UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
PENGARUH MODAL KERJA BERSIH TERHADAP TINGKAT RENTABILITAS USAHA
PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH :
NAMA : SITI SAROH
NIM : 060503082
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan skripsi yang berjudul : ”Pengaruh Modal Kerja Bersih terhadap Tingkat Rentabilitas Usaha pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
Skripsi ini adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasi atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program Strata-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, Desember 2009
Yang membuat pernyataan,
Siti Saroh
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan
nikmat dan kemudahannya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini
dengan judul ”Pengaruh Modal Kerja Bersih terhadap Tingkat Rentabilitas Usaha
pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
Sepanjang proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak
bantuan, dukungan, serta do’a dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, MSi, Ak. selaku Ketua Departemen
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak. selaku Sekretaris
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Naleni Indra, MM, Ak. selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih
atas semua waktu dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis
selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Dra. Salbiah, MSi, Ak. selaku Dosen Pembanding/ Penguji I dan
Bapak Drs. M. Utama Nasution, MM, Ak. selaku Dosen Pembanding/
Penguji II atas saran-sarannya.
5. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Alm. Muzni dan Ibunda Rukiyah.
semangat yang sangat berarti. Semoga penulis dapat menjadi anak yang
dapat dibanggakan keluarga.
6. Abang Jojok, Teteh Sri, Teteh Salmah, Bapak dan Mamak bang Jojok
(Bapak M. Saleh dan Ibu Aisyah), dan segenap keluarga. Terima kasih
atas semua doa, dukungan, dan semangat yang sangat berarti bagi penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh karena
itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari para
pembaca untuk penulisan selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, Desember 2009 Penulis,
Siti Saroh
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perputaran kas, perputaran piutang usaha, perputaran persediaan, perputaran kewajiban lancar, dan perputaran modal kerja bersih baik secara parsial maupun simultan berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas usaha pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dengan jumlah sampel sebanyak 15 perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia hingga kuartal ketiga tahun 2009. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Data yang digunakan adalah data eksternal, yaitu laporan keuangan neraca dan laba rugi yang diperoleh dari situs
dilakukan terlebih dahulu adalah uji asumsi klasik dan selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, perputaran kas dan perputaran persediaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat rentabilitas usaha. Sedangkan perputaran piutang usaha, perputaran kewajiban lancar, dan perputaran modal kerja bersih secara parsial tidak berpengaruh terhadap tingkat rentabilitas usaha. Secara simultan, perputaran kas, perputaran piutang usaha, perputaran persediaan, perputaran kewajiban lancar, dan perputaran modal kerja bersih signifikan terhadap tingkat rentabilitas usaha pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Nilai Adjusted R Square adalah 0,234 mengindikasikan bahwa 23,4% perubahan dalam tingkat rentabilitas usaha dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini. Sedangkan sisanya 76,6 % dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi
ABSTRACT
The purpose of this research is to know the influence of cash turnover, accounts receivable turnover, inventory turnover, current liabilities turnover, and net working capital turnover, either partially or simultaneously toward rate of return for the owners at mining companies listed in Indonesian Stock Exchange. This research is classified as causal research with 15 mining companies listed in Indonesia Stocks Exchange till third Quarter 2009. The sample selection using purposive sampling method. This research utilizes external data, those are taken
from the website
which have already collected are processed with classic assumption test before hypothesis test. The statistic method that’s used in multiple regresioan analyze.
The result of this research show that partially cash turnover and inventory turnover significantly influence toward rate of return for the owners. Partially accounts receivable turnover, current liabilities turnover, and net working capital turnover has no influence toward rate of return for the owners. Simultaneously cash and equivalents cash turnover, accounts receivable turnover, inventory turnover, and current liabilities turnover, significantly and positively influence toward rate of return for the owners. Adjusted R Square that shows value 0,234 indicates that 23,4% turning in rate of return for the owners can be determined by the independent variable in this research, meanwhile, the remainder 76,6% detemined by other factors which not include in this research.
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang Masalah
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Modal Kerja Bersih
a. Pengertian Modal Kerja
b. Konsep Modal Kerja Bersih
c. Manajemen Modal Kerja Bersih
2. Rentabilitas Usaha
a. Pengertian Rentabilitas
b. Rentabilitas Usaha
c. Rentabilitas Ekonomis
3. Pengaruh Modal Kerja Bersih terhadap
Rentabilitas Usaha
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
B. Populasi dan Sampel Penelitian
C. Teknik Pengambilan Sampel
D. Jenis Data
E. Identifikasi dan Pengukuran Variabel Penelitian
F. Definisi Operasional Variabel
G. Metode Analisis Data
1. Uji Asumsi Klasik
2. Uji Statistik
3. Uji Hipotesis
H. Jadwal penelitian
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data secara Statistik
1. Pengujian Asumsi Klasik
2. Pengujian Statistik
3. Pengujian Hipotesis
C. Pembahasan Hasil Analisis
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Keterbatasan Penelitian
C. Saran
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
39
49
53
57
60
61
62
63
65
DAFTAR TABEL
Statistik Deskriptif (1) sebelum replace missing value X5 ...
Replace Missing Value X5
Statistik Deskriptif (2) setelah replace missing value X5 ...
Uji Normalitas (3) One Sample Kolmogrov-Smirnov sebelum transformasi data ...
Uji Normalitas (6) One Sample Kolmogrov-Smirnov setelah transformasi data ...
Hasil Uji Multikolinearitas ...
Hasil Uji Autokorelasi ...
Hasil Analisis Koefisien Korelasi ...
Hasil Analisis Adjusted R Square ...
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ...
Hasil Uji t-test ...
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar II. 1
Gambar IV. 1
Gambar IV. 2
Gambar IV. 3
Gambar IV. 4
Gambar IV. 5
Kerangka Konseptual Penelitian. ...
Uji Normalitas (1) Histogram sebelum transformasi data. ...
Uji Normalitas (1) Grafik Normal P-Plot sebelum
transformasi data ...
Uji Normalitas (4) Histogram setelah transformasi data ...
Uji Normalitas (4) Grafik Normal P-Plot setelah
transformasi data ...
Grafik Scatterplot Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 23
40
41
43
43
DAFTAR LAMPIRAN
Tabulasi Data Penelitian Tahun 2005 sebelum Transformasi ...
Tabulasi Data Penelitian Tahun 2006 sebelum Transformasi ...
Tabulasi Data Penelitian Tahun 2007 sebelum Transformasi ...
Tabulasi Data Penelitian Tahun 2008 sebelum Transformasi ...
Tabulasi Replace Missing Value pada Data X5 ...
Tabulasi Data Penelitian Tahun 2005 setelah Transformasi ...
Tabulasi Data Penelitian Tahun 2006 setelah Transformasi ...
Tabulasi Data Penelitian Tahun 2007 setelah Transformasi ...
Tabulasi Data Penelitian Tahun 2008 setelah Transformasi ...
Descriptive Statistic sebelum Replace Missing Value...
Descriptive Statistic setelah Replace Missing Value ...
Uji Normalitas (6) One Sample Kolmogrov-Smirnov sebelum transformasi data ...
Uji Normalitas (6) One Sample Kolmogrov-Smirnov setelah transformasi data ...
Histogram sebelum transformasi data. ...
Histogram setelah transformasi data. ...
Grafik Normal P-Plot sebelum transformasi data ...
Grafik Normal P-Plot setelah transformasi data ...
Hasil Uji Multikolinearitas
Lampiran ix
Lampiran x
Lampiran xi
Lampiran xii
Lampiran xiii
Hasil Uji Autokorelasi ...
