• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penambahan Probiotik Secara Endogen Terhadap Pertumbuhan dan Konversi Pakan Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penambahan Probiotik Secara Endogen Terhadap Pertumbuhan dan Konversi Pakan Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus)"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Lampiran 1. Bagan Percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

P1 P2 P3 P0 Ulangan 1

P0 P1 P2 P3 Ulangan 2

P1 P0 P2 P3 Ulangan 3

Keterangan :

Perlakuan dengan simbol P0, P1, P2, P3, dan diulang sebanyak 3 kali (i = 1, 2

dan 3) maka simbol unit-unit percobaan sebagai berikut :

1. P0 : Ulangan ke (1,2, dan 3)

2. P1 : Ulangan ke (1,2, dan 3)

3. P2 : Ulangan ke (1,2, dan 3)

(3)

Lampiran 2. Wadah Akuarium Pemeliharaan Ikan Patin

Wadah Akuarium Selama Penelitian

(4)

Lampiran 3. Analisis Ragam Panjang Ikan Patin

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3

P0 1,18 1,40 1,18 3,76 1,26

P1 3,03 3,56 3,47 10,06 3,35

P2 3,54 2,70 3,13 9,37 3,09

P3 1,75 2,33 1,80 5,88 1,96

Total 9,50 9,99 9,58 29,07 9,66

FK = 29,07²

3 × 4=

845 ,064

12 = 70,422

JKT = (1,18² + 3,03² + 3,54² + 1,75² + 1,40² + 3,56² + 2,70² +2,33² + 1,18² +

3,47² + 3,13² + 1,80²) – FK

= 74,538 – 70, 422

= 4,116

JKH = 3,76²+ 10,06²+9,37²+5.88²

� - FK

= 237,712

3 – 70, 422

= 79,237 –70, 422 = 8.815

JKG = 4,116 – 8.815

= - 4,7

Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat

Tengah F-Hitung

F-Tabel

0,05 0,01

Hormon 3 8.815 2.938 - 5,005 tn 4.07 7.59

Galat 8 - 4,7 - 0.587

Total 11 4,115

(5)

Lampiran 3. Lanjutan

Koefisien Keragaman

KK = √KTG

ỵ × 100%

= √− 0,587

8,815 × 100%

= − 0,766

(6)

Lampiran 4. Analisis Ragam Pertumbuhan bobot Ikan Patin

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3

P0 1,67 2,46 1,68 5,81 1,94

P1 4,89 6,83 6,43 18,15 6,05

P2 6,55 5,22 6,06 17,83 5,94

P3 2,97 4,84 3,84 11,29 3,76

Total 16,08 19,35 18,01 53,08 17,69

FK = 53,08²

3 × 4 =

2817 ,486

12 = 234,790

JKT = (1,67² + 2,46² + 1,68² + 4,89² + 6,83² + 6,43² + 6,55² +5,22² + 6,06² +

2,97² + 4,84² + 3,84²) – FK

= 277,435 – 234,790

= 42,645

JKH = 5,81²+ 18,15²+17,83²+11,29²

� - FK

= 808,551

3 – 234,790

= 269,517 – 234,790 = 34,727

JKG = 42,645 – 34,727

= 7,918

Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat

Tengah F-Hitung

F-Tabel

0,05 0,01

Hormon 3 34,727 11,575 11,691** 4.07 7.59

Galat 8 7,918 0,990

Total 11

(7)

Lampiran 4. Lanjutan

Koefisien Keragaman

KK = √KTG

ỵ × 100%

= √0,990

34,727 × 100%

= 0,994

34,727 × 100% = 2,86 %

(KK 1-5%) = Uji Beda Nyata Jujur

Uji Beda Nyata Jujur

Diperoleh KTG = 0.990, v = 8, r = 3, dan t0.05(8)= 4,041

Sd=����

=

0,990

3

=

√0,33 = 0,574

BNJα = tα(v). Sd

(8)

Lampiran 5 . Perhitungan Pemberian Pakan

Hari ke 1 sampai ke 10

Perlakuan Perhitungan Pakan Hari ke 1 Hari ke 10

P0 5

100�42.3 = 2.11

2.11 21.1

P1 5

100�42.2 = 2.11

2.11 21.1

P2 5

100�49.1 = 2.45

2.45 24.5

P3 5

100�41.7 = 2.08

2.08 20.8

TOTAL 8.75 87.5

Hari ke 11 sampai ke 20

Perlakuan Perhitungan Pakan Hari ke 11 Hari ke 20

P0 5

100�45.2 = 2.26

2.26 22.6

P1 5

100�65.2 = 3.26

3.26 32.6

P2 5

100�60.4 = 30.2

3.02 30.2

P3 5

100�60.4 = 30.2

3.02 30.2

(9)

Lampiran 5 . Lanjutan

Hari ke 21 sampai ke 30

Perlakuan Perhitungan Pakan Hari ke 21 Hari ke 30

P0 5

100�69.02 = 3.45

3.45 34.5

P1 5

100�171.08 = 8.55

8.55 85.5

P2 5

100�177.39 = 8.86

8.86 88.6

P3 5

100�111.12 = 5.55

5.55 55.5

TOTAL 26.41 264.1

(10)

Lampiran 6. Rasio Konversi Pakan (FCR)

Perlakuan Bobot ∆

Bobot

Total Pakan

Ikan Akhir

Pakan Per Ekor

FCR

Awal Akhir

P0 1.46 3.40 1.94 78.2 29 2.69 1.38

P1 1.51 7.56 6.05 139.2 28 4.97 0.82

P2 1.82 7.76 5.94 143.3 27 5.30 0.89

P3 1.74 5.50 3.76 106.5 24 4.43 1.17

(11)

Lampiran 7. Foto Kegiatan Selama Penelitian

Bimol + Progol

Aerator Timbangan Digital

(12)

Lampiran 7. Lanjutan

Pencampuran Pakan dengan Biomol + Pengukuran pH

Pengukuran Suhu Penimbangan Bobot Sampel Ikan

(13)

Lampiran 7. Lanjutan

Hasil Penimbangan Bobot Ikan Hasil Pengukuran Panjang Ikan

Hasil Pertumbuhan Ikan Selama Penelitian

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Arief, M., D.K. Pertiwi, dan Y. Cahyoko. 2011. Pengaruh Pemberian Pakan Buatan, Pakan Alami, dan Kombinasinya terhadapPertumbuhan, Rasio Konservasi Pakan dan Tingkat Kelulushidupan Ikan Sidat (Anguilla bicolor). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 3 (1).

Arifin, Z. 1990. Pemeliharaan Benih Ikan Patin (Pangasius pangasius HB) dalam Berbagai Salinitas. Balai Penelitian Air Tawar. Bogor.Bulletin Penelitian Perikanan Darat, 9 (1) 43-51.

Atmomarsono, M., Muliani, dan Nurbaya. 2009. Penggunaan Bakteri Probiotik dengan Komposisi Berbeda untuk Perbaikan Kualitas Air dan Sintasan Pascalarva Udang Windu. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Jakarta. Jurnal Riset Akuakultur, 4 (1) 73-83.

Bey, Y., dan S. Wulandari, dan Sukatmi. 2007. Dampak Pemberian Pakan Pellet IkanTerhadap Pertumbuhan Kiapu(Pistia stratiotes, L). Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP. Universitas Riau.

Djariah, A.S. 2001. Budi Daya Ikan Patin. Kanisius. Yogyakarta.

Effendie, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.

Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.

Fuller, R. 1987. Probiotik in Man and Animals. Journal of Applied Bacteriology. (66) 365-378.

Fuller, R. 1992. Probiotics 2, Applications and Practical Aspect. Chapman and Hall. London.

Gandara, E. 2003. Pengaruh Penambahan Probiotik (Bacillus sp.) pada Pakan Komersil Terhadap Konversi dan Pertumbuhan Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus). [Skripsi] . Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. Armico. Bandung.

Hernowo. 2001. Pembenihan Patin Skala Kecil dan Besar, Solusi Permasalahan. Penebar Swadaya. Jakarta.

(15)

Irianto, A. 2003. Probiotik Akuakultur. Universitas Gadja Mada. Press. Yogyakarta.

Irianto, A. 2007. Potensi Mikroorganisma : di Atas Langit Ada Langit. Ringkasan Orasi Ilmiah di Fakultas Biologi Universitas Jenderal Sudirman

Iribarren, D., P. Dagá. And M. T. Moreira., G. Feijoo. 2012. Potential Environmental Effects of Probiotics used in Aquaculture. Aquacult Int Vol. 20 hlm:779-789.

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2010. Teknologi Pembenihan Ikan Patin (Pangasius sp) yang di Pelihara Secara Outdoor di Kolam yang di Pupuk. Program Riset Insentif.

Kordi, G,H. 2006. Pengaruh protein terhadap pertumbuhan ikan.Rineka Cipta dan Bina Adiaksara. Jakarta.

Moriaty, D.J.W. 1998. Control of Luminous Vibrio Species in Penaeid Aquaculture Ponds. Aquaculture. Vol. 184 hlm:351-358.

Nahrowi, R. 2004. Hasil Analisa Mikroba Probiotik Biomol +. Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

PT. Banyumas Raya. Katalog Biomol+. Distributor CV. Tiga Pilar Nusa Perkasa. Jl. Bakti Luhur Kompleks Mega Town House No.6 Medan.

