• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Biopestisida Dalam Mengendalikan Ulat Grayak Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidae) Pada Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana tabacum L.) Di Rumah Kasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Biopestisida Dalam Mengendalikan Ulat Grayak Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidae) Pada Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana tabacum L.) Di Rumah Kasa"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BIOPESTISIDA UNTUK MENGENDALIKAN ULAT GRAYAK

Spodoptera litura

F. (Lepidoptera: Noctuidae) PADA TANAMAN TEMBAKAU

DELI (

Nicotiana tabacum

L.) DI RUMAH KASA

SKRIPSI

OLEH : HALIMAH

050302014 HPT

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH BIOPESTISIDA UNTUK MENGENDALIKAN ULAT GRAYAK

Spodoptera litura

F. (Lepidoptera: Noctuidae) PADA TANAMAN TEMBAKAU

DELI (

Nicotiana tabacum

L.) DI RUMAH KASA

SKRIPSI

OLEH : HALIMAH

050302014 HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Dari Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ir. Syahrial Oemry, MS

Ketua Anggota Ir. Fatimah Zahara

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Penelitian : PENGARUH BIOPESTISIDA DALAM MENGENDALIKAN ULAT GRAYAK Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidae) PADA TANAMAN TEMBAKAU DELI (Nicotiana tabacum L.) DI RUMAH KASA

Nama : Halimah

Departemen : Hama dan Penyakit Tumbuhan Jurusan : Hama dan Penyakit Tumbuhan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ir. Syahrial Oemry, MS

Ketua Anggota Ir. Fatimah Zahara

Mengetahui :

(4)

ABSTRACT

Halimah, “Influence of Biopesticide to Control caterpillar Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidae) on Deli Tobacco Plant (Nicotiana tabacum L.)”. This experiment was conducted in screenhouse at Research Institute for Sugarcane and Deli Tobacco, Sampali Medan. The experiment used RAL (Compelety Randomized Design) Non Factorial with six

treatments and four replications. The treatments were S0 (Control), S1 (40 cc sour’s extract/ litre of water), S2 (60 cc sour’s extract/ litre of water),

(5)

ABSTRAK

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Langgapayung, Kab. Labuhan Batu Selatan pada

tanggal 11 Juli 1986 dari ayah alm. H. Djarkasih Siregar dan ibu Aisyah Harahap.

Penulis merupakan anak ke 6 dari 7 bersaudara.

Pendidikan Formal

1. Tahun 1999 lulus dari SDN 112246 di Langgapayung, Kab. Labuhan Batu

Selatan.

2. Tahun 2002 lulus dari MTS Ponpes Ar - Raudhatul Hasanah di

Payabundung, Medan.

3. Tahun 2005 lulus dari MA Ponpes Darul Falah di Langgapayung,

Kab. Labuhan Batu Selatan.

4. Tahun 2005 lulus seleksi masuk USU melalui jalur PMDK. Penulis

memilih program studi Hama dan Penyakit Tumbuhan pada Fakultas

Pertanian.

Pendidikan Informal

1. Tahun 2003 mengikuti Kegiata Pramuka Kursus Pembina Mahir Dasar di

Pesantren Darul Mursyid Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.

2. Tahun 2005 sampai sekarang menjadi anggota Ikatan Mahasiswa

Perlindungan Tanaman (IMAPTAN).

3. Tahun 2005 sampai sekarang menjadi anggota Komunikasi Muslim HPT

(KOMUS).

4. Tahun 2006 mengikuti seminar ”Achievement Motivation Training” di

(7)

5. Tahun 2006 sampai sekarang masuk menjadi anggota Pramuka USU.

6. Tahun 2007 mengikuti seminar Psikologi Islam ”Kenapa Harus Menikah

Sekarang?!?” di Gelanggang Mahasiswa, USU.

7. Tahun 2007 mengikuti kegiatan Gerakan Anti Narkoba (GAN) di

Sibolangit.

8. Tahun 2007-2008 menjabat jadi Sekretaris Dewan Racana Rasuna Said

Pramuka USU.

9. Tahun 2008 mengikuti seminar ”Leadership Training” di FP, USU.

10. Tahun 2008 mengikuti seminar ”Peranan Pertanian Dalam Pembangunan

Sumatera Utara” di FP, USU.

11. Tahun 2006 mengikuti seminar Kemuslimahan di FP, USU.

12. Tahun 2008-2009 menjabat jadi Bendahara KOMUS HPT.

13. Tahun 2008-2009 menjabat jadi Ketua Dewan Racana Rasuna Said

Pramuka USU.

14. Tahun 2009 mengikuti seminar Nasional Brain Power di Mutiara Suara

Convention Hall, Medan.

15. Tahun 2009 penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT.

Perkebunan Nusantara III (Persero) Kebun Rambutan Tebing Tinggi.

