• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Pembuatan Tablet Isoniazid Dengan Penggunaan Corn Starch®(Shin Dong Bang) Sebagai Bahan Pengikat Tablet Secara Granulasi Basah Dan Evaluasi Tablet

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Pembuatan Tablet Isoniazid Dengan Penggunaan Corn Starch®(Shin Dong Bang) Sebagai Bahan Pengikat Tablet Secara Granulasi Basah Dan Evaluasi Tablet"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PEMBUATAN TABLET ISONIAZID DENGAN PENGGUNAAN CORN STARCH®(SHIN DONG BANG) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

TABLET SECARA GRANULASI BASAH DAN EVALUASI TABLET

SKRIPSI

OLEH: THAHURA ALI

NIM 060824007

(2)

STUDI PEMBUATAN TABLET ISONIAZID DENGAN PENGGUNAAN CORN STARCH®(SHIN DONG BANG) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

TABLET SECARA GRANULASI BASAH DAN EVALUASI TABLET

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH: THAHURA ALI

NIM 060824007

FAKULTAS FARMASI

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

STUDI PEMBUATAN TABLET ISONIAZID DENGAN PENGGUNAAN CORN STARCH®(SHIN DONG BANG) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

TABLET SECARA GRANULASI BASAH DAN EVALUASI TABLET

OLEH: THAHURA ALI

NIM 060824007

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Fakultas farmasi

Universitas Sumatera Utara Pada tanggal: Maret 2010

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Drs.Agusmal Dalimunthe,Ms, Apt.

NIP 195406081983031005 NIP 130672239

Dra. Juanita Tanuwijaya, Apt

Pembimbing II, Drs.Agusmal Dalimunthe,Ms, Apt. NIP195406081983031005

NIP 194811111976031003 Drs.Syafrudin,Ms,Apt.

NIP 194810031987012001 Dra. Salbiah, MSi, Apt

NIP 196106191991031001 Drs. Suryanto, MSi, Apt.

Medan, Maret 2010 Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian pemanfaatan pati jagung cornstarch® sebagai bahan pengikat pada pembuatan tablet secara granulasi basah. pati jagung Corn starch® yang digunakan adalah pati jagung yang telah tersedia dipasaran dengan merek dagang Shin Dong Bang. Variasi corn starch yang digunakan sebagai bahan pengikat adalah 7.5%, 8.75%, 10%, 11.25%, 12.5%, dan 13.75%. Dan sebagai pembanding digunakan amilum manihot 11.25 % dan tepung jagung 11.25%.

(5)

ABSTRACT

Utilization of research has been done cornstarch® as a binder in the manufacture of tablets by wet granulation. Corn starch is used corn starch® has been available in the market come with a trademark Shin Dong Bang. Variations corn starch used as binder is 7.5%, 8.75%, 10%, 11.25%, 12.5%, and 13.75%.. And the comparison is used starch manihot 11.25% and 11.25% corn flour.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T, atas nikmat dan karunia-Nya yang tak terhingga yang senantiasa dilimpahkan-Nya kepada penulis. Shalawat berangkaikan salam kepada junjungan Nabi Muhammad S.A.W. yang selalu

menjadi teladan bagi penulis untuk dapat melakukan amal dan perbuatan terbaik dalam hidup ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “

Studi pembuatan tablet isoniazid dengan penggunaan corn starch®(Shin Dong Bang) sebagai bahan pengikat tablet secara granulasi basah dan evaluasi tablet”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Salah satu bahan pembuatan tablet adalah adalah bahan pengikat. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui pati jagung (Corn Starch®) dapat digunakan sebagai bahan pengikat pada tablet . Ternyata pati jagung (Corn Starch®) dapat digunakan sebagai bahan pengikat pada tablet .

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs.Agusmal Dalimunthe,Ms.Apt, serta Bapak Drs.

Syafrudin, Ms.Apt yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas selama penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera

Utara, Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt, yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan.

(7)

jerman), abang (Budi, Latief), kakak (Ulfa, Lady), adik (Hidayah), dan keluarga

angkat penulis, atas doa, dorongan, dan pengorbanan baik moril maupun materil dalam penyelesaian skripsi ini, dan tidak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih kepada Dra. Sudarmi. Msi, Apt selaku pembimbing akademik penulis,

Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan pengajaran kepada penulis, serta teman-teman (Bang Sidiq, yani, mak’drey, mak’cut, k’adek, sandra, mute, pasri,

bunga, eki, kak’wi, BR, pasri, timeh, mery dan teman-teman ekstensi farmasi 2006) yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Medan, Maret 2010 Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

Bab I. Pendahuluan ... 1

1.1. Latar belakang ... 1

1.2. Perumusan masalah ... 4

1.3. Hipotesis ... 4

1.4. Tujuan penelitian ... 4

Bab II. Tinjauan Pustaka 2.1. Uraian Pati jagung ... 6

2.2. Klasifikasi Tanaman Jagung ... 6

2.3. Pengertian Tablet ... 7

2.4. Komposisi Tablet ... 8

3.5. Disolusi ... 9

(9)

3.7. Isoniazid ... 10

Bab III. Metodologi Penelitian ... 11

3.1. Alat... 11

3.2. Bahan ... 11

3.3. Pembuatan pereaksi ... 11

3.3.1. Pembuatan HCl 0,1 N ... 11

3.4. Pembuatan tablet isoniazid ... 12

3.5. Pembuatan granul isoniazid... 14

3.6. Uji preformulasi ... 4

3.6.1. Sudut diam ... 14

3.6.2. Waktu alir ... 15

3.6.3. Indeks tap ... 15

3.7. Evaluasi tablet... 16

3.7.1. Pemeriksaan bentuk dan rupa ... 16

3.7.2. Pemeriksaan kekerasan tablet ... 16

3.7.3. Pemeriksaan friabilitas ... 16

3.7.4. Pengujian daya serap air (Water Uptake) dari tablet ... 17

3.7.5. Pemeriksaan waktu hancur ... 18

3.8. Penetapan kadar tablet Isoniazid ... 18

3.8.1. Pembuatan larutan induk baku ... 18

3.8.2. Pembuatan kurva serapan dalam air suling ... 18

(10)

3.8.5. Pemeriksaan keseragaman sediaan... 20

3.9. Uji disolusi……… 21

3.9.1. Pembuatan larutan induk baku ... 22

3.9.2. Pembuatan kurva serapan dalam HCl 0,1 N………… 23

3.9.3. Pembuatan kurva kalibrasi dalam HCl 0,1 N ... 24

3.9.4. Pengujian disolusi tablet isoniazid.. ... 25

Bab IV. Hasil dan Pembahasan ... 24

4.1. Hasil uji preformulasi terhadap massa granul ... 24

4.1.1. Uji waktu alir ... 25

4.1.2. Uji sudut diam ... 26

4.1.3. Uji indeks tap ... 27

4.2. Hasil evaluasi tablet ... 28

4.2.1. Hasil pembuatan kurva serapan dan kurva kalibrasi isoniazida BPFI serta Penetapan kadar isoniazida dalam tablet... ... 28

4.2.2. Keragaman bobot ... 30

4.2.3. Kekerasan tablet ... 31

4.2.4 Friabilitas... 32

4.2.5. Waktu hancur... 33

4.3. Uji daya serap Air (Water Uptake)... ... 35

4.4. Uji disolusi Tablet... 36

(11)

Bab V. Kesimpulan dan Saran ... 41

5.1. Kesimpulan... 41

5.2. Saran ... 41

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Formula resep tablet isoniazid ... 13

