• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Padi Berdasarkan Pendekatan Pedo-Agroklimat di Kabupaten Kutai Kartanegara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Padi Berdasarkan Pendekatan Pedo-Agroklimat di Kabupaten Kutai Kartanegara"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KESESUAIAN

LAHAN

UNTUK WMODPTAS PAD1

BERDASARKAN PENDEKATAN PEDO-AGROKILIMAT

DI KABUPATEN KUTAI KARTANEG

RUDIN HAMSYAH

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSl

DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan

ini

saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Evaluasi Kesesuaian

Lahan Untuk Komoditas Padi Berdasarkan Pendekatan Pedo-Agroklimat di

Kabupaten Kutai Kartanegara adalah hasil karya saya sendiri dengan

arahan

dosen pembimbing dan belum pemah diajukan pada perguruan tinggi manapun

atau lembaga akademik lain untuk tujuan memperoleh gelar akademik tertentu.

Bahan mjukan berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam teks da11 dicantumkan dalarn

Daftar

Pustaka

di

bagian

akhir

skripsi

ini.

Bogor, Desember

2009

Rudin

Hcrrnsyah

(3)

ABSTRACT

RUDIN HAMSYAH. Land Suitability Evaluation for Rice Commodity Rased on Pedo- Agroclimate Approach in Kutai Kartanegara Region. Under direction of IMPRON and EIENY

SUHARSONO

Land suitability evaluation for agricultural commodity can be marranged based on pedo- agroclimate approach. This is caused every k i d of plant have a spesific growth requirement to grow and rise optimally suitable with the climate, land, topography region characteristic. The aim of this research is knowing land suitable class for "Sawah" rice and "Gogo" rice in Kutai Kartanegara region by pedo-agroclimate approach. The method used in this research is matching pedo-agroclmate condition data at the region being discussed by land suitability class criteria for "Sawah" rice and "Gogo" rice which is composed by Land Resource Evaluation And Planning I1

in 1994 and Land Research Center in 2003, modified by Hardjowigeno and Widiatmaka (2007). Land suitability classification system being used is actual system according to Food and Agriculture Organization (1976). Actual pedo-agroclimate suitable classes for "Sawah" rice in Kutai Kartanegara Region and it's area are marginally suitable with limiting factors of erruption risk level and root media (S3er) cover 20.886 ha (0,8%), permanently not suitable with limiting factors of errnption risk level and soil fertility (N2ef) cover 32.273 ha (1,2%), permanently not suitable with limiting factor of soil fertility (N20 covers 388.727 ha (14,3%), currently suitable with limiting factor of errnption risk level (Nle) covers 528.134 ha (19,4%), marginally suitable with limiting factor of root media (S3r) covers 662.492 ha (24,3%), and pe~manently not suitable with limiting factor of erruption risk level (N2e) covers 092.979 ha (40,1%). Actual pedo- agroclimate land suitable class for "Gogo" rice in Kutai Kartanegara region and it's area is moderately suitable with limiting factor of ermption risk level, soil fertility, and root media (S2ek) cover 20.382 ha (0,7%), permanently not suitable with limiting factor of soil fertility (N2f) covers 421.086 ha (15,4%), moderately suitable with limiting factors of soil fertility and root media (S2k) cover 674.880 ha (24,8%), and marginaly suitable class with limiting factor of errnption risk level (S3e) covers 1.609.143 ha (59%).

(4)

RUDlN HAMSYAH. Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Padi Berdasarkan Pendekatan Pedo-Agroklimat di Kabupaten Kutai Kartanegara. Dibimbing oleh IMPRON DAN HENY SUHARSONO.

