PENGARUH BIOPESTISIDA UNTUK MENGENDALIKAN ULAT GRAYAK
Spodoptera litura
F. (Lepidoptera: Noctuidae) PADA TANAMAN TEMBAKAU
DELI (
Nicotiana tabacum
L.) DI RUMAH KASA
SKRIPSI
OLEH : HALIMAH
050302014 HPT
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGARUH BIOPESTISIDA UNTUK MENGENDALIKAN ULAT GRAYAK
Spodoptera litura
F. (Lepidoptera: Noctuidae) PADA TANAMAN TEMBAKAU
DELI (
Nicotiana tabacum
L.) DI RUMAH KASA
SKRIPSI
OLEH : HALIMAH
050302014 HPT
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Dari Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ir. Syahrial Oemry, MS
Ketua Anggota Ir. Fatimah Zahara
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Penelitian : PENGARUH BIOPESTISIDA DALAM MENGENDALIKAN ULAT GRAYAK Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidae) PADA TANAMAN TEMBAKAU DELI (Nicotiana tabacum L.) DI RUMAH KASA
Nama : Halimah
Departemen : Hama dan Penyakit Tumbuhan Jurusan : Hama dan Penyakit Tumbuhan
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ir. Syahrial Oemry, MS
Ketua Anggota Ir. Fatimah Zahara
Mengetahui :
ABSTRACT
Halimah, “Influence of Biopesticide to Control caterpillar Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidae) on Deli Tobacco Plant (Nicotiana tabacum L.)”. This experiment was conducted in screenhouse at Research Institute for Sugarcane and Deli Tobacco, Sampali Medan. The experiment used RAL (Compelety Randomized Design) Non Factorial with six
treatments and four replications. The treatments were S0 (Control), S1 (40 cc sour’s extract/ litre of water), S2 (60 cc sour’s extract/ litre of water),
ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Langgapayung, Kab. Labuhan Batu Selatan pada
tanggal 11 Juli 1986 dari ayah alm. H. Djarkasih Siregar dan ibu Aisyah Harahap.
Penulis merupakan anak ke 6 dari 7 bersaudara.
Pendidikan Formal
1. Tahun 1999 lulus dari SDN 112246 di Langgapayung, Kab. Labuhan Batu
Selatan.
2. Tahun 2002 lulus dari MTS Ponpes Ar - Raudhatul Hasanah di
Payabundung, Medan.
3. Tahun 2005 lulus dari MA Ponpes Darul Falah di Langgapayung,
Kab. Labuhan Batu Selatan.
4. Tahun 2005 lulus seleksi masuk USU melalui jalur PMDK. Penulis
memilih program studi Hama dan Penyakit Tumbuhan pada Fakultas
Pertanian.
Pendidikan Informal
1. Tahun 2003 mengikuti Kegiata Pramuka Kursus Pembina Mahir Dasar di
Pesantren Darul Mursyid Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.
2. Tahun 2005 sampai sekarang menjadi anggota Ikatan Mahasiswa
Perlindungan Tanaman (IMAPTAN).
3. Tahun 2005 sampai sekarang menjadi anggota Komunikasi Muslim HPT
(KOMUS).
4. Tahun 2006 mengikuti seminar ”Achievement Motivation Training” di
5. Tahun 2006 sampai sekarang masuk menjadi anggota Pramuka USU.
6. Tahun 2007 mengikuti seminar Psikologi Islam ”Kenapa Harus Menikah
Sekarang?!?” di Gelanggang Mahasiswa, USU.
7. Tahun 2007 mengikuti kegiatan Gerakan Anti Narkoba (GAN) di
Sibolangit.
8. Tahun 2007-2008 menjabat jadi Sekretaris Dewan Racana Rasuna Said
Pramuka USU.
9. Tahun 2008 mengikuti seminar ”Leadership Training” di FP, USU.
10. Tahun 2008 mengikuti seminar ”Peranan Pertanian Dalam Pembangunan
Sumatera Utara” di FP, USU.
11. Tahun 2006 mengikuti seminar Kemuslimahan di FP, USU.
12. Tahun 2008-2009 menjabat jadi Bendahara KOMUS HPT.
13. Tahun 2008-2009 menjabat jadi Ketua Dewan Racana Rasuna Said
Pramuka USU.
14. Tahun 2009 mengikuti seminar Nasional Brain Power di Mutiara Suara
Convention Hall, Medan.
15. Tahun 2009 penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT.
Perkebunan Nusantara III (Persero) Kebun Rambutan Tebing Tinggi.
16. Tahun 2009 melaksanakan penelitian di Balai Penelitian Tembakau Deli
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya
Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “PENGARUH BIOPESTISIDA
UNTUK MENGENDALIKAN ULAT GRAYAK Spodoptera litura F. (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE) PADA TANAMAN TEMBAKAU DELI (Nicotiana tabacum L.) DI RUMAH KASA” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Ir. Syahrial Oemry, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Fatimah Zahara
selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan saran dan arahan
sehingga penulis dapat membuat skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak
yang membutuhkan.
Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Februari 2010
DAFTAR ISI
Hipotesa Penelitian ... 4
Kegunaan Penelitian ... 5
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama ... 6
Gejala Serangan ... 8
Biopetisida ... 9
BAHAN DAN METODE Tempat dan Bahan Penelitian ... 12
Bahan dan Alat ... 12
Metode Penelitian ... 12
Pelaksanaan Percobaan ... 14
Persiapan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)... 14
Persiapan Media ... 14
Penanaman ... 14
Pemeliharaan ... 14
Prosedur Pembuatan Biopestisida ... 15
Aplikasi Biopestisida ... 15
Parameter Pengamatan ... 16
Intensitas Serangan Hama ... 16
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 21 Saran ... 21
DAFTAR TABEL
No Judul Halm
1. Pengaruh Aplikasi Penyemprotan Biopestisida Terhadap
Intensitas Serangan Larva Spodoptera litura F. ... 17
2. Pengaruh Aplikasi Penyemprotan Biopestisida terhadap
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halm
1. Telur Spodoptera litura F. ... 6
2. Larva Spodoptera litura F. ... 7
3. Pupa Spodoptera litura F. ... 7
4. Imago Spodoptera litura F. ... 8
5. Gejala Serangan Spodoptera litura F. ... 9
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halm
1. Bagan Penelitian ... 21
2. Data Pengamatan Intensitas Serangan Larva 1 HSA (%) ... 22
3. Data Pengamatan Intensitas Serangan Larva 1 msa (%) ... 23
4. Data Pengamatan Intensitas Serangan Larva 2 msa (%) ... 25
5. Skala Serangan Spodoptera litura F. Pada Daun Tembakau ... 27
ABSTRACT
Halimah, “Influence of Biopesticide to Control caterpillar Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidae) on Deli Tobacco Plant (Nicotiana tabacum L.)”. This experiment was conducted in screenhouse at Research Institute for Sugarcane and Deli Tobacco, Sampali Medan. The experiment used RAL (Compelety Randomized Design) Non Factorial with six
treatments and four replications. The treatments were S0 (Control), S1 (40 cc sour’s extract/ litre of water), S2 (60 cc sour’s extract/ litre of water),
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman tembakau merupakan salah satu tanaman tropis Amerika.
Tembakau menjadi populer di Eropa dan digunakan untuk beberapa keperluan,
misalnya menghilangkan rasa lapar, mengurangi rasa kantuk, dan mengobati
beberapa penyakit (Matnawi, 1997).
Tembakau Deli saat ini masih merupakan primadona tembakau cerutu,
kegunaannya lebih diutamakan untuk pembungkus cerutu, bahkan daun
Tembakau Deli lebih terkenal sebagai pembungkus dan pembalut cerutu nomor
satu di dunia. Sehingga tetap dibutuhkan oleh pabrik penghasil cerutu berkualitas
tinggi (Erwin, 2000).
Banyak sekali perusahaan cerutu di Eropa maupun Amerika menggunakan
simbol-simbol tembakau Sumatera sebagai wrapper, bahkan ada perusahaan yang
hanya sedikit sekali menggunakan tembakau Sumatera pada cerutunya, tetapi
sudah menyebutkan bahwa cerutu ini sudah mengandung daun tembakau
Sumatera atau menggunakan tembakau Sumatera (Anonimous, 1999).
Tembakau cerutu merupakan komoditas strategis bagi Indonesia. Adanya
serangan hama seperti pemakan daun Helicoverpa spp., Spodoptera litura F. dan
pengisap Myzus persicae Sulz. dapat menyebabkan kehilangan hasil di Deli
sebesar 30-40% dan di Besuki sebesar 15-25%. Pengendalian hama secara kimia
dengan penyemprotan insektisida kimia intensif menjadi pilihannya. Resistensi
penurunan respon serangga terhadap bahan aktif yang semula terbukti efektif
(Haryani, 2005).
Permasalahan yang sangat dirasakan pada beberapa tahun terakhir adalah
rendahnya produktivitas Tembakau Deli, meskipun berbagai upaya telah
dilakukan. Volume produksi untuk lelang Bremen masih belum terpenuhi sesuai
permintaan konsumen yang berkisar antara 8.000-10.000 bal per tahunnya.
Penyebab tidak terpenuhinya kebutuhan pasar tersebut cukup komplek, antara lain
akibat serangan hama dan penyakit. Di samping faktor fisik lingkungan
(Erwin, 2000).
