• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Bentuk Perumahan di Jalan Karya Wisata Medan (Studi Kasus : Perumahan Citra Wisata Dan Perumahan Johor Indah Permai I )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Bentuk Perumahan di Jalan Karya Wisata Medan (Studi Kasus : Perumahan Citra Wisata Dan Perumahan Johor Indah Permai I )"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI BENTUK PERUMAHAN DI JALAN KARYA WISATA MEDAN (Studi Kasus : Perumahan Citra Wisata dan Perumahan Johor Indah

Permai I )

SKRIPSI

OLEH

FAIZAH ILHAMY NASUTION 110406008

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)
(3)

STUDI BENTUK PERUMAHAN DI JALAN KARYA WISATA MEDAN (Studi Kasus : Perumahan Citra Wisata dan Perumahan Johor Indah

Permai I )

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

FAIZAH ILHAMY NASUTION 110406008

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)
(5)

PERNYATAAN

STUDI BENTUK PERUMAHAN DI JALAN KARYA WISATA MEDAN (Studi Kasus : Perumahan Citra Wisata dan Perumahan Johor Indah Permai I )

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2015 Penulis,

(6)
(7)

Judul Skripsi : Studi Bentuk Perumahan Di Jalan Karya Wisata Medan (Studi Kasus : Perumahan Citra Wisata Dan Perumahan Johor Indah Permai I )

Nama Mahasiswa : Faizah Ilhamy Nasution Nomor Pokok : 110406008

Departemen : Arsitektur

Menyetujui

Dosen Pembimbing

(Dr. Wahyu Utami, ST, MT)

Koordinator Skripsi, Ketua Program Studi,

(Dr. Ir. Dwira N. Aulia, M.Sc) (Ir. N. Vinky Rahman, MT)

(8)
(9)

Telah diuji pada Tanggal :04 Juli 2015

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Dr. Ir. Dwira N. Aulia, M.Sc

Anggota Komisi Penguji : 1. Dr. Wahyu Utami, ST, MT

(10)
(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan anugerah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul:

“STUDI BENTUK PERUMAHAN DI JALAN KARYA WISATA MEDAN (Studi Kasus : Perumahan Citra Wisata dan Perumahan Johor Indah

Permai I )”

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Drs. Subhilhar, M.A., Ph.D selaku Pejabat Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Ir. Bustami Syam, M.S.M.E. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT selaku Ketua Program Studi Departemen Arsitektur dan Bapak Ir. Rudolf Sitorus, MLA selaku Sekretaris Program Studi Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. 4. Ibu Dr. Wahyu Utami, ST, MT selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

memberikan arahan, bimbingan, saran, dukungan serta meluangkan waktu dalam proses penulisan untuk menyusun skripsi ini.

5. Ibu Dr. Ir. Dwira N. Aulia, M.Sc dan Ibu Wahyuni Zahrah, ST, MS selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis terhadap skripsi ini.

(12)

7. Kepada keluarga penulis, Ayahanda Prof. DR. H Ilhamuddin Nasution, MA dan Ibunda Hamaidar yang telah memberikan dukungan, doa, cinta, dan kasih sayang yang tiada hentinya kepada penulis. Serta abang dan kakak Lathief, Ahsan dan Poppy yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

8. Teman-teman seperjuangan Nana, Opi, Dina dan teman-teman sesama stambuk 2011 Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang sama – sama berjuang menyelesaikan studi serta seluruh rekan penulis yang sudah ikut membantu.

9. Kepada Faisal Erlangga, Dyansuci, Atikah, Putri dan Zeila yang senantiasa memberikan motivasi serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi. 10.Seluruh pegawai Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan selama ini kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Semoga karya tulis ini dapat memberi manfaat bagi penulis terutama dalam penyempurnaannya ke depan. Pada semua pihak yang telah banyak membantu untuk kesempurnaan skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih.

Akhirnya, semoga Allah SWT selalu melimpahkan berkah dan hidayah-Nya, serta memberikan kemudahan bagi kita semua. Amin.

Medan, 09 Juli 2015 Penulis

(13)

ABSTRAK

Perumahan merupakan kumpulan beberapa rumah yang meyediakan sarana prasarana di dalamnya dan berbagai fasilitas pendukung lainnya. Pembangunan perumahan yang sudah mulai sejak zaman dulu telah mempermudah masyarakat untuk mendapatkan tempat tinggal yang sesuai dengan kebutuhan ataupun keinginan masyarakat itu sendiri. Namun demikian, dalam perjalanannya, msyarakat mempunyai kecenderungan untuk mengubah bentuk rumahnya sesuai trend dan kebutuhan penghuniny. Oleh karena itu penelitian ini dilatar belakangi oleh bentuk rumah dan pola jalan pada perumahan dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Bertujuan untuk mengidentifikasi pola ruang hunian serta melihat persamaan dan perbedaan perumahan Citra Wisata dan Johor Indah Permai I, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan data diperoleh melalui observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian ini adalah bentuk rumah pada dua perumahan yang berbeda serta pola jalan yang digunakan oleh masing – masing perumahan. Pada tahap akhir disimpulkan bahwa sebaiknya setiap rumah di perumahan masih mempertahankan bentuk asli bangunan meskipun ada beberapa renovasi yang telah dilakukan agar tetap mempunyai ciri khas perumahannya masing-masing.

Kata Kunci: Perumahan,Bentuk,Pola

ABSTRACT

Housing is the collection of several homes that provide infrastructure and other supporting facilities. The construction of housing that has begun since long time ago has been easier for people to get shelter both needs or wishes of their community.However, along the way, people have a tendency to change the form of their house depend on trends and needs of the occupants. Because of that, this research based on the form of house and street patterns of housing with its modification happened. The goal of this research is identifying the patterns of residence and analyzing the similarities and differences of two residence, Citra Wisata and Johon Indah Permai I. The method that is used in this research is qualitative research methods with the data obtained by observation and documentation. Results of this research is the form of two difference of housing and the street patterns used both.The last step of this research is concluded that is better if residential house still retains the original form of the building though there are some renovations done before in order to keep their housing still has the characteristics inside.

(14)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Abstrak ... iii

Daftar Isi ... iv

Daftar Gambar ... VI Daftar Tabel ... VI Bab IPendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 2

1.5 Keaslian Penelitian ... 2

1.6 Kerangka Berfikir... 4

Bab IITeori Perumahan Di Perkotaan ... 5

2.1 Perumahan ... 5

2.1.1 Perumahan dan Permukiman ... 5

2.1.2 Jenis - Jenis Perumahan ... 8

2.1.3 Sarana dan Prasarana dalam Perumahan ... 11

2.2 Bentuk Perumahan ... 14

2.2.1 Karakteristik Perumahan ... 14

2.2.2 Pola Perumahan ... 16

2.3 Pemilihan Lokasi Perumahan ... 19

2.4 PeraturanPerundang- Undangan di Indonesia ... 22

2.6 Diagram Kepustakaan ... 26

2.7 Studi Kasus Sejenis ... 26

2.7.1 Pola Perumahan Dan Pemukiman Desa Tenganan Bali ... 26

2.7.2 ModelPerkembangan Perumahan di Wilayah Peri Urban Kota ... 28

Bab IIIMetode Penelitian ... 31

3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Variabel Penelitian ... 31

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 32

3.4 Kawasan Penelitian ... 32

3.5 Metode Analisa Data ... 34

3.6 Tahapan Penelitian ... 34

Bab IV Bentuk Fisik Perumahan Di Jl. Karya Wisata Medan ... 35

4.1 Eksisting Perumahan Citra Wisata dan Johor Indah Permai I ... 35

4.1.1 Perumahan Citra Wisata ... 35

4.1.2 Perumahan Johor Indah Permai I ... 40

4.2Tipe Rumah Pada Perumahan Citra Wisata dan Johor Indah Permai I ... 44

(15)

4.2.2 Perumahan Johor Indah Permai I ... 52

4.3 Perubahan Bentuk Perumahan ... 55

4.3.1 Perubahan Bentuk Perumahan Citra Wisata ... 55

4.3.2 Perubahan Bentuk Perumahan Johor Indah Permai I ... 62

4.4 Pola Jalan Perumahan ... 70

4.4.1 Pola Jalan Perumahan Citra Wisata ... 71

4.4.2 Pola Jalan Perumahan Johor Indah Permai I ... 73

Bab VKesimpulan Dan Saran ... 75

5.1 Kesimpulan ... 75

5.2 Saran ... 76

(16)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1.1.1 Kerangka Berfikir ... 4