16. Tahun 2009 melaksanakan penelitian di Balai Penelitian Tembakau Deli

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya

Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “PENGARUH BIOPESTISIDA

UNTUK MENGENDALIKAN ULAT GRAYAK Spodoptera litura F. (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE) PADA TANAMAN TEMBAKAU DELI (Nicotiana tabacum L.) DI RUMAH KASA” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada

Ir. Syahrial Oemry, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Fatimah Zahara

selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan saran dan arahan

sehingga penulis dapat membuat skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan skripsi ini dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak

yang membutuhkan.

Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Februari 2010

(9)

DAFTAR ISI

Hipotesa Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama ... 6

Gejala Serangan ... 8

Biopetisida ... 9

BAHAN DAN METODE Tempat dan Bahan Penelitian ... 12

Bahan dan Alat ... 12

Metode Penelitian ... 12

Pelaksanaan Percobaan ... 14

Persiapan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)... 14

Persiapan Media ... 14

Penanaman ... 14

Pemeliharaan ... 14

Prosedur Pembuatan Biopestisida ... 15

Aplikasi Biopestisida ... 15

Parameter Pengamatan ... 16

Intensitas Serangan Hama ... 16

(10)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 21 Saran ... 21

(11)

DAFTAR TABEL

No Judul Halm

1. Pengaruh Aplikasi Penyemprotan Biopestisida Terhadap

Intensitas Serangan Larva Spodoptera litura F. ... 17

2. Pengaruh Aplikasi Penyemprotan Biopestisida terhadap

(12)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halm

1. Telur Spodoptera litura F. ... 6

2. Larva Spodoptera litura F. ... 7

3. Pupa Spodoptera litura F. ... 7

4. Imago Spodoptera litura F. ... 8

5. Gejala Serangan Spodoptera litura F. ... 9

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halm

1. Bagan Penelitian ... 21

2. Data Pengamatan Intensitas Serangan Larva 1 HSA (%) ... 22

3. Data Pengamatan Intensitas Serangan Larva 1 msa (%) ... 23

4. Data Pengamatan Intensitas Serangan Larva 2 msa (%) ... 25

5. Skala Serangan Spodoptera litura F. Pada Daun Tembakau ... 27

(14)

ABSTRACT

Halimah, “Influence of Biopesticide to Control caterpillar Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidae) on Deli Tobacco Plant (Nicotiana tabacum L.)”. This experiment was conducted in screenhouse at Research Institute for Sugarcane and Deli Tobacco, Sampali Medan. The experiment used RAL (Compelety Randomized Design) Non Factorial with six

treatments and four replications. The treatments were S0 (Control), S1 (40 cc sour’s extract/ litre of water), S2 (60 cc sour’s extract/ litre of water),

(15)

ABSTRAK

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman tembakau merupakan salah satu tanaman tropis Amerika.

Tembakau menjadi populer di Eropa dan digunakan untuk beberapa keperluan,

misalnya menghilangkan rasa lapar, mengurangi rasa kantuk, dan mengobati

beberapa penyakit (Matnawi, 1997).

Tembakau Deli saat ini masih merupakan primadona tembakau cerutu,

kegunaannya lebih diutamakan untuk pembungkus cerutu, bahkan daun

Tembakau Deli lebih terkenal sebagai pembungkus dan pembalut cerutu nomor

satu di dunia. Sehingga tetap dibutuhkan oleh pabrik penghasil cerutu berkualitas

tinggi (Erwin, 2000).

Banyak sekali perusahaan cerutu di Eropa maupun Amerika menggunakan

simbol-simbol tembakau Sumatera sebagai wrapper, bahkan ada perusahaan yang

hanya sedikit sekali menggunakan tembakau Sumatera pada cerutunya, tetapi

sudah menyebutkan bahwa cerutu ini sudah mengandung daun tembakau

Sumatera atau menggunakan tembakau Sumatera (Anonimous, 1999).

Tembakau cerutu merupakan komoditas strategis bagi Indonesia. Adanya

serangan hama seperti pemakan daun Helicoverpa spp., Spodoptera litura F. dan

pengisap Myzus persicae Sulz. dapat menyebabkan kehilangan hasil di Deli

sebesar 30-40% dan di Besuki sebesar 15-25%. Pengendalian hama secara kimia

dengan penyemprotan insektisida kimia intensif menjadi pilihannya. Resistensi

(17)

penurunan respon serangga terhadap bahan aktif yang semula terbukti efektif

(Haryani, 2005).

Permasalahan yang sangat dirasakan pada beberapa tahun terakhir adalah

rendahnya produktivitas Tembakau Deli, meskipun berbagai upaya telah

dilakukan. Volume produksi untuk lelang Bremen masih belum terpenuhi sesuai

permintaan konsumen yang berkisar antara 8.000-10.000 bal per tahunnya.

Penyebab tidak terpenuhinya kebutuhan pasar tersebut cukup komplek, antara lain

akibat serangan hama dan penyakit. Di samping faktor fisik lingkungan

(Erwin, 2000).

Hama-hama yang umum terdapat pada tanaman Tembakau Deli antara

lain : Spodoptera litura (ulat grayak), Heliothis assulta (ulat pupus),

Plusia signata (ulat kilan), Cyrtopeltis tenuis (capsid), Lasioderma serricorne

(hama gudang), Acridaturrita L. (belalang), Solenopsis geminata (semut),

Molusca sp. (keong), Myzus persicae, Bemisia tabaci (kutu putih) (Erwin, 2000).