Evaluasi kesesuaian lahan untuk suatu komoditas pertanian dapat disusun herdasarkan pendekatan pedo-agroklimat. Hal tersebnt dikarenakan setiap jenis tanaman mempunyai syarat tumbuh tertentu untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesnai dengan karakteristik lahan (ilim, tanah, dan topografi) suatu wilayah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelas kesesuaian la bar^ untuk tanaman padi sawah dan padi gogo di Kabupaten Kutai Kartanegam melalui pendekatan beberapa aspek p e d w ~.

ngroklin~at; yaitu kelcrengan, jenis tanah, curah hujan, dan suhu utlara. 'l'ujllan loin dari penelitian ini odalah untuk mengelahui kari~kterislik sumbcr daya lahan di Kutai Kulanegara. Mctode yang diynakan dalam penelitian ini adalah dengan proses pencocokan (nlaiching) data kondisi pedo- agroklimat wilayah kajian dengan kriteria kelas kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah d m padi gogo yang disnsun oleh Land Resource Evaluation And Planning (LRPE) I1 1994 dan Pusat Penelitian Tanah (PPT) 2003, dimodifikasi oleh Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007). Sistem klasifikasi kesesuaian lahan yang digunakan adalah sistem kesesuaian lahan aktual mennrut F A 0 (1976). Pembuatan peta kesesuaian pedo-agroklimat menggunakan ArcView GIs 3.3.

Secara umnm, wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara dengan lnas sekitar 27.263,l l d

terbagi atas lima kelas elevasi, mulai dari 0-7 m.dp1 sampai dengan diatas 500 m.dpl dengan tingkat kemiringan 0->40%. Empat jenis tanah utama yang tersebar di wilayah Kutai Kartanegam adalah ultisols (31,6%), entisols (27,9%), kompleks uliisosl, inceptisols, dan ei~tisols (27,7%), dan histosols(l2,8%). Karakteristik iklim Kutai Kartanegara adalah hujan tropika humida (Af) dengan suhu udara rata-rata tahunan sekitar 23,3->26,3 OC. Jumlah cwah hujan wilayah berkisar antara 2.000-4.000 mmltahun.

Kelas kesesuaian pedo-agroklimat secara aktual untuk tanaman padi sawah di Kabupaten Kutai Kartanegara beserta luasannya adalah sesuai marginal dengan faktor pembatas tingkat bahaya erosi dan media perakaran (S3er) seluas 20.886 ha (0,8%), tidak sesuai selamanya dengan faktor pembatas tingkat bahaya erosi dan retensi hara (N2ef) selnas 32.273 ha (1,2%), tidak sesuai untuk selamanya, faktor pembatas retensi hara (N2f) seluas 388.727 ha (14,3%), tidak sesuai saat h i , faktor pembatas tingkat bahaya erosi (Nle) seluas 528.134 ha (19,4%), sesuai marginal dengan faktor pembatas media perakaran (S3r) dengan luas 662.492 ha (24,3%), dan kelas tidak sesuai selamanya, faktor pembatas tingkat bahaya erosi (N2e) seluas 1.092.979 ha (40,1%).

Kelas kesesuaian lahan pedo-agroklimat secara aktual untuk tanaman padi gogo di Kabupaten Kutai Kartanegara beserta luasannya adalah cukup sesuai dengan faktor pembatas tingkat bahaya erosi, retensi hara, dan media perakaran (S2ek) seluas 20.381 ha (0,7%), tidak sesuai selamanya dengan faktor pembatas retensi hara (N2f) seluas 421.086 ha (15,4%), cukup sesuai dengan faktor pembatas retensi hara dan media perakaran (S2fr) seluar 674.880 ha (24,8%), dan kelas sesuai marginal dengan faktor pembatas tingkat bahaya erosi (S3e) dengan luas 1.609.143 ha

(59%).

Lahan dengan faktor pembatas media perakaran (drainase) dapat dilakukan usaha perbaikan dengan cara pembuatan saluran drainase yang sesnai dengan kondisi lahan setempat Untuk faktor penghambat tingkat bahaya erosi (lereng), usaha perbaikan yang dapat dilakukan ialah pembuatan teras, penanaman sejajar kontur, dan penanaman penutupan lahan. Sedaugkan untuk faktor penghambat retensi hara (pH), dapat dilakukan usaha pengapuran. Usaha perbaikan dapat dilakukan pada tingkat sedang sampai tinggi.

