• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Kualitas Tidur Dan Gangguan Tidur Pada Lansia Di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Kualitas Tidur Dan Gangguan Tidur Pada Lansia Di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Wilayah Binjai Dan Medan"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR

PADA LANSIA DI UNIT PELAKSANA TEKNIS

PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA

DAN ANAK BALITA WILAYAH

BINJAI DAN MEDAN

SKRIPSI

Oleh

Yuli Kristiani 121121086

(2)
(3)
(4)

PRAKATA

Segala puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Skripsidengan judul “Gambaran Kualitas Tidur dan Gangguan Tidur pada Lansia Di Unit PelaksanaanTeknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita di Wilayah Binjai dan Medan”.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian Proposal Penelitian ini, sebagai berikut :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara;

2. Pihak Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Binjai yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang saya perlukan;

3. Ibu Erniyati S.Kp., MNS selaku Pembantu Dekan 1, IbuEviKarota Bukit, S.Kp., MNS selakuPembantuDekan 2, Bapak Ikhsanudin Ahmad Nasution S.Kep., MNS selaku Pembantu Dekan 3 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Mula Tarigan, S.Kp, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar membimbing dan memberikan masukan dalam proses pembuatan skripsi ini.

(5)

6. Ibu Fatwa Imelda, S.Kep. Ns., M.Biomed, CWCCA selaku dosen penguji II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan saran demi kelancaran skripsi ini.

7. Kedua orang tua saya yang telah memberikan bantuan, dukungan materil dan moral;

8. Saudara-saudaraku M. Saut S, Risky C. S, Ellys D. S yang tetap selalu mendukung ku;

9.Kakak dan Abang (Kak Eci, Bang Eci, Kak Rena ,Bang Rena), keponakan ku yang lucu (Eci, rena, nindy), Sepupu-sepupuku (Nety, Vanot, Tulus, Parulian) terimakasih untuk hiburan dan canda tawanya.

10.Teman-teman, sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan skripsiini (Temen-temenyihaa community Acun, Emon, Udang, Ndut, Nie-nie, JengKelin; Retno, Yanek, Mjul, F3 (Temenmengilabareng); Kak Gita, Beibrisma, Tere, Andro, Anak-anak GPIN Adelphotes Medan; Buatsahabatku Nina: Thanks untuk support dandoanya.

Akhir kata, saya berharapTuhanberkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini berguna bagi kita semua dan dapat dijadikan referensi untuk kemajuan ilmu dimasa mendatang. Amien.

Medan, Februari 2014

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HalamanJudul ... i

HalamanPengesahan ... ii

Surat Pernyataan... iii

Prakata ... iv

1.2.Perumusan penelitian ... 4

1.3.Tujuan penelitian ... 4

2.2.2.Pengelompokan Lanjut Usia ... 9

2.2.3.Teori Penuaan ... 10

2.3.Kualitas Tidur... 13

2.3.1 Perubahan Tidur Pada Lansia... 13

2.3.2 Kualitas Tidur Lansia ... 14

2.4 Gangguan Tidur ... 16

2.4.1 Gangguan Tidur pada Lansia ... 16

2.4.2 Faktor-faktor penyebab gangguan tidur ... 22

Bab 3 Kerangka Konseptual ... 26

3.1.Kerangka konsep ... 26

3.2.Definisi operasional ... 27

Bab 4 Metode Penelitian ... 28

4.1.Desain penelitian ... 28

4.2.Populasi, sampel dan teknik sampling penelitian ... 28

4.3.Lokasi dan waktu penelitian ... 30

4.4.Pertimbangan etik ... 30

4.5.Instrumen dan pengukuran penelitian, Validitaspenelitian, Realibitas penelitian ... 31

4.6.Rencana pengumpulan data ... 34

4.7.Analisa data ... 35

Bab 5 HasildanPembahasan ... 38

5.1.Hasil Penelitian ... 38

(7)

5.1.2 Kulitas Tidur ... 39

5.1.3 Gangguan Tidur ... 39

5.2.Pembahasan ... 45

5.2.1 Karakteristik Responden ... 45

5.2.2 Kualitas Tidur ... 45

5.2.3 Gangguan Tidur ... 48

Bab 6 KesimpulandanRekomendasi ... 53

6.1.Kesimpulan ... 53

6.2.Rekomendasi ... 54

Daftar Pustaka ... Lampiran-lampiran ...

1. Suratizinpengambilan data

2. Suratizinpenelitiandari BALITBANG 3. SuratizinPenlitiandariDinsosProvsu

4. Suratizinpenelitiandari UPT PelayanansosialBinjai 5. KomisiEtikPenelitianKesehatan

6. SuratkeaslianterjemahanAbstrak 7. Inform Consent

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Oprasional ... 27 Tabel5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan

Karakteristik Responden ... 39 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan Skor Kualitas

Tidur ... 40 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Skor Kualitas

Tidur Setiap Komponen ... 41 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase reponden berdasarkan

Skor Gangguan tidur ... 43 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Gangguan Tidur berdasarkan

skor Insomnia ... 43 Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Gangguan tidur berdasarkan

Skor Hipersomnia ... 44 Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Gangguan Tidur

berdasarkan Skor Narkolepsi ... 45 Tabel 5.8 Distrubusi Frekuensi dan Persentase Gangguan Tidur

(9)

DAFTAR SKEMA

(10)

Judul : Gambaran Kualitas Tidur dan Gangguan Tidur pada Lansia di Unit Pelaksanaan Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan. Nama Mahasiswa : Yuli Kristiani

NIM : 121121086

Program : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

ABSTRAK

Penuaan adalah suatu proses alamiah yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Proses penuaan yang dialami oleh lansia menyebabkan mereka mengalami berbagai macam perasaan seperti sedih, cemas, kesepian dan mudah tersinggung. Perasan tersebut merupakan masalah kesehatan jiwa yang terjadi pada lansia. Masalah yang sering muncul adalah gangguan tidur dan kualitas tidur pada lansia. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidenifikasi kualitas tidur dan gangguan tidur pada lansia di Unit Pelaksanan Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif yaitu dengan cara pendekatan dan memberikan kuesioner. Populasi pada penelitian ini seluruh lansia yang berada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan. Sampel penelitian ini adalah lansia 64 orang yang tinggal di panti. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 58% responden mengalami kualitas tidur yang buruk, 42,2% mengalami kualitas tidur baik, 82,8% mengalami gangguan tidur ringan, 10,5% mengalami gangguan tidur sedang dan 1,6% tidak mengalami gangguan tidur. Berdasarkan hasil penelitian ini perawat dapat membantu dalam mengontrol, mengawasi dan meningkatkan kualitas tidur serta mengidentifikasi dan mengatasi gangguan tidur yang dialami lansia. Bagi pendidikan keperawatan diharapkan dapat meningkatkan informasi kesehatan tentang kualitas tidur dan gangguan tidur. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan lebih spesifik mencari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kualitas tidur yang buruk pada lansia.

(11)

Title : Picture Quality and Sleep Disorders in the Elderly In Social Services Technical Implementation Unit for the Elderly and Young Children in Binjai and Medan

Name of Student : Yuli Kristiani Student number : 121121089

Programe : Bachelor of Nursing

Year : 2014

ABSTRACT

Aging is a natural process that can not be avoided. It runs continuously and sustainably. The aging process experienced by the elderly caused them to experience a variety of feelings such as sad, lonely, anxious and irritable. Those feelings are mental health problems that occur in the elderly. The problems that often arise are sleep disorders and quality of sleep. The purpose of this study is to identify the quality of sleep and sleep disorders in the elderly in Social Services Technical Implementation Unit for elderly and young children in Binjai and Medan. This study used a descriptive research approach by giving questionnaire. The population used in this research are all elderly who are in Social Services Technical Implementation Unit for elderly and young children in Binjai and Medan. The sample used was 64 elderly people living in nursing. The results of the study showed that 58% of respondents experience poor sleep quality, 42% had a good sleep quality, 82% had mild sleep disorders, 10,5% had moderate sleep disorder and 1.6% didn’t experience sleep disorder. Based on this results of the study, nurses can help to control, supervise and improve patients sleep quality and identify as well as overcome sleep disorders experienced by the elderly. For nursing education, it is expected to increase health information about the quality of their sleep and sleep disorders. For the next research it is hoped that the research can be developed to be more specific by finding factors that lead to poor sleep quality in the elderly.

