Lampiran 1. Bagan Percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
P1 P2 P3 P0 Ulangan 1
P0 P1 P2 P3 Ulangan 2
P1 P0 P2 P3 Ulangan 3
Keterangan :
Perlakuan dengan simbol P0, P1, P2, P3, dan diulang sebanyak 3 kali (i = 1, 2
dan 3) maka simbol unit-unit percobaan sebagai berikut :
1. P0 : Ulangan ke (1,2, dan 3)
2. P1 : Ulangan ke (1,2, dan 3)
3. P2 : Ulangan ke (1,2, dan 3)
Lampiran 2. Wadah Akuarium Pemeliharaan Ikan Patin
Wadah Akuarium Selama Penelitian
Lampiran 3. Analisis Ragam Panjang Ikan Patin
Perlakuan Ulangan Total Rataan
U1 U2 U3
P0 1,18 1,40 1,18 3,76 1,26
P1 3,03 3,56 3,47 10,06 3,35
P2 3,54 2,70 3,13 9,37 3,09
P3 1,75 2,33 1,80 5,88 1,96
Total 9,50 9,99 9,58 29,07 9,66
FK = 29,07²
3 × 4=
845 ,064
12 = 70,422
JKT = (1,18² + 3,03² + 3,54² + 1,75² + 1,40² + 3,56² + 2,70² +2,33² + 1,18² +
3,47² + 3,13² + 1,80²) – FK
= 74,538 – 70, 422
= 4,116
JKH = 3,76²+ 10,06²+9,37²+5.88²
� - FK
= 237,712
3 – 70, 422
= 79,237 –70, 422 = 8.815
JKG = 4,116 – 8.815
= - 4,7
Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat
Tengah F-Hitung
F-Tabel
0,05 0,01
Hormon 3 8.815 2.938 - 5,005 tn 4.07 7.59
Galat 8 - 4,7 - 0.587
Total 11 4,115
Lampiran 3. Lanjutan
Koefisien Keragaman
KK = √KTG
ỵ × 100%
= √− 0,587
8,815 × 100%
= − 0,766
Lampiran 4. Analisis Ragam Pertumbuhan bobot Ikan Patin
Perlakuan Ulangan Total Rataan
U1 U2 U3
P0 1,67 2,46 1,68 5,81 1,94
P1 4,89 6,83 6,43 18,15 6,05
P2 6,55 5,22 6,06 17,83 5,94
P3 2,97 4,84 3,84 11,29 3,76
Total 16,08 19,35 18,01 53,08 17,69
FK = 53,08²
3 × 4 =
2817 ,486
12 = 234,790
JKT = (1,67² + 2,46² + 1,68² + 4,89² + 6,83² + 6,43² + 6,55² +5,22² + 6,06² +
2,97² + 4,84² + 3,84²) – FK
= 277,435 – 234,790
= 42,645
JKH = 5,81²+ 18,15²+17,83²+11,29²
� - FK
= 808,551
3 – 234,790
= 269,517 – 234,790 = 34,727
JKG = 42,645 – 34,727
= 7,918
Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat
Tengah F-Hitung
F-Tabel
0,05 0,01
Hormon 3 34,727 11,575 11,691** 4.07 7.59
Galat 8 7,918 0,990
Total 11
Lampiran 4. Lanjutan
Koefisien Keragaman
KK = √KTG
ỵ × 100%
= √0,990
34,727 × 100%
= 0,994
34,727 × 100% = 2,86 %
(KK 1-5%) = Uji Beda Nyata Jujur
Uji Beda Nyata Jujur
Diperoleh KTG = 0.990, v = 8, r = 3, dan t0.05(8)= 4,041
Sd=�����
=
�0,990
3
=
√0,33 = 0,574BNJα = tα(v). Sd
Lampiran 5 . Perhitungan Pemberian Pakan
Hari ke 1 sampai ke 10
Perlakuan Perhitungan Pakan Hari ke 1 Hari ke 10
P0 5
100�42.3 = 2.11
2.11 21.1
P1 5
100�42.2 = 2.11
2.11 21.1
P2 5
100�49.1 = 2.45
2.45 24.5
P3 5
100�41.7 = 2.08
2.08 20.8
TOTAL 8.75 87.5
Hari ke 11 sampai ke 20
Perlakuan Perhitungan Pakan Hari ke 11 Hari ke 20
P0 5
100�45.2 = 2.26
2.26 22.6
P1 5
100�65.2 = 3.26
3.26 32.6
P2 5
100�60.4 = 30.2
3.02 30.2
P3 5
100�60.4 = 30.2
3.02 30.2
Lampiran 5 . Lanjutan
Hari ke 21 sampai ke 30
Perlakuan Perhitungan Pakan Hari ke 21 Hari ke 30
P0 5
100�69.02 = 3.45
3.45 34.5
P1 5
100�171.08 = 8.55
8.55 85.5
P2 5
100�177.39 = 8.86
8.86 88.6
P3 5
100�111.12 = 5.55
5.55 55.5
TOTAL 26.41 264.1
Lampiran 6. Rasio Konversi Pakan (FCR)
Perlakuan Bobot ∆
Bobot
Total Pakan
Ikan Akhir
Pakan Per Ekor
FCR
Awal Akhir
P0 1.46 3.40 1.94 78.2 29 2.69 1.38
P1 1.51 7.56 6.05 139.2 28 4.97 0.82
P2 1.82 7.76 5.94 143.3 27 5.30 0.89
P3 1.74 5.50 3.76 106.5 24 4.43 1.17
Lampiran 7. Foto Kegiatan Selama Penelitian
Bimol + Progol
Aerator Timbangan Digital
Lampiran 7. Lanjutan
Pencampuran Pakan dengan Biomol + Pengukuran pH
Pengukuran Suhu Penimbangan Bobot Sampel Ikan
Lampiran 7. Lanjutan
Hasil Penimbangan Bobot Ikan Hasil Pengukuran Panjang Ikan
Hasil Pertumbuhan Ikan Selama Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Arief, M., D.K. Pertiwi, dan Y. Cahyoko. 2011. Pengaruh Pemberian Pakan Buatan, Pakan Alami, dan Kombinasinya terhadapPertumbuhan, Rasio Konservasi Pakan dan Tingkat Kelulushidupan Ikan Sidat (Anguilla bicolor). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 3 (1).
Arifin, Z. 1990. Pemeliharaan Benih Ikan Patin (Pangasius pangasius HB) dalam Berbagai Salinitas. Balai Penelitian Air Tawar. Bogor.Bulletin Penelitian Perikanan Darat, 9 (1) 43-51.
Atmomarsono, M., Muliani, dan Nurbaya. 2009. Penggunaan Bakteri Probiotik dengan Komposisi Berbeda untuk Perbaikan Kualitas Air dan Sintasan Pascalarva Udang Windu. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Jakarta. Jurnal Riset Akuakultur, 4 (1) 73-83.
Bey, Y., dan S. Wulandari, dan Sukatmi. 2007. Dampak Pemberian Pakan Pellet IkanTerhadap Pertumbuhan Kiapu(Pistia stratiotes, L). Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP. Universitas Riau.
Djariah, A.S. 2001. Budi Daya Ikan Patin. Kanisius. Yogyakarta.
Effendie, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.
Fuller, R. 1987. Probiotik in Man and Animals. Journal of Applied Bacteriology. (66) 365-378.
Fuller, R. 1992. Probiotics 2, Applications and Practical Aspect. Chapman and Hall. London.
Gandara, E. 2003. Pengaruh Penambahan Probiotik (Bacillus sp.) pada Pakan Komersil Terhadap Konversi dan Pertumbuhan Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus). [Skripsi] . Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. Armico. Bandung.
Hernowo. 2001. Pembenihan Patin Skala Kecil dan Besar, Solusi Permasalahan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Irianto, A. 2003. Probiotik Akuakultur. Universitas Gadja Mada. Press. Yogyakarta.
Irianto, A. 2007. Potensi Mikroorganisma : di Atas Langit Ada Langit. Ringkasan Orasi Ilmiah di Fakultas Biologi Universitas Jenderal Sudirman
Iribarren, D., P. Dagá. And M. T. Moreira., G. Feijoo. 2012. Potential Environmental Effects of Probiotics used in Aquaculture. Aquacult Int Vol. 20 hlm:779-789.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2010. Teknologi Pembenihan Ikan Patin (Pangasius sp) yang di Pelihara Secara Outdoor di Kolam yang di Pupuk. Program Riset Insentif.
Kordi, G,H. 2006. Pengaruh protein terhadap pertumbuhan ikan.Rineka Cipta dan Bina Adiaksara. Jakarta.
Moriaty, D.J.W. 1998. Control of Luminous Vibrio Species in Penaeid Aquaculture Ponds. Aquaculture. Vol. 184 hlm:351-358.
Nahrowi, R. 2004. Hasil Analisa Mikroba Probiotik Biomol +. Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
PT. Banyumas Raya. Katalog Biomol+. Distributor CV. Tiga Pilar Nusa Perkasa. Jl. Bakti Luhur Kompleks Mega Town House No.6 Medan.
PT. Central Pangan Pertiwi. Analisa Komposisi Pellet Tipe FF 999.