Catatan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia mencatat bahwa di seluruh

dunia setiap tahunnya terjadi keracunan pestisida antara 44.000 - 2.000.000 orang

dan dari angka tersebut yang terbanyak terjadi di negara berkembang. Dampak

negatif dari penggunaan pestisida diantaranya adalah meningkatnya daya tahan

hama terhadap pestisida, membengkaknya biaya perawatan akibat tingginya harga

pestisida dan penggunaan yang salah dapat mengakibatkan racun bagi lingkungan,

manusia serta ternak (Budi, 2009).

Salah satu penyebab melonjaknya nilai impor pestisida adalah penolakan

terhadap penggunaan biopestisida masih terjadi dengan berbagai alasan yaitu

(18)

penggunaan dan peredaran biopestisida sebagai alternatif dalam pengendalian

hama penyakit. Dengan demikian ketergantungan kepada pestisida kimia sintetis

semakin tinggi (Anonimous, 2006).

Dengan kemajuan dalam bidang ilmu kimia dan pengembangan analisis,

banyak senyawa kimia yang berasal dari tumbuhan yang telah diisolasi dan

diidentifikasi bahkan disintesis untuk bahan pengendalian OPT.

Senyawa-senyawa tumbuhan dapat menunjukkan berbagai aktivitas biologi pada serangga

melalui proses penghambatan atau penolakan makan, penolakan penelusuran,

penghambat pertumbuhan dan perkembangan, kematian dan lain-lain

(Dadang, 1999).

Beberapa jenis tanaman yang mampu mengendalikan hama seperti famili

Meliaceae (nimba, aglaia), famili anonaceae (biji srikaya, biji sirsak, biji buah

nona). Pestisida hayati merupakan formulasi yang mengandung mikroba tertentu

baik berupa jamur, bakteri, maupun virus yang bersifat antagonis terhadap

mikroba lainnya (penyebab penyakit tanaman) atau menghasilkan senyawa

tertentu yang bersifat racun baik bagi serangga (hama) maupun nematoda

(penyebab penyakit tanaman) (Plantus, 2008).

Untuk menghasilkan bahan pestisida nabati siap pakai dapat dilakukan

secara sederhana. Pertama, dengan teknik penggerusan, penumbukan,

pembakaran, atau pengepresan untuk menghasilkan produk berupa tepung, abu,

atau pasta. Kedua, dengan teknik rendaman untuk menghasilkan produk ekstrak.

Ketiga, dengan cara ekstraksi menggunakan bahan kimia (Budi, 2009).

Tanaman sirsak (Annona muricata) banyak tumbuh di Indonesia dan tidak

(19)

dapat digunakan sebagai insektisida botanis. Senyawa aktif utama biji sirsak

adalah annonain dan squamosin yang termasuk golongan senyawa asetogenin

(Muharsini dkk, 2006).

Berdasarkan asalnya, biopestisida dapat dibedakan menjadi dua yakni

pestisida nabati dan pestisida hayati. Pestisida nabati merupakan hasil ekstraksi

bagian tertentu dari tanaman baik dari daun, buah, biji atau akar yang senyawa

atau metabolit sekunder dan memiliki sifat racun terhadap hama dan penyakit

tertentu. Pestisida nabati pada umumnya digunakan untuk mengendalikan hama

(bersifat insektisidal) maupun penyakit (bersifat bakterisidal) (Plantus, 2008).

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh biopestisida dalam mengendalikan

ulat grayak (Spodoptera litura F.) (Lepidoptera: Noctuidae) pada tanaman

Tembakau Deli (Nicotiana tabacum L.).

Hipotesa Penelitian

Pemberian biopestisida diduga memberikan pengaruh yang berbeda untuk

menekan intensitas serangan hama ulat grayak (Spodoptera litura F.) pada

(20)

Kegunaan Penelitian

- Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Universitas

Sumatera Utara, Medan.

- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan dalam usaha

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Hama Spodoptera litura F.

Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

sebagai berikut :

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Lepidoptera

Famili : Noctuidae

Subfamili : Amphipyrinae

Genus : Spodoptera

Species : Spodoptera litura F.

Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun

(kadang-kadang tersusun dua lapis), berwarna coklat kekuning-kuningan

diletakkan berkelompok (masing-masing berisi 25-500 butir) yang bentuknya

bermacam-macam pada daun atau bagian tanaman lainnya. Kelompok telur

tertutup bulu seperti beludru yang berasal dari bulu-bulu tubuh bagian ujung

ngengat betina. Lama stadium telur 3-5 hari (Anonimous, 2008).

(22)

Ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau

hitam kecoklat-coklatan dan hidup berkelompok. Beberapa hari kemudian

tergantung ketersediaan makanan, larva menyebar dengan menggunakan benang

sutera dari mulutnya. Dan ulat membuat lubang pada daun. Siang hari

bersembunyi dalam tanah (tempat yang lembab) dan menyerang tanaman pada

malam hari. Umumnya larva mempunyai titik hitam arah lateral pada setiap

abdomen. Lama stadium larva 6 – 13 hari (Anonimous, 2008).