(12)

Judul : Gambaran Kualitas Tidur dan Gangguan Tidur pada Lansia di Unit Pelaksanaan Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan. Nama Mahasiswa : Yuli Kristiani

NIM : 121121086

Program : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

ABSTRAK

Penuaan adalah suatu proses alamiah yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Proses penuaan yang dialami oleh lansia menyebabkan mereka mengalami berbagai macam perasaan seperti sedih, cemas, kesepian dan mudah tersinggung. Perasan tersebut merupakan masalah kesehatan jiwa yang terjadi pada lansia. Masalah yang sering muncul adalah gangguan tidur dan kualitas tidur pada lansia. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidenifikasi kualitas tidur dan gangguan tidur pada lansia di Unit Pelaksanan Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif yaitu dengan cara pendekatan dan memberikan kuesioner. Populasi pada penelitian ini seluruh lansia yang berada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan. Sampel penelitian ini adalah lansia 64 orang yang tinggal di panti. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 58% responden mengalami kualitas tidur yang buruk, 42,2% mengalami kualitas tidur baik, 82,8% mengalami gangguan tidur ringan, 10,5% mengalami gangguan tidur sedang dan 1,6% tidak mengalami gangguan tidur. Berdasarkan hasil penelitian ini perawat dapat membantu dalam mengontrol, mengawasi dan meningkatkan kualitas tidur serta mengidentifikasi dan mengatasi gangguan tidur yang dialami lansia. Bagi pendidikan keperawatan diharapkan dapat meningkatkan informasi kesehatan tentang kualitas tidur dan gangguan tidur. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan lebih spesifik mencari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kualitas tidur yang buruk pada lansia.

(13)

Title : Picture Quality and Sleep Disorders in the Elderly In Social Services Technical Implementation Unit for the Elderly and Young Children in Binjai and Medan

Name of Student : Yuli Kristiani Student number : 121121089

Programe : Bachelor of Nursing

Year : 2014

ABSTRACT

Aging is a natural process that can not be avoided. It runs continuously and sustainably. The aging process experienced by the elderly caused them to experience a variety of feelings such as sad, lonely, anxious and irritable. Those feelings are mental health problems that occur in the elderly. The problems that often arise are sleep disorders and quality of sleep. The purpose of this study is to identify the quality of sleep and sleep disorders in the elderly in Social Services Technical Implementation Unit for elderly and young children in Binjai and Medan. This study used a descriptive research approach by giving questionnaire. The population used in this research are all elderly who are in Social Services Technical Implementation Unit for elderly and young children in Binjai and Medan. The sample used was 64 elderly people living in nursing. The results of the study showed that 58% of respondents experience poor sleep quality, 42% had a good sleep quality, 82% had mild sleep disorders, 10,5% had moderate sleep disorder and 1.6% didn’t experience sleep disorder. Based on this results of the study, nurses can help to control, supervise and improve patients sleep quality and identify as well as overcome sleep disorders experienced by the elderly. For nursing education, it is expected to increase health information about the quality of their sleep and sleep disorders. For the next research it is hoped that the research can be developed to be more specific by finding factors that lead to poor sleep quality in the elderly.

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Penuaan adalah suatu proses alamiah yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Proses penuan ini akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologi, dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Depkes RI, 2001).

Menjadi tua dapat terlihat dari adanya kemunduran biologis sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit mulai mengendur, timbul keriput, rambut beruban, gigi mulai ompong, pendengaran dan pengelihatan berkurang, mudah lelah dan kurang lincah, salah satu penurunan kemampuan kongnitif seperti suka lupa, kemunduran orientasi waktu, ruang, tempat, serta tidak mudah untuk menerima ide baru (Maryam et.al., 2010).

(15)

Di Indonesia tahun 2000, jumlah lansia diproyeksikan sebesar 7,28% dan pada tahun 2020 menjadi 11,34%. Biro Pusat Statistik menggambarkan bahwa antara 2005-2010 jumlah lansia akan sama dengan jumlah balita, yaitu 19 juta jiwa atau 8,5% dari seluruh jumlah penduduk (Maryam dkk, 2010). Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yakni mencapai 18,1 juta jiwa pada 2010 atau 9,6 persen dari jumlah penduduk (Susanto, 2010).

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan jumlah penduduk lanjut usia di atas 60 tahun di Provinsi Sumatera Utara mengalami peningkatan dari sebesar 554.761 jiwa (4,6%) pada tahun 2005 meningkat menjadi sebesar 765.822 jiwa (5,9%) pada tahun 2010. Sementara menurut Badan Pusat Statistik Kota Medan berdasarkan Sensus Penduduk 2010 jumlah penduduk lanjut usia di Kota Medan mencapai 117.216 orang (5,59%) yang meningkat jumlahnya dari tahun 2005 sebesar 77.837 orang (3,85%) (Mutiara, 2011).

Proses penuaan yang dialami oleh lansia menyebabkan mereka mengalami berbagai macam perasaan seperti sedih, cemas, kesepian, dan mudah tersinggung. Perasaan tersebut merupakan masalah kesehatan jiwa yang terjadi pada lansia. Masalah kesehatan jiwa yang sering muncul pada lansia meliputi kecemasaan, depresi, demensia dan insomnia atau gangguan tidur (Maryam et.al., 2010).

(16)

sulit untuk tertidur, dan rasa lelah yang amat sangat di siang hari (Davidson, Neale, & Kring, 2004). Hasil penelitian Syarif tahun 2005 di Deli Serdang, menunjukan bahwa sebanyak 50,4% responden mengalami kualitas tidur buruk dan 45,8% mengalami gangguan tidur akibat BAK di malam hari. Analisis statistik menunjukan adanya kualitas tidur yang buruk dan gangguan tidur pada lansia (Syarif, 2005).

Keluhan tersebut sejalan dengan berbagai perubahan fisiologis yang terjadi secara normal ketika orang memasuki usia tua. Orang lanjut usia memiliki jumlah jam tidur yang agak singkat atau sama dengan orang dewasa yang berusia lebih muda, namun waktu tidur mereka lebih sering terputus secara spontan. Kualitas tidur yang mereka butuhkan lebih lama untuk dapat kembali tertidur setelah terbangun. Dapat disimpulkan bahwa orang lanjut usia secara umum memiliki waktu tidur lebih sedikit dalam kaitan dengan total waktu yang mereka habiskan di tempat tidur pada malam hari, mereka cenderung mengantikan kekurangan waktu tidur tersebut dengan tidur siang (Davidson, Neale, & Kring, 2004).

(17)

morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi (Davidson, Neale, & Kring, 2004).

Selama penuaan, pola tidur mengalami perubahan yang khas yang membedakannya dari orang-orang yang lebih muda. Di antara lansia yang sehat, beberapa diantaranya mengalami gejala-gejala yang terkait dengan perubahan tidur dan distribusi tidur serta perilaku terjaga. Namun banyak pula lansia yang mengalami berbagai masalah medis dan psikososial yang mengalami gangguan tidur. Gangguan tidur terdiri ini terdiri dari insomnia primer, hipersomnia, nakolepsi, dan apnea (Stenley dan Beare, 2007).

Beberapa dampak yang terjadi jika lansia mengalami gangguan tidur yaitu gangguan pada fisologis, gangguan psikologis, gangguan pada fisik atau somatis, gangguan sosial, dan kematian. Akibat dari gangguan tidur akan memicu terjadinya kasus-kasus penyakit fisiologis, dapat menganggu konsentrasi, mudah marah, kehilangan motivasi hidup, mudah depresi, terjadi kelelahan, memperparah hipertensi, pengelihatan menjadi kabur, kurang menikmati hubungan sosial dengan keluarga dan lingkungan sekitar (Susilo & Wulandari, 2011).

Menurut Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lajut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan, jumlah lansia dari bulan Maret dan April 2013 berjumlah 180 lansia. Terdiri dari 78 laki-laki dan 102 perempuan.

(18)

1.2Pertanyaan Penelitian

1.2.1 Bagaimana kualitas tidur pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan?

1.2.2 Apa sajakah gangguan tidur pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan?

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengidentifikasi kualitas tidur pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.

1.3.2 Mengidentifikasi gangguan tidur pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi praktek keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi kesehatan dalam meningkatkan peran serta keperawatan di keperawatan gerontik dalam meningkatkan kualitas tidur dan mengatasi berbagai penyebab gangguan tidur pada lansia.

1.4.2 Bagi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai referensi tentang kualitas tidur dan gangguan tidur pada lansia.

1.4.3 Bagi penelitian keperawatan

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tidur

2.1.1 Pengertian Tidur

Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup (Asmadi, 2008). Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa kesadaran yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwanto &Wartonah, 2006).

