RINGKASAN
HARYATI. " Pcngaruh Pcmanasan dan Pcrcndaman Dua Variasi Benih
Terhadap
Perkecambahan
Benih
dan
Pcrtumbuhan
Bibit
Jati
(Tectono grandis
L.Il". (Dibawah Bimbingan T. CHAIRUNNISA
H..
Scbagai
Ketua, J.A. NAPITUPULU dan KAMROL DAMANIK Sebagai Anggota).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemanasan dan
perendaman benih jati yang dikupas atau tidak dikupas lapisan mesokarpnya,
terhadap
perkecambahannya,
untuk
menentukan
metoda
yang
tepat
guna
meningkatkan dan mempercepat perkecambahan benih dan pertumbuhan bibitjati.
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Medan, yang berlangsung selama 6 bulan, mulai bulan Januari sampai Juni 2000.
Raneangan yang digunakan adalah Rancangan Petak-Petak Terpisah
(Split-Split Plot Design), yang diulang 3 kali. Faktor pertama adalah variasi benih sebagai
ー ・ セ 。。utama,
yaitu B,
=
benih dengan mesokarp dan Bz
=
benih dikupas mesokarp.
Faktor kedua adalah suhu pemanasan sebagai anak petak, yaitu To
=
pemanasan
dengan sinar matahari, TI
=
pemanasan dengan suhu
40°C,
Tz
=
pemanasan dengan
suhu 60°C dan T3
=
pemanasan dengan suhu 80°C. Faktor ketiga adalah perendaman
sebagai anak-anak petak, yaitu Do
=direndam 0 hari, D
1=
direndam
I
hari,
Dz
=
direndam 2 hari, dan D3
=
direndam 3 hari.
Benih jati dipilih yang sehat dan berdiameter antara 12 - 18 mm, berasal dari
pohon induk yang sudah berusia
±
25 tahun di daerah Secanggang, Sumatera Utara.
Kemudian sebagian dibuang lapisan mesokarp, baru diperlakukan dengan suhu
pemanasan dan perendaman. Setelah perlakuan selesai, dikeringanginkan sebentar,
baru ditanam pada media perkecambahan yang telah dipersiapkan di rumah kaca.
Seminggu setelah benih berkecambah, bibit dipindahkan ke polibag. Bibit yang
berkecambah pada hari ke 21 - 40 dipindahkan ke tempat pembibitan di rumah kassa.
Variasi
benih
mempengaruhi
persentase
berkecambah
dan
kecepatan
berkecambah benih. Pengupasan mesokarp benih dapat meningkatkan persentase
berkecambah
dan kecepatan berkecambah benih dibandingkan dengan yang tidak
dikupas.Namun cenderung menekan pertumbuhan bibitjati.
Benih yang dipanaskan dengan suhu 60°C (Tz) meningkatkan persentase
berkecambah dan rnernpercepat perkecambahan benih, namun pemanasan dengan
suhu 40°C (T
J)
cenderung lebih baik pertumbuhan bibitnya. Pernanasan dengan suhu
80°C (TJ) menekan persentase berkecarnbah dan memperlambat perkecambahan
benih dibandingkan dengan pemanasan dengan sinar matahari dan suhu 40°C (T
I)'
iii
Persentase berkecambah dan kecepatan berkecambah bcnih tidak nyata
dipengaruhi
oleh
perendaman
benih,
Perendarnan yang
dilakukan
cenderung
menekan persentase berkecambah dan rnemperlarnbat perkecambahan benih.
Persentase berkecambah dan kecepatan berkecambah benih memmjukkan
respon terhadap kombinasi variasi benih dengan suhu pernanasan mulai 6 mst. Benih
yang dikupas mesokarpnya dan dipanaskan dengan suhu 60°C (B
2T2) mernpunyai
persentase berkecambah dan kecepatan berkecambah tertinggi.
Persentase berkecarnbah juga menunjukkan respon terhadap kornbinasi
pemanasan dan perendaman. Pada benih yang dipanaskan dengan suhu
80°C,
perendaman selarna
2-3
hari meningkatkan persentase berkecambah benih. Pada
benih yang dipanaskan dengan 60°C, akan menurunkan persentase berkecambah bila
benih direndam,
Parameter pertumbuhan bibit cenderung tidak dipengaruhi oleh perlakuan
pemanasan dan perendaman. Perbedaan yang terjadi lebih disebabkan karena sifat
genetis daribenih yang digunakan dan pengaruh lingkungan di pembibitan.
!
Disimpulkan bahwa
perlakuan yang terbaik adalah kombinasi perlakuan
benih dikupas mesokarpnya, dipanaskan dengan suhu 60°C dan tidak direndam
(B2T200). Walaupun demikian hasil yang diperoleh tidak berbeda nyata dengan benih
yang tidak dikupas, dipanaskan dengan suhu 60°C dan tidak direndam (B
1T200)'
iv