Scatterplot Hasil Uji Heteroskedastisitas ...
Hasil Uji t-test ...
Hasil Uji F (ANOVA) ...
Tabel Durbin-Watson Signifikansi 5% ...
Tabel t Signifikansi 5%...
Tabel F dengan signifikansi 5%... 77
77
78
78
79
80
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perputaran kas, perputaran piutang usaha, perputaran persediaan, perputaran kewajiban lancar, dan perputaran modal kerja bersih baik secara parsial maupun simultan berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas usaha pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dengan jumlah sampel sebanyak 15 perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia hingga kuartal ketiga tahun 2009. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Data yang digunakan adalah data eksternal, yaitu laporan keuangan neraca dan laba rugi yang diperoleh dari situs
dilakukan terlebih dahulu adalah uji asumsi klasik dan selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, perputaran kas dan perputaran persediaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat rentabilitas usaha. Sedangkan perputaran piutang usaha, perputaran kewajiban lancar, dan perputaran modal kerja bersih secara parsial tidak berpengaruh terhadap tingkat rentabilitas usaha. Secara simultan, perputaran kas, perputaran piutang usaha, perputaran persediaan, perputaran kewajiban lancar, dan perputaran modal kerja bersih signifikan terhadap tingkat rentabilitas usaha pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Nilai Adjusted R Square adalah 0,234 mengindikasikan bahwa 23,4% perubahan dalam tingkat rentabilitas usaha dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini. Sedangkan sisanya 76,6 % dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi
ABSTRACT
The purpose of this research is to know the influence of cash turnover, accounts receivable turnover, inventory turnover, current liabilities turnover, and net working capital turnover, either partially or simultaneously toward rate of return for the owners at mining companies listed in Indonesian Stock Exchange. This research is classified as causal research with 15 mining companies listed in Indonesia Stocks Exchange till third Quarter 2009. The sample selection using purposive sampling method. This research utilizes external data, those are taken
from the website
which have already collected are processed with classic assumption test before hypothesis test. The statistic method that’s used in multiple regresioan analyze.
The result of this research show that partially cash turnover and inventory turnover significantly influence toward rate of return for the owners. Partially accounts receivable turnover, current liabilities turnover, and net working capital turnover has no influence toward rate of return for the owners. Simultaneously cash and equivalents cash turnover, accounts receivable turnover, inventory turnover, and current liabilities turnover, significantly and positively influence toward rate of return for the owners. Adjusted R Square that shows value 0,234 indicates that 23,4% turning in rate of return for the owners can be determined by the independent variable in this research, meanwhile, the remainder 76,6% detemined by other factors which not include in this research.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perekonomian Indonesia yang mulai bangkit pasca krisis ekonomi global
2008, memberikan peluang sekaligus ancaman bagi perusahaan untuk dapat
memenangkan persaingan usaha. Selain itu, era gobalisasi juga memberikan
tantangan berat bagi perusahaan dan para investor untuk dapat membuat
keputusan yang tepat atas dana yang dimiliki.
Laba sebagai hasil kinerja perusahaan tentunya menjadi pertimbangan yang
penting dalam membuat berbagai keputusan bisnis. Namun demikian, laba yang
tinggi tidak selalu dapat dijadikan ukuran bahwa perusahaan telah bekerja dengan
efektif dan efisien. Efektivitas dan efisiensi kinerja perusahaan dapat lebih tepat
diproyeksikan dalam hasil perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal
yang digunakan perusahaan untuk memperoleh laba tersebut. Dengan kata lain,
tingkat rentabilitas perusahaan merupakan ukuran yang lebih baik dalam menilai
kinerja perusahaan sehingga dapat menjadi pertimbangan yang lebih relevan
dalam mengambil keputusan bisnis.
Rentabilitas menurut Riyanto (1997 : 35) merupakan "perbandingan antara
laba dengan aktiva atau modal yang mengahasilkan laba tersebut". Untuk menilai
efisiensi penggunaan modal atau aktiva, rentabilitas umumnya dapat diukur
dengan dua cara yaitu rentabilitas ekonomis dan rentabilitas usaha atau
Rentabilitas ekonomis dinilai melalui perbandingan laba operasi dengan
keseluruhan modal yang dimiliki perusahaan yaitu modal sendiri dan modal asing.
Sedangkan, rentabilitas usaha dinilai melalui perbandingan laba setelah pajak
dengan ekuitas perusahaan. Rentabilitas usaha mengukur sejauh mana perusahaan
dapat mengahasilkan laba dengan hanya mengandalkan modal sendiri tanpa
bergantung pada modal asing.
Tingkat rentabilitas yang tinggi dapat dicapai perusahaan melalui
pengendalian yang baik atas sumberdaya perusahaan. Sebagian besar sumberdaya
tersebut tertanam dalam modal kerja atau aktiva lancar perusahaan. Menurut
Weston dan Copeland (1999 : 327) “modal kerja merupakan investasi perusahaan
dalam bentuk uang tunai, surat berharga, piutang dan persediaan, dikurangi
kewajiban lancar yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar”.
Terdapat dua konsep utama yang umumnya membedakan pengertian modal
kerja. Modal kerja dapat diartikan sebagai modal kerja kotor (gross working
capital) dan modal kerja bersih (net working capital). Ketika akuntan
menggunakan istilah modal kerja, secara umum akuntan merujuk pada konsep
modal kerja bersih yang merupakan selisih lebih antara aktiva lancar dengan
hutang lancar. Di lain pihak, para analis keuangan merujuk pada jumlah aktiva
lancar atau konsep modal kerja kotor ketika berbicara modal kerja.
Adanya modal kerja besih yang memadai, memungkinkan sebuah perusahaan
untuk menjalankan aktivitasnya. Modal kerja bersih yang berlebihan akan
menyebabkan terjadinya dana yang tidak produktif dan akan merugikan
operasional. Sebaliknya, kekurangan modal kerja akan menyebabkan
terhambatnya operasional perusahaan sehingga laba yang diharapkan akan sulit
tercapai. Dengan demikian, terdapat hubungan yang positif antara modal kerja
bersih dengan tingkat rentabilitas usaha perusahaan.
Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari penelitian sebelumnya.
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Wijayanti (2007), yang meneliti pengaruh
modal kerja dan perputaran modal kerja terhadap return on equity (ROE) pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Data yang digunakan
merupakan data laporan laba rugi dan neraca tahun 2002 – 2004. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara parsial variabel modal kerja berpengaruh signifikan
terhadap Return On Equityt (ROE), sedangkan variabel perputaran modal kerja
tidak berpengaruh terhadap Return On Equity (ROE). Secara simultan modal kerja
dan perputaran modal kerja berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity
(ROE) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ.
Dalam penelitian ini, perusahaan yang menjadi objek penelitian adalah
perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan sumber
data berupa laporan keuangan tahun 2004 hingga 2008. Variabel independen yang
akan digunakan adalah rasio yang dapat mengukur kinerja setiap komponen dari
modal kerja bersih yang meliputi perputaran kas, perputaran piutang usaha,
perputaran persedian, perputaran kewajiban lancar, dan perputaran modal kerja
bersih. Sedangkan, rentabilitas usaha sebagai variabel dependen akan diukur
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena rentabilitas usaha sebagaimana
hasil Survei Pricewaterhouse Coopers (PwC) dalam Majalah Tambang Online bahwa laba perusahaan tambang yang go public (Tbk) tahun 2008 anjlok 33% dibanding 2007. Perubahan drastis ini paling terasa untuk perusahaan pertambangan mineral yang mengalami kemerosotan harga secara merata khususnya nikel dan tembaga. Sejak pertengahan 2008 harga komoditas mulai melemah dan jatuh secara dramatis di kuartal ketiga 2008 ketika krisis perekonomian dunia menjadi jelas.