Tabel 2. Kriteria penerimaan uji disolusi ... 23

Tabel 3. Data uji preformulasi massa granul ... 24

Tabel 4. Hasil penetapan kadar tablet isoniazid ... 29

Tabel 5. Data hasil evaluasi tablet ... 31

Tabel 6. Data uji daya serap air ( Water Uptake) dari tablet ... 35

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Waktu alir ... 25

Gambar 2. Sudut diam ... 26

Gambar 3. Indeks tap ... 27

Gambar 4. Kurva serapan isoniazida BPFI dalam pelarut air suling ... 28

Gambar 5. kurva kalibrasi isoniazid BPFI dalam pelarut air suling ... 29

Gambar 6. Kekerasan tablet... 32

Gambar 7. Friabilitas ... 33

Gambar 8. Waktu hancur... 34

Gambar 9. Kurva serapan isoniazida BPFI dalam pelarut HCL 0,1 N ... 37

Gambar 10. Kurva kalibrasi isoniazid BPFI dalam pelarut HCL 0,1 N ... 31

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Contoh perhitungan pembuatan Tablet Isoniazid ... 44 Lampiran 2. Contoh perhitungan friabilitas Tablet ... 46 Lampiran 3. Hasil pembuatan kurva serapan isoniazid BPFI dalam

pelarut air suling ... 47 Lampiran 4. Hasil pembuatan kurva kalibrasi dan persamaan regresi

isoniazid BPFI dalam pelarut air suling ... 48 Lampiran 5 Contoh perhitungan kadar tablet isoniazid ... 50 Lampiran 6. Contoh perhitungan keragaman bobot ... 53

Lampiran 7. Hasil pembuatan kurva serapan isoniazid BPFI dalam

pelarut HCl 0.1 N ... 56

Lampiran 8. Hasil pembuatan kurva kalibrasi dan persamaan regresi

isoniazida BPFI dalam pelarut HCl 0,1 N ... 57 Lampiran 9. Contoh perhitungan hasil uji disolusi tablet ... 59

Lampiran 10. Hasil penetapan kadar tablet isoniazid pada berbagai

perbandingan formula tablet ... 60

Lampiran 11. Gambar modifikasi alat pengujian daya serap air

(15)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian pemanfaatan pati jagung cornstarch® sebagai bahan pengikat pada pembuatan tablet secara granulasi basah. pati jagung Corn starch® yang digunakan adalah pati jagung yang telah tersedia dipasaran dengan merek dagang Shin Dong Bang. Variasi corn starch yang digunakan sebagai bahan pengikat adalah 7.5%, 8.75%, 10%, 11.25%, 12.5%, dan 13.75%. Dan sebagai pembanding digunakan amilum manihot 11.25 % dan tepung jagung 11.25%.

(16)

ABSTRACT

Utilization of research has been done cornstarch® as a binder in the manufacture of tablets by wet granulation. Corn starch is used corn starch® has been available in the market come with a trademark Shin Dong Bang. Variations corn starch used as binder is 7.5%, 8.75%, 10%, 11.25%, 12.5%, and 13.75%.. And the comparison is used starch manihot 11.25% and 11.25% corn flour.

(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa

bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan kempa. Selain bahan pengisi digunakan juga zat tambahan lain yang

berfungsi sebagai zat pengembang, pengikat, pelicin, pembasah atau zat lain yang cocok (Ditjen POM,1995).

Dewasa ini, sediaan tablet semakin popular pemakaiannya dan merupakan

sediaan yang paling banyak diproduksi. Tablet merupakan salah satu sediaan yang banyak mengalami perkembangan dari segi formulasi. Beberapa keuntungan

sediaan tablet diantaranya adalah sediaan lebih kompak, biaya pembuatannya lebih murah, dosisnya tepat, mudah pengemasannya, sehingga penggunaannya lebih praktis jika dibandingkan dengan sediaan lain (Lachman et, al, 1994).

Beberapa keunggulan tablet adalah: Biaya produksinya paling murah, bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak, mudah dan murah

untuk dikemas dan dikirim, mudah untuk diproduksi secara besar - besaran ,memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik (Lachman et, al, 1994).

Tablet yang dinyatakan baik harus memenuhi syarat sebagai berikut : Harus merupakan produk menarik (bagus dilihat) yang mempunyai identitasnya

(18)

mempertahankan kelengkapan fisiknya sepanjang waktu. Dari segi lain tablet

harus dapat melepaskan zat aktifnya kedalam tubuh dengan cara yang dapat diramalkan serta tetap dapat diulang, stabil secara kimia sepanjang waktu sehingga tidak memungkinkan terjadinya penurunan mutu zat berkhasiatnya

(Lachman et al, 1994).

Isoniazid (piridina-4-karboksil-hidrazida) mempunyai berat molekul

137,14 merupakan hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau dan mempunyai rasa yang agak pahit, dapat terurai perlahan-lahan dengan adanya udara dan cahaya. Kelarutannya mudah didalam air akan tetapi agak sukar larut di

dalam etanol, kloroform dan eter, yang berkhasiat sebagai anti -tuberkulosis (Ditjen POM, 1995).

Bahan pengikat dalam formulasi tablet adalah untuk mengikat komponen-komponen tablet untuk dijadikan granul dengan ukuran yang sama dan bentuk yang spheris setelah dipaksakan melewati ayakan. Dengan adanya

bahan pengikat, komponen tablet akan mudah dibentuk menjadi granul, sehingga akan memudahkan pencetakan. Pemilihan bahan pengikat

bergantung kepada sifat fisika dan kimia dari bahan obat, daya ikat yang diperlukan dan tujuan pemakaian obatnya (Soekemi, 1987).

Banyak peneliti melaporkan bahwa jenis pati dari berbagai tanaman dapat

dimanfaatkan sebagai substitusi bahan-bahan pembantu yang telah dikenal dalam formulasi tablet, pencarian bahan-bahan baru yang dapat digunakan sebagai bahan

(19)

Jagung relatif mudah di dapat karena tanaman jagung dibudidayakan di

daerah tropis seperti Indonesia. Jagung berperan penting dalam perekonomian nasional dengan berkembangnya industri pangan yang ditunjang oleh teknologi budi daya dan varietas unggul, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang

terus meningkat, Indonesia mengimpor jagung hampir setiap tahun. Pada tahun 2000, impor jagung mencapai 1,26 juta ton (BPS, 2005).

Selain untuk pengadaan pangan dan pakan, jagung juga banyak digunakan industri makanan, minuman, kimia, dan farmasi. Berdasarkan komposisi kimia dan kandungan nutrisi,pati jagung mempunyai prospek sebagai

pangan dan bahan baku industri. Pemanfaatan jagung sebagai bahan baku industri akan memberi nilai tambah bagi usaha tani komoditas tersebut (Suarni et al.

2005).

Oleh karena itu peneliti tertarik mencoba, apakah pati jagung merek Corn starch® ini dapat digunakan sebagai bahan pengikat pada pembuatan obat secara

(20)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

a. Apakah pati jagung (Corn starch®) dapat digunakan sebagai bahan

pengikat pada pembuatan tablet Isoniazid secara granulasi basah?

b. Berapakah rentang konsentrasi pati jagung (Cornstarch®) yang

dapat digunakan sebagai bahan pengikat pada pembuatan tablet secara granulasi basah.

1.3. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah :

a. Pati jagung (Corn starch®) dapat digunakan sebagai bahan pengikat dalam pembuatan tablet Isoniazid secara granulasi basah.

b. Konsentrasi pati jagung (Corn starch®) yang dapat digunakan sebagai bahan pengikat pada pembuatan tablet secara granulasi

basah adalah sekitar 7,5%-13,75%

1.4. Tujuan Penelitian.

Berdasarkan hipotesis diatas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian

ini adalah :

a. Untuk menggunakan pati jagung (Cornstarch®) sebagai bahan

(21)

b. Untuk mengetahui berapa konsentrasi optimum dari pati jagung

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Pati Jagung

Pati adalah karbohidrat yang terjadi dari rangkaian molekul panjang yang

berbentuk butiran. Pati dapat diperoleh dari berbagai bagian tanaman seperti biji, umbi, batang, dan buah. Pati dalam jaringan mempunyai bentuk butir yang

berbeda-beda. Umumnya butir pati terdiri dari lapisan-lapisan yang mengelilingi suatu titik yang disebut hillum. Hillum dapat terletak ditengah atau dapat pula di pinggir (Fahn, 1992).

Biji jagung mengandung pati 54,1-71,7%. Karbohidrat pada jagung sebagian besar merupakan komponen pati, sedangkan komponen lainnya adalah

pentosa, dekstrin, sukrosa, dan gula pereduksi (Fahn, 1992).