PT. Central Pangan Pertiwi. Analisa Komposisi Pellet Tipe FF 999.

Purwanta, W, dan Firdayati, M. 2002. Pengaruh Aplikasi Mikroba Probiotik pada Kualitas Kimiawi Perairan Tambak Udang. Jurnal Teknologi Lingkungan. Vol 3 (1) hlm: 61-65.

Rochdianto, 2005.Budidaya Ikan di Jaring Terapung. Penebar Swadaya. Jakarta

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Binacipta, Jakarta.

Sholichin, I., K. Haetami dan H. Suherman. 2012. Pengaruh Penambahan Tepung Rebon pada Pakan Buatan Terhadap Nilai Chroma Ikan Mas Koki (Carassius auratus). Jurnal Perikanan dan Kelautan. Universitas Padjadjaran. Vol.3, No.4: 185-190.

Verschuere L. Rombaut G, Sorgeloos P, Verstraete W. 2000. Probiotic Bacteria as Biological Control Agents in Aquaculture. Microbial Mol Biolrev. Vol. 64. hlm: 55-671.

(16)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Oktober-November 2015, di

Laboratorium Budidaya Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah, ikan patinberjumlah

120 ekor, air bersih,detergen, progolsebagai perekat campuran pakan dengan

probotik, probiotik komersil (Biomol+) produksi PT. Banyumas Raya,yang

mempunyai rataan total jumlah mikroorganisme sebesar 107 (cfu/g) untuk total bakteri dan 105 (cfu/g) untuk total khamir dan pakan buatan berupa pelet tipe FF-999.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium berukuran

50x30x30 cm berjumlah 12 unit sebagai wadah pemeliharaan ikan patin, aerator,

timbangan analitik,selang sifon, serok, piring, alat tulis, kamera digital, kertas

millimeter untuk mengukur panjang ikan serta alat pengukur parameter kualitas

air seperti DO meter, termometer,pH meter.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental dimana

data dari pengamatan secara langsung dansistematis terhadap kejadian dari objek

(17)

dengan 4 perlakuan yang masing-masing diulang 3 kali. Perlakuan tersebut

menggunakan 4 dosis penambahan probiotik yang dicampur dalam pakan (secara

endogen) dengan dosis yang berbeda yaitu :

1. P0 : Tanpa penambahan probiotik 0 g/kg

2. P1 : Penambahan probiotik 1 g/kg

3. P2 : Penambahan probiotik 2 g/kg

4. P3 : Penambahan probiotik 3 g/kg

Bagan percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dapat dilihat pada

Lampiran 1. Data hasil pengamatan digunakan analisis sidik ragam satu arah

dengan melakukan uji F dan dilanjutkan dengan uji BNJ (Beda Nyata Jujur) untuk

mengetahui dosis terbaik pada probiotik untuk pertumbuhan dan konversi pakan

pada ikan patin.

Prosedur Penelitian

Persiapan Wadah Pemeliharaan

Wadah pemeliharaan dalam penelitian ini adalah akuarium berjumlah 12

unit yang berukuran 50x30x30 cm dengan volume akuarium 45 liter. Sebelum

digunakan, akuarium dicuci dengan detergensebanyak 2 kali, kemudian dibilas

dengan air bersih, selanjutnya ditiriskan sampai kering. Akuarium yang sudah

bersih dan kering, disusun dan di beri tanda P0, P1, P2, P3 secara acak untuk

menandai perlakuan dan ulangan dalam penelitian. Akuarium yang sudah di beri

tanda dan disusun secara acak diberi air bersih dengan ketinggian air 20 cm per

(18)

Pengelolaan Air

Pengelolaan air pada penelitian ini bersumber dari air tanah yang

diendapkan di dalam tandon (tempat penampung air). Sebelum air dimasukkan

kedalam wadah pemeliharaan, air di dalam tandon, di ukur terlebih dahulu pH

nya. pH air harus netral yaitu 7. Pengelolaan kualitas air dalam penelitian

dilakukan dengan penyifonan dan pergantian air sebanyak 25% setiap 2 hari sekali

untuk menjaga senyawa kimia tidak terakumulasi.

Sebelum hewan uji dimasukkan kedalam wadah, dilakukan pengamatan

kualitas air terlebih dahulu yaitu suhu, pH dan DO. Hal ini dikarenakan untuk

menentukan kelayakan kualitas air media pemeliharaan.

Persiapan Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan adalah ikan patin ukuran panjang ± 5 cm

dengan bobot ± 1,5 g berjumlah 120 ekor. Sebelum hewan uji dimasukkan

kedalam wadah, terlebih dahulu ikan diadaptasi selama satu hari (24 jam). Setelah

ikan diadaptasi, ikan dimasukkan ke dalam akuarium sebanyak 10 ekor per

akuarium.

Persiapan Pakan dan Penambahan Probiotik

Pakan yang digunakan selama penelitian berupa pakan buatan pelet tipe

FF-999. Kandungan nutrisi pakan pelet FF-999 dapat dilihat pada Tabel 4.

Kemudian dicampur dengan penambahan probiotik komersil (Biomol+) sesuai

(19)

Tabel 4. Kandungan nutrisi pakan pelet FF-999

Keterangan Gizi Nilai (%)

Protein 35

Lemak 2

Serat kasar 3

Abu kasar 13

Kadar Air 12

Sumber : (PT. Central Pangan Pertiwi)

Pakan yang digunakan merupakan pakan komersil dengan penambahan

probiotik. Selanjutnya ditentukan berapa gram (g) pakan komersil dan probiotik

yang diberikan dengan menggunakan perhitungan pemberian pakan ikan per 10

hari. Perhitungan pemberian pakan ikan per 10 hari dapat dilihat pada Tabel 5 .

Perhitungan pakan ikan dari hari 1 sampai hari ke 30 dapat dilihat pada

Lampiran 5.

Berat Ikan = 1.5 g

Jumlah Ikan/Perlakuan = 30 ekor

Pemberian Pakan 5% dari Berat Tubuh

Biomasa = Jumlah Ikan x Berat Ikan

= 30 x 1.5

= 45 g

Pakan Harian = 5

100 x 45 = 2.25 g

Pakan untuk 10 hari = 2.25 x 10 = 22.5 g

Tabel 5 . Perhitungan Pemberian Pakan Ikan Per 10 Hari

Perlakuan Pakan Probiotik

P0 2.25 g -

P1 2.25 g 2.25 mg

P2 2.25 g 4.50 mg

(20)

Probiotik ini berupa tepung dalam bentuk kering, kemudian

masing-masing dosis ditambahkan pada pakan buatan berupa pelet. Tahap pencampuran

probiotik ke dalam pakan yaitu :

1. Probotik dan pelet ditimbang sesuai dosis tiap perlakuan,

2. Setelah ditimbang sesuai dengan dosis, probiotik dan pelet dicampurkan diatas

piring dan ditambahkan progoldari total campuran pakan yang berfungsi

sebagai perekat.

3. Kemudian diaduk sampai merata diatas piring dan diberi air secukupnya

sebelum diberikan, pakan dikeringudarakan selama 20 menit untuk mengurangi

kelembaban.

Pakan yang digunakan untuk P0 adalah tanpa penambahan probiotik,

sedangkan P1 penambahan probiotik dalam pakan sebanyak 1 g/kg, P2

penambahan probiotik dalam pakan sebanyak 2 g/kg, dan P3 penambahan

probiotik dalam pakan sebanyak 3 g/kg.

Pemeliharaan Ikan

Pemeliharaan ikan dilakukan selama 30 hari pada akuarium berukuran

50x30x30 cmdengan volume 45 liter dan di isi air sebanyak 20 cm per akuarium

serta dilengkapi aerator sebagai penyuplai oksigen. Setelah masa adaptasi, ikan

dipuasakan selama 24 jam dengan tujuan menghilangkan pengaruh sisa pakan

dalam tubuh ikan. Kemudian ikan ditimbang di foto dan dimasukkan ke dalam

akuarium. Jumlah ikan yang di tebar sebanyak 10 ekor per akuarium dengan bobot

rata-rata ± 1,5 g dan panjang rata-rata ukuran ± 5 cm. Pakan diberikan ke ikan

(21)

dengan kemampuan konsumsi atau kebutuhan ikan. Dengan frekuensi pemberian

pakan sebanyak tiga kali sehari, yaitu sekitar pukul 08.00, 13.00 dan 17.00 WIB.

Untuk menjaga agar kualitas air tetap baik, maka dilakukan penyiponan

dan penggantian air sebanyak 25 % dari volume air total setiap 2 hari sekali.

Parameter Pengamatan

Selama masa pemeliharaan dilakukan sampling pertumbuhan setiap 10

hari sekali dari awal penebaran hingga akhir penelitian. Pengukuran sampling

panjang dan berat hewan uji diambil sebanyak 5 ekor/akuarium. Melakukan

pengukuran parameter kualitas air (suhu, pH, DO). Parameter yang di amati dalam

penelitian ini adalah pengukuran laju pertumbuhan,konversi pakan dan parameter

kualitas air sebagai pendukung dalam pengamatan.