Purwanta, W, dan Firdayati, M. 2002. Pengaruh Aplikasi Mikroba Probiotik pada Kualitas Kimiawi Perairan Tambak Udang. Jurnal Teknologi Lingkungan. Vol 3 (1) hlm: 61-65.
Rochdianto, 2005.Budidaya Ikan di Jaring Terapung. Penebar Swadaya. Jakarta
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Binacipta, Jakarta.
Sholichin, I., K. Haetami dan H. Suherman. 2012. Pengaruh Penambahan Tepung Rebon pada Pakan Buatan Terhadap Nilai Chroma Ikan Mas Koki (Carassius auratus). Jurnal Perikanan dan Kelautan. Universitas Padjadjaran. Vol.3, No.4: 185-190.
Verschuere L. Rombaut G, Sorgeloos P, Verstraete W. 2000. Probiotic Bacteria as Biological Control Agents in Aquaculture. Microbial Mol Biolrev. Vol. 64. hlm: 55-671.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Oktober-November 2015, di
Laboratorium Budidaya Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah, ikan patinberjumlah
120 ekor, air bersih,detergen, progolsebagai perekat campuran pakan dengan
probotik, probiotik komersil (Biomol+) produksi PT. Banyumas Raya,yang
mempunyai rataan total jumlah mikroorganisme sebesar 107 (cfu/g) untuk total bakteri dan 105 (cfu/g) untuk total khamir dan pakan buatan berupa pelet tipe FF-999.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium berukuran
50x30x30 cm berjumlah 12 unit sebagai wadah pemeliharaan ikan patin, aerator,
timbangan analitik,selang sifon, serok, piring, alat tulis, kamera digital, kertas
millimeter untuk mengukur panjang ikan serta alat pengukur parameter kualitas
air seperti DO meter, termometer,pH meter.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental dimana
data dari pengamatan secara langsung dansistematis terhadap kejadian dari objek
dengan 4 perlakuan yang masing-masing diulang 3 kali. Perlakuan tersebut
menggunakan 4 dosis penambahan probiotik yang dicampur dalam pakan (secara
endogen) dengan dosis yang berbeda yaitu :
1. P0 : Tanpa penambahan probiotik 0 g/kg
2. P1 : Penambahan probiotik 1 g/kg
3. P2 : Penambahan probiotik 2 g/kg
4. P3 : Penambahan probiotik 3 g/kg
Bagan percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dapat dilihat pada
Lampiran 1. Data hasil pengamatan digunakan analisis sidik ragam satu arah
dengan melakukan uji F dan dilanjutkan dengan uji BNJ (Beda Nyata Jujur) untuk
mengetahui dosis terbaik pada probiotik untuk pertumbuhan dan konversi pakan
pada ikan patin.
Prosedur Penelitian
Persiapan Wadah Pemeliharaan
Wadah pemeliharaan dalam penelitian ini adalah akuarium berjumlah 12
unit yang berukuran 50x30x30 cm dengan volume akuarium 45 liter. Sebelum
digunakan, akuarium dicuci dengan detergensebanyak 2 kali, kemudian dibilas
dengan air bersih, selanjutnya ditiriskan sampai kering. Akuarium yang sudah
bersih dan kering, disusun dan di beri tanda P0, P1, P2, P3 secara acak untuk
menandai perlakuan dan ulangan dalam penelitian. Akuarium yang sudah di beri
tanda dan disusun secara acak diberi air bersih dengan ketinggian air 20 cm per
Pengelolaan Air
Pengelolaan air pada penelitian ini bersumber dari air tanah yang
diendapkan di dalam tandon (tempat penampung air). Sebelum air dimasukkan
kedalam wadah pemeliharaan, air di dalam tandon, di ukur terlebih dahulu pH
nya. pH air harus netral yaitu 7. Pengelolaan kualitas air dalam penelitian
dilakukan dengan penyifonan dan pergantian air sebanyak 25% setiap 2 hari sekali
untuk menjaga senyawa kimia tidak terakumulasi.
Sebelum hewan uji dimasukkan kedalam wadah, dilakukan pengamatan
kualitas air terlebih dahulu yaitu suhu, pH dan DO. Hal ini dikarenakan untuk
menentukan kelayakan kualitas air media pemeliharaan.
Persiapan Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan adalah ikan patin ukuran panjang ± 5 cm
dengan bobot ± 1,5 g berjumlah 120 ekor. Sebelum hewan uji dimasukkan
kedalam wadah, terlebih dahulu ikan diadaptasi selama satu hari (24 jam). Setelah
ikan diadaptasi, ikan dimasukkan ke dalam akuarium sebanyak 10 ekor per
akuarium.
Persiapan Pakan dan Penambahan Probiotik
Pakan yang digunakan selama penelitian berupa pakan buatan pelet tipe
FF-999. Kandungan nutrisi pakan pelet FF-999 dapat dilihat pada Tabel 4.
Kemudian dicampur dengan penambahan probiotik komersil (Biomol+) sesuai
Tabel 4. Kandungan nutrisi pakan pelet FF-999
Keterangan Gizi Nilai (%)
Protein 35
Lemak 2
Serat kasar 3
Abu kasar 13
Kadar Air 12
Sumber : (PT. Central Pangan Pertiwi)
Pakan yang digunakan merupakan pakan komersil dengan penambahan
probiotik. Selanjutnya ditentukan berapa gram (g) pakan komersil dan probiotik
yang diberikan dengan menggunakan perhitungan pemberian pakan ikan per 10
hari. Perhitungan pemberian pakan ikan per 10 hari dapat dilihat pada Tabel 5 .
Perhitungan pakan ikan dari hari 1 sampai hari ke 30 dapat dilihat pada
Lampiran 5.
Berat Ikan = 1.5 g
Jumlah Ikan/Perlakuan = 30 ekor
Pemberian Pakan 5% dari Berat Tubuh
Biomasa = Jumlah Ikan x Berat Ikan
= 30 x 1.5
= 45 g
Pakan Harian = 5
100 x 45 = 2.25 g
Pakan untuk 10 hari = 2.25 x 10 = 22.5 g
Tabel 5 . Perhitungan Pemberian Pakan Ikan Per 10 Hari
Perlakuan Pakan Probiotik
P0 2.25 g -
P1 2.25 g 2.25 mg
P2 2.25 g 4.50 mg
Probiotik ini berupa tepung dalam bentuk kering, kemudian
masing-masing dosis ditambahkan pada pakan buatan berupa pelet. Tahap pencampuran
probiotik ke dalam pakan yaitu :
1. Probotik dan pelet ditimbang sesuai dosis tiap perlakuan,
2. Setelah ditimbang sesuai dengan dosis, probiotik dan pelet dicampurkan diatas
piring dan ditambahkan progoldari total campuran pakan yang berfungsi
sebagai perekat.
3. Kemudian diaduk sampai merata diatas piring dan diberi air secukupnya
sebelum diberikan, pakan dikeringudarakan selama 20 menit untuk mengurangi
kelembaban.
Pakan yang digunakan untuk P0 adalah tanpa penambahan probiotik,
sedangkan P1 penambahan probiotik dalam pakan sebanyak 1 g/kg, P2
penambahan probiotik dalam pakan sebanyak 2 g/kg, dan P3 penambahan
probiotik dalam pakan sebanyak 3 g/kg.
Pemeliharaan Ikan
Pemeliharaan ikan dilakukan selama 30 hari pada akuarium berukuran
50x30x30 cmdengan volume 45 liter dan di isi air sebanyak 20 cm per akuarium
serta dilengkapi aerator sebagai penyuplai oksigen. Setelah masa adaptasi, ikan
dipuasakan selama 24 jam dengan tujuan menghilangkan pengaruh sisa pakan
dalam tubuh ikan. Kemudian ikan ditimbang di foto dan dimasukkan ke dalam
akuarium. Jumlah ikan yang di tebar sebanyak 10 ekor per akuarium dengan bobot
rata-rata ± 1,5 g dan panjang rata-rata ukuran ± 5 cm. Pakan diberikan ke ikan
dengan kemampuan konsumsi atau kebutuhan ikan. Dengan frekuensi pemberian
pakan sebanyak tiga kali sehari, yaitu sekitar pukul 08.00, 13.00 dan 17.00 WIB.
Untuk menjaga agar kualitas air tetap baik, maka dilakukan penyiponan
dan penggantian air sebanyak 25 % dari volume air total setiap 2 hari sekali.
Parameter Pengamatan
Selama masa pemeliharaan dilakukan sampling pertumbuhan setiap 10
hari sekali dari awal penebaran hingga akhir penelitian. Pengukuran sampling
panjang dan berat hewan uji diambil sebanyak 5 ekor/akuarium. Melakukan
pengukuran parameter kualitas air (suhu, pH, DO). Parameter yang di amati dalam
penelitian ini adalah pengukuran laju pertumbuhan,konversi pakan dan parameter
kualitas air sebagai pendukung dalam pengamatan.