Hama-hama yang umum terdapat pada tanaman Tembakau Deli antara
lain : Spodoptera litura (ulat grayak), Heliothis assulta (ulat pupus),
Plusia signata (ulat kilan), Cyrtopeltis tenuis (capsid), Lasioderma serricorne
(hama gudang), Acridaturrita L. (belalang), Solenopsis geminata (semut),
Molusca sp. (keong), Myzus persicae, Bemisia tabaci (kutu putih) (Erwin, 2000).
Catatan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia mencatat bahwa di seluruh
dunia setiap tahunnya terjadi keracunan pestisida antara 44.000 - 2.000.000 orang
dan dari angka tersebut yang terbanyak terjadi di negara berkembang. Dampak
negatif dari penggunaan pestisida diantaranya adalah meningkatnya daya tahan
hama terhadap pestisida, membengkaknya biaya perawatan akibat tingginya harga
pestisida dan penggunaan yang salah dapat mengakibatkan racun bagi lingkungan,
manusia serta ternak (Budi, 2009).
Salah satu penyebab melonjaknya nilai impor pestisida adalah penolakan
terhadap penggunaan biopestisida masih terjadi dengan berbagai alasan yaitu
penggunaan dan peredaran biopestisida sebagai alternatif dalam pengendalian
hama penyakit. Dengan demikian ketergantungan kepada pestisida kimia sintetis
semakin tinggi (Anonimous, 2006).
Dengan kemajuan dalam bidang ilmu kimia dan pengembangan analisis,
banyak senyawa kimia yang berasal dari tumbuhan yang telah diisolasi dan
diidentifikasi bahkan disintesis untuk bahan pengendalian OPT.
Senyawa-senyawa tumbuhan dapat menunjukkan berbagai aktivitas biologi pada serangga
melalui proses penghambatan atau penolakan makan, penolakan penelusuran,
penghambat pertumbuhan dan perkembangan, kematian dan lain-lain
(Dadang, 1999).
Beberapa jenis tanaman yang mampu mengendalikan hama seperti famili
Meliaceae (nimba, aglaia), famili anonaceae (biji srikaya, biji sirsak, biji buah
nona). Pestisida hayati merupakan formulasi yang mengandung mikroba tertentu
baik berupa jamur, bakteri, maupun virus yang bersifat antagonis terhadap
mikroba lainnya (penyebab penyakit tanaman) atau menghasilkan senyawa
tertentu yang bersifat racun baik bagi serangga (hama) maupun nematoda
(penyebab penyakit tanaman) (Plantus, 2008).
Untuk menghasilkan bahan pestisida nabati siap pakai dapat dilakukan
secara sederhana. Pertama, dengan teknik penggerusan, penumbukan,
pembakaran, atau pengepresan untuk menghasilkan produk berupa tepung, abu,
atau pasta. Kedua, dengan teknik rendaman untuk menghasilkan produk ekstrak.
Ketiga, dengan cara ekstraksi menggunakan bahan kimia (Budi, 2009).
Tanaman sirsak (Annona muricata) banyak tumbuh di Indonesia dan tidak
dapat digunakan sebagai insektisida botanis. Senyawa aktif utama biji sirsak
adalah annonain dan squamosin yang termasuk golongan senyawa asetogenin
(Muharsini dkk, 2006).
Berdasarkan asalnya, biopestisida dapat dibedakan menjadi dua yakni
pestisida nabati dan pestisida hayati. Pestisida nabati merupakan hasil ekstraksi
bagian tertentu dari tanaman baik dari daun, buah, biji atau akar yang senyawa
atau metabolit sekunder dan memiliki sifat racun terhadap hama dan penyakit
tertentu. Pestisida nabati pada umumnya digunakan untuk mengendalikan hama
(bersifat insektisidal) maupun penyakit (bersifat bakterisidal) (Plantus, 2008).
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh biopestisida dalam mengendalikan
ulat grayak (Spodoptera litura F.) (Lepidoptera: Noctuidae) pada tanaman
Tembakau Deli (Nicotiana tabacum L.).
Hipotesa Penelitian
Pemberian biopestisida diduga memberikan pengaruh yang berbeda untuk
menekan intensitas serangan hama ulat grayak (Spodoptera litura F.) pada
Kegunaan Penelitian
- Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Universitas
Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan dalam usaha
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Hama Spodoptera litura F.
Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Subfamili : Amphipyrinae
Genus : Spodoptera
Species : Spodoptera litura F.
Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun
(kadang-kadang tersusun dua lapis), berwarna coklat kekuning-kuningan
diletakkan berkelompok (masing-masing berisi 25-500 butir) yang bentuknya
bermacam-macam pada daun atau bagian tanaman lainnya. Kelompok telur
tertutup bulu seperti beludru yang berasal dari bulu-bulu tubuh bagian ujung
ngengat betina. Lama stadium telur 3-5 hari (Anonimous, 2008).
Ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau
hitam kecoklat-coklatan dan hidup berkelompok. Beberapa hari kemudian
tergantung ketersediaan makanan, larva menyebar dengan menggunakan benang
sutera dari mulutnya. Dan ulat membuat lubang pada daun. Siang hari
bersembunyi dalam tanah (tempat yang lembab) dan menyerang tanaman pada
malam hari. Umumnya larva mempunyai titik hitam arah lateral pada setiap
abdomen. Lama stadium larva 6 – 13 hari (Anonimous, 2008).
Gambar 2. Larva Spodoptera litura F.
Larva berkepompong dalam tanah atau pasir. Membentuk pupa tanpa
rumah pupa (kokon) berwarna coklat kemerahan dan berkisar 1.6 cm. Lama
stadium larva 10 – 14 hari (Erwin, 2000).
Pupa berwarna kecoklatan berada dalam tanah atau pasir. Pada bagian
ventral, abdomen segmen terakhir pupa jantan, dijumpai dua titik yang agak
berjauhan. Titik yang ada di sebelah atas adalah calon alat kelamin jantan sedang
titik yang di bawahnya adalah calon anus. Pupa betina mempunyai dua titik yang
saling berdekatan (Sudarmo, 1992).
Sayap ngengat bagian depan berwarna coklat atau keperak-perakan, sayap
belakang berwarna keputih-putihan dengan bercak hitam. Malam hari ngengat
dapat terbang sejauh lima kilometer. Seekor ngengat betina dapat meletakkan
2000-3000 telur (Ardiansyah, 2007). Dengan masa peletakan telur 2 – 6 hari dan
lama stadium imago yaittu 5 – 9 hari (Sudarmo, 1992).
Gambar 4. Imago Spodoptera litura F.
Gejala Serangan Spodoptera litura F.
Kerusakan daun yang diakibatkan larva yang masih kecil merusak daun
dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas, transparan dan tinggal
tulang-tulang daun saja. Larva instar lanjut merusak tulang daun dan buah. Pada
serangan berat menyebabkan gundulnya tanaman (Sudarmo, 1992).
Larva Spodoptera litura F. disebut juga dengan ulat grayak. Ngengat
meletakkan telur dalam satu paket pada permukaan daun bagian bawah sejak
tanaman baru menghasilkan 4 – 5 daun. Saat keluar dari telur, ulat hidup
bergerombol disekitar paket sampai dengan instar ke-3, dan fase ini ulat memakan
daun dengan gejala transparan. Pada instar ke-4 ulat menyebar ke bagian tanaman
Gambar 5. Gejala Serangan Spodoptera litura F.
Biopestisida
Tanaman sirsak (Annona muricata) banyak tumbuh di Indonesia dan tidak
tergantung musim sehingga dapat tersedia terus-menerus. Tanaman sirsak dikenal
dapat digunakan sebagai insektisida botanis. Senyawa aktif utama biji sirsak
adalah annonain dan squamosin yang termasuk golongan senyawa asetogenin.
Senyawa asetogenin dari suku annonaceae dilaporkan mempunyai toksisitas yang
cukup efektif terhadap serangga dari beberapa ordo seperti lepidoptera,
coleoptera, homoptera dan diptera. Senyawa annonain, dan squamosin bersifat
sitoksik dan neurotoksik sehingga menimbulkan kematian sel pada serangga.
Apabila senyawa ini kontak atau masuk ke dalam tubuh maka akan menghalangi
ikatan enzim NADH dengan sitokrom c reduktase dan sitokrom komplek sub unit
I yang berada di dalam mitokondria serangga. Akibatnya sel kehilangan energi
dan pernafasan sel akan terhenti (Muharsini dkk, 2006).
Daun sirsak merupakan salah satu tanaman yang memiliki senyawa yang
dapat digunakan sebagai insektisida nabati. Bagian dari tanaman sirsak yang
digunakan adalah daun dan biji. Daun dan biji sirsak mengandung senyawa
tinggi, senyawa asetogenin memiliki keistimewaan sebagai antifeedant. Dalam hal
ini, hama serangga tidak lagi bergairah untuk melahap bagian tanaman yang
disukainya. Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat sebagai racun perut yang
bisa mengakibatkan hama serangga mati (Muharsini dkk, 2006).
Akhir-akhir ini pengendalian hama secara biologis atau pengendalian
hayati mendapat perhatian yang cukup besar. Hal ini antara lain disebabkan oleh
kesadaran masyarakat yang semakin tinggi akan bahayanya pengaruh samping
penggunaan insektisida kimia, baik terhadap manusia maupun lingkungan.
