• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penambahan Soda Ash Terhadap pH Air Baku Pada Pengolahan Air Minum Di PDAM Tirtanadi Hamparan Perak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penambahan Soda Ash Terhadap pH Air Baku Pada Pengolahan Air Minum Di PDAM Tirtanadi Hamparan Perak"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

5.2. Saran

Diharapkan kepada IPA Hamparan Perak agar mengkalibrasi alat yang

digunakan sebelum dilakukan pengujian agar hasil yang diperoleh saat

pengujian lebih akurat

Diharapkan kepada IPA Hamparan Perak agar sebaiknya pemeriksaan

turbidimeter air baku perlu dperhatikan karena dengan parameter itu kita dapat

mellihat kondisi air. Sehingga dapat ditentukan berapa dosis PAC, soda Ash

serta klor yang harus ditambahkan pada proses pengolahan air.

Diharapkan kepada seluruh masyarakat yang berada disekitar sungai agar

menjaga kelestarian sungai.

DAFTAR PUSTAKA

Franzini, J.B dan Sasongko D., 1985. Teknik Sumber Daya Air. Edisi 3 jiid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Madan, R.D., 1987. Modern Inorganic Chemistry. New Delhi: S. Chand & Company LTD.

Rahayu, I. 2007. Cara Menangani Air Kotor menjadi Air Bersih. Bandung: Citra Praya. Soejardi., 1978.Pemurnian Air Dengan Proses Pengendapan. Yogyakarta: Lembaga

Penelitian

Sutrisno, TC dan Suciastuti E., 1987. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Penerbit PT. Bina Aksara.

(2)

dimasukkan ke dalam air dapat melepaskan OH- memperbanyak ion H+ akibatnya [ H+ ]

> [ OH- ]. Oleh karena itu di tambahkan larutan soda Ash.

(Soejardi., 1978)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Alat Dan Bahan 3.1.1.Alat

 Beakerglass 1000 ml Pyrex

 Neraca analitis

 pH meter sension 156

 Erlenmeyer 250 ml pyrex

 Spatula

 Batang pengaduk

 Pipet serologi 5 ml pyrex

 Pipet serologi 10 ml pyrex

 Bola karet

 Tisu

(3)

 Turbidimeter Hach 2100 P

 Komparator pH 10 ml pyrex

 Kuvet komparator 10 ml

 Botol aquadest

 Plastik

 Pipet tetes

 Kerucut Imhof

3.1.2 Bahan

 Air baku

 Air reservoir

 Indikator BTB

 Soda ash(Na2CO3)

 Aquadest

3.2 Prosedur

3.2.1 Pembuatan Larutan Jenuh Soda Ash

 Sediakan 5 buah beakerglass 1000 ml berisi air bersih 1000 ml.

 Timbang 1,0; 2,0; 3,0; 4,0; 5,0; g soda Ash dan masukkan

masing-masing kedalam beakerglass berisi air bersih. Aduk sampai soda Ash

benar-benar larut.

 Periksa pH Larutan Soda Ash dengan menggunakan pH meter Sension

156.

(4)

3.2.3 Pemeriksaan Dengan Cara Jar Test

 Siapkan 5 buah beakerglass 1000 ml berisi air baku 1000 ml.

 Periksa kekeruhan dan pH air baku yang akan di Jar Test.

 Ambil larutan PAC sebanyak 1000 ml dan tuangkan ke kerucut imhof

1000 ml

 Masukkan baumeter dan baca skala yang terdapat pada baumeter,

Sesuaikan pembacaan skala pada baumeter dengan tabel kolerasi yang

ada.

 Catat hasil pengukuran konsentrasi PAC.

 Siapkan larutan PAC 1% dengan cara:

 Pipet 10 ml larutan PAC 5%

 Masukkan kedalam labu ukur 100 ml dan tambahkan aquadest

Sampai garis Batas, aduk hingga homogen.

Dosis PAC=

 Injeksikan kedalam 5 buah beakerglass 1000 ml sesuai dosis PAC yang

direkomendasikan/sesuai turbiditas air baku.

 Masukkan 5 buah beakerglass 1000 ml kedalam alat Jar Test dan

turunkan Agiator Jar Test, aktifkan alat dan atur putaran pada 140 ppm

untuk putaran cepat selama 5 menit, kemudian atur kembali putaran pada

posisi 50 ppm untuk putaran lambat selama 10 menit. Matikan alat,

(5)

 Setelah terbentuk endapan periksa dan catat kekeruhan dan pH air

masing-masing beakerglass. Tentukan dosis berdasarkan kekeruhan

terkecil dan pH optimum.