Analisa Data

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan selama penelitian akan

dianalisis menggunakan Analisis Sidik Ragam (ANOVA) dengan uji F pada

selang kepercayaan 95%, digunakan untuk menentukan apakah perlakuan yang

diberikan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang dan pertumbuhan

bobot, rasio konversi pakan serta derajat kelangsungan hidup. Apabila

berpengaruh nyata, untuk melihat perbedaan antar perlakuan akan diuji lanjut

(22)

1. Rancangan Percobaan

Gasperz (1991) model linear yang digunakan dari Rancangan Acak

Lengkap adalah sebagai berikut :

Keterangan :

Xij = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

µ = Rata-rata umum

σi = Pengaruh perlakuan ke-i

εij = Pengaruh faktor random pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

2. Pertumbuhan Bobot

Pengukuran pertumbuhan bobot ikan uji dilakukan dengan menimbang

biomassa ikan menggunakan timbangan digital. Sampel diambil sebanyak 50%

dari total hewan uji per akuarium (Effendie, 1979).

Keterangan : W = Pertumbuhan bobot (g)

Wt = Bobot rata-rata ikan pada waktu akhir penelitian (g)

W0 = Bobot rata-rata ikan pada waktu awal penelitian (g)

3. Pertumbuhan Panjang

Pengukuran panjang meliputi panjang total ikan dari ujung mulut sampai

ujung ekor ikan menggunakan kertas milimeter. Sampel diambil sebanyak 50%

dari total hewan uji per akuarium (Effendie, 1979).

Keterangan : L = Pertumbuhan panjang (cm)

Lt = Panjang ikan pada waktu akhir (cm)

L0 = Panjang ikan pada waktu awal (cm) Xij = µ + σi + εij

W = Wt −W0

(23)

4. Rasio Konversi Pakan

Untuk mengetahui konversi pakan (FCR) dari tiap perlakuan yang

diberikan selama masa pemeliharaan digunakan rumus (Effendie, 1997):

FCR=

��−��

Keterangan : FCR = Rasio konversi pakan

F = Jumlah total pakan yang diberikan (g)

Wt = Berat ikan uji (biomassa) pada akhir penelitian (g)

Wo = Berat ikan uji (biomassa) pada awal penelitian (g)

5. Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup merupakan persentase dari jumlah ikan yang hidup

dan jumlah ikan yang ditebar selama pemeliharaan dihitung menggunakan rumus

(Effendie, 1979).

��= ��

�����%

Keterangan : SR = Kelangsungan hidup ikan (%)

Nt = Jumlah ikan yang ditebar pada akhir penelitian (ekor)

No = Jumlah ikan yang ditebar pada awal penelitian (ekor)

6. Parameter Kualitas Air

Pengukuran kualitas air (suhu, DO, pH,) dilakukan sebelum hewan uji

(24)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pertumbuhan Bobot

Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) terlihat bahwa P0, P1, P2, P3. Nilai

pertumbuhan bobot ikan patin dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Pertumbuhan Bobot (g) Ikan Patin Terhadap Perlakuan

Perlakuan Ulangan Petumbuhan bobot (g) pada hari ke- Pertumbuhan bobot (g)

0 10 20 30

P0

U1 1.45 1.54 2.42 3.12 1.67

U2 1.50 1.54 2.72 3.96 2.46

U3 1.44 1.60 2.00 3.12 1.68

Total 4.39 4.68 7.14 10.20 5.81 Rata-Rata 1.46 1.56 2.38 3.40 1.94

P1

U1 1.45 2.04 5.20 6.34 4.89

U2 1.53 2.76 7.40 8.36 6.83

U3 1.57 2.20 5.74 8.00 6.43

Total 4.55 7.00 18.34 22.70 18.15 Rata-Rata 1.51 2.33 6.11 7.56 6.05

P2

U1 1.55 2.36 6.76 8.10 6.55

U2 1.90 2.14 6.76 7.12 5.22

U3 2.02 2.22 6.20 8.08 6.06

Total 5.47 6.72 19.72 23.30 17.83 Rata-Rata 1.82 2.24 6.57 7.76 5.94

P3

U1 1.77 2.58 4.56 4.74 2.97

U2 1.62 2.64 4.66 6.46 4.84

U3 1.84 2.36 4.68 5.32 3.84

Total 5.23 7.58 13.90 16.52 11.29 Rata-Rata 1.74 2.52 4.63 5.50 3.76

Pertambahan bobot yang terbaik terdapat pada P1 dengan bobot 6.05 g,

selanjutnya P2 dengan bobot 5.94 g , P3 bobot 3.76 g serta pertumbuhan ikan

(25)

Pertumbuhan bobot ikan patin pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada

Gambar 3.

Gambar 3. Pertumbuhan Bobot Ikan Patin Pada Setiap Perlakuan Selama Pengamatan.

Pertumbuhan Panjang

Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) terlihat bahwa P0, P1, P2, P3.

Selama penelitian ikan patin mengalami pertumbuhan berpengaruh tidak nyata

(Lampiran 4). Nilai pertumbuhan panjang ikan patin dapat dilihat pada Tabel 7. 0

1 2 3 4 5 6 7

P0 P1 P2 P3

P

er

tum

buhan

B

ob

ot

(g)

(26)

Tabel 7. Pertumbuhan Panjang (cm) Ikan Patin Terhadap Perlakuan.

Perlakuan Ulangan Petumbuhanpanjang (cm) padaharike- Pertumbuhan panjang (cm)

0 10 20 30

P0

U1 5.20 5.40 6.00 6.38 1.18

U2 5.30 5.40 5.90 6.70 1.40

U3 5.30 5.60 5.64 6.48 1.18

Total 15.80 16.40 17.54 19.56 3.76 Rata-Rata 5.26 5.46 5.84 6.52 1.26

P1

U1 5.11 6.24 7.46 8.14 3.03

U2 5.40 6.86 8.12 8.96 3.56

U3 5.07 6.18 7.58 8.54 3.47

Total 15.58 19.28 23.16 25.64 10.06 Rata-Rata 5.19 6.42 7.72 8.54 3.35

P2

U1 5.32 6.12 7.74 8.86 3.54

U2 5.76 6.04 7.68 8.46 2.70

U3 5.59 6.06 7.38 8.72 3.13

Total 16.67 18.22 22.80 26.04 9.37 Rata-Rata 5.55 6.07 7.60 8.64 3.09

P3

U1 5.49 6.14 6.82 7.24 1.75

U2 5.43 6.32 6.72 7.76 2.33

U3 5.46 5.86 6.54 7.26 1.80

Total 16.38 18.32 20.08 22.26 5.88 Rata-Rata 5.46 6.10 6.69 7.42 1.96

Pertambahan panjang yang terbaik terdapat pada P1 dengan panjang 3.35

cm, selanjutnya P2 dengan panjang 3.09 cm , P3 panjang 1.96 cm serta

pertumbuhan ikan patin yang terkecil terdapat pada perlakuan kontrol dengan

panjang 1.26 cm. Hasil pengukuran adanya pertambahan panjang tubuh ikan patin

(27)

Gambar 4. Pertumbuhan Panjang Ikan Patin Pada Setiap Perlakuan Selama Pengamatan.

Rasio Konversi Pakan

Rasio konversi pakan ikan patin selama 30 hari penelitian diperoleh hasil

yang dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Rasio Konversi Pakan Ikan Patin. 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

P0 P1 P2 P3

P er tum buhan P an jan g (c m) Perlakuan 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4

P0 P1 P2 P3

(28)

Dari hasil penelitian P1 menunjukkan pertumbuhan ikan, dimana panjang

dan bobot ikan dengan nilai yang tertingi dan nilai FCR yang terendah.

Kelangsungan Hidup

Selama penelitian berlangsung mengalami kematian pada setiap perlakuan.

Hasil pengamatan kelangsungan hidup ikan patin selama penelitian dapat dilihat

pada Tabel 8.

Tabel 8. Kelangsungan Hidup Ikan Patin

Perlakuan Ulangan

Jumlah awal (ekor)

Jumlahikan yang mati (ekor) pada harike- Jumlah akhir (ekor) Kelangsungan hidup (%)

0 10 20 0

U1 10 - - - - 10 100

P0 U2 10 - - - - 10 100

U3 10 - 1 - - 9 90

Rata-rata 96.6

U1 10 - 1 - - 9 90

P1 U2 10 - - - - 10 100

U3 10 - 1 - - 9 90

Rata-rata 93.3

U1 10 1 1 - 8 80

P2 U2 10 - - - - 10 100

U3 10 1 - - - 9 90

Rata-rata 90

U1 10 1 1 - - 8 80

P3 U2 10 1 2 - - 7 70

U3 10 - 1 - - 9 90

Rata-rata 80

Kualitas Air

Pengamatan kualitas air dilakukan sebelum hewan uji dimasukkan

kedalam wadah pemeliharaan. Hasil pengamatan parameter kualitas air selama

penelitian dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Kualitas Air Ikan Patin Selama Penelitian

Parameter Satuan Perlakuan

P0 P1 P2 P3

Suhu (ºC) 26 27 27 26

pH - 7.1 7.1 7.0 7.1

(29)

Pembahasan

Pertumbuhan Bobot

Pengamatan pertumbuhan bobot ikan patin dilakukan secara insitu setiap

10 hari dengan menggunakan timbangan analitik. Pertumbuhan bobot ikan patin

pada P0, P1, P2, P3 secara berturut-turut adalah 1.94 g, 6.05 g, 5.94 g, 3.76 g .

Hasil tersebut menunjukan bahwa P1 memberi pertumbuhan maksimal yakni

dengan bobot mencapai 6.05 g. Semakin lama jangka waktu dalam pemberian

pakan terhadap ikan patin, maka pertumbuhan bobot pada ikan akan semakin

meningkat.