Granul pati utuh tidak larut dalam air dingin. Granul pati dapat menyerap air dan membengkak, tetapi tidak dapat kembali seperti semula. Air yang terserap

dalam molekul menyebabkan granul mengembang. Apabila granul pati ditambahkan air panas atau dingin yang kemudian dipanaskan, maka pati dapat

mengalami gelatinasi, yaitu pati mengembang secara luar biasa(Winarno,1995)

2.2. Klasifikasi tanaman jagung Divisio : Spermatophyta Sub-divisio : Angiospermae Klass : Monocotyledoneae Ordo : Graminae

Famili : Graminaceae Genus : Zea

(23)

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa

bahan pengisi. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara mengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan

cetakan baja. Tablet di buat dengan berbagai ukuran, bentuk dan penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan (Ditjen POM, 1995).

Tablet dibuat dengan 3 cara umum yaitu : Granulasi basah, granulasi kering dan cetak langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan kempa. Granulasi kering

dibuat dengan cara menekan massa serbuk pada tekanan tinggi sehingga menjadi tablet yang besar kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan

ukuran partikel yang diinginkan(Ditjen POM,1995).

2.4. Komposisi Tablet

Komposisi umum dalam tablet ádalah : 1. Zat berkhasiat.

2. Bahan pengisi : ditambahkan untuk mendapatkan berat yang diinginkan. 3. Bahan pengikat : ditambahkan untuk mengikat komponen-komponen

tablet untuk dijadikan granul dengan ukuran yang sama dan betuk spheris setelah dipaksakan melewati ayakan. Dengan adanya bahan pengikat, componen tablet akan mudah dibentuk menjadi granul, sehingga akan

memudahkan didalam pencetakkan.

4. Bahan pengembang : ditambahkan untuk memecahkan tablet menjadi

(24)

5. Bahan pelicin : ditambahkan dengan maksud untuk meningkatkan daya

alir granul-granul pada corong pengisi, mencegah melekatnya massa pada punch dan die, dan mengurangi gesekan antara batir-butir granul dan mempermudah pengeluaran tablet dari die.

6. Zat pewrna : ditambahkan dengan maksud untuk memperindah tablet, membedakan dosis, spesifikasi dari pabrik, serta untuk mempermudah

pengawasan.

7. Zat pewangi dan pemanis : ditambahkan untuk menutupi bau dan rasa yang tidak enak, memberikan bau tertentu.

8. Adjuvants : ditambahkan antara lain sebagai anti oksidan.

9. Absorban : ditambahkan untuk melindungi bahan berkhasiat dari

pengaruh lembab, menghomogenkan distribusi zat berkhasiat, menghindari kebasahan akibat sifat dan kombinasi zat berkhasiat.

10. Bahan pembasah : ditambahkan untuk mempercepat hancurnya tablet (Soekemi, 1987).

2.5. Disolusi.

Disolusi (pelarutan) adalah proses dalam suatu pelarut. Saat sekarang ini

disolusi dipandang seabagai salah satu uji pengawasan mutu yang paling penting dilakukan pada sediaan farmasi. Pada uji disolusi dapat diketahui bahan obat dalam larutan dengan kecepatan yang seharusnya. Cepatnya obat atau tablet

melarut menentukan beberapa kadar bahan berkhasiat terlepas didalam tubuh. Karena itu laju larut berhubungan langsung dengan kemanjuran dari tablet dan

perbedaan bioavaibilitas dari berbagai formula (Lachman,et al,1994)

(25)

Spektrofotometer UV adalah pengukuran panjang gelombang dan

intensitas sinar ultraviolet yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang 200 – 400 nm. Panjang gelombang adalah jarak antara satu lembah dan satu puncak, sebagai sumber cahaya biasanya digunakan lampu

hidrogen atau deutrum untuk pengukuran uv.

Spektrofotometer uv memiliki sumber cahaya tunggal, dimana sinyal

pelarut dihilangkan terlebih dahulu dengan mengukur pelarut tanpa sampel, setelah itu larutan sampel diukur (Dachriyanus, 2004)

2.7. Isoniazid

Isoniazid (piridina-4-karboksil-hidrazida) mempunyai berat molekul 137,14 merupakan hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau dan mempunyai rasa yang agak pahit, dapat terurai perlahan-lahan dengan adanya udara

dan cahaya. Kelarutannya mudah didalam air akan tetapi larut di dalam etanol, kloroform dan eter, berkhasiat sebagai anti -tuberkulosis

.

Rumus Bangun Isonazida ( Ditjen POM, 1995)

(26)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Neraca listrik

(Sartorius), timbangan dan anak timbangan, thermometer, stopwatch, mortir dan stemfer, lemari pengering, modifikasi alat sudut diam, modifikasi alat uji waktu

alir, modifikasi alat uji water uptake, mesin pencetak tablet single punch (Ateliers), strong cobb hardness tester (Erweka), Disentegration tester (Erweka), Disolution tester (Erweka), spetrofotometer Ultraviolet (UV mini

1240-SHIMADZU), Roche friabilator (Erweka), dan Alat-alat gelas laboratorium.

3.2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Isoniazida (PT. Brataco Chemica), Isoniazida (BPFI), pati jagung (Corn starch® ) (Shin dong

bang) ,Tepung jagung maizena ( Maizenaku® ) , asam klorida p.a. (E.Merck), air suling, magnesium stearat (PT. Brataco Chemica), talkum (PT. Brataco Chemica),

amilum manihot (PT. Brataco Chemica) , laktosa (PT. Brataco Chemica).

3.3. Pembuatan pereaksi 3.3.1. Pembuatan HCl 0,1 N

Sebanyak 8,5 ml asam klorida p.a diencerkan dengan air suling dan dicukupkan hingga garis tanda dalam labu ukur 1000 ml (Ditjen POM, 1995).

(27)

Pati jagung (corn starch®) digunakan sebagai bahan pengikat dengan

konsentrasi 7,5%, 8,75%, 10%, 11,25%, 12,5%, dan 13,75% ( formula 1-6) sedangkan pembanding digunakan amilum manihot dengan konsentrasi 11,25% (formula 7) dan tepung jagung 11,25% (formula 8), Tablet dibuat dengan bobot

250 mg dan penampang 9 mm. Contoh perhitungan pembuatan tablet dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 44.

R/ Isoniazida 100mg Amilum manihot 5%

Mucilago amili % bervariasi

Talkum 1%

Mg. Stearat 1%

(28)

Tabel 1.Formula Resep Tablet Isoniazid Keterangan:

F1 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®)7.5%

F2 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®) 8.75 %

F3 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®)10 % F4 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®)11.25%

F5 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®)12.5%

F6 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®)13.75%

F7 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi Amilum manihot 11.25 % F8 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi T.jagung (Maizenaku®)11.25 %

3.5. Pembuatan Granul isoniazid

KOMPOSISI F O R M U L A

F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8

Isoniazid (g) 10 10 10 10 10 10 10 10

A. manihot (g) :

Pengem.dalam 0.625 0.625 0.625 0.625 0.625 0.625 0.625 0.625

Pengem.luar 0.625 0.625 0.625 0.625 0.625 0.625 0.625 0.625

Talkum (g) 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25

Mg.Stearat (g) 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25

Mucilago amili :

1. Cornstarch (g) 0.5625 0.6566 0.75 0.8437 0.9375 1.0312 - -

2. Tep.jagung (g) - - - 0.8475

3. A. manihot (g) - - - 0.8425 -

Laktosa (g) 12.6875 12.5938 12.5 12.4063 12.3125 12.2188 12.4075 12.4025

(29)

Ditimbang semua bahan, Ditara cawan penguap dan batang pengaduk,

disuspensikan pati jagung dengan air dingin kemudian dipanaskan dengan api langsung sambil diaduk-aduk hingga diperoleh massa yang transparan. Mucilago yang terbentuk ditimbang kembali dan dicukupkan beratnya dengan menggunakan

air panas. Kedalam lumpang dimasukkan laktosa, amilum manihot(pengembang dalam), dan INH lalu digerus homogen. Dimasukkan mucilago amyli sedikit demi

sedikit sampai diperoleh massa yang kompak, dicatat berat mucilago yang terpakai, Massa diayak dengan ayakan mesh 12, dicatat berat granul basah, Granulat di tampung dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40-60 C.