(5)

EVALUASI

KESESUAIAN

LAAAN UNTUK KQMOUITAS PAD1

BERDASARKAN PENDEKATAN PEDO-AGROKLIIMAT

DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

RUDW HAMSYAH

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains (S.Si) pada

Departemen Geofisika dan Meteorologi

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METlEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)

EVALUASI KESESUAIAN

LAHAN

UNTUK WMODPTAS PAD1

BERDASARKAN PENDEKATAN PEDO-AGROKILIMAT

DI KABUPATEN KUTAI KARTANEG

RUDIN HAMSYAH

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(82)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSl

DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan

ini

saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Evaluasi Kesesuaian

Lahan Untuk Komoditas Padi Berdasarkan Pendekatan Pedo-Agroklimat di

Kabupaten Kutai Kartanegara adalah hasil karya saya sendiri dengan

arahan

dosen pembimbing dan belum pemah diajukan pada perguruan tinggi manapun

atau lembaga akademik lain untuk tujuan memperoleh gelar akademik tertentu.

Bahan mjukan berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam teks da11 dicantumkan dalarn

Daftar

Pustaka

di

bagian

akhir

skripsi

ini.

Bogor, Desember

2009

Rudin

Hcrrnsyah

(83)

ABSTRACT

RUDIN HAMSYAH. Land Suitability Evaluation for Rice Commodity Rased on Pedo- Agroclimate Approach in Kutai Kartanegara Region. Under direction of IMPRON and EIENY

SUHARSONO

Land suitability evaluation for agricultural commodity can be marranged based on pedo- agroclimate approach. This is caused every k i d of plant have a spesific growth requirement to grow and rise optimally suitable with the climate, land, topography region characteristic. The aim of this research is knowing land suitable class for "Sawah" rice and "Gogo" rice in Kutai Kartanegara region by pedo-agroclimate approach. The method used in this research is matching pedo-agroclmate condition data at the region being discussed by land suitability class criteria for "Sawah" rice and "Gogo" rice which is composed by Land Resource Evaluation And Planning I1

in 1994 and Land Research Center in 2003, modified by Hardjowigeno and Widiatmaka (2007). Land suitability classification system being used is actual system according to Food and Agriculture Organization (1976). Actual pedo-agroclimate suitable classes for "Sawah" rice in Kutai Kartanegara Region and it's area are marginally suitable with limiting factors of erruption risk level and root media (S3er) cover 20.886 ha (0,8%), permanently not suitable with limiting factors of errnption risk level and soil fertility (N2ef) cover 32.273 ha (1,2%), permanently not suitable with limiting factor of soil fertility (N20 covers 388.727 ha (14,3%), currently suitable with limiting factor of errnption risk level (Nle) covers 528.134 ha (19,4%), marginally suitable with limiting factor of root media (S3r) covers 662.492 ha (24,3%), and pe~manently not suitable with limiting factor of erruption risk level (N2e) covers 092.979 ha (40,1%). Actual pedo- agroclimate land suitable class for "Gogo" rice in Kutai Kartanegara region and it's area is moderately suitable with limiting factor of ermption risk level, soil fertility, and root media (S2ek) cover 20.382 ha (0,7%), permanently not suitable with limiting factor of soil fertility (N2f) covers 421.086 ha (15,4%), moderately suitable with limiting factors of soil fertility and root media (S2k) cover 674.880 ha (24,8%), and marginaly suitable class with limiting factor of errnption risk level (S3e) covers 1.609.143 ha (59%).

(84)

RUDlN HAMSYAH. Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Padi Berdasarkan Pendekatan Pedo-Agroklimat di Kabupaten Kutai Kartanegara. Dibimbing oleh IMPRON DAN HENY SUHARSONO.

Evaluasi kesesuaian lahan untuk suatu komoditas pertanian dapat disusun herdasarkan pendekatan pedo-agroklimat. Hal tersebnt dikarenakan setiap jenis tanaman mempunyai syarat tumbuh tertentu untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesnai dengan karakteristik lahan (ilim, tanah, dan topografi) suatu wilayah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelas kesesuaian la bar^ untuk tanaman padi sawah dan padi gogo di Kabupaten Kutai Kartanegam melalui pendekatan beberapa aspek p e d w ~.