Hidayat, dkk., (2013) menyatakan

pertumbuhanmerupakanperubahanukuranikanbaikdalamberat, panjangmaupun

volume selamaperiodewaktu tertentu

disebabkanolehperubahanjaringanakibatpembelahanselototdan tulang yang

merupakanbagianterbesardaritubuhikansehinggamenyebabkan penambahan bobot

ikan.

Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa kontrol 0 g tanpa penambahan

probiotik dalam pakan memberikan pertumbuhan bobot secara minimal yaitu

sebesar 1.94 g. Pada P1 menghasilkan pertumbuhan bobot secara maksimal yaitu

sebesar 6.05 g. Selisih untuk pertumbuhan bobot dosis terbaik dengan dosis

kontrol adalah sebesar 4.11 g. Hal ini disebabkan karena penambahan probiotik

dalam pakan, dapat merendahkan konversi pakan ikan, Pada P1 merupakan dosis

terbaik untuk pertumbuhan ikan patin sebesar 6.05 g selama waktu penelitian.

(30)

Arief, dkk., (2011) menyatakan bahwa jumlah pakan dan kualitas pakan

merupakanfaktor penyebab rasio konversi pakan menjadi tinggi. Pemberianpakan

yang berlebihan menyebabkanbanyak sisa pakan sehingga rasio

konversipakanmenjadi tinggi. Kualitas pakan yang tidakbaikmisalnyapakan yang

mudahhancurataubaupakan yang tidak merangsang akan

menyebabkanpakantidaktermakandanterbuang.

Hasil pertambahan bobot ikan patin selama penelitian terlihat bahwa

pertambahan bobot ikan patin dari hari ke- 10 terlihat P1, P2 dan P3 memiliki

pertambahan bobot yang tidak berbeda jauh. Namun perbedaan pertambahan

bobot ikan patin terlihat pada hari ke-20 dimana pada P1 dan P2 memiliki nilai

6.11 g dan 6.57 g sedangkan pada P3 memiliki nilai 4.63 g. Pengamatan yang

dilakukan pada hari ke-30 menunjukkan pertambahan bobot pada P1 dan P2 yang

tidak berbeda jauh pada hari ke- 20 dengan selisih yang sedikit 7.56 g dan 7.76 g

dan sangat berbeda dengan P3 dan P0 dengan nilai 5.50 g dan 3.30 g.

[image:30.595.130.463.532.689.2]

Pertumbuhan bobot ikan selama 30 hari dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Pertumbuhan bobot ikan selama 30 hari

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

0 5 10 15 20 25 30 35

(31)

Hasil uji ANOVA terhadap pertambahan bobot P0, P1, P2 dan P3

menunjukan hasil berpengaruh sangat nyata dimana nilai atau hasil menunjukan

lebih besar (tabel 0.01). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian probiotik

terhadap pertambahan bobot berpengaruh sangat nyata. Dapat dilihat pada

Lampiran 3.

Pakan yang diberikan pada penelitian sebanyak 5% dari bobot tubuh, hal

ini dilakukan agar konsumsi pakan pada ikan berlangsung secara optimal.

Bey, dkk., (2007) mengatakan bahwa jumlahpakan yang diberikanberkisar antara

3-5% dariberat total ikanperhari bahwa jumlah pakan dan kualitas pakan

merupakanfaktor penyebab rasio konversi pakan tinggi. Pemberianpakan yang

berlebihan menyebabkanbanyak sisa pakan sehingga rasio konversipakanmenjadi

tinggi. Kualitas pakan yang tidakbaikmisalnyapakan yang

mudahhancurataubaupakan yang tidak merangsang akan

menyebabkanpakantidaktermakandanterbuang.

Terlepas dari itu semua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan

selain pemberian pakan, padat tebar, kualitas benih ikan, kualitas dan kondisi

lingkungan budidaya juga mempengaruhi pertumbuhan ikan tersebut, hal ini

sesuai dengan pendapat Rochdianto (2005), faktor yang penting untuk

meningkatkan laju pertumbuhan ikan diantaranya adalah padat penebaran ikan,

ukuran serta kualitas benih ikan, system budidaya, faktor lingkungan disekitar

lokasi budidaya, kualitas air dalam proses budidaya, dan kualitas pakan yang

diberikan yang dimana akan mempengaruhi pertumbuhan ikan begitu pula

(32)

Pertumbuhan Panjang

Pengamatan pertumbuhan panjang ikan patin dilakukan secara insitu setiap

10 hari dengan menggunakan kertas milimeter. Pertumbuhan panjang ikan patin

pada P0, P1, P2, P3 secara berturut-turut adalah 1.26 cm, 3.35 cm, 3.09 cm, 1.96

cm. Hasil tersebut menunjukan bahwa P1 memberikan pertumbuhan maksimal

yakni dengan panjang mencapai 3.35 cm selama masa pemeliharaan 30 hari.

Sholichin dkk. (2012),ukuran ikan dapat bertambah panjang karena ada

nutrisi pendukung pertumbuhan pada pakan yang diberikan. Nutrisi tersebut

dimanfaatkan ikan untuk proses pencernaan, membantu metabolisme.

Pertumbuhan terjadi apabila ada kelebihan energi setelah energi yang tersedia

digunakan untuk metabolisme standaryaitu untuk pencernaan serta beraktivitas.

Panjang ikan patin pada P0, P1, P2 dan P3 pada hari ke 10 pengamatan

menunjukkan bahwa pertambahan panjang ikan patin tidak terlihat berdeda pada

P1, P2 dan P3 namun kelihatan mulai berbeda pada P0. Pengamtan pada hari ke

20 mulai menunjukkan selisih pertambahan panjang P1 dan P2 terhadap P3 dan

P0, dimana pada perlakuan P1 dan P2 memiliki pertambahan panjang rata-rata

7.72 cm dan 7.70 cm yang tidak berbeda jauh, sedangakan panjang rata-rata P3

dan P0 memiliki pertambahan panjang dengan nilai 6.69 cm dan 5.84 cm. Hasil

pada hari ke 30 juga menunjukkan P1 dan P2 tidak berbeda jauh dengan panjang

rata-rata 8.54 cm dan 8.64 cm, juga terhadap P3 dan P0 memiliki pertambahan

panjang dengan nilai 7,42 cm dan 6,42 cm. Pertumbuhan bobot ikan selama 30

(33)
[image:33.595.162.471.88.262.2]

Gambar 7. Pertumbuhan Panjang Ikan Patin Selama 30 Hari.

Kordi (2006), Kandungan nutrisi pada pakan akan mempengaruhi

pertumbuhan ikan, pakan diberikan untuk mengetahui pengaruh nutrisi yang

terdapat didalam pakan yang diberikan dengan mengamati pertumbuhan ikan

selama beberapa waktu.

Hasil uji ANOVA terhadap pertambahan panjang ikan patin menunjukkan

pemberian probiotik terhadap panjang ikan berpengaruh tidak nyata. Sehingga

dapat terlihat pertumbuhan dengan nilai selisih yang tidak jauh berbeda.

Selisih untuk dosis terbaik dan dosis minimal yaitu P1 dan P0 terhadap

pertumbuhan panjang ikan patin adalah sebesar 2.09 cm. Salah satu faktor yang

menunjang keberhasilan pemeliharaan ikan adalah penyediaan makanan secara

cukup dan berkelanjutan, terutama makanan yang dapat diberikan untuk berbagai

tingkatan umur serta ukuran ikan (Irianto, 2003). 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

0 10 20 30 40

(34)

Rasio Konversi Pakan

Hasil dari penelitian ini dapat dilihat bahwa pemberian probiotik kepada

ikan patin yang mampu di serap dengan baik terlihat pada P1 dan P2 dengan nilai

0.94 dan 0.89, sedangkan P3 dengan nilai 1.14 dan P0 dengan nilai 1.54.

Berdasarkan hasil yang di peroleh pada pertambahan panjang dan bobot ikan patin

sesuai dengan hasil dari konversi pakan yang menunjukkan nilai yang kecil pada

P1.

(Irianto, 2003), menyatakan bahwa seberapa banyak ikan mampu merubah

pakan yang dikonsumsi menjadi daging yang diserap dengan nilai yang semakin

kecil. Dengan demikian pemberian pakan dengan mencampurkan probiotik

terhadap pertumbuhan ikan terlihat pada perlakuan P1. Pertumbuhan dan rasio

konversi pakan ikan patin pada P1 dan P2 memang tidak jauh berbeda.

Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup selama penelitian pada P0, P1, P2, P3

masing-masing menunjukkan tingkat kematian di awal penelitian dan pada hari

ke-10 (Tabel 7). Untuk persentase kelangsungan hidup pada ikan patin terhadap

dosis berbeda yakni 96.6%, 93.3%, 90%, dan 80%. Tingkat kematian ikan pada

perlakuan terlihat bahwa pemberian probiotik yang semangkin banyak

mengakibatkan tingkat kematian ikan semakin tinggi. Terlihat pada perlakuan P3

dengan tingkat kelangsungan hidup sebesar 80 % dan pada P2 90 %, P1 93.3%

dan pada P0 yang tidak dicampur dengan probiotik memiliki kelangsungan hidup

tertinggi 96.6 %.