2.2 Pola Grid ... 16

2.3 Pola Simpangan ... 17

2.4 Pola Radial ... 17

2.5 Pola Culdesac ... 18

2.6 Pola Taman ... 18

2.7 Pola Loop ... 18

2.8 Diagram Kepustakaan ... 26

3.1 Peta Lokasi Indonesia ... 33

3.2 Peta Lokasi Kota Medan ... 33

3.3 Peta Perumahan JIP I ... 33

3.4 Peta Perumahan Citra Wisata ... 33

4.1 Siteplan Perumahan Citra ... 37

4.2 Eksisting Perumahan Citra Wisata ... 38

4.3 Eksisting Perumahan Citra Wisata ... 39

4.4 Siteplan Perumahan Johor Indah Permai I ... 41

4.5 Eksisting Perumahan Johor Indah Permai I ... 42

4.6 Eksisting Perumahan Johor Indah Permai I ... 43

4.7 Peletakkan Tipe Rumah dalam Perumahan Citra Wisata ... 45

4.8 Rumah Type B dalam Perumahan Citra Wisata ... 46

4.9 Rumah Type C dalam Perumahan Citra Wisata ... 47

4.10 Rumah Type C1 dalam Perumahan Citra Wisata ... 48

4.11 Rumah Type D dalam Perumahan Citra Wisata ... 49

4.12 Rumah Type D1 dalam Perumahan Citra Wisata ... 50

4.13 Contoh rumah yang mempertahankan keaslian bangunan ... 51

4.14 Contoh rumah yang tidak mempertahankan keaslian bangunan ... 51

4.15 Denah Tipe Rumah Perumahan Johor Indah Permai I ... 53

4.16 Contoh rumah yang memiliki muka bangunan yang sama ... 54

4.17 Contoh rumah yang berada dalam Perumahan ... 54

4.18 Siteplan Perubahan Bentuk Perumahan Citra Wisata ... 57

4.19 Eksisting Perubahan Bentuk Perumahan Citra Wisata ... 58

4.20 Perubahan Bentuk Perumahan Citra Wisata ... 59

4.21 Contoh Perubahan Bentuk dengan Penambahan Tingkat ... 62

4.22 Contoh Perubahan Bentuk dengan Penambahan Lebar dan Panjang Bangunan dan Penggabungan Dua Rumah ... 62

4.23 Contoh Perubahan Bentuk dengan Penambahan Tingkat ... 70

(17)

4.25 Pola Jalan Perumahan Citra Wisata ... 72 4.22 Pola Jalan Perumahan Johor Indah Permai I ... 74

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

(18)

ABSTRAK

Perumahan merupakan kumpulan beberapa rumah yang meyediakan sarana prasarana di dalamnya dan berbagai fasilitas pendukung lainnya. Pembangunan perumahan yang sudah mulai sejak zaman dulu telah mempermudah masyarakat untuk mendapatkan tempat tinggal yang sesuai dengan kebutuhan ataupun keinginan masyarakat itu sendiri. Namun demikian, dalam perjalanannya, msyarakat mempunyai kecenderungan untuk mengubah bentuk rumahnya sesuai trend dan kebutuhan penghuniny. Oleh karena itu penelitian ini dilatar belakangi oleh bentuk rumah dan pola jalan pada perumahan dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Bertujuan untuk mengidentifikasi pola ruang hunian serta melihat persamaan dan perbedaan perumahan Citra Wisata dan Johor Indah Permai I, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan data diperoleh melalui observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian ini adalah bentuk rumah pada dua perumahan yang berbeda serta pola jalan yang digunakan oleh masing – masing perumahan. Pada tahap akhir disimpulkan bahwa sebaiknya setiap rumah di perumahan masih mempertahankan bentuk asli bangunan meskipun ada beberapa renovasi yang telah dilakukan agar tetap mempunyai ciri khas perumahannya masing-masing.

Kata Kunci: Perumahan,Bentuk,Pola

ABSTRACT

Housing is the collection of several homes that provide infrastructure and other supporting facilities. The construction of housing that has begun since long time ago has been easier for people to get shelter both needs or wishes of their community.However, along the way, people have a tendency to change the form of their house depend on trends and needs of the occupants. Because of that, this research based on the form of house and street patterns of housing with its modification happened. The goal of this research is identifying the patterns of residence and analyzing the similarities and differences of two residence, Citra Wisata and Johon Indah Permai I. The method that is used in this research is qualitative research methods with the data obtained by observation and documentation. Results of this research is the form of two difference of housing and the street patterns used both.The last step of this research is concluded that is better if residential house still retains the original form of the building though there are some renovations done before in order to keep their housing still has the characteristics inside.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia membutuhkan tempat tinggal yang dapat memenuhi kebutuhan seseorang untuk bertahan hidup. Tempat tinggal yang dibutuhkan tersebut tidak hanya sekedar untuk melindungi secara fisik namun juga secara psikologis seperti yang telah dijelaskan oleh Abraham Moslow. Saat ini seiring dengan waktu, perencanaan dan pembangunan tempat tinggal manusia bisa dikelompokkan dalam dua kategori besar yaitu permukiman dan perumahan.

(20)

Kota – kota besar di Indonesia salah satunya Medan semakin menunjukkan perkembangan wilayah yang signifikan. Di Kota Medan terdapat kecamatan Medan Johor yang perkembangannya semakin pesat. Kecamatan Medan Johor merupakan salah satu kecamatan yang relatif dekat terhadap pusat kota dan sudah cukup berkembang dimana terdapat banyak kompleks perumahan. Salah satu jalan yang perkembangan kompleks perumahannya tergolong cepat dan pesat pada kecamatan ini adalah Jalan Karya Wisata. Kawasan atau jalan tersebut memiliki struktur topografi yang sedikit berbukit sehingga sangat cocok untuk tempat hunian modern yang nyaman.

1.2 Rumusan Masalah

 Bagaimana pola ruang hunian perumahan Johor Indah Permai (JIP) I dan

Citra Wisata? 1.3Tujuan Penelitian

 Mengidentifikasi pola ruang hunian perumahan Johor Indah Permai (JIP) I

dan Citra Wisata. 1.4Manfaat Penelitian

 Dapat memberikan manfaat sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan

wawasan bagi pembaca.

 Penerapan ilmu yang diperoleh selama kuliah agar menjadi referensi bagi

peneliti yang akan datang. 1.5Keaslian Penelitian

(21)

1. “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Tempat Tinggal Pada Kompleks Perumahan (Studi kasus: Kompleks Perumahan di

Kecamatan Medan Johor, Medan Indonesia)”, Siti Munawarah, 2015,

Skripsi DepartemenArsitektur Universitas Sumatera Utara.

2. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Perumahan Tipe Cluster ( Studi Kasus Perumahan Taman Sari ) Di

Kota Semarang”, Intan Sari Zaitun Rahma. 2010, Skripsi Universitas

Diponegoro.

(22)

1.6 Kerangka Berfikir

Latar Belakang: Perumahan sangat mempunyai peran penting dalam proses pembangunan kota.

Rumusan Masalah :

 Bagaimana pola ruang hunian perumahan JIP I dan Citra Wisata?

Tujuan Penelitian :

 Mengidentifikasi pola ruang hunian perumahan JIP I dan Citra Wisata.

Studi Literature  Teori Perumahan  Teori Tata Ruang Kota

Pengamatan Pola Ruang Perumahan Pengumpulan data Skunder Pengumpulan data Primer

 Pengamatan Langsung  Penelurusan Dokumentasi

 Siteplan Perumahan  Pola Kota Medan

Analisis Data dan Pembahasan

Kesimpulan Manfaat Penelitian :

 Dapat memberikan manfaat sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.

(23)

BAB II

TEORI PERUMAHAN DI PERKOTAAN 2.1 Perumahan

2.1.1 Perumahan dan Permukiman

Maslow (1987) dalam Sastra dan Marlina (2006) menjelaskan hierarki kebutuhan manusia terhadap pemenuhan hunian yang terdiri dari: survival needs, safety and security needs, affliation needs, estem needs, cognitive and aesthetic needs. Teori ini menjelaskan terdapat tahapan dalam memenuhi kebutuhan manusia. Setelah kebutuhan jasmani manusia terpenuhi, maka tempat berlindung atau rumah menjadi kebutuhan yang dipenuhi manusia sebagai motivasi pengembangan diri ke arah kehidupan yang lebih baik. Rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat berlindung dari panas dan hujan, namun rumah telah memberikan ketenangan, kesenangan dan kenangan atas segala peristiwa dalam kehidupan.Hal tersebut seide dengan adanya perbedaan antara rumah sebagai fisik bangunan dan rumah sebagai ruang hidup.

(24)

UU tersebut merupakan perbaikan dari UU nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan perumahan dan permukiman yang layak dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur. Berdasarkan visi dari Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP) mengutarakan setiap orang (KK) Indonesia mampu memenuhi kebutuhan rumah yang layak dan terjangkau pada lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan dalam upaya terbentuknya masyarakat yang berjatidiri, mandiri, dan produktif.

Doxiadis (1974) dalam Warsono (2006) permukiman adalah penataan kawasan yang dibuat oleh manusia yang tujuannya untuk mempertahankan hidup secara lebih mudah dan lebih aman, dan mengandung kesempatan untuk pembangunan manusia seutuhnya. Pengertian permukiman juga dapat dirumuskan sebagai suatu kawasan perumahan yang ditata secara fungsional sebagai satuan sosial, ekonomi, dan fisik tata ruang, dilengkapi dengan prasarana lingkungan, sarana umum, dan fasilitas sosial.