Tidur terjadi secara alamia, dengan fungsi fisiologis dan psikologis yang melekat merupakan suatu proses perbaikan tubuh. Secara fisiologis, jika seseorang tidak mendapatkan tidur yang cukup untuk mempertahankan kesehatan tubuh, dapat terjadi efek-efek sepertipelupa, konfusi, dan disorientasi. Secara psikologis, tidur memungkinkan seseorang utnuk mengalami perasaan sejahtera serta energi psikis dan kewaspadaan untuk menyelesaikan tugas-tugas (Tomb, 2002)

2.1.2 Jenis-Jenis Tidur

(20)

1.Tidur REM

Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau paradoksial. Hal tersebut berarti tidur REM ini sifatnya nyeyak sekali, namun fisiknya yaitu gerakan kedua bola matanya bersifat sangat aktif. Tidur REM ini ditandai dengan mimpi, otot-otot kendor, tekanan darah bertambah, gerakan mata cepat, sekresi lambung meningkat, ereksi penis, gerakan otot tidak teratur, kecepatan jantung, dan pernafasan tidak teratur. Gejala-gejala yang terlihat ketika mengalami kehilangan tidur REM yaitu cenderung hiperaktif, kurang dapat mengendalikan diri dan emosi, nafsu makan bertambah, bingung, dan curiga (Asmadi, 2008)

2.Tidur NREM

Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam. Pada tidur NREM gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang sadar atau tidak tidur. Tanda-tanda tidur NREM antara lain: mimpi berkurang, keadaan istirahat, tekanan darah turun, kecepatan pernapasan turun, metabolisme turun, dan gerakan bola mata lambat. Tidur NREM memiliki empat tahap sebagai berikut :

a. Tahap 1

(21)

b. Tahap II

Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Tahap II ini ditandai dengan kedua bola mata berhenti bergerak, suhu tubuh menurun, tonus otot perlahan-lahan berkurang, serta kecepatan jantung dan pernapasan turun dengan jelas. Pada EEG timbul gelombang beta yang berfrekuensi 14-18 siklus/detik. Gelombang-gelombang ini disebut dengan gelombang tidur. Tahap II ini berlangsung sekitar 10-15 menit (Asmadi, 2008)

c. Tahap III

Pada tahap ini, keadaan fisik lemah lunglai karena tonus otot lenyap secara menyeluruh. Kecepatan jantung, pernapasan, dan proses tubuh berlanjut mengalami penurunan akibat dominasi sistem saraf parasimpatik. Pada EEG memperlihatkan perubahan gelombang beta menjadi sirklus/detik. Seseorang yang tidur pada tahap III ini sulit untuk dibangunkan (Asmadi, 2008).

d. Tahap IV

(22)

Tahap tidur

NREM NREM NREM NREM Tahap 1 Tahap 2 Tahp 3 Tahap 4

Tidur REM

NREM NREM Tahap 2 Tahap 3

Gambar 2.1 Tahapan sirklus tidur lansia (Potter & Perry, 2010)

2.2 Lanjut Usia

2.2.1Pengertian Menua

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya di mulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimuali sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2012).

2.2.2 Pengelompokan Lanjut Usia

Menurut WHO lanjut usia dibagi dalam tahap yaitu : 1. Usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun

2. Lanjut usia (elderly) 60-74 tahun 3. Lanjut usia tua 75-90 tahun

(23)

2.2.3Teori Penuaan

Teori-teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi biasanya dikelompokan ke dalam dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan teori psikososial.

1. Teori Biologis

Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi dan struktur pengembangan, panjang usia dan kematian. Teori biologis terdiri dari :

1. Teori Genetika

Teori sebab akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama di pengaruhi oleh pembentukan gen dan dampak lingkungan pada pembentukan kode genetik. Menurut teori genetika adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan yang berjalan dari waktu ke waktu mengubah sel atau struktur jaringan. Dengan kata lain, perubahan rentang hidup dan panjang usia ditentukan sebelumnya (Stanley & Beare, 2006).

2. Teori Wear-and-Tear

(24)

3. Riwayat Lingkungan

Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan (misalnya karsinogen dari industri, cahaya matahari, trauma, dan infeksi) dapat membawa perubahan dalam proses penuaan. Walaupun faktor-faktor diketahui dapat mempercepat penuaan, dampak dari lingkungan lebih merupakan dampak sekunder dan bukan merupakan faktor utama dalam penuaan (Stanley & Beare, 2006).

4.Teori Imunitas

Teori ini menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua, pertahanan meraka terhadap organisme asing mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi (Stanley & Beare, 2006).

5.Teori Neouroendokrin

Para ahli telah memikirkan bahwa penuaan terjadi oleh karena adanya suatu perlambatan dalam sekresi hormon tertentu yang mempunyai suatu dampak pada reaksi yang teratur oleh sistem saraf(Stanley & Beare, 2006).

2. Teori Psikososiologis

(25)

1.Teori Kepribadian

Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Teori pengembangan kepribadian orang dewasa yang memandang kepribadian sebagai ekstrovert atau introvert. Penuaan yang sehat tidak bergantung pada jumlah aktifitas sosial seseorang, tetapi pada bagaimana kepuasan orang tersebut dengan aktifitas sosial yang dilakukan (Stanley & Beare, 2006).

2. Teori Tugas Perkembangan

Tugas perkembangan adalah aktifitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang pada kehidupan tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang sukses. Tugas utama lansia adalah mampu memperlihatkan kehidupan seseorang sebagai kehidupan yang dijalani dengan integritas. Pada kondisi ini tidak hanya pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik, maka lansia tersebut berisiko untuk disibukkan dengan rasa penyesalan atau putus asa (Stanley & Beare, 2006). 3.Teori Disengagement

(26)

4. Teori Aktivitas

Lawan langsung dari teori disengagement adalah teori aktifitas penuaan, yang berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif. Gagasan pemenuhan kebutuhan seseorang harus seimbang dengan pentingnya perasaan dibutuhkan orang lain. Kesempatan untuk berperan dengan cara yang penuh arti bagi kehidupan seseorang yang penting bagi kehidupan dirinya adalah suatu komponen kesejahteraan yang penting bagi lansia (Stanley & Beare, 2006).

5.Teori Kontinuitas

Teori kontiunitas, juga dikenal sebagai suatu teori perkembangan, merupakan suatu kelanjutan dari kedua teori sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan dampak kepribadian pada kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan diri agar mencapai kebahagian dan terpenuhinya kebutuhan diusia tua (Stanley & Beare, 2006).

2.3 Kualitas Tidur

2.3.1Perubahan Tidur Pada Lansia

Usia merupakan salah satu faktor penentu lamanya tidur yang dibutuhkan seseorang. Semakin tua usia, maka semakin sedikit pula lama tidur yang dibutuhkan. Pada lansia pola tidur sekitar 6 jam sehari, 20-25% tidur REM, tidur tahap IV nyata berkurang kadang-kadang tidak ada. Mungkinmengalami insomnia dan sering terbangun sewaktu tidur malam hari (Asmadi, 2008).

(27)

Adanya penurunan progresif dalam tahap III dan IV NREM, beberapa lansia hampur tidak memiliki tidur tahap I atau tidur nyeyak. Seorang lansia terbangun lebih sering pada malam hari dan memerlukan banyak waktu agar dapat tidur kembali. Kecenderungan untuk tidur siang tampaknya semakin terjaga di malam hari (Potter & Perry, 2010).

2.3.2 Kualitas Tidur Pada Lansia

Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah tersinggung dan gelisah, lesi dan apatis, kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah (Hidayat, 2006). Kualitas tidur merupakan kemampuan individu untuk tetap tidur dan untuk mndapatkan jumlah yang cukup untuk tidur REM dan NREM (Kozier, 2004). Kualitas tidur meliputi kualitas tidur subjektif, Ketenangan tidur, lamanya tidur, kebiasaan tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur, dan disfungsi siang hari selama 1 bulan terakhir (Smyth, 2010).

Ketenagan tidur merupakan waktu yang diperlukan untuk memulai tidur pada malam hari, normalnya seseorang akan mencapai tidur kurang dari 15 menit setelah merebahkan diri ke tempat tidur (Smyth, 2010).

Pola tidur berdasarkan tingkat perkembangan usianya, lansia memiliki tidur sekitar 6 jam sehari, 20-25% Tidur REM, tidur tahap IV nyata berkurang kadang-kadang tidak ada. Mungkin mengalami insomnia dan sering terbangun sewaktu tidur malam hari (Asmadi, 2008).

(28)

kebiasaan tidur yang baik diantaranya : bangun pada jam yang sama pada setiap hari, menghindari berbagai aktivitas menjelang tidur yang tidak sejalan dengan tidur itu sendiri (Davidson & Kring, 2006).

Beberapa lansia mengalami penurunan kualitas tidur yang dipicu oleh gangguan dengan gejala sering terjaga pada malam hari, sering kali terbangun pada dini hari, dan sulit untuk tertidur. Gangguan tidur pada lansia terdiri dari gangguan tidur insomnia primer, hipersomnia, narkolepsi, dan gangguan tidur apnea (Davidson & Kring, 2006).