Hidayat, dkk., (2013) berpendapat bahwa dengan semakin baik

(35)

ikan terhadap pengaruh lingkungan sekitarnya akan semakin baik sehingga

mortalitas ikan lebih kecil.

Kualitas Air

Pemeliharaan ikan patin yang dilakukan mengenai pertumbuhan panjang

dan bobot sangat dipengaruhi oleh kualitas air. Parameter kualitas air yang

diamati mencakup suhu, pH dan DO. Hasil analisis parameter kualitas air yang di

ukur menunjukkan ikan patin berada pada lingkungan yang layak untuk tumbuh

dan berkembang. Namun nilai kualitas air tidak selalu konstan, tetap mengalami

perubahan. Perubahan nilai tersebut masih dalam keadaan yang stabil, seperti

kisaran suhu rata-rata secara keseluruhan yakni 26º C, pH 7.0 dan DO 3..3 mg/L.

Hal ini dikaitkan bahwa keadaan suhu air yang optimal untuk kehidupan ikan

patin antara 28 – 290C. Ikan patin lebih menyukai perairan yang memiliki fluktuasi suhu sedang. Sedangkan kandungan Oksigen yang cukup baik untuk

kehidupan ikan patin berkisar 2-5 ppm dengan kandungan Karbondioksida tidak

lebih 12,0 ppm dan nilai pH atau derajat keasaman adalah 7.2 – 7.5

(36)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pada P0, P1, P2, P3 memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap

pertambahan bobot, namun tidak memberikan pengaruh nyata terhadap

pertambahan panjang ikan patin .

2. Penambahan Probiotik dengan dosis 1 g/kg pakan (P1) menghasilkan

pertumbuhan terbaik terhadap pertumbuhan panjang dengan nilai 8.54 cm dan

pertumbuhan bobot dengan nilai 7.56 g serta menghasilkan nilai konversi

pakan terendah0.82 .

Saran

Pemberian pakan yang di campur probiotik terhadap ikan yang lebih besar

(pembesaran) untuk dapat melihat pengaruh laju pertumbuhan ikan patin serta

(37)

TINJAUAN PUSTAKA

Morfologi Ikan Patin

Ikan patin pada sirip punggungnya memiliki sebuah jari-jari keras yang

berubah menjadi patil yang bergerigi dan besar di sebelah belakangnya. Sirip

ekor membentuk cagak dan bentuknya simetris. Ikan patin tidak mempunyai

sisik, sirip dubur relatif panjang yang terletak didepan lubang dubur terdiri

atas 30-33 jari-jari lunak sedangkan sirip perutnya memiliki enam jari-jari lunak.

Sirip dada mempunyai 12-13 jari-jari lunak dan sebuah jari- jari keras yang

berubah menjadi senjata yang dikenal dengan patil. Di bagian permukaan

punggung ikan patin terdapat sirip lemak yang berukuran kecil. Warna tubuh

putih keperak-perakan , punggung kebiru-biruan dan ujung kepala terdapat mulut

yang dilengkapi dua pasang sungut yang pendek (Djariah, 2001). Ikan patin dapat

dilihat pada Gambar 2.

(38)

Sannin (1984), mengklasifikasikan ikan patin adalah sebagai berikut :

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Ordo : Ostariophysi

Sub-ordo : Siluroidea

Famili : Pangasidae

Genus : Pangasius

Spesies : Pangasius hypopthalmus

Habitat dan Kebiasaan Hidup Ikan Patin

Ikan Patin (Pangasius sp.) bertahan hidup pada perairan yang kondisinya

sangat jelek dan akan tumbuh normal diperairan yang memenuhi persyaratan ideal

sebagaimana habitat aslinya. Kandungan Oksigen (O2) yang cukup baik untuk

kehidupan ikan patin berkisar 2-5 ppm dengan kandungan Karbondioksida (CO2)

tidak lebih 12,0 ppm. Nilai pH atau derajat keasaman adalah 7,2 – 7,5, konsentrasi

sulfida (H2S) dan ammonia (NH3) yang masih dapat ditoleransi oleh ikan patin

yaitu 1 ppm.Keadaan suhu air yang optimal untuk kehidupan ikan patin antara 28

– 290C. Ikan patin lebih menyukai perairan yang memiliki fluktuasi suhu rendah. Kehidupan ikan patin mulai terganggu apabila suhu perairan menurun sampai 14 –

(39)

Penambahan Probiotik Secara endogen

Probiotik adalah makanan tambahan (suplemen) berupa sel-sel mikroba

hidup, dan bukan merupakan senyawa kimia. Memiliki pengaruh menguntungkan

bagi hewan inang yang mengkonsumsinya melalui penyeimbangan flora mikroba

intestinalnya Prosedur pemberian probiotik secara endogen yaitu pemberian

probiotik lewat makanan atau pakan tambahan berupa mikroba hidup yang

berpengaruh positif bagi hewan(inang) dengan cara memperbaiki keseimbangan

flora ususnya. Salah satu upaya untuk meningkatkan fungsi fisiologi ikan,

terutama kemampuannya dalam mencerna pakan adalah dengan menambahkan

probiotik dalam pakan (Fuller, 1987).

Probiotik bermanfaat dalam mengatur lingkungan mikroba pada usus,

menghalangi mikroorganisme patogen usus dan memperbaiki efisiensi pakan

dengan melepas enzim-enzim yang membantu proses pencernaan makanan.

Irianto (2003) telah memperjelas bahwa, secara dasar ada tiga model kerja

probiotik yaitu, menekan populasi mikroba melalui kompetisi dengan

memproduksi senyawa-senyawa anti mikroba atau melalui kompetisi nutrisi dan

tempat pelekatan di dinding intestinum, merubah metabolisme mikrobial dengan

meningkatkan aktivitas enzim dan menstimulasi imunitas melalui peningkatan

(40)

Irianto (2003), mengutip beberapa penelitian seleksi probion untuk hewan

akuatik dan mekanisma penggunaannya dapat diambil dari berbagai sumber

[image:40.595.112.515.209.445.2]

seperti intestinum ikan atau hewan akuatik lainnya dapat di lihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Mikroba probiotik untuk hewan akuatik, sumber dan mekanisme penggunaannya.

Mikroba Probiotik Sumber Mekanisma Penggunaannya

Bacillus S11 Habitat udang P.monodon Dicampur pakan

Carnobacterium

dirvergens

Intestinum cod Atlantik

(G. morhua)

Dicampur pakan

Vibrio

alginolyticus

Air laut dekat

panti pembenihan udang

Direndam 10 menit

Bakteri asam laktat Intestinum salmon Atlantik

(S. salar)

Dicampur pakan

Lactobacillus Tilapia intestine

(Oreochromis)

Dicampur pakan

Bacillus spp. Komersial Ditebar dikolam

Sumber : Irianto (2003)

Interaksi antara mikroba dengan inang tidak terbatas pada saluran

pencernaan. Bakteri probiotik juga dapat aktif pada insang, kulit tubuh inang, atau

lingkungan disekelilingnya. Interaksi yang intensif antara mikroba dan inang

dalam akuakultur menjadikan sejumlah probion berasal dari lingkungan bukan

dari pakan atau saluran pencernaan. Menurut Fuller (1987), probiotik harus

memiliki karakter yaitu, menguntungkan inangnya, mampu hidup di intestinum,

dapat disiapkan sebagai produk sel hidup pada skala industri, dan dapat terjaga

stabilitas dan sintasan untuk waktu yang lama pada penyimpanan maupun di

(41)

Pemberian organisme probiotik dalam akuakultur dapat diberikan melalui

pakan, air maupun melalui perantaraan pakan hidup seperti rotifera atau artemia.

Pemberian probiotik dalam pakan berpengaruh dalam saluran pencernaan,

sehingga akan sangat membantu proses penyerapan makanan dalam pencernaan

ikan (Irianto, 2007).

Beberapa penelitian tentang pemberian pakan atau suplemen probiotik

terhadap beragam hewan akuatik serta strain yang digunakan menggunakan

konsentrasi yang bervariasi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Konsentrasi sel probion dalam pakan

Inang Konsentrasi probion dalam pakan

Penaeus monodon 1010 sel / g

Oreochromis 5 g, 7,5 g dan 10 g G-probiotik /kg

Carassius auratus 106 – 107 sel / g Sumber : Irianto (2003)

Penggunaan dosis tinggi ternyata tidak menjamin pengaruh yang lebih

baik terhadap hewan inang. Hal ini ditunjukkan pada hasil penelitian yang di

peroleh (Irianto, 2003) bahwa penggunaan G-probiotik untuk suplemen pakan

dengan konsentrasi 5 g, 7,5 g, 10 g per kg pakan, ternyata menghasilkan keragaan,

konversi pakan dan rasio efisiensi protein yang lebih baik, dan penggunaan

konsentrasi G-probiotik sebesar 7,5 g dapat memberikan hasil yang lebih baik.