Menurut Doxiadis (1971) dalam Kyo (2011), permukiman atau perumahan akan berjalan dengan baik jika terkait dengan beberapa unsur, yaitu nature (alam),

man (manusia), society (kehidupan sosial), shell (ruang), dan networks

(25)

suatu kesatuan dan kebersamaan dengan lingkungan alamnya dan dapat juga mencerminkan taraf hidup, kesejahteraan, kepribadian, dan peradaban manusia penghuninya, masyarakat ataupun suatu bangsa.Pendapat ini di kemukakan menurut Yudhohusodo (1991) dalam bukunya yang berjudul Rumah Untuk Seluruh Rakyat.

Menurut Kuswartojo dan Salim (1998) dalam bukunya yang berjudul Perumahan dan Permukiman Yang Berwawasan Lingkungan menjelaskan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, dapat merupakan kawasan perkotaan dan perdesaan, berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal / hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Sumaatmadaja (1981) dalam Aji (2009) mengartikan permukiman sebagai bagian permukaan bumi yang dihuni manusia meliputi pula segala sarana dan prasarana yang menunjang kehidupan penduduk yang menjadi satu kesatuan dengan tempat tinggal yang bersangkutan.

(26)

2.1.2 Jenis - Jenis Perumahan

Kebijaksanaan lingkungan hunian yang berimbang ditetapkan melalui Surat Keputusan Bersama antara Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Negara Perumahan Rakyat, Nomor 648-381 Tahun 1992, 739/KPTS/1992 dan 09/KPTS/1992 tentang Pedoman Pembangunan Perumahan dan Pemukiman dengan Lingkungan Hunian yang Berimbang. Kebijaksanaan ini bertujuan untuk mewujudkan pembangunan kawasan perumahan dan perumahan layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur, mewujudkan lingkungan perumahan dengan penghuni yang terdiri atas berbagai profesi, tingkat ekonomi dan status sosial yang saling membutuhkan dengan dilandasi oleh rasa kekeluargaan, kebersamaan, kegotongroyongan, serta menghindari terciptanya lingkungan perumahan dengan pengelompokan hunian yang dapat mendorong terjadinya kerawanan sosial.

Surat Keputusan Bersama antara Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Negara Perumahan Rakyat, Nomor 648-381 Tahun 1992, 739/KPTS/1992 dan 09/KPTS/1992 tentang Pedoman Pembangunan Perumahan dan Pemukiman dengan Lingkungan Hunian yang Berimbang mengatur mengenai ketentuan perbandingan antara pembangunan rumah mewah, pembangunan rumah menengah dan pembangunan rumah sederhana adalah 1 : 3 : 6 dengan ketentuan yang berlaku untuk pembangunan rumah sederhana (RS) :

(27)

b) perbandingan antara jumlah rumah sederhana (RS) tipe kecil dengan rumah sangat sederhana (RSS) dan kapling siap bangun (KSB) yaitu 1 berbanding 3 atau lebih.

Surat Keputusan Bersama antara Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Negara Perumahan Rakyat, Nomor 648-381 Tahun 1992, 739/KPTS/1992 dan 09/KPTS/1992 tentang Pedoman Pembangunan Perumahan dan Pemukiman dengan Lingkungan Hunian yang Berimbang mengatur mengenai rumah sederhana, rumah menengah dan rumah mewah menurut adalah :

1) rumah sederhana adalah rumah tidak bersusun dengan luas lantai bangunan tidak lebih dari 70 m2 , dibangun diatas kapling tanah seluas 54 m2 sampai dengan 200 m2 dengan biaya pembangunan per m2 tidak melebihi dari harga satuan per m2 tertinggi untuk pembangunan rumah dinas tipe C yang berlaku.

2) rumah menengah adalah rumah tidak bersusun diatas kapling tanah seluas 54 m2 sampai dengan 600 m2 , biaya pembangunan per meer persegi tidak melebihi dari harga satuan permeterperesegi tertinggi untuk pembangunan rumah dinas tipe C yang berlaku sampai dengan harga satuan per m2 tertinggi untuk pembangunan perumahan dinas tipe A yang berlaku dan rumah tidak bersusun yang dibangun diatas tanah 200 m2 sampai dengan 600m2.

(28)

dari harga satuan per m2 tertinggi untuk pembangunan rumah dinas tipe A yang berlaku dan rumah tidak bersusun yang dibangun diatas tanah 600m2

Menurut Sastra dan Marlina (2006) dalam buku Perencanaan dan Pengembangan Perumahan mengutarakan perumahan terbagi menjadi 3 jenis, yaitu :

1. perumahan sederhana, perumahan sederhana merupakan jenis perumahan yang biasanya diperuntukkan bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah dan mempunyai keterbatasan daya beli. Jenis perumahan ini memiliki fasilitas yang masih minim. Hal ini dikarenakan pihak pengembang tidak dapat menaikkan harga jual bangunan dan fasilitas pendukung oprasional seperti pada perumahan menengah dan mewah, di mana harga dan prasarana perumahan dibebabankan kepda konsumen. Perumahan sederhana biasanya terletak jauh dari pusat kota. Hal tersebut dikarenakan harga tanah di sekitar pusat kota yang mahal sehingga tidak dapat dibebankan kepada konsumen. 2. perumahan menengah, perumahan menengah merupakan jenis perumahan

(29)

3. perumahan mewah, perumahan mewah merupakan jenis perumahan yang dikhusukan bagi masyrakat yang berpenghasilan tinggi. Jenis perumahan ini dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang oprasional yang sudah sangan lengkap, seperti pusat olah raga, taman dan fasilitas bermain, gedung pertemuan, pusat perbelanjaan, bahkan fasilitas rekreasi. Hal tersebut dikarenakan penghuni rumah tersebut menginginkan kemudahan akses dan pelayanan sekitar perumahan yang cepat dan lengkap. Perumahan mewah biasanya hanya ada di kota – kota besar dimana lokasinya biasanya berada di pusat kota, karena konsumennya menginginkan kemudahan akses dan pelayanan sekitar perumahan yang serba instan dan lengkap.

2.1.3 Sarana dan Prasarana dalam Perumahan

Menurut Emawati (2011) prasarana adalah kelengkapan dasar fisik yang memungkinkan lingkungan perumahan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Sarana adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial, budaya. Pengembangan perumahan harus menyiapkan sarana dan prasarana pendukung yang sesuai denganklasifikasi perumahan yang dibangun agar keseimbangan lingkungan tetap terjaga.

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-1733-2004 yang termasuk dalam sarana pemerintahan dan pelayanan umum adalah:

(30)

2. kantor pelayanan utilitas umum dan jasa; seperti layanan air bersih (PAM), listrik (PLN), telepon, dan pos.

3. pos – pos pelayanan keamanan dan keselamatan; seperti pos keamanan dan pos

pemadam kebakaran.

Standar pelayanan minimal dalam pemenuhan kebutuhan di lingkungan permukiman diatur dalam Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah No 534/KPTS/M/2001. Berikut merupakan prasaran dan sarana yang menjadi persyaratan minimal di wilayah perkotaan:

1. prasarana lingkungan meliputi:

a. jalan kota, dan jalan lingkungan

b. air limbah sebagai tempat penyediaan saluran sanitasi c. drainase

d. persampahan 2. sarana lingkungan meliputi

a. sarana niaga, merupakan tempet penyediaan kebutuhan barang dan jasa.

b. sarana pendidikan

c. sarana pelayanan kesehatan

(31)

3. utilitas umum meliputi: a. air bersih

b. pemadam kebakaran

Menurut Jimbro (2010) perumahan juga harus disediakan sarana – sarana seperti sarana pendidikan, kesehatan, peribadatan, perbelanjaan, rekreasi, dan lainnya yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan penduduk.

Budiharjo (1993) dalam Bowo (2006) menyatakan bahwa yang sering terabaikan padahal sangat penting artinya bagi kelayakan hidup manusia penghuni lingkungan perumahan adalah sarana dan prasarana, yang meliputi:

1. pelayanan sosial (social services), seperti sekolah, klinik, puskesmas, rumah sakit yang pada umumnya disediakan oleh pemerintah.

2. fasilitasa sosial (social facilities), seperti tempat peribadatan, persemayaman, gedung pertemuan, lapangan olahraga, tempat bermain/ruang terbuka, pertokoan, pasar, warung, kakilima dan sebagainya.

3. prasarana lingkungan meliputi jalan dan jembatan, air bersih, jaringan listrik, jaringan telepon, jaringan air kotor dan persampahan.

(32)

bagian dari permukiman dan rencana kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan.

Mengacu pada teori perumahan dan kondisi perumahan yang sudah ada saat ini, maka sarana prasarana yang ada antara lain yaitu :

1. sarana prasarana dengan persyaratan minimal berupa jalan, air limbah, air bersih, penyediaan listrik dan jaringan telepon.

2. sarana prasarana tambahan (biasanya pada perumahan menengah dan mewah) berupa tempat beribadah, sarana kesehatan, sekolah, tempat perbelanjaan, taman dan tempat olahraga.