Gambar 2. Larva Spodoptera litura F.

Larva berkepompong dalam tanah atau pasir. Membentuk pupa tanpa

rumah pupa (kokon) berwarna coklat kemerahan dan berkisar 1.6 cm. Lama

stadium larva 10 – 14 hari (Erwin, 2000).

Pupa berwarna kecoklatan berada dalam tanah atau pasir. Pada bagian

ventral, abdomen segmen terakhir pupa jantan, dijumpai dua titik yang agak

berjauhan. Titik yang ada di sebelah atas adalah calon alat kelamin jantan sedang

titik yang di bawahnya adalah calon anus. Pupa betina mempunyai dua titik yang

saling berdekatan (Sudarmo, 1992).

(23)

Sayap ngengat bagian depan berwarna coklat atau keperak-perakan, sayap

belakang berwarna keputih-putihan dengan bercak hitam. Malam hari ngengat

dapat terbang sejauh lima kilometer. Seekor ngengat betina dapat meletakkan

2000-3000 telur (Ardiansyah, 2007). Dengan masa peletakan telur 2 – 6 hari dan

lama stadium imago yaittu 5 – 9 hari (Sudarmo, 1992).

Gambar 4. Imago Spodoptera litura F.

Gejala Serangan Spodoptera litura F.

Kerusakan daun yang diakibatkan larva yang masih kecil merusak daun

dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas, transparan dan tinggal

tulang-tulang daun saja. Larva instar lanjut merusak tulang daun dan buah. Pada

serangan berat menyebabkan gundulnya tanaman (Sudarmo, 1992).

Larva Spodoptera litura F. disebut juga dengan ulat grayak. Ngengat

meletakkan telur dalam satu paket pada permukaan daun bagian bawah sejak

tanaman baru menghasilkan 4 – 5 daun. Saat keluar dari telur, ulat hidup

bergerombol disekitar paket sampai dengan instar ke-3, dan fase ini ulat memakan

daun dengan gejala transparan. Pada instar ke-4 ulat menyebar ke bagian tanaman

(24)

Gambar 5. Gejala Serangan Spodoptera litura F.

Biopestisida

Tanaman sirsak (Annona muricata) banyak tumbuh di Indonesia dan tidak

tergantung musim sehingga dapat tersedia terus-menerus. Tanaman sirsak dikenal

dapat digunakan sebagai insektisida botanis. Senyawa aktif utama biji sirsak

adalah annonain dan squamosin yang termasuk golongan senyawa asetogenin.

Senyawa asetogenin dari suku annonaceae dilaporkan mempunyai toksisitas yang

cukup efektif terhadap serangga dari beberapa ordo seperti lepidoptera,

coleoptera, homoptera dan diptera. Senyawa annonain, dan squamosin bersifat

sitoksik dan neurotoksik sehingga menimbulkan kematian sel pada serangga.

Apabila senyawa ini kontak atau masuk ke dalam tubuh maka akan menghalangi

ikatan enzim NADH dengan sitokrom c reduktase dan sitokrom komplek sub unit

I yang berada di dalam mitokondria serangga. Akibatnya sel kehilangan energi

dan pernafasan sel akan terhenti (Muharsini dkk, 2006).

Daun sirsak merupakan salah satu tanaman yang memiliki senyawa yang

dapat digunakan sebagai insektisida nabati. Bagian dari tanaman sirsak yang

digunakan adalah daun dan biji. Daun dan biji sirsak mengandung senyawa

(25)

tinggi, senyawa asetogenin memiliki keistimewaan sebagai antifeedant. Dalam hal

ini, hama serangga tidak lagi bergairah untuk melahap bagian tanaman yang

disukainya. Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat sebagai racun perut yang

bisa mengakibatkan hama serangga mati (Muharsini dkk, 2006).

Akhir-akhir ini pengendalian hama secara biologis atau pengendalian

hayati mendapat perhatian yang cukup besar. Hal ini antara lain disebabkan oleh

kesadaran masyarakat yang semakin tinggi akan bahayanya pengaruh samping

penggunaan insektisida kimia, baik terhadap manusia maupun lingkungan.

Dampak negatif penggunaan insektisida yang kurang bijaksana akan

menimbulkan resistensi hama, resurgensi hama, munculnya hama kedua,

terbunuhnya jasad bukan sasaran (parasitoid, predator dan serangga berguna

lainnya), residu insektisida dan pencemaran lingkungan

(Widayat dan Payah, 1993).

Pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari

tumbuhan dan dapat digunakan untuk mencegah organisme pengganggu tanaman

(OPT). Pestisida nabati berfungsi sebagai penolak (repellent), penarik (attractan),

pemandul (antifertilitas) atau pembunuh. Pestisida nabati bersifat mudah terurai

(biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan (Kardinan, 2004).