ngroklin~at; yaitu kelcrengan, jenis tanah, curah hujan, dan suhu utlara. 'l'ujllan loin dari penelitian ini odalah untuk mengelahui kari~kterislik sumbcr daya lahan di Kutai Kulanegara. Mctode yang diynakan dalam penelitian ini adalah dengan proses pencocokan (nlaiching) data kondisi pedo- agroklimat wilayah kajian dengan kriteria kelas kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah d m padi gogo yang disnsun oleh Land Resource Evaluation And Planning (LRPE) I1 1994 dan Pusat Penelitian Tanah (PPT) 2003, dimodifikasi oleh Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007). Sistem klasifikasi kesesuaian lahan yang digunakan adalah sistem kesesuaian lahan aktual mennrut F A 0 (1976). Pembuatan peta kesesuaian pedo-agroklimat menggunakan ArcView GIs 3.3.

Secara umnm, wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara dengan lnas sekitar 27.263,l l d

terbagi atas lima kelas elevasi, mulai dari 0-7 m.dp1 sampai dengan diatas 500 m.dpl dengan tingkat kemiringan 0->40%. Empat jenis tanah utama yang tersebar di wilayah Kutai Kartanegam adalah ultisols (31,6%), entisols (27,9%), kompleks uliisosl, inceptisols, dan ei~tisols (27,7%), dan histosols(l2,8%). Karakteristik iklim Kutai Kartanegara adalah hujan tropika humida (Af) dengan suhu udara rata-rata tahunan sekitar 23,3->26,3 OC. Jumlah cwah hujan wilayah berkisar antara 2.000-4.000 mmltahun.

Kelas kesesuaian pedo-agroklimat secara aktual untuk tanaman padi sawah di Kabupaten Kutai Kartanegara beserta luasannya adalah sesuai marginal dengan faktor pembatas tingkat bahaya erosi dan media perakaran (S3er) seluas 20.886 ha (0,8%), tidak sesuai selamanya dengan faktor pembatas tingkat bahaya erosi dan retensi hara (N2ef) selnas 32.273 ha (1,2%), tidak sesuai untuk selamanya, faktor pembatas retensi hara (N2f) seluas 388.727 ha (14,3%), tidak sesuai saat h i , faktor pembatas tingkat bahaya erosi (Nle) seluas 528.134 ha (19,4%), sesuai marginal dengan faktor pembatas media perakaran (S3r) dengan luas 662.492 ha (24,3%), dan kelas tidak sesuai selamanya, faktor pembatas tingkat bahaya erosi (N2e) seluas 1.092.979 ha (40,1%).

Kelas kesesuaian lahan pedo-agroklimat secara aktual untuk tanaman padi gogo di Kabupaten Kutai Kartanegara beserta luasannya adalah cukup sesuai dengan faktor pembatas tingkat bahaya erosi, retensi hara, dan media perakaran (S2ek) seluas 20.381 ha (0,7%), tidak sesuai selamanya dengan faktor pembatas retensi hara (N2f) seluas 421.086 ha (15,4%), cukup sesuai dengan faktor pembatas retensi hara dan media perakaran (S2fr) seluar 674.880 ha (24,8%), dan kelas sesuai marginal dengan faktor pembatas tingkat bahaya erosi (S3e) dengan luas 1.609.143 ha

(59%).

Lahan dengan faktor pembatas media perakaran (drainase) dapat dilakukan usaha perbaikan dengan cara pembuatan saluran drainase yang sesnai dengan kondisi lahan setempat Untuk faktor penghambat tingkat bahaya erosi (lereng), usaha perbaikan yang dapat dilakukan ialah pembuatan teras, penanaman sejajar kontur, dan penanaman penutupan lahan. Sedaugkan untuk faktor penghambat retensi hara (pH), dapat dilakukan usaha pengapuran. Usaha perbaikan dapat dilakukan pada tingkat sedang sampai tinggi.

(85)

EVALUASI

KESESUAIAN

LAAAN UNTUK KQMOUITAS PAD1

BERDASARKAN PENDEKATAN PEDO-AGROKLIIMAT

DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

RUDW HAMSYAH

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains (S.Si) pada

Departemen Geofisika dan Meteorologi

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METlEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)

EVALUASI KESESUAIAN

LAHAN

UNTUK WMODPTAS PAD1

BERDASARKAN PENDEKATAN PEDO-AGROKILIMAT

DI KABUPATEN KUTAI KARTANEG

RUDIN HAMSYAH

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(92)
(93)

tehologi budaya tanaman, ternak, dan ikan ialah pemetaan kesesuaian lahan untuk pengekbangan komoditas tanaman pangan, iernak, danikan di wilayah Kutai ~artinegara (BAPPEDA Kutai Kartanegara, 2008).