Kapitalisasi pasar perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia meningkat lebih dari 300% dari 2006 ke 2007. Menjelang akhir November 2008, kapitalisasi pasar terkikis hingga 74% sehingga perolehan pendapatan dan laba perusahaan-perusahaan tersebut ikut tergerus. Saat ini industri pertambangan menghadapi tantangan untuk pengurangan biaya operasional secara besar-besaran yang terjadi selama periode ini agar dapat mengurangi dampak krisis ekonomi.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti termotivasi untuk melakukan
penelitian dengan topik pembahasan, “ Pengaruh Modal kerja Bersih terhadap
Tingkat Rentabilitas Usaha pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka
peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : Apakah perputaran kas, perputaran
modal kerja bersih berpengaruh signifikan baik secara parsial ataupun simultan
terhadap tingkat rentabilitas usaha pada perusahaan pertambangan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah perputaran kas,
perputaran piutang usaha, perputaran persedian, perputaran kewajiban lancar, dan
perputaran modal kerja bersih berpengaruh signifikan baik secara parsial ataupun
simultan terhadap tingkat rentabilitas usaha pada perusahaan pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak
berikut, yaitu :
1. bagi peneliti, sebagai bahan masukan apabila ditanya pendapatnya mengenai
pengaruh modal kerja bersih terhadap tingkat rentabilitas usaha pada
perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,
2. bagi investor, sebagai bahan masukan dalam menilai kredibilitas suatu
perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan dapat
digunakan sebagai bahan masukan untuk membuat keputusan dan kebijakan
investasi khususnya penyertaan modal dalam saham biasa,
3. bagi perusahaan, sebagai bahan masukan dalam menilai kredibilitas
digunakan sebagai bahan masukan untuk membuat keputusan dalam
memaksimalkan nilai pemegang saham,
4. bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan masukan untuk menyempurnakan
penelitian selanjutnya yang sejenis,
5. bagi pihak lain, sebagai bahan referensi dan sumber informasi sehingga dapat
memperluas dan memperkaya pengetahuan di bidang keuangan khususnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Modal kerja Bersih a. Pengertian Modal kerja
Modal kerja secara tradisional diartikan sebagai dana yang tersedia untuk
membiayai kegiatan operasional sehari-hari perusahaan, seperti membeli bahan
baku, membayar upah langsung, membayar gaji pegawai, membayar hutang, dan
lain-lain. Terdapat dua konsep utama yang umumnya membedakan pengertian
modal kerja. Modal kerja dapat diartikan sebagai modal kerja kotor (gross
working capital) dan modal kerja bersih (net working capital).
Menurut Brigham dan Joel (2001 : 150), “modal kerja adalah investasi
perusahaan pada aktiva jangka pendek yaitu, kas, sekuritas yang mudah
dipasarkan, persediaan, dan piutang usaha”. Pengertian modal kerja ini lebih
dikenal dengan konsep modal kerja kotor (gross working capital).
Weston dan Copeland (1999 : 327) memberikan pengertian modal kerja
sebagai “modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk uang tunai,
surat berharga, piutang dan persediaan, dikurangi kewajiban lancar yang
digunakan untuk membiayai aktiva lancar”. Pengertian modal kerja ini dikenal
dengan konsep modal kerja bersih (net working capital). Konsep modal kerja
bersih (net working capital) umumnya digunakan oleh para akuntan ketika
Menurut Riyanto (1997 : 57), terdapat tiga konsep pengertian modal kerja, yaitu :
1) Konsep Kuantitatif
Modal kerja menurut konsep kuantatif menggambarkan keseluruhan atau jumlah dari aktiva lancar seperti kas, surat-surat berharga, piutang persediaan atau keseluruhan dari pada jumlah aktiva lancar dimana aktiva lancar ini sekali berputar dan dapat kembali ke bentuk semula atau dana tersebut dapat bebas lagi dalam waktu yang relatif pendek atau singkat. Konsep ini biasanya disebut modal kerja bruto (gross working capital).
Berdasarkan konsep tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa konsep tersebut hanya menunjukkan jumlah dari modal kerja yang digunakan untuk menjalankan kegiatan operasi perusahaan sehari-hari yang sifatnya rutin, dengan tidak mempersoalkan dari mana diperoleh modal kerja tersebut, apakah dari pemilik hutang jangka panjang ataupun hutang jangka pendek. Modal kerja yang besar belum tentu menggambarkan batas keamanan atau margin of safety yang baik atau tingkat keamanan para kreditur jangka pendek yang tinggi. Jumlah modal kerja yang besar belum tentu menggambarkan likuiditas perusahaan yang baik sekaligus belum tentu menggambarkan jaminan kelangsungan operasi perusahaan pada periode berikutnya.
2) Konsep Kualitatif
Menurut konsep kualitatif modal kerja merupakan selisih lebih antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Konsep ini merupakan sebahagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahan tanpa menunggu likuiditasnya. Konsep ini biasa disebut dengan modal kerja netto (net operating working capital).
Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar dari pada hutang lancar dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan operasi di masa mendatang dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan jangka pendek dengan jaminan aktiva lancar.
3) Konsep Fungsional
b. Konsep Modal Kerja Bersih
Modal kerja bersih merupakan konsep kualitatif dari istilah modal kerja
perusahaan. Modal kerja bersih (net working capital) adalah sebagian dari aktiva
lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan
tanpa mengganggu likuiditasnya. Konsep modal kerja bersih (net working capital)
memberikan defenisi yang lebih dekat dengan modal kerja yang sesungguhnya
dikelola perusahaan.
Modal kerja bersih menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka
pendek serta menjamin kelangsungan operasi di masa mendatang dan kemampuan
perusahaan untuk memperoleh tambahan jangka pendek dengan jaminan aktiva
lancar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dengan melakukan manajemen
modal kerja bersih yang baik maka likuiditas perusahaan akan terpenuhi sehingga
rentabilitas perusahaan akan lebih mudah ditingkatkan.
Modal kerja bersih menurut Horne dan Wachowicz (1997 : 214) adalah
“aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar”. Oleh karena itu, Komponen modal
kerja bersih dapat meliputi aset lancar (kas, surat berharga, piutang, dan
persediaan) dan kewajiban lancar. Dengan demikian, manajemen modal kerja
bersih meliputi pengelolaan masing-masing pos atau komponen current account
perusahaan yang meliputi kas dan setara kas, piutang, persediaan, dan hutang
lancar.
1. Kas dan setara kas
Kas dan setara kas merupakan komponen modal kerja bersih yang paling
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya pada
saat jatuh tempo. Kas merupakan aktiva lancar perusahaan yang sifatnya paling
likuid dan dimanfatkan untuk menjamin kewajiban, membiayai kegiatan
operasional, ataupun keadaan-keadaan darurat dalam perusahaan. Sedangkan,
investasi setara kas (marketable securities) menurut Syamsuddin (2007 : 233)
merupakan “investasi jangka pendek yang dilakukan oleh perusahaan untuk
memperoleh penghasilan atas dana-dana yang untuk sementara belum digunakan
(idle cash)”.