Selain bersifat selektif, pestisida botanis juga bersifat ”hit and run” atau

pukul dan lari, yaitu pada saat diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu

dan setelah hama terbunuh maka residunya akan cepat hilang (Kardinan, 2004).

Pestisida ekstrak sirsak tidak membunuh hama secara cepat, tetapi

berpengaruh mengurangi nafsu makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses

(26)

penurunan daya tetas telur dan bekerja secara sistemik dan kontak serta mudah

(27)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan

Penelitian dilaksanakan di Perkebunan Tembakau PT. Perkebunan

Nusantara II, BPTD (Balai Penelitian Tembakau Deli), Sumatera Utara, Medan.

Dengan ketinggian tempat ± 25 m di atas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan

pada bulan 27 Agustus 2009 sampai dengan bulan 5 November 2009.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit tembakau, media

tanam 3 : 2 : 1 (tanah humus : pasir : pupuk kompos), biopestisida yaitu ekstrak

daun sirsak, air bersih, detergent sebagai perekat biopestisida, serta bahan lain

yang mendukung penelitian.

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah polibag ukuran 15 kg, kuas,

plat nama, pacak, meteran, timbangan, gembor handsprayer, blender, saringan,

kain muslim, jerigen, tali rafia, gunting, corong, alat tulis, buku dan kalkulator

serta alat-alat lain yang mendukung penelitian.

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial

yang terdiri dari 4 perlakuan yaitu :

S0 = Kontrol (tanpa perlakuan)

(28)

S2 = 60 cc ekstrak daun sirsak / l air

S3 = 80 cc ekstrak daun sirsak / l air

S4 = 100 cc ekstrak daun sirsak / l air

S5 = 120 cc ekstrak daun sirsak / l air

Banyaknya ulangan dilakukan sebanyak 4 kali setiap perlakuan. Jumlah

ulangan diperoleh dari rumus :

(t – 1) (r – 1) ≥ 15

Jumlah tanaman per plot : 6 tanaman

Jumlah plot : 24

Jumlah tanaman keseluruhan : 144 tanaman

Jumlah sampel yang diamati : 2 tanaman/ plot

Model linier rancangan yang digunakan adalah :

Yij = U + Ti + Eij

Dimana :

i = 1, 2,... t

j = 1, 2,...r

(29)

Ti = Pengaruh perlakuan ke- i

Eij = galat pengamatan dari perlakuan ke- i dan ulangan ke- j.

(Bangun, 1991).

Pelaksanan Penelitian

Persiapan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

Spodoptera litura diambil dari lapangan dan dibiakkan/ diriring terlebih

dahulu pada stoples atau pada tanaman yang sudah disiapkan. Sampai imago dari

Spodoptera litura F. yang dipelihara menghasilkan telur dan menetas menjadi

ulat. Periringan hama dilakukan untuk mendapatkan ulat dengan instar yang sama.

Persiapan Media

Sementara melaksanakan pembibitan, areal pertanaman (penelitian)

dibersihkan dari kotoran – kotoran seperti tanaman sebelumnya dibuang.

Disiapkan 144 polibag dengan ukuran 15 kg yang sudah disterilkan, kemudian

polibag diisi dengan tanah yang sudah disterilkan. Seterusnya dibuat plot

percobaan.

Penanaman

Setelah areal pertanaman selesai dibersihkan dan bibit telah berumur 40

hari maka bibit tersebut dipindahkan ke polibag. Bibit dipindahkan dari

pembibitan, dan waktu penanaman bibit, tanah ditekan sedikit agar tegak

pertumbuhannya dan tidak merebah.

Pemeliharaan

Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi. Penyiraman dilakukan

(30)

Penyisipan dilakukan pada tanaman di dalam polibag yang mengalami

kegagalan pertumbuhan. Penyisipan dilakukan pada sore hari yang diambil dari

plot tanaman yang dikhususkan untuk tanaman sisipan. Waktu penyisipan

selambat-lambatnya 2 minggu setelah tanam.

Penyiangan dilakukan satu kali dalam seminggu atau bergantung pada

keadaan gulma di dalam polibag. Penyiangan dilakukan dengan menggunakan

tangan atau dicabut langsung.

Pemupukan dilakukan dua kali untuk pupuk pertama Mixed 5 x 10,75

sebanyak 10 – 15 gr satuan tanaman. Pemberian pupuk pertama dilakukan 1 (satu)

hari sebelum tanam dan pemberian pupuk kedua 15 hari setelah tanam dengan

Mixed 5 x 20,75 sebanyak 10 gr.

Prosedur Pembuatan Biopestisida

Daun sirsak (Annona muricata) diambil dari lapangan sebanyak 1 kg

kemudian dibersihkan dari kotoran dengan menggunakan air bersih, ditumbuk

halus atau di blender. Setelah itu didiamkan/diendapkan selama 24 jam kemudian

disaring dengan kain muslim. Kemudian larutan biopestisida diambil sesuai

perlakuan dan dilarutkan dalam 1 liter air. Setelah itu, tambahkan 1 gram diterjen

diaduk sampai rata. Kemudian larutan disemprotkan ke seluruh tanaman.