Setelah kering diayak pada ayakan mesh 14 dan ditimbang berat granulat kering , lalu ditambahkan Mg-Stearat, talkum dan pengembang luar, kemudian diaduk

sampai homogen, massa granul yang telah homogen diuji preformulasi, kemudian dicetak. Uji preformulasi yang dilakukan meliputi : sudut diam, waktu alir, dan

indeks tap.

3.6. Uji Preformulasi 3.6.1 Sudut Diam.

Granul sebanyak 100 gram dimasukkan kedalam corong yang telah dirangkai, permukaannya diratakan. Lalu penutup bawah corong dibuka, biarkan

granul mengalir sampai habis. Tinggi kerucut yang terbentuk diukur. Sudut diam diukur dengan rumus :

(30)

h = tinggi kerucut (cm)

Persyaratan : Uji dikatakan memenuhi syarat apabila berada pada 20° < O > 40°

(Cartensen, 1977).

3.6.2. Waktu Alir.

Uji waktu alir dilakukan menurut metode yang dibuat oleh Cartensen (1997). Granul sebanyak 100 gram dimasukkan kedalam corong yang telah dirangkai, kemudian permukaannya diratakan. Penutup bawah corong dibuka dan

secara serentak stopwatch dihidupkan. Stopwatch dihentikan saat granul telah habis melewati corong dan dicatat waktu alirnya. Menurut Guyot (1978), waktu

alir yang diperlukan oleh sejumlah serbuk untuk mengalir harus lebih singkat dari 10 detik.

3.6.3. Indeks Tap.

Kedalam gelas ukur 100ml, dimasukkan sejumlah granul hingga 100ml. Ditap dengan alat yang dimodifikasi sampai konstan. Setelah hentakan,

volumenya dihitung dengan rumus :

%

Dimana: VI = Volume sebelum hentakan

V2 = Volume setelah hentakan Granul akan mempunyai sifat alir yang baik jika mempunyai indeks tap <

20%.

3.7. Evaluasi Tablet.

(31)

Tablet diperiksa bentuk dan rupa secara visual. Tablet dinyatakan baik jika

permukaannya licin dan mengkilat.

3.7.2. Pemeriksaan Kekerasan Tablet.

Alat: Strong Cobb Hardness Tester (Erweka) Cara:

Sebuah tablet dimasukkan diantara anvil dan punch, tablet dijepit dengan cara memutar skrup pemutar sampai lampu stop menyala, ditekan knop tanda

panah kekanan sampai tablet pecah. Dan dicatat angka yang menunjukkan jarum penunjuk skala pada saat tablet pecah. Percobaan ini dilakukan untuk 5 tablet

Syarat: Kekerasan tablet antara 4-8 kg (Soekemi,dkk,1987).

3.7.3. Pemeriksaan Friabilitas.

Alat: Roche Friabiliator (Erweka).

Cara:

Ditimbang 20 tablet yang telah dibersihkan dari debu, dicatat beratnya (a gram), dimasukkan ke dalam alat (100 kali putaran), setelah batas waktu yang ditentukan tablet dkeluarkan dan dibersihkan dari debu, lalu ditimbang lagi (b

gram)

Friabilitas (F) = (a-b)/a xl00%.

Syarat: Kehilangan berat < 0,8% (Soekemi,dkk.1987).

3.7.4 Pengujian Daya serap Air (Water Uptake) dari Tablet.

(32)

Cara kerja:

1. Setelah alat dirangkai, dimasukkan air suling kedalam pipa U1, salah satu

ujung pipa U (yaituU2) disumbat dengan gabus, dimana ujung bawah dari

gabus empulur sejajar dengan permukaan ujung pipa U1.

2. Diletakkan kertas saring diatas gabus empulur yang ukurannya tepat sama dengan diameter. Setelah air merembes kedalam kertas saring,

ditambahkan air suling dari buret melalui ujung pipa U1 sehingga sejajar

dengan permukaan air pada ujung pipa U2 , dicatat skala penambahan air

suling tersebut.

3. Diletakkan tablet diatas ujung pipa U2 , diatasnya ditaburkan carmin.

4. Berkurangnya volume air suling dari garis tanda di cek setiap selang waktu

1 menit, dan pada saat tersebut ditambahkan air suling dari buret sampai garis tanda, dicatat skala penambahannya.

5. Pemeriksaan dilanjutkan sampai carmin menyebar pada permukaan tablet dan jumlah air suling yang terserap telah menjadi konstan ( kamp et al,

1986).

3.7.5. Pemeriksaan Waktu Hancur. Alat: Desintegration Tester (Erweka).

Dimasukkan 1 tablet pada dalam keranjang ,masukkan satu cakram pada tabung dan jalankan alat, digunakan air bersuhu 37º ± 2ºC. Sebagai media kecuali dinyatakan lain menggunakan cairan yang tercantum dalam masing-masing

(33)

keranjang dan amati semua tablet, semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 tablet

atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya, tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna (Ditjen POM, 1995).

3.8. Penetapan kadar Tablet Isoniazida 3.8.1. Pembuatan larutan Induk Baku

Ditimbang 50 mg Isoniazida BPFI, dimasukkam ke dalam labu tentukur 100 ml, ditambahkan air suling, dikocok sampai larut dan ditambahkan air suling

sampai garis tanda konsentrasi teoritis adalah 500 mcg/ml ( LIB I ). Selanjutnya dipipet 10 ml dari LIB I, dimasukkan dalam labu tentukur 100 ml, dan dicukupkan dengan air suling sampai garis tanda, kemudian dikocok homogen

sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi teoritis 50 mcg/ml (LIB II).

3.8.2. Pembuatan kurva serapan

Dipipet sebanyak 6.5 ml dari ( LIB II ), lalu dimasukkan ke dalam labu

tentukur 25 ml, ditambahkan air suling sampai garis tanda kemudian dikocok homogen sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi teorotis 13 mcg/ml,

diukur serapannya pada panjang gelombang 200 – 400 nm.

3.8.3. Pembuatan Kurva kalibrasi

Dipipet LIB II sebanyak 3,5 ml; 5 ml; 6,5 ml; 8 ml; 9,5 ml; lalu

dimasukkan dalam labu tentukur 25 ml, dicukupkan dengan air suling sampai garis tanda. Dikocok homogen sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi teoritis 7 mcg/ml; 10 mcg/ml; 13 mcg/ml; 16 mcg/ml; 19 mcg/ml.Diukur

(34)

3.8.4. Penetapan kadar Isoniazida dalam tablet

Ditimbang 20 tablet, dicatat beratnya, kemudian digerus sampai homogen. Ditimbang sejumlah serbuk setara dengan 50 mg Isoniazid, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, ditambahkan air suling, dikocok

homogen, dicukupkan dengan air suling sampai garis tanda, dihomogenkan dan disaring melalui kertas saring, filtrat pertama dibuang, filtrat selanjutnya

ditampung . Dari larutan dipipet 10 ml lalu dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml, dan diencerkan dengan air suling hingga garis tanda. Dari larutan ini, dipipet 6,5 ml kedalam labu tentukur 25 ml, ditambahkan air suling hingga

garis tanda. Lalu diukur serapan larutan pada panjang gelombang serapan maksimum yang diperoleh, dengan menggunakan air suling sebagai blanko,

pengerjaan ini dilakukan sebanyak 6 kali. Persyaratan: Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, tablet Isoniazid mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (Ditjen POM,

1995).

3.8.5. Pemeriksaan Keseragaman Sediaan

Tablet yang dibuat adalah tablet Isoniazid dengan berat 1 tablet 250 mg

dan mengandung Isoniazida 100 mg. Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, bahwa kadar zat aktif 50 mg atau lebih besar dari 50 mg yang merupakan 50%

atau lebih dari bobot satuan sediaan maka uji keseragaman dilakukan dengan cara keragaman bobot.

Untuk penetapan keseragaman sediaan dengan cara keragaman bobot,

(35)

penetapan kadar, dihitung jumlah zat aktif dari masing-masing dari 10 tablet

dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen ( Ditjen POM, 1995).