Dampak negatif penggunaan insektisida yang kurang bijaksana akan
menimbulkan resistensi hama, resurgensi hama, munculnya hama kedua,
terbunuhnya jasad bukan sasaran (parasitoid, predator dan serangga berguna
lainnya), residu insektisida dan pencemaran lingkungan
(Widayat dan Payah, 1993).
Pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari
tumbuhan dan dapat digunakan untuk mencegah organisme pengganggu tanaman
(OPT). Pestisida nabati berfungsi sebagai penolak (repellent), penarik (attractan),
pemandul (antifertilitas) atau pembunuh. Pestisida nabati bersifat mudah terurai
(biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan (Kardinan, 2004).
Selain bersifat selektif, pestisida botanis juga bersifat ”hit and run” atau
pukul dan lari, yaitu pada saat diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu
dan setelah hama terbunuh maka residunya akan cepat hilang (Kardinan, 2004).
Pestisida ekstrak sirsak tidak membunuh hama secara cepat, tetapi
berpengaruh mengurangi nafsu makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses
penurunan daya tetas telur dan bekerja secara sistemik dan kontak serta mudah
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan
Penelitian dilaksanakan di Perkebunan Tembakau PT. Perkebunan
Nusantara II, BPTD (Balai Penelitian Tembakau Deli), Sumatera Utara, Medan.
Dengan ketinggian tempat ± 25 m di atas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan
pada bulan 27 Agustus 2009 sampai dengan bulan 5 November 2009.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit tembakau, media
tanam 3 : 2 : 1 (tanah humus : pasir : pupuk kompos), biopestisida yaitu ekstrak
daun sirsak, air bersih, detergent sebagai perekat biopestisida, serta bahan lain
yang mendukung penelitian.
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah polibag ukuran 15 kg, kuas,
plat nama, pacak, meteran, timbangan, gembor handsprayer, blender, saringan,
kain muslim, jerigen, tali rafia, gunting, corong, alat tulis, buku dan kalkulator
serta alat-alat lain yang mendukung penelitian.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial
yang terdiri dari 4 perlakuan yaitu :
S0 = Kontrol (tanpa perlakuan)
S2 = 60 cc ekstrak daun sirsak / l air
S3 = 80 cc ekstrak daun sirsak / l air
S4 = 100 cc ekstrak daun sirsak / l air
S5 = 120 cc ekstrak daun sirsak / l air
Banyaknya ulangan dilakukan sebanyak 4 kali setiap perlakuan. Jumlah
ulangan diperoleh dari rumus :
(t – 1) (r – 1) ≥ 15
Jumlah tanaman per plot : 6 tanaman
Jumlah plot : 24
Jumlah tanaman keseluruhan : 144 tanaman
Jumlah sampel yang diamati : 2 tanaman/ plot
Model linier rancangan yang digunakan adalah :
Yij = U + Ti + Eij
Dimana :
i = 1, 2,... t
j = 1, 2,...r
Ti = Pengaruh perlakuan ke- i
Eij = galat pengamatan dari perlakuan ke- i dan ulangan ke- j.
(Bangun, 1991).
Pelaksanan Penelitian
Persiapan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)
Spodoptera litura diambil dari lapangan dan dibiakkan/ diriring terlebih
dahulu pada stoples atau pada tanaman yang sudah disiapkan. Sampai imago dari
Spodoptera litura F. yang dipelihara menghasilkan telur dan menetas menjadi
ulat. Periringan hama dilakukan untuk mendapatkan ulat dengan instar yang sama.
Persiapan Media
Sementara melaksanakan pembibitan, areal pertanaman (penelitian)
dibersihkan dari kotoran – kotoran seperti tanaman sebelumnya dibuang.
Disiapkan 144 polibag dengan ukuran 15 kg yang sudah disterilkan, kemudian
polibag diisi dengan tanah yang sudah disterilkan. Seterusnya dibuat plot
percobaan.
Penanaman
Setelah areal pertanaman selesai dibersihkan dan bibit telah berumur 40
hari maka bibit tersebut dipindahkan ke polibag. Bibit dipindahkan dari
pembibitan, dan waktu penanaman bibit, tanah ditekan sedikit agar tegak
pertumbuhannya dan tidak merebah.
Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi. Penyiraman dilakukan
Penyisipan dilakukan pada tanaman di dalam polibag yang mengalami
kegagalan pertumbuhan. Penyisipan dilakukan pada sore hari yang diambil dari
plot tanaman yang dikhususkan untuk tanaman sisipan. Waktu penyisipan
selambat-lambatnya 2 minggu setelah tanam.
Penyiangan dilakukan satu kali dalam seminggu atau bergantung pada
keadaan gulma di dalam polibag. Penyiangan dilakukan dengan menggunakan
tangan atau dicabut langsung.