Analisa Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan selama penelitian akan
dianalisis menggunakan Analisis Sidik Ragam (ANOVA) dengan uji F pada
selang kepercayaan 95%, digunakan untuk menentukan apakah perlakuan yang
diberikan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang dan pertumbuhan
bobot, rasio konversi pakan serta derajat kelangsungan hidup. Apabila
berpengaruh nyata, untuk melihat perbedaan antar perlakuan akan diuji lanjut
1. Rancangan Percobaan
Gasperz (1991) model linear yang digunakan dari Rancangan Acak
Lengkap adalah sebagai berikut :
Keterangan :
Xij = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ = Rata-rata umum
σi = Pengaruh perlakuan ke-i
εij = Pengaruh faktor random pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
2. Pertumbuhan Bobot
Pengukuran pertumbuhan bobot ikan uji dilakukan dengan menimbang
biomassa ikan menggunakan timbangan digital. Sampel diambil sebanyak 50%
dari total hewan uji per akuarium (Effendie, 1979).
Keterangan : W = Pertumbuhan bobot (g)
Wt = Bobot rata-rata ikan pada waktu akhir penelitian (g)
W0 = Bobot rata-rata ikan pada waktu awal penelitian (g)
3. Pertumbuhan Panjang
Pengukuran panjang meliputi panjang total ikan dari ujung mulut sampai
ujung ekor ikan menggunakan kertas milimeter. Sampel diambil sebanyak 50%
dari total hewan uji per akuarium (Effendie, 1979).
Keterangan : L = Pertumbuhan panjang (cm)
Lt = Panjang ikan pada waktu akhir (cm)
L0 = Panjang ikan pada waktu awal (cm) Xij = µ + σi + εij
W = Wt −W0
4. Rasio Konversi Pakan
Untuk mengetahui konversi pakan (FCR) dari tiap perlakuan yang
diberikan selama masa pemeliharaan digunakan rumus (Effendie, 1997):
FCR= �
��−��
Keterangan : FCR = Rasio konversi pakan
F = Jumlah total pakan yang diberikan (g)
Wt = Berat ikan uji (biomassa) pada akhir penelitian (g)
Wo = Berat ikan uji (biomassa) pada awal penelitian (g)
5. Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup merupakan persentase dari jumlah ikan yang hidup
dan jumlah ikan yang ditebar selama pemeliharaan dihitung menggunakan rumus
(Effendie, 1979).
��= ��
�����%
Keterangan : SR = Kelangsungan hidup ikan (%)
Nt = Jumlah ikan yang ditebar pada akhir penelitian (ekor)
No = Jumlah ikan yang ditebar pada awal penelitian (ekor)
6. Parameter Kualitas Air
Pengukuran kualitas air (suhu, DO, pH,) dilakukan sebelum hewan uji
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pertumbuhan Bobot
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) terlihat bahwa P0, P1, P2, P3. Nilai
pertumbuhan bobot ikan patin dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Pertumbuhan Bobot (g) Ikan Patin Terhadap Perlakuan
Perlakuan Ulangan Petumbuhan bobot (g) pada hari ke- Pertumbuhan bobot (g)
0 10 20 30
P0
U1 1.45 1.54 2.42 3.12 1.67
U2 1.50 1.54 2.72 3.96 2.46
U3 1.44 1.60 2.00 3.12 1.68
Total 4.39 4.68 7.14 10.20 5.81 Rata-Rata 1.46 1.56 2.38 3.40 1.94
P1
U1 1.45 2.04 5.20 6.34 4.89
U2 1.53 2.76 7.40 8.36 6.83
U3 1.57 2.20 5.74 8.00 6.43
Total 4.55 7.00 18.34 22.70 18.15 Rata-Rata 1.51 2.33 6.11 7.56 6.05
P2
U1 1.55 2.36 6.76 8.10 6.55
U2 1.90 2.14 6.76 7.12 5.22
U3 2.02 2.22 6.20 8.08 6.06
Total 5.47 6.72 19.72 23.30 17.83 Rata-Rata 1.82 2.24 6.57 7.76 5.94
P3
U1 1.77 2.58 4.56 4.74 2.97
U2 1.62 2.64 4.66 6.46 4.84
U3 1.84 2.36 4.68 5.32 3.84
Total 5.23 7.58 13.90 16.52 11.29 Rata-Rata 1.74 2.52 4.63 5.50 3.76
Pertambahan bobot yang terbaik terdapat pada P1 dengan bobot 6.05 g,
selanjutnya P2 dengan bobot 5.94 g , P3 bobot 3.76 g serta pertumbuhan ikan
Pertumbuhan bobot ikan patin pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada
Gambar 3.
Gambar 3. Pertumbuhan Bobot Ikan Patin Pada Setiap Perlakuan Selama Pengamatan.
Pertumbuhan Panjang
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) terlihat bahwa P0, P1, P2, P3.
Selama penelitian ikan patin mengalami pertumbuhan berpengaruh tidak nyata
(Lampiran 4). Nilai pertumbuhan panjang ikan patin dapat dilihat pada Tabel 7. 0
1 2 3 4 5 6 7
P0 P1 P2 P3
P
er
tum
buhan
B
ob
ot
(g)
Tabel 7. Pertumbuhan Panjang (cm) Ikan Patin Terhadap Perlakuan.
Perlakuan Ulangan Petumbuhanpanjang (cm) padaharike- Pertumbuhan panjang (cm)
0 10 20 30
P0
U1 5.20 5.40 6.00 6.38 1.18
U2 5.30 5.40 5.90 6.70 1.40
U3 5.30 5.60 5.64 6.48 1.18
Total 15.80 16.40 17.54 19.56 3.76 Rata-Rata 5.26 5.46 5.84 6.52 1.26
P1
U1 5.11 6.24 7.46 8.14 3.03
U2 5.40 6.86 8.12 8.96 3.56
U3 5.07 6.18 7.58 8.54 3.47
Total 15.58 19.28 23.16 25.64 10.06 Rata-Rata 5.19 6.42 7.72 8.54 3.35
P2
U1 5.32 6.12 7.74 8.86 3.54
U2 5.76 6.04 7.68 8.46 2.70
U3 5.59 6.06 7.38 8.72 3.13
Total 16.67 18.22 22.80 26.04 9.37 Rata-Rata 5.55 6.07 7.60 8.64 3.09
P3
U1 5.49 6.14 6.82 7.24 1.75
U2 5.43 6.32 6.72 7.76 2.33
U3 5.46 5.86 6.54 7.26 1.80
Total 16.38 18.32 20.08 22.26 5.88 Rata-Rata 5.46 6.10 6.69 7.42 1.96
Pertambahan panjang yang terbaik terdapat pada P1 dengan panjang 3.35
cm, selanjutnya P2 dengan panjang 3.09 cm , P3 panjang 1.96 cm serta
pertumbuhan ikan patin yang terkecil terdapat pada perlakuan kontrol dengan
panjang 1.26 cm. Hasil pengukuran adanya pertambahan panjang tubuh ikan patin
Gambar 4. Pertumbuhan Panjang Ikan Patin Pada Setiap Perlakuan Selama Pengamatan.
Rasio Konversi Pakan
Rasio konversi pakan ikan patin selama 30 hari penelitian diperoleh hasil
yang dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Rasio Konversi Pakan Ikan Patin. 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5
P0 P1 P2 P3
P er tum buhan P an jan g (c m) Perlakuan 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4
P0 P1 P2 P3
Dari hasil penelitian P1 menunjukkan pertumbuhan ikan, dimana panjang
dan bobot ikan dengan nilai yang tertingi dan nilai FCR yang terendah.
Kelangsungan Hidup
Selama penelitian berlangsung mengalami kematian pada setiap perlakuan.
Hasil pengamatan kelangsungan hidup ikan patin selama penelitian dapat dilihat
pada Tabel 8.
Tabel 8. Kelangsungan Hidup Ikan Patin
Perlakuan Ulangan
Jumlah awal (ekor)
Jumlahikan yang mati (ekor) pada harike- Jumlah akhir (ekor) Kelangsungan hidup (%)
0 10 20 0
U1 10 - - - - 10 100
P0 U2 10 - - - - 10 100
U3 10 - 1 - - 9 90
Rata-rata 96.6
U1 10 - 1 - - 9 90
P1 U2 10 - - - - 10 100
U3 10 - 1 - - 9 90
Rata-rata 93.3
U1 10 1 1 - 8 80
P2 U2 10 - - - - 10 100
U3 10 1 - - - 9 90
Rata-rata 90
U1 10 1 1 - - 8 80
P3 U2 10 1 2 - - 7 70
U3 10 - 1 - - 9 90
Rata-rata 80
Kualitas Air
Pengamatan kualitas air dilakukan sebelum hewan uji dimasukkan
kedalam wadah pemeliharaan. Hasil pengamatan parameter kualitas air selama
penelitian dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Kualitas Air Ikan Patin Selama Penelitian
Parameter Satuan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
Suhu (ºC) 26 27 27 26
pH - 7.1 7.1 7.0 7.1
Pembahasan
Pertumbuhan Bobot
Pengamatan pertumbuhan bobot ikan patin dilakukan secara insitu setiap
10 hari dengan menggunakan timbangan analitik. Pertumbuhan bobot ikan patin
pada P0, P1, P2, P3 secara berturut-turut adalah 1.94 g, 6.05 g, 5.94 g, 3.76 g .
