EVALUASI KARAKTERI STI K HORTI KULTURA
HI BRI DA MELON (
Cucumis melo
L.)
I NTRODUKSI DAN HASI L RAKI TAN
PUSAT KAJI AN BUAH- BUAHAN TROPI KA ( PKBT) I PB
Oleh :
I SNAI NI A34402010
PEMULI AAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENI H
FAKULTAS PERTANI AN
EVALUASI KARAKTERI STI K HORTI KULTURA
HI BRI DA MELON (
Cucumis melo
L.)
I NTRODUKSI DAN HASI L RAKI TAN
PUSAT KAJI AN BUAH- BUAHAN TROPI KA ( PKBT) I PB
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian I nstitut Pertanian Bogor
Oleh :
I SNAI NI
A34402010
PEMULI AAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENI H
FAKULTAS PERTANI AN
for Tropical Fruit Studies (PKBT) IPB Melon (Cucumis melo L.) Hybrids.
(Supervised by SOBIR and WILLY BAYUARDI SUWARNO)
The objective of this experiment was to evaluate and characterize horticultural traits of introduced and PKBT’s melon hybrids and to identify the potential PKBT’s hybrids compare to those of the commercial introduced hybrids. The evaluated hybrid varieties consist of introduction hybrids are Ten Me, Angel, Honey Globe, New Charm, New Century and Apollo and PKBT’s melon are H150 and H7.
The experiment was conducted at KP IPB Tajur 2 from September to November 2006 using Randomized Complete Block Design with three replications. The genotype variability was analyzed using analysis of variance method.
The result showed that there are significant differences for all characters, except on days of male flowering dan days of hermaphrodite flowering. The experiment also shows a negative correlation between fruit length character and Total Solutable Solid (TSS) and a positive correlation between stem diameter character and TSS.
H150 is a PKBT’s Cantaloupe melon hybrid that had a good vegetative growth, orange flesh, high TSS (10.02%Brix) and skin hardness, round shaped fruit and perfect net. H7, an Inodorus cultivar, has some potential characteristics. This hybrid has good vegetative growth, good appearance of fruit, white flesh and the highest TSS (10.50%Brix) than the other Inodorus hybrids.
L.) Introduksi dan Hasil Rakitan Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB. (Dibimbing oleh SOBIR dan WILLY BAYUARDI SUWARNO)
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik hortikultura delapan hibrida melon dan mengidentifikasikan adanya hibrida hasil rakitan PKBT yang lebih berpotensi dibanding dengan varietas komersial introduksi. Kedelapan hibrida yang diuji terdiri atas hibrida introduksi yaitu Ten Me, Angel, Honey Globe, New Charm, New Century dan Apollo dan hibrida hasil rakitan PKBT yaitu H150 dan H7
Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan tiga ulangan. Karakter yang diamati terbagi atas empat kelompok yaitu karakter vegetatif, generatif, kuantitatif buah dan kualitatif buah. Data dianalisis dengan analisis ragam dan apabila terdapat perbedaan nyata di antara hibrida pada karakter yang diamati, maka dilakukan uji lanjut kontras pada taraf 5%. Selain itu dilakukan analisis korelasi linear untuk mengetahui keeratan hubungan antar karakter terutama karakter produksi buah dan umur panen dengan karakter lainnya.
Sidik ragam memperlihatkan adanya perbedaan nyata di antara kedelapan hibrida untuk semua karakter yang diamati kecuali umur berbunga jantan dan umur berbunga hermaprodit.
Pengkarakterisasian lebih jauh menunjukkan bahwa hibrida H150 memiliki pertumbuhan vegetatif yang baik, warna daging jingga tua yang sangat menarik, jala yang penuh dan merata, beraroma wangi dan kadar Padatan Terlarut Total 10.02%Brix.
H7 untuk kultivar Inodorus memiliki bentuk buah bulat dengan kulit buah yang berwarna krem dan bercorak hijau tua, daging buah yang tebal dan berwarna putih dengan tekstur yang halus tidak berserat, beraroma wangi, rasa buah yang manis dengan kandungan Padatan Terlarut Total 10.50%Brix. Hibrida H7 juga memiliki diameter batang yang lebih besar dan ukuran buah yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan keempat hibrida Inodorus lainnya.
Kedua grup varietas melon yang diuji memiliki keunggulan masing-masing. Hibrida PKBT memiliki diameter batang yang lebih besar, kulit buah yang lebih keras dan kadar Padatan Terlarut Total yang lebih tinggi tetapi memiliki umur berbunga hermaprodit dan umur panen yang lebih lama serta lingkar buah yang lebih kecil dibandingkan dengan hibrida introduksi. Varietas Cantaloupensis memiliki PTT, diameter batang dan kekerasan kulit buah yang lebih tinggi tetapi memiliki umur panen yang lebih dalam dan ukuran buah yang lebih kecil dibandingkan dengan varietas Inodorus.
HASIL RAKITAN PUSAT KAJIAN BUAH-BUAHAN
TROPIKA (PKBT) IPB
N a m a : Isnaini
N R P : A34402010
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dosen Pembimbing I
Dr. Ir. Sobir, MSi. NIP. 131 841 754
Dosen Pembimbing II
Willy Bayuardi Suwarno, SP., MSi. NIP. 132 311 731
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, MAgr. NIP. 130 422 698
Penulis dilahirkan di Bengkulu pada tanggal 17 Januari 1984 sebagai anak
ketiga dari empat bersaudara pasangan Bapak Asmawi Bakrie dan Ibu
Asmarawati M.A. Bakrie.
Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 20 Bengkulu pada
tahun 1990 -1996, dilanjutkan dengan SLTP Negeri 2 Bengkulu (1996-1999) dan
dilanjutkan ke SMU Negeri 2 Bengkulu (1999-2002). Pada tahun 2002 penulis
diterima di Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih, Departemen
Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI).
Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar-dasar
Agronomi pada tahun 2005-2006. Pada tahun 2005, penulis menerima
penghargaan sebagai pemenang lomba Program Kreativitas Mahasiswa (PKM)
bidang kewirausahaan oleh SP-4 Departemen Agronomi dan Hortikultura dan
sebagai pemenang harapan lomba pembuatan poster ilmiah pada mata kuliah
Teknik Penulisan Ilmiah Departemen Agronomi dan Hortikultura. Selain itu
penulis juga aktif di organisasi mahasiswa sebagai staf ahli Departemen Pertanian
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian tahun 2004-2005. Penulis
juga aktif sebagai panitia pada berbagai kegiatan di lingkungan departemen,
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga penelitian dengan judul Evaluasi Karakteristik Hortikultura Hibrida
Melon (Cucumis melo L.) Introduksi dan Hasil Rakitan Pusat Kajian Buah-buahan
Tropika (PKBT) IPB ini dapat diselesaikan dengan baik. Adapun skripsi ini
merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian di Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:
1. Dr. Ir. Sobir, MSi. selaku Pembimbing Akademik sekaligus Pembimbing
Skripsi atas bimbingan dan perhatian selama penulis menempuh pendidikan di
IPB dan selama pelaksanaan serta penulisan skripsi ini.
2. Willy Bayuardi Suwarno, SP., MSi. selaku Pembimbing Skripsi Kedua yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan
penulisan skripsi.
3. Dr. Ir. Trikoesoemaningtyas selaku dosen penguji atas saran-saran untuk
perbaikan skripsi ini.
4. Ayah dan ibu, Abang Hen dan Dang Nur, Abang Ijal, Dedek dan my big Farrel
atas curahan kasih dan semangat selama penulis melaksanakan penelitian serta
selalu menghargai semua pilihan Dodo.
5. Dosen-dosen Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih IPB, Guru-guru
SMUN 2 Bengkulu, SLTPN 2 Bengkulu, SDN 20 Bengkulu dan TK Witri I
Bengkulu yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan tiada batas kepada
penulis.
6. Bapak Asman (PT. Bina Inti Nusantara), atas dukungan dana penelitian.
7. Genta (miss you…) dan Fifin atas segala pengertian dan kekonyolan bersama.
Efi, Novy, Pipiet dan Yenny, my best gfs ever! Friendship will never end.
8. Mbak Lasih, Bu Liza, Pak Arif, Mbak Imay, Mas Endang, Pak Ibramsyah,
Hidayat, Khaidir dan Bu Yuyun atas segala masukan, bantuan dan
kebersamaan selama penulis melaksanakan penelitian.
tidak dapat disebut satu persatu.
11.Gareulis Pondok Mawar Kencana (Febri, Nini, Aan, Uti’, Tiwi, Nisa, Desti,
Leni, Rika) atas kebersamaan hampir empat tahun ini.
12.Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebut satu per satu yang banyak
membantu menyelesaikan studi dan penelitian penulis.
Pada akhirnya penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat berguna
bagi semua pihak yang memerlukannya.