2.2 Bentuk Perumahan

2.2.1 Karakteristik Perumahan

Menurut Sidik (2000) dalam Sari (2010), karakteristik perumahan dapat dipandang melalui hal – hal berikut :

1. lokasinya yang tetap dan hampir tidak mungkin dipindah 2. pemanfaatannya dalam jangka panjang

3. bersifat heterogen secara multidimensional, terutama dalam lokasi, sumber daya alam dan preferensinya.

4. secara fisik dapat dimodifikasi.

(33)

bangunan perumahan. Pada umumnya penghuni rumah melakukan modifikasi bentuk, interior, eksterior, dan ruangan bangunan perumahan dari bentuk aslinya. Dari sisi pasar perumahan, di lokasi yang lain. Di lain pihak, modifikasi hunian yang banyak dilakukan oleh individu-individu di suatu lingkungan perumahan tertentu akan mempengaruhi kondisi pasar perumahan di lingkungan tersebut.

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI)03-1733-2004ketentuan dasar fisik lingkungan perumahan harus memenuhi faktor-faktor berikut ini:

1. ketinggian lahan tidak berada di bawah permukaan air setempat, kecuali dengan rekayasa/ penyelesaian teknis.

2. kemiringanlahan tidak melebihi 15%dengan ketentuan:

a. tanpa rekayasa untuk kawasan yang terletak pada lahan bermorfologi datarlandai dengan kemiringan 0-8%; dan

b. diperlukan rekayasa teknis untuk lahan dengan kemiringan 8-15%.

De Chiara dan Koppelman (1997) dalam Herasanti (2002) menjelaskan adanya tujuh karakteristik yang harus diperhatikan pada perencanaan kawasan perumahan agar layak huni, adalah :

1. kondisi tanah dan lapisan tanah 2. air tanah dan drainase

3. bebas atau tidaknya dari bahaya banjir permukaan 4. bebas atau tidaknya dari bahaya-bahaya topografi

(34)

6. potensi untuk pengembangan ruang terbuka, dan

7. bebas atau tidaknya dari gangguan debu, asap, dan bau busuk

2.2.2 Pola Perumahan

Menurut De Chiara J (1989) dalam Indrayani (2012), jalan dilingkungan perumahan adalah elemen yang menentukan pola pergerakan penghuni. Pola tersebut terjadi dan membentuk pola-pola jaringan jalan sebagai berikut :

1. Pola Grid, yaitu pola jalan yang menghindari monotonitas dan mengurangi beban lalu lintas menerus dengan cara membangunan persimpangan – persimpangan yang memberikan hambatan terhadap lalu lintas menerus di dalam lingkungan perumahan.

[image:34.595.231.400.401.563.2]

2. Pola Simpangan, yaitu pola jalan yang hampir sama dengan pola Grid, tetapi lebih menghindari perpotongan jalan dan mempunyai persyaratan titik simpang jalannya berjarak 40 m.

Gambar 2.2 Pola Grid

(35)

3. Pola Radial, pola jalan yang dipakai apabila kondisi topografi berkontur. Tujuannya untuk menciptakan pergerakan lalu lintas menerus dengan ciri geometri jalan dengan berbelok.

[image:35.595.234.427.87.226.2]

4. Pola Culdesac, yaitu bentuk jalan masuk ke persil unit rumah yang diakhiri dengan putaran yang berbentuk radial memanjang sampai 150 m.

Gambar 2.3 Pola Simpangan

Sumber : Chiara J; 1989 dalam Indrayani;2012

Gambar 2.4 Pola Radial

[image:35.595.264.416.363.523.2]
(36)

5. Pola Taman, yaitu pola jalan yang mengembangkan Grid dan Culdesac

dengan taman sebagai mediannya.

[image:36.595.237.382.87.233.2]

6. Pola Loop, yaitu pola jalan yang mengembangkan Culdesac dan Taman Gambar 2.5 Pola Culdesac

[image:36.595.254.401.346.473.2]

Sumber : Chiara J; 1989 dalam Indrayani;2012

Gambar 2.6 Pola Taman

[image:36.595.257.426.567.701.2]
(37)

2.3 Pemilihan Lokasi Perumahan

Pemilihan dan penentuan lokasi untuk properti perumahan bagi setiap orang berbeda-beda sesuai dengan pertimbangan masing-masing individunya. Beberapa ahli membuat kesimpulan mengenai pemilihan lokasi properti perumahan sebagai berikut menurut Richadson(1978) dalam Sari (2010):

1. Filter Down Theory Teori ini muncul pada tahun 1920 oleh EW Burgess untuk menerangkan pola pemukiman di Chicago. Menurut EW. Burgerss, perkembangan CBD yang pesat membuat pusat kota menjadi tidak menarik (tanah mahal, macet, polusi).

2. Trade off Model oleh Alonso (1964) dan Solow (1972,1973)

Secara sederhana diartikan sebagai adanya trade off aksesibilitas terhadap ruang yang dipilih rumah tangga sebagai lokasi untuk properti perumahan. Model ini juga mengasumsikan bahwa kota melingkar dengan sebuah pusat tenaga kerja dan transportasi yang tersedia dimana-mana, semua lokasi dipertimbangkan secara homogen kecuali jarak ke pusat kota. Rumah tangga akan bersedia membayar lebih untuk properti dengan lokasi yang lebih dekat dengan CBD karena biaya commuting lebih rendah.

3. Ellis ( 1967 )

(38)

4. Senior dan Wilson (1974)

Senior dan Wilson (1974) menyatakan bahwa untuk beberapa rumah tangga, kemudahan pencapaian ke tempat kerja tidak berarti sama sekali. 5. Little (1974) dan Kirwan & Ball (1974)

Mereka meneliti mengenai implikasi dari keinginan sebagian besar keluarga- keluarga untuk hidup dengan tetangga yang homogen.

6. Social Aglomeration Theory (1985)

Dikemukakan bahwa orang memilih rumah dengan pertimbangan utama bahwa dia akan nyaman bersama dengan kelompok sosial tertentu dimana kelompok ini bisa terbentukk berdasarkan ras, pendapatan, usia, dan lain sebagainya, yang kemudian timbul segregasi.

Pilihan lokasi untuk rumah tinggal menggambarkan suatu usaha individu untuk menyeimbangkan dua pilihan yang bertentangan, yaitu kemudhan ke pusat kota dan luas tanah yang bisa diperoleh. Menurut Synder dan Anthony (1991) dalam Sari (2010) ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi perumahan:

1. perwilayahan (zoning). Peraturan antara lain terkait dengan tipe dan ukuran bangunan, persyaratan ketinggian bangunan, garis sepadan bangunan.

2. utilitas (utilities) Meliputi ketersediaan dan kondisi saluran pembuangan air hujan, sanitasi, pemasangan gas, listrik, dan telepon. 3. faktor-faktor teknis (technical factor). Kondisi tanah, topografi, dan

(39)

4. lokasi (location). Ketersediaan di pasar untuk penggunaan yang diusulkan, aksesibilitas, kondisi pesekitaran, dan kondisi lalu lintas. 5. estetika (eisthetics). Meliputi pemandangan dan bentang alam yang

ada.

6. komunitas (community). Terutama terkait lingkungan termasuk di dalamnya kesehatan dan jasa-jasa yang diselenggarakan pemerintah. 7. pelayanan kota (city service). Penyediaan pendidikan, layanan

kesehatan, dan jasa-jasa yang diselenggarakan pemerintah. 8. biaya (cost). Biaya dan keterjangkauan penyewa

Menurut Kuswartojo (1998) dalam bukunya yang berjudul Perumahan dan Permukiman Yang Berwawasan Lingkungan menjelaskan bahwa persyaratan lokasi umumnya mengacu kepada hal – hal yang menyangkut kesesuaian dengan peraturan dan keamanan serta keselamatan penghuni, seperti misalnya sesuai dengan rencana kota tentang peruntukan lahan, mudah dicapai, harus bebas banjir, kondisi lahan stabil, tidak di dekat pencemar, aksesbilitas baik dan ada sumber air.

(40)

2.4 Peraturan Perundang – Undangan di Indonesia

Standar Nasional Indonesia (SNI)03-1733-2004 Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan harus memenuhi kententuan umum, yaitu :

1. lingkungan perumahan merupakan bagian dari kawasan perkotaan sehingga dalam perencanaannya harus mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) setempat atau dokumen rencana lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota/ Kabupaten.

2. untuk mengarahkan pengaturan pembangunan lingkungan perumahan yang sehat, aman, serasi secara teratur, terarah serta berkelanjutan / berkesinambungan, harus memenuhi persyaratan administrasi, teknis dan ekologis, setiap rencana pembangunan rumah atau perumahan, baik yang dilakukan oleh perorangan maupun badan usaha perumahan.

3. perencanaan lingkungan perumahan kota meliputi perencanaan sarana hunian, prasarana dan sarana lingkungan serta utilitas umum yang diperlukan untuk menciptakan lingkungan perumahan perkotaan yang serasi, sehat, harmonis dan aman. Pengaturan ini dimaksudkan untuk membentuk lingkungan perumahan sebagai satu kesatuan fungsional dalam tata ruang fisik, kehidupan ekonomi, dan sosial budaya.

