif untuk memilih karkas broiler yang
baik untuk dikonsumsi. Seperti yang dituliskan disitus WWW.
POULTRYINDONESIA.COM (2009) yang menyatakan bahwa dalam
mementukan kualitas karkas diperiksa apakah keutuhan dari karkas tersebut baik,
ada tidaknya patah tulang, baik tulang yang terdapat di sayap maupun kaki,
apakah banyak terdapat potongan di daerah perdagingan bagian dada dan paha,
apakah banyak terdapat sobekan ataupun sayatan yang terdapat dibagian kulit dari
keseluruhan karkas broiler tersebut.
Perubahan warna karkas
Pengaruh perlakuan terhadap pigmentasi karkas broiler
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai pigmentasi karkas broiler
dapat dilihat pada Tabel 20. Dimana penelitian ini berkisar antara 1–3 berdasarkan
tingkat kualitas karkas. Angka 1 menunjukkan tingkat kualitas karkas broiler yang
jelek, angka 2 menunjukkan tingkat kualitas karkas broiler yang sedang dan angka
Tabel 20. Rataan nilai pigmentasi karkas broiler.
Keterangan : rataan nilai pigmentasi karkas broiler Nilai 1 = Jelek
Nilai 2 = Sedang Nilai Nilai 3 = Baik
Melalui cara pemberian pangkat (rank) pada nilai pigmentasi karkas
broiler pada Tabel 20, maka data penelitian pigmentasi karkas broiler setelah
diberi pangkat dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Pangkat (rank) untuk pigmentasi karkas broiler.
Dari data nilai pigmentasi karkas broiler setelah di beri pangkat pada Tabel
21 diperoleh nilai tengah tertinggi pada perlakuan R4 sebesar 51 dan nilai tengah
terendah terdapat pada perlakuan R2 dan R3 sebesar 36.5.
Untuk melihat pengaruh dari perlakuan yang diberikan terhadap nilai
pigmentasi karkas broiler maka dapat dilakukan Uji Kruskal–Wallis seperti pada
Tabel 22. Uji Kruskal – wallis data pigmentasi karkas broiler.
Berdasarkan Uji Kruskal–Wallis dari data pigmentasi karkas broiler
diperoleh hipotesis sebesar 0.01. Karena hipotesis lebih kecil daripada nilai
khi-kuadrat dengan derajat 4 pada Taraf 1% yaitu 15.1 (H ≤ X2α, t – 1) maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa perlakuan yang dicobakan memberikan pengaruh yang
sama terhadap pigmentasi karkas broiler umur 8 minggu. Dari hasil penelitian
diperoleh bahwa semua perlakuan memberikan pengaruh yang sama terhadap
pigmentasi karkas broiler umur 8 minggu yang diberi tepung hasil samping udang
fermentasi Serratia marcescens sebagai substitusi tepung ikan dalam ransum.
Pigmentasi pada karkas memang dipengaruhi oleh faktor dari bahan pakan
penyusun ransum, jika pada bahan pakan penyusun ransum tersebut memilki
persentase xantofhyll yang banyak maka karkas broiler yang akan dihasilkan akan
berwarna kekuningan dibandingkan dengan karkas broiler dengan diberi bahan
pakan dalam ransum yang memiliki persentase xantofhyll yang sedikit.
Pada penelitian ini bahan pakan yang diberikan berupa tepung hasil
samping udang, jenis bahan pakan ini termasuk yang memiliki xantofhyll, tetapi
pada perlakuan yang dicobakan tidak berbeda nyata terhadap kualitas pigmentasi
karkas broiler, dari beberapa sampel karkas yang diamati warna karkas broiler
yang dihasilkan berwarna kekuningan dan yang lainnya berwarna putih
kekuningan. Dengan kata lain pemberian tepung hasil samping udang sebagali
substitusi tepung ikan dalam ransum broiler umur 8 minggu memiliki pengaruh