 Ambil 5 buah beakerglass 1000 ml yang baru berisi air baku 1000 ml.

 Masukkan larutan PAC 1% dan samakan dosisnya dengan beakerglass

yang kekeruhannya kecil dan pHnya Optimum kedalam 5 beakerglass

yang berisi air baku.

 Masukkan 5 buah beakerglass 1000 ml kedalam alat Jar Test dan

turunkan Agiator Jar Test, aktifkan alat dan atur putaran pada 140 ppm

untuk putaran cepat selama 5 menit, kemudian atur kembali putaran pada

posisi 50 ppm untuk putaran lambat selama 10 menit.

Teteskan 5 buah beakerglass 1000 ml tersebut yang sudah di Jar Test

dengan larutan soda Ash jenuh berdasarkan pH optimum sebanyak 1; 2;

3; 4; 5; ml. Matikan alat, angkat agiator, diamkan selama 20 menit untuk

proses pengenadapan.

 Periksa pHnya.

3.2.3 Pemeriksaan pH Air Baku dari Larutan Jenuh Soda Ash Hasil Jar Test

 Siapkan komparator pH dan indikator BTB.

 Ambil 10 ml air baku dari larutan jenuh soda Ash hasil Jar Test dan

teteskan Indikator BTB sebanyak 3 tetes.

(6)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Tabel 4.1. Pemakaian Soda Ash untuk Soda Ash lemah Hari PH

(7)

I

Dari percobaan yang telah dilakukan di laboratorium PDAM Tirtanadi IPA (instalasi

Pengolahan Air) Hamparan Perak, pada sampel hari pertama, diperoleh turbidi air baku

yaitu; turbiditas 88,90 NTU, keasaman (pH) 6,90, setelah penambahan PAC 1% dan

dilakukan jar test diperoleh turbiditas air menjadi 0,062 NTU dan keasaman (pH) 6,70

serta dosis PAC 25 ppm. Kemudian dilakukan percobaan yang sama pada air baku

tetapi dengan dosis PAC yang sama yaitu 25 ppm dan di jar test kembali dengan waktu

dan kecepatan putaran yang sama, tetapi pada putaran lambat di teteskan 1; 2; 3; 4; 5

ml larutan soda ash jenuh berdasarkan pH optimum dan didiamkan beberapa menit

untuk proses pengendapan. Setelah diperiksa pH dan kekeruhannya kembali didapat

turbiditas air yang sama yaitu 0,62 NTU dan keasaman berubah menjadi (pH) 7,00 pada

(8)

Pada hari kedua, diperoleh turbidi air baku yaitu; turbiditas 20,10 NTU, keasaman

(pH) 7,00, setelah penambahan PAC 1% dan dilakukan jar test diperoleh turbiditas air

menjadi 0,73 NTU dan keasaman (pH) 6,90 serta dosis PAC 21 ppm. Kemudian

dilakukan percobaan yang sama pada air baku tetapi dengan dosis PAC yang sama yaitu

21 ppm dan di jar test kembali dengan waktu dan kecepatan putaran yang sama, tetapi

pada putaran lambat di teteskan 1; 2; 3; 4; 5 ml larutan soda ash jenuh berdasarkan pH

optimum dan didiamkan beberapa menit untuk proses pengendapan. Setelah diperiksa

pH dan kekeruhannya kembali didapat turbiditas air yang sama yaitu 0,73 NTU dan

keasaman berubah menjadi (pH) 7,10 pada air baku yang berisi 2 ml larutan soda ash

jenuh. Pada hari ketiga, diperoleh turbidi air baku yaitu; turbiditas 15,70 NTU,

keasaman (pH) 7,00, setelah penambahan PAC 1% dan dilakukan jar test diperoleh

turbiditas air menjadi 0,55 NTU dan keasaman (pH) 6,90 serta dosis PAC 25 ppm.

Kemudian dilakukan percobaan yang sama pada air baku tetapi dengan dosis PAC yang

sama yaitu 25 ppm dan di jar test kembali dengan waktu dan kecepatan putaran yang

sama, tetapi pada putaran lambat di teteskan 1; 2; 3; 4; 5 ml larutan soda ash jenuh

berdasarkan pH optimum dan didiamkan beberapa menit untuk proses pengendapan.