4. perencanaan pembangunan lingkungan perumahan harus dilaksanakan oleh kelompok tenaga ahlinya yang dapat menjamin kelayakan teknis, yang keberadaannya diakui oleh peraturan yang berlaku.

(41)

perencanaannya harus dipadukan dengan perencanaan lingkungan perumahan dan kawasan-kawasan fungsional lainnya.

6. perencanaan pembangunan lingkungan perumahan harus menyediakan pusat-pusat lingkungan yang menampung berbagai sektor kegiatan (ekonomi, sosial, budaya), dari skala lingkungan terkecil (250 penduduk) hingga skala terbesar (120.000 penduduk), yang ditempatkan dan ditata terintegrasi dengan pengembangan desain dan perhitungan kebutuhan sarana dan prasarana lingkungan.

7. pembangunan perumahan harus memenuhi persyaratan administrasi yang berkaitan dengan perizinan pembangunan, perizinan layak huni dan sertifikasi tanah, yang diatur oleh Pemerintah Kota/Kabupaten setempat dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. 8. rancangan bangunan hunian, prasarana dan sarana lingkungan harus

memenuhi persyaratan teknis kesehatan dan keselamatan sesuai Standar Nasional Indonesia atau ketentuan-ketentuan lain yang diatur dengan Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah serta Pedoman Teknis yang disusun oleh instansi terkait.

(42)

a. kemudahan, yaitu setiap orang dapat mencapai semua tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan,

Kegunaan, yaitu setiap orang harus dapat mempergunakan semua tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.

b. keselamatan, yaitu setiap bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan terbangun, harus memperhatikan keselamatan bagi semua orang; dan

c. kemandirian, yaitu setiap orang harus dapat mencapai, masuk dan mempergunakan semua tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan dengan tanpa membutuhkan bantuan orang lain.

10.dalam menentukan besaran standar untuk perencanaan lingkungan perumahan kota yang meliputi perencanaan sarana hunian, prasarana dan sarana lingkungan, menggunakan pendekatan besaran kepadatan penduduk.

11.dalam merencanakan kebutuhan lahan untuk sarana lingkungan, didasarkan pada beberapa ketentuan khusus, yaitu:

a. besaran standar ini direncanakan untuk kawasan dengan kepadatan penduduk 200 jiwa/ha

(43)

c. untuk kawasan yang berkepadatan >200 jiwa/ha diberikan reduksi 15-30% terhadap persyaratan kebutuhan lahan; dan

d. perencanaan prasarana lingkungan, utilitas umum dan sarana lingkungan harus direncanakan secara terpadu dengan mempertimbangkan keberadaan prasarana dan sarana yang telah ada dengan tidak mengurangi kualitas dan kuantitas secara menyeluruh.

12.dalam menentukan besaran standar untuk perencanaan kawasan perumahan baru di kota/new development area yang meliputi perencanaan sarana hunian, prasarana dan sarana lingkungan, pengembangan desain dapat mempertimbangkan sistem blok / grup bangunan/ cluster untuk memudahkan dalam distribusi sarana lingkungan dan manajemen sistem pengelolaan administratifnya. Apabila dengan sistem blok / grup bangunan/ cluster ternyata pemenuhan sarana hunian, prasarana dan sarana lingkungan belum dapat terpenuhi sesuai besaran standar yang ditentukan, maka pengembangan desain dapat mempertimbangkan sistem radius pelayanan bagi penempatan sarana dan prasaran lingkungan, yaitu dengan kriteria pemenuhan distribusi sarana dan prasarana lingkungan dengan memperhatikan kebutuhan lingkungan sekitar terdekat.

(44)

Pola Perumahan

Perumahan

Doxiadis,1971; Yudhohusodo,1991; Sastra dan Marlina,2006; Kuswartojo

dan Salim,1998;

Pola Bentuk Perumahan

De Chiara,1989;

Jenis Perumahan

SKB,1992; Sastra dan Marlina;2006;

Pola Bentuk Perumahan

De Chiara,1989;

2.6Diagram Kepustakaan

2.7 Studi Kasus Sejenis

2.7.1 Pola Perumahan Dan Pemukiman Desa Tenganan Bali, Veronica A. Kumurur & Setia Damayanti,2009

Rumah dalam arsitektur tradisional Bali, adalah satu kompleks rumah yang terdiri dari beberapa bangunan, dikelilingi oleh tembok yang disebut tembok

penyengker.Perumahan adalah kumpulan beberapa rumah di dalam kesatuan wilayah yang disebut banjar adat atau desa adat, juga merupakan kesatuan keagamaan dengan pura kayangan tiga yakni; pura desa, pura puseh, pura dalem

[image:44.595.109.501.137.379.2]

(Dewa Nyoman Wastika 2005). Desa Tenganan mempunyai susunan pemukiman yang merupakan pola kompleks yang terkurung (terbentengi oleh beton), dengan masing-masing memiliki satu pintu keluar/masuk pada masing-masing pekarangan untuk setiap posisi mata angin.

Gambar 2.8 Diagram Kepustakaan

(45)

Masyarakat Bali dan alam semesta adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan, begitu pula dengan arsitekturnya. Masyarakat Bali tradisional tinggal di sebuah perkampungan yang ditata dengan pola-pola tertentu mengikuti kaidah-kaidah tertentu yang mengacu pada alam semesta, yaitu kaidah-kaidah arah angin Kaja-Kelod, Kauh-Kangin. Kaidah sumbu Utama Gunung Agung diyakini sebagai tempat bersemayamnya para dewa dan leluhur suci mereka.

Ditemui bahwa desa Tenganan memiliki 3 kelompok perumahan, yaitu: (1) kelompok pola menetap, (2) kelompok pola perkebunan, dan (3) kelompok persawahan. Pada pola menetap terdapat sebuah jalan besar yang disebut

awangan yang sebenarnya adalah rangkaian halaman depan yang masing-masing merupakan bagian dari unit-unit rumah pada kompleks tersebut. Awangan tersebut berundak-undak, makin ke utara makin tinggi. Terdapat dua awangan, yang batasnya ke dua awangan ini adalah sebuah selokan. Jumlah awangan yang membujur dari Utara ke Selatan ada 3, yaitu: awangan Barat, awangan Tengah dan awangan Timur.

Tanah pekarangan tempat menetap itu adalah hak milik desa (hak ulayat). Bentuk pola-pola menetap satu sama lain seragam, karena luas dan struktur

bangunannya mirip. Bangunan dalam pekarangan berupa “bale boga” dan “bale

tengah”. Keduanya merupakan bangunan yang bersyarat yang ditentukan letak,

(46)

2.7.2 Model Perkembangan Perumahan di Wilayah Peri Urban Kota Surabaya, Dewa Made Frendika Septanaya dan Putu Gde Ariastita, 2012

Wilayah peri urban merupakan suatu zona yangdidalamnya terdapat pencampuran antara strukturlahan kedesaan dan lahan kekotaan. Sementara itu Pyor mengemukakan bahwa wilayah peri urbandiistilahkan sebagai daerah rural – urban fringe, yaituwilayah peralihan mengenai pemanfaatan lahan, karakteristiksosial dan demografis dan wilayah ini terletak antara (a) lahan kekotaan kompak terbangun yang menyatu denganpusat kota dan (b) lahan kedesaan yang disana hampir tidakditemukan bentuk – bentuk lahan kekotaan dan permukimanperkotaan.

Sebagian besar fenomena peri urbanisasi berkembang dikawasan – kawasan metropolitan yang tumbuh dengan pesat. Secara umum fenomena perkembangan wilayah periurban (transformasi spasial) ditunjukkan dengan pertambahanluas permukiman atas inisiasi pengembang dalam jumlahbanyak (real estate) atau yang biasa dikategorisasikansebagai proses formatif yang bersifat invasif

(47)

Penurunan jumlah pengadaan perumahan yangterjadi di Kabupaten Sidoarjo berimplikasi padakeseimbangan antara penyediaan (supply) dan kebutuhan(demand) atas rumah bagi masyarakat. Kebutuhan rumahdiprediksi akan terus meningkat sejalan dengan angka rataratapertumbuhan penduduk di Kabupaten Sidoarjo sebesar 3,53%.Bahkan permasalahan ini semakin mendesaktatkala di dalam laporan RP4D menunjukkan bahwa padatahun 2015 kebutuhan rumah akan mencapai 107.277 unitrumah. Oleh sebab itu studi ini secara komprehensifbertujuan untuk meneliti faktor yang mempengaruhi penurunan jumlah pengadaan perumahan di wilayah periurban Kota Surabaya yang ada di Kabupaten Sidoarjo.Pendekatan yang digunakan adalah melalui pemodelanGeographically Weighted Regression (GWR). Pemodelan inisecara holistik dapat menggambarkan keterkaitan/ hubungankausalitas antar faktor secara holistik serta mampumerefleksikan realitas atau fenomena yang telah terjadi. Berikut tabel yang membahas studi kasus sejenis.