Bogor, Januari 2007
Halaman
PENDAHULUAN
Latar Belakang ... ...1
Tujuan...2
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Melon...3
Syarat Tumbuh ...4
Pengembangan Varietas Melon...5
Melon Hibrida ...5
Evaluasi dalam Pemuliaan Tanaman ...6
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat ...8
Bahan dan Alat...8
Metode Penelitian ...9
Pelaksanaan Penelitian ...9
Pengamatan ...11
Analisis Data ...12
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum ...14
Analisis Ragam ...15
Karakter Vegetatif...16
Karakter Generatif...17
Karakter Kuantitatif Buah ...18
Perbandingan Karakter Kuantitatif Antar Grup Varietas...22
Karakter Kualitatif ...24
Korelasi Antar Peubah Kuantitatif ...26
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...29
Saran...29
DAFTAR PUSTAKA...30
Nomor Halaman
Teks
1. Hibrida Melon yang Dievaluasi ...8
2. Analisis Ragam untuk Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT)...13
3. Rata-rata Curah Hujan Bulan September 2006 hingga November 2006 ...14
4. Rekapitulasi Nilai Rataan dan Sidik Ragam Delapan Hibrida Melon ...16
5. Nilai Rataan dan Nilai Koefisien Keragaman (KK) Karakter Diameter Batang Delapan Hibrida Melon ... 17
6. Nilai Rataan dan Nilai Koefisien Keragaman (KK) Karakter Generatif Delapan Hibrida Melon... 18
7. Nilai Rataan dan Nilai Koefisien Keragaman (KK) Karakter Panjang Buah dan Lingkar Buah Delapan Hibrida Melon ... 19
8. Nilai Rataan dan Nilai Koefisien Keragaman (KK) Karakter Diameter Buah dan Tebal Daging Buah Delapan Hibrida Melon ... 20
9. Nilai Rataan dan Nilai Koefisien Keragaman (KK) Karakter Bobot Buah, Kekerasan Kulit Buah dan PTT Delapan Hibrida Melon ...22
10.Nilai Rataan Karakter Delapan Hibrida Melon PKBT dan Introduksi ... 23
11.Nilai Rataan Karakter Delapan Hibrida Melon Varietas Cantaloupensis dan Varietas Inodorus ...24
12.Data Kualitatif Daun Delapan Hibrida Melon ...24
13.Data Kualitatif Buah Delapan Hibrida Melon ...25
14.Data Kualitatif Daging Buah Delapan Hibrida Melon...26
Nomor. Halaman
Lampiran
1. Fenotipe Buah Hibrida H150 ...34
2. Fenotipe Buah Hibrida Ten Me...35
3. Fenotipe Buah Hibrida Angel ...36
4. Fenotipe Buah Hibrida H7 ...37
5. Fenotipe Buah Hibrida Honey Globe...38
6. Fenotipe Buah Hibrida New Charm...39
7. Fenotipe Buah Hibrida New Century...40
8. Fenotipe Buah Hibrida Apollo ...41
9. Fenotipe Daun Hibrida Melon ...42
10.Buah Melon yang mengalami Pecah Buah ...42
11.Serangan Penyakit ...43
Latar Belakang
Melon merupakan buah-buahan semusim yang kini berkembang sebagai
komoditas agribisnis. Melon memiliki nilai ekonomi dan prospek yang cukup
besar dalam pemasarannya namun memerlukan penanganan intensif dalam
budidayanya. Komoditas ini diminati oleh masyarakat banyak dan mempunyai
harga yang relatif tinggi baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Data ekspor
menunjukkan bahwa melon merupakan komoditas penghasil devisa ke-5 dari
kelompok buah-buahan. Dari aspek volume, melon menduduki peringkat ke-6.
Volume ekspor melon Indonesia tahun 2002 mencapai 334.11 ton senilai US $
173852 dengan tujuan Singapura, Malaysia, Jepang, Korea, dan Hongkong
(Departemen Pertanian, 2004).
Pada tahun 2003, luasan pertanaman melon di Indonesia adalah 3329 ha
dengan produksi mencapai 70560 ton (Departemen Pertanian, 2004). Konsumsi
buah melon diperkirakan meningkat, seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk, meningkatnya pendapatan dan perubahan pola makan masyarakat
Indonesia yang semakin membutuhkan buah segar sebagai salah satu menu gizi
sehari-hari. Pada tahun 2005–2008 diperkirakan konsumsi buah melon akan
meningkat mencapai 1.34–1.50 kg/kapita/tahun (Departemen Pertanian, 2004).
Hal ini sangat mendukung pengembangan melon di Indonesia.
Salah satu kendala dalam produksi adalah ketersediaan benih. Hingga saat
ini varietas melon yang beredar di Indonesia harus diimport dari Taiwan, Thailand
dan Jepang. Kontinuitas atau ketersediaan benih tersebut tidak terjamin. Hal ini
menyebabkan upaya memproduksi benih melon dalam negeri menjadi perlu
dilakukan. Varietas yang dihasilkan harus unggul dan benihnya harus berkualitas,
sehingga keberadaannya diharapkan dapat memsubstitusi benih impor.
Varietas unggul dihasilkan melalui suatu program pemuliaan tanaman.
Perakitan varietas hibrida merupakan alternatif yang menjanjikan dalam upaya
menghasilkan benih melon yang unggul. Melon hibrida memiliki keunggulan
daya tumbuh yang cepat serta memungkinkan diperoleh kombinasi karakter yang
diinginkan pada satu tanaman.
Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB telah melakukan
serangkaian program pemuliaan melon. Program ini ditujukan ke arah
pembentukan varietas hibrida. Hingga saat ini PKBT telah berhasil memperoleh
beberapa hibrida yang berpotensi untuk dilepas sebagai varietas baru.
Kegiatan evaluasi merupakan salah satu tahapan dalam program
pemuliaan tanaman yang secara umum bertujuan untuk memperoleh informasi
mengenai genotipe yang ada. Dalam perakitan varietas hibrida, kegiatan evaluasi
pada keturunan (F1) berguna untuk menilai kombinasi persilangan potensial
(heterosis). Hibrida harapan yang dipilih kemudian dievaluasi karakteristiknya
untuk mendapatkan deskripsi mengenai keragaan hibrida yang dipilih baik secara
kualitatif maupun kuantitatif. Hibrida harapan kemudian diuji adaptibilitas serta
stabilitasnya dan perlu diuji banding dengan varietas-varietas hibrida komersial
yang telah beredar dan dikenal di masyarakat. Dengan demikian dapat diketahui
apakah hibrida yang dihasilkan dapat memiliki potensi yang lebih baik dan dapat
bersaing dengan varietas-varietas komersial tersebut.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik hortikultura
delapan hibrida melon dan mengidentifikasikan adanya hibrida hasil rakitan
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Melon
Dari segi ilmu taksonomi tumbuhan, tanaman melon (Cucumis melo L.)
tergolong dalam famili Cucurbitaceae genus Cucumis. Secara umum melon
dikelompokkan ke dalam dua tipe utama, yaitu netted melon (melon berjala) dan
winter melon (melon tidak berjala). Dalam klasifikasi secara botani, melon yang
dibudidayakan terbagi dalam tiga grup varietas, yaitu Cucumis melo var.
Reticulatus (muskmelon), Cucumis melo var. Cantaloupensis (cantaloup) dan
Cucumis melo var. Inodorus. Varietas Reticulatus dan Cantaloupensis merupakan
tipe netted melon, sedangkan varietas Inodorus merupakan tipe winter melon
(Soedarsono, 1989).
Melon merupakan tanaman semusim (annual) dengan batang berbentuk
segilima tumpul, menjalar bercabang banyak, berbulu. Daun melon lebar
bercanggap (berlekuk), bergelombang dan menjari agak pendek. Batang melon
mempunyai alat pemegang (pilin) untuk memanjat (Tingle and Chandler, 2003).
Tanaman melon mempunyai akar tunggang dan akar samping banyak serta agak
dalam. Akar samping berupa serabut yang jumlahnya banyak, kuat, dan panjang
(BPPT, 2005).
Tanaman melon pada umumnya bersifat andromonoecious (memiliki
bunga jantan dan bunga sempurna pada satu tanaman). Bunga jantan muncul
berkelompok pada ketiak daun, sedangkan bunga sempurna muncul pada ruas
pertama dari setiap cabang lateral (Harjadi, 1989). Meskipun menghasilkan bunga
sempurna dengan putik dan benangsari, penyerbukan sendiri (self pollination)
tidak dapat terjadi. Lebah madu dan serangga berperan dalam penyerbukan bunga
karena serbuk sari yang dihasilkan bunga melon terlalu berat untuk diterbangkan
oleh angin. Menurut Delaphane dan Mayer (2000), jumlah, ukuran dan tingkat
kemanisan melon meningkat dengan peningkatan jumlah penyerbukan yang
dilakukan oleh serangga lebah madu.
Semua buah melon berbiji banyak, terkumpul dalam rongga buah yang
mengandung air (BPPT, 2005). Buah melon memiliki banyak variasi baik ukuran,
bentuk, warna kulit dan daging serta bobotnya ( Paje dan van der Vossen, 1994).
Syarat Tumbuh
Tanaman melon lebih senang tumbuh di dataran menengah yang suhunya
agak dingin, yakni pada ketinggian tempat antara 300-l000 m dpl (BPPT, 2005).
Di dataran rendah yang elevasinya kurang dari 300 m dpl, buah melon berukuran
lebih kecil dan dagingnya agak kering (kurang berair). Sesuai dengan daerah
asalnya, tanaman melon memerlukan suhu yang sejuk dan kering dengan suhu
optimal 18-28oC (Paje dan van der Vossen, 1994). Tanaman ini lebih senang di
daerah terbuka, tetapi sinar matahari tidak terlalu terik, cukup dengan penyinaran
70% dengan intensitas penyinaran 10-12 jam sehari. Pada tempat yang
kelembapan udaranya rendah (kering) dan ternaungi, pembentukan bunga
sempurna terhambat.
Jenis tanah Andosol atau tanah berpasir baik untuk pengembangan melon.
Pertumbuhan melon akan optimal pada tanah dengan kisaran pH 6-7. Tanaman
melon tidak akan berproduksi optimal apabila diusahakan pada daerah bertanah
masam (pH<6) (East West Seed Indonesia, 2005). Pada kondisi masam,
unsur-unsur seperti fosfor dan kalsium sulit diserap oleh tanaman karena terikat oleh
unsur Aluminium, Mangan dan Besi. Penanaman pada tanah masam juga akan
menyebabkan terjadinya ’Acid Yellowing’ dengan gejala pertumbuhan terhambat,
daun berwarna kuning dan tanaman kerdil (Harjadi, 1989). Kemasaman tanah
dapat diturunkan dengan pemberian kapur pertanian.