Setelah diperiksa pH dan kekeruhannya kembali didapat turbiditas air yang sama yaitu

0,55 NTU dan keasaman berubah menjadi (pH) 7,00 pada air baku yang berisi 1 ml

larutan soda ash jenuh. Pada hari keempat, diperoleh turbidi air baku yaitu; turbiditas

17,60 NTU, keasaman (pH) 7,00, setelah penambahan PAC 1% dan dilakukan jar test

diperoleh turbiditas air menjadi 0,61 NTU dan keasaman (pH) 6,90 serta dosis PAC 23

ppm. Kemudian dilakukan percobaan yang sama pada air baku tetapi dengan dosis PAC

yang sama yaitu 23 ppm dan di jar test kembali dengan waktu dan kecepatan putaran

(9)

jenuh berdasarkan pH optimum dan didiamkan beberapa menit untuk proses

pengendapan. Setelah diperiksa pH dan kekeruhannya kembali didapat turbiditas air

yang sama yaitu 0,61 NTU dan keasaman berubah menjadi (pH) 7,10 pada air baku

yang berisi 1 ml larutan soda ash jenuh. Pada hari kelima, diperoleh turbidi air baku

yaitu; turbiditas 20,90 NTU, keasaman (pH) 7,00, setelah penambahan PAC 1% dan

dilakukan jar test diperoleh turbiditas air menjadi 0,50 NTU dan keasaman (pH) 6,90

serta dosis PAC 25 ppm. Kemudian dilakukan percobaan yang sama pada air baku

tetapi dengan dosis PAC yang sama yaitu 25 ppm dan di jar test kembali dengan waktu

dan kecepatan putaran yang sama, tetapi pada putaran lambat di teteskan 1; 2; 3; 4; 5

ml larutan soda ash jenuh berdasarkan pH optimum dan didiamkan beberapa menit

untuk proses pengendapan. Setelah diperiksa pH dan kekeruhannya kembali didapat

turbiditas air yang sama yaitu 0,50 NTU dan keasaman berubah menjadi (pH) 7,00 pada

air baku yang berisi 1 ml larutan soda ash jenuh.

Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa pH yang diperoleh sudah memenuhi

persyaratan kualitas air minum Nomor : 492/Menkes/Per/IV/2010 yaitu dengan

parameter kimiawi (pH) 6,5 – 8,5 karena apabila pH berubah atau tidak sesuai dengan

yang telah ditetapkan oleh Kemenkes maka akan menyebabkan perubahan pada bau,

rasa dan warna serta terjadi pelarutan logam berat dan korosi jaringan pada air minum.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa air hasil olahan IPA Hamparan Perak sudah

memenuhi syarat dan ketentuan yang ditetapkan. Sehingga air hasil olahan di IPA

Hamparan Perak dapat disalurkan ke pelanggan untuk keperluan rumah tangga.

(10)

Menghitung Jumlah Soda Ash Na2CO3 yang dipakai hingga didapat nilai pH=

7,0 – 8,0 yang dilakukan di laboratorium dengan melakukan percobaan Jar Test

Hasil Penelitian Hari I

Untuk mencapai pH Larutan Jenuh = 10,830 (pada tabel I) di perlukan tepung

Soda Ash :

= 5,0 g Soda Ash/1000 ml Air

= 5 g/ltr

Untuk mencapai nilai pH = 7,00 (pada table 2) dalam proses netralisasi

dibutuhkan larutan soda Ash jenuh sebanyak :

= 2,0 ml/1000 ml air

= 2 ml/ltr

Bila debit air = 130ltr/det, maka dibutuhkan larutan soda Ash jenuh sebanyak:

= 130 ltr/det x 2 ml/ltr

=260 ml/det

= 0,26ltr/det

Sedangkan tepung soda Ash yang terkandung di dalam air :

= larutan soda Ash jenuh x tepung soda Ash

(11)

= 1,3 g/det

Jumlah kapur yang digunakan adalah :

= 1,3 g/det x 3600 det x 1/1000

= 4,6 kg/jam

2. Perhitungan pH Air dengan Penambahan Kapur SecaraRumus pH

Menghitung pH air secara rumus pH dengan data hasil penelitian hari I, II, III.

IV, V.