Judul, Tahun, Wilayah, Nama peneliti Tujuan Penelitian Metode Penelitian dan Pendekatan Teknik Analisis dan bahan Penelitian Hasil Penelitian

[image:47.595.115.510.497.721.2]
(48)

Perencanaa Siteplan Komplek Perumahan Galmas Residence Tahap II,2011, Surakarta, Ida Puspita Emawati Merencanakan site plan komplek Perumahan Galmas Residence Tahap II yang

memenuhi standar dan menampung minat konsumen. Metode kualitatif Teknik Kualitatif Deskriptif Perumahan Galmas Residence Tahap II ini bangunan dibuat lebih bervariasi dan dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai agar dapat menampung minat konsumen. Pola Perumahan Dan Pemukiman Desa Tenganan Bali, 2009, Jakarta, Veronica Kumurur dan Setia Damayanti Mengetahui pola ruang perumahan dan pemukiman masyarakat desa Tenganan dan untuk mempelajari pola-pola pemukiman dan perumahan pada desa adat

Tenganan di Bali. Metode kualitatif Teknik Kualitatif Deskriptif Pola perumahan dan pemukiman desa Tenganan, hingga saat ini

masih tetap dipertahankan dan tetap harmonis dengan alam. Masyarakat desa Tenganan turut mempertahanka

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah kualitatif. Menurut Koentjaraningrat (1993) suatu penelitian menggunakan metode kualitatif dengan desain deskriptif, yaitu penelitian yang memberi gambaran secara cermat mengenai individu atau kelompok tertentu tentang keadaan dan gejala yang terjadi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena dalam menyajikan data maupun analisa, peneliti menguraikan dengan mendeskripsikan dalam bentuk kata–kata dengan konteks tertentu.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini: 1. Jenis - jenis perumahan

2. Sarana dalam perumahan 3. Prasarana dalam perumahan 4. Bentuk perumahan

(50)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data primer dan sekunder, diperoleh dengan 2 cara yaitu :

1. Observasi

Teknik penelitian observasi ini dilakukan dengan mengamati secara langsung bentuk – bentuk perumahan yang menjadi objek peneliti. Tujuan dari observasi lapangan ini adalah untuk mendapatkan gambaran fisik perumahan yang ada.

2. Studi Dokumentasi

Studi ini dilakukan dengan mempelajari buku-buku dan dokumentasi , hasil-hasil penelitian , catatan tertulis dan sebagainya khusunya berkaitan dengan perumahan.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini terbagi menjadi data primer dan sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui dokumentasi atau kajian yang tekait dengan penelitian. Sedangkan data primer merupakan data yang diperoleh melalui peneliti secara langsung kelapangan (Muhajir;2000).

3.4 Kawasan Penelitian

(51)

lama sedangkan perumahan Citra Wisata terbangun setelah adanya Perumahan JIP I. Dua perumahan tersebut termasuk perumahan elite di jalan karya wisata dengan sarana prasarananya yang terus berkembang.

Gambar 3.1 Peta Lokasi Indonesia

Sumber : Google Earth

Gambar 3.3 Peta Perumahan JIP I

[image:51.595.155.471.175.678.2]

Sumber : Google Earth,2015

Gambar 3.4 Peta Perumahan Citra Wisata

Sumber : Google Earth,2015

Gambar 3.2 Peta Lokasi Kota Medan

(52)

3.5 Metode Analisa Data

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif yaitu metode yang menekankan pada aspek pemahaman secara lebih mendalam terhadap suatu masalah daripada memperhatikan permasalahan untuk penelitian. Menurut Widodo dan Mukhtar (2000) Teknik analisa deskriptif adalah teknik analisa yang digunakan untuk menganalisis objek studi melalui uraian.

3.6 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian dijabarkan sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi bentuk perumahan Johor Indah Permai I (JIP I) dan Citra Wisata.

2. Mengidentifikasi kelayakan pembangunan perumahan Johor Indah Permai I (JIP I) dan Citra Wisata.

3. Mengumpulkan Data a. Observasi langsung b. Pencarian data sekunder

(53)

BAB IV

BENTUK FISIK PERUMAHAN DI JL. KARYA WISATA MEDAN 4.1Eksisting Perumahan Citra Wisata dan Johor Indah Permai I

4.1.1 Perumahan Citra Wisata

Jalan Karya Wisata merupakan salah satu daerah pengembangan di Kota Medan. Terdapat banyak perumahan di lokasi tersebut. Salah satunya adalah perumahan Citra Wisata yang berlokasi di Jalan Karya Wisata, Kelurahan Pangkalan Mansyur dan Kecamatan Medan Johor. Perumahan tesrebut merupakan perumahan tertua di jalan karya wisata.

(54)
(55)
[image:55.842.90.732.108.370.2]

Gambar 4.1 Siteplan Perumahan Citra Wisata

(56)

Perumahan Citra Wisata ini memisahkan bagian komersial dengan bagian hunian. Bagian komersial berada pada bagian muka perumahan yang terdiri dari ruko – ruko. Pada bagian muka hunian teradpat danau dan kolam renang sebagai fasilitas umum perumahan yang dapat dikunjungi masyarakat umum.

Merupakan salah satu rumah yang masih mempertahankan bentuk

asli rumah.

Salah satu bundaran pada jalan utama perumahan dan sebagai penananda jalan untuk mengakses

blok – blok rumah.

Merupakan salah satu rumah yang masih

mempertahankan bentuk asli rumah. Merupakan salah

satu rumah yang masih mempertahankan

[image:56.842.107.745.171.512.2]
(57)

Merupakan salah satu akses jalan dengan lebar jalan ±8 meter dan pada semua jalan dapat dilalui

oleh 2 mobil.

Merupakan salah satu jalan utama perumahan dan jalan menuju kolam renang pada peeumahan dengan lebar

jalan ±12 meter.

Merupakan suasana pada kolam renang yang merupakan salah satu fasilitas yang ada pada

perumahan.

Merupakan salah satu ruko yang berada pada muka komplek dan daerah

[image:57.842.124.772.112.500.2]
(58)

4.1.2 Perumahan Johor Indah Permai I

Perumahan Johor Indah Permai I Kelurahan Gedung Johor, dan Kecamatan Medan Johor ini juga berlokasi di jalan Karya Wisata, Medan. Sama halnya dengan perumahan Citra Wisata, perumahan Johor Indah Permai I ini merupakan perumahan yang pembangunannya pada tahun 1980an. Pada masa pembangunan perumahan ini jalan karya wisata belum menjadi daerah pengembangan dan belum terdapat banyak perumahan – perumahan dari kelas bawah, menengah, ataupun atas seperti yang terlihat sekarang ini. Suatu daerah dapat dikategorikan menjadi daerah pengembangan dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor utama dan yang paling penting ialah meningkatnya kebutuhan pasar di daerah tersebut serta mudahnya akses jalan menuju daerah tersebut dan beberapa faktor lainnya.

Menurut Isnawati (2006) ada beberapa penyedia perumahan di Indonesia ini yaitu dari pemerintah, swasta maupun swadaya masyarakat. Perumahan yang disediakan oleh pemerintah lebih ditujukan kepada golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah agar masyarakat yang berpenghasilan rendah dapat memperoleh rumah dengan harga pasar. Sedangkan pihak swasta, dalam hal ini

(59)
[image:59.842.109.684.84.481.2]
(60)

Hampir semua rumah pada perumahan Johor Indah Permai I ini saling berdempetan dan masih terdapat rumah yang menggunakan papan sebagai dinding rumah. Rumah papan tersebut merupakan rumah kepala lingkungan 10 pada perumahan Johor Indah Permai I. Terdapat juga lapangan voli, basket dan baadminton sebagai fasilitas umum pada perumahan Johor Indah Permai I.

Lapangan voli pada perumahan ini berada di belakang perumahan dan merupakan salah satu lapangan yang menjadi fasilitas perumahan.

Masjid pada perumahan Johor Indah Permai I ini dapat dikategorikan masjid

yang besar dan pada masjid ini di sediakan halaman yang sangat luas.

Rumah yang terbuat dari papan ini merupakan satu –

satunya rumah yang tidak menggunakan dinding bata dan

rumah ini merupakan rumah Kepala Lingkungan X.

Rumah – rumah yang terdapat pada perumahan ini

[image:60.842.88.720.170.496.2]
(61)

Pola Jalan perumahan ini menggunakan pola jalan grid

namun tidak semua jalan yang ada pada perumahan dapat tembus hingga ke jalan

utama perumahan.

Pola Jalan perumahan ini menggunakan pola jalan grid

namun tidak semua jalan yang ada pada perumahan

dapat tembus hingga ke

Masih terdapat jalan buntu pada perumahan Johor Indah

Permai I sehingga mengesankan pola jalan yang

tidak efektif.