Faktor yang mempengaruhi respon inang terhadap probiotik antara lain:

komposisi flora mikroba intestinum inang, dosis yang digunakan, umur dan

spesies atau starin hewan inang, kualitas probiotik dan cara preparasi probiotik,

sehingga penggunaan probiotik harus disesuaikan dalam pengguunaanya

(42)

Secara eksogen

Penggunaan probiotik dianggap mampu memperbaiki kondisi perairan

sehingga menjadi alternatif pembudidaya ikan saat ini. Beberapa keunggulan

dalam penggunaan probiotik untuk penanggulangan penyakit yaitu, organisme

yang digunakan telah dipertimbangkan lebih aman dari pada berbagai bahan

kimia, tidak patogen terhadap ikan/udang, tidak terakumulasi dalam rantai

makanan, adanya proses reproduksi yang dapat mengurangi pemakaian yang

berulang, jarang menimbulkan resistensi bagi organisme sasarana dan dapat

digunakan secara bersamaan dengan cara proteksi yang lain

(Atmomarsono dkk., 2009).

Beberapa keunggulan tersebut membuat probiotik kini banyak digunakan

dalam kegiatan budidaya dibandingkan dengan penggunaan antibiotik yang

menghasilkan residu bersifat merugikan. Karena Probiotik merupakan mikroba

hidup yang mampu memberikan keuntungan bagi inang dengan memodifikasi

komunitas mikroba atau berasosiasi dengan inang, memperbaiki nilai nutrisi dan

pemanfaatan pakan, memperbaiki respon inang terhadap hama penyakit dan

memperbaiki kualitas lingkungan (Verschuere dkk, 2000).

Prosedur pemberian probiotik secara eksogen yaitu pemberian probiotik

lewat lingkungan berupa mikroba hidup yang berpengaruhpada keseimbangan

ekosistem perairan dan bertujuan untukdominasi mikroba menguntungkan.

Pemberian probiotik secara eksogen berpengaruh terhadap perbaikan kualitas air

melalui penyeimbangan populasi mikroba di lingkungan dan mengurangi jumlah

(43)

Probiotik adalah jenis bakteri yang ditambahkan kedalam lingkungan

untuk perbaikan mutu lingkungan. Ada dua manfaat yang diharapkan dari aplikasi

bakteri ini yaitu meningkatkan populasi bakteri non patogenik dan sebagai

decomposer bahan organik menjadi mineral dan mengubah senyawa beracun

menjadi tidak beracun seperti senyawa amonia dan nitrit yang beracun menjadi

senyawa nitrogen bebas melalu proses nitrifikasi dan denitrifikasi. Aplikasi

bakteri probiotik yang tepat dapat membantu mengurangi kandungan bahan

organik di tambak dan mempertahankan tersedianyanutrisi hasil penguraian bahan

organik (Purwanta dan Firdayati, 2002).

Penggunaan probiotik harusnya berasal dari bakteri yang tumbuh di

wilayah tersebut, karena walaupun jenisnya sama namun strain bakteri mungkin

berbeda. Dalam dunia mikroba, bakteri akan saling membatasi pertumbuhan

populasi dengan mikroba lainnya. Sehingga diperlukan pengetahuan jenis bakteri

apa yang sesuai untuk penggunaanya. Banyak peneliti mengevaluasi penggunaan

Bacillus spp. sebagai probion dan secara bersamaan mengurangi penggunaan

senyawa-senyawa kimia dan meningkatkan kualitas air. Dalam penelitian Moriaty

(1998), menggunakan probiotik yang mengandung Bacillus spp. untuk tambak

udang penaeid di Indonesia, dengan tujuan agar Bacillus spp. memperbaiki

kualitas air melalui dekomposisi materi organik, menyeimbangkan komunitas

mikroba serta menekan pertumbuhan patogen sehingga menyediakan lingkungan

yang lebih baik bagi udang. Penggunaan Bacillus spp. selama 160 hari, ternyata

tidak menyebabkan masalah dalam hal produksi, sedangkan tanpa Bacillus spp.

(44)

Biomol+

Biomol+ merupakan salah satu probiotik komersial, produksi PT.

Banyumas Raya yang mempunyai rataan total jumlah mikroorganisme sebesar 107 (cfu/g) untuk total bakteri dan 105 (cfu/g) untuk total khamir. Tergolong dalam makanan fungsional, merupakan mikroorganisme yang dapat meningkatkan

pertumbuhan dan efisiensi pakan ternak tanpa mengakibatkan terjadinya proses

penyerapan komponen probiotik ke dalam tubuh ternak, sehingga dapat menjaga

keseimbangan komposisi mikroorganisme dalam sistem pencernaan ternak, dan

meningkatkan kekebalan tubuh. Kegunaan dan fungsi bakteri biomol+ adalah

meningkatkan kualitas pakan, kualitas lahan/kolam, menurunkan FCR,

meningkatkan SR atau menekan mortalitas dan meningkatkan kekebalan ternak,

ikan dan udang. Bakteri biomol+ menghasilkan enzim protease, amilase, dan

lipase, menekan pertumbuhan mikroba yang merugikan termasuk vibrio,

mendetrifikasi nitrat menjadi nitrogen, menghasilkan asam laktat, mengurai H2O2

menjadi oksigen, menguraikan kelebihan bahan organik dan meminimalkan

endapan lumpur di dasar kolam (Nahrowi, 2004).

Pencernaan yang melibatkan enzim (protease, amilase, dan lipase) sebagai

katalisator untuk mempercepat prosesnya. Dalam kondisi normal reaksi berjalan

lambat tetapi dengan hidrolisis dan kerja enzim reaksi berjalan lebih cepat.

Pencernaan protein oleh enzim protease yang terdiri atas enzim eksopeptidase dan

endopeptidase. Enzim tersebut terdapat pada hewan avertebrata dan vertebrata

yang hidup di perairan. Pencernaan lemak oleh lipase juga terdapat pada hewan

avertebrata dan vertebrata. Pencernaan karbohidrat, hidrolisis oleh amilase,

(45)

Pencernaan selulosa memerlukan selulose yang dihasilkan oleh bakteri simbiotik

(Yuwono dan Sukardi, 2008).

Mekanisme Biomol+ dalam pakan ternak/ikan dan air tambak adalah

sebagai berikut :

1. Bioremediator, bakteri dalam probiotik menekan populasi bakteri patogen

dengan memproduksi senyawa-senyawa anti mikroba, berkompetisi nutrisi

dengan bakteri patogen, mengacaukan metabolisma bakteri patogen dengan

meningkatkan aktifitas enzim pengurai seperti selulase, protease, dan amilase.

Mengurai bahan organik dalam air seperti NH3 , NO2, NO3 .

2. Enzim Effect, dalam probiotik powder, aktivfitas enzim selulase, protease,

dan amilase, lebih tinggi dari pada probiotik liquid karena melewati proses

fermentasi ganda.

3. Eco-colonizer, bioremediator menciptakan kondisi seimbang antara bakteri

dan plankton, mencegah dominasi bakteri, menekan populasi blue green

algae, menurunkan tingkat vibrio, aeromonas dan menetralisir senyawa

toksik yang ada dalam air (PT. Banyumas Raya).

Komposisi biomol+ yang mengandung bakteri dan khamir dapat di lihat

(46)
[image:46.595.103.512.112.304.2]

Tabel 3. Komposisi Biomol+

Bakteri Cfu/gr

Azotobacter paspalii Bacillus lentus

Bacillus licheniformes Bacillus pumilus

Bacillus stearothermophyllus Bacillus subtilis

Corynecbacterium pseudodipteriticum Micrococcus varians

Sarcina lutea

Staphylococcus epidermis

3.2 x 107 8 x 106 2 x 107 4.2 x 109 3.2 x 109 2 x 105 8 x 109 2 x 107 8 x 108 2 x 107

Khamir Cfu/gr

(47)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kegiatan usaha budidaya perikanan memiliki tiga tahap yaitu pembenihan,

pedederan, dan pembesaran. Tahap pembenihan biasanya dimulai dengan

pengadaan benih hingga diperolehnya benih dengan umur tertentu. Pada tahap

pedederan, merupakan upaya untuk adaptasi benih terhadap lingkungan

pembesaran yang dapat memberikan jaminan kelasungan hidup yang lebih tinggi.

Selanjutnya pada tahap pembesaran merupakan kelanjutan dari pedederan yang

dibesarkan hingga mencapai ukuran atau umur konsumsi.

Ikan patin merupakan ikan yang istimewa. Karena selain sebagai ikan

konsumsi yang tergolong mewah, ikan patin juga digunakan sebagai ikan hias.

Saat berukuran kecil (panjang 5-12 cm), ikan patin digolongkan sebagai ikan hias

di akuarium, dikarenakan warna tubuhnya yang perak mengilat, dan gerakannya

yang lincah sehingga banyak pecinta ikan hias yang menyukai ikan patin sebagai

pelengkap koleksi dalam akuariumnya. Pada ukuran yang besar (ukuran

konsumsi), ikan patin juga dapat digunakan sebagai hiasan kolam taman dan

kolam hias (Hernowo, 2001).

Kementerian Kelautan dan Perikanan (2010) menunjukan bahwa,

kebutuhan benih ikan patin secara nasional pada tahun 2005 mencapai 55 juta

benih. Jumlah tersebut dibutuhkan dalam rangka pemenuhan kebutuhan ikan

patin konsumsi sebesar 16.500 ton. Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa

kebutuhan dan produksi ikan patin pada tahun 2006-2009 semakin meningkat

(48)

diimbangidengan peningkatan jumlah benih yangdisediakan. Dalam rangka

memenuhi kebutuhan benih yang semakin meningkat tersebut, produktivitas,

efektivitas dan efisiensi usaha pembenihan ikan patin harus ditingkatkan.