Hasil tersebut menunjukan bahwa P1 memberi pertumbuhan maksimal yakni
dengan bobot mencapai 6.05 g. Semakin lama jangka waktu dalam pemberian
pakan terhadap ikan patin, maka pertumbuhan bobot pada ikan akan semakin
meningkat.
Hidayat, dkk., (2013) menyatakan
pertumbuhanmerupakanperubahanukuranikanbaikdalamberat, panjangmaupun
volume selamaperiodewaktu tertentu
disebabkanolehperubahanjaringanakibatpembelahanselototdan tulang yang
merupakanbagianterbesardaritubuhikansehinggamenyebabkan penambahan bobot
ikan.
Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa kontrol 0 g tanpa penambahan
probiotik dalam pakan memberikan pertumbuhan bobot secara minimal yaitu
sebesar 1.94 g. Pada P1 menghasilkan pertumbuhan bobot secara maksimal yaitu
sebesar 6.05 g. Selisih untuk pertumbuhan bobot dosis terbaik dengan dosis
kontrol adalah sebesar 4.11 g. Hal ini disebabkan karena penambahan probiotik
dalam pakan, dapat merendahkan konversi pakan ikan, Pada P1 merupakan dosis
terbaik untuk pertumbuhan ikan patin sebesar 6.05 g selama waktu penelitian.
Arief, dkk., (2011) menyatakan bahwa jumlah pakan dan kualitas pakan
merupakanfaktor penyebab rasio konversi pakan menjadi tinggi. Pemberianpakan
yang berlebihan menyebabkanbanyak sisa pakan sehingga rasio
konversipakanmenjadi tinggi. Kualitas pakan yang tidakbaikmisalnyapakan yang
mudahhancurataubaupakan yang tidak merangsang akan
menyebabkanpakantidaktermakandanterbuang.
Hasil pertambahan bobot ikan patin selama penelitian terlihat bahwa
pertambahan bobot ikan patin dari hari ke- 10 terlihat P1, P2 dan P3 memiliki
pertambahan bobot yang tidak berbeda jauh. Namun perbedaan pertambahan
bobot ikan patin terlihat pada hari ke-20 dimana pada P1 dan P2 memiliki nilai
6.11 g dan 6.57 g sedangkan pada P3 memiliki nilai 4.63 g. Pengamatan yang
dilakukan pada hari ke-30 menunjukkan pertambahan bobot pada P1 dan P2 yang
tidak berbeda jauh pada hari ke- 20 dengan selisih yang sedikit 7.56 g dan 7.76 g
dan sangat berbeda dengan P3 dan P0 dengan nilai 5.50 g dan 3.30 g.
[image:30.595.130.463.532.689.2]Pertumbuhan bobot ikan selama 30 hari dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Pertumbuhan bobot ikan selama 30 hari
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 5 10 15 20 25 30 35
Hasil uji ANOVA terhadap pertambahan bobot P0, P1, P2 dan P3
menunjukan hasil berpengaruh sangat nyata dimana nilai atau hasil menunjukan
lebih besar (tabel 0.01). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian probiotik
terhadap pertambahan bobot berpengaruh sangat nyata. Dapat dilihat pada
Lampiran 3.
Pakan yang diberikan pada penelitian sebanyak 5% dari bobot tubuh, hal
ini dilakukan agar konsumsi pakan pada ikan berlangsung secara optimal.
Bey, dkk., (2007) mengatakan bahwa jumlahpakan yang diberikanberkisar antara
3-5% dariberat total ikanperhari bahwa jumlah pakan dan kualitas pakan
merupakanfaktor penyebab rasio konversi pakan tinggi. Pemberianpakan yang
berlebihan menyebabkanbanyak sisa pakan sehingga rasio konversipakanmenjadi
tinggi. Kualitas pakan yang tidakbaikmisalnyapakan yang
mudahhancurataubaupakan yang tidak merangsang akan
menyebabkanpakantidaktermakandanterbuang.
Terlepas dari itu semua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan
selain pemberian pakan, padat tebar, kualitas benih ikan, kualitas dan kondisi
lingkungan budidaya juga mempengaruhi pertumbuhan ikan tersebut, hal ini
sesuai dengan pendapat Rochdianto (2005), faktor yang penting untuk
meningkatkan laju pertumbuhan ikan diantaranya adalah padat penebaran ikan,
ukuran serta kualitas benih ikan, system budidaya, faktor lingkungan disekitar
lokasi budidaya, kualitas air dalam proses budidaya, dan kualitas pakan yang
diberikan yang dimana akan mempengaruhi pertumbuhan ikan begitu pula
Pertumbuhan Panjang
Pengamatan pertumbuhan panjang ikan patin dilakukan secara insitu setiap
10 hari dengan menggunakan kertas milimeter. Pertumbuhan panjang ikan patin
pada P0, P1, P2, P3 secara berturut-turut adalah 1.26 cm, 3.35 cm, 3.09 cm, 1.96
cm. Hasil tersebut menunjukan bahwa P1 memberikan pertumbuhan maksimal
yakni dengan panjang mencapai 3.35 cm selama masa pemeliharaan 30 hari.
Sholichin dkk. (2012),ukuran ikan dapat bertambah panjang karena ada
nutrisi pendukung pertumbuhan pada pakan yang diberikan. Nutrisi tersebut
dimanfaatkan ikan untuk proses pencernaan, membantu metabolisme.
Pertumbuhan terjadi apabila ada kelebihan energi setelah energi yang tersedia
digunakan untuk metabolisme standaryaitu untuk pencernaan serta beraktivitas.
Panjang ikan patin pada P0, P1, P2 dan P3 pada hari ke 10 pengamatan
menunjukkan bahwa pertambahan panjang ikan patin tidak terlihat berdeda pada
P1, P2 dan P3 namun kelihatan mulai berbeda pada P0. Pengamtan pada hari ke
20 mulai menunjukkan selisih pertambahan panjang P1 dan P2 terhadap P3 dan
P0, dimana pada perlakuan P1 dan P2 memiliki pertambahan panjang rata-rata
7.72 cm dan 7.70 cm yang tidak berbeda jauh, sedangakan panjang rata-rata P3
dan P0 memiliki pertambahan panjang dengan nilai 6.69 cm dan 5.84 cm. Hasil
pada hari ke 30 juga menunjukkan P1 dan P2 tidak berbeda jauh dengan panjang
rata-rata 8.54 cm dan 8.64 cm, juga terhadap P3 dan P0 memiliki pertambahan
panjang dengan nilai 7,42 cm dan 6,42 cm. Pertumbuhan bobot ikan selama 30
Gambar 7. Pertumbuhan Panjang Ikan Patin Selama 30 Hari.
Kordi (2006), Kandungan nutrisi pada pakan akan mempengaruhi
pertumbuhan ikan, pakan diberikan untuk mengetahui pengaruh nutrisi yang
terdapat didalam pakan yang diberikan dengan mengamati pertumbuhan ikan
selama beberapa waktu.
Hasil uji ANOVA terhadap pertambahan panjang ikan patin menunjukkan
pemberian probiotik terhadap panjang ikan berpengaruh tidak nyata. Sehingga
dapat terlihat pertumbuhan dengan nilai selisih yang tidak jauh berbeda.
Selisih untuk dosis terbaik dan dosis minimal yaitu P1 dan P0 terhadap
pertumbuhan panjang ikan patin adalah sebesar 2.09 cm. Salah satu faktor yang
menunjang keberhasilan pemeliharaan ikan adalah penyediaan makanan secara
cukup dan berkelanjutan, terutama makanan yang dapat diberikan untuk berbagai
tingkatan umur serta ukuran ikan (Irianto, 2003). 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 10 20 30 40
Rasio Konversi Pakan
Hasil dari penelitian ini dapat dilihat bahwa pemberian probiotik kepada
ikan patin yang mampu di serap dengan baik terlihat pada P1 dan P2 dengan nilai
0.94 dan 0.89, sedangkan P3 dengan nilai 1.14 dan P0 dengan nilai 1.54.
Berdasarkan hasil yang di peroleh pada pertambahan panjang dan bobot ikan patin
sesuai dengan hasil dari konversi pakan yang menunjukkan nilai yang kecil pada
P1.
(Irianto, 2003), menyatakan bahwa seberapa banyak ikan mampu merubah
pakan yang dikonsumsi menjadi daging yang diserap dengan nilai yang semakin
kecil. Dengan demikian pemberian pakan dengan mencampurkan probiotik
terhadap pertumbuhan ikan terlihat pada perlakuan P1. Pertumbuhan dan rasio
konversi pakan ikan patin pada P1 dan P2 memang tidak jauh berbeda.
Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup selama penelitian pada P0, P1, P2, P3
masing-masing menunjukkan tingkat kematian di awal penelitian dan pada hari
ke-10 (Tabel 7). Untuk persentase kelangsungan hidup pada ikan patin terhadap
dosis berbeda yakni 96.6%, 93.3%, 90%, dan 80%. Tingkat kematian ikan pada
perlakuan terlihat bahwa pemberian probiotik yang semangkin banyak
mengakibatkan tingkat kematian ikan semakin tinggi. Terlihat pada perlakuan P3
dengan tingkat kelangsungan hidup sebesar 80 % dan pada P2 90 %, P1 93.3%
dan pada P0 yang tidak dicampur dengan probiotik memiliki kelangsungan hidup
tertinggi 96.6 %.