Hari I

Na2CO3 Na2+ + CO3-

Mol Na2CO3 = Gr

BM 2NaOH

= 5

80

= 0,062 mol

Mol OH- = Na2CO3

= 2Na+ + 2(OH) 2NaOH

2 (OH) = 2 x 0,062

= 0,124

Jumlah mol OH- = 1000 x 0,124

(12)

OH- = 1,24 x 10-1

pOH = -Log (OH-)

= -Log 0,124 x 10-1

= 1 – Log 1,24

= 1 – (-0,09)

= 1,09

Maka pH netral air = pOH + Penurunan pH

= 1,09 + 6,7

= 7,79

4.3 Hasil penentuan dan jumlah soda Ash, pH dan kekeruhan dari Air Sampel Jumlah soda Ash pH air Kekeruhan

1 5 6,90 88,90

2 5 7,00 20,50

3 5 7,00 15,70

4 5 7,00 17,60

(13)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Pengendalian yang dilakukan terhadap soda Ash yaitu dengan melihat sampel pada

hari pertama diperoleh Turbidity awal 88,90 NTU dan pH = 6,90, setelah di jar test

maka diperoleh turbidity 0,62 NTU dan pH = 6,70 serta dosis alumunium sulfat

(PAC) yang diperoleh 25 ppm dan setelah di jar test kembali dengan dosis

alumunium sulfat (PAC) yang sama 25 ppm pada air baku yang baru tetapi pada

pengadukan lambat diteteskan larutan soda ash jenuh berdasarkan pH optimum

diperoleh turbidity menjadi 0,62 NTU dan pH air menjadi pH = 7,00 diperlukan

(14)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Tentang Air

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan,

terutama penyakit perut. Seperti yang telah kita ketahui bahwa penyakit perut adalah

penyakit yang paling banyak terjadi di Indonesia.

Air adalah salah satu diantara pembawa sakit yang berasal dari tinja sampai

kepada manusia. Supaya air yang masuk ketubuh manusia baik berupa minuman atau

pun makanan tidak menyebabkan/merupakan pembawa bibit penyakit, maka

pengolahan air baik berasal dari sumur, jaringan transmisi atau distribusi adalah mutlak

diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit

dengan air yang sangat di perlukan.

Setiap makhluk di dunia memerlukan air. Tanpa air sebagai zat yang paling

esensial untuk menunjang kehidupan, maka dapat di pastikan tidak ada kehidupan di

dunia ini. Untuk manusia, air selain sebagai konsumsi makanan dan minuman juga di

andalkan untuk keperluan pertanian, industri dan lain-lain.

Padahal beberapa abad yang lalu, manusia dalam memenuhi kebutuhan akan air

(15)

dekatnya dengan menggunakan peralatan yang sangat sederhana. Namun sekarang ini,

khususnya di kota yang sudah langkah akan sumber air minum yang

bersih tidak mungkin mempergunakan cara demikian. Umumnya air sudah tercemar,

dan ini berarti harus mempergunakan suatu peralatan suatu yang modern untuk

mendapatkan air minum agar terbebas dari berbagai penyakit.

Sumber – sumber air :

1. Air laut

2. Air atmosfer, air meteriogik

3. Air permukaan

4. Air tanah

1. Air Laut

Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl

dalam air laut 3 %. Dengan keadaan ini, maka air laut tidak memenuhi syarat untuk

air minum.

2. Air Atmosfer, Air Meteriologik

Dalam keadaan murni, sangat bersih, karena adanya pengotoran udara yang

disebabkan oleh kotoran – kotoran industri/debu dan lain sebagainya. Maka untuk

menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada penampung air

hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih banyak

mengandung banyak kotoran.

Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa – pipa

(16)

korosi atau karatan. Juga air hujan ini mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros

terhadap pemakaian sabun.

3. Air permukaan

Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya

air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh

lumpur, batang –batang kayu, daun – daun, kotoran industri kota dan sebagainya.

Beberapa pengotoran ini, masing masing permukaan akan berbeda – beda

tergantung pada daerah pengaaliran air permukaan ini. Jenis pengotorannya adalah

merupakan pengotoran fisik, kimia, dan bakteriologi.

Air permukaan dibagi menjadi dua macam yaitu :

a. Air sungai

b. Air rawa / danau

4. Air tanah

Air tanah terbagi atas :

a. Air tanah dangkal

b. Air tanah dalam

c. Mata air

a. Air tanah dangkal

Terjadi karena adanya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur akan

tertahan, demikian pula dengan bakteri, sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih

banyak mengandung zat kimia ( yang terlarut ) karena melalui lapisan tanah yang

(17)

Lapisan tanah disini berfungsi sebagai saringan. Disamping penyaringan,

pengotoran juga masih berlangsung terutama pada permukaan air yang terdapat

pada permukaan tanah, setelah menemui lapisan rapat ini, air terkumpul merupakan

air tanah dangkal dimana air tanah dimanfaatkan sebagai sumber air minum melalui

sumur – sumur dangkal

b. Air tanah dalam

Air tanah dalam terdapat setelah lapisan rapat air yang pertama. Pengambilan air

tanah dalam ini, tidak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus

digunakan bor dan memasukkan pipa kedalamnya sehingga dalam suatu kedalaman

tertentu akan didapat suatu lapisan air.