Cara penetapan kadar:

Timbang 10 tablet, satu persatu, dan hitung bobot rata-rata. Penetapan kadar dilakukan dengan data: dari 10 tablet yang ditimbang. Di catat beratnya, kemudian digerus sampai homogen. Ditimbang seksama sejumlah serbuk setara

dengan lebih kurang 50 mg Isoniazid, kemudian dimasukkan dalam labu tentukur 100 ml, dicukupkan dengan air suling sampai garis tanda. Lalu dikocok hingga

homogen, disaring melalui kertas saring dan filtrat pertama dibuang, filtrate selanjutnya ditampung. Dari larutan ini dipipet sebanyak 10 ml larutan dan dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml, lalu dicukupkan dengan air suling

sampai garis tanda. Lalu dipipet kembali sebanyak 6,5 ml dan dimasukkan dalam labu tentukur 25 ml, kemudian dicukupkan dengan air suling sampai garis tanda.

Diukur serapannya pada panjang gelombang, dengan menggunakan air suling sebagai blanko, pengerjaan ini dilakukan sebanyak 6 kali.

Persyaratan : Tablet memenuhi syarat keseragaman sediaan jika jumlah zat

aktif dalam masing-masing dari 10 tablet tidak kurang dari 85,0% dan tidak lebih dari 115,0 % dari yang tertera pada etiket dan mempunyai simpangan

baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0% (Ditjen POM, 1995).

3.9. Uji Disolusi

3.9.1. Pembuatan Larutan Induk Baku dalam HCl 0,1 N

(36)

dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda, konsentrasi teoritis

adalah 500 mcg/ml (LIB I). Selanjutnya dipipet sebanyak 10 ml dari LIB I lalu dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml lalu dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda, kemudian dikocok hingga homgen sehingga diperoleh larutan

dengan konsentrasi teoritis 50 mcg/ ml ( LIB II ).

3.9.2. Pembuatan kurva serapan dalam HCI 0,1 N

Dipipet sebanyak 5,5 ml dari larutan baku lalu dimasukkan kedalam labu tentukur 25 ml dan ditambahkan medium disolusi hingga garis tanda, kemudian

dikocok homogen sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi teoritis 11 mcg/ml.Diukur pada panjang gelombang 200 – 400 nm dan sebagai blanko

digunakan HCI 0,1 N.

3.9.3. Pembuatan Kurva Kalibrasi

Dipipet LIB II sebanyak 3,5 ml, 4,5 ml, 5,5 ml, 6,5 ml, dan 7,5 ml, masing-masing dimasukkan kedalam labu tentukur 25 ml, dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai saris tanda. Dikocok homogen sehingga diperoleh

larutan dengan konsentrasi 7 mcg/ml, 9 mcg/ml, 11 mcg/ml, 13 mcg/ml, 15 mcg/ml.Diukur Serapannya pada panjang gelombang 267 nm.

3.9.4. Pengujian Disolusi Tablet Isoniazid

Medium : 900 ml larutan HCI 0,1 N

Alat : tipe –2

Kecepatan putaran : 100 rpm

Waktu : 45 menit prosedur:

(37)

disolusi, suhu 37° C ± 0,5° C. kemudian dayung diputar dengan kecepatan 100

rpm. Dalam interval waktu 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45 menit, larutan dipipet

sebanyak 2,5 ml dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml lalu diencerkan dengan HCI 0,1 N sampai garis tanda. Serapan diukur pada panjang gelombang maksimum dengan menggunakan HCI 0,1 N sebagai blanko. Volume

medium disolusi diusahakan tetap dengan menambahkan HCI 0,1 N dengan jumlah yang sama yang diambil. Syarat: Dalam waktu 45 menit harus larut tidak

kurang dari 80% (Q) C8H9NO2, dari jumlah yang tertera pada etiket. Interprestasi:

Persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif yang terlarut dari sediaan yang diuji sesuai dengan tabel penerimaan. Lanjutkan pengujian sampai tiga tahap kecuali

bila hasil pengujian memenuhi tahap S1 atau S2. Harga Q adalah jumlah zat aktif yang terlarut seperti yang tertera dalam masing-masing monografi, dinyatakan

dalam persentase kadar pada etiket, angka 5% dan 15% dalam tabel adalah persentase kadar pada etiket, dengan demikian mempunyai arti yang sama dengan

(38)

Tabel 2. Kriteria Penerimaan Zat Aktif yang Larut dengan Disolusi

(Ditjen POM, 1995) S1 6 Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q + 5%

S2 6 Rata-rata dari 12 unit (SI + S2) adalah sama dengan atau lebih besar dari Q dan tidak 1 unit sediaan yang lebih kecil dari Q – 15%.

S3 12

(39)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil uji Preformulasi Terhadap Massa Granul

Sebelum massa granul dicetak menjadi tablet umumnya harus melalui

serangkaian uji preformulasi. Hal penting dilakukan untuk mengetahui kelayakan pencetakan suatu tablet. Berikut tabel hasil uji preformulasi berbagai formula

yang dibuat.

Tabel 3. Data Uji Preformulasi Massa Granul Formula Tablet Keterangan :

F1 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®)7.5% F2 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®) 8.75 %

F3 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®)10 %

F4 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®)11.25% Formula Waktu Alir (detik) Sudut diam (θ)

(40)

F6 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®)13.75%

F7 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi Amilum manihot 11.25 %

F8 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi T.jagung (Maizenaku®)11.25 %

4.1.1 Uji Waktu Alir

Berdasarkan tabel 3 halaman 24, dapat dilihat bahwa waktu alir granul dengan bahan pengikat pati jagung (corn starch) dari formula F1 sampai

dengan formula F6 terjadi penurunan, mulai dari F1 = 4.54detik – F6 = 3,72 detik. Sedangkan pada formula pembanding amilum manihot menunjukkan

waktu alir 4,56 detik, sedangkan pati jagung 5,22 detik. Walaupun terjadi variasi waktu alir dari formula tersebut tetapi tetap masih berada dalam batas penerimaan. Granul dalam bentuk bulat dan permukaan halus akan lebih

mudah untuk mengalir (Cartensen, 1977).

Makin besar konsentrasi corn starch, maka makin cepat waktu alirnya. Hal ini disebabkan karena pati yang sudah berbentuk granul, massanya

semakin mudah mengalir yang menyebabkan waktu alir semakin cepat.

Gambar 1. Waktu alir massa granul dengan jenis dan persentase bahan pengikat yang berbeda.

4.1.2 Uji Sudut Diam

(41)

S udut diam (θ)

Dari tabel 3 halaman 24, diatas juga menjelaskan bahwa penurunan sudut

diam dari formula F1 – formula F6 yaitu : 26,92-24,61. Sedangkan pada formula pembanding amilum manihot F7 menunjukkan sudut diam 24,51, sedangkan pada tepung jagung 27,35. Variasi sudut diam dari formula tersebut tidak jauh berbeda

dan masih berada dalam batas penerimaan. Hal ini merupakan suatu indikasi bahwa cornstarch memiliki efisiensi yang lebih baik dari pada tepung jagung.

Menurut (Cartensen, 1977), granul yang memiliki sifat free flowing mempunyai sudut diam yang lebih kecil dari 35. Partikel dengan bentuk yang lebih spheris

memberikan sudut diam yang lebih rendah (Lachman et al, 1989).

Hasil uji sudut diam memperlihatkan bahwa dengan penambahan konsentrasi pati jagung (corn strach) akan memperkecil sudut diam. Hal ini

disebabkan semakin banyak pati yang berbentuk granul akan mempunyai daya alir

yang baik.

(42)

In d eks T ap (%)

Dari tabel 3 halaman 24, Menjelaskan besarnya indeks tap dari

masing-masing formula F1 memiliki indeks tap sebesar 9,47%, formula F2 sebesar 13,25%, formula F3 sebesar 14,44%, formula F4 sebesar 15,36%, formula F5 sebesar 19,25%, formula F6 sebesar 19,34%, formula F7 sebesar 15.36%, formula

F8 sebesar 19,37%. Menurut (Guyot, 1978), granul yang bersifat mengalir bebas adalah partikel yang memiliki indeks tap < 20 %. Pengujian indeks tap memiliki

peran yang sangat penting dalam hal gambaran daya tahan granul terhadap daya kompressi yang diberikan oleh alat pencetak tablet. Semakin rendah persentase indeks tap menunjukkan kualitas yang lebih baik dari sifat fisis massa granul yang

akan di formulasikan kedalam bentuk tablet. Semakin tinggi konsentrasi pati jagung (Corn starch) yanh digunakan, maka indeks tap semakin tinggi juga, ini

dikarenakan semakin banyaknya pati yang berbentuk granul.