2. Piutang usaha
Piutang usaha timbul akibat penjualan secara kredit yang dilakukan
perusahaan kepada para pelanggannya. Penjualan kredit tidak segera
menghasilkan penerimaan kas, namun menimbulkan piutang terlebih dahulu yang
kemudian pada tanggal jatuh temponya baru akan dapat direalisasi menjadi kas.
3. Persediaan
Persediaan dalam perusahaan industri dapat berupa persediaan bahan baku,
persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi. Persedian barang jadi
merupakan nilai persediaan yang sangat dekat hubungannya dengan laba yang
diperoleh perusahaan karena terkait dengan penjualan perusahaan. Penjualan
persediaan secara kredit yang dilakukan perusahaan dapat diakui sebagai
penerimaan perusahaan, namun tidak langsung menghasilkan kas. Persedian yang
dijual secara kredit akan mengalami perputaran yaitu menimbulkan piutang dan
4. Hutang lancar
Hutang lancar merupakan salah satu faktor penting dalam kelanjutan hidup
suatu perusahaan karena mampu mendorong pencapaian tujuan jangka pendek
perusahaan. Hutang lancar yang terdiri dari kewajiban-kewajiban jangka pendek
yang akan jatuh tempo paling lama satu tahun sangatlah dibutuhkan untuk
membiayai aktiva-aktiva lancar seperti kas, piutang, dan persediaan.
c. Manajemen Modal Kerja Bersih
Manajemen modal kerja umumnya disesuaikan dengan kegitan operasional
perusahaan. Perusahaan memiliki tipe modal kerja yang berbeda sesuai dengan
jenis bidang usaha maupun levelnya masing-masing. Menurut Riyanto (1997 : 61)
jenis-jenis modal kerja yang diterapkan perusahaan antara lain :
1) Modal kerja permanen (Permanent Working Capital) yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Permanent Working Capital ini dapat dibedakan dalam :
• modal kerja primer (Primary Working Capital) yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya, • modal kerja normal (Normal Working Capital) yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.
2) Modal kerja variabel (Variabel Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perobahan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan antara :
• modal kerja musiman (Seasonal Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim,
• modal kerja siklis (Cyclical Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur,
• modal kerja darurat (Emergency Working Capital) yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perobahan keadaan ekonomi yang mendadak).
Modal kerja bersih idealnya adalah kelebihan dana aktiva lancar perusahaan
hendaknya tidak menjadi dana mengangur (idle fund) yang menyebabkan
hilangnya kesempatan perusahaan dalam meraih laba. Pengelolaan posisi modal
kerja bersih suatu perusahaan melibatkan berbagai keputusan mengenai investasi
ke dalam aset lancar dan kewajiban lancar yang saling terkait secara serentak
dengan mempertimbangkan tingkat pengembalian dan risiko.
Salah satu pedoman yang dapat digunakan dalam mengestimasi kebutuhan
modal kerja bersih perusahaan adalah dengan prinsip pemagaran risiko (hedging
principle). Menurut Martin, et all. (1994 : 15) ”pada dasarnya, prinsip ini
mengendalikan kesesuaian antara karakteristik penciptaan hasil atas suatu aktiva
dengan karakteristik sumber pembiayaan yang digunakan untuk membeli aktiva
tersebut ”.
Prinsip pemagaran risiko atau disebut juga prinsip pemagaran murni
memerlukan penyesuaian jatuh tempo dari aktiva dan hutang, pembiayaan aktiva
lancar dengan dengan hutang lancar, dan pembiayaan aktiva tetap dengan hutang
jangka panjang atau ekuitas. Jika kebijakan ini diterapkan maka sruktur jatuh
tempo dari hutang akan ditentukan oleh tingkat aktiva tetap lawan aktiva lancar.
Oleh karena hutang lancar lebih efisien dibandingkan dengan hutang jangka
panjang terkait biaya bunga maka laba yang diharapkan dapat lebih tinggi jika
perusahaan menggunakan lebih banyak hutang lancar.
Kebijakan mengenai modal kerja bersih pada praktiknya tidak selalu
mengikuti prinsip pemagaran. Pada umumnya, beberapa perusahaan melakukan
modifikasi terhadap prinsip pemagaran (hedging principle) tersebut yaitu dengan
bersih. Pada kebijakan modal kerja yang konservatif, perusahaan menjalankan
langkah yang lebih hati-hati karena di sepanjang periode perusahaan sengaja
memperbesar nilai aktiva lancar dibandingkan nilai hutang lancar. Kebijakan ini
umumnya digunakan sebagai cadangan dalam menjamin ketersediaan dana dan
menjaga likuiditas perusahaan jika terjadi gejolak ekonomi seperti inflasi yang
tinggi.
Perusahaan yang menerapkan strategi konservatif akan memiliki kelebihan
likuiditas dan dana cadangan dibandingkan prinsip pemagaran murni. Namun, hal
ini dapat mengakibatkan hilangnya kesempatan perusahaam dalam mencapai laba
yang tinggi karena terlalu banyak dana yang diinvestasikan dalam aktiva lancar
yang pada akhirnya kurang produktif.
Strategi agresif merupakan kebalikan dari strategi konservatif. Menurut Holt
dan Winston (1984 : 261) ”perusahaan yang memilih operasi yang agresif akan
mempertahankan persediaan harta lancar yang relatif kecil, yakni suatu kebijakan
yang mengurangi tingkat investasi yang diperlukan dan menaikkan tingkat laba
investasi yang diharapkan”.
Strategi agresif menghendaki nilai aktiva lancar yang relatif kecil sehingga
perusahaan terpaksa menggunakan pembiayaan jangka pendek atau meningkatkan
hutang lancar untuk tetap beroperasi. Strategi agresif menyebabkan terjadinya
defisit modal kerja bersih atau dengan kata lain perusahaan tidak memiliki nilai
modal kerja bersih.
Risiko kerkurangan uang bagi perusahaan yang menganut strategi agresif
operasional melalui hutang lancar. Namun, di sisi lain perusahaan akan
memperolah profitabilitas yang cendrung meningkat karena melalui pembiayaan
hutang lancar yang berbunga rendah perusahaan akan menghemat biaya bunga
hutangnya.
Dalam kenyataannya, sangat jarang perusahaan menerapkan salah satu dari
prinsip pemagaran murni ataupun prinsip pemagaran yang dimodifikasi dengan
strategi konservatif dan strategi agresif secara penuh dan terus menerus. Pada
umumnya, perusahaan akan menggunakan ketiga strategi manajemen modal kerja
tersebut secara bergantian sesuai dengan arah kebijakan operasional perusahaan.
Namun demikian, prinsip pemagaran telah berfungsi sebagai pedoman perumusan
keputusan yang menyangkut penggunaan aktiva lancar dan hutang lancar sehingga
pemanfaatannya dapat dimaksimalkan dan risikonya dapat dieliminir.
d. Rasio Penilaian Kinerja Modal Kerja Bersih
Kinerja modal kerja bersih dalam menghasilkan laba suatu perusahaan, dapat
diukur dengan berbagai cara. Cara yang paling umum digunakan oleh analis
keuangan umumnya adalah analisis rasio yaitu suatu cara untuk menganalisis
hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan. Hasil dari analisis
rasio dapat dijadikan ukuran kinerja perusahaan di masa lalu dan dapat pula
digunakan sebagai prediksi kinerja perusahaan di masa yang akan datang.