Tahun 2001, benih yang berukuran panjang 2,5 cm (1 inci) dijual dengan

harga Rp. 125/ekor. Sebagai ikan hias, ada pedagang yang menjual dengan harga

Rp. 500 hingga Rp. 1000 . Sedangkan harga ikan dengan ukuran konsumsi dapat

mencapai puluhan ribu rupiah per kilogramnya (Hernowo, 2001).

Banyaknya permintaan harus dibarengi dengan peningkatan produksi, hal

ini bukan saja karena harganya yang mahal serta banyak penggemarnya,

melainkan juga karena dukungan aspek biologinya seperti ukuran individu yang

besar, sifat makanan yang omnivorus dan fekunditasnya yang tinggi. Sehingga

ikan ini mempunyai prospek yang baik dalam pemasaran dan termasuk memiliki

nilai ekonomis yang tinggi, baik pada tingkat benih sebagai ikan hias maupun

pada tingkat dewasa sebagai ikan konsumsi (Arifin, 1990).

Hernowo (2001) umumnya, ikan patin di konsumsi pada saat mencapai

berat 300-1000 gram. Sebagai ikan konsumsi, ikan patin memiliki beberapa

keistimewaan. Keistimewaannya yaitu rasanya yang khas, kandungan kalorinya

rendah sekitar 120 kalori setiap 3,5 ons, struktur dagingnya yang kenyal dan

mudah dipisahkan dengan durinya. Sehingga daging ikan patin dapat diolah dalam

berbagai bentuk resep makanan.

Dalam kegiatan budidaya ikan, pertumbuhan merupakan parameter

budidaya yang harus dicapai, karena pertumbuhan akan menentukan nilai

produksi yang diharapkan. Pertumbuhan adalah pertambahan panjang atau bobot

(49)

pertumbuhan ikan adalah pakan. Pakan yang mempunyai keseimbangan protein

yang tepat dengan jumlah pemberian yang tepat akan menghasilkan pertumbuhan

dan konversi pakan yang terbaik (Effendie, 1997). Iribarrendkk., (2012)

menyatakan bahwa penggunaan probiotik menjadi solusi internal untuk

menghasilkan pertumbuhan dan efisiensi pakan yang optimal, mengurangi biaya

produksi dan dapat mengurangi mutu lingkungan budidaya.

Penggunaan probiotik di anggap mampu memperbaiki kondisi lingkungan

budidaya dan menjadi alternatif pembudidaya ikan saat ini. Karena mikroba yang

terkandung dalam probiotik dapat memberikan keuntungan bagi inang dalam

mengurangi jumlah bakteri patogen, memperbaiki respon inang terhadap penyakit,

memperbaiki nutrisi pakan, mengefesiensikan pakan yang diberikan, memperbaiki

kualitas lingkungan budidaya. Sehingga pemakaian probiotik lebih diunggulkan

dari pada penggunaan antibiotik dapat menghasilkan residu yang bersifat

merugikan bagi organisme (Verschuere dkk., 2000).

Menurut Irianto (2003) mikroba probiotik merupakan mikroba yang aman

dan relatif menguntungkan dalam saluran pencernaan. Mikroba ini menghasilkan

zat yang tidak berbahaya bagi ikan, tetapi justru dapat menghancurkan mikroba

patogen pengganggu sistem pencernaan ikan. Beberapa penelitian telah dilakukan

terkait pengaruh pemberian probiotik dalam pakan terhadap pertumbuhan dan

konversi pakan. Hasil penelitian yang dilakukan Gandara (2003) bahwa

penambahan probiotik Bacillus sp. pada pakan komersil terhadap konversi pakan

dan pertumbuhan ikan patin dengan dosis 0,5,15,25 ml/kg pakan memberikan

pengaruh terhadap konversi pakan dan pertumbuhan dengan dosis optimum dalam

(50)

Perumusan Masalah

1. Apakah penambahan probiotik secara endogen (dalam pakan) memberikan

pengaruhterhadap pertumbuhandan konversi pakan ikan patin?

2. Berapakah dosis penambahan probiotik yang diberikan untuk pertumbuhan

dan konversi pakan ikan patin ?

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui penambahan probiotik secara endogen (dalam pakan) dapat

memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ikan patin.

2. Mengetahui dosis penambahan probiotik secara endogen (dalam pakan)dapat

memberikan konversi pakan yang rendah.

Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi bagi pembudidaya ikan tentang penggunaan probiotik

secara endogen (dalam pakan) dapat meningkatkan pertumbuhandan konversi

pakan ikan patin.

2. Menetapkan dosis optimal tentang penggunaan probiotik secara

endogen(dalam pakan) untuk meningkatkan pertumbuhan dan konversi pakan

ikan patin.

3. Sebagai bahan pertimbangan bagi pembudidaya ikan dalam aplikasi probiotik

lebih aman dibandingkan dengan penggunaan bahan kimia atau antibiotik

(51)

Kerangka Pemikiran

Kegiatan pedederan merupakan upaya untuk adaptasi benih terhadap

lingkungan pembesaran. Pembudidaya pedederan bertujuan memelihara benih

menjadi ukuran lebih besar dari ukuran awal pemeliharaan dan berharga lebih

tinggi dari harga benih awal, dengan mempertahankan kelasungan hidup atau

menekan mortalitas serta memacu pertumbuhannya.

Pemberian probiotik dalam pakan atau secara endogen adalah salah

satu alternatif untuk menghasilkan pakan yang berfungsi ganda dan secara tidak

lansung meningkatkan kualitas pakan. Aktifitas bakteri yang terkandung dalam

probiotik komersil (Biomol +) ini membentuk koloni sebanyak 10 7 CFU/g dan menempel pada usus yang akan mendesak bakteri patogen agar tidak tumbuh dan

tidak menghambat proses pencernaan ikan sehingga dapat meningkatkan daya

cerna. Berikut kerangka pemikiran dalam melakukan penelitian dapat dilihat pada

(52)
[image:52.595.156.493.92.459.2]

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Budidaya Ikan Patin

Pedederan

Pakan Kualitas Air

1. DO 2. pH 3. Suhu Penambahan Probiotik

Secara Endogen

(53)

Hipotesis

Ho : Penambahan dosis probiotik yang berbeda dalam pakan (secara endogen)

diduga tidakberpengaruh terhadap pertumbuhan dan konversi pakan ikan patin .

Hl : Penambahan dosis probiotik yang berbeda dalam pakan (secara endogen)

diduga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan konversi pakan ikan

(54)

ABSTRAK

ABDILLAH PARINDURI. Pengaruh Penambahan Probiotik Secara Endogen Terhadap Pertumbuhan dan Konversi Pakan Ikan Patin (Pangasius hypothalmus). Dibimbing oleh SYAMMAUN USMAN dan DESRITA.

Ikan patin merupakan ikan yang istimewa. Karena selain sebagai ikan konsumsi yang tergolong mewah, ikan patin juga digunakan sebagai ikan hias. Sebagai ikan konsumsi, ikan patin memiliki beberapa keistimewaan. Keistimewaannya yaitu rasanya yang khas, kandungan kalorinya rendah sekitar 120 kalori setiap 3,5 ons, struktur dagingnya yang kenyal dan mudah dipisahkan dengan durinya. Sehingga daging ikan patin dapat diolah dalam berbagai bentuk resep makanan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh terbaik penambahan probiotik terhadap pertumbuhan dan konversi pakan ikan patin. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan: P0 (tanpa penambahan probiotik), P1 (penambahan probiotik 1 g/kg), P2 (penambahan probiotik 2 g/kg), P3 (penambahan probiotik 3 g/kg). Pada perlakuan P1 memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertambahan bobot, namun tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertambahan panjang ikan patin.Perlakuan P1 merupakan dosis optimum untuk pertumbuhan ikan patin dengan pertumbuhan panjang 8.54 cm dan pertumbuhan bobot 7.56 g dengan nilai konversi pakan 0.82

(55)

ABSTRACT

ABDILLAH PARINDURI. Effect of Probiotic In addition Endogenous on Growth and Feed Conversion Ratio of Catfish (Pangasius hypopthalmus).Under academic supervision by SYAMMAUN USMAN and DESRITA.

Catfish is a special fish. Because in addition to being classified as a luxury food fish, catfish also used as ornamental fish. As a fish food, catfish has several features. Privileges that it's unique, low calorie content is about 120 calorie each 3.5 ounce, the structure of the meat is chewy and easily separated with thorns. Catfish so that meat can be processed in various forms of recipes. The purpose of this study was to determine the best effect of adding probiotics on growth and feed conversion catfish. This study uses a Completely Randomized Design (CRD) with four treatments: P0 (without addition), P1 (probiotic addition 1 g/kg), P2 (probiotic addition 2 g/kg), P3 (probiotic addition 3 g/kg). The treatment P1 provides a significant influence on weight gain, but no significant effect on the length catfish. The treatment P1 is the optimum dose for the growth catfish with growth 8:54 cm long and weight 7:56 g growth with feed conversion ratio 0.82.