Gamba r 3. Indeks tap massa Granul dengan jenis dan persentase bahan pengikat yang berbeda.

(43)

4.2.1 Hasil Pembuatan Kurva Serapan dan Kurva Kalibrasi Isoniazida BPF1 serta Penetapan kadar Isoniaid dalam Tablet.

Hasil pengukuran secara spektrofotometri ultraviolet BPFI dalam larutan. Dimana diperoleh serapan maksimum pada panjang gelombang 267 nm dengan

serapan 0.4300(Lampiran 3, halaman 47), ini sesuai dengan identifikasi spektrum Ultraviolet larutan Isoniazid BPFI dalam air pada panjang gelombang 200-400

nm diperoleh panjang gelombang maksimum yaitu 265 nm. Hal ini sesuai dengan pernyataan dalam Farmakope Indonesia Edisi IV yang menyatakan bahwa suatu penetapan atau pengujian mengenai panjang gelombang, serapan maksimum

mengandung implikasi bahwa maksimum tersebut tepat pada atau dalam batas 2 nm dari panjang gelombang yang ditentukan. Hasil pembuatan kurva serapan

dapat dilihat pada gambar 4.

(44)

NO FORMULA KADAR RATA - RATA (%)

1 F1 102.99 ±0.60

2 F2 102.78±0.52

3 F3 101.92±0.63

4 F4 101.60±0.68

5 F5 101.92±0.63

6 F6 100.35±0.82

7 F7 101.58±0.69

8 F8 102.97 ±0.61

Gambar 5. Kurva kalibrasi Isoniazida BPFI dalam pelarut air suling

Gambar 5 adalah gambar kurva kalibrasi Isoniazid dalam pelarut air suling pada panjang gelombang 267 nm. Pada penentuan kurva kalibrasi larutan,

Isoniazida BPFI dibuat konsentrasi berturut-turut ; 7 mcg/ml; 10 mcg/ml; 13 mcg ml; 16 mcg/ml; 19 mcg/ml, dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 48 Diperoleh

persamaan regresi : Y = 0,032619X+0,001289 dengan nilai r = 0,9997

Tabel 4. Hasil penetapan Kadar Tablet Isoniazid

Keterangan :

F1 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®)7.5%

F2 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®) 8.75 %

F3 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®)10 %

F4 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®)11.25% F5 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®)12.5%

F6 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®)13.75% F7 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi Amilum manihot 11.25 %

F8 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi T.jagung (Maizenaku®)11.25 %

(45)

Dari tabel 5 halaman 31, dapat dilihat bahwa keragaman bobot tablet

Isoniazid berkisar antara 99,54% hingga 101,57% dengan simpangan baku relatif antara 0,09% - 0,17%. Berdasarkan hal tersebut, maka keragaman bobot dari tablet Isoniazid memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Farmakope

Indonesia edisi IV (1995) yaitu jika jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10 satuan sediaan terletak antara 85,0% hingga 115.0% dari yang tertera pada

etiket, atau jika simpangan baku relat if kurang dari atau sama dengan 6,0%. Dilihat berdasarkan hasil simpangan baku relatifnya, maka dapat

disimpulkan bahwa tablet yang tercetak memiliki keragaman bobot yang baik

Tabel 5. Data Hasil Evaluasi Tablet

Keragaman Bobot Kekerasan Friabilitas Waktu Hancur Formula Kadar (%) SBR (%) (Kg) (%) (menit)

F1 100.43 0.09 4.95 0.55 11.39

F2 101.57 0.17 4.70 0.68 10.95

F3 99.54 0.13 4.95 0.56 11.37

F4 101.51 0.10 6.50 0.37 12.65

F5 99.54 0.11 7.30 0.27 15.00

(46)

Keterangan:

F1 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®)7.5%

F2 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®) 8.75 % F3 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®)10 %

F4 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®)11.25% F5 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®)12.5%

F6 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®)13.75%

F7 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi Amilum manihot 11.25 %

F8 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi T.jagung (Maizenaku®)11.25 %

4.2.3 Kekerasan Tablet

Hasil uji kekerasan seperti yang terlihat pada tabel 5 halaman 31. menunjukkan bahwa kekerasan semakin menaik dengan meningkatnya konsentrasi cornstarch

yang ditambahkan pada tablet hingga pada konsentrasi 13,75%. yaitu FI<F2<F3<F4<F5<F6. Hal ini disebabkan karena kuatnya ikatan granul membentuk tablet sehingga tablet menjadi keras. Pada uji kekerasan yang

dilakukan pada F6, hasil yang diperoleh adalah 8.50 sehingga pada pengujian ini tablet pada F6 tidak memenuhi syarat, karena menurut Parrot (1971), kekerasan

tablet akan memenuhi syarat pada rentang 4-8 kg. Jika dibandingkan antara F4 (pati jagung cornstarch 11,25%) dengan F7 (amilum manihot 11,25%) dan F8 (tepung jagung Maizenaku 11,25%), kekerasan tablet yang

(47)

Grafik uji kekerasan (kg)

pati tetapi ia juga masih mengandung komposisi yang lain seperti lemak, sehingga

dapat mempengaruhi kekerasan pada tablet.

Gambar 6. Kekerasan Tablet dengan jenis dan Persentase Bahan pengikat yang berbeda.

4.2.4 Friabilitas

Friabilitas memberi gambaran terhadap ketahanan tablet terhadap benturan mekanis dalam masa pengangkutan dan pada saat

pengemasan.Nilai friabilitas yang besar menunjukkan kualitas tablet yang buruk. Menurut Voigt(1994), friabilitas (kehilangan bobot) dari

tablet yang diperbolehkan adalah≤ 0.8%.

(48)

Grafik Uji Friabilitas (%)

pada lampiran 2 halaman 49.

Gambar 7. Friabilitas Tablet dengan Jenis dan Persentase Bahan Pengembang yang Berbeda

4.2.5 Waktu Hancur

Berdasarkan data dari tabel 5 halaman 31, maka hasil pengujian waktu hancur terhadap tablet dapat diketahui di mana semakin menurun konsentrasi cornstarch yang digunakan maka semakin cepat waktu hancur tablet. Pada grafik

terlihat bahwa waktu hancur dari F4 dan F7 memiliki nilai yang hampir sama, F4 memiliki waktu hancur 12.65 dan F7 memiliki waktu hancur 12.68

dimana keduanya juga memiliki kekerasan yang hampir sama. Hal ini terjadi karena tablet dengan bahan pengikat cornstarch akan terkikis sedikit demi sedikit pada waktu pengujian, karena mengandung amilopektin yang sangat

besar dibandingkan amilosa, sedangkan tablet dengan bahan pengikat tepung jagung akan segera pecah menjadi partikel kasar hingga kemudian larut dalam

(49)

Grafik Waktu Hancur (menit)

Gambar 8. Waktu hancur Tablet dengan jenis dan persentase Bahan pengikat yang berbeda.

4.3. Uji Daya Serap Air (Water Uptake).

Tabel 6 Data Uji Daya Serap air (water uptake) dari tablet

Waktu Formula

(50)

18 0,20 0,20 0,22 0,26 0,25 0,25 0,25 0,22 19 0,22 0,24 0,26 0,25 0,23 0,25 0,22

20 0,26 0,25

21 0,26 0.26

22 0,26

Keterangan :

F1 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®)7.5%

F2 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®) 8.75 %

F3 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®)10 % F4 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®)11.25%

F5 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®)12.5%

F6 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®)13.75% F7 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi Amilum manihot 11.25 %

F8 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi T.jagung (Maizenaku®)11.25 % Dari t abel 6 dapat dilihat bahwa konse nt rasi pati jagung

(cornstarch®) yang o pt imu m adalah pada konsentrasi 11,25%, yaitu dapat menyerap air sebanyak 0,26 ml ( jumlah ma k s imu m a ir ya ng d a p a t

d is e r a p t a b le t ) ha mp ir s a ma w a k t u n ya d e ng a n pembanding (amilum manihot 11,25%) Daya serap air juga dipengaruhi oleh kekerasan dimana dengan bertambahnya kekerasan tablet maka tablet memiliki daya serap

yang rendah sehingga waktu penyerapannya lama. Hal ini terjadi karena dengan meningkatnya kekerasan menyebabkan jumlah pori semakin

sedikit sehingga semakin sulit penetrasi air ke dalam tablet, makin lama waktu yang dibutuhkan untuk membasahi partikel. Daya serap air juga mempengaruhi waktu hancur, dimana dengan bertambahnya daya serap air

(51)

tablet menjadi semakin cepat.