Daerah yang bertipe iklim kering tidak disenangi oleh tanaman melon.
Tanaman melon lebih peka terhadap air tanah yang menggenang atau kondisi
aerasi tanah kurang baik daripada tanaman semangka (BPPT, 2005). Tanaman
melon membutuhkan curah hujan antara 2000-3000 mm per tahun (East West
Seed Indonesia, 2005). Kelembaban yang tinggi dapat merangsang
Pengembangan Varietas Melon
Tanaman melon diperbanyak dengan biji yang telah diseleksi. Benih ini
diproduksi secara khusus dengan mengisolasi tanaman. Tujuannya untuk
mencegah terjadinya penyerbukan silang dengan genotipe yang tidak dikehendaki.
Bibit sambungan dengan labu air (Lagenaria sp.) juga dapat digunakan, tetapi
dalam praktek agribisnis melon tidak pernah dilakukan (BPPT, 2005). Pada melon
tidak perlu menghasilkan benih yang seedless (tidak berbiji). Hal ini disebabkan
adanya biji yang mengumpul di rongga buah pada buah melon tidak menyulitkan
konsumen. Budidaya melon dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan sistem
hidroponik (tanpa tanah) dan sistem tanah (lapangan). Biasanya pada satu
tanaman hanya dipelihara satu atau dua buah saja untuk optimalisasi ukuran buah.
Tanaman mulai berbunga pada umur 30-50 hari setelah tanam. Dalam usaha
agribisnis melon berorientasi komersial (pasar supermarket atau mengutamakan
mutu) digunakan mulsa plastik hitam untuk mencegah tumbuhnya gulma dan
menjaga kelembaban tanah.
Melon Hibrida
Hibrida adalah generasi pertama (F1) dari persilangan sepasang atau lebih
tetua galur silang dalam yang memiliki sifat unggul. Keunggulan hibrida
dikaitkan dengan peristiwa heterosis. Pemulia berusaha memperolehnya untuk
berbagai macam tanaman, baik menyerbuk silang maupun menyerbuk sendiri
(Poespodarsono, 1988). Heterosis menurut Makmur (1992) didefinisikan sebagai
peningkatan ketegaran (vigor) dan besar turunan (F1) melebihi kedua tetuanya,
bila dua inbreed line disilangkan. Heterosis dikelompokkan berdasarkan ekspresi,
reproduktivitas dan adaptibilitas menjadi Pseudoheterosis dan Euheterosis
(Banga, 1998).
Makmur (1992) mengemukakan bahwa tujuan utama dari pemuliaan
tanaman adalah untuk mendapatkan varietas yang lebih baik atau varietas unggul.
Menurut Paje dan van der Vossen (1994), tujuan pemuliaan tanaman melon
adalah untuk mendapatkan kualitas buah (kadar PTT tinggi, rasa enak, bentuk
beradaptasi pada lingkungan yang lebih lembab serta memiliki daya simpan buah
(shelf-life) yang lama.
Menurut Alvarez (1998), melon memiliki nilai heterosis yang kecil. Oleh
karena nilai heterosis yang kecil maka keunggulan utama yang diperoleh dalam
perakitan varietas hibrida lebih diarahkan pada keseragaman tanaman,
keseragaman buah yang tinggi serta adanya kombinasi karakter yang diinginkan
pada satu tanaman (Paje dan van der Vossen, 1994). Melalui varietas hibrida
dapat dilakukan juga proteksi benih secara biologis (Alvarez, 1998). Selain itu
menurut Robinson (2000) karakter ketahanan terhadap penyakit dikendalikan oleh
gen dominan sehingga varietas melon hibrida yang tahan hama dan penyakit dapat
dibentuk secara cepat dibandingkan varietas bersari bebas (open pollinated
cultivar).
Evaluasi dalam Pemuliaan Tanaman
Evaluasi merupakan salah satu tahapan dalam program pemuliaan tanaman
yang secara umum bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai penampilan
(keragaan) suatu genotipe. Berdasarkan informasi tersebut dapat dilakukan
tindakan pemuliaan tanaman berikutnya terhadap materi genetik yang dimiliki.
Kegiatan evaluasi dapat dilakukan di awal, di tengah dan di akhir suatu program
pemuliaan tanaman (Makmur, 1992).
Kegiatan evaluasi pada awal suatu program pemuliaan tanaman dilakukan
pada koleksi plasma nutfah dan galur silang dalam yang dihasilkan. Hasil evaluasi
berguna untuk memperoleh informasi mengenai genotipe yang perlu diseleksi
sehingga dapat dijadikan tetua dalam hibridisasi selanjutnya dan genotipe yang
dapat dijadikan varietas budidaya (Allard, 1960).
Selanjutnya hibrida yang diperoleh diuji daya hasil pendahuluan dan daya
hasil lanjutan untuk melihat kemampuan daya gabung F1-nya. Pasangan dengan
daya gabung tinggi dipertahankan untuk dijadikan tetua dalam kegiatan hibridisasi
selanjutnya karena merupakan kombinasi pasangan yang potensial. Selain itu juga
dilakukan uji multilokasi untuk melihat stabilitas dan adaptibilitas F1 yang
Menurut Makmur (1992) pengujian atau evaluasi merupakan langkah
penting dalam program pemuliaan tanaman untuk meyakinkan apakah tanaman
yang dimuliakan sudah memenuhi syarat untuk diperbanyak atau dilepas ke
petani.
Sebelum dilakukan seleksi, terlebih dahulu dilakukan karakterisasi
terhadap genotipe-genotipe melon. Pengkarakterisasian ini dilakukan untuk
mendeskripsikan populasi tersebut baik secara kuantitatif maupun kualitatif untuk
melihat keragaman. Fisher (1992) menyatakan pengkarakterisasian akan
membantu para pemulia untuk memecahkan rintangan hasil dalam merakit
varietas-varietas baru. Pengkarakterisasian ini dilakukan untuk mendeskripsikan
populasi tersebut baik secara kuantitaif maupun kualitatif untuk melihat
keragaman yang berpengaruh terhadap kualitas buah.
Kunci keberhasilan produksi suatu tanaman tergantung pada penggunaan
varietas yang cocok, kultur teknis yang baik dan pemberantasan hama dan
penyakit yang teratur. Keunggulan calon varietas hibrida dapat diketahui dengan
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai November 2006,
bertempat di Kebun Percobaan IPB Tajur 2 Bogor yang terletak pada
06o37.583”LS dan 106o50.128”BT di ketinggian 487 m di atas permukaan laut
dengan jenis tanah Latosol. Suhu harian rata-rata 28.33oC dan kelembaban udara
harian rata-rata 71%.
Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan adalah dua hibrida harapan melon PKBT,
yaitu H7 dan H150 dan enam varietas melon hibrida komersial yaitu Ten Me,
Honey Globe, New Charm, Angel, New Century dan Apollo. Asal dan grup
varietas masing-masing hibrida dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hibrida Melon yang Dievaluasi
No. Hibrida Asal Grup Varietas
1 H150 PKBT Cantaloupensis
2 Ten Me Introduksi Cantaloupensis
3 Angel Introduksi Cantaloupensis
4 H7 PKBT Inodorus
5 Honey Globe Introduksi Inodorus
6 New Charm Introduksi Inodorus
7 New Century Introduksi Inodorus
8 Apollo Introduksi Inodorus
Sarana produksi pertanian yang digunakan adalah pupuk kandang, pupuk
majemuk NPK (10-21-21) dan 16-16-16), pupuk tunggal (Urea, KCl dan SP-36),
KNO3 merah dan KNO3 putih, pupuk boron (B 10.6%), Multimikro, pupuk daun
dan bunga Gandasil merah dan hijau, kapur pertanian Dolomit (CaCO3.MgCO3)
serta insektisida (Diafentiuron 500g/l, Dimetoat 400 g/l, Imidakloprid 200 g/l),
fungisida (Fenarimol 120 g/l, Klorotalonil 75 g/l, Benomil 50%, Propinep 70%).
nematisida (Karbofuran 3%), antraktan (Methyl Eugenol 800 g/l), alkohol,
polibag ukuran 7x10 cm dan mulsa Plastik Hitam Perak (PHP). Alat-alat yang
digunakan yaitu alat pertanian umum, hand refraktometer, hand penetrometer,
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
(RKLT) faktor tunggal dengan tiga ulangan. Setiap ulangan terdiri dari delapan
hibrida melon yang ditempatkan secara acak, sehingga terdapat 24 satuan
percobaan. Masing-masing satuan percobaan terdiri dari 32-34 tanaman sehingga
total keseluruhan terdapat 804 tanaman. Model linier aditif dari percobaan ini
adalah sebagai berikut :
Yij =
μ
+α
i + βj +ε
ijKeterangan :
Yij = Respon pengamatan pada hibrida ke-i ulangan ke-j
μ = Nilai rataan umum
αi = Pengaruh hibrida ke-i, di mana i=1, 2, 3,...,8
βj = Pengaruh ulangan ke-j, di mana j=1, 2, 3
ε
ij = Pengaruh galat percobaan pada hibrida ke-i, ulangan ke-jPelaksanaan Penelitian
Penelitian diawali dengan perkecambahan dengan cara merendam benih
dalam larutan zat pengatur tumbuh dan air hangat bersuhu 30oC dengan dosis 2
ml/l selama 24 jam, kemudian dikecambahkan dalam kertas buram selama 36 jam.
Selanjutnya kecambah dipindahkan ke polibag berisi campuran tanah dan pupuk
kandang dengan perbandingan 1:1 serta karbofuran dengan dosis 2 g/tanaman.