Aplikasi biopestisida

Aplikasi biopestisida dilakukan pada tanaman Tembakau Deli setelah

tanaman berumur 14 hari setelah tanaman dipindahkan dari tempat pembibitan.

Penyemprotan biopestisida dilakukan pada sore hari yaitu dengan menggunakan

(31)

Parameter Pengamatan

Intensitas Serangan Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

Pengamatan pertama dilakukan 1 hari sebelum aplikasi biopestisida.

Kemudian pengamatan kedua 1 minggu setelah aplikasi. Dengan interval

pengamatan 7 hari sekali. Sedangkan lama pengamatan 15 hari. Jumlah tanaman

sampel adalah 48 tanaman.

Nilai skala dapat dikategorikan sebagai berikut :

0 = daun bersih tidak ada serangan

1 = > 0 – 25 % yang terserang dari jumlah daun yang diamati

2 = >26 – 50% yang terserang dari jumlah daun yang diamati

3 = >51 – 75% yang terserang dari jumlah daun yang diamati

4 = >76 – 100% yang terserang dari jumlah daun yang diamati

Rumus

n : Jumlah daun rusak tiap kategori serangan

v : Nilai skala tiap kategori terserang

N : Jumlah daun yang diamati

Z : Nilai skala tertinggi kategori serangan

(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Intensitas Serangan Larva Spodoptera litura F.

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan tinggi rendahnya konsentrasi yang

diaplikasikan berpengaruh nyata terhadap intensitas serangan larva

Spodoptera litura F. setiap waktu pengamatan (lampiran 2-4). Untuk mengetahui

perlakuan mana yang berbeda nyata dilakukan uji jarak duncan (DRMT) pada

taraf 5%.

Tabel 1. Rataan Pengaruh Aplikasi Penyemprotan Biopestisida Terhadap Intensitas Serangan Larva Spodoptera litura F.

Perlakuan Intensitas Serangan (%) 1 hsa 1 msa 2msa

Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% menurut uji jarak Duncan 1 hsa : satu hari sebelum aplikasi

1 msa : satu minggu setelah aplikasi

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pada pengamatan satu

minggu setelah aplikasi, seluruh perlakuan lebih efektif dalam mengurangi

intensitas serangan Spodoptera litura F. dibandingkan tanpa perlakuan (kontrol).

Hal ini disebabkan oleh pengaruh zat bioaktif atau senyawa yang terdapat pada

daun sirsak mampu mengurangi daya makan dan pertumbuhan larva. Bahkan

dapat membunuh larva. Sesuai dengan pernyataan Muharsini, dkk (2006) yang

(33)

acetogenin memiliki keistimewaan sebagai antifeedant. Sedangkan pada

konsentrasi rendah bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan serangga mati.

Tabel 1 menunjukkan pada pengamatan dua minggu setelah aplikasi,

perlakuan S1 dan S5 berbeda nyata dengan S4s sedangkan S2 dan S3 tidak berbeda

nyata dengan S1, S5 dan S4. Dan selanjutnya semua perlakuan berbeda nyata

dengan kontrol. Intensitas serangan larva Spodoptera litura F. terendah terdapat

pada perlakuan S1 sebesar 34.19% dan tertinggi pada perlakuan S4 yaitu sebesar

38.01%. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa pada konsentrasi tinggi dan

rendah ekstrak daun sirsak dapat mengendalikan ulat grayak (Spodoptera litura).

Seperti halnya pada pengamatan satu hari sebelum aplikasi semua

perlakuan berbeda tidak nyata, tetapi pada pengamatan berikutnya perlakuan

berbeda nyata terhadap kontrol. Ini menunjukkan bahwa ekstrak daun sirsak

berpengaruh nyata dalam mengurangi intensitas serangan larva.

Dari tabel 1 juga dapat dilihat perbedaan konsentrasi ekstrak daun sirsak

terhadap intensitas serangan. Intensitas serangan tertinggi terdapat pada perlakuan

S0 sebesar 64.09% dan terendah sebesar 34.19%. Tingginya S0 adalah karena

tidak ada aplikasi ekstrak daun sirsak. Sedangkan S1 adalah aplikasi ekstrak daun

sirsak dengan konsentrasi terendah yaitu 40 cc/l air dan S5 adalah aplikasi dengan

dosis tertinggi 120 cc/l air. Tinggi dan rendahnya konsentrasi yang diaplikasikan

sangat berpengaruh dalam mengurangi intensitas serangan ulat yang menyerang

tanaman tembakau. Tingginya intensitas serangan pada perlakuan S0 dipengaruhi

perlakuan itu sendiri dalam arti pada perlakuan S0 tanpa aplikasi (kontrol),

sehingga efek perlakuan itu sendiri tidak ada. Sedangkan pada perlakuan

(34)

0

Pada pengamatan dua minggu setelah aplikasi menunjukkan dimana

semua perlakuan berbeda nyata intensitas serangannya Intensitas serangan

tertinggi terdapat pada perlakuan S4 sebesar 38.01% dan terendah pada perlakuan

S1 yaitu sebesar 34.19%. Perlakuan S1 sangat berbeda nyata terhadap kontrol

(S0), tidak berbeda nyata terhadap S5 yaitu 34.45%, S2 sebesar 36.97%, S3 sebesar

36.22% dan berbeda nyata terhadap S4 sebesar 38.01%.