Penggunaan obat tidur mengubah pola tidur dan menurunkan kewaspadaan di siang hari, yang kemudian menjadi masalh bagi individu. Obat yang diresepkan untuk tidur sering menyebabkan lebih banyak masalah daripada manfaat. Obat golongan antidepresan diantaranya benzodiazepin dan amfetamin merupakan obat yang membantu seseorang yang mengalami kesulitan tidur. Lansia mengkonsumsi berbagai obat untuk mengontrol dan mengobati penyakit kronik dan efek gabungan beberapa obat bisa sangat menganggu tidur (Potter & Perry, 2010).

Disfungsi siang hari pada lansia dirasakan berupa rasa lelah yang amat sangat di siang hari, rasa mengantuk di siang hari, dan tertidur sewaktu melakukan aktifitas di siang hari (Smyth, 2010).

(29)

Kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukan tanda-tanda kekurangan tidur atau tidak mengalami masalah dalam tidurnya. Tanda-tanda kekurangan tidur dapat dibagi menjadi Tanda-tanda fisik dan Tanda-tanda psikologis. Tanda fisik berupa ekspresi wajah (area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak mata, konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung, kantuk yang berlebihan, tidak mampu berkonsentrasi, tanda keletihan seperti pengelihatan kabur. Sedangkan tanda psikologisnya menarik diri, apatis, dan respon menurun, mudah tersinggung dan gelisah (Hidayat, 2006).

Adapun kuesioner yang digunakan utuk menilai kualitas tidur dengan ThePittsburgh sleep quality index (PSQI). PQSI mempunyai 7 item yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur subjektif, Ketenangan tidur, lamanya tidur, kebiasaan tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur, dan disfungsi siang hari selama 1 bulan terakhir. Penilaian dengan skala PQSI ini menggunakan kunci scoring untuk keseluruhan pasien berkisar 0 sampai 3. Semua nilai dihitung dan menghasilkan nilai keseluruhan taun global yang berkisar 0 sampai 21. Nilai keseluruhan 5 atau lebih yang menunjukan kualitas tidur yang buruk, semakin tinggi nilai maka semakin buruk kualitas tidur (Smyth, 2007).

2.4 Gangguan Tidur

2.4.1 Gangguan Tidur Pada Lansia

(30)

resiko perubahan dalam jumlah dan kualitas pola istirahat yang menyebabkan ketidaknyamanan atau menganggu gaya hidup yang diinginkan (Hidayat, 2006).

Beberapa jenis gangguan tidur yang ditemukan pada lansia diantaranya adalah insomnia primer, hipersomnia primer, narkolepsi, apnea, dan mendengkur. Berikut penjelasan tentang beberapa gangguan tidur :

1. Insomnia Primer

Insomnia adalah salah satu gangguan tidur paling banyak dijumpai (Durad & Barlow, 2007) , yang terjadi selama paling sedikit satu bulan dan tidak ada sebab yang jelas. Adapun identifikasi polanya : Kesulitan pada waktu masuk tidur (insomnia onset), kesulitan untuk tetap tidur (sering terbangun), bangun tidur terlalu awal (insomnia terminal). Karena insomnia merupakan gejala, maka perhatian harus diberikan pada faktor-faktor biologis, emosional, dan medis yang berperan, juga pada kebiasaan tidur yang buruk, insomnia terdiri dari tiga jenis yaitu:

a. Jangka Pendek

(31)

b. Sementara

Episode malam gelisah yang tidak sering terjadi yang disebabkan oleh perubahan-perubahan lingkungan seperti jet lang, kontruksi bangunan yang bising, atau pengalaman yang menimbulkan ansietas (Stanley, 2007).

c. Kronis

Berlangsung selama 3 minggu atau seumur hidup. Kondisi ini dapat disebabkan oleh kebiasaan tidur yang buruk, masalah psikologis, penggunaan obat tidur berlebihan, gangguan jadwal tidur bangun, dan masalah keadaan lainnya. Empat puluh persen insomnia kronis disebabkan oleh masalah fisik seperti apnea tidur, sindrom kaki gelisah, atau nyeri kronis karena artritis. Insomnia kronis biasanya memerlukan intervensi psikiatrik atau medis (Stanley, 2007).

2.Hipersomnia Primer

(32)

3.Narkolepsi

Narkolepsi merupakan suatu gangguan yang lama/kronis (syarat minimum untuk mendiagnosis adalah 3 bulan) dari suatu episode tidur disiang hari yang singkat, sering dan menyegarkan, dan biasanya timbul menjelang pubertas, mempunyai komponen genetik (10% pada keturunan pertama, 90-100% mempunyai antigen histokompatibilitas yang spesifik HLA, mempunyai frekuensi sekitar 1 dalam 2000 (0,05%), dan mempunyai gejala sebagai berikut :

a. Serangan tidur

Di siang hari, pasien tertidur dalam detik atau menit (aktivitas REM pada EEG) di siang hari walaupun berusaha untuk tetap sadar. Biasanya pasien tertidur selama 10-30 menit dan bangun dengan perasaan segar, dan serangan ini dapat terjadi satu kali sampai selusin episode dalam sehari. Serangan paling sering terjadi pada saat pasien dalam keadaan tenang (slow times), tetapi dapat pula terjadi ketika pasien dalam keadaan aktif dan sibuk dan kondisi ini dapat menimbulkan perasaan malu ataupun kondisi yang berbahaya (Tomb, 2003). b.Katapleksi

(33)

c.Halusinasi hipnagogik

Terjadi pada 30% pasien. Keadaan seperti mimpi dan sering mengalami halusinasi atau pengelihatan yang menakutkan (REM pada EEG) yang terjadi saat pasien tertidur (atau saat bangun hipnopomipik) (Tomb, 2003).

d. Paralisis tidur

Terjadi pada 25% pasien. Paralisis yang flaksid, menyeluruh, dan mengerikan yang berakhir dalam beberapa detik pada saat paseien sadar penuh, baik sedang dalam keadaan bangun ataupun sedang tertidur. Kondisi ini mungkin hilang secara spontan atau jika pasien disentuhatau namanya dipanggil (Tomb, 2003).

4. Apnea

(34)

Ada 3 macam apnea, masing-masing dengan penyebab, keluhan di siang hari dan penangananya yang berbeda, yaitu :

a. Apnea yang obstruktif

Apnea tidur obstruktif (Obstructive sleep apnea) terjadi bila aliran udara berhenti meskipun aktifitas sistem pernapasan sendiri terus berjalan. Penderita OSA dilaporkan mendengkur di malam hari. Obesitas kadang-kadang berhubungan dengan masalah ini, demikian juga umur.

b.Sentral

Apnea tidur sentral (central sleep apnea) melibatkan penghentian aktifitas bernapas secara total selama jangka waktu pendek dan sering kali berhubungan dengan gangguan sistem saraf pusat tertentu seperti penyakit serebral vaskuler, trauma kepala, dan gangguan-gangguan degeneratif.

c.Campuran

Apnea tidur campuran (Mixed sleep apnea) adalah kombiasi antara apnea tidur obstruktif dan sentral. Semua kesulitan ini menggangu tidur dan menimbulkan gejala-gejala yang serupa dengan gejala-gejala insomnia (Durand & Barlow, 2007).

5. Gangguan Tidur Ritme Sirkadian

(35)

tidur dan merasa lelah di siang harinya. Ada beberapa tipe gangguan tidur ritme sirkadian diantaranya:

a. Tipe jet lag

Sesuai namanya, disebabkan oleh penyebrangan beberapa zona waktu dalam waktuyang relatif singkat. Orang-orang yang mengalami jet lag biasanya melaporkan kesulitan tidur di waktu yang tepat dan merasa kelelahan di siang harinya (Durand & Barlow, 2007).

b. Tipe shift work

Berhubungan dengan jadwal kerja. Banyak orang, seperti pegawai rumah sakit, polisi atau petugas gawat darurat, bekerja di malam hari atau harus bekerja pada jam-jam yang tidak teratur. Akibatnya, mereka mungkin mengalami masalah tidur atau mengalami perasaan mengantuk yang eksesif selama jam-jam terjaga. Orang dengan gangguan tidur ritme sirkadian memiliki resiko yang lebih besar untuk memiliki satu macam gangguan keperibadian atau lebih (Durand & Barlow, 2007).

2.5Faktor-faktor Penyebab Gangguan Tidur

Beberapa faktor yang menjadi penyebab gangguan tidur menurut beberapa ahli seperti Potter & Perry, 2010; Asmadi, 2008; dan Tarwanto & Wartonah, 2006 yaitu:

2.5.1 Obat dan substansi

(36)

mengonsumsi berbagai obat untuk mengontrol atau mengobati penyakit kronik, dan efek gabungan beberapa obat bisa sangat menganggu tidur (Potter & Perry, 2010). Obat-obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan tidur, ada pula yang sebaliknya menggangu tidur. Misalnya, obat golongan amfetamin akan menurunkan tidur REM (Asmadi, 2008).