Program pengembangan komoditas padi sawah dan padi gogo di Kutai Kartanegara hams menggunakan suatu perencanaan yang matang. Hal ini bertujuan untuk mencapai tingkat produktivitas yang diginkan. Perlu disadari bahwa tingkat produktivitas dipengaruhi oleh potensi genetik, kondisi lingkungan, d m manajemen pengelolaan tanaman yang baik.

Suatu analisis perencanaan pertanian tidak akan terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, diantaranya yang utama adalah lingkungan fisik (tanah dan iklim). Dalam analisis awal faktor tanah dipertirnbangkan sebagai faktor yang relatif dapat diiodifkasi, sedangkan faktor iklim dalam skala meso hingga makro mempakan faktor yang tidak dapat dimodimasi pjaenndin et al. 2002). Untuk itu dalam suatu perencanaan pertanian, analisis iklim dan karakterisasi sumber daya iklim mempakan ha1 penting yang mendukung keberhasilan perencanaan tersebut.

Perlu disusun sebuah studi evaluasi lahan untuk menentukan kelas kesesuaian lahan berdasarkan pendekatan pedo-agroklimat dalam m g k a pengembangan potensi budidaya tanaman padi sawah dan padi gogo di Kutai Kartanegara. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui potensi-potensi wilayah di Kutai Kartanegara yang memiliki kelayakan untuk pengembangan budidaya padi sawah dan padi gogo sesuai dengan kondisi pedo- agroklimat setempat.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan utama dilaksanakannya penelitian ini ialah untuk mengetahui tingkat kelas kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah dan padi gogo di Kabupaten Kutai Kartanegara melalui pendekatan beberapa aspek pedo-agrokliiat; yaitu kelerengan, jenis tanah, curah hujan, dan suhu ndam. Tujuan lain dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik sumber daya lahan (iklim, tanab, dan terrain) di Kutai Kartanegara.

1.3 Perurnusan Masalah Penelitian

Salah satu kebijakan pembangunan di bidang pettanian tanaman pangan yang dicanangkan oleh Pemerintah Daerah Kutai Kaganegara yang ditejemahkan dalam

program Gerakan Pem1)erdayaa.n Masyarakat Kutai (GERBANG DAYAKU) edisi ke-2 adalah dengan ditetapkannya berbagai kawasan sentra produksi komoditas pertanian. Penetapan ini didasarkan atas berbagai pertimbangan strategis sesuai dengan kondisi biofisik wilayah, sosial ekonomi dan budaya masyarakat. Namnn, terdapat indiiasi bahwa kajian iklim dalam penetapan berbagai kawasan sentra prodrlksi tersebut belum memadai (komprehensif).

Berdasarkan bal te~sebut di atas, maka pertanyaan penelitian yang akan diiaji dalam penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimana kondisi tanah, sifat, dan penyebarannya di wilayah Kutai Kartanegara?

2. Bagaimana karakteristik iklim di wilayah Kutai Kartanegara?

3. Bagaimana kondisi biofisik yang sesuai untuk syarat turnbull tanaman padi sawah dan padi gogo di Kutai Kartanegara? 4. Bagaimana tingkat kesesuaian lahan di

Kutai Kartanegara untuk tanaman padi sawah dan padi gogo?

5. Wilayah-wilayab mana saja yang berpotensi unhlk pengembagan komoditas padi sawah dan padi gogo? 1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan info~masi secara utuh tentang kondisi pedo-agrokliiat Kutai Kattanegara. Informasi ini akan memudahkan bagi pengguna dalam merencanakan lokasi sentra komoditas padi yang hams dikembangkan dan kebutuhan teknologi yang sesuai (spesifik lokasi) di masing-masing zona pedo- agroklimat.