Jika tekanan air tanah ini besar, maka air ini akan dapat menyembur keluar dan

dalam keadaan ini sumur ini disebut Artesis. Jika air tidak dapat keluar dengan

sendirinya, maka digunakan pompa untuk membantu pengeluaran air tanah dalam

ini.

c. Mata air

Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya kepermukaan tanah. Mata

air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak berpengaruh oleh musim dan

kualitas atau kuantitas sama dengan keadaan air dalam.

Contoh air sumur

(Sutrisno Totok dan Suciastuti Eni.,1987)

(18)

Air murni adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau yang

terdiri dari Hidrogen dan Oksigen. Karena air bersifat universal, maka yang paling

alamiah maupun buatan manusia hingga tingkat-tingkat tertentu ada zat yang terlarut

didalamnya. Di samping ini akibat daur hidrologi air juga mengandung berbagai zat

lainnya termasuk gas, zat-zat ini sering disebut pencemar yang terdapat di dalam air.

Dalam penelitian mutu air, pencemar di dalam air biasanya di klasifikasikan

atas: fisik, kimia dan biologis.

2.2.1 Sifat-sifat fisik dari air

a. Bahan padat keseluruhan ditetapkan dengan menguapkan suatu contoh air dan

menimbang sisanya yang telah kering. Bahan padat terapung didapat dengan

menyaring suatu contoh air. Perbedaan bahan padat keseluruhan dan bahan padat

terapung merupakan bahan padat terlarut. Konsentrasi bahan padat terlarut

keseluruhan, bersama-sama suatu analisis kimiawi terperinci, dipergunakan

untuk menguji kecocokan berbagai sumber air untuk berbagai pemanfaatan,

misalnya industri dan pertanian.

b. Kekeruhan, yaitu mengurangi kejernihan air dan akibatnya oleh

pencemar-pencemar yang terbagi halus, darimanapun asalnya, yang ada dalam air.

Kekeruhan biasanya disebabkan oleh lempung, lanau, partikel-partikel tanah dan

pencemar-pencemar koloidal lainnya.

c. Warna yang banyak diakibatkan oleh jenis-jenis tertentu dari bahan organik yang

terlarut dan koloidal yang terbilas dari tanah atau tumbuh-tumbuhan yang

(19)

d. Rasa dan bau pada air disebabkan oleh adanya bahan organik yang membusuk

atau bahan kimia yang mudah menguap. Pengukurannya dengan melarutkan

warna, rasa dan bau.

e. Suhu air merupakan hal yang penting jika dikaitkan dengan tujuan penggunaan,

pengolahan untuk membuang bahan-bahan pencemar serta pengangkutannya.

Suhu tergantung pada sumber airnya. Suhu air tanah akan bervariasi menurut

kedalaman dan ciri-ciri akifer yang menjadi sumber air itu. Suhu air permukaan

yang disadap dari suatu waduk yang dalam bervariasi juga menurut

kedalamannya.

2.2.2 Sifat-sifat Kimia a. Derajat keasaman (pH)

pH adalah bilangan yang menunjukkan berapa konsentrasi ion H+ di dalam suatu

larutan. Konsentrasi ini ditunjukkan oleh pH yang berarti pH=-log (H+). Air

murni atau netral (tidak asam dan tidak basa) mempunyai pH=7. Air yang

bersifat asam mempunyai jumlah ion H+ lebih besar dari ion OH- dan

sebaliknya, air yang bersifat basa mempunyai jumlah ion OH- lebih besar dari

ion H+.

b. Alkalinitas air adalah pengukur kapasitasnya untuk menetralisir asam-asam.