Analisis penggunaan aktiva (asset utilization) dan efisiensinya merupakan
salaha satu analisis rasio yang berhubungan dengan kinerja komponen modal
kerja bersih. Menurut Wild, et all. (2008 : 39) “analisis pemanfaatan aktiva (asset
menghasilkan penjualan, disebut pula perputaran (turnover)“. Rasio-rasio yang
termasuk dalam analisis penggunaan aktiva (asset utilization) dan efisiensinya
antara lain :
1. Perputaran kas (cash turnover)
Perputaran kas menunjukkan bagaimana kas dan setara kas yang
diinvestasikan dalam operasional perusahaan khususnya yang dikaitkan dengan
penjualan dapat kembali dikonversi menjadi kas kembali dalam satu periode.
Analisis perputaran kas menunjukkan seberapa cepat kas dan setara kas yang
diinvestasikan dalam kegiatan operasional dapat dikonversi kembali menjadi kas
melalui hasil penjualan perusahaan. Rasio ini dihitung dengan :
Perputaran kas (cash turnover) = Penjualan
Rata-rata kas dan setara kas
2. Perputaran piutang usaha ( account receivable turnover)
Perputaran piutang usaha mempunyai hubungan yang erat dengan jumlah
penjualan kredit. Rasio perputaran piutang usaha (account receivable turnover)
memberikan pandangan mengenai kualitas piutang perusahaan dan seberapa
berhasil perusahaan dalam menagih piutangnya dalam satu periode. Rasio ini
dihitung dengan :
Perputaran piutang usaha = Penjualan
3. Perputaran persediaan (inventory turnover)
Perputaran persediaan menunjukkan berapa kali persediaan barang berputar
selama satu periode tertentu. Tingkat persediaan ini dihitung dengan membagi
harga pokok penjualan dengan persediaan, atau dengan rumus :
Perputaran persediaan = Harga pokok penjualan
Rata-rata persediaan
Besarnya tingkat perputaran persediaan tergantung pada sifat barang,
letak, dan jenis perusahaan. Tingkat perputaran persediaan yang rendah dapat
disebabkan over investment dalam persediaan. Sebaliknya tingkat perputaran
persediaan yang tinggi menunjukkan dana yang diinvestasikan pada persediaan
efektif menghasilkan laba.
4. Perputaran kewajiban lancar (current liabilities turnover)
Perputaran kewajiban lancar digunakan untuk mengukur berapa kali
kewajiaban lancar dibayar setiap tahunnya dengan tepat waktu. Tingkat
perputaran utang lancar dapat dihitung dengan rumus:
Perputaran hutang lancar = Penjualan
Rata-rata kewajiban lancar
5. Perputaran modal kerja bersih (Net Working capital turnover)
Net Working capital turnover (NWCT) yaitu rasio yang memperlihatkan
adanya keefektifan modal kerja dalam pencapaian penjualan. Perputaran modal
kerja bersih dirumuskan dengan :
Net Working capital turnover = Penjualan
2. Rentabilitas Usaha a. Pengertian Rentabilitas
Pada umumnya, rentabilitas diartikan sebagai suatu perbandingan antara laba
yang diperoleh dalam operasi perusahaan dengan modal atau aktiva yang
digunakan dalam memperoleh laba tersebut. Pengertian tersebut sebagaimana
diungkapkan Riyanto (1997 : 35) bahwa “rentabilitas suatu perusahaan
menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang
menghasilkan laba tersebut”.
Rentabilitas merupakan pencerminan efektivitas dan efisiensi suatu
perusahaan. Menurut Samosir (1992 : 35) “rentabilitas merupakan kemampuan
manajemen perusahaan untuk menghasilkan laba dengan mempergunakan modal
yang diperlukan di dalam mengelola kegiatan usaha secara efektif”. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa rentabilitas merupakan suatu ukuran efisiensi
kinerja di mana setiap perusahaan dalam operasinya selalu berusaha
meningkatkan labanya agar tingkat rentabilitas usahanya sesuai dengan standar.
Rentabilitas perusahaan dapat dihitung dengan beberapa cara, namun bila
dihubungkan dengan kinerja modal kerja bersih perusahaan, rentabilitas dapat
dihitung dengan pendekatan rentabilitas ekonomis dan rentabilitas usaha atau
rentabilitas modal sendiri. Rentabilitas ekonomis dihitung dengan
membandingkan laba operasi dengan seluruh modal yang digunakan (modal
sendiri dan modal asing) yang disebut dengan rentabilitas ekonomis, sedangkan
yang tersedia untuk pemilik perusahaan dengan jumlah modal sendiri yang
dimasukkan oleh pemilik perusahaan.
b. Rentabiltas Usaha
Rentabilitas usaha atau rentabilitas modal sendiri, menurut Riyanto (1997 :
44) merupakan “perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik
modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba
tersebut di lain pihak”. Pengukuran rentabilitas usaha mengacu pada perhitungan
return on equity (ROE). Rentabilitas usaha (return on Equity) menunjukkan
perbandingan antara laba bersih sesudah pajak (net profit after taxes) yang
tersedia bagi pemegang saham dengan jumlah modal pada perusahaaan.
Return on equity (ROE) diperlakukan sedemikian penting karena merupakan
ukuran efisiensi yang dicapai perusahaan dalam menggunakan modal para
pemiliknya. Untuk mengetahui bagaimana perusahaan dapat meningkatkan return
on equity (ROE), dapat digunakan perhitungan dengan merumuskan kembali rasio
tersebut dari tiga komponen utamanya. Hal ini merupakan pengembangan dari
metode Du Pont yang dimodifikasi:
ROE =
Modal (Equity) Laba bersih (Earning)
= Laba bersih (Earning) x Penjualan (sales) x
Penjualan (sales) Aktiva (assets) Modal (Equity) Aktiva (assets)
Dengan kata lain :
Laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas modal sendiri adalah
laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak perseroan atau
income tax, sedangkan modal yang diperhitungkan hanyalah modal sendiri
(ekuitas perusahaan) yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan
perusahaan.
c. Rentabilitas Ekonomis
Rentabilitas ekonomis adalah salah satu alternatif dalam menilai tingkat
rentabilitas perusahaan. Rentabilitas ekonomis menurut Riyanto (1997 : 36)
diartikan sebagai ”perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan
modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut yang
dinyatakan dalam persentase”. Oleh karena, pengertian rentabilitas sering
digunakan untuk mengukur efisiensi suatu perusahaan maka rentabilitas ekonomis
dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modalnya
yang ada untuk menghasilkan laba.
Menurut Riyanto (1997 : 37), bahwa tinggi rendahnya rentabilitas ekonomis
ditentukan oleh dua faktor yaitu:
1. Profit margin yaitu perbandingan antara net operating income dengan net sales,
dimana perbandingan dinyatakan dengan persentase.
2. Turnover of operating assets (tingkat perputaran aktiva usaha) yaitu kecepatan
perputarannya operating assets dalam suatu periode tertentu. Turnover tersebut
dapat ditentukan dengan membagi antara net sales dengan operating assets.
Dengan dasar kedua faktor di atas maka secara matematis dapat diketahui
of operating assets. Apabila ingin memperbesar rentabilitas ekonomis dengan
memperbesar profit margin, ini berarti hubungan dengan usaha untuk
mempertinggi efisiensi di bidang produksi, penjualan dan pembenahan
administrasi. Sedangkan untuk memperbesar rentabilitas ekonomis dengan
memperbesar turnover of operating assets, dan berhubungan dengan
kebijaksanaan investasi dana dalam berbagai aktiva, baik aktiva lancar maupun
aktiva tetap.