Pemupukan dilakukan dua kali untuk pupuk pertama Mixed 5 x 10,75
sebanyak 10 – 15 gr satuan tanaman. Pemberian pupuk pertama dilakukan 1 (satu)
hari sebelum tanam dan pemberian pupuk kedua 15 hari setelah tanam dengan
Mixed 5 x 20,75 sebanyak 10 gr.
Prosedur Pembuatan Biopestisida
Daun sirsak (Annona muricata) diambil dari lapangan sebanyak 1 kg
kemudian dibersihkan dari kotoran dengan menggunakan air bersih, ditumbuk
halus atau di blender. Setelah itu didiamkan/diendapkan selama 24 jam kemudian
disaring dengan kain muslim. Kemudian larutan biopestisida diambil sesuai
perlakuan dan dilarutkan dalam 1 liter air. Setelah itu, tambahkan 1 gram diterjen
diaduk sampai rata. Kemudian larutan disemprotkan ke seluruh tanaman.
Aplikasi biopestisida
Aplikasi biopestisida dilakukan pada tanaman Tembakau Deli setelah
tanaman berumur 14 hari setelah tanaman dipindahkan dari tempat pembibitan.
Penyemprotan biopestisida dilakukan pada sore hari yaitu dengan menggunakan
Parameter Pengamatan
Intensitas Serangan Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)
Pengamatan pertama dilakukan 1 hari sebelum aplikasi biopestisida.
Kemudian pengamatan kedua 1 minggu setelah aplikasi. Dengan interval
pengamatan 7 hari sekali. Sedangkan lama pengamatan 15 hari. Jumlah tanaman
sampel adalah 48 tanaman.
Nilai skala dapat dikategorikan sebagai berikut :
0 = daun bersih tidak ada serangan
1 = > 0 – 25 % yang terserang dari jumlah daun yang diamati
2 = >26 – 50% yang terserang dari jumlah daun yang diamati
3 = >51 – 75% yang terserang dari jumlah daun yang diamati
4 = >76 – 100% yang terserang dari jumlah daun yang diamati
Rumus
n : Jumlah daun rusak tiap kategori serangan
v : Nilai skala tiap kategori terserang
N : Jumlah daun yang diamati
Z : Nilai skala tertinggi kategori serangan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Intensitas Serangan Larva Spodoptera litura F.
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan tinggi rendahnya konsentrasi yang
diaplikasikan berpengaruh nyata terhadap intensitas serangan larva
Spodoptera litura F. setiap waktu pengamatan (lampiran 2-4). Untuk mengetahui
perlakuan mana yang berbeda nyata dilakukan uji jarak duncan (DRMT) pada
taraf 5%.
Tabel 1. Rataan Pengaruh Aplikasi Penyemprotan Biopestisida Terhadap Intensitas Serangan Larva Spodoptera litura F.
Perlakuan Intensitas Serangan (%) 1 hsa 1 msa 2msa
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% menurut uji jarak Duncan 1 hsa : satu hari sebelum aplikasi
1 msa : satu minggu setelah aplikasi
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pada pengamatan satu
minggu setelah aplikasi, seluruh perlakuan lebih efektif dalam mengurangi
intensitas serangan Spodoptera litura F. dibandingkan tanpa perlakuan (kontrol).
Hal ini disebabkan oleh pengaruh zat bioaktif atau senyawa yang terdapat pada
daun sirsak mampu mengurangi daya makan dan pertumbuhan larva. Bahkan
dapat membunuh larva. Sesuai dengan pernyataan Muharsini, dkk (2006) yang
acetogenin memiliki keistimewaan sebagai antifeedant. Sedangkan pada
konsentrasi rendah bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan serangga mati.
Tabel 1 menunjukkan pada pengamatan dua minggu setelah aplikasi,
perlakuan S1 dan S5 berbeda nyata dengan S4s sedangkan S2 dan S3 tidak berbeda
nyata dengan S1, S5 dan S4. Dan selanjutnya semua perlakuan berbeda nyata
dengan kontrol. Intensitas serangan larva Spodoptera litura F. terendah terdapat
pada perlakuan S1 sebesar 34.19% dan tertinggi pada perlakuan S4 yaitu sebesar
38.01%. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa pada konsentrasi tinggi dan
rendah ekstrak daun sirsak dapat mengendalikan ulat grayak (Spodoptera litura).
Seperti halnya pada pengamatan satu hari sebelum aplikasi semua
perlakuan berbeda tidak nyata, tetapi pada pengamatan berikutnya perlakuan
berbeda nyata terhadap kontrol. Ini menunjukkan bahwa ekstrak daun sirsak
berpengaruh nyata dalam mengurangi intensitas serangan larva.