2.5.2 Gaya Hidup

Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan tingkat menengah orang dapat tidur dengan nyeyak. Sedangkan pada kelelahan yang berlebihan akan menyebabkan periode tidur REM lebih pendek (Asmadi, 2008). 2.5.3 Pola tidur yang lazim

Kantuk patologis terjadi ketika individu perlu atau inginterjaga. Orang yang mengalami kurang tidur sementara sebagai hasil dari aktifitas malam yang aktif atau jadwal kerja yang diperpanjang, biasanya merasa mengantuk keesokan harinya. Kurang tidur yang kronik jauh lebih seram dari gangguan tidur sementara dan menyebabkan perubahan pada kemampuan untuk melakukan fungsinya (Potter & Perry, 2010).

2.5.4Stres emosional

(37)

Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan paa frekuensi tidur. Hal ini disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norefinefrin darah melalui sistem saraf simpatik. Zat ini mengurangi tahap IV NREM dan REM (Asmadi, 2008).

2.5.5 Lingkungan

Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur. Pada lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur nyeyak. Sebaliknya lingkungan yang ribut, bising, dan gaduh akan menghambat seseorang tidur (Asmadi, 2008).

Ventilasi yang baik sangat penting untuk tidur nyenyak. Ukuran, kenyamanan, dan posisi tempat tidur yang mempengaruhi kualitas tidur. Tingkat cahaya mempengaruhi kemampuan seseorang untuk tidur. Beberapaklien memilih kamar yang gelap, sedangkan yang lain seperti anak-anak atau lansia, lebih menyukai cahaya lembut selama tidur. Klien juga mengalami kesulitan tidur berhubungan dengan suhu kamar (Potter & Perry, 2010).

2.5.6 Penyakit

(38)

2.5.7 Diet

(39)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep/ variabel-variabel yang ingin diamati, melalui penelitian penelitian yang akan dilakukan (Notoatmojo, 2010). Variabel yang di teliti adalah kualitas tidur pada lansia dan gangguan tidur pada lansia. Maka peneliti membuat kerangka konsep sebagai berikut :

Skema 3.1 Kerangka konsep gambaran kualitas tidur dan gangguan tidur pada lansia.

Kualitas Tidur Lansia

1.Kualitas tidur subjektif 2.Ketenangan tidur 3. Lamanya tidur 4. Kebiasaan tidur 5. Gangguan Tidur 6. Penggunaan obat tidur 7. Disfungsi siang hari

1. Baik 2. Buruk

Gangguan Tidur Lansia

1.Insomnia Primer 2.Hipersomnia 3.Narkolepsi

1.Tidak ada Gangguan tidur

(40)

3.2 Defenisi Operasional

Tabel 3.1 Defenisi Operasional Gambaran kualitas tidur dan gangguan tidur pada lansia

No Variabel Definisi

Operasional yang dipersepsi & dilaporkan oleh

(41)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu bertujuan untuk mendeskripsikan kualitas tidur dan gangguan tidur lansia di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita di Wilayah Binjai dan Medan.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi penelitian ini dalah keseluruhan objek yang diteliti (Notoadmojo, 2010). Populasi ini adalah semua lansia yang tinggal di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita di Wilayah Binjai dan Medan sebanyak 180 orang. 4.2.2 Sampel

Sampel penelitian ini adalah lansia yang tinggal di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita di Wilayah Binjai dan Medan pada tahun 2013 berjumlah 64 orang. Pengambilan sampel penelitian ini secara non-probability dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (Nursalam, 2009).

Besaran sampel dapat dihitung dengan rumus :

n =

(42)

n = 180 1+180 (0,12)

n = 180 1+180 (0,01)

n = 180 1+1,8

n =180 2,8

n = 64,2

Jadi sampel yang didapat adalah 64,2 dibulatkan menjadi 64 orang. Keterangan :

n : Besar sampel N : Besar populasi

d : Tingkat signifikasi (0,1)

Selanjutnya jumlah sampel yang masuk kriteria penelitian akan dipilih menjadi sampel penelitian. Adapun kriteria yang ditentukan untuk subjek penelitian adalah sebagai berikut :

1. Dapat membaca, menulis, dan dapat berkomunikasi dengan baik.

2. Responden yang tidak sedang mendapatkan terapi obat : Antidepresan, amfetamin.

3. Responden tidak mengkonsumsi alkohol dan cafein misal kopi sebelumnya.

4. Memiliki kesadaran penuh atau tidak mengalami disorientasi waktu, tempat, dan orang.

(43)

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di UPT Pelayanan Soisla Lanjut Usia dan Anak Balita di Wilayah Binjai dan Medan. UPT Pelayanan Sosial dan Anak Balita di Wilayah Binjai dan Medan dipilih menjadi lokasi penelitian karena panti ini merupakan panti yang digunakan untuk pendidikan sehingga memudahkan proses pelaksanaan penelitian, dimana dari data statistik memiliki jumlah lansia yang cukup memadai untuk mendapat responden yang sesuai dengan kriteria penelitian. Pelaksanaan peneliti dilakukan dari tanggal 29 November – 14 Desember 2013.

4.4Pertimbangan Etik

Pertimbangan ini dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, mengajukan surat izin penelitian dari Balitbang Provinsi Sumatera Utara, mengajukan surat penelitian ke Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara dan izin dari UPT Pelayanan Sosial dan Anak Balita di Wilayah Binjai dan Medan. Dalam melakukan penelitian ini, ada beberapa pertimbangan etik yang harus diperhatikan yaitu : Hak kebebasan dan kerahasiaan menjadi responden serta bebas dari rasa sakit baik secara fisik maupun dari tekanan psikologis.

(44)

tidak mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data, tapi dengan memberikan kode pada masing-masing lembar tersebut. Kerahasiaan informasi pasien dijamin oleh peneliti, dan hanya kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.5Instrumen Penelitian dan Pengukuran Validitas-Reabilitas

4.5.1 Kuesioner

Instrumen yang dilakukan dalam penelitian dibuat dalam bentuk kuesioner yang disusun oleh peneliti dengan mengacu pada tinjauan pustaka, instrumen terdiri dari 3 bagian yaitu : Kuesioner Data Demografi (KDD), Kuesioner Kualitas Tidur (KKT), Kuesioner Gangguan Tidur (KGT).

1. Kuesioner Data Demografi

Kuesioner Data Demografi digunakan untuk mengkaji data demografi responden yang meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, agama, dan status perkawinan.

2. Kuesinoer Kualitas Tidur

Kuesioner Kualitas Tidur yang digunakan adalah untuk mengidentifikasi kualitas tidur lanjut usia berupa pertanyaan terstruktur. Kuesioner Kualitas Tidur (KKT) berasal dari Pittsbrugh Sleep Quality Indeks (PSQI), dimana PSQI terdiri dari 7 parameter yaitu:

(45)

2. Ketenangan tidur (pertanyaan no 2 & 5a) dengan nilai ≤15 menit= 0, 16 -30 menit= 1, 31-60 menit= 2, >60 menit= 3 + skor pertanyaan no 5a(jika jumlahnya sama dengan 0=0; 1-2=1; 3-4=2; 5-6= 3).

3. Lamanya tidur (pertanyaan no 4) dengan nilai (.>7=0; 6-7=1; 5-6=2; <5=3)

4. kebiasaan tidur (pertanyaan 1,3, dan 4) dengan nilai (total#jam tidur) (total#jam di tempat tidur) x 100 maka jika>85% =0; 75%-84%= 1, 65%-74%=2; <65%=3.

5. Gangguan tidur (pertanyaan no 5b-5j) dengan nilai (0=0; 1-9=1; 10-18=2; 19-27= 3)

6. Penggunaan obat tidur (pertanyaan no 6) dengan nilai tidak pernah=0; kurang dari sekali seminggu=1; sekali atau dua kali seminggu=2; tiga kali atau lebih seminggu=3)

7. Disfungsi siang hari selama 1 bulan terakhir (pertanyaan no 7 dan 8) dengan nilai tidak pernah=0; kurang dari sekali seminggu=1; sekali atau dua kali seminggu=2; tiga kali atau lebih seminggu=3)(0=0; 1-2=1; 3-4=2; 5-6=3).

(46)

tidur yang buruk, semakin tinggi nilai maka semakin buruk kualitas tidur (Smyth, 2006).