3. Pengaruh Modal Kerja Bersih terhadap Rentabilitas Usaha
Adanya modal kerja besih yang memadai, memungkinkan sebuah perusahaan
untuk menjalankan aktivitasnya dengan maksimum. Modal kerja bersih
perusahaan harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan dimana hendaknya
dapat mendorong profitabilitas serta menjamin likuiditas perusahaan. Hubungan
antara modal kerja bersih dengan tingkat rentabilitas usaha (diukur dengan ROE)
perusahaan dapat pula dilihat dalam persamaan Du Pont berikut :
ROE =
Modal (Equity) Laba bersih (Earning)
= Laba bersih (Earning) x Penjualan (sales) x
Penjualan (sales) Aktiva (assets) Modal (Equity) Aktiva (assets)
Dengan kata lain :
ROE = Margin keuntungan x Perputaran aktiva x Leverage Keuangan
Dari persamaan diatas terlihat bahwa perputaran aktiva dan leverage keuangan
memberikan hubungan positif yang artinya jika perputaran aktiva keuangan
tinggi maka rentabilitas usaha (return on equity) perusahaan juga akan tinggi.
Menurut Riyanto dan Munawir (1988 : 71) :
Tingkat rentabilitas yang menurun dihubungkan dengan modal kerja, maka akan menunjukkan suatu kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut: - Adanya over investment dalam aktiva yang digunakan untuk operasi
dalam hubungannya dengan volume penjualan yang diperoleh dengan aktiva tersebut.
- Merupakan cermin rendahnya volume penjualan dibandingkan dengan ongkos-ongkos yang diperlukan.
- Adanya efisiensi baik dalam produksi, pembelian maupun pemasaran. - Adanya kegiatan ekonomi yang menurun.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
1. Penelitian Ika Yuli Wijayanti (2007)
Judul penelitian yang dilakukan Ika Yuli Wijayanti adalah pengaruh modal
kerja dan perputaran modal kerja terhadap return on equity (ROE) pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Data yang digunakan
merupakan data keuangan tahun 2002 – 2004. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa secara parsial variabel modal kerja berpengaruh signifikan terhadap Return
On Equityt (ROE), sedangkan variabel perputaran modal kerja tidak berpengaruh
terhadap Return On Equity (ROE). Secara simultan modal kerja dan perputaran
modal kerja berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE).
2. Penelitian Marselina Sinaga (2008)
Judul penelitian yang dilakukan Marselina Sinaga adalah pengaruh perputaran
modal kerja dan perputaran aktiva operasi terhadap tingkat rentabilitas pada
industri otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Data
menunjukkan bahwa secara parsial, perputaran modal kerja tidak berpengaruh
terhadap rentabilitas. Perputaran aktiva operasi secara parsial berpengaruh
signifikan. Secara simultan, perputaran modal kerja dan perputaran aktiva operasi
berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas.
3. Penelitian Edward Hartawan (2009)
Judul penelitian yang dilakukan oleh Edward Hartawan adalah modal kerja
terhadap rentabilitas ekonomis pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan merupakan data laporan laba rugi dan
neraca tahun 2005 – 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial
variabel Net Operating Working Capital (NOWC) berpengaruh positif terhadap
Return On Asset (ROA), dan secara parsial variabel Current Asset (CA) tidak
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan sintesis dari tinjauan teori dan tinjauan
penelitian terdahulu serta alasan-alasan logis. Adapun kerangka konseptual dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Sumber : Disusun Peneliti, 2009
Gambar II. 1
Kerangka Konseptual Penelitian
Berdasarkan gambar II. 1 Kerangka Konseptual, dapat ditarik sebuah konsep
bagaimana modal kerja bersih dapat mempengaruhi tingkat rentabilitas usaha.
Pada hakikatnya, tingkat rentabilitas usaha sangat ditentukan oleh hasil penjualan
perusahaan dalam satu periode. Penjualan yang dikaitkan dengan modal kerja
bersih perusahaan dapat diproyeksikan dalam rasio perputaran dari komponen
modal kerja bersih. Rasio-rasio tersebut antara lain perputaran kas, perputaran
piutang usaha, perputaran persediaan, perputaran kewajiban lancar, dan
perputaran modal kerja bersih. Perputaran kas (x1)
Perputaran piutang usaha(x2)
Perputaran persediaan (x3)
Rentabilitas usaha
ROE (Y) Perputaran kewajiban lancar (x4)
Perputaran kas, perputaran piutang usaha, perputaran persediaan, perputaran
kewajiban lancar, dan rasio lancar secara parsial mengindikasikan kemampuan
perusahaan memanfatkan masing-masing komponen modal kerja bersih (kas,
piutang usaha, persediaan, dan hutang lancar) dalam meningkatkan penjualan
yang lebih lanjut akan meningkatkan rentabilitas usaha. Dengan demikian,
perputaran komponen modal kerja bersih secara parsial memiliki hubungan positif
terhadap rentabilitas usaha. Artinya jika perputaran dari setiap komponen modal
kerja bersih tinggi maka tingkat rentabilitas usaha juga akan tinggi.
Manajemen yang baik terhadap seluruh komponen modal kerja bersih dapat
menciptakan efisiensi dan efektivitas operasonal perusahaan yang kemudian
secara keseluruhan dapat meningkatkan laba perusahaan. Dengan demikian.
perputaran komponen modal kerja bersih perusahaan secara simultan
(keseluruhan) juga memiliki hubungan yang positif bila dikaitkan dengan
rentabilitas usaha.
2. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu : perputaran kas, perputaran
piutang usaha, perputaran persedian, perputaran kewajiban lancar, dan perputaran
modal kerja bersih berpengaruh signifikan baik secara parsial ataupun simultan
terhadap tingkat rentabilitas usaha pada perusahaan pertambangan yang terdaftar
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain kausal. Menurut Kuncoro (2003 : 10)
”studi kausalitas berbeda dengan korelasi, selain mengukur kekuatan hubungan
antara dua variabel atau lebih, studi kausalitas juga menunjukkan arah hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat“. Tujuan utama dari penelitian ini
adalah untuk mengidentifikasi hubungan sebab akibat antara dua variabel.
Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh perputaran kas, perputaran
piutang usaha, perputaran persediaan, perputaran kewajiban lancar, dan
perputaran modal kerja bersih sebagai variabel independen terhadap tingkat
rentabilitas usaha sebagai variabel dependen.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan sektor pertambangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebanyak 23 perusahaan. Sampel
dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu pemilihan sampel
atas dasar kesesuaian antara karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan
tertentu dan diperoleh 15 perusahaan.
C. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan metode purposive sampling,
yaitu pemilihan sampel atas dasar kesesuaian antara karakteristik sampel dengan
Kriteria-kriteria pemilihan sampel tersebut terdiri dari:
1. perusahaan pertambangan terdaftar di Bursa Efek Indonesia hingga kuartal
ketiga 2009,
2. laporan keuangan perusahaan dari tahun 2004 hingga 2008 tersedia,
3. data rasio keuangan selama periode penelitian tersedia.
4. perusahaan memperoleh laba (earning) dari tahun 2005 hingga 2008.
D. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan
merupakan data sekunder, yaitu data atau informasi yang telah diolah yang
diperoleh dari laporan keuangan perusahaan pertambangan tahun 2004-2008. Data
yang digunakan diperoleh dari situs internet penyedia data laporan keuangan yaitu
E. Identifikasi dan Pengukuran Variabel Penelitian
Sesuai dengan hipotesis penelitian yang diungkapkan, maka terdapat dua
variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Variabel bebas (X) atau independent variabel
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel tidak bebas.
Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah modal kerja bersih dengan
indikatornya adalah perputaran kas, perputaran piutang usaha, perputaran
2. Variabel terikat (Y) atau dependent variabel
Variabel tidak bebas atau variabel terikat adalah varabel yang dipengaruhi
oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel tidak bebasnya adalah
rentabilitas usaha.
Tabel III. 1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Indikator Skala
Pengukuran
ROE = laba bersih (earning)
dibagikan dengan ekuitas
(equity)
Rasio
Sumber : Disusun Peneliti, 2009
F. Definisi Operasional Variabel
Modal kerja bersih adalah jumlah keseluruhan dari aktiva lancar yang
dipergunakan untuk membiayai operasi sehari-hari dan menutupi
kewajiban-kewajiban yang harus segera dipenuhi oleh perusahaan atau selisih lebih antara
aktiva lancar dengan hutang lancar.
Rentabilitas usaha atau rentabilitas modal sendiri, menurut Riyanto (1997 :
44) adalah “perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal
sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba
tersebut di lain pihak”. Rentabilitas usaha diukur dengan:
Return On Equity (ROE) =
Modal (Equity)
Laba bersih (Earning)
G. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, metode analisis data yang dilakukan dengan analisis
statistik dan menggunakan software SPSS 16.00. Dalam penggunaan model
analisis regresi dalam pengujian hipotesis, terlebih dahulu diuji apakah model
tersebut memenuhi asusmsi klasik atau tidak.
1. Uji Asumsi Klasik
Penggunaan analisis regresi dalam statistik harus bebas dari asumsi-asumsi
klasik seperti normalitas data, multikolinearitas, autokorelasi, dan
heteroskedastisitas.
a. Uji normalitas data
Tujuan uji normalitas menurut Erlina (2008 : 102) adalah untuk
“mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual
memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal
atau mendekati normal.
1. Analisis grafik
Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran
residualnya. Dasar pengambilan kesimpulan Sebagaimana dikemukakan Ghozali
(2005 : 112) :
• Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
• Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
2. Analisis Statistik
Untuk menentukan uji ini, didasarkan pada Kolmogorov_smirnov Godness
of Fit Test terhadap model yang diuji. Pedoman untuk pengambilan keputusannya
didasarkan sebagaiamana diungkapkan Ghozali (2005 : 114) ”Apabila nilai
signikansi atau nilai probabilitas > 0,05, maka distribusi data normal. Apabila
nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, maka distribusi data tidak normal”.
b. Uji Multikolinearitas
Menurut Erlina (2009 : 105) “multikolinearitas adalah situasi adanya
korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya“.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen. Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model
regresi menurut Ghozali (2005 : 91) dapat dilihat dari:
1. nilai tolerence dan lawannya, 2. Variance Inflatin Factor (VIF).
c. Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada
korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada
periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah yang bebas dari
autokorelasi.
Pada penelitian ini, uji autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin Watson,
karena uji ini yang umum digunakan. Uji ini hanya dilakukan untuk autokorelasi
tingkat pertama dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model
regresi. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi menurut Ghozali (2005
: 94) adalah sebagai berikut :
i. Bila nilai Durbin-Watson (DW) terletak antara batas atas atau Upper
Bound (DU) dan 4 – DU, maka koefisien autokorelasi sama dengan
nol, berarti tidak ada autokorelasi.
ii. Bila nilai Durbin-Watson (DW) lebih rendah daripada batas bawah
atau Lower Bound (DL) maka koefisien autokorelasi lebih besar
daripada nol, berarti ada autokorelasi positif.
iii. Bila nilai Durbin-Watson (DW) lebih besar daripada (4 – DL), maka
koefisien autokorelasi lebih kecil dari nol, berarti ada autokorelasi
negatif.
iv. Bila nilai Durbin-Watson (DW) terletak antara batas atas (DU) dan
batas bawah (DL) atau DW terletak antara (4 – DU) dan (4 – DL),
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variabel dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut dengan heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjasi
heteroskedastisitas.
Untuk melihat ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan
melihat grafik Scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen dengan
residualnya. Dasar analisis menurut Ghozali (2005 : 105) :
• Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
• Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
2. Uji Statistik
a. Analisis Koefisien Korelasi (R)
Koefisien korelasi (R) menunjukkan tingkat keeratan suatu variabel, derajat
atau kekuatan korelasi antara variabel-variabel digunakan analisis korelasi.
Besarnya koefisien korelasi -1 < r < 1 di mana apabila r = 1 atau mendekati 1
berarti terdapat hubungan yang sangat kuat antara variabel X dan Y serta
mempunyai hubungan yang searah. Apabila r = 0 (nol) atau mendekati nol, berarti
hubungan antara variabel X dan Y sangat lemah atau tidak mempunyai hubungan
Untuk mengintepretasikan keeratan hubungan antar variabel, hasil r
dapat dinilai dalam range sebagai berikut:
1. > 0.00 - < 0.20 Hubungan yang sangat kecil dan bisa diabaikan,
bahkan dianggap tidak ada korelasi
2. ≥ 0.20 - ≤ 0.40 Hubungan yang kecil/tidak erat
3. ≥ 0.40 - ≤ 0.70 Hubungan yang moderat/sedang
4. ≥ 0.70 - ≤ 0.90 Hubungan yang erat
5. ≥ 0.90 - ≤ 1.00 Hubungan yang sangat erat
b. Analisis Koefisien Determinasi yang Disesuaikan (Adjusted R Squared)
Koefisien determinasi disesuaikan (adjusted R squared) menunjukkan
seberapa besar pengaruh variabel yang satu terhadap variabel lainnya, digunakan
analisis koefisien determinasi. Koefisien determinasi diperoleh dari koefisien
regresi dipangkatkan dua (r2) yang telah disesuiakan dan nilainya dinyatakan
dalam persen (%).
c. Analisis Regresi Linier Berganda
Uji yang digunakan yaitu:
1. Untuk menguji besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen, penelitian ini menggunakan persamaan regresi berganda.