Dari tabel 1 juga dapat dilihat perbedaan konsentrasi ekstrak daun sirsak
terhadap intensitas serangan. Intensitas serangan tertinggi terdapat pada perlakuan
S0 sebesar 64.09% dan terendah sebesar 34.19%. Tingginya S0 adalah karena
tidak ada aplikasi ekstrak daun sirsak. Sedangkan S1 adalah aplikasi ekstrak daun
sirsak dengan konsentrasi terendah yaitu 40 cc/l air dan S5 adalah aplikasi dengan
dosis tertinggi 120 cc/l air. Tinggi dan rendahnya konsentrasi yang diaplikasikan
sangat berpengaruh dalam mengurangi intensitas serangan ulat yang menyerang
tanaman tembakau. Tingginya intensitas serangan pada perlakuan S0 dipengaruhi
perlakuan itu sendiri dalam arti pada perlakuan S0 tanpa aplikasi (kontrol),
sehingga efek perlakuan itu sendiri tidak ada. Sedangkan pada perlakuan
0
Pada pengamatan dua minggu setelah aplikasi menunjukkan dimana
semua perlakuan berbeda nyata intensitas serangannya Intensitas serangan
tertinggi terdapat pada perlakuan S4 sebesar 38.01% dan terendah pada perlakuan
S1 yaitu sebesar 34.19%. Perlakuan S1 sangat berbeda nyata terhadap kontrol
(S0), tidak berbeda nyata terhadap S5 yaitu 34.45%, S2 sebesar 36.97%, S3 sebesar
36.22% dan berbeda nyata terhadap S4 sebesar 38.01%.
Gambar 6. Histogram Pengaruh Ekstrak Daun Sirsak Terhadap Intensitas Serangan (%) setiap waktu pengamatan
Histogram di atas (gambar 6) menjelaskan intensitas serangan larva
meningkat untuk setiap waktu pengamatan mulai pengamatan pertama sampai
pengamatan terakhir, pengaruh yang jelas dapat dilihat pada semua perlakuan
ditandai dengan peningkatan intensitas serangan larva yang tidak begitu cepat atau
lamban untuk setiap pengamatan. Namun tinggi dan rendahnya peningkatan
intensitas serangan tersebut, berfluktuasi antara satu perlakuan dengan perlakuan
lainnya, begitu juga pada perlakuan tanpa aplikasi biopestisida (kontrol) dimana
peningkatan intensitas serangan larva begitu cepat pada setiap waktu pengamatan.
Hal ini berarti aplikasi penyemprotan ekstrak daun sirsak mampu menekan laju
terkandung dalam biopestisida tersebut. Dimana pada konsentrasi rendah bersifat
sebagai racun perut dan pada konsentrasi tinggi bersifat antifeedant, dan larva
tidak lagi bergairah untuk melahap bagian tanaman yang disukainya.
Tabel 2. Pengaruh Aplikasi Penyemprotan Biopestisida terhadap Pertambahan Intensitas Serangan Larva S. Litura F.
Perlakuan Pertambahan Intensitas Serangan (%)
Perubahan intensitas serangan yang terjadi pada aplikasi penyemprotan
biopestisida relatif lebih rendah dibandingkan tanpa aplikasi biopestisida
(kontrol). Pada tabel 2 diatas bahwa jumlah pertambahan intensitas serangan
terendah terdapat pada perlakuan S4 yaitu 13.18%. Dimana terjadi penurunan
tingkat intensitas serangan mulai dari pengamatan pertama hari sebelum aplikasi
yaitu 24.83% sampai pengamatan dua minggu setelah aplikasi yaitu 5.86%. Hal
ini berarti perlakuan 100 cc ekstrak daun sirsak/ liter air dapat menekan
pertambahan intensitas serangan dari larva Spodoptera litura setelah mengalami
dua kali aplikasi. Untuk perlakuan S1, S3 dan S5 juga berlaku namun jumlah
pertambahan intensitas serangannya sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pemanfaatan daun sirsak dapat digunakan untuk mengendalikan ulat
grayak (Spodoptera litura F.) karena disamping efektif juga sangat mudah
diaplikasinya.
2. Pengaruh perlakuan ekstrak daun sirsak yang memiliki intensitas terendah
pada pengamatan 2 msa dalam mengendalikan ulat grayak
(Spodoptera litura F.) adalah pada perlakuan
S1 (40 cc ekstrak daun sirsak/ l air) sebesar 34.19%.
3. Intensitas serangan tertinggi pada 1 msa terdapat pada perlakuan
S4 (100 cc/l air) yaitu 32.15% dan terendah terdapat pada perlakuan
S1 sebesar 27.75%.
4. Persentase serangan tertinggi pada 2 msa terdapat pada perlakuan
S4 sebesar 38.01% dan tersendah pada perlakuan S1 sebesar 34.19%.