4.4. Uji Disolusi tablet

3.4.1 Hasil pembuatan kurva serapan dan kurva kalibrasi Isoniazida BPFI dalam Pelarut HCL 0,1 N.

Isoniazid memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 266

dengan A

1

1 = 390a dalam pelarut asam (Moffat,1986). Oleh karena itu, isoniazid

dapat ditetapkan kadarnya dengan spektrofotometri ultraviolet.

Gambar 9. kurva serapan Isoniazida BPFI dalam pelarut HCl 0,1 N

Dari hasil identifikasi spectrum ultraviolet larutan Isoniazida BPFI dalam HCl 0.1 N diperoleh panjang gelombang 267 nm dengan serapan 0.4213,(

lampiran halaman 56) berdasarkan hal tersebut, nilai ini lebih tinggi sebesar 1 nm dibandingkan yang tertera pada Moffat (1986). Hal ini sesuai dengan pernyataan

(52)

0

Gambar 10. Kurva kalibrasi Isoniazid BPFI dalam pelarut HCL 0,1 N

4.4.2. Hasil Uji Disolusi isoniazida dalam sediaan tablet

Dari hasil uji disolusi tablet yang dapat dilihat pada tabel 7 halaman 39

dapat diketahui bahwa persen kumulatif Isoniazid yang terlarut pada menit ke-45 dari formula F1 104.48%, F2 sebesar 102.73%, F3 sebesar 100.31%, F4 sebesar 99,93%, F5 sebesar 88.50%, F6 sebesar 83,91%, F7 sebesar 99.87%,F8 sebesar

83,91%, ini menunjukkan bahwa formula pati jagung (cornstarch®) memenuhi persyaratan farmokope Indonesia edisi IV (1995), dimana dalam waktu 45 menit

harus larut tidak kurang dari 80% (Q) C8H9NO2, dari jumlah yang tertera pada

etiket.

Gambar 11. Persentase kumulatif Isoniazid yang terlepas Keterangan:

(53)

F3 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®)10 %

F4 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®)11.25%

F5 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®)12.5%

F6 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®)13.75%

F7 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi Amilum manihot 11.25 %

F8 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi T.jagung (Maizenaku®)11.25 %

Tabel 7 Hasil Uji Disolusi Tablet Isoniazida

Keterangan:

F1 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®)7.5%

F2 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®) 8.75 % F3 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®)10 %

F4 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®)11.25%

F5 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®)12.5%

F6 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi pati jagung (cornstarch®)13.75% F7 : Formula tablet Isoniazid dengan konsentrasi Amilum manihot 11.25 %

Waktu (Menit)

Persentase Kumulatif Isoniazida yang terlepas (%)

F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8

(54)

Dari tabel 7, dapat dilihat semakin tinggi konsentrasi corn starch yang digunakan

maka persentase kumulatif isoniazida yang terlepas (%), akan semakin kecil. Jika pati jagung corn starch 11, 25%, di bandingkan dengan tepung jagung dengan konsentrasi 11,25% dapat dilihat bahwa pati jagung (cornstarch®), isoniazid yang

terlepas lebih kecil dibandingkan tepung jagung, karena pati jagung (cornstarch®) komposisi seluruhnya adalah pati, yang amilopektin nya lebih besar, sehingga

pelepasan obatnya perlahan-lahan, sedangkan pada tepung jagung komposisi tidak seutuhnya pati, tapi juga mengandung komposisi lain seperti lemak, sehingga pelepasan obatnya lebih besar dibandingkan pati jagung (cornstarch®).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

a. Pati jagung (Cornstarch®) dapat digunakan sebagai bahan pengikat pada

pembuatan tablet dengan cara granulasi basah

b. Pati jagung (Cornstarch®) dapat digunakan sebagai bahan pengikat tablet

(55)

5.2. Saran

Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk meneliti Pati jagung (Cornstarch®) yang dapat digunakan sebagai bahan pengembang tablet secara

granulasi basah, atau dengan memodifikasi pati jagung secara fisika kimia.

DAFTAR PUSTAKA

BPS (2005). Statistik Indonesia. Statistics Indonesia and Directorat General of Food crops. Jakarta Halaman 21-23.

Cartensen. J.T. (1977). Pharmaceutical of solid dosage form. New York : A.wiley Interscience Publication John Wiley and son. Page. 133-135,154-159, 216-218.

Ditjen POM (1979).Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 404, 748 dan 755.

Ditjen POM (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV.Jakarta: Departemen

(56)

Spektroskopi. Cetakan Pertama, Padang : Andalas University Press. Halaman 3.

Fahn.J. (1992). Teknologi pengolahan jagung untuk menunjang agroindustri pedesaan, Makalah Simposium Penelitian Tanaman Pangan III. Jakarta/Bogor, 23-25 Agustus 1993. Puslitbangtan,Bogor.

Guyot. J.G (1978). Critere Technology Des Choix Des Compression Direct. Dalam Dalimunte. A (1990). Tesis. Pengaruh Laktosa sebagai Pengisi Tablet Yang Dibuat Dengan Metode Cetak Langsung.

Hartono.S. (2007).Modifikasi pati jagung (Zea mays L.). Cetakan Pertama. Bogor: Institut Pertanian Bogor Press. Halaman 79.

Kamp.H.V, Bolhuis G.K, Lerk.C.F (1986). The Role of Water Uptake on Tablet Disintegration. Nedherland: State University of Gronigen. Pages 3-6.

Katzung, B.G (2004). Farmakologi Dasar dan klinik. Edisi Pertama, Jakarta : salemba Medika. Halaman 96.

Lachman.L Lieberman, H.A,Kanig.J.L (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press. Halaman 654 dan 697

Moffat. A.C, et al (1971). Teknologi pengolahan Pati. Yogyakarta :UGM-Press. Halaman 45-47.

Mycek.J.M, Richard.A.H, dan Pamela.C.C (2001).Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi Kedua. Jakarta : Widya Medika. Halaman 336.

Parrot.E.L (1971). Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutical.

Minneapolis: Burgess Publishing Company. Pages 82-83.

Soekemi.R.A,dkk (1987). Tablet. Medan: Mayang Kencana.Halaman 13-17, 42.

(57)

meningkatkan nilai tambah dalam pengembangan agro industri.

Prosiding Seminar Nasional, BPTP Sulawesi Tengah.Halaman 1-5.

Voigt.R (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. EdisiV. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 200.

Wade. A dan Weller.P.J (1994). Handbook of pharmaceutical excipient. 2nd ed. Washington: American PharmaceuticalAssociation,.Hal: 151 - 153.

Winarno, F.G (1995). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama Halaman 27-31.

(58)

Lampiran 1. Contoh Perhitungan Pembuatan Tablet Isoniazid

Sebagai contoh diambil tablet Isoniazid dengan konsentrasi 11.25% (Formula 4).

Dibuat formula untuk 100 tablet, dengan berat tablet 250 mg dan diameter tablet 9

mm.