Gambar 6. Histogram Pengaruh Ekstrak Daun Sirsak Terhadap Intensitas Serangan (%) setiap waktu pengamatan

Histogram di atas (gambar 6) menjelaskan intensitas serangan larva

meningkat untuk setiap waktu pengamatan mulai pengamatan pertama sampai

pengamatan terakhir, pengaruh yang jelas dapat dilihat pada semua perlakuan

ditandai dengan peningkatan intensitas serangan larva yang tidak begitu cepat atau

lamban untuk setiap pengamatan. Namun tinggi dan rendahnya peningkatan

intensitas serangan tersebut, berfluktuasi antara satu perlakuan dengan perlakuan

lainnya, begitu juga pada perlakuan tanpa aplikasi biopestisida (kontrol) dimana

peningkatan intensitas serangan larva begitu cepat pada setiap waktu pengamatan.

Hal ini berarti aplikasi penyemprotan ekstrak daun sirsak mampu menekan laju

(35)

terkandung dalam biopestisida tersebut. Dimana pada konsentrasi rendah bersifat

sebagai racun perut dan pada konsentrasi tinggi bersifat antifeedant, dan larva

tidak lagi bergairah untuk melahap bagian tanaman yang disukainya.

Tabel 2. Pengaruh Aplikasi Penyemprotan Biopestisida terhadap Pertambahan Intensitas Serangan Larva S. Litura F.

Perlakuan Pertambahan Intensitas Serangan (%)

Perubahan intensitas serangan yang terjadi pada aplikasi penyemprotan

biopestisida relatif lebih rendah dibandingkan tanpa aplikasi biopestisida

(kontrol). Pada tabel 2 diatas bahwa jumlah pertambahan intensitas serangan

terendah terdapat pada perlakuan S4 yaitu 13.18%. Dimana terjadi penurunan

tingkat intensitas serangan mulai dari pengamatan pertama hari sebelum aplikasi

yaitu 24.83% sampai pengamatan dua minggu setelah aplikasi yaitu 5.86%. Hal

ini berarti perlakuan 100 cc ekstrak daun sirsak/ liter air dapat menekan

pertambahan intensitas serangan dari larva Spodoptera litura setelah mengalami

dua kali aplikasi. Untuk perlakuan S1, S3 dan S5 juga berlaku namun jumlah

pertambahan intensitas serangannya sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan

(36)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pemanfaatan daun sirsak dapat digunakan untuk mengendalikan ulat

grayak (Spodoptera litura F.) karena disamping efektif juga sangat mudah

diaplikasinya.

2. Pengaruh perlakuan ekstrak daun sirsak yang memiliki intensitas terendah

pada pengamatan 2 msa dalam mengendalikan ulat grayak

(Spodoptera litura F.) adalah pada perlakuan

S1 (40 cc ekstrak daun sirsak/ l air) sebesar 34.19%.

3. Intensitas serangan tertinggi pada 1 msa terdapat pada perlakuan

S4 (100 cc/l air) yaitu 32.15% dan terendah terdapat pada perlakuan

S1 sebesar 27.75%.

4. Persentase serangan tertinggi pada 2 msa terdapat pada perlakuan

S4 sebesar 38.01% dan tersendah pada perlakuan S1 sebesar 34.19%.

5. Tinggi dan rendah nya konsentrasi larutan yang diaplikasikan efektif

dalam mengurangi intensitas serangan.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap pengaruh dosis dan

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 1991. Buku Petunjuk Percobaan Lapangan PHT Palawija dan Sayur-Sayuran. Program Nasional Penelitian dan PHT, Jakarta.

Anonimous, 1999. Sejarah Tembakau Deli. PTP. Nusantara II (PERSERO), Medan. Halm 11.

Ananimous, 2008. Cara Pengendalian Penggunaan Insektisida Pada Tanaman

Hortikultura. Available at:

Diakses Tanggal :

20 Februari 2009.

Anonimous, 2006. Tanaman Biofarmaka Sebagai Biopestisida Available at:

Bangun, M.K., 1991. Rancangan Percobaan. Universitas Sumatera Utara, Medan. Halm 7.

Budi, C., 2009. Mengenal Pestisida Nabati Skala Rumah Tangga Untuk

Mengendalikan Hama Tanaman. Available at:

Dadang, 1999. Sumber Insektisida Alami Dalam Kumpulan Pelatihan Pengembangan dan Pemanfaatan Insektisida Alami. Pusat Pengkajian Pengendalian Hama Terpadu, IPB.

Erwin, 2000. Hama dan Penyakit Tembakau Deli. Balai Penelitian Tembakau Deli PTPN II (Persero), Medan. Halm 1-2.