Pembibitan ini dilakukan selama 14 hari atau sampai tanaman telah memiliki 2-3
helai daun sejati.
Lahan disiapkan sesuai rancangan percobaan menggunakan sembilan
bedengan dengan panjang 30 m, lebar 1.2 m dan tinggi 0.3 m, kemudian diberi
kapur pertanian 100g/tanaman (10 kg/bedeng) dan pupuk dasar yang terdiri dari
pupuk kandang 2kg/tanaman (400kg/bedeng), Urea 10g/tanaman (1kg/bedeng),
SP-36 45g/tanaman (5kg/bedeng) dan KCl 5g/tanaman (5kg/bedeng). Pemasangan
mulsa plastik hitam perak dilakukan setelah penaburan pupuk selesai, selanjutnya
dibuat lubang tanam dengan jarak 60 cm antar barisan dan 60 cm di dalam
barisan. Pindah tanam dilakukan setelah bibit memiliki 2-3 daun sejati. Sebelum
larutan Propinep 70% selama beberapa menit. Pada setiap lubang tanam ditaburi
nematisida (2 g/tanaman).
Pemupukan tambahan diberikan dalam bentuk larutan dan butiran.
Pemberian pupuk larutan dilakukan dengan menuangkan larutan pupuk sebanyak
250 ml pada lubang tanam atau lubang yang ditugal pada sekitar tanaman.
Pemberian pupuk susulan dimulai dari 7 HST berupa larutan NPK (16-16-16)
dengan dosis 10g/tanaman di lubang tanam. Pada 14 HST, diberikan butiran NPK
(16-16-16) 10 g/tanaman di lubang kanan. Pupuk NPK (16-16-16) dalam bentuk
butiran kembali diberikan pada 21 HST di lubang kiri dan 28 HST di lubang
tengah dengan dosis 15 g/tanaman. Pupuk larutan KNO3 diberikan dengan
konsentrasi 2g/l di lubang kanan pada 45 HST, di lubang kiri pada 50 HST dan di
lubang kanan pada 55 HST. Pupuk daun yang diberikan yaitu Gandasil B dan
Gandasil D. Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan
penyemprotan insektisida, fungisida, bakterisida sesuai dengan kondisi lapang.
Penyemprotan pestisida dihentikan lebih kurang dua minggu sebelum panen.
Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, pengikatan batang utama dan
pengikatan buah, pemangkasan daun dan cabang lateral kecuali cabang ke-9
sampai ke-12, pengairan, menjaga sanitasi kebun dan pengendalian hama dan
penyakit secara kimia. Pemangkasan dilakukan untuk mengatur pertumbuhan
tanaman, mengurangi kelembaban, memperlancar sirkulasi udara, merangsang
pertumbuhan tunas produktif dan penerimaan sinar matahari menjadi lebih efektif
dan efisien. Pembentukan buah dilakukan pada cabang ke-9 sampai ke-12. Selain
cabang-cabang tersebut, cabang lateral lainnya dipangkas. Pemangkasan daun
dilakukan dengan menyisakan sekitar 26 helai daun setiap tanaman dan untuk
buah disisakan dua buah. Seleksi buah dan pengikatan buah dilakukan setelah
buah berukuran kira-kira sebesar bola tenis. Pemanenan dilakukan pada buah yang
telah menampakkan ciri-ciri umum untuk dipanen, antara lain terjadi perubahan
warna kulit, terdapat rekahan pada daerah tangkai dan pangkal buah, beraroma
Pengamatan
Karakter yang diamati dibedakan menjadi empat kelompok yaitu karakter
vegetatif, generatif, kuantitatif buah dan kualitatif buah.
1. Karakter vegetatif yaitu pengamatan diameter batang utama yang diukur di
antara ruas ke-9 sampai ruas ke-12 setelah buah dipanen.
2. Karakter generatif terdiri atas;
a. Umur berbunga jantan (Hari Setelah Tanam, HST), dihitung dari mulai
pindah tanam sampai mekarnya bunga jantan pertama pada 50% populasi.
b. Umur berbunga hermaprodit (HST), dihitung dari mulai pindah tanam
sampai mekarnya bunga hermaprodit di antara buku ke-9 sampai ke-12
pada 50% populasi.
c. Umur panen (HST), dihitung dari mulai pindah tanam sampai buah
dipanen.
3. Karakter kualitatif dilakukan dengan mengacu pada Descriptors for Melon
(IPGRI, 2003) terdiri atas :
a. Bentuk batang, dibedakan menjadi bulat, persegi, segilima dan pipih.
b. Warna batang, dibedakan menjadi hijau, coklat dan kehijauan.
c. Bentuk daun, diklasifikasikan menjadi entire, trilobate, pentalobate,
3-palmately lobed dan 5-palmately lobed.
d. Warna daun, dibedakan menjadi hijau muda, hijau dan hijau tua.
e. Tepian daun, digolongkan menjadi rata, gerigi dan ombak.
f. Ujung daun, dibedakan menjadi tumpul dan membulat.
g. Permukaan daun, dibedakan menjadi mengkilap, suram, kasap, berkerut,
berbulu, bersisik dan berlilin.
h. Bentuk buah, diklasifikasikan menjadi bulat dan lonjong.
i. Warna kulit buah muda, diklasifikasikan menjadi putih, kuning terang,
krem, hijau pucat, hijau, hijau tua, hijau kehitaman.
j. Warna kulit buah tua, diklasifikasikan menjadi putih, kuning terang,
cream, hijau pucat, hijau, hijau tua, hijau kehitaman.
k. Warna daging buah, dibagi menjadi putih, hijau muda, hijau, jingga dan
l. Tekstur daging buah, dibedakan menjadi halus tidak berserat, berserat
halus, berserat kasar.
m. Kerenyahan daging, dibedakan menjadi lunak, sedang dan renyah.
n. Rasa buah, dikelompokkan menjadi hambar, manis dan sangat manis.
o. Aroma buah, diklasifikasikan menjadi tidak wangi, wangi dan sangat
wangi.
p. Jala, dengan klasifikasi 0 untuk tidak berjala dan 5 untuk berjala penuh.
4. Karakter kuantitatif terdiri atas :
a. Bobot buah (gram), diukur menggunakan timbangan kasar.
b. Panjang buah (cm), diukur dari pangkal sampai ujung buah.
c. Lingkar buah (cm), diukur pada bagian tengah buah sebelum dibelah.
d. Diameter buah (cm), diukur melintang pada bagian tengah buah setelah
dibelah.
e. Kekerasan kulit buah (kg/cm2), diukur menggunakan hand penetrometer
pada bagian pangkal, tengah dan ujung buah.
f. Tebal daging buah (cm), diukur menggunakan jangka sorong pada bagian
pangkal, tengah dan ujung buah.
g. Kadar Padatan Terlarut Total (%Brix), diukur menggunakan hand
refractometer pada bagian pangkal, tengah dan ujung buah.
Analisis Data
Data kuantitatif yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam
(ANOVA). Bila terdapat perbedaan di antara hibrida yang dievaluasi berdasarkan
Uji-F pada taraf nyata 5% maka dilanjutkan dengan uji perbedaan nilai tengah
menggunakan Uji Kontras pada taraf nyata 5%. Pengolahan dari analisis data
statistik menggunakan Software SAS (Statistical Analysis System) versi 6.12.
Analisis ragam digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan di
antara nilai rataan perlakuan pada karakter yang diamati. Analisis ragam disusun
Tabel 2. Analisis Ragam untuk Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT)
Keterangan : SK=sumber keragaman, db=derajat bebas, KT=kuadrat tengah, JK=jumlah kuadrat
Dari data kuantitatif juga dilakukan perhitungan Koefisien Keragaman
(KK) dalam hibrida pada setiap karakter untuk menunjukkan tingkat keseragaman
antar individu dalam hibrida tersebut. Perhitungan nilai KK menggunakan rumus:
KK =
x
2
σ
x 100%
Analisis Korelasi Linear dilakukan untuk mengetahui keeratan hubungan
antar karakter terutama karakter produksi buah dan umur panen dengan karakter
lainnya. Analisis dilakukan pada taraf 5% yang dihitung menurut rumus :
r(xy) =
xi = Nilai pengamatan ke-i pada karakter pertama
x = Nilai rata-rata karakter pertama
yi = Nilai pengamatan ke-i pada karakter kedua
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Pada awal masa pertumbuhan, keadaan cuaca cukup kering ditandai
dengan rendahnya curah hujan. Pada awal masa generatif, curah hujan mulai
meningkat hingga akhir panen. Curah hujan yang tinggi menyebabkan adanya
genangan air di sekitar pangkal batang sehingga menyebabkan terjadinya busuk
pangkal batang. Curah hujan yang tinggi diselingi dengan panas mengakibatkan
terjadinya pecah buah (cracking) (Gambar Lampiran 10). Pada Tabel 3 terlihat
bahwa curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November 2006 dengan jumlah
curah hujan mencapai 464 mm/bulan.
Tabel 3. Rata-rata Curah Hujan Bulan September 2006 hingga November 2006
Suhu (oC)
Sumber : Stasiun Klimatologi Baranangsiang FMIPA-IPB
Selama penelitian frekuensi curah hujan cukup tinggi. Dalam seminggu
dapat terjadi empat sampai tujuh kali hujan. Kondisi ini kurang mendukung
pertumbuhan tanaman karena berdampak pada serangan hama penyakit dan
tingkat kemanisan buah. Curah hujan yang tinggi dapat menggugurkan calon buah
sehingga hasil panen kurang optimal karena meskipun menghasilkan buah tetapi
memiliki rasa yang kurang manis. Penanaman melon di daerah Ciawi mempunyai
pembatas permanen, salah satunya adalah curah hujan yang tinggi tetapi hal ini
dapat diatasi dengan drainase yang baik.