Berat 100 tablet =100 x 0,250 g = 25 g

Berat Isoniazid dalam tablet =100x100mg=10000mg=10g a. Pengembang dalam = 2,5% x 25 g = 0,625 g b. Pengembang luar = 2,5% x 25 g = 0,625 g

c. Mg stearat = 1 % x 2 5 g = 0 , 2 5 g d. Talkum = 1 % x 2 5 g = 0 , 2 5 g e. Pengikat:

i. Bahan pengikat yang digunakan dalam formula adalah musilago amili (corn Starch) 11,25% yang dibuat sebanyak 30% = 30% x 25 g = 7,5 g

ii. Corn Starch yang ditimbang = 11,25% x 7,5 g = 0,8437 g

f. Laktosa = 25 g – ( 10 + 0,312 + 0,312 + 0,25 + 0,25 + 0,8437 )g

=12,4063g

Cara Kerja : metode granulasi basah

1. Isoniazid + laktosa +pengembang dalam, digerus homogen.

2. Ditambahkan musilago amili(corn starch) sedikit demi sedikit sampai

diperoleh massa yang kompak. Musilago amili 11,25% yang terpakai adalah 6,4815 g yang mengandung corn starch 0,6481 g

(59)

dengan ayakan mesh 14.

a. Berat massa secara teoritis :

= (bahan obat + pengembang dalam + pengikat + pengisi) =

(10 + 0,625 + 0,6481 + 12,4063)g = 23,6794 g

= 100% 94,71% 25

) 6794 , 23 (

=

x g

b. Granular kering ditimbang beratnya = 23,100 g c. Massa tablet seluruhnya = 100%/94,71% x 23,100 g

= 24,3902 g

d. Pengembang luar = 2,5/100 x 24,3902 g = 0,6097 g

e. Talkum = 1/100 x 24,3902 g = 0,2439 gr f. Mg stearat = 1/100 x 24,3902 g = 0,2439 g

6. Ditambahkan pengembang luar, talkum, Mg stearat lalu diaduk hingga homogen.

(60)

Lampiran 2. Contoh Perhitungan Friabilitas Tablet

A = Bobot tablet sebelum diputar dalam alat friabilator B = Bobot tablet setelah diputar dalam alat friabilator

Syarat Friabilator tablet :

Kehilangan bobot tidak boleh lebih dari 0,8% (F < 0,8%)

Sebagai contoh diambil tablet Isoniazid dengan konsentrasi cornstarch 11.25%

Bobot 20 tablet sebelum diputar = 5,034 g

Bobot 20 tablet setelah diputar = 5,015 g

(61)
(62)

Lampiran 4. Hasil pembuatan kurva kalibrasi dan persamaan regresi Isoniazida BPFI dalam pelarut Air suling.

Tabel data kurva kalibrasi

C (mcg /

ml) Abs (Y) XY X2 Y2

X

0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000

7.0000 0.2320 1.6240 49.0000 0.0538

(63)
(64)

Lampiran 5. Contoh Perhitungan Kadar Tablet Isoniazid

Misalnya tablet Isoniazid dengan konsentrasi cornstarch 13,75% (Formula 6).

Berat 20 tablet = 4.8946 mg

Dilakukan sebanyak 6 kali perlakuan

a. Pengujian I

Serbuk ditimbang seksama sebanyak 122.2 mg, kemudian dilarutkan

sesuai prosedur yang telah disebutkan sebelumnya dan diukur serapan pada panjang gelombang maksimum.

Misalnya A(Y) = 0,4152dengan menggunakan persamaan regresi:

Y = 0,032619X + 0,001289 Diperoleh konsentrasi (X) larutan =

032619

Maka konsentrasi teoritis = 12.6647 mcg/ml

Konsentrasi larutan = 12.9893 mcg/ml Kadar Isoniazid = 99.30%

b. Pengujian III

(65)

Kadar Isoniazid = 100,33% c. Pengujian IV

Maka konsentrasi teoritis = 13,0106mcg/ml

Konsentrasi larutan = 12,8364mcg/ml

Kadar Isoniazid = 100,48% d. Pengujian V

Maka konsentrasi teoritis = 13,0106mcg/ml

Konsentrasi larutan = 12.8793mcg/ml

Kadar Isoniazid = 100,82% e.Pengujian VI

Maka konsentrasi teoritis = 13,0106 mcg/ml

Konsentrasi larutan = 12.9958 mcg/ml

Kadar Isoniazid = 101.73%

Dengan :

SD =

1 )

( 2

− −

n X X

= (99.49−100.35)2 +...+(101.73−100.35)2. 6-1

(66)

Lampiran 6. Contoh Perhitungan Keragaman Bobot Contoh : Formula 4

Ditimbang masing-masing berat 10 tablet:

1. 248 6. 252

2. 250 7. 250

3. 248 8. 251

4. 252 9. 252

5. 249 10. 250

Berat rata-rata = mg

tablet

Ditimbang serbuk seksama dan dilakukan pengujian seperti pada penetapan

kadar. Maka diperoleh absorbansi (Y) = 0,4305

Konsentrasi Isoniazid dapat dihitung dengan memasukkan nilai absorbansi ke persamaan regresi :

Y = 0,032619X + 0,001289 Maka, X = 13.1583 mcg/ml

Diketahui konsentrasi teoritis = 12.9890 mcg/ml

Maka, kadar Isoniazid = 101,85% 103.17%

Kadar Isoniazid = 102.69% c. Pengujian 3

Kadar Isoniazid = 102.73% d. Pengujian 4

(67)

Kadar Isoniazid =102.40% f. Pengujian 6

Kadar Isoniazid =102.25%

Rata-rata hasil penetapan kadar = 102,62% x 100 mg

= 102.62 mg zat berkhasiat/tablet

Contoh: Berat tablet I = 248 mg

Maka kadar zat berkhasiatnya = 248 mg / 250,2 mg x 102,62 mg = 101,71 mg

Maka % penyimpangan berat terhadap berat rata-rata

(68)

(

)

2

Dengan cara yang sama dihitung keragaman bobot untuk formula yang lain

(69)
(70)
(71)
(72)

Lampiran 9. Contoh perhitungan Hasil Uji Disolusi

Sebagai contoh adalah disolusi isoniazida dengan menggunakan cornstarch 7.5%. Untuk t = 5 menit, cuplikan diambil 2.5 ml, kemudian diencerkan ke labu tentukur 25 ml, diukur serapannya pada panjang gelombang 267 nm, diperoleh serapan

0.1976, maka konsentrasi isoniazida yang terlarut pada t = 5:

Dari persamaan regresi Y = 0,03878 X + 0.0018

03878

Jumlah isoniazida yang terlarut dalam 900 ml adalah:

= 900 x

x 5.0465 mcg/ml = 4541.85 mcg/ml

= 45.4185 mg

Pengambilan diteruskan untuk menit ke 10,15,20,25,30,35,40,45.

% kumulatif terlepas pada menit ke 5 adalah ;

Gambar

Gambar 1  Waktu alir ..........................................................................
Gambar modifikasi alat pengujian daya serap air
Tabel 1.Formula Resep Tablet Isoniazid
Tabel 2. Kriteria Penerimaan Zat Aktif yang Larut dengan Disolusi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah menentukan kadar PVP K30 yang dapat menghasilkan tablet dengan mutu fisik yang memenuhi perstaratan meliputi kekerasan, kerapuhan, serta waktu hancur

Dari hasil evaluasi, tablet ekstrak daun Gedi hijau ( Abelmoschus manihot ) hanya memenuhi syarat masing- masing untuk uji keseragaman bobot, keseragaman ukuran, waktu

Formula tablet mukoadhesi vagina metronidazol Carbopol ® 940 20% menghasilkan tablet dengan karakteristik sebagai berikut: keseragaman bobot tablet 0,203 g keseragaman

Dari analisis secara statistik (α = 0,05) diperoleh hasil bahwa berdasarkan pemeriksaan karakteristik tablet keseragaman ukuran, friabilitas, dan waktu hancur terdapat perbedaan

Tablet ekstrak daun jambu monyet tersebut sudah memenuhi persyaratan sesuai farmakope dan literatur lain dalam hal mutu fisik tablet, yang meliputi uji

Untuk mengetahui konsentrasi yang tepat dari polisorbat 80 pada pembuatan tablet dimenhidrinat sehingga dapat mempercepat waktu hancur dan disolusi tablet dimenhidrinat.. 4

Sediaan tablet merupakan bentuk sediaan oral yang banyak dibuat, karena tablet mempunyai banyak keuntungan antara lain : ketepatan pembagian takaran, ketahanan si-

Dari hasil evaluasi, tablet ekstrak daun Gedi hijau (Abelmoschus manihot) hanya memenuhi syarat masing- masing untuk uji keseragaman bobot, keseragaman ukuran, waktu