Pada air alamiah, alaklinitas dikaitkan dengan konsentrasi bikarbonat, karbonat

dan hidrookarbonat dalam milligram per liter. Keasaman dinyatakan dalam

jumlah kalsium karbonat yang di butuhkan untuk menetralisir air tersebut.

c. Karbon dioksida adalah salah satu gas minor yang ada di atmosfer dan

merupakan hasil akhir dari pembusukan biologi, baik yang aerobik maupun yang

(20)

sejumlah kecil karbon dioksida (biasanya kurang dari 5mg/l), tetapi air tanah

dapat mengandung jumlah karbon dioksida lebih besar yang merupakan hal

penting, karena mempengaruhi pH air, menimbulkan karat bagi banyak sistem

perpipaan dan mempengaruhi kebutuhan dosis bila digunakan pengolahan

kimiawi.

a. Kalsium dan magnesium adalah ion-ion utama yang membentuk

kesadahan air. Seperti tercantum dalam tabel, ion-ion logam terlarut yang

bervalensi dua dan tiga, misalnya aluminium, besi, mangan dan seng,

mempunyai sumbangan juga dalam pembentukan kesadahan. Kesadahan

dinyatakan dalam milligram per liter padanan kalsium karbonat.

Kesadahan air alamiah sangat bervariasi diseluruh Amerika Serikat. Air

kira-kira dapat diklasifikasikan menurut tingkat kesadahan yang

dikandungnya sebagai berikut:

1. Mikroorganisme patogen, yang dapat menyebabkan penyakit, yang paling

menjadi perhatian pada masalah kualitas air.

2. Mikroorganisme non patogen, mikroorganisme yang tidak menimbulkan

(21)

(Franzini Joseph B.,1979)

2.3.Standar Kualitas Air

Pemerintah telah menetapkan standar kualitas air yang berbeda-beda bergantung

pada penggunaannya. Standar kualitas air untuk air minum berbeda dengan standar

kualitas air untuk keperluan mandi, mencuci, pertanian, perikanan dan peternakan.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.20 Tahun 1990 tentang

Pengendalian Pencemaran Air, air menurut peruntukannya digolongkan menjadi empat

golongan yakni A,B,C dan D.

Golongan A, air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa

pengolahan terlebih dahulu.

Golongan B, air dapat digunakan sebagai air baku air minum.

Golongan C, air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.

Golongan D, air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat

dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri dan pembangkit listrik tenaga air.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 Tahun 2001 tentang

Pengeloloaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, klasifikasi mutu air

(22)

Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau

peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,

pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau

peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air

tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang

mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan

atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan

tersebut.

Syarat-syarat standar kualitas air bersih diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No.416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan

Kualitas Air. Berdasarkan peraturan tersebut, dikenal istilah air minum, air bersih, air

kolam renang dan air pemandian umum.

Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat

langsung diminum. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari

yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.

Air kolam renang adalah air di dalam kolam renang yang digunakan untuk olahraga

renang dan kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan. Air pemandian umum adalah

air yang digunakan pada tempat pemandian umum tidak termasuk pemandian untuk

(23)

Persyaratan kualitas air meliputi persyaratan mikrobiologi, fisika dan kimia. Air

dengan kualitas baik harus memenuhi persyaratan parameter fisika, kimia dan

mikrobiologi.

(Rahayu,I.,2007)

2.4. Pembuatan Soda Ash

Sodium karbonat, Na2CO3.10H2O garam terhidrasi juga dikenal sebagai soda cuci atau

soda garam anhidrat, Na2CO3 disebut soda ash atau soda. Natrium karbonat terjadi di

banyak perairan danau. Hal ini juga terjadi pada beberapa Tumbuhan.

Na2CO3 juga dapat dibuat di laboratorium dengan cara menetralisir larutan NaOH

dengan CO2.

2NaOH + CO2 Na2CO3 + H2O

Natrium karbonat diproduksi secara besar oleh tiga metode berikut :

1. Proses Leblanc

- NaCl +H2SO4 ↔ NaHSO4 (p) + HCl (g) - NaHSO4 + NaCl ↔ Na2SO4 (p) + HCl (g) - Na2SO4(p) + C(p) ↔ Na2S(p) + CO(g) - Na2S(p) + CaCO3 ↔ Na2CO3 + CaS(p)

- Na2S (dilarutkan) + CO2 ↔ Na2CO3(g) + H2S(g

Usaha untuk menaikkan konversi

(24)

Proses lablanc sudah di tinggalkan karena : - Proses ini banyak membutuhkan bahan bakar

- Konsumsi energi yang sangat besar pada saat pelelehan.

- Membutuhkan tenaga kerja yang intensif karena prosesnya merupakan proses batch

yang memerlukan banyak tahap.

- Dalam kemurnian hasil serta di tinjau dari segi ekonomis proses leblanc tidak dapat

bersaing dengan proses lain

2. Proses Solvay

Proses ini di ambil dari nama seorang ilmuan belgia, Erents Solvay.