Serangan hama dan penyakit yang terjadi cukup ringan dan masih dapat
dikendalikan. Penyakit yang menyerang pertanaman melon yaitu penyakit embun
tepung (powdery wildew) yang disebabkan oleh cendawan Erysiphe
cichoracearum dan penyakit Antraknosa oleh cendawan Colletotrichum
menyebabkan tingginya penyakit busuk pangkal batang oleh cendawan
Mycosphaerella melonis (Gambar Lampiran 11). Penyakit ini ditandai dengan
pangkal batang menjadi gelap kemudian menjadi lunak dan busuk.
Hama yang menyerang pertanaman melon di antaranya lalat buah
(Bactocera dorsalis) yang menyerang buah melon pada saat buah masih muda
(Gambar Lampiran 12). Buah menjadi busuk di dalamnya walaupun penampakan
di luarnya masih bagus. Serangan lalat buah ditandai oleh adanya lubang kecil dan
jika buah dipecah maka dagingnya sudah berubah menjadi air (juicy) dan berbau
tidak enak (Harjadi, 1989). Hama lain adalah oteng-oteng atau kumbang daun
(Aulacophora femoralis Motschulsk) yang menimbulkan luka berbentuk lingkaran
pada daun dan ulat gerayak (Spodoptera exigua) yang menyerang pada bagian
daun dan bunga (Gambar Lampiran 12).
Pemanenan buah perdana dilakukan pada delapan minggu setelah tanam
(minggu pertama bulan November 2006). Pemanenan tidak dilakukan secara
serempak karena waktu pematangan setiap hibrida berbeda. Pemanenan dilakukan
setiap hari pada buah yang telah memperlihatkan ciri-ciri buah siap panen.
Analisis Ragam
Hasil analisis ragam menunjukkan adanya perbedaan nyata di antara
hibrida pada semua karakter kuantitatif, kecuali umur berbunga jantan dan umur
berbunga hermaprodit (Tabel 4). Perbedaan tersebut nyata pada taraf 1%, kecuali
untuk lingkar buah yang berbeda nyata pada taraf 5%. Hal ini menunjukkan
bahwa perbedaan yang terjadi pada karakter-karakter tersebut memang berasal
dari kedelapan hibrida yang ditanam.
Tingkat ketepatan perlakuan dan indeks percobaan terhadap karakter yang
diamati ditunjukkan oleh nilai Koefisien Keragaman (KK) delapan hibrida. Dari
Tabel 4 diketahui nilai KK total untuk semua karakter dari delapan hibrida yang
diamati berkisar antara 2.07% hingga 9.79%. Menurut Matjjik dan Sumertajaya
Tabel 4. Rekapitulasi Nilai Rataan dan Sidik Ragam Delapan Hibrida Melon
Keterangan : **= tingkat signifikan 1%, *= tingkat signifikan 5%
Kriteria dan persyaratan tertentu perlu diketahui dalam upaya
memasyarakatkan jenis buah melon. Petani biasanya menghendaki tanaman yang
bersifat genjah, berproduksi tinggi dan memiliki pertumbuhan vegetatif yang baik
serta optimal yang dapat mendukung pembentukan buah yang maksimal.
Karakter Vegetatif
Hasil uji kontras (Tabel 5) menunjukkan dalam populasi varietas
Cantaloupensis tidak terdapat perbedaan nyata antara ketiga hibrida yang diuji.
Pada varietas Inodorus, hibrida H7 hasil rakitan PKBT IPB memiliki rataan
diameter batang 1.12 cm yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan Honey
Globe (0.97 cm), New Charm (0.85 cm) dan New Century (0.93 cm).
Pertumbuhan tanaman merupakan proses dalam kehidupan tanaman yang
mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
dari tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995). Keadaan pertumbuhan vegetatif
dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum pertumbuhan tanaman. Pada
umumnya panjang dan diameter batang utama digunakan sebagai ukuran
pertumbuhan karena dapat dilihat dengan mudah.
Nilai Koefisien Keragaman (KK) dalam hibrida menunjukkan tingkat
keseragaman antar individu dalam hibrida tersebut. Nilai KK dalam hibrida
adalah hibrida Honey Globe (10.80%). Menurut Paje dan van der Vossen (1994),
manfaat dari hibrida adalah keseragaman tanaman dan tipe buah, serta kombinasi
dari karakter-karakter yang bagus dari tipe-tipe melon yang berbeda dalam satu
genotipe.
Tabel 5. Nilai Rataan dan Nilai Koefisien Keragaman (KK) Karakter Diameter Batang Delapan Hibrida Melon
Hibrida Diameter Batang (cm) KK (%)
---Var. Cantaloupensis---
H150 1.12 13.96
Ten Me 1.08 11.05
Angel 1.12 15.43
---Var. Inodorus---
H7 1.12 17.74
Honey Globe 0.97b 10.80
New Charm 0.85b 13.14
New Century 0.93b 14.31
Apollo 1.04 11.91
Keterangan : Untuk var. Cantaloupensis, a=nyata lebih tinggi dari H150 dan b=nyata lebih rendah dari H150. Untuk var Inodorus, a=nyata lebih tinggi dari H7 dan b=nyata lebih rendah dari H7 menurut Uji Kontras pada taraf 5%
Karakter Generatif
Fase generatif terdiri dari pembentukan kuncup bunga, penyerbukan,
pembentukan buah dan biji. Delapan hibrida melon yang diuji tidak memiliki
perbedaan yang nyata pada umur munculnya bunga jantan dan bunga hermaprodit
(Tabel 4). Di antara kedua jenis hibrida, hasil uji kontras (Tabel 6) menunjukkan
bahwa semua hibrida varietas Cantaloupensis introduksi yang diuji memiliki
umur panen yang nyata lebih genjah dibandingkan dengan H150. Rataan umur
panen hibrida H150, Ten Me dan Angel berturut-turut yaitu 65.01 HST, 60.49
HST dan 59.25 HST. Keempat hibrida varietas Inodorus tidak ada yang berbeda
nyata dengan H7. Nilai KK tertinggi untuk karakter umur panen adalah hibrida
Tabel 6. Nilai Rataan dan Nilai Koefisien Keragaman (KK) Karakter Generatif Delapan Hibrida Melon
Umur Panen Hibrida Umur Berbunga
Jantan (HST)
Umur Berbunga Hermaprodit (HST)
(HST) KK (%) ---Var. Cantaloupensis---
H150 16.67 26.33 65.01 3.96
Keterangan : Untuk var. Cantaloupensis, a = nyata lebih tinggi dari H150 dan b= nyata lebih rendah dari H150. Untuk var Inodorus, a=nyata lebih tinggi dari H7 dan b=nyata lebih rendah dari H7 menurut Uji Kontras pada taraf 5%
Karakter Kuantitatif Buah
Dari Tabel 7 diketahui bahwa panjang buah hibrida H150 tidak berbeda
nyata dengan Angel. Tetapi H150 (13.28 cm) memiliki buah yang nyata lebih
pendek dibandingkan Ten Me (15.23 cm). Semua melon varietas Inodorus
introduksi nyata memiliki buah yang lebih panjang dibandingkan dengan H7
kecuali hibrida Honey Globe. Berturut-turut panjang buah H7, Honey Globe, New
Charm, New Century dan Apollo adalah 14.04 cm, 14.88 cm, 17.20 cm, 19.99 cm
dan 16.25 cm.
H150 memiliki rataan lingkar buah dan diameter buah yang tidak berbeda
nyata dengan Ten Me dan Angel untuk varietas Cantaloupensis (Tabel 7 dan
Tabel 8). Pada hibrida varietas Inodorus, hibrida New Charm nyata memiliki
rataan lingkar buah dan diameter buah lebih kecil dari H7. Berturut-turut rataan
lingkar buah dan diameter buah yaitu 41.14 cm dan 12.94 cm untuk H7 serta
37.71 cm dan 11.89 cm untuk New Charm.
Berdasarkan Tabel 8 diketahui juga hibrida H150 memiliki tebal daging
buah yang tidak berbeda nyata dengan tebal daging buah Ten Me dan Angel. Pada
varietas Inodorus, Honey Globe (4.65 cm) memiliki daging buah yang nyata lebih
tebal daripada H7 (4.18 cm). Sebaliknya, hibrida New Charm (3.68 cm) dan
Ukuran buah (panjang buah, lingkar buah, diamater buah, tebal daging
buah dan bobot buah) dapat menggambarkan produksi yang dihasilkan oleh
masing-masing hibrida melon yang diuji. Menurut Wehner (2005) ukuran buah
sangat berperan penting dalam program pemuliaan melon saat kebutuhan
konsumen terhadap ukuran buah melon relatif tidak sama. Perbedaan ukuran buah
pada umumnya bervariasi tergantung posisi buah pada batangnya. Dalam satu
tanaman melon sebaiknya dipelihara maksimal dua buah yang berasal dari ruas
ke-9 hingga ke-14 sehingga didapatkan buah dengan ukuran optimal.
Nilai KK untuk karakter panjang buah (Tabel 7) dimiliki oleh hibrida
Honey Globe (9.69%) dan tertinggi oleh hibrida Ten Me (14.66%). Untuk
karakter lingkar buah nilai KK tertinggi dan terendah berturut-turut dimiliki oleh
hibrida Honey Globe (12.18%) dan New Charm (5.85%). Untuk karakter
diameter buah dan tebal daging (Tabel 8), koefisien keragaman hibrida New
Charm memiliki nilai terendah. Berturut-turut nilai KK kedua karakter yaitu
6.12% dan 10.14%. Hibrida yang memiliki nilai KK tertinggi untuk karakter
diameter buah adalah H150 (11.31%) dan untuk karakter tebal daging buah adalah
H7 (14.40%).