Hidayat, dkk., (2013) berpendapat bahwa dengan semakin baik
ikan terhadap pengaruh lingkungan sekitarnya akan semakin baik sehingga
mortalitas ikan lebih kecil.
Kualitas Air
Pemeliharaan ikan patin yang dilakukan mengenai pertumbuhan panjang
dan bobot sangat dipengaruhi oleh kualitas air. Parameter kualitas air yang
diamati mencakup suhu, pH dan DO. Hasil analisis parameter kualitas air yang di
ukur menunjukkan ikan patin berada pada lingkungan yang layak untuk tumbuh
dan berkembang. Namun nilai kualitas air tidak selalu konstan, tetap mengalami
perubahan. Perubahan nilai tersebut masih dalam keadaan yang stabil, seperti
kisaran suhu rata-rata secara keseluruhan yakni 26º C, pH 7.0 dan DO 3..3 mg/L.
Hal ini dikaitkan bahwa keadaan suhu air yang optimal untuk kehidupan ikan
patin antara 28 – 290C. Ikan patin lebih menyukai perairan yang memiliki fluktuasi suhu sedang. Sedangkan kandungan Oksigen yang cukup baik untuk
kehidupan ikan patin berkisar 2-5 ppm dengan kandungan Karbondioksida tidak
lebih 12,0 ppm dan nilai pH atau derajat keasaman adalah 7.2 – 7.5
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pada P0, P1, P2, P3 memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap
pertambahan bobot, namun tidak memberikan pengaruh nyata terhadap
pertambahan panjang ikan patin .
2. Penambahan Probiotik dengan dosis 1 g/kg pakan (P1) menghasilkan
pertumbuhan terbaik terhadap pertumbuhan panjang dengan nilai 8.54 cm dan
pertumbuhan bobot dengan nilai 7.56 g serta menghasilkan nilai konversi
pakan terendah0.82 .
Saran
Pemberian pakan yang di campur probiotik terhadap ikan yang lebih besar
(pembesaran) untuk dapat melihat pengaruh laju pertumbuhan ikan patin serta
TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi Ikan Patin
Ikan patin pada sirip punggungnya memiliki sebuah jari-jari keras yang
berubah menjadi patil yang bergerigi dan besar di sebelah belakangnya. Sirip
ekor membentuk cagak dan bentuknya simetris. Ikan patin tidak mempunyai
sisik, sirip dubur relatif panjang yang terletak didepan lubang dubur terdiri
atas 30-33 jari-jari lunak sedangkan sirip perutnya memiliki enam jari-jari lunak.
Sirip dada mempunyai 12-13 jari-jari lunak dan sebuah jari- jari keras yang
berubah menjadi senjata yang dikenal dengan patil. Di bagian permukaan
punggung ikan patin terdapat sirip lemak yang berukuran kecil. Warna tubuh
putih keperak-perakan , punggung kebiru-biruan dan ujung kepala terdapat mulut
yang dilengkapi dua pasang sungut yang pendek (Djariah, 2001). Ikan patin dapat
dilihat pada Gambar 2.
Sannin (1984), mengklasifikasikan ikan patin adalah sebagai berikut :
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Sub-ordo : Siluroidea
Famili : Pangasidae
Genus : Pangasius
Spesies : Pangasius hypopthalmus
Habitat dan Kebiasaan Hidup Ikan Patin
Ikan Patin (Pangasius sp.) bertahan hidup pada perairan yang kondisinya
sangat jelek dan akan tumbuh normal diperairan yang memenuhi persyaratan ideal
sebagaimana habitat aslinya. Kandungan Oksigen (O2) yang cukup baik untuk
kehidupan ikan patin berkisar 2-5 ppm dengan kandungan Karbondioksida (CO2)
tidak lebih 12,0 ppm. Nilai pH atau derajat keasaman adalah 7,2 – 7,5, konsentrasi
sulfida (H2S) dan ammonia (NH3) yang masih dapat ditoleransi oleh ikan patin
yaitu 1 ppm.Keadaan suhu air yang optimal untuk kehidupan ikan patin antara 28
– 290C. Ikan patin lebih menyukai perairan yang memiliki fluktuasi suhu rendah. Kehidupan ikan patin mulai terganggu apabila suhu perairan menurun sampai 14 –
Penambahan Probiotik Secara endogen
Probiotik adalah makanan tambahan (suplemen) berupa sel-sel mikroba
hidup, dan bukan merupakan senyawa kimia. Memiliki pengaruh menguntungkan
bagi hewan inang yang mengkonsumsinya melalui penyeimbangan flora mikroba
intestinalnya Prosedur pemberian probiotik secara endogen yaitu pemberian
probiotik lewat makanan atau pakan tambahan berupa mikroba hidup yang
berpengaruh positif bagi hewan(inang) dengan cara memperbaiki keseimbangan
flora ususnya. Salah satu upaya untuk meningkatkan fungsi fisiologi ikan,
terutama kemampuannya dalam mencerna pakan adalah dengan menambahkan
probiotik dalam pakan (Fuller, 1987).
Probiotik bermanfaat dalam mengatur lingkungan mikroba pada usus,
menghalangi mikroorganisme patogen usus dan memperbaiki efisiensi pakan
dengan melepas enzim-enzim yang membantu proses pencernaan makanan.
Irianto (2003) telah memperjelas bahwa, secara dasar ada tiga model kerja
probiotik yaitu, menekan populasi mikroba melalui kompetisi dengan
memproduksi senyawa-senyawa anti mikroba atau melalui kompetisi nutrisi dan
tempat pelekatan di dinding intestinum, merubah metabolisme mikrobial dengan
meningkatkan aktivitas enzim dan menstimulasi imunitas melalui peningkatan
Irianto (2003), mengutip beberapa penelitian seleksi probion untuk hewan
akuatik dan mekanisma penggunaannya dapat diambil dari berbagai sumber
[image:40.595.112.515.209.445.2]seperti intestinum ikan atau hewan akuatik lainnya dapat di lihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Mikroba probiotik untuk hewan akuatik, sumber dan mekanisme penggunaannya.
Mikroba Probiotik Sumber Mekanisma Penggunaannya
Bacillus S11 Habitat udang P.monodon Dicampur pakan
Carnobacterium
dirvergens
Intestinum cod Atlantik
(G. morhua)
Dicampur pakan
Vibrio
alginolyticus
Air laut dekat
panti pembenihan udang
Direndam 10 menit
Bakteri asam laktat Intestinum salmon Atlantik
(S. salar)
Dicampur pakan
Lactobacillus Tilapia intestine
(Oreochromis)
Dicampur pakan
Bacillus spp. Komersial Ditebar dikolam
Sumber : Irianto (2003)
Interaksi antara mikroba dengan inang tidak terbatas pada saluran
pencernaan. Bakteri probiotik juga dapat aktif pada insang, kulit tubuh inang, atau
lingkungan disekelilingnya. Interaksi yang intensif antara mikroba dan inang
dalam akuakultur menjadikan sejumlah probion berasal dari lingkungan bukan
dari pakan atau saluran pencernaan. Menurut Fuller (1987), probiotik harus
memiliki karakter yaitu, menguntungkan inangnya, mampu hidup di intestinum,
dapat disiapkan sebagai produk sel hidup pada skala industri, dan dapat terjaga
stabilitas dan sintasan untuk waktu yang lama pada penyimpanan maupun di
Pemberian organisme probiotik dalam akuakultur dapat diberikan melalui
pakan, air maupun melalui perantaraan pakan hidup seperti rotifera atau artemia.
Pemberian probiotik dalam pakan berpengaruh dalam saluran pencernaan,
sehingga akan sangat membantu proses penyerapan makanan dalam pencernaan
ikan (Irianto, 2007).
Beberapa penelitian tentang pemberian pakan atau suplemen probiotik
terhadap beragam hewan akuatik serta strain yang digunakan menggunakan
konsentrasi yang bervariasi dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Konsentrasi sel probion dalam pakan
Inang Konsentrasi probion dalam pakan
Penaeus monodon 1010 sel / g
Oreochromis 5 g, 7,5 g dan 10 g G-probiotik /kg
Carassius auratus 106 – 107 sel / g Sumber : Irianto (2003)
Penggunaan dosis tinggi ternyata tidak menjamin pengaruh yang lebih
baik terhadap hewan inang. Hal ini ditunjukkan pada hasil penelitian yang di
peroleh (Irianto, 2003) bahwa penggunaan G-probiotik untuk suplemen pakan
dengan konsentrasi 5 g, 7,5 g, 10 g per kg pakan, ternyata menghasilkan keragaan,
konversi pakan dan rasio efisiensi protein yang lebih baik, dan penggunaan
konsentrasi G-probiotik sebesar 7,5 g dapat memberikan hasil yang lebih baik.