Kuesioner Gangguan Tidur

Kuesioner Gangguan Tidur yang digunakan adalah untuk mengidentifikasi gangguan tidur lanjut usia berupa pertanyaan terstruktur. Kuesioner Gangguan Tidur berasal dari tinjauan pustaka yang terdiri dari : insomnia primer, hipersomnia, narkolepsi, dan apnea. Kuesioner Gangguan Tidur (KGT) berupa pertanyaan dimana skor 0 mengindetifikasi tidak ada gangguan tidur, sementara 3 mengidentifikasi adanya gangguan tidur. Keempat skor masing-masing pertanyaan dijumlahkan untuk mendapatkan skor gangguan tidur. Nilai terendah yang mungkin tercapai adalah 0 dan nilai tertinggi yang mungkin tercapai 48. Semakin tinggi nilai total semakin berat gangguan tidur yang dialami lanjut usia.

Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (2002), P = �������

������ �����

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah) yaitu 48 dan dengan nilai tidak pernah (0), jarang (1), Kadang-kadang (2), sering (3). Maka didapatkanlah panjang kelas sebesar 12. Menggunakan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas interval pertama, dan gangguan tidur pada lanjut usia dikategorikan interval sebagai berikut :

(47)

4.5.2 Validitas

Uji validitas adalah untuk mengetahui tingkat kevalidasi dari instrumen kuesioner yang digunakan dalm pengumpulan data. Untuk menguji validasi isi yaitu validitas berdasarkan tinjauan pustaka. Selanjutnya dikonsultasikan kepada yang berkompeten dibidang tersebut (Setiadi, 2007). Instrumen ini telah diuji validitas oleh 3 dosen yang berisi tentang gangguan tidur lansia sedangkan instrumen kualitas tidur tidak diuji validitas karena sudah baku dan diartikan kedalam bahasa Indonesia. Setelah diuji kepada 3 dosen maka didapatkan hasil penghitungan CVI (Content Validity Index) 1,0 dimana sebuah instrument dikatakan valid jika CVI > 0,8.

4.5.3 Reliabilitas

(48)

4.6Rencana Pengumpulan Data

Persiapan awal mulai dilakukan dengan mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada Institusi Pendidikan (Fakultas Keperawatan). Rekomendasi dari FK USU kemudian dikirimkan ke Balitbang Provinsi Sumatera Utara, melanjutkan surat rekomendasi ke Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara kemudian ke UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita di Wilayah Binjai dan Medan sebagai tempat penelitian. Setelah mendapat izin dari UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita di Wilayah Binjai dan Medan, peneliti melaksanakan pengumpulan data.

Sebelum pengisian kuesioner peneliti menjelaskan kepada responden tujuan penelitian, ketentuan apabila bersedia maka responden dapat mengetahui kualitas tidur dan gangguan tidur yang dimiliki tetapi jika tidak bersedia menjadi responden tidak akan mempengaruhi apapun. Responden yang bersedia akan dimintai untuk menandatangani Informed Consent atau memberi pernyataan persetujuan secara lisan. Responden dimintai untuk menjawab pertanyaan penelitian atau mengisi sendiri kuesioner yang telah diberikan oleh peneliti. Apabila telah didapatkan jumlah sampel sebanyak yang dibutuhkan dalam penelitian, maka pengumpulan data telah selesai dilakukan.

4.7Analisa Data

1. Metode Pengolahan Data

(49)

tertentu, sehingga jelas sifat-sifat yang dimiliki. Hastono (2001) mengemukakan bahwa langkah-langkah pengolahan data meliputi :

a. Editing

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir atau kuesioner. Penelitian memeriksakan jawaban responden dan seluruh pertanyaan telah diberikan jwaban oleh responden.

b. Coding

Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan. Atau memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa.

c. Processing

Merupakan kegiatan memproses data agar dapat dianalisis. Peneliti membuat tabel rekapitulasi data hasil penelitian. Peneliti memasukkan data hasil penelitian pada tabel rekapitulasi dan melakukan pengolahan data secara komputerisasi.

d. Cleaning

(50)

2. Analisa Data

(51)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Bab ini akan menguraikan hasil penelitian melalui pengumpulan data yang dilakukan mulai tanggal 29 November sampai 14 Desember 2013. Penyajian hasil analisia data dalam penelitian ini akan meliputi karakteristik responden, kualitas tidur, dan gangguan tidur pada lansia di Unit Pelaksanaan Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.

5.1.1 Karakteristik Responden

Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas umur responden berada pada kelompok umur lansia muda (elderly) yaitu umur 60-74 tahun45 (70,3%). Responden perempuan sebanyak 43 (67,2%) dan responden laki-laki 21 (32,8%). Mayoritas responden adalah suku Jawa sebanyak 29 (45,3%). Mayoritas responden berpendidikan SD sebanyak 41(64,1). Responden yang beragama Islam sebanyak 59 (92,2%) dan responden yang beragama Kristen sebanyak 5 (7,8%).Hal ini dapat ditunjukan pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik responden (N=64)

Karakteristik Frekuensi Persentase

(52)

Karakteristik Frekuensi Persentase

5.1.2Kualitas Tidur

a. Parameter Tidur Responden

(53)

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan skor kualitas

tidur setiap komponen.

Komponen Kualitas Tidur Frekuensi Persentase Kualitas tidur subjektif

Sangat baik Cukup baik Tidak baik Sangat tidak baik Ketenangan tidur

Penggunaan obat tidur Tidak pernah

Kurang dari sekali seminggu Sekali atau dua kali seminggu Tiga kali atau lebih seminggu Disfungsi siang hari

Tidak pernah (0)

Kurang dari sekali seminggu (1-2) Sekali atau dua kali seminggu (3-4) Tiga kali atau lebih seminggu (5-6)

(54)

b. Kualitas tidur lansia

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sesuai dengan tabel 5.2 menunjukan bahwa total skor kualitas tidur yang diperoleh dengan nilai terendah adalah 3 dan tertinggi adalah 21, dengan rata-rata 1,38. Berdasarkan analisa skor kualitas tidur, diidentifikasi bahwa 37 (57,8%) dari responden mengalami kualitas tidur buruk dan sebanyak 27 (42,2%) dari responden mengalami kualitas tidur yang baik.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan skor kualitas tidur (N=64)

Kualitas Tidur Frekuensi Persentase

Kualitas tidur buruk (skor ≥5-21) Kualitas tidur baik ( <5)

37 27

57,8 42,2

5.1.3Gangguan Tidur

a.Parameter Gangguan Tidur

1. Insomnia

(55)

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi dan persentase gangguan tidur berdasarkan skor Insomnia.

Pernyataan Tidak

Pernah

Jarang

Kadang-kadang

Sering

N % N % N % N %

Sulit memulai tidur Terbangun di malam hari Bangun terlalu awal

0

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tabel 5.6 menunjukan bahwa responden yang tidur lebih dari 10-12 jam di malam hari adalah jarang 60,9%. Responden yang sering merasa mengantuk dan tidur di siang hari meskipun sudah tidur 10-12 jam adalah jarang sebanyak 57,8%. Responden melaporkan akan mengalihkan masalah dengan tidur yaitu jarangsebanyak 48%.

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi dan persentase gangguan tidur berdasarkan skor hipersomnia.

Pernyataan Tidak

pernah

Jarang

Kadang-kadang

Sering

N % N % N % N %

Tidur lebih dari 10-12 jam

Merasa ngantuk dan tidur di siang hari setelah tidur 10-12 jam.

(56)

(78,1%). Responden yang tertidur selama 10-30 menit dan terbangun dengan perasaan segar terbanyak adalah jarang sebanyak 49 (76,6%). Responden yang sering bermimpi dan melihat sesuatu yang menakutkan saat tidur adalah tidak pernah sebanyak jarang sebanyak 46 (71,9%). Responden melaporkan sering seperti bermimpi, tetapi sadar dan tidak bisa membuka mata secara spontan adalah jarang 35 (54,7%). Responden yang mengalami kelumpuhan (kekakuan otot) dalam beberapa menit dan akan hilang secara spontan bila disentuh adalah jarang 24 (37,5%). Responden yang sering mengalami kekakuan otot tiba-tiba dan akan pulih kembali dalam beberapa menit adalah jarang 25 (39,1%).

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi dan persentase gangguan tidur berdasarkan skor narkolepsi.

Pernyataan Tidak

pernah dalam beberapa detik Tertidur selama 10-30 menit dan terbangun

Bermimpi dan melihat sesuatu yang

menakutkan

Seperti bermimpi tetapi sadar dan tidak bias membuka mata Kelumpuhan

(kekakuakan) hilang bila disentuh

Kekakuan dan pulih

(57)

4. Apne

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.9 menunjukan bahwa mendengkur saat tidur adalah jarang 46 (71,9%). Responden yang sering mengalami henti napas dalam jangka waktu pendek adalah jarang 35 (54,7). Reponden yang mengalami ngantuk yang luar biasa di siang hari adalah jarang 55 (85,9%). Responden yang sering berjalan ketika tidur adalah tidak pernah 59 (92,2%). Responden yang sering terjatuh dari tempat tidur adalah tidak pernah 52 (81,3%). Responden yang sering sakit kepala di pagi hari setelah bangun tidur adalah jarang 35 (54,7%).