- NH3(g) + H2O ↔ NH4OH(c) + Q (H2O ada dalam larutan NaCl)

- 2NH4OH(c) +CO2(g) ↔ (NH4)2CO3(c) + H2O(c) +Q

- (NH4)2CO3 + CO2 +H2O ↔ 2NH4HCO3

- NH4HCO3 + NaCl ↔ NH4Cl + NaHCO3

- NaHCO3 ↔ Na2CO3 + CO2 + H20 –Q

Keunggulan Proses Solvay

Penemuan Proses solvay menyebabkan proses leblanc sudah tidak

digunakanlagi. Proses solvay sering disebut juga proses amonia soda.

keunggulan dari proses ini ialah amonia yang sudah dipakai dapat direcovery kembali,

sehingga biaya produksi lebih murah. Lagipula harga amonia lebih mahal dari soda abu

itu sendiri.

3. Proses Natural Alam

Bahan baku yang digunakan pada proses Natural ini adalah burkeite crystal

(25)

yang telah dipisahkan dari impuritasnya. Crude burkeite crystal yang terdiri atas Li2Na

PO4 dan Na2CO3.2Na2SO4 dipisahkan sedangkan filtratnya dipekatkan menjadi Na2SO

4.10H2

Reaksi : Na2CO3.2Na2SO4 (s) → Na2CO3 (s) + 2Na2SO4(aq)

(Madan, R.D., 1987)

2.5.Menaikkan pH Dengan Menggunakan Soda Ash

Akibat penambahan alun tersebut pH air turun, untuk itu dalam pengolahan air

selanjutnya ditambahkan larutan soda Ash [Na2CO3] sampai diperoleh pH air yang

diinginkan:

1. Bahan yang sangat lembut

2. Tudak berbau

3. Dapat menyerap embun dari udara.

4. Memiliki kebasaan (pkb) 3,67.

5. Kelarutan dalam air 43,6 g/100 ml (100 oC)

6. Dapat digunakan untuk membedakan ion logam yang lain bila diendapkan dengan

ion karbonat.

7. Dapat dipergunakan sebagai bahan tambahan untuk kolam renang untuk

menetralkan efek korosi dari klorin dan menaikkan pH serta digunakan sebagai

bahan pelembut air dalam mencuci pakaian.

Dengan adanya penambahan larutan soda Ash pada air yang dapat menetralkan

(26)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak

bahkan oleh semua makhluk hidup oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi

agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain.

Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan

memperhitungkan kepentingan generasi mendatang maupun generasi mendatang.

Saat ini, masalah yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang

sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kuantitas air untuk

keperluan domestic yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik dan kegiatan

lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan

kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan dan bahaya bagi

makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu, diperlukan

pengolahan dan perlindungan sumber daya air secara seksama.

Pengolahan sumber daya air sangat penting agar dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan dengan tingkat mutu yang diinginkan. Salah satu langkah pengolahan

yang dilakukan adalah pemantauan dan interpretasi data kualitas air, mencakup kualitas

(27)

1.2. Permasalahan

Apakah pH air reservoir yang terdapat di Instalasi PDAM Tirtanadi Hamparan

Perak Medan masih memenuhi standart kualitas air minum yang telah di tetapkan

dalam keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 907/MENKES/VII/2002.

1.3. Tujuan

Untuk Mengetahui jumlah pengendalian Soda Ash (Na2CO3) pada proses

pengolahan air minum supaya air tersebut meningkat kembali.

1.4. Manfaat

Dengan adanya penambahan zat-zat kimia seperti soda ash dapat menghilangkan

(28)

ABSTRAK

(29)

EFFECT OF ADDITION OF SODA ASH TO PH RAW’S WATER IN DRINKING WATER TREATMENT IN PDAM TIRTANADI

HAMAPARAN PERAK ABSTRACT

(30)

PENGARUH PENAMBAHAN SODA ASH TERHADAP PH AIR

BAKU PADA PENGOLAHAN AIR MINUM DI PDAM

TIRTANADI HAMPARAN PERAK

KARYA ILMIAH

RIZKY AZHARI

132401038

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(31)

PENGARUH PENAMBAHAN SODA ASH TERHADAP PH AIR

BAKU PADA PENGOLAHAN AIR MINUM DI PDAM

TIRTANADI HAMPARAN PERAK

KARYA ILMIAH

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Mencapai Ahli Madia

RIZKY AZHARI

132401038

PROGRAM STUDI DIPLOMA-3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(32)

PERSETUJUAN

Judul : Pengaruh Penambahan Soda Ash Terhadap pH Air Baku Pada Pengolahan Air Minum Di PDAM Tirtanadi Hamparan Perak