Tabel 7. Nilai Rataan dan Nilai Koefisien Keragaman (KK) Karakter Panjang Buah dan Lingkar Buah Delapan Hibrida Melon
Panjang Buah Lingkar Buah Hibrida
(cm) KK (%) (cm) KK (%) ---Var. Cantaloupensis--- H150 13.28 10.73 38.25 9.06 Keterangan : Untuk var. Cantaloupensis, a = nyata lebih tinggi dari H150 dan b= nyata lebih
Tabel 8. Nilai Rataan dan Nilai Koefisien Keragaman (KK) Karakter Diameter Buah dan Tebal Daging Buah Delapan Hibrida Melon
Diameter Buah Tebal Daging Buah Hibrida
(cm) KK (%) (cm) KK (%) ---Var. Cantaloupensis--- H150 11.99 11.31 3.77 11.74 Keterangan : Untuk var. Cantaloupensis, a = nyata lebih tinggi dari H150 dan b= nyata lebih
rendah dari H150. Untuk var Inodorus, a=nyata lebih tinggi dari H7 dan b=nyata lebih rendah dari H7 menurut Uji Kontras pada taraf 5%
Untuk varietas Cantaloupensis, H150 memiliki bobot buah yang tidak
berbeda nyata dengan hibrida Ten Me dan Angel (Tabel 9). Sedangkan untuk
varietas Inodorus, hanya hibrida New Century (1.6 kg) yang memiliki bobot buah
lebih tinggi dibandingkan H7 (1.34 kg).
Kerapatan jarak tanam juga mempengaruhi karakter produksi buah melon.
Hal ini berkaitan dengan ketatnya persaingan dalam mendapatkan unsur hara dan
cahaya. Jarak tanam yang terlalu rapat menghasilkan buah yang berukuran kecil
dan lebih mudah terserang hama penyakit. Dari penelitian Kultur et al. (2001)
diperoleh melon genotipe Birdnest 1, Birdnest 2 dan Mission (Vines Type) yang
ditanam dengan jarak tanam lebih rapat (35 cm dalam barisan) menghasilkan
bobot buah lebih rendah dibanding dengan jarak tanam lebih lebar (70 cm dalam
barisan) dan jumlah buah per hektar nya lebih banyak.
Hibrida H150 memiliki kekerasan kulit buah 0.99 kg/cm2 dan nyata lebih
keras dibandingkan dengan dua hibrida lainnya pada uji kontras pada taraf 5%
(Tabel 9).Ten Me dan Angel masing-masing memiliki kekerasan kulit buah 0.96
kg/cm2 dan 0.92 kg/cm2. Pada varietas Inodorus, H7 memiliki kekerasan kulit
buah yang tidak berbeda nyata dengan keempat hibrida lainnya
Kualitas buah melon sangat erat kaitannya dengan kandungan PTT. Buah
melon yang mempunyai tingkat kemanisan tinggi merupakan salah satu kriteria
melon yang berkualitas tinggi memiliki kadar PTT 9%-11% (Rubatzky dan
Yamaguchi, 1999).
Dari Tabel 8 diketahui bahwa, H150 (10.02%Brix) memiliki tingkat
kemanisan yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan hibrida Ten Me
(8.81%Brix) tetapi hibrida ini masih memiliki kemanisan lebih rendah daripada
Angel (11.60%Brix). Hibrida Inodorus rakitan PKBT (H7) memiliki tingkat
kemanisan yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan semua hibrida introduksi
kecuali Apollo. Berturut-turut kadar PTT yaitu 10.50%Brix untuk H7, 8.99%Brix
untuk Honey Globe, 8.97%Brix untuk New Charm, 8.53%Brix untuk New
Century dan 9.15%Brix untuk hibrida Apollo.
Rendahnya nilai PTT dapat disebabkan oleh keadaan cuaca yang kurang
menguntungkan, seperti hujan yang terus menerus sehingga lamanya penyinaran
oleh matahari kurang dari 12 jam per harinya dan kondisi buah yang belum
mencapai tingkat kemasakan optimal ketika panen dilakukan. Menurut Paje dan
van der Vossen (1994), pematangan buah terjadi selama 10 hari menjelang panen
ketika gula terakumulasi dalam daging buah kemudian jala di permukaan buah
sudah terbentuk.
Dari Tabel 9 juga diketahui nilai KK tertinggi untuk karakter bobot buah
dicapai oleh hibrida New Charm (20.9%) dan tertinggi oleh hibrida Apollo
(29.66%). Hibrida H150 rakitan PKBT memiliki nilai KK terendah untuk karakter
kekerasan kulit buah yaitu 1.23%. Sedangkan H7 memiliki nilai KK tertinggi
(5.96%) untuk karakter yang sama. Selain itu hibrida H7 memiliki nilai KK yang
paling rendah untuk karakter Padatan Terlarut Total yaitu 15.31%. Nilai KK
Tabel 9. Nilai Rataan dan Nilai Koefisien Keragaman (KK) Karakter Bobot Buah, Kekerasan Kulit Buah dan PTT Delapan Hibrida Melon
Bobot Buah Kekerasan Kulit Buah PTT Hibrida
(kg) KK (%) (kg/cm2) KK (%) (%Brix) KK (%) ---Var. Cantaloupensis--- H150 1.06 27.74 0.99 1.23 10.02 17.54 Keterangan : Untuk var. Cantaloupensis, a = nyata lebih tinggi dari H150 dan b= nyata lebih
rendah dari H150. Untuk var Inodorus, a=nyata lebih tinggi dari H7 dan b=nyata lebih rendah dari H7 menurut Uji Kontras pada taraf 5%
Dari perhitungan KK dalam hibrida dapat dilihat bahwa terdapat
perbedaan tingkat sensitifitas dari setiap karakter kuantitatif yang diamati terhadap
perubahan lingkungan. Secara keseluruhan karakter bobot buah merupakan
karakter yang paling sensitif terhadap pengaruh lingkungan dibandingkan dengan
karakter kuantitatif lainnya. Hal ini dapat diketahui dari nilai KK untuk karakter
tersebut memiliki rataan terbesar (26.51%). Karakter umur panen memiliki nilai
rataan KK rendah menunjukan bahwa karakter tersebut kurang sensitif jika terjadi
perubahan lingkungan.
Perbandingan Karakter Kuantitatif Antar Grup Hibrida
Kedua grup varietas melon yang diuji memiliki keunggulan
masing-masing. Berdasarkan Tabel 10, diketahui bahwa asal hibrida berpengaruh terhadap
karakter diameter batang, umur berbunga hermaprodit, umur panen, kekerasan
kulit buah, panjang buah dan PTT. Hibrida introduksi memiliki umur berbunga
hermaprodit dan umur panen yang lebih genjah dibandingkan dengan hibrida
rakitan PKBT serta memiliki lingkar buah yang lebih besar. Namun demikian,
hibrida PKBT memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan hibrida
introduksi, antara lain diameter batang yang lebih besar, kulit buah yang lebih
Tabel 10. Nilai Rataan Karakter Delapan Hibrida Melon PKBT dan Introduksi
Karakter Hibrida PKBT
Hibrida
Introduksi F Hit
Uji Kontras
Umur Berbunga Jantan (HST) 17.00 15.83 3.94 tn Umur Berbunga Hermaprodit (HST) 26.50 25.06 12.23 ** Umur Panen (HST) 62.14 59.60 14.61 **
Bobot Buah (kg) 1.20 1.29 2.63 tn Lingkar Buah (cm) 39.70 39.60 0.01 tn
Kekerasan Kulit Buah (kg/cm2) 0.96 0.93 9.44 ** Diameter Buah (cm) 12.46 12.55 0.14 tn
Tebal Daging Buah (cm) 3.97 3.84 1.69 tn Panjang Buah (cm) 13.66 16.12 64.74 ** PTT (%Brix) 10.26 9.34 6.29 * Diameter Batang (cm) 1.12 1.00 24.85 **
Keterangan : **=tingkat signifikan 1%, *=tingkat signifikan 5%, tn=tidak berbeda nyata
Hasil uji kontras pada taraf 5% (Tabel 11) menunjukkan bahwa populasi
varietas Inodorus memiliki rataan umur panen yang lebih genjah (59.43 HST)
dibandingkan dengan varietas Cantaloupensis (61.58 HST). Selain itu bobot buah,
lingkar buah, diameter buah, panjang buah dan tebal daging buah varietas
Inodorus nyata lebih tinggi daripada varietas Cantaloupensis. Varietas ini
memiliki diameter batang yang lebih kecil dibandingkan dengan varietas
Cantaloupensis. Varietas Cantaloupensis juga memiliki kulit buah yang lebih
keras dan tingkat kemanisan yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas
Inodorus. Kekerasan kulit buah dan PTT untuk varietas Cantaloupensis yaitu
0.95 kg/m2 dan 10.14%Brix dan untuk varietas Inodorus yaitu 0.93 kg/m2 dan
Tabel 11. Nilai Rataan Karakter Delapan Hibrida Melon Varietas Cantaloupensis
dan Varietas Inodorus
Karakter Varietas
Cantaloupensis
Keterangan : **=tingkat signifikan 1%, *=tingkat signifikan 5%, tn=tidak berbeda nyata
Karakter Kualitatif
Semua hibrida yang diuji memiliki vigor tanaman yang tinggi, batang
utama yang berbentuk segilima dan berwarna hijau. Dari Tabel 12, diketahui
semua hibrida memiliki bentuk daun Pentalobate (berlekuk lima) kecuali Ten Me,
Angel dan New Century yang memiliki bentuk daun Entire (hampir bulat). Daun
kedua hibrida rakitan PKBT dan Apollo bertepi gerigi yang dalam dan ujung daun
yang tumpul, sedangkan kelima hibrida lainnya memiliki tepi daun bergerigi
sedang dan ujung daun yang membulat (Gambar Lampiran 9). Kedelapan hibrida
memiliki warna daun hijau dengan permukaan daun kasap dan berbulu.