Faktor yang mempengaruhi respon inang terhadap probiotik antara lain:
komposisi flora mikroba intestinum inang, dosis yang digunakan, umur dan
spesies atau starin hewan inang, kualitas probiotik dan cara preparasi probiotik,
sehingga penggunaan probiotik harus disesuaikan dalam pengguunaanya
Secara eksogen
Penggunaan probiotik dianggap mampu memperbaiki kondisi perairan
sehingga menjadi alternatif pembudidaya ikan saat ini. Beberapa keunggulan
dalam penggunaan probiotik untuk penanggulangan penyakit yaitu, organisme
yang digunakan telah dipertimbangkan lebih aman dari pada berbagai bahan
kimia, tidak patogen terhadap ikan/udang, tidak terakumulasi dalam rantai
makanan, adanya proses reproduksi yang dapat mengurangi pemakaian yang
berulang, jarang menimbulkan resistensi bagi organisme sasarana dan dapat
digunakan secara bersamaan dengan cara proteksi yang lain
(Atmomarsono dkk., 2009).
Beberapa keunggulan tersebut membuat probiotik kini banyak digunakan
dalam kegiatan budidaya dibandingkan dengan penggunaan antibiotik yang
menghasilkan residu bersifat merugikan. Karena Probiotik merupakan mikroba
hidup yang mampu memberikan keuntungan bagi inang dengan memodifikasi
komunitas mikroba atau berasosiasi dengan inang, memperbaiki nilai nutrisi dan
pemanfaatan pakan, memperbaiki respon inang terhadap hama penyakit dan
memperbaiki kualitas lingkungan (Verschuere dkk, 2000).
Prosedur pemberian probiotik secara eksogen yaitu pemberian probiotik
lewat lingkungan berupa mikroba hidup yang berpengaruhpada keseimbangan
ekosistem perairan dan bertujuan untukdominasi mikroba menguntungkan.
Pemberian probiotik secara eksogen berpengaruh terhadap perbaikan kualitas air
melalui penyeimbangan populasi mikroba di lingkungan dan mengurangi jumlah
Probiotik adalah jenis bakteri yang ditambahkan kedalam lingkungan
untuk perbaikan mutu lingkungan. Ada dua manfaat yang diharapkan dari aplikasi
bakteri ini yaitu meningkatkan populasi bakteri non patogenik dan sebagai
decomposer bahan organik menjadi mineral dan mengubah senyawa beracun
menjadi tidak beracun seperti senyawa amonia dan nitrit yang beracun menjadi
senyawa nitrogen bebas melalu proses nitrifikasi dan denitrifikasi. Aplikasi
bakteri probiotik yang tepat dapat membantu mengurangi kandungan bahan
organik di tambak dan mempertahankan tersedianyanutrisi hasil penguraian bahan
organik (Purwanta dan Firdayati, 2002).
Penggunaan probiotik harusnya berasal dari bakteri yang tumbuh di
wilayah tersebut, karena walaupun jenisnya sama namun strain bakteri mungkin
berbeda. Dalam dunia mikroba, bakteri akan saling membatasi pertumbuhan
populasi dengan mikroba lainnya. Sehingga diperlukan pengetahuan jenis bakteri
apa yang sesuai untuk penggunaanya. Banyak peneliti mengevaluasi penggunaan
Bacillus spp. sebagai probion dan secara bersamaan mengurangi penggunaan
senyawa-senyawa kimia dan meningkatkan kualitas air. Dalam penelitian Moriaty
(1998), menggunakan probiotik yang mengandung Bacillus spp. untuk tambak
udang penaeid di Indonesia, dengan tujuan agar Bacillus spp. memperbaiki
kualitas air melalui dekomposisi materi organik, menyeimbangkan komunitas
mikroba serta menekan pertumbuhan patogen sehingga menyediakan lingkungan
yang lebih baik bagi udang. Penggunaan Bacillus spp. selama 160 hari, ternyata
tidak menyebabkan masalah dalam hal produksi, sedangkan tanpa Bacillus spp.
Biomol+
Biomol+ merupakan salah satu probiotik komersial, produksi PT.
Banyumas Raya yang mempunyai rataan total jumlah mikroorganisme sebesar 107 (cfu/g) untuk total bakteri dan 105 (cfu/g) untuk total khamir. Tergolong dalam makanan fungsional, merupakan mikroorganisme yang dapat meningkatkan
pertumbuhan dan efisiensi pakan ternak tanpa mengakibatkan terjadinya proses
penyerapan komponen probiotik ke dalam tubuh ternak, sehingga dapat menjaga
keseimbangan komposisi mikroorganisme dalam sistem pencernaan ternak, dan
meningkatkan kekebalan tubuh. Kegunaan dan fungsi bakteri biomol+ adalah
meningkatkan kualitas pakan, kualitas lahan/kolam, menurunkan FCR,
meningkatkan SR atau menekan mortalitas dan meningkatkan kekebalan ternak,
ikan dan udang. Bakteri biomol+ menghasilkan enzim protease, amilase, dan
lipase, menekan pertumbuhan mikroba yang merugikan termasuk vibrio,
mendetrifikasi nitrat menjadi nitrogen, menghasilkan asam laktat, mengurai H2O2
menjadi oksigen, menguraikan kelebihan bahan organik dan meminimalkan
endapan lumpur di dasar kolam (Nahrowi, 2004).
Pencernaan yang melibatkan enzim (protease, amilase, dan lipase) sebagai
katalisator untuk mempercepat prosesnya. Dalam kondisi normal reaksi berjalan
lambat tetapi dengan hidrolisis dan kerja enzim reaksi berjalan lebih cepat.
Pencernaan protein oleh enzim protease yang terdiri atas enzim eksopeptidase dan
endopeptidase. Enzim tersebut terdapat pada hewan avertebrata dan vertebrata
yang hidup di perairan. Pencernaan lemak oleh lipase juga terdapat pada hewan
avertebrata dan vertebrata. Pencernaan karbohidrat, hidrolisis oleh amilase,
Pencernaan selulosa memerlukan selulose yang dihasilkan oleh bakteri simbiotik
(Yuwono dan Sukardi, 2008).
Mekanisme Biomol+ dalam pakan ternak/ikan dan air tambak adalah
sebagai berikut :
1. Bioremediator, bakteri dalam probiotik menekan populasi bakteri patogen
dengan memproduksi senyawa-senyawa anti mikroba, berkompetisi nutrisi
dengan bakteri patogen, mengacaukan metabolisma bakteri patogen dengan
meningkatkan aktifitas enzim pengurai seperti selulase, protease, dan amilase.
Mengurai bahan organik dalam air seperti NH3 , NO2, NO3 .
2. Enzim Effect, dalam probiotik powder, aktivfitas enzim selulase, protease,
dan amilase, lebih tinggi dari pada probiotik liquid karena melewati proses
fermentasi ganda.
3. Eco-colonizer, bioremediator menciptakan kondisi seimbang antara bakteri
dan plankton, mencegah dominasi bakteri, menekan populasi blue green
algae, menurunkan tingkat vibrio, aeromonas dan menetralisir senyawa
toksik yang ada dalam air (PT. Banyumas Raya).
Komposisi biomol+ yang mengandung bakteri dan khamir dapat di lihat
Tabel 3. Komposisi Biomol+
Bakteri Cfu/gr
Azotobacter paspalii Bacillus lentus
Bacillus licheniformes Bacillus pumilus
Bacillus stearothermophyllus Bacillus subtilis
Corynecbacterium pseudodipteriticum Micrococcus varians
Sarcina lutea
Staphylococcus epidermis
3.2 x 107 8 x 106 2 x 107 4.2 x 109 3.2 x 109 2 x 105 8 x 109 2 x 107 8 x 108 2 x 107
Khamir Cfu/gr
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kegiatan usaha budidaya perikanan memiliki tiga tahap yaitu pembenihan,
pedederan, dan pembesaran. Tahap pembenihan biasanya dimulai dengan
pengadaan benih hingga diperolehnya benih dengan umur tertentu. Pada tahap
pedederan, merupakan upaya untuk adaptasi benih terhadap lingkungan
pembesaran yang dapat memberikan jaminan kelasungan hidup yang lebih tinggi.
Selanjutnya pada tahap pembesaran merupakan kelanjutan dari pedederan yang
dibesarkan hingga mencapai ukuran atau umur konsumsi.
Ikan patin merupakan ikan yang istimewa. Karena selain sebagai ikan
konsumsi yang tergolong mewah, ikan patin juga digunakan sebagai ikan hias.
Saat berukuran kecil (panjang 5-12 cm), ikan patin digolongkan sebagai ikan hias
di akuarium, dikarenakan warna tubuhnya yang perak mengilat, dan gerakannya
yang lincah sehingga banyak pecinta ikan hias yang menyukai ikan patin sebagai
pelengkap koleksi dalam akuariumnya. Pada ukuran yang besar (ukuran
konsumsi), ikan patin juga dapat digunakan sebagai hiasan kolam taman dan
kolam hias (Hernowo, 2001).
Kementerian Kelautan dan Perikanan (2010) menunjukan bahwa,
kebutuhan benih ikan patin secara nasional pada tahun 2005 mencapai 55 juta
benih. Jumlah tersebut dibutuhkan dalam rangka pemenuhan kebutuhan ikan
patin konsumsi sebesar 16.500 ton. Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa
kebutuhan dan produksi ikan patin pada tahun 2006-2009 semakin meningkat
diimbangidengan peningkatan jumlah benih yangdisediakan. Dalam rangka
memenuhi kebutuhan benih yang semakin meningkat tersebut, produktivitas,
efektivitas dan efisiensi usaha pembenihan ikan patin harus ditingkatkan.