Tabel 5.8 Distribusi frekuensi dan persentase gangguan tidur

berdasarkan skor pada Apne.

Pernyataan Tidak

pernah

Jarang

Kadang-kadang

Sering

N % N % N % N %

Mendengkur saat tidur Henti napas jangka waktu pendek

Mengalami ngantuk luar biasa

Berjalan saat tidur

Terjatuh dari tempat tidur

Sakit kepala di pagi hari

(58)

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan skor

gangguan tidur.

Gangguan Tidur Frekuensi Persentase

Tidak ada gangguan Gangguan tidur ringan Gangguan tidur sedang Gangguan tidur berat

1 53 10 0

1,6 82,8 10,5 0

5.2 Pembahasan

5.2.1 Karakteristik Responden

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 64 responden (70,3%) berada pada kelompok umur lansia muda (elderly) yaitu umur antara 60-74 tahun. Hasil ini sesuai dengan hasil sensus Badan Pusat Statistik tahu 2008, bahwa umur harapan hidup bangsa Indonesia pada tahun 2010 adalah 66,9 tahun.

Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa sebagian besar responden adalah berasal dari suku Jawa 45,3%, Batak 32,8%, Aceh 9,4%, Melayu 4,7%, dan Minang 6,3%. Data ini mengungkapkan bahwa data yang didapatkan dari pemerintahan Provinsi Sumatera Utara bahwa penduduk mayoritas di Sumatera Utara adalah suku Batak (44,38%), suku Jawa (33,4%) dan sisanya adalah suku yang lain (Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara, 2008).

5.2.2 Kualitas Tidur

(59)

a.Parameter tidur.

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar lansia menilai kualitas tidur cukup baik 56,3%. Sebagian besar responden mengungkapkan bahwa ketenangan tidur yang meliputi waktu yang dibutuhkan untuk memulai tidur dan kebiasaan tidak bisa tertidur lebih dari 30 menit dengan skor 1-2 sebanyak 31,6%. Lamanya tertidur responden lebih dari 7 jam sebanyak 60,9%. Responden juga melaporkan kebisaan tidur setelah dijumlahkan kebiasaan memulai tidur, bangun dipagi hari dan lamanya tidur adalah lebih dari 85% sebanyak 50%. Gangguan tidur yang dialami responden dengan jumlah skor 1-9 sebanyak 73,4%. Begitu juga dengan pengguanan obat, kebanyakan responden tidak pernah minum obat tidur sebanyak 75%. Disfungsi yang dialami pada siang hari paling banyak dengan skor 1-2 sebanyak 81,5%.

(60)

Dapat disimpulkan bahwa kualitas tidur lansia mengalami kualitas tidur yang buruk. Ini dapat terlihat dari kebanyakan responden masih melakukan aktifitas ringan misalnya menonton acara tv yang mereka suka selesai diatas jam tidur malam. Responden juga mengatakan dalam 1 minggu mereka kadang sulit memulai tidur, ini disebabkan responden yang masih memiliki keluarga cemas dengan kondisi keluarganya yang tidak tinggal bersama dengan responden.

b. Kualitas tidur lansia

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa 57,8% dari responden kualitas tidur yang buruk. Temuan ini sejalan dengan tinjauan pustaka bahwa selama penuaan pola tidur mengalami perubahan-perubahan khas yang membedakannya dari orang-orang muda (Stanley & Beare, 2006). Tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian oleh Hilman Syarif yang melakukan penelitian di komunitas tahun 2005, mengidentifikasi bahwa lebih dari 50,4% lansia di Kelurahan Herjosari 1 mengalami kualitas tidur yang buruk.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Evi Karota Bukit, 2005 bahwa sebagian responden memiliki kualitas tidur yang buruk sebanyak 77%.Ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa sebgaian besar responden lansia memiliki kualitas tidur yang buruk.

Kondisi ini sesuai dengan tinjauan pustaka yang mengatakan lansia lebih dari 90% yang berusia 65 tahun atau lebih melaporkan mempunyai masalah dengan tidur dengan episode tidur REM cenderung meningkat (Potter & Perry, 2010).

(61)

yang baik dikarenakan mereka memiliki kemampuan untuk tetap tidur dan kondisi lansia yang masih relative baik dalam hal psikologis maupun biologis (Asmadi, 2008).

Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hilman Syarif yang mengatakan 49,5% mengalami kualitas tidur yang baik dikarenakan mereka dapat beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologisnya.

5.2.3Gangguan Tidur

1.Parameter gangguan tidur

a. Insomnia

Hasil penelitian yang menunjukan sebanyak 53,1% melaporkan memiliki kesulitan untuk memulai tidur di malam hari dengan intensitas jarang. Responden sebanyak 48,4% tidak pernah mengalami kejadian terbangun saat tidur di malam hari. Kebanyakan responden bangun tidur terlalu awal sebanyak 53,1% dengan intensitas jarang. Ini menunjukan bahwa responden memiliki gangguan tidur ringan yang disebabkan oleh perubahan psikologis dan perubahan fisik.

Hal ini sejalan dengan penelitian “ The Gallup Organization” didapatkan 50% penduduk Amerika pernah mengalami sulit tidur dan 12% mengatakan sulit tidur. Prevalensi sulit tidur (insomnia) pada usia lanjut di Amerika adalah 36% untuk laki-laki dan 54% pada wanita dan di Hongkong terdapat 10% pada usia lanjut (Rafknowledge, 2004).

(62)

orang yang menderita insomnia sering dapat tidur lama dari yang mereka pikirkan, tetapi kualitasnya kurang (Asmadi, 2008)

Dapat disimpulkan lansia mengalami insomnia dikarenakan kebiasaan tidur yang buruk dengan tidak mengatur jadwal tidur dan bangun.Beberapa responden juga mengatakan bila tidak beraktifitas yang menyebabkan tubuh letih di siang hari maka pada malam hari mengalami kesulitan untuk tidur.

b.Hipersomnia

Hasil penelitian yang menunjukan 60,9% reponden tidur lebih dari 10-12 jam pada malam dengan intensitas jarang. Reponden juga melaporkan bahwa sebanyak 57,8% merasa mengantuk dan tidur di siang hari meskipun sudah tidur 10-12 jam di siang hari. Begitu juga dengan mengalihkan masalah dengan tidur dilakukan responden sebanyak 48,4% dengan intensitas jarang. Responden jarang mengalami hipersomnia karena aktifitas yang masih biasa dilakukan secara mandiri.

Hal ini tidak sejalan teori yang mengatakan bahwa hipersomnia berhubungan dengan ketidakaktifan, gaya hidup yang membosankan, atau depresi. Orang tersebut dapat menunjukan gejala seperti mengantuk di siang hari setelah banyak menghabiskan waktu tidur di malam hari dan keluhan keletihan serta kelemahan (Stanley & Beare, 2006).

(63)

c. Narkolepsi

Hasil penelitian menunjukan responden yang tiba-tiba tertidur di siang hari sebanyak 78,1% dengan intensitas jarang. Sebanyak 76,6% responden melaporkan setelah tertidur beberapa detik merasa segar dengan intensitas jarang. Reponden mengatakan mengalami mimpi dan melihat sesuatu yang menakutkan saat tidur sebanyak 71,9% dengan intensitas jarang. Responden melaporkan mengalami seperti mimpi tetapi masih sadar dan tidak bisa membuka mata secara spontan sebanyak 54,7% dengan intensitas jarang. Mengalami kelumpuhan (kekakuaan) dalam beberapa menit dan hilang setelah di sentuh sebanyak 37,5 dengan intensitas jarang. Mengalami kekakuan otot dan hilang secara sepontan dengan responden sebanyak 39,1% dengan intensitas jarang.

Penelitian yang dilakukan oleh kurniawati, 2012 mengatakan bahwa 42,67% responden yang diteliti mengalami narkolepsi. Ini sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa narkolepsi relative jarang terjadi, terjadi pada 0,03% sampai 0,16% populasi, dan jumlah laki-laki dan perempuan yang mengalaminya hampir sama (Durand & Barlow, 2007).