Tabel 12. Data Kualitatif Daun Delapan Hibrida Melon
Berdasarkan Tabel 13, semua hibrida yang diuji memiliki warna kulit buah
muda putih kehijauan kecuali Apollo yang memiliki warna kulit buah muda
kuning cerah serta New Century dan H7 yang berwarna hijau tua. Hibrida Ten
Me, Angel dan H7 akan berganti warna kulit buah menjadi krem di akhir masa
pertumbuhannya. Honey Globe dan New Charm akan memiliki kulit buah tua
berwarna putih. Sedangkan New Century, Apollo dan H150 akan tetap memiliki
warna kulit buah yang sama dengan pada saat buah muda.
Hibrida H150, H7, Angel dan Honey Globe memiliki buah berbentuk bulat
sedangkan hibrida lainnya berbentuk lonjong. Kecuali H150, H7 dan Ten Me,
buah yang dipanen tidak memiliki aroma. Hibrida varietas Inodorus, New Charm
dan New Century memiliki jala buah yang halus tidak penuh. Sedangkan Honey
Globe dan Apollo tidak memiliki jala pada permukaan buah (Tabel 13).
Tabel 13. Data Kualitatif Buah Delapan Hibrida Melon
Hibrida Warna Kulit Buah Muda
Warna Kulit Buah Tua
Bentuk
Buah Aroma Buah Jala
H150 Putih Kehijauan Putih Kehijauan Bulat Wangi Berjala Penuh Ten Me Putih Kehijauan Krem Lonjong Wangi Berjala Penuh Angel Putih Kehijauan Krem Bulat Tidak Wangi Berjala Penuh H7 Hijau Tua Krem Bulat Wangi Berjala Penuh Honey Globe Putih Kehijauan Putih Bulat Tidak Wangi Tidak Berjala New Charm Putih Kehijauan Putih Lonjong Tidak Wangi Berjala New Century Hijau Tua Hijau Tua Lonjong Tidak Wangi Berjala Apollo Kuning Cerah Kuning Cerah Lonjong Tidak Wangi Tidak Berjala
Hibrida H150 memiliki daging buah yang berwarna jingga tua sedangkan
New Charm dan New Century memiliki warna daging jingga. Kelima hibrida
lainnya memiliki daging buah berwarna putih. Menurut Li Liu, at al., (2004),
melon yang memiliki tipe daging buah berwarna jingga cenderung memproduksi
zat etilen yang lebih banyak dan tingkat kerusakan pasca panen yang lebih tinggi
daripada melon dengan daging buah yang berwarna hijau atau putih.
Ketiga hibrida tipe Cantaloupensis memiliki tekstur daging yang berserat
halus dan kerenyahan yang sedang. New Charm dan New Century memiliki
tidak berserat dengan kerenyahan sedang. Honey Globe dan Apollo memiliki
tekstur daging yang sama yaitu halus tidak berserat dan renyah. Selain Angel dan
New Century yang memiliki rasa buah sangat manis, hibrida melon lainnya
memiliki rasa buah yang manis (Tabel 14).
Tabel 14. Data Kualitatif Daging Buah Delapan Hibrida Melon
Hibrida Warna Daging Tekstur Daging Kerenyahan Rasa Buah
H150 Jingga Tua Berserat Halus Sedang Manis Ten Me Putih Berserat Halus Sedang Manis
Angel Putih Berserat Halus Sedang Manis Sekali H7 Putih Halus Tidak Berserat Sedang Manis
Honey Globe Putih Halus Tidak Berserat Renyah Manis New Charm Jingga Berserat Halus Renyah Manis New Century Jingga Berserat Halus Renyah Manis Sekali Apollo Putih Halus Tidak Berserat Renyah Manis
Korelasi Antar Karakter Kuantitatif
Analisis korelasi digunakan untuk melihat keeratan hubungan antar sifat
satu dengan lainnya (Poepodarsono, 1988). Nilai koefisien korelasi digunakan
berkisar antara -1 sampai 1. Semakin mendekati nilai tersebut maka antara sifat
penduga dan sifat yang dituju memiliki hubungan yang semakin erat sehingga
pekerjaan seleksi akan semakin efektif. Nilai koefisien korelasi negatif artinya
semakin tinggi nilai suatu karakter maka nilai karakter lainnya semakin rendah
dan sebaliknya. Nilai koefisien korelasi positif artinya semakin tinggi nilai suatu
karakter maka semakin tinggi juga nilai karakter lainnya, demikian sebaliknya.
Berdasarkan Tabel 15, karakter bobot buah memiliki korelasi positif
sangat nyata terhadap karakter lingkar buah (r=0.765), diameter buah (r=0.851),
tebal daging buah (r=0.613) dan panjang buah (r=0.686). Karakter ini juga nyata
berkorelasi negatif terhadap karakter umur berbunga hermaprodit r=-0.470.
Karakter umur berbunga hermaprodit sangat nyata berkorelasi negatif terhadap
panjang buah r=-0.622.
Korelasi negatif antara karakter umur berbunga hermaprodit dan ukuran
buah (bobot buah dan panjang buah) menunjukkan bahwa semakin cepat
akan semakin besar. Hal ini diduga karena semakin lama fase generatif yang
dimiliki dalam proses pembesaran buah semakin lama.
Karakter umur panen berkorelasi sangat nyata (r=0.893) terhadap
kekerasan kulit buah. Karakter lingkar buah berkorelasi sangat nyata terhadap
karakter diameter buah dan karakter tebal daging buah berturut-turut r=0.912 dan
r=0.728. Diameter buah memiliki hubungan korelasi sangat nyata terhadap
karakter tebal daging buah (r=0.792).
Pada penelitian ini juga diperoleh karakter panjang buah sangat nyata
memiliki korelasi negatif terhadap karakter PTT (r=-0.519) dan karakter diameter
batang (r=-0.624). Karakter PTT yang berkorelasi nyata negatif dengan karakter
ukuran buah (panjang buah) menunjukkan bahwa semakin kecil ukuran buah
maka tingkat kemanisannya akan semakin tinggi. Hal ini dikuatkan dengan
penelitian Andriyani (2006) yang menyatakan bahwa kadar PTT berkorelasi
negatif terhadap karakter diameter buah, lingkar buah, tebal daging dan bobot
buah pada hibrida melon varietas Inodorus. Korelasi negatif antara kadar PTT dan
ukuran buah berhubungan dengan laju respirasi dan laju absorpsi tanaman
(Tjondronegoro, Harran dan Hamim, 1999). Pada suhu tinggi, kelembaban rendah
dan intensitas cahaya yang tinggi menyebabkan laju absorpsi rendah sedangkan
laju respirasi tinggi sehingga mengakibatkan tanaman menarik air dari buahnya.
Karakter PTT juga berkorelasi sangat nyata (r=0.577) terhadap karakter
diameter batang. Hal ini berhubungan dengan terdapatnya daerah pembesaran
sel-sel yang berada tepat di belakang titik tumbuh (Harjadi, 1989). Di mana apabila
terjadi pembesaran sel, maka vakuola-vakuola juga akan membesar dan secara
relatif mengisap air dalam jumlah besar serta membentuk dinding-dinding sel
yang lebih tebal. Peningkatan kadar PTT akan meningkatkan kualitas buah dan
karakter PTT sudah lama digunakan sebagai indikator tingkat kemanisan, rasa,
Tabel 15. Koefisien Korelasi Pearson antar Pasangan Karakter pada Delapan Hibrida Melon
Kesimpulan
Hibrida H150 memiliki potensi untuk dilepas sebagai varietas komersial
karena memiliki pertumbuhan vegetatif yang baik, warna daging jingga tua yang
sangat menarik, jala yang penuh dan merata, beraroma wangi, Padatan Terlarut
Total dan kekerasan kulit yang tinggi.
H7 untuk kultivar Inodorus memiliki bentuk buah bulat dengan kulit buah
yang berwarna krem dan bercorak hijau tua, daging buah yang tebal dan berwarna
putih dengan tekstur yang halus tidak berserat, beraroma wangi, rasa buah yang
manis dan kadar Padatan Terlarut Total yang paling tinggi dibandingkan dengan
hibrida Inodorus lainnya.
Hibrida rakitan PKBT memiliki diameter batang yang lebih besar, kulit
buah yang lebih keras dan kadar Padatan Terlarut Total yang lebih tinggi tetapi
memiliki umur berbunga hermaprodit dan umur panen yang lebih lama dan
lingkar buah yang lebih kecil dibandingkan dengan hibrida introduksi. Varietas
Cantaloupensis memiliki PTT, diameter batang dan kekerasan kulit buah yang
lebih tinggi tetapi memiliki umur panen yang lebih dalam dan ukuran buah yang
lebih kecil dibandingkan dengan varietas Inodorus.
Karakter bobot buah memiliki tingkat sensitifitas paling tinggi terhadap
pengaruh lingkungan dibandingkan dengan karakter kuantitatif lainnya. Dalam
penelitian ini diketahui pula bahwa PTT berkorelasi positif dengan diameter
batang. Selain itu PTT juga berkorelasi negatif terhadap panjang buah.
Saran
Perlu adanya penelitian lanjutan bagi hibrida H150 dan H7 pada area yang
lebih sesuai sehingga potensi karakter masing-masing hibrida tersebut terutama
DAFTAR PUSTAKA
Allard, R. W. 1960. Principles of Plant Breeding. John Wiley and Sons, New York. 485p.