Model persamaannya adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
Dimana :
Y = Rentabilitas usaha
b1, b2, b3, b4, b5 = Parameter koefisien regresi
X1 = Perputaran kas
X2 = Perputaran piutang usaha
X3 = Perputaran persediaan
X4 = Perputaran kewajiban lancar
X5 = Perputaran Modal Kerja Besih
e = Pengganggu
3. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini mengunakan t-test dan F-test
a. Uji Signifikan Parsial (t-test)
Uji t-test digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara
parsial terhadap variabel dependen. Selain itu, dapat pula diketahui signifikansi
dari pengaruh yang diberikan dimana pengaruh akan dikatakan signifikan bila
nilai sig. yang diperoleh < 0,05. Untuk menentukan nilai t-tabel, tingkat signifikan
yang digunakan sebesar 5%. Uji ini dilakukan dengan membandingkan t hitung
dengan t tabel dan nilai sig. yang diperoleh. Kriteria yang digunakan yaitu :
Jika thitung < ttabel dan nilai sig. > 0,05, maka Ho diterima
Jika thitung > ttabel dan nilai sig. < 0,05, maka Ha diterima
b. Uji Signifikan Simultan (F-test)
Uji F digunakan untuk menguji hubungan linear dari seluruh variabel bebas
secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Selain itu, dapat pula
dikatakan signifikan bila nilai sig. yang diperoleh < 0,05. Untuk menentukan uji
F-tabel, tingkat signifikan yang digunakan sebesar 5% . Uji ini dilakukan dengan
membandingkan signifikansi F hitung dengan F tabel dengan ketentuan:
Jika Fhitung < Ftabel dan nilai sig. > 0,05 , maka Ho diterima
Jika Fhitung > Ftabel dan nilai sig. > 0,05, maka Ha diterima
G. Jadwal Penelitian
Tabel III. 2 Jadwal Penelitian
Tahun 2009 Tahapan
Penelitian Agustus September Oktober November Desember
Pengajuan Judul Penyusunan
Proposal Pengumpulan Data
Seminar Proposal
Pengolahan data Penyelesaian Laporan
Berikut ini merupakan data statistik secara umum dari seluruh data yang
digunakan:
Tabel IV. 2 Statistik Deskriptif (1)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Perputaran Kas 60 .81 4.51 2.1308 .81773
Perputaran Piutang Usaha 60 2.35 84.04 16.5078 16.06748
Perputaran Persediaan 60 .32 31.66 9.5350 6.84631
Perputaran Kewajiban
Lancar 60 1.77 48.44 16.5892 14.09414
Perputaran Modal Kerja
Bersih 51 1.87 35.65 7.3312 7.64967
Rentabilitas Usaha 60 1.25 84.60 23.5532 19.96242
Valid N (listwise) 51
Sumber : Output SPSS, diolah peneliti, 2009
Statistik deskriptif ini memberikan gambaran mengenai nilai minimum,
nilai maksimun, nilai rata-rata serta standar deviasi data yang digunakan dalam
penelitian. Dari tabel IV.2 di atas, dapat dijelaskan bahwa jumlah sampel (N) yang
valid hanya 51 dari 60 sampel yang dipilih. Hal ini disebabkan oleh, adanya
observasi yang missing value pada variabel Perputaran Modal Kerja Bersih (X5)
dimana tidak ada nilai dari hasil perhitungan perputaran modal kerja bersih untuk
beberapa perusahaan pertambangan karena terjadi defisit modal kerja bersih (
dapat dilihat pada data penelitian sebelum transformasi di lampiran iii).
Menurut Wahana Komputer (2001 : 72) ”Observasi yang missing dapat
menjadi permasalahan dalam analisis dan beberapa pengukuran time series tidak
mengatasi permasalahan ini maka perlu dilakukan penempatan kembali (replace)
dari data yang missing tersebut. Menurut Wahana Komputer (2001 : 72) :
Replace Missing Value membuat variabel baru time series dari yang ada akan mengisi nilai yang kosong pada satu dari beberapa metode”. Ada beberapa metode estimasi yang dapat digunakan yaitu :
• Series Mean; mengisi nilai missing dengan rata-rata, untuk semua deret.
• Mean Nearby Points; mengisi nilai missing dengan mean pada sekeliling nilai yang valid.
• Median Nearby Points; mengisi nilai missing dengan median pada sekeliling nilai yang valid.
• Linear Interpolation; mengisi nilai missing dengan interpolasi linear.
• Linear Trend at Point, mengisi nilai missing dengan tren linear untuk setiap titik.
Metode estimasi yang dipilih untuk melakukan replace missing value
adalah metode Series Mean yaitu dengan mengisi nilai missing dengan
rata-rata untuk semua deret.
Tabel IV. 3
Replace Missing Value X5
Result Variables
Sumber : Output SPSS, diolah peneliti, 2009
Berdasarkan Tabel IV.3 Replace Missing Value X5, dapat dilihat bahwa
jumlah data yang telah ditempatkan kembali (N of Replaced Missing Values)
adalah 9 observasi. Dengan demikian, data yang valid (N of valid case) kini
berjumlah 60. Statistik deskptif dari seluruh data yang kini digunakan (N=60)
Tabel IV. 4 Statistik Deskriptif (2)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Perputaran Kas 60 .81 4.51 2.1308 .81773
Perputaran Piutang Usaha 60 2.35 84.04 16.5078 16.06748
Perputaran Persediaan 60 .32 31.66 9.5350 6.84631
Perputaran Kewajiban
Lancar 60 1.77 48.44 16.5892 14.09414
Perputaran Modal Kerja
Bersih 60 1.87 35.65 7.3312 7.04209
Rentabilitas Usaha 60 1.25 84.60 23.5532 19.96242
Valid N (listwise) 60
Sumber : Output SPSS, diolah peneliti, 2009
Dari tabel IV.4 di atas, dapat dijelaskan bahwa:
1. Variabel perputaran kas (X1) memiliki sampel (N) sebayak 60, dengan nilai
minimum (terkecil) 0,81, nilai maksimum (terbesar) 4,51, dan mean (nilai
rata-rata) 2,1308. Standar Deviation (simpangan baku) variabel ini adalah
0.81773,
2. variabel perputaran piutang usaha (X2) memiliki sampel (N) sebanyak 60,
dengan nilai minimum (terkecil) 2,35, nilai maksimum (terbesar) 84,04 dan
mean (nilai rata-rata) 16,5078. Standar Deviation (simpangan baku) variabel
ini adalah 16,06748,
3. variabel perputaran persediaan (X3) memiliki sampel (N) sebanyak 60, dengan
nilai minimum (terkecil) 0.32, nilai maksimum (terbesar) 31,66 dan mean
(nilai rata-rata) 9,5350. Standar Deviation (simpangan baku) variabel ini
4. variabel perputaran kewajiban lancar (X4) memiliki sampel (N) sebanyak 60,
dengan nilai minimum (terkecil) 1,77, nilai maksimum (terbesar) 48,44 dan
mean (nilai rata-rata) 16,5892. Standar Deviation (simpangan baku) variabel
ini adalah 14,09414,
5. variabel perputaran modal kerja bersih (X5) memiliki sampel (N) sebanyak 60,
dengan nilai minimum (terkecil) 1,87, nilai maksimum (terbesar) 35,65 dan
mean (nilai rata-rata) 7,3312. Standar Deviation (simpangan baku) variabel
ini adalah 7,04209,
6. variabel rentabilitas usaha (Y) memiliki sampel (N) sebanyak 60, dengan
nilai minimum (terkecil) 1,25, nilai maksimum (terbesar) 84,60 dan mean
(nilai rata-rata) 23,5532. Standar Deviation (simpangan baku) variabel ini
adalah 19,96242,
7. jumlah (N) sampel yang valid sebanyak 60, setelah replace missing value 9
observasi.
B. Hasil Analisis
1. Pengujian Asumsi Klasik
Salah satu satu syarat yang menjadi dasar penggunaan model regresi berganda
dengan metode estimasi Ordinary Least Square (OLS) adalah dipenuhinya semua
asumsi klasik, agar hasil pengujian bersifat tidak bias dan efisien (Best Linear
Unbiased Estimator/BLUE). Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini
dilakukan dengan bantuan program statistik. Menurut Ghozali (2005:123) asumsi
• Berdistibusi normal.
• Non-Multikolinearitas, artinya antara variabel independen dalam model regresi tidak memiliki korelasi atau hubungan secara sempurna ataupun mendekati sempurna.
• Non-Autokorelasi, artinya kesalahan pengganggu dalam model regresi tidak saling berkorelasi.
• Homoskedastisitas, artinya variance variabel independen dari satu pengamatan ke pengamatan lain adalah konstan atau sama.
a. Uji Normalitas
Hasil dari uji normalitas dengan grafik histogram, normal probability plot,
serta Kolmogorov-Smirnov Test ditunjukkan sebagai berikut:
Sumber : Output SPSS, diolah peneliti, 2009
Sumber : Output SPSS, diolah peneliti, 2009
Deviation .81773 16.06748 6.84631 14.09414 7.04209 19.96242
Most Extreme
a. Test distribution is
Normal.