2. Memberikan kemudahan bagi pemerintah daerah Kutai Kartanegara untuk merencanakan pengembangan di bidang pertanian tananian pangan, khususnya komoditas padi.

3. Sebagai arahan bagi pemerintah daerah Kutai Kartanegara dalam menetapkan arah kegiatan pengembangan sentra komoditas padi berdasarkan peta zona pedo-agroklimat wiklyah.

(94)

II.

TINJAUAN

PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Kabupaten Kntai Kartanegara

Kabupaten Kutai Kartanegam merupakan salah satu dari 13 KabupatenIKota yang terdapat di Provinsi Kalimantan Timur. Dari ibu kota Provinsi Kalimantan Timur (Samarinda) ke Tenggarong (Ibu kota Kabupaten Kutai Kartanegara), cukup ditempuh dengan perjalanan darat selama 30-45 menit (sekitar

25

km).

Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki luas wilayah daratan sekitar 27.263,l km2

terletak antara 115"26'28" Bujur Timur sampai dengan 117'36'43" Bujur T i u r dan

128'21" Lmtang Utara sampai dengan

1'08'06" Lintang Selatan (BAPPEDA Kutai Kartanegara, 2008).

Kabupaten Kutai Kartanegara mempakan wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Malinau, Kutai Timur dan Kota Bontang pada sisi sebelah utara. Sisi sebelah timur berbatasan dengan Selat Makasar, sebelah selatan berbatasan deugan Kota Balikpapan dan juga Kabupaten Penajam Paser Utam, dan sisi sebelab barat berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat (BAPPEDA Kutai Kartanegara, 2008).

Kabupaten Kutai Kartanegara terbagi atas 18 Kecamatan. Keseluruhan Kecamatan

tersebut adalah Sa~nbuja, Muara Jawa, Sanga- Sanga, Loa Janan, Loa Kulu, Muara Muntai, Muara Wis, Kota Bangun, Tenggarong, Sebulu, Tenggarong Seberang, Anggana, M u m Badak, Mamng Kayu, M u m Kaman, Kenohan, Kembang Janggut dan Tabang. Luas wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara per Kecamatan dapat difihat pada Tabel 1 .

Perangkat pemerintah daerah yaug secara khusus menangani bidang pertanian tanaman pangan di Kutai Kaxtanegara ialah Dinas Pertanian Tanaman Pangan.

Berdasarkan Peraturan Daelah Nomer 39

Tahun 2000 tentang Sbuktur Pemerintahan Daerah, Diias Pertaniau Kutai Kartanegara mempakan perangkat daerah yang mempunyai tugas pokok dalam melaksanakan keweuangan otonomi daerah di Bidang Pertanian Kabupaten Kutai Kahauegara. Dalam menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Dinas Pertanian mempunyai fungsi :

1. Memuskan kebijakan teknis di

bidang pertanian tanaman pangan.

2. Pemberiaan perizinan dan pelaksanaan pelayanan mum di bidang pertanian tanaman pangan.

3. Pembinann terhadap pelaksanaan teknis dinas dan Cabang Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kutai Kamnegara.

4. Pengelolaan umsan ketatausahaan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kutai Kartanegara.

Tabel 1 Luas wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara per Kccamatan

K e c s m s t s o L u s s (km2) Kcearnatan Luas (km2)

Anggana 1.798.8 Muara Kaman 3.410,l

Kembang langgut 1.923.9 Muara Muntai

Kenohan (Kahala) 1.302,2 Muan Wis

Kota Bangun

Loa Janan

Loa Kulu

Marang Kayu

1.143,7 Samboja

644,2 Sanga-Sanga

1.405,7 Sebulu

1.165.7 Tabang

Muara Bad& 939.1 Tenggamng 398.9

M u m Jawa 745.5 l'cnggarong Scberang 437.0

[image:94.595.85.503.501.684.2]
(95)

D A P P E D A &ma. Uiaix.m-

[image:95.595.111.486.82.735.2]

Sumber : BAPPEDA Kutai Kartanegara (2008)

(96)

2.2 Pewilayahan Komoditas Pertanian Djaenudin ef 01. (2002) mengemukakan bahwa agar produktivitas lahan yang diusabakan mencapai optimal perlu diberlakukannya suatu pewilayahan komoditas pertanian yang sesuai dengan daya dukung laban. Suatu komoditas pertanian hams dikembangkan pada suatu lahan yang paling sesuai, sehingga mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif.