Narkolepsi pada responden jarang terjadi karena penilaian yang dilakukan selama 3 bulan terakhir tentang tidur.Kemungkinan besar dari responden sudah lupa bagaimana tidur yang dialami selama 3 bulan terakhir.

d. Apnea

(64)

jarang. Responden melaporkan sebanyak 85,9% mengalami rasa ngantuk yang luar biasa di siang hari. Responden sebanyak 81,2% mengatakan tidak pernah berjalan saat tidur. Responden melaporkan tidak pernah jatuh dari tempat tidur sebanyak 81,2%. Responden sebanyak 35,9% sering mengalami sakit kepala dipagi hari dengan intensitas kadang-kadang.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati, 2012 di salah satu RS Kota Bandung yang mengatakan bahwa 26,67% mengalami apne tidur.

Hal ini sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa apne di tandai dengan berhentinya pernapasan minimal 10 detik dimana pernapasan dapat berhenti paling banyak 300 kali.Begitu juga dengan pria dewasa dengan riwayat mendengkur yang keras, dan intermiten (Stanley & Beare, 2006).Abnormalitas pernapasan yang serius dan terjadi pada malam hari dapat menimbulkan rasa ngantuk yang berkepanjangan pada siang hari, terutama pada saat-saat tenang.Beberapa gejala yang terjadi adalah mendengkur dengan keras dan sakit kepala pada pagi hari (Tomb, 2003).

(65)

2. Gangguan Tidur

Hasil penelitian ini yang menunjukan sebanyak 82,8% responden mengalami gangguan tidur ringan. Sesuai dengan tinjauan teori yang mengatakan proses patologis terkait usia dapat menyebabkan perubahan pola tidur. Gangguan tidur menyerang 50% orang yang berusia 65 tahun atau lebih yang tinggal di rumah dan 66% orang yang tinggal di fasilitas perawatan jangka panjang (Stanley & Beare, 2006).

Hal ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marliyani Lubis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita wilayah Binjai dan Medan yang mengatakan bahwa 70% responden memiliki kebutuhan tidur yang cukup, dan dapat disimpulkan bahwa kebutuhan tidur lansia di tempat penelitian ini adalah cukup.

Kebanyakan orang tahu bahwa lansia cenderung memiliki tidur malam yang buruk. Keesokan paginya merasa pusing di pagi hari (puyeng), dan sepanjang hari kita akan menjadi irritable. Sebuah studi menunjukan bahwa abnormalitas tidur merupakan tanda yang mendahului depresi klinis serius, yang menunjukan bahwa masalah tidur dapat memprediksi resiko kelak mengalami gangguan suasana perasaan (Duramd & Barlow, 2007).

(66)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan pada tanggal 29 November 2013 sampai dengan 14 Desember 2013 terhadap 64 orang lansia yang berada di Unit Pelaksanaan Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan diperoleh bahwa 57,8% responden mengalami kualitas tidur yang buruk dan 42,2% responden mengalami kualitas tidur yang baik.

Gangguan tidur pada lansia Unit Pelaksanaan Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan umumnya mengalami gangguan tidur ringan sebanyak 82,8%, gangguan tidur sedang 15,6% dan tidak ada gangguan sebanyak 1,6%.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu perawat dalam mengontrol, memfasilitasi dan meningkatkan kualitas tidur lansia. Serta membantu mengidentifikasi dan mengatasi gangguan tidur yang dialami kebanyakan lansia yang tinggal dipanti.

6.2.2 Bagi Pendidikan Keperawatan

(67)

lansia dan dapat dijadikan bahan referensi khususnya bagi bidang keperawatan komunitas.

6.2.3 Bagi Penelitian Keperawatan

(68)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep & Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.

Davidson,G.C, Neale,J.M.,&Kring, A.M. (2006). Psikologi Abnormal Edisi ke-9. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Durand, V.M.& Barlow, D.H. (2007). Intisari Psikologi Abnormal. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Hastono. (2001). Analisa Data. Jakarta : FKMUI

Hidayat, A A(2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika.

Humas UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usai. (2013) Daftar Nama : WBS Lanjut Usia Binjai. Binjai Sumatera Utara.

Bukit, Evi Karota. (2005).KualitasTidur Dan Faktor-FaktorGangguanTidurKlienLanjutUsia Yang DirawatInap Di RuangPenyakitDalamRumahSakit.Diaksestanggal 3 Februari 2014 http://journal.ui.ac.id/index.php/jkepi/article/view/2274.

Kozier, B., Glenora, E., Berman, A.,& Snyder, S.J. (2004). Fudanmental of Nursing : concept, process, and practice Seventh Edition. United States of America : Perason Prentice Hall.

Kurniawati. (2012). GambaranGangguanTidurpadaPasienSistemik Lupus Eritematosus di PoliklinikRematologiRumahSakitUmumPusat DR. HasanSadikin Bandung.Diaksestanggal 23 Januari 2014 http://pustaka.unpad.ac.id/archives/116949/

Marliyani, Lubis. (2011). PemeuhanKebutuhanIstiahatTidurpadalansia di UPT PelayananSosialLanjutUsiadanAnakBalita di Wilayah Binjaidan Medan.Medan : USU.

(69)

Mutiara, S. (2011). Karakteristik Dan Kebutuhan Penduduk Lanjut Usia Di Kota

Medan. Diambil pada tanggal 14 Juni

Notoadmojo, S. (2010). Metodeologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nugroho. (2012). Keperawatan Gerontik & Geriatrik Edisi 3. Jakarta : EGC.

Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodeologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Potter & Perry. (2010). Fundamental Keperawatan Buku 3 Edisi 7. Jakarta : EGC. Rafknowladge.(2004). Insomnia danGangguanTidurLainnya.Jakarta :Elex Media

Komputindo.

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Jakarta : Graha Ilmu. Saryono. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan Penuntun Praktis Bagi

Pemula. Jogjakarta : Mitra Cendikia Press.

Smyth, C. (2007). The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Diambil tanggal 23 Mei 2013 dari

Stanley, M., & Beare, P. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC.

Sudjana, (2001). Metode Statistika cetakan 6. Bandung : Tarsito.

Susanto, A. (2013). Jumlah Lansia Indonesia, Lima Besar Terbanyak di Dunia. Di ambil tanggal 28 mei 2013 dari

Susilo, Y., & Wulandari, A.(2011). Cara Jitu Mengatasi Insomnia. Yogyakarta : Penerbit ANDI.

Syarif, H. (2005). Kualitas Tidur dan Gangguan Tidur Lanisa Di . Medan : USU. Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia & Proses Keperawatan

Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.

(70)

Lampiran 7

Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian

Saya yang bernama Yuli Kristiani adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanankan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi kualitas tidur lansia dan gangguan tidur pada lansia di Unit PelaksanaanTeknisPelayananSosialLanjutUsiadanAnakBalita Wilayah Binjaidan Medan.

Saya mengharapkan jawaban/tanggapan yang saudara berikan sesuai dengan pendapat saudara sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya menjamin kerahasian identitas saudara. Informasi yang saudara berikan hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain.

Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat bebas untuk ikut menjadi peserta penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika saudara bersedia menjadi peserta penelitian ini, silahkan saudara menandatangani kolom di bawah ini.

Terima kasih atas pertisipasi bapak/ibu dalam peneli tian ini :

Medan, November 2013

Peneliti Responden

Gambar

Gambar 2.1 Tahapan sirklus tidur lansia (Potter & Perry, 2010)
Tabel 3.1 Defenisi Operasional Gambaran kualitas tidur dan gangguan tidur pada
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik responden (N=64)
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase  berdasarkan skor kualitas
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian untuk Pakar I, Ahli Bordir untuk mengetahui : Responsif / tanggapan Pakar I dari model yang diharapkan konsumen terhadap bordir hasil SIK : Kritik

Pembangunan kapasitas dapat juga didefinisikan sebagai sebuah proses untuk (i) meningkatkan kemampuan individu, kelompok, organisasi, dan juga masyarakat untuk

Secara parsial menunjukkan bahwa financial literacy, financial satisfaction, dan pendidikan orang tua berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial

Noer Chairat: Pertanggung Jawaban Secara Hukum Atas Proses Transfer Uang (Electronic Funds Transfer) Melalui Bank Menurut undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, 2007... Noer

berjudul PENGGAMBARAN KONFLIK BATIN CALON BIARAWATI SEBAGAI IDE PENULISAN SKENARIO DRAMA LEPAS SIAPA KAMU.. Penyusunan laporan tugas akhir kekaryaan ini bukan semata-mata

L II 61 bekerja pada interfasial minyak (lipid)-air dan mendegradasi dengan baik komponen minyak (lipid) dalam oil sludge sehingga dapat larut dalam fase air dan

kurikulum di MTs Negeri Laboratorium UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta meliputi: landasan dan tujuan manajemen kurikulum yaitu KTSP dan Permendiknas tahun 2007,

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena skripsi dengan judul “Pembenahan Sistem Pengendalian Internal (SPI) Siklus Pembelian dan Penjualan untuk