Lapangan ini merupakan satu

– satunya lapangan yang tidak di semen melainkan di tanami rumput yang dapat difungsikan menjadi lapangan bola. Perumahan Johor Indah

[image:61.842.73.730.98.503.2]
(62)

4.2 Tipe Rumah Pada Perumahan Citra Wisata dan Johor Indah Permai I 4.2.1 Perumahan Citra Wisata

Perumahan Citra Wisata dibangun di atas lahan ± 2 hektar. Perumahan ini memiliki 5 type rumah. Setiap type rumah memiliki keunggulan dan ciri – cirinya tersendiri. Berdasarkan hirarki kebutuhan manusia terhadap pemenuhan hunian yang dikemukanan Maslow (1987) dalam Sastra dan Marlina (2006), setiap tipe rumah pada perumahan Citra Wisata sudah menjadi rumah yang sudah memenuhi fungsinya yang tidak hanya sebagai tempat berlindung dari panas dan hujan melainkan rumah memberikan ketenangan, kesenangan dan kenangan atas segala peristiwa yang dialami penghuni.

Berdasarkan teori yang digunakan sastra dan malina yang mengatakan perumahan dapat dibedakan menjadi perumahan sederhana, perumahan menengah dan perumahan mewah, perumahan Citra Wisata digolongkan perumahan menengah di karenakan sudah memiliki sarana prasarana serta fasilitas yang lengkap serta Perumahan Citra Wisata didominasikan oleh penghuni yang berpenghasilan menengah hingga menengah keatas. Kolam renang dan danau menjadi fasilitas umum yang tidak hanya dapat dinikmati penghuni perumahan CitraWisata.

(63)
[image:63.842.124.683.107.476.2]
(64)
[image:64.595.118.483.245.746.2]
(65)
[image:65.595.124.507.204.757.2]
(66)
[image:66.595.134.488.223.722.2]
(67)
[image:67.595.138.480.164.750.2]
(68)
[image:68.595.157.457.363.757.2]
(69)

Tampak bangunan pada perumahan Citra Wisata ini sudah banyak perubahan, tetapi tidak sedikit pula rumah yang masih tetap mempertahankan bentuk aslinya ataupun hanya merubah sebagian dari muka bangunan rumahnya saja. Tidak hanya merubah bentuk muka bangunan yang banyak dilakukan penghuni perumahan tersebut, ada pula perubahan yang dilakukan dengan men cat ulang warna fasad bangunan dengan warna yang berbeda dengan warna aslinya.

[image:69.595.113.487.260.372.2]

Dapat dilihat dari gambar diatas bentuk dan konsep rumah pada perumahan citra wisata masih mendominasikan bentuk asli atau awalnya, meskipun terdapat bangunan baru ataupun bangunan renovasi yang dilakukan penghuni. Meskipun

Gambar 4.13 Contoh rumah yang mempertahankan keaslian bangunan dalam Perumahan Citra Wisata

Sumber : Peneliti;2015

4.14 Contoh rumah yang tidak mempertahankan keaslian bangunan dalam Perumahan Citra Wisata

(70)

terdapat perubahan pada bangunan lama ataupun terdapat bangunan baru, tetapi masih saja bentuk ataupun konsep pada bangunan tersebut masih menimbulkan bentuk – bentuk ataupun unsur – unsur bangunan lama.

4.2.2 Perumahan Johor Indah Permai I

Pada perumahan Johor Indah Permai I sudah tidak banyak dapat di temukan bentuk rumah yang sama pada perumahan ini, hanya di temui sedikit perumahan yang sepertinya merupakan rumah asli dari pembangunan perumahan pada mulanya. Tidak ada aturan ataupun keharusan yang harus ditaati oleh penghuni dalam proses pembangunan di perumahan ini sebab tidak adanya ditemukan kesamaan yang menjadi aturan dari satu rumah dengan rumah yang lainnya.

Perumahan Johor Indah Permai I dalam proses pembangunan awalnya sebenarnya juga membedakan rumah beradasarkan tipe rumah yang terbangun. Namun sekarang ini fasad maupun keseluruhan rumah sudah sebagian besar mengganti ataupun merombaknya.

(71)
[image:71.595.147.469.79.430.2]

Sekarang ini rumah yang terdapat pada perumahan Johor Indah Permai I sudah sangat beragam dan tidak memiliki tipe rumah yang asli seperti pada awal pembangunan perumahan. Namun terdapat rumah yang memiliki bentuk yang sama tetapi rumah tersebut tidak dapat diidentifikasi merupakan rumah yang di bangun pada awal pembangunan perumahan atau rumah yang di bangun oleh penghuni.

Gambar 4.15 Denah Tipe Rumah Perumahan Johor Indah Permai I

(72)
[image:72.595.129.491.494.662.2]

Terdapat beberapa bentuk rumah yang sangat berbeda – beda pada perumahan Johor Indah Permai I. Tidak terdapat ketentuan dalam pembangunan rumah pada perumahan tersebut. Dapat dilihat terdapat rumah yang menggunakan pagar dan ada juga rumah yang tanpa menggunakan pagar. Dilihat dari bentuk bangunan juga tidak ada aturan seperti penggunaan atap genteng ataupun cor beton.

Gambar 4.16 Contoh rumah yang memiliki muka bangunan yang sama di Perumahan Johor Indah Permai I

Sumber : Peneliti;2015

Gambar 4.17 Contoh rumah yang berada dalam Perumahan Johor Indah Permai I

(73)

4.3 Perubahan Bentuk Perumahan

4.3.1 Perubahan Bentuk Perumahan Citra Wisata

Perumahan Citra Wisata tidak banyak mengalami perubahan baik dari segi type rumah bahkan pola jalan pada perumahan tersebut. Perumahan yang sudah sangat lama menjaga kesejahteraannya ini masih sangat terasa keaslian perumahannya namun perubahan pada perumahan inipun sangat terlihat jelas, salah satunya perubahan bentuk rumah ataupun type rumah.

Perubahan bentuk rumah atau renovasi rumah pada perumahan Citra Wisata tidak begitu menonjol. Penghuni rumah yang melakukan renovasi lebih sedikit di bandingkan penghuni rumah yang masih mempertahankan bentuk asli bangunan. Perubahan bentuk rumah tidak mengganggu atupun merusak pola jalan pada perumahan Citra Wisata tersebut. Penghuni yang melakukan renovasi masih menggunakan lahan yang sesuai dengan type rumah pada awalnya.

(74)
(75)
[image:75.842.138.692.75.473.2]
(76)
[image:76.842.146.695.97.477.2]
(77)
[image:77.842.86.719.269.471.2]
(78)

No Type Rumah Luas Bangunan Sebelum Renovasi Sesudah Renovasi

1 Type C1

1 168 m² ±192 m² 2 168 m² ±236 m² 3 168 m² ±194 m² 4 168 m² ±230 m² 5 168 m² ±230 m² 6 168 m² ±170 m² 7 168 m² ±225 m² 8 168 m² ±217 m² 9 168 m² ±234 m² 10 168 m² ±232 m² 11 168 m² ±188 m² 12 168 m² ±206 m² 13 168 m² ±190 m²

2 Type D

1 88 m² ±147 m²

2 88 m² ±104 m²

3 88 m² ±133 m²

4 88 m² ±124 m²

5 88 m² ±135 m²

6 88 m² ±126 m²

7 88 m² ±124 m²

8 88 m² ±112 m²

9 88 m² ±111 m²

10 88 m² ±111 m²

3 Type C

(79)

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Presentase Perubahan Bentuk Bangunan

Bangunan Asli

Bangunan Renovasi 4 Type

D1

1 115 m² ±138 m² 2 115 m² ±155 m² 3 115 m² ±160 m² 4 115 m² ±160 m² 5 115 m² ±160 m² 6 115 m² ±151 m² 7 115 m² ±122 m² 8 115 m² ±160 m² 9 115 m² ±167 m² 10 115 m² ±118 m² 11 115 m² ±150 m² 12 115 m² ±136 m² 13 115 m² ±159 m² 14 115 m² ±141 m² 15 115 m² ±154 m² 16 115 m² ±151 m² 17 115 m² ±118 m² 18 115 m² ±158 m² 19 115 m² ±143 m² 20 115 m² ±119 m² 21 115 m² ±123 m² 22 115 m² ±145 m² 5 Type B

1 185m² ±275 m²

2 185m² ±323 m²

(80)
[image:80.595.125.502.515.642.2]

Perubahan bentuk pada perumahan Citra Wisata lebih banyak menambahkan luas bangunan dengan cara menambah tingkat perumahan dibandingkan dengan menambah lebar ataupun panjang bangunan. Penambahan luas bangunan dengan menambahkan tingkat bangunan lebih banyak di lakukan pada type rumah yang hanya memiliki satu lantai, namun bukan berarti pada type rumah yang sudah memiliki 2 tingkat tidak melakukan perluasan bangunan. Tidak hanya penambahan tingkat, lebar ataupun panjang bangunan saja yang melakukan perluasan bangunan, adapula yang menggabungkan satu type rumah yang bersebelahan menjadi satu rumah.