Tahun 2001, benih yang berukuran panjang 2,5 cm (1 inci) dijual dengan
harga Rp. 125/ekor. Sebagai ikan hias, ada pedagang yang menjual dengan harga
Rp. 500 hingga Rp. 1000 . Sedangkan harga ikan dengan ukuran konsumsi dapat
mencapai puluhan ribu rupiah per kilogramnya (Hernowo, 2001).
Banyaknya permintaan harus dibarengi dengan peningkatan produksi, hal
ini bukan saja karena harganya yang mahal serta banyak penggemarnya,
melainkan juga karena dukungan aspek biologinya seperti ukuran individu yang
besar, sifat makanan yang omnivorus dan fekunditasnya yang tinggi. Sehingga
ikan ini mempunyai prospek yang baik dalam pemasaran dan termasuk memiliki
nilai ekonomis yang tinggi, baik pada tingkat benih sebagai ikan hias maupun
pada tingkat dewasa sebagai ikan konsumsi (Arifin, 1990).
Hernowo (2001) umumnya, ikan patin di konsumsi pada saat mencapai
berat 300-1000 gram. Sebagai ikan konsumsi, ikan patin memiliki beberapa
keistimewaan. Keistimewaannya yaitu rasanya yang khas, kandungan kalorinya
rendah sekitar 120 kalori setiap 3,5 ons, struktur dagingnya yang kenyal dan
mudah dipisahkan dengan durinya. Sehingga daging ikan patin dapat diolah dalam
berbagai bentuk resep makanan.
Dalam kegiatan budidaya ikan, pertumbuhan merupakan parameter
budidaya yang harus dicapai, karena pertumbuhan akan menentukan nilai
produksi yang diharapkan. Pertumbuhan adalah pertambahan panjang atau bobot
pertumbuhan ikan adalah pakan. Pakan yang mempunyai keseimbangan protein
yang tepat dengan jumlah pemberian yang tepat akan menghasilkan pertumbuhan
dan konversi pakan yang terbaik (Effendie, 1997). Iribarrendkk., (2012)
menyatakan bahwa penggunaan probiotik menjadi solusi internal untuk
menghasilkan pertumbuhan dan efisiensi pakan yang optimal, mengurangi biaya
produksi dan dapat mengurangi mutu lingkungan budidaya.
Penggunaan probiotik di anggap mampu memperbaiki kondisi lingkungan
budidaya dan menjadi alternatif pembudidaya ikan saat ini. Karena mikroba yang
terkandung dalam probiotik dapat memberikan keuntungan bagi inang dalam
mengurangi jumlah bakteri patogen, memperbaiki respon inang terhadap penyakit,
memperbaiki nutrisi pakan, mengefesiensikan pakan yang diberikan, memperbaiki
kualitas lingkungan budidaya. Sehingga pemakaian probiotik lebih diunggulkan
dari pada penggunaan antibiotik dapat menghasilkan residu yang bersifat
merugikan bagi organisme (Verschuere dkk., 2000).
Menurut Irianto (2003) mikroba probiotik merupakan mikroba yang aman
dan relatif menguntungkan dalam saluran pencernaan. Mikroba ini menghasilkan
zat yang tidak berbahaya bagi ikan, tetapi justru dapat menghancurkan mikroba
patogen pengganggu sistem pencernaan ikan. Beberapa penelitian telah dilakukan
terkait pengaruh pemberian probiotik dalam pakan terhadap pertumbuhan dan
konversi pakan. Hasil penelitian yang dilakukan Gandara (2003) bahwa
penambahan probiotik Bacillus sp. pada pakan komersil terhadap konversi pakan
dan pertumbuhan ikan patin dengan dosis 0,5,15,25 ml/kg pakan memberikan
pengaruh terhadap konversi pakan dan pertumbuhan dengan dosis optimum dalam
Perumusan Masalah
1. Apakah penambahan probiotik secara endogen (dalam pakan) memberikan
pengaruhterhadap pertumbuhandan konversi pakan ikan patin?
2. Berapakah dosis penambahan probiotik yang diberikan untuk pertumbuhan
dan konversi pakan ikan patin ?
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui penambahan probiotik secara endogen (dalam pakan) dapat
memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ikan patin.
2. Mengetahui dosis penambahan probiotik secara endogen (dalam pakan)dapat
memberikan konversi pakan yang rendah.
Manfaat Penelitian
1. Sebagai informasi bagi pembudidaya ikan tentang penggunaan probiotik
secara endogen (dalam pakan) dapat meningkatkan pertumbuhandan konversi
pakan ikan patin.
2. Menetapkan dosis optimal tentang penggunaan probiotik secara
endogen(dalam pakan) untuk meningkatkan pertumbuhan dan konversi pakan
ikan patin.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi pembudidaya ikan dalam aplikasi probiotik
lebih aman dibandingkan dengan penggunaan bahan kimia atau antibiotik
Kerangka Pemikiran
Kegiatan pedederan merupakan upaya untuk adaptasi benih terhadap
lingkungan pembesaran. Pembudidaya pedederan bertujuan memelihara benih
menjadi ukuran lebih besar dari ukuran awal pemeliharaan dan berharga lebih
tinggi dari harga benih awal, dengan mempertahankan kelasungan hidup atau
menekan mortalitas serta memacu pertumbuhannya.
Pemberian probiotik dalam pakan atau secara endogen adalah salah
satu alternatif untuk menghasilkan pakan yang berfungsi ganda dan secara tidak
lansung meningkatkan kualitas pakan. Aktifitas bakteri yang terkandung dalam
probiotik komersil (Biomol +) ini membentuk koloni sebanyak 10 7 CFU/g dan menempel pada usus yang akan mendesak bakteri patogen agar tidak tumbuh dan
tidak menghambat proses pencernaan ikan sehingga dapat meningkatkan daya
cerna. Berikut kerangka pemikiran dalam melakukan penelitian dapat dilihat pada
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Budidaya Ikan Patin
Pedederan
Pakan Kualitas Air
1. DO 2. pH 3. Suhu Penambahan Probiotik
Secara Endogen
Hipotesis
Ho : Penambahan dosis probiotik yang berbeda dalam pakan (secara endogen)
diduga tidakberpengaruh terhadap pertumbuhan dan konversi pakan ikan patin .
Hl : Penambahan dosis probiotik yang berbeda dalam pakan (secara endogen)
diduga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan konversi pakan ikan
ABSTRAK
ABDILLAH PARINDURI. Pengaruh Penambahan Probiotik Secara Endogen Terhadap Pertumbuhan dan Konversi Pakan Ikan Patin (Pangasius hypothalmus). Dibimbing oleh SYAMMAUN USMAN dan DESRITA.
Ikan patin merupakan ikan yang istimewa. Karena selain sebagai ikan konsumsi yang tergolong mewah, ikan patin juga digunakan sebagai ikan hias. Sebagai ikan konsumsi, ikan patin memiliki beberapa keistimewaan. Keistimewaannya yaitu rasanya yang khas, kandungan kalorinya rendah sekitar 120 kalori setiap 3,5 ons, struktur dagingnya yang kenyal dan mudah dipisahkan dengan durinya. Sehingga daging ikan patin dapat diolah dalam berbagai bentuk resep makanan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh terbaik penambahan probiotik terhadap pertumbuhan dan konversi pakan ikan patin. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan: P0 (tanpa penambahan probiotik), P1 (penambahan probiotik 1 g/kg), P2 (penambahan probiotik 2 g/kg), P3 (penambahan probiotik 3 g/kg). Pada perlakuan P1 memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertambahan bobot, namun tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertambahan panjang ikan patin.Perlakuan P1 merupakan dosis optimum untuk pertumbuhan ikan patin dengan pertumbuhan panjang 8.54 cm dan pertumbuhan bobot 7.56 g dengan nilai konversi pakan 0.82
ABSTRACT
ABDILLAH PARINDURI. Effect of Probiotic In addition Endogenous on Growth and Feed Conversion Ratio of Catfish (Pangasius hypopthalmus).Under academic supervision by SYAMMAUN USMAN and DESRITA.
Catfish is a special fish. Because in addition to being classified as a luxury food fish, catfish also used as ornamental fish. As a fish food, catfish has several features. Privileges that it's unique, low calorie content is about 120 calorie each 3.5 ounce, the structure of the meat is chewy and easily separated with thorns. Catfish so that meat can be processed in various forms of recipes. The purpose of this study was to determine the best effect of adding probiotics on growth and feed conversion catfish. This study uses a Completely Randomized Design (CRD) with four treatments: P0 (without addition), P1 (probiotic addition 1 g/kg), P2 (probiotic addition 2 g/kg), P3 (probiotic addition 3 g/kg). The treatment P1 provides a significant influence on weight gain, but no significant effect on the length catfish. The treatment P1 is the optimum dose for the growth catfish with growth 8:54 cm long and weight 7:56 g growth with feed conversion ratio 0.82.