Sugiarto (2007), diacu dalam Hand out

Mata Kuliah Kapita Selekta Meteorologi memberikan batasan mengenai pengertian suatu komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif. Keunggulan komparatif berarti komoditas yang diproduksi melalui dominasi dukungan sumber daya atam, dimana daerah lain tidak mampu memproduksi produk yang sejenis. Suatu komoditas dikatakan memiliki keunggulan kompetitif jika komoditas tersebut diproduksi dengan cara yang efektif dan efisien. Masih menurut Sugiarto (2007) yang diacu dalam Hand out Mata Kuliah Kapita Selekta Meteorologi, komoditas tersebut telah memiliki nilai tambah dan daya saing usaba, baik dari aspek kualitas, kuantitas, maupun kontinuitas dan harga.

Laimeheriwa (2002) menyatakan bahwa pewilayahan tanaman mempakan suatu metode evaluasi lahan yang mengidentifikasikan lahan dan dapat digunakan untuk tanaman tertentu, sehingga dapat ditentukan kelas-kelas kesesuaian lahan terhadap tanaman dan dapat diperoleh lahan yang potensial untuk pengembangan tanaman tertentu.

Subagyo el al. (2000a), diacu dalam Djaenudin et al. (2002) menyatakan bahwa areal yang dipilih untuk menentukan komoditas unggulan barus tercakup pada wilayah yang pemntukannya sebagai kawasan budidaya pertanian sesuai dengan kriteria sektoral dengan mempertimbangkan kesesuaian lahan danlatau daya dukung lahan. Apabila bal tersebut diperhatikan maka pendekatan pewilayahan komoditas pertanian akan dapat mengatasi penggunaan lahan yang kurang atau tidak produktif.

Karakteristik lahan, iklim (curah hujan, suhu udara) dan ketersediaan sumber daya air mempakan dasar dari usaha pengembangan suatu komoditas secara intensif dalam sistem pertanian. Jika informasi tentang ha1 tersebut terbatas, maka komoditas yang dikembangkan oleh masyarakat juga tebatas jenisnya. Hal ini

menyebabkan nilai jual relatif rendah, terutama pada musim panen. Kesalahan dalam menentukan kesesuaian iklim bagi tanaman akan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak normal, sehingga produktivitas akan menyimpang jauh dari potensi sebenamya (Djaenudii et al. 2002).

Tujnan utama dilaksanakannya suatu pewilayahan komoditas pertanian ialah nntuk

menentukan komoditas ~iliggulan suatu daerah. Sugiarto (2007), diacu dalam Hand out Mata Kuliah Kapita Selekta Meteorologi menjelaskan tujuan ut&a tersebut merijadi tiga tuju& yang saling berkorelasi, yaitu : (1) menginventarisasi potensi komoditas ungylan daerab; (2)

melakukan analisis terhadap berbagai peluang dan penghambat pengembangan komoditas unggulan strategis tersebut; dan (3)

Memmnskan strategi pengembangan komoditas unggulan

untuk

mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Terdapat tiga aspek utama yang hams diiaji, dipelajari, dan diperhatikan dalam penetapan komoditas unggulan suatu daerah. Ketiga aspek utama tersebut ialah kondisi fisiktgeografis, kondisi perekonomian rnasyarakat setempat, dan kondisi snsial budaya.

Dwi (2006) menyatakan bahwa potensi suatu daemh untuk pengembangan suatu komoditas pertanian pada umulnnya ditentukan oleh kecocokan antara sifat fisik lingkungan (dalam ha1 ini mencangkup iklim, tanah, topografi) dengan persyaratan tumbuh tanaman. Kecncokan antara sifat fisik lingkungan dari suatu daerah dengan persyaratan tumbuh tanaman dapat lnemberiltan informasi bahwa komoditas tersebut potensial dikembangkan di daerah bersangkutan.