Gambar 4.21 Contoh Perubahan Bentuk dengan Penambahan Tingkat

Sumber : Peneliti;2015

Gambar 4.22 Contoh Perubahan Bentuk dengan Penambahan Lebar dan Panjang Bangunan dan Penggabungan Dua Rumah

(81)

4.3.2 Perubahan Bentuk Perumahan Johor Indah Permai I

Perubahan bentuk rumah atau renovasi rumah pada perumahan Johor Indah Permai I sangat menonjol. Keseluruhan rumah yang terdapat pada perumahan tersebut sudah mengalami perumahan bahkan tidak sedikit yang mengalami perubahan bentuk yang sangat menonjol. Sudah tidak dapat ditemukan satupun rumah asli yang masih berdiri di perumahan tersebut.

Perumahan Johor Indah Permai I juga ditemukan rumah – rumah yang melakukan renovasi tersebut melakukan peluasan pada bangunan. Rumah – rumah yang direnovasi tesebut terdapat beberapa rumah yang masih mempertahankan beberapa khas pada type rumah tersebut, namun perubahan bentuk yang lebih banyak perubahan bentuk secara menyeluruh tanpa melestarikan bentuk rumah yang asli pada awalnya.

(82)

Blok Luas

A

1 ±125 m² 2 ±90 m² 3 ±127 m² 4 ±56 m² 5 ±149 m² 6 ±105 m²

B

1 ±115 m² 2 ±96 m² 3 ±139 m² 4 ±101 m² 5 ±72 m² 6 ±86 m² 7 ±123 m² 8 ±105 m² 9 ±102 m² 10 ±96 m² 11 ±98 m² 12 ±95 m² 13 ±66 m² 14 ±103 m² 15 ±93 m² 16 ±120 m² 17 ±105 m² 18 ±118 m² 19 ±129 m² 20 ±134 m² 21 ±82 m² 22 ±91 m² 23 ±106 m² 24 ±93 m² 25 ±105 m² 26 ±108 m² 27 ±87 m² 28 ±135 m² 29 ±98 m² 30 ±113 m² 31 ±123 m² 32 ±87 m² 33 ±97 m² 34 ±89 m²

35 ±135 m² 36 ±88 m² 37 ±140 m² 38 ±98 m² 39 ±132 m² 40 ±113 m² 41 ±135 m² 42 ±127 m² 43 ±138 m² 44 ±87 m² 45 ±99 m² 46 ±135 m² 47 ±88 m²

C

1 ±181 m² 2 ±88 m² 3 ±79 m² 4 ±133 m² 5 ±91 m² 6 ±89 m² 7 ±103 m² 8 ±81 m² 9 ±115 m² 10 ±143 m² 11 ±87 m² 12 ±116 m² 12A ±139 m²

D

1 ±61 m² 2 ±78 m² 3 ±89 m² 4 ±91 m² 5 ±69 m² 6 ±99 m² 7 ±87 m² 8 ±123 m² 9 ±143 m² 10 ±117 m² 11 ± 108 m² 12 ±85 m² 13 ±114 m² 14 ± 103 m² 15 ± 127 m²

16 ±132 m² 17 ±96 m² 18 ±89 m² 19 ±143 m² 20 ±112 m² 21 ±134 m² 22 ±89 m² 23 ±132 m² 24 ±112 m² 25 ±112 m² 26 ±112 m² 27 ±145 m² 28 ±123 m² 29 ±88 m² 30 ±129 m² 31 ±115 m² 32 ±98 m² 33 ±87 m² 34 ±78 m² 35 ±99 m² 36 ±104 m² 37 ±115 m² 38 ±134 m² 39 ±122 m² 40 ±89 m² 41 ±123 m² 42 ±90 m² 43 ±93 m² 44 ±105 m² 45 ±123 m²

E

(83)

12 ±75 m²

F

1 ±89 m² 2 ±113 m² 3 ±143 m² 4 ±112 m² 5 ±86 m² 6 ±79 m² 7 ±90 m² 8 ±103 m² 9 ±87 m² 10 ±107 m² 11 ±87 m² 12 ±80 m² 13 ±86 m² 14 ±86 m² 15 ±101 m² 16 ±134 m² 17 ±127 m² 18 ±130 m² 19 ±97 m² 20 ±83 m² 21 ±79 m² 22 ±143 m² 23 ±129 m² 24 ±113 m² 25 ±165 m² 26 ±124 m² 27 ±98 m² 28 ±119 m² 29 ± 132 m² 30 ±134 m²

G

1 ±134 m² 2 ±99 m² 3 ±104 m² 4 ±98 m² 5 ±125 m² 6 ±134 m² 7 ±154 m² 8 ±119 m² 9 ±98 m² 10 ±134 m²

11 ±125 m² 12 ±115 m² 13 ±123 m² 14 ±132 m² 15 ±114 m² 16 ±98 m² 17 ±134 m²

H

1 ±98 m² 2 ±90 m² 3 ±145 m² 4 ±132 m² 5 ±87 m² 6 ±97 m² 7 ±87 m² 8 ±99 m² 9 ±115 m² 10 ±125 m² 11 ±140 m² 12 ±134 m² 13 ±123 m² 14 ±115 m² 15 ±127 m² 16 ±135 m²

I

1 ±131 m² 2 ±134 m² 3 ±128 m² 4 ±130 m² 5 ±130 m² 6 ±130 m² 7 ±127 m² 8 ±132 m²

J

1 ±133 m² 2 ±123 m² 3 ±130 m² 4 ±118 m² 5 ±125 m² 6 ±134 m² 7 ±124 m² 8 ±114 m² K 1 ±114 m² 2 ±87 m²

3 ±117 m² 4 ±123 m² 5 ±98 m² 6 ±82 m² 7 ±112 m² 8 ±110 m² 9 ±96 m² 10 ±108 m² 11 ±119 m² 27 ±88 m² 28 ±81 m² 29 ±93 m² 30 ±86 m² 31 ±106 m² 32 ±94 m² 33 ±92 m² 34 ±101 m² 35 ±123 m² 36 ±123 m² 37 ±89 m² 38 ±87 m²

L

(84)

21 ±87 m² 22 ±95 m² 23 ±88 m² 24 ±86 m²

M

1 ±166 m² 2 ±157 m² 3 ±163 m² 4 ±132 m²

R

1 ±129 m² 2 ±135 m² 3 ±140 m² 4 ±154 m² 5 ±132 m² 6 ±113 m² 7 ±134 m² 8 ±128 m² 9 ±119 m² 10 ±134 m² 11 ±128 m² 12 ±134 m² 13 ±143 m² 14 ±132 m² 15 ±112 m² 16 ±108 m² 17 ±121 m²

I

1 ±88 m² 2 ±86 m² 3 ±93 m² 4 ±91 m² 5 ±101 m² 6 ±89 m² 7 ±76 m² 8 ±87 m² 9 ±69 m² 10 ±73 m² 11 ±89 m² 12 ±93 m² 13 ±84 m² 14 ±90 m² 15 ±97 m² 16 ±104 m²

17 ±99 m² 18 ±87 m² 19 ±92 m² 20 ±97 m² 21 ±86 m² 22 ±85 m² 23 ±87 m² 24 ±104 m² 25 ±98 m²

II

1 ±97 m² 2 ±123 m² 3 ±132 m² 4 ±115 m² 5 ±98 m² 6 ±105 m² 7 ±89 m² 8 ±125 m² 9 ±109 m² 10 ±113 m² 11 ±93 m² 12 ±94 m² 13 ±106 m² 14 ±118 m² 15 ±94 m² 16 ±87 m² 17 ±98 m² 18 ±101 m² 19 ±106 m² 20 ±96 m² 21 ±89 m² 22 ±90 m² 23 ±98 m² 24 ±116 m² 25 ±84 m² 26 ±119 m² 27 ±96 m² 28 ±86 m² 29 ±80 m² 30 ±98 m² 31 ±88 m² III 1 ±87 m²

2 ±98 m² 3 ±56 m² 4 ±72 m² 5 ±82 m² 6 ±66 m² 7 ±87 m² 8 ±89 m² 9 ±78 m² 10 ±99 m² 11 ±89 m² 12 ±87 m² 13 ±91 m² 14 ±69 m² 15 ±87 m² 16 ±80 m² 17 ±86 m² 18 ±83 m² 19 ±87 m² 20 ±82 m² 21 ±89 m² 22 ±78 m² 23 ±89 m² 24 ±85 m² 25 ±89 m²

IV

Gambar

Gambar 2.2 Pola Grid
Gambar 2.3 Pola Simpangan
Gambar 2.7 Pola Loop
Gambar 2.8 Diagram Kepustakaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Walaupun demikian, mekanisme teknis pengelolaan keuangan publik (khususnya pada kebijakan fiskal) yang dibangun harus menanamkan prinsip-prinsip yang sesuai dengan

Untuk membantu guru SD dalam me- laksanakan pendidikan lingkungan yang terintegrasi dalam mata pelajaran IPA, dila- kukan penelitian untuk pemecahan masa- lah: (1) apakah

Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan

radial, mesin bor meja 4 unit, bangku kerja, dan

Peraturan Bupati Bantul Nomor 64 Tahun 2010 tentang Kebijakan dan Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bantul Tahun Anggaran

[r]

[r]