5. Tinggi dan rendah nya konsentrasi larutan yang diaplikasikan efektif
dalam mengurangi intensitas serangan.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap pengaruh dosis dan
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 1991. Buku Petunjuk Percobaan Lapangan PHT Palawija dan Sayur-Sayuran. Program Nasional Penelitian dan PHT, Jakarta.
Anonimous, 1999. Sejarah Tembakau Deli. PTP. Nusantara II (PERSERO), Medan. Halm 11.
Ananimous, 2008. Cara Pengendalian Penggunaan Insektisida Pada Tanaman
Hortikultura. Available at:
Diakses Tanggal :
20 Februari 2009.
Anonimous, 2006. Tanaman Biofarmaka Sebagai Biopestisida Available at:
Bangun, M.K., 1991. Rancangan Percobaan. Universitas Sumatera Utara, Medan. Halm 7.
Budi, C., 2009. Mengenal Pestisida Nabati Skala Rumah Tangga Untuk
Mengendalikan Hama Tanaman. Available at:
Dadang, 1999. Sumber Insektisida Alami Dalam Kumpulan Pelatihan Pengembangan dan Pemanfaatan Insektisida Alami. Pusat Pengkajian Pengendalian Hama Terpadu, IPB.
Erwin, 2000. Hama dan Penyakit Tembakau Deli. Balai Penelitian Tembakau Deli PTPN II (Persero), Medan. Halm 1-2.
Haryani, 2005. Resistensi Hama Tembakau Cerutu. Available at :
Kardinan, A., 2000. Pestisida Nabati, Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Kardinan, A., 2004. Pestisida Nabati. Penebar Swadaya, Jakarta.
Kalshoven, L.G.E., 1981. Pest of Crop In Indonesia. P.t. Ichtiar Baru. Van Hoeve, Jakarta. P.350
Muharsini, S., A.H. Wardhana dan Yuningsih, 2006. Uji Efektifitas Biji Sirsak (Annona muricata) dan Akar Tuba (Derris elliptica) Terhadap Larva Chrysomya bezziana Secara In Vitro. Available at:
Diakses tanggal 21 Februari 2009.
Plantus, 2008. Biopestisida Sebagai Pengendali Hama dan Penyakit Tanaman Hias. Available at: balithi.litbang.deptan.go.id
Subandrijo, S.H., Istdijoso dan Suwarso, 1992. Pengendalian Serangga Hama Tembakau Besuki Oogst. Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Tembakau dan Tanaman Serat. Malang, Indonesia.
Diakses Tanggal 2 Maret 2009.
Sudarmo, S., 1992. Tembakau. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Halm 26.
Lampiran 2. Data Pengamatan Intensitas Serangan Larva 1 hsa (%) 22-Okt-09
1 Hari Sebelum Aplikasi
Perlakuan Ulangan Total Rataan
JK (Perlakuan) 142,99
Lampiran 3. Data Pengamatan Intensitas Serangan Larva 1 msa (%) 29-Okt-09
1 Minggu Setelah Aplikasi
Perlakuan Ulangan Total Rataan
JK (Perlakuan) 932,69
Analisi Sidik Ragam
SK db JK KT F F0,5 F0,1
Total 23 1775,43
Perlakuan 5 932,69 186,54 3,98* 2,9 4,5
Error 18 842,73 46,82
KK 21,19
Keterangan :
tn : tidak nyata * : berbeda nyata ** : berbeda sangat nyata
Sy 1,40
W 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00
SSR 05 2,97 3,12 3,21 3,27 3,32 3,35
LSR 05 4,15 4,36 4,48 4,57 4,64 4,68
Perlakuan S1 S2 S5 S3 S4 S0
Lampiran 4. Data Pengamatan Intensitas Serangan Larva 2 msa (%)
5 November 2009
2 Minggu Setelah Aplikasi
Perlakuan Ulangan Total Rataan
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III IV
JK (Perlakuan) 2679,71
Analisi Sidik Ragam
SK db JK KT F F0,5 F0,1
Total 23 3168,25
Perlakuan 5 2679,71 535,94 19,75** 2,9 4,5
Error 18 488,54 27,14
KK 12,82
Keterangan :
tn : tidak nyata * : berbeda nyata
** : berbeda sangat nyata
Sy 1,06
W 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00
SSR 05 2,97 3,12 3,21 3,27 3,32 3,35
LSR 05 3,16 3,32 3,41 3,48 3,53 3,56
Perlakuan S1 S5 S3 S2 S4 S0
34,19 34,45 36,22 36,97 38,01 64,09 A B
Lampiran 5. Skala Serangan S. litura pada Daun Tembakau
Keterangan :
0 : daun bersih tidak ada serangan
1 : 0≤x ≤ 25% yang terserang dari jumlah daun yang diamati
2 : 26≤x≤ 50% yang terserang dari jumlah daun yang diamati
3 : 51≤x≤ 75% yang terserang dari jumlah daun yang diamati