PENGARUH PENAMBAHANPROBIOTIK SECARA
ENDOGEN
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
KONVERSI PAKANIKAN PATIN
(
Pangasius hypopthalmus
)
ABDILLAH PARINDURI
100302074
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYAPERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
PENGARUH PENAMBAHAN PROBIOTIK SECARA
ENDOGEN
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
KONVERSI PAKANIKAN PATIN
(
Pangasius hypopthalmus
)
SKRIPSI
ABDILLAH PARINDURI
100302074
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
PENGARUH PENAMBAHAN PROBIOTIK SECARA
ENDOGEN
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
KONVERSI PAKANIKAN PATIN
(
Pangasius hypopthalmus
)
SKRIPSI
ABDILLAH PARINDURI
100302074
Skripsi Sebagai Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Pengaruh Penambahan Probiotik Secara Endogen Terhadap Pertumbuhan dan Konversi Pakan Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus)
Nama : Abdillah Parinduri
NIM : 100302074
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ir. Syammaun Usman, M.P Desrita, S.Pi, M.Si
Ketua Anggota
Mengetahui :
Dr. Ir. Yunasfi, M.Si
Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Abdillah Parinduri
NIM : 100302074
Menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Pengaruh Penambahan Probiotik
Secara Endogen Terhadap Pertumbuhan dan Konversi Pakan Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus)”adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Medan, November 2016
ABSTRAK
ABDILLAH PARINDURI. Pengaruh Penambahan Probiotik Secara Endogen Terhadap Pertumbuhan dan Konversi Pakan Ikan Patin (Pangasius hypothalmus). Dibimbing oleh SYAMMAUN USMAN dan DESRITA.
Ikan patin merupakan ikan yang istimewa. Karena selain sebagai ikan konsumsi yang tergolong mewah, ikan patin juga digunakan sebagai ikan hias. Sebagai ikan konsumsi, ikan patin memiliki beberapa keistimewaan. Keistimewaannya yaitu rasanya yang khas, kandungan kalorinya rendah sekitar 120 kalori setiap 3,5 ons, struktur dagingnya yang kenyal dan mudah dipisahkan dengan durinya. Sehingga daging ikan patin dapat diolah dalam berbagai bentuk resep makanan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh terbaik penambahan probiotik terhadap pertumbuhan dan konversi pakan ikan patin. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan: P0 (tanpa penambahan probiotik), P1 (penambahan probiotik 1 g/kg), P2 (penambahan probiotik 2 g/kg), P3 (penambahan probiotik 3 g/kg). Pada perlakuan P1 memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertambahan bobot, namun tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertambahan panjang ikan patin.Perlakuan P1 merupakan dosis optimum untuk pertumbuhan ikan patin dengan pertumbuhan panjang 8.54 cm dan pertumbuhan bobot 7.56 g dengan nilai konversi pakan 0.82
ABSTRACT
ABDILLAH PARINDURI. Effect of Probiotic In addition Endogenous on Growth and Feed Conversion Ratio of Catfish (Pangasius hypopthalmus).Under academic supervision by SYAMMAUN USMAN and DESRITA.
Catfish is a special fish. Because in addition to being classified as a luxury food fish, catfish also used as ornamental fish. As a fish food, catfish has several features. Privileges that it's unique, low calorie content is about 120 calorie each 3.5 ounce, the structure of the meat is chewy and easily separated with thorns. Catfish so that meat can be processed in various forms of recipes. The purpose of this study was to determine the best effect of adding probiotics on growth and feed conversion catfish. This study uses a Completely Randomized Design (CRD) with four treatments: P0 (without addition), P1 (probiotic addition 1 g/kg), P2 (probiotic addition 2 g/kg), P3 (probiotic addition 3 g/kg). The treatment P1 provides a significant influence on weight gain, but no significant effect on the length catfish. The treatment P1 is the optimum dose for the growth catfish with growth 8:54 cm long and weight 7:56 g growth with feed conversion ratio 0.82.
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Medan pada tanggal 19 Juni 1991. Penulis
merupakan putra kedua dari tiga bersaudara dari Ayahanda
H. M. Ali Parinduri dan IbundaMurniaty. Penulis
menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Swasta
Melati Medan pada tahun 2003, SMP Swasta Pertiwi
Medanpada tahun 2006, SMKNegeri 12 Kelautan dan Perikanan Medan pada
tahun 2009, dan pada tahun 2010 penulis diterima di Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui
jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Selain mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota
Ikatan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (IMASPERA). Penulis telah
menyelesaikan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan di Pelabuhan Perikanan Idi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian untuk melengkapi dan
memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana dengan judul Pengaruh
Penambahan Probiotik Secara Endogen Terhadap Pertumbuhan dan Konversi
Pakan Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus).
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua penulis serta keluarga yang telah memberikan dorongan baik
dari segi moril maupun materil.
2. Bapak Ir. Syamaun Usman, MP selaku dosen pembimbing I.
3. Ibu Desrita, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing II.
4. Bapak Dr. Ir. Yunasfi, M.Si selaku ketua Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Pindi Patana, S.Hut, M.Sc selaku sekretaris Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
6. Seluruh dosen dan staf pegawai Program Studi Manajemen Sumberdaya
Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan pengarahan selama di bangku perkuliahan.
7. Rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, untuk penyempurnaan skripsi
penelitian penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk selanjutnya
diperbaiki. Semoga skripsi penelitian ini bermanfaat bagi seluruh kalangan.
Medan, November 2016
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Perumusan Masalah ... 4
Tujuan Penelitian ... 4
Manfaat Penelitian ... 4
Kerangka Pemikiran ... 5
Hipotesis ... 7
TINJAUAN PUSTAKA ... 8
Morfologi Ikan Patin ... 8
Habitat dan Kebiasaan Hidup Ikan Patin ... 9
Penambahan Probiotik ... 10
Secara Endogen ... 10
Secara Eksogen... 13
Biomol + ... 15
METODE PENELITIAN ... 18
Waktu dan Tempat Penelitian ... 18
Bahan dan Alat ... 18
Metode Penelitian... 18
Prosedur Penelitian... 19
Persiapan Wadah Pemeliharaan ... 19
Pengelolaan Air ... 20
Persiapan Pakan dan Penambahan Probiotik ... 20
Pemeliharaan Ikan ... 22
Parameter Pengamatan ... 23
Analisa Data ... 23
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26
Hasil ... 26
Pertumbuhan Bobot ... 26
Pertumbuhan Panjang... 27
Rasio Konversi Pakan ... 29
Kelangsungan Hidup ... 30
Kualitas Air ... 30
Pembahasan ... 31
Pertumbuhan Bobot ... 31
Pertumbuhan Panjang... 34
Rasio Konversi Pakan ... 36
Kelasungan Hidup ... 36
Kualitas Air ... 37
KESIMPULAN DAN SARAN ... 38
Kesimpulan ... 38
Saran ... 38
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 6
2. Gambar Ikan Patin ... 8
3. Pertumbuhan Bobot Ikan Patin Pada Setiap Perlakuan Selama Pengamatan ... 27
4. Pertumbuhan Panjang Ikan Patin Pada Setiap Perlakuan Selama Pengamatan ... 29
5. Rasio Konversi Pakan Ikan Patin ... 29
6. Pertumbuhan Bobot Ikan PatinSelama 30 Hari ... 32
DAFTAR TABEL
No. Teks
Halaman
1. Mikroba Probiotik Untuk Hewan Akuatik serta Mekanisme
Penggunaannya ... 11
2. Konsentrasi Sel Probion dalam Pakan ... 12
3. Komposisi Biomol + ... 17
4. Kandungan Nutrisi Pakan Pelet FF-999 ... 21
5. Perhitungan Pemberian Pakan Ikan Per 10 hari ... 21
6. Pertumbuhan Bobot Ikan Patin Terhadap Perlakuan ... 26
7. Pertumbuhan Panjang Ikan Patin Terhadap Perlakuan ... 28
8. Kelasungan Hidup Ikan Patin ... 30
Gambar
Dokumen terkait
Kesimpulan dari penelitian ini adalah prosedur penjualan kredit dari jasa pemasangan sambungan air minum sudah diterapkan PDAM Kota Surakarta dengan cukup baik,
Dalam rang- ka perakitan varietas tahan penyakit blas dengan pe- nampilan agronomis yang sesuai harapan, telah di- lakukan pembentukan populasi haploid ganda (HG) dan silang balik
Menurut Connolly dan Begg (2002), Database Management System merupakan sebuah sistem perangkat lunak yang memungkinkan pengguna untuk mendefinisikan, membuat, mengatur, dan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulakan bahwa tidak terdapat hubungan antara kualitas hidup dengan karakteristik responden pasien diabetes melitus di
Data suhu permukaan laut, kan- dungan klorofil- a , data hasil tangkapan kemudian diplotkan dalam grafik untuk mengetahui kondisi oseanografi yang banyak ditemukan
Potongan isi ayat di atas menjelaskan bahwa umat muslim harus selalu berbuat adil, sekalipun itu kepada kaum musyrik (musuh). Sehingga apapun kerugian yang
Globalisasi telah memberikan akses kepada warga negara untuk bermigrasi melintasi batas Negara dengan lebih mudah. Fenomena ini berimplikasi kepada pelaksanaan
Raudatul Atfal (RA) sebagai salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini (PAUD) jalur formal yang menyelenggarakan program pendidikan umum dan pendidikan