Alvarez, J. M. 1998. Muskmelo (p512-521) In: S. S. Banga and S. K. Banga (Eds.). Hybrid Cultivar Development. Narosa Publishing. New Delhi, India.
Andriyani. 2006. Uji stabilitas tujuh hibrida harapan melon (Cucumis melo L.) hasil rakitan Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB pada dua musim. Skripsi. Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Bahar, H. dan S. Zen. 1993. Parameter genetik pertumbuhan tanaman, hasil dan komponen hasil jagung. Zuriat. 4(1):4-7
Banga, S. S. 1998. Heterosis; an introduction, p1-p6 In: S. S. Banga and S. K. Banga (Eds.). Hybrid Cultivar Development. Narosa Publishing. New Delhi, India.
BPPT. 2005. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan; Melon. http://www.iptek.net.id/ind/teknologi_pangan/index.php?id=238 [6 Desember 2006.
IPGRI. 2003. Descriptors for Melon (Cucumis melo L.). International Plant Genetic Resources Institute, Rome, Italy.
Darjanto dan S. Satifah. 1990. Pengetahuan Dasar Biologi Bunga dan Teknik Penyerbukan Silang Buatan. PT. Gramedia, Jakarta.
Delaphane, K. S. and Mayer D. F. 2000. Crop Pollination by Bees. CABI Publishing, New York. 344p.
Departemen Pertanian. Direktorat Tanaman Buah. Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. 2004. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi
Buah-buahan Tahun 2003.
http://www.deptan.go.id/ditbuah/Komoditas/data_melon.htm [6 Desember 2006].
.2004. Melon, Buah Segar Berpotensi. http://www.deptan.go.id/ditbuah/Berita/melon.htm [6 Desember 2006].
Fisher, N. M. 1992. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman: Fase vegetatif, hal 156-213 Dalam: P.R. Goldworthy dan N. M. Fisher (Eds.). Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gajahmada University Press, Yogyakarta.
Gomez, K. A. dan A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistika untuk Penelitian Pertanian. Edisi Kedua. Universitas Indonesia Press, Jakarta. 698hal.
Hallauer, A. R. and J. B. Miranda. 1995. Quantitative Genetic in Maize Breeding. 2nd. Iowa State University Press, Ames. United Statea of Amerika. 468p.
Harjadi, S. S. 1989. Dasar-dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 506 hal.
Kultur, F., H. C. Harison and J. E. Staub. 2001. Spacing and genotype affect fruit concentration, yield and fruit size of muskmelo. Hort Science, 36(2):274-278.
Li Liu, F. Kakihara and M. Kato. 2004. Characterization of six varieties of Cucumis melo L. based on morphological and physiological characters, including shelf-life of fruit. Euphytica 135(3):305-313.
Long, R. L., K. B. Walsh, G. Rogers and D. J. Midmore. 2004. Source-sink manipulation to increase melon (Cucumis melo L.) Fruit biomass and soluble sugar content. Australian Journal of Agricultural Research, 55(12):1241-1251.
Makmur, A. 1992. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Rieneka Cipta, Jakarta. 79 hal.
Mattjik, A. A. 2005. Interaksi Genotipe dan Lingkungan dalam Penyediaan Sumberdaya Unggul. Orasi Ilmiah. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Mattjik, A. A. dan M. Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan: Dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Departemen Statistika. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Monforte, A.J., M. Oliver, M. J. Gonzalo, J. M. Alvarez, R. Dolcet-Sanjuan and P. Arus. 2004. Identification of quantitatifve trait loci envolved in fruit quality traits in melon (Cucumis melo L.). Theor Appl Genet. 108:750-758
Muhtar, M. A. 2005. Evaluasi karakteristik hortikultura 20 genotipe melon (Cucumis melo L.) hasil pemuliaan Pusat Kajian Buah-buahan Tropika IPB. Skripsi. Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Paje, M. M. dan H, M, van der Vossen. 1994. Cucumis melo L., p153-157 In: J.S. Siemonsma and K. Piluek (Eds.) Prosea 8; Vegetables. Prosea Foundation, Bogor.
Poespodarsono, S. 1988. Dasar-dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 169hal.
Qosim, W., A. A. Kurniawan, B. Marwoto dam D. S. Badriah. 2000. Stabilitas parameter genetic mutan-mutan generasi VM3. Laporan Hasil Penelitian, Universitas Padjajaran dan Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Hias, Bandung.
Robinson, R. W. 2000. Rational and methods for producing hybrid Cucurbits seed (p1-37) In: A. S. Basra (Ed.) Hybrid Seed in Vegetable; Rational and Methods in Selected Crops. Haworth Press, New York.
Robinson, R. W. and D. S. Decker-Walters. 1999. Cucurbits. CAB International, New York. 226p.
Rubatzky, V. E. dan M. YAmaguchi. 1999. Sayuran Dunia 3; Prinsip, Produksi dan Gizi. Institut Teknologi Bandung, Bandung. 292hal.
Ryugo, K. 1988. Fruit Culture, Its Science and Art. John Wiley and Son, New York. 116p.
Sitompul, S. M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gajahmada University Press, Yogyakarta. 412 hal.
Soedarsono. 1989. Budidaya tanaman melon Dalam: Harjadi, S. S. (Ed.). Dasar-dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Tjonronegoro, P. D., Harran. S dan Hamim. 1999. Fisiologi Tumbuhan Dasar Jilid I. Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 244 hal.
Tingle, C. H. and J. M. Chandler. 2003. Influence of environmental factors on smellmelon (Cucumis melo var. dudaim Naud.) germination, emergence, and vegetative growth. Weed Science, 51 :56-59.
Wehner, T. C. 2005. Watermelon crop information, horticultural traits.
http://cuke.hort.nscu.edu/cucurbit/wmelon/wmelonmain.html. [6 Desember 2006].
Lampiran 1. Deskripsi Hibrida H 150
Nama Hibrida : H 150
Asal Benih : PKBT IPB
Jenis Benih : Hibrida Vigor Tanaman : Tinggi Bentuk Batang : Segilima Diameter Batang (cm) : 1.12 Warna Batang : Hijau Bentuk Daun : Pentalobate Tepian Daun : Bergerigi dalam
Ujung Daun : Tumpul
Warna Daun : Hijau
Permukaan Daun : Berbulu-Berkerut Umur Berbunga Jantan (HST) : 16.7
Umur Berbunga Hermaprodit (HST) : 26.3 Umur Panen (HST) : 65.01
Bentuk Buah : Bulat
Panjang Buah (cm) : 13.28 Diameter Buah (cm) : 11.99 Lingkar Buah (cm) : 38.25
Warna Kulit Buah Muda : Putih Kehijauan Warna Kulit Buah Tua : Putih Kehijauan
Jala : Berjala Penuh
Ketebalan Daging Buah (cm) : 3.77 Warna Daging Buah : Jingga Tua Tekstur Daging Buah : Berserat Halus
Rasa Buah : Manis
Aroma Buah : Wangi
PTT (%Brix) : 10.02 Bobot Buah (kg) : 1.06
Kekerasan Kulit Buah (kg/cm2) : 0.99
Lampiran 2. Deskripsi Hibrida Ten Me
Nama Hibrida : Ten Me
Asal Benih : Taiwan
Jenis Benih : Hibrida Vigor Tanaman : Tinggi Bentuk Batang : Segilima Diameter Batang (cm) : 1.08 Warna Batang : Hijau Bentuk Daun : Entire
Tepian Daun : Bergerigi sedang
Ujung Daun : Membulat
Warna Daun : Hijau
Permukaan Daun : Kasap - Berbulu Umur Berbunga Jantan (HST) : 16.3
Umur Berbunga Hermaprodit (HST) : 25.3 Umur Panen (HST) : 60.49 Bentuk Buah : Lonjong Panjang Buah (cm) : 15.23 Diameter Buah (cm) : 12.53 Lingkar Buah (cm) : 39.03
Warna Kulit Buah Muda : Putih Kehijauan Warna Kulit Buah Tua : Krem
Jala : Berjala Penuh
Ketebalan Daging Buah (cm) : 3.55 Warna Daging Buah : Putih
Tekstur Daging Buah : Berserat Halus
Rasa Buah : Manis
Aroma Buah : Wangi
PTT (%Brix) : 8.81 Bobot Buah (kg) : 1.24
Kekerasan Kulit Buah (kg/cm2) : 0.96
Lampiran 3. Deskripsi Hibrida Angel
Nama Hibrida : Angel
Asal Benih : Taiwan
Jenis Benih : Hibrida Vigor Tanaman : Tinggi Bentuk Batang : Segilima Diameter Batang (cm) : 1.12 Warna Batang : Hijau Bentuk Daun : Entire
Tepian Daun : Intermediate
Ujung Daun : Membulat
Warna Daun : Hijau
Permukaan Daun : Kasap - Berbulu Umur Berbunga Jantan (HST) : 15.0
Umur Berbunga Hermaprodit (HST) : 25.3 Umur Panen (HST) : 59.25
Bentuk Buah : Bulat
Panjang Buah (cm) : 13.16 Diameter Buah (cm) : 11.83 Lingkar Buah (cm) : 37.53
Warna Kulit Buah Muda : Putih Kehijauan Warna Kulit Buah Tua : Krem
Jala : Berjala Penuh
Ketebalan Daging Buah (cm) : 3.74 Warna Daging Buah : Putih
Tekstur Daging Buah : Berserat Halus Rasa Buah : Manis Sekali Aroma Buah : Tidak Wangi PTT (%Brix) : 11.60
Bobot Buah (kg) : 1.00
Kekerasan Kulit Buah (kg/cm2) : 0.92