Kategori : Karya Ilmiah

Nama : Rizky Azhari

Nomor Induk Mahasiswa : 132401038

Program studi : Diploma (3) Kimia

Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juli 2016

Disetujui Oleh :

Program Studi D-3 Kimia Ketua,

Pembimbing,

Dr. Emma Zaidar Nasution, MS Dr.Rumondang Bulan, MS

NIP.195512181987012001 NIP.195408301985032001

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

(33)

PERNYATAAN

PENGARUH PENAMBAHAN SODA ASH TERHADAP PH AIR BAKU PADA PENGOLAHAN AIR MINUM

DI PDAM TIRTANADI HAMPARAN PERAK

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2016

(34)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih

karunia dan rahmat-Nya yang dilimpahkan kepada penulis sehingga mampu

menyelesaikan karya ilmiah ini dengan judul Studi Pengaruh Penambahan Soda Ash

Terhadap pH Air Baku Pada Pengolahan Air Minum Di PDAM Tirtanadi Instalasi

Pengolahan Air (IPA) Hamparan Perak.

Selama penyusunan karya ilmiah ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan

dan bantuan dari babagai pihak, baik berupa material, spiritual, informasi maupun sesi

administrasi, oleh karena itu, sudah selayaknya penulis mengucapkan banyak

terimakasih kepada :

1. Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada ayahanda dan ibunda beserta

saudara-saudara tercinta selama ini yang sudah memberi bantuan dan dukungan

sepenuhnya.

2. Ibu Dr.Rumondang Bulan, MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak

memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan karya ilmiah ini.

3. Ibu Dr.Rumondang Bulan, MS selaku ketua Departemen kimia FMIPA USU

4. Ibu Dra. Emma Zaidar Nasution, MS selaku ketua Prodi D-III Kimia

5. Bapak pimpinan, staf dan karyawan PDAM Tirtanadi Hamparan Perak yang telah

berkenaan memberikan pengarahn serta tempat untuk melaksanakan Praktek

Lapangan Kerja.

6. Seluruh Staf dan Dosen Kimia Analis FMIPA USU atas ilmu yang telah diberikan

(35)

7. Sahabat-sahabatku : Seprinto, Heri, Dimas, Benri, Riva, Lia, Deswanti, Nur Ainun,

tengku Nur Atika yang selalu mendampingi penulis dalam suka dan duka dan

membantu dalam penyusunan karya ilmiah ini sehingga penulis dapat

menyelesaikan studi di D-III Kimia.

8. Teman-teman mahasiswa D-III kimia 2013 yang telah bersama-sama berjuang

dalam menyelsaikan studi D-III kimia.

Walaupun penulis berupaya semaksimal mungkin, namun penulis menyadari

bahwa karya Ilmiah ini jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan yang ada pada

penulis.

Semoga Karya Ilmiah ini berguna bagi semua pihak yang memerlukannya

khususnya bagi penulis. Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalasnya.

Medan, Juli 2016 Penulis,

(36)

ABSTRAK

(37)

EFFECT OF ADDITION OF SODA ASH TO PH RAW’S WATER IN DRINKING WATER TREATMENT IN PDAM TIRTANADI

HAMAPARAN PERAK ABSTRACT

(38)

DAFTAR ISI

BAB 4. Hasil dan Pembahasan 19

(39)

DAFTAR TABEL

(40)

DAFTAR SINGKATAN

NTU = Nephelometric Turbidity Unit TDS = Total Disolved Solute

PTT = Padatan Total Terlarut BTB = Brom Thymol Blue PAN = Penilaian Acuan Norma

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Universitas Negeri

mengoreksi, meneliti dan menelaah secara teknis Kerangka Acuan Dokumen Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana

UNY Yogyakarta Pembimbing Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung 2003 Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Pembimbing Fakultas Bahasa dan Seni, UNY Yogyakarta 2003

[r]

Paket Pekerjaan : Pengadaan Rehab Gedung dan Bangunan serta Halaman Diklat KKB Garut Pasca Banjir TA.. 2017 sebagai

Sekretariat Mahkamah Agung RI, Kepala Badan Pengawasan MA RI melantik dan mengambil sumpah Hakim Yustisial dan pejabat eselon IV pada Badan Pengawasan MA RI. Andi Maderumpu, S.H.,

Dimana lipopolisakarida (LPS) dan sitokin akan menurunkan kadar kolesterol total pada primata, sedangkan pada tikus akan meningkat karena infeksi akan merangsang sintesis