Haryani, 2005. Resistensi Hama Tembakau Cerutu. Available at :

Kardinan, A., 2000. Pestisida Nabati, Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Kardinan, A., 2004. Pestisida Nabati. Penebar Swadaya, Jakarta.

Kalshoven, L.G.E., 1981. Pest of Crop In Indonesia. P.t. Ichtiar Baru. Van Hoeve, Jakarta. P.350

(38)

Muharsini, S., A.H. Wardhana dan Yuningsih, 2006. Uji Efektifitas Biji Sirsak (Annona muricata) dan Akar Tuba (Derris elliptica) Terhadap Larva Chrysomya bezziana Secara In Vitro. Available at:

Diakses tanggal 21 Februari 2009.

Plantus, 2008. Biopestisida Sebagai Pengendali Hama dan Penyakit Tanaman Hias. Available at: balithi.litbang.deptan.go.id

Subandrijo, S.H., Istdijoso dan Suwarso, 1992. Pengendalian Serangga Hama Tembakau Besuki Oogst. Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Tembakau dan Tanaman Serat. Malang, Indonesia.

Diakses Tanggal 2 Maret 2009.

Sudarmo, S., 1992. Tembakau. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Halm 26.

(39)
(40)

Lampiran 2. Data Pengamatan Intensitas Serangan Larva 1 hsa (%) 22-Okt-09

1 Hari Sebelum Aplikasi

Perlakuan Ulangan Total Rataan

JK (Perlakuan) 142,99

(41)

Lampiran 3. Data Pengamatan Intensitas Serangan Larva 1 msa (%) 29-Okt-09

1 Minggu Setelah Aplikasi

Perlakuan Ulangan Total Rataan

JK (Perlakuan) 932,69

(42)

Analisi Sidik Ragam

SK db JK KT F F0,5 F0,1

Total 23 1775,43

Perlakuan 5 932,69 186,54 3,98* 2,9 4,5

Error 18 842,73 46,82

KK 21,19

Keterangan :

tn : tidak nyata * : berbeda nyata ** : berbeda sangat nyata

Sy 1,40

W 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00

SSR 05 2,97 3,12 3,21 3,27 3,32 3,35

LSR 05 4,15 4,36 4,48 4,57 4,64 4,68

Perlakuan S1 S2 S5 S3 S4 S0

(43)

Lampiran 4. Data Pengamatan Intensitas Serangan Larva 2 msa (%)

5 November 2009

2 Minggu Setelah Aplikasi

Perlakuan Ulangan Total Rataan

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV

JK (Perlakuan) 2679,71

(44)

Analisi Sidik Ragam

SK db JK KT F F0,5 F0,1

Total 23 3168,25

Perlakuan 5 2679,71 535,94 19,75** 2,9 4,5

Error 18 488,54 27,14

KK 12,82

Keterangan :

tn : tidak nyata * : berbeda nyata

** : berbeda sangat nyata

Sy 1,06

W 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00

SSR 05 2,97 3,12 3,21 3,27 3,32 3,35

LSR 05 3,16 3,32 3,41 3,48 3,53 3,56

Perlakuan S1 S5 S3 S2 S4 S0

34,19 34,45 36,22 36,97 38,01 64,09 A B

(45)

Lampiran 5. Skala Serangan S. litura pada Daun Tembakau

Keterangan :

0 : daun bersih tidak ada serangan

1 : 0≤x ≤ 25% yang terserang dari jumlah daun yang diamati

2 : 26≤x≤ 50% yang terserang dari jumlah daun yang diamati

3 : 51≤x≤ 75% yang terserang dari jumlah daun yang diamati

(46)
(47)

Gambar

Gambar 1. Telur Spodoptera litura F.
Gambar 2. Larva  Spodoptera litura F.
Gambar 4. Imago Spodoptera litura F.
Gambar 5. Gejala Serangan Spodoptera litura F.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan metode simulated annealing, robot akan mencari rute terpendek dari posisi start sampai posisi tujuan, kemudian robot akan bergerak sesuai dengan rute yang

GAMPONG MANYANG CUT KECAMATAN MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYAM. TAHUN

Untuk menghindari bencana yang menimpa desa tersebut, maka dengan kesepakatan masyarakat Desa Jumpai diadakanlah pementasan Tari Telek Anak-Anak dengan Barong Ket

Simulasi kuis ini bukanlah kuis sebenarnya seperti di televisi yang mana bila peserta memenangkan permainan akan diberikan hadiah sejumlah uang. Simulasi ini mengkondisikan

[r]

9 Wayang Sandosa Jawa Tengah Wayang Sandosa adalah bentuk pakeliran garapan baru, yang menggunakan layar lebar, dengan dalang lebih dari satu orang,

Dari proses membatik diketahui faktor pekerjaan yang merupakan faktor risiko terjadinya Carpal Tunnel Syndrome pada proses membatik yaitu gerakan tangan berulang,

set-point. Pembuatan sistem ini berdasarkan hasil simulasi dengan sedikit penyesuaian dengan hardware. Selain komputasi yang lama, FP paralel juga memerlukan waktu yang lama