(56)

PENGARUH PENAMBAHANPROBIOTIK SECARA

ENDOGEN

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

KONVERSI PAKANIKAN PATIN

(

Pangasius hypopthalmus

)

ABDILLAH PARINDURI

100302074

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYAPERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

(57)

PENGARUH PENAMBAHAN PROBIOTIK SECARA

ENDOGEN

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

KONVERSI PAKANIKAN PATIN

(

Pangasius hypopthalmus

)

SKRIPSI

ABDILLAH PARINDURI

100302074

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

(58)

PENGARUH PENAMBAHAN PROBIOTIK SECARA

ENDOGEN

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

KONVERSI PAKANIKAN PATIN

(

Pangasius hypopthalmus

)

SKRIPSI

ABDILLAH PARINDURI

100302074

Skripsi Sebagai Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

(59)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Pengaruh Penambahan Probiotik Secara Endogen Terhadap Pertumbuhan dan Konversi Pakan Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus)

Nama : Abdillah Parinduri

NIM : 100302074

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ir. Syammaun Usman, M.P Desrita, S.Pi, M.Si

Ketua Anggota

Mengetahui :

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si

Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

(60)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Abdillah Parinduri

NIM : 100302074

Menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Pengaruh Penambahan Probiotik

Secara Endogen Terhadap Pertumbuhan dan Konversi Pakan Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus)adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Medan, November 2016

(61)

ABSTRAK

ABDILLAH PARINDURI. Pengaruh Penambahan Probiotik Secara Endogen Terhadap Pertumbuhan dan Konversi Pakan Ikan Patin (Pangasius hypothalmus). Dibimbing oleh SYAMMAUN USMAN dan DESRITA.

Ikan patin merupakan ikan yang istimewa. Karena selain sebagai ikan konsumsi yang tergolong mewah, ikan patin juga digunakan sebagai ikan hias. Sebagai ikan konsumsi, ikan patin memiliki beberapa keistimewaan. Keistimewaannya yaitu rasanya yang khas, kandungan kalorinya rendah sekitar 120 kalori setiap 3,5 ons, struktur dagingnya yang kenyal dan mudah dipisahkan dengan durinya. Sehingga daging ikan patin dapat diolah dalam berbagai bentuk resep makanan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh terbaik penambahan probiotik terhadap pertumbuhan dan konversi pakan ikan patin. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan: P0 (tanpa penambahan probiotik), P1 (penambahan probiotik 1 g/kg), P2 (penambahan probiotik 2 g/kg), P3 (penambahan probiotik 3 g/kg). Pada perlakuan P1 memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertambahan bobot, namun tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertambahan panjang ikan patin.Perlakuan P1 merupakan dosis optimum untuk pertumbuhan ikan patin dengan pertumbuhan panjang 8.54 cm dan pertumbuhan bobot 7.56 g dengan nilai konversi pakan 0.82

(62)

ABSTRACT

ABDILLAH PARINDURI. Effect of Probiotic In addition Endogenous on Growth and Feed Conversion Ratio of Catfish (Pangasius hypopthalmus).Under academic supervision by SYAMMAUN USMAN and DESRITA.

Catfish is a special fish. Because in addition to being classified as a luxury food fish, catfish also used as ornamental fish. As a fish food, catfish has several features. Privileges that it's unique, low calorie content is about 120 calorie each 3.5 ounce, the structure of the meat is chewy and easily separated with thorns. Catfish so that meat can be processed in various forms of recipes. The purpose of this study was to determine the best effect of adding probiotics on growth and feed conversion catfish. This study uses a Completely Randomized Design (CRD) with four treatments: P0 (without addition), P1 (probiotic addition 1 g/kg), P2 (probiotic addition 2 g/kg), P3 (probiotic addition 3 g/kg). The treatment P1 provides a significant influence on weight gain, but no significant effect on the length catfish. The treatment P1 is the optimum dose for the growth catfish with growth 8:54 cm long and weight 7:56 g growth with feed conversion ratio 0.82.

(63)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Medan pada tanggal 19 Juni 1991. Penulis

merupakan putra kedua dari tiga bersaudara dari Ayahanda

H. M. Ali Parinduri dan IbundaMurniaty. Penulis

menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Swasta

Melati Medan pada tahun 2003, SMP Swasta Pertiwi

Medanpada tahun 2006, SMKNegeri 12 Kelautan dan Perikanan Medan pada

tahun 2009, dan pada tahun 2010 penulis diterima di Program Studi Manajemen

Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui

jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selain mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota

Ikatan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (IMASPERA). Penulis telah

menyelesaikan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan di Pelabuhan Perikanan Idi

(64)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian untuk melengkapi dan

memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana dengan judul Pengaruh

Penambahan Probiotik Secara Endogen Terhadap Pertumbuhan dan Konversi

Pakan Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus).

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua penulis serta keluarga yang telah memberikan dorongan baik

dari segi moril maupun materil.

2. Bapak Ir. Syamaun Usman, MP selaku dosen pembimbing I.

3. Ibu Desrita, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing II.

4. Bapak Dr. Ir. Yunasfi, M.Si selaku ketua Program Studi Manajemen

Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Pindi Patana, S.Hut, M.Sc selaku sekretaris Program Studi Manajemen

Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh dosen dan staf pegawai Program Studi Manajemen Sumberdaya

Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang telah

memberikan pengarahan selama di bangku perkuliahan.

7. Rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi Program Studi Manajemen

Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, untuk penyempurnaan skripsi

penelitian penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk selanjutnya

diperbaiki. Semoga skripsi penelitian ini bermanfaat bagi seluruh kalangan.

Medan, November 2016

(65)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 4

Tujuan Penelitian ... 4

Manfaat Penelitian ... 4

Kerangka Pemikiran ... 5

Hipotesis ... 7

TINJAUAN PUSTAKA ... 8

Morfologi Ikan Patin ... 8

Habitat dan Kebiasaan Hidup Ikan Patin ... 9

Penambahan Probiotik ... 10

Secara Endogen ... 10

Secara Eksogen... 13

Biomol + ... 15

METODE PENELITIAN ... 18

Waktu dan Tempat Penelitian ... 18

Bahan dan Alat ... 18

Metode Penelitian... 18

Prosedur Penelitian... 19

Persiapan Wadah Pemeliharaan ... 19

Pengelolaan Air ... 20

(66)

Persiapan Pakan dan Penambahan Probiotik ... 20

Pemeliharaan Ikan ... 22

Parameter Pengamatan ... 23

Analisa Data ... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

Hasil ... 26

Pertumbuhan Bobot ... 26

Pertumbuhan Panjang... 27

Rasio Konversi Pakan ... 29

Kelangsungan Hidup ... 30

Kualitas Air ... 30

Pembahasan ... 31

Pertumbuhan Bobot ... 31

Pertumbuhan Panjang... 34

Rasio Konversi Pakan ... 36

Kelasungan Hidup ... 36

Kualitas Air ... 37

KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

Kesimpulan ... 38

Saran ... 38

(67)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 6

2. Gambar Ikan Patin ... 8

3. Pertumbuhan Bobot Ikan Patin Pada Setiap Perlakuan Selama Pengamatan ... 27

4. Pertumbuhan Panjang Ikan Patin Pada Setiap Perlakuan Selama Pengamatan ... 29

5. Rasio Konversi Pakan Ikan Patin ... 29

6. Pertumbuhan Bobot Ikan PatinSelama 30 Hari ... 32

(68)

DAFTAR TABEL

No. Teks

Halaman

1. Mikroba Probiotik Untuk Hewan Akuatik serta Mekanisme

Penggunaannya ... 11

2. Konsentrasi Sel Probion dalam Pakan ... 12

3. Komposisi Biomol + ... 17

4. Kandungan Nutrisi Pakan Pelet FF-999 ... 21

5. Perhitungan Pemberian Pakan Ikan Per 10 hari ... 21

6. Pertumbuhan Bobot Ikan Patin Terhadap Perlakuan ... 26

7. Pertumbuhan Panjang Ikan Patin Terhadap Perlakuan ... 28

8. Kelasungan Hidup Ikan Patin ... 30

(69)

Gambar

Tabel 5 . Perhitungan Pemberian Pakan Ikan Per 10 Hari
Tabel 6. Pertumbuhan Bobot (g) Ikan Patin Terhadap Perlakuan
Gambar 3. 7
Tabel 7. Pertumbuhan Panjang (cm) Ikan Patin Terhadap Perlakuan.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini adalah prosedur penjualan kredit dari jasa pemasangan sambungan air minum sudah diterapkan PDAM Kota Surakarta dengan cukup baik,

Dalam rang- ka perakitan varietas tahan penyakit blas dengan pe- nampilan agronomis yang sesuai harapan, telah di- lakukan pembentukan populasi haploid ganda (HG) dan silang balik

Menurut Connolly dan Begg (2002), Database Management System merupakan sebuah sistem perangkat lunak yang memungkinkan pengguna untuk mendefinisikan, membuat, mengatur, dan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulakan bahwa tidak terdapat hubungan antara kualitas hidup dengan karakteristik responden pasien diabetes melitus di

Data suhu permukaan laut, kan- dungan klorofil- a , data hasil tangkapan kemudian diplotkan dalam grafik untuk mengetahui kondisi oseanografi yang banyak ditemukan

Potongan isi ayat di atas menjelaskan bahwa umat muslim harus selalu berbuat adil, sekalipun itu kepada kaum musyrik (musuh). Sehingga apapun kerugian yang

Globalisasi telah memberikan akses kepada warga negara untuk bermigrasi melintasi batas Negara dengan lebih mudah. Fenomena ini berimplikasi kepada pelaksanaan

Raudatul Atfal (RA) sebagai salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini (PAUD) jalur formal yang menyelenggarakan program pendidikan umum dan pendidikan