2.3 Evaluasi Lahan

(97)

(reliej), hidrologi dan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara potensial berpengaruh terhadap penggunaan lahan

Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) menyatakan bahwa evaluasi lahan m e ~ p a k a n bagian dari proses perencanaan tataguna lahan. Inti evaluasi lahan ialah membandimgkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan, dengan sifat-sifat atau kualitas lahan yang diiiliki oleh lahan yang akan digunakan.

2.4 Kesesuaian Lahan

Suatu lahan memiliki nilai berdasarkan kegunaan, manfaat atau fungsi yang dijalankannya. Istilah tersebut menurut Notohadiprawiro (1991) disebut sebagai harkat lahan.

Terdapat dua macam harkat lahan, yaitu kemarnpuan (capabiliry) dan kesesuaian atau keserasian (suitabiliry) (Notohadiprawiro, 1991). Masing-masing pengharkatan tersebut berbeda dalam ha1 maksud penilaian. Penilaian kemampuan bermaksud menetapkan pembenahan pengelolaan yang diperlukan untuk mencegah degradasi lahan. Sedangkan penilian kesesuaian bemaksud menetapkan pengelolaan khas yang diperlukan untuk memperoleh nasabah lebih baik antara manfaat dan masukan yang diperlukan, baik berdasarkan pengalaman maupun antisipasi.

Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan untuk tipe penggunaan lahau Cjeuis tanamau dau tingkat pengelolaan) tertentu. Terdapat dua jenis kesesuaian lahan, yaitu kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual mempakan kesesuaian lahan menurut kondisi yang ada saat ini, belum mempertimbangkan masukan yang diperlukan untuk mengatasi faktor pembatas yang ada. Kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan yang akau dicapai setelah dilakukan usaha-usaha perbaikan lahan (land improvenlenf).

Sitorus (1998) mengemukakan bahwa terdapat dua tahapan dalam memilih dan menemukan lahan yang sesuai untuk tanaman tertentu. Tahapan yang pertama adalah menilai persyaratan tumbuh tanaman yang akan diusahakan. Tahapan kedua adalah mengideutifikasi dan membatasi lahan yang mempunyai sifat-sifat yang

diinginkan tetapi tanpa sifat lain yang tidak diinginkan.

2.5 Kemampnan Lahan

Kemampuan lahan adalah harkat lahan yang ditetapkan menurut macam pengelolaan atau syarat pengelolaan yang diperlukan berkenaan dengan pengendalian ballaya degradasi lahan atau penekanan resiko kerusakan lahan selama penggunaannya untuk maksud dan tujuan tertentu (Notohadiprawiro, 199 I).

Menurut sistem United States Departement of Agricz~lfure (USDA), klasifikasi kemampuan lahan dibagi kedalam tiga tingkatan yaitu :

tingkat kelas, tingkat sub-kelas, dan tingkat unit (satuan pengelolaan).

2.6 Metode Penentuan Kesesuaian Lahan Metode yang digunakau dalam penentuan kesesuaian lahan adalah dengan melakukan pengkelasan kesesuaian tanah, kesesuaian iklim, dan kesesuaian pedo-agrokliiat tanaman.

Menurut Djainudin et al. (2000) pengkelasan dilakukan dengan menggunakan hukum minimum, yaitu ~nemperbandingkan (ntatching) antara kualitas dan karakteristik lahan sebagai parameter dengan kiteria kelas kesesuaian lahan yang telah disusun berdasarkan persyaratan penggunaan atau persyaratan tumbuh tanaman atau komoditas yang dievaluasi.

Pada tingkat kelas, lahan dibedakan menjadi lima kelas secara halitatif, yaitu kelas lahan sangat sesuai (Sl), c u h p sesuai (S2), sesuai marginal (S3), tidak sesuai pada saat ini (NI), dan tidak sesuai untuk selamanya (N2). Hal tersebut sesuai deugan sistem klasifikasi kesesuaian lahan yaug diterapkan oleh F A 0 (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).

2.7 Hubnngan Iklim dan Tanaman

Iklim adalah sintesis, kesimpulan atau statistik cuaca jangka panjang. Jadi unsur-unsur iklim dan unsur-unsur cuaca sama. Menurut Organisasi Meteorologi Dunia, waktu ideal untuk pengumpulan data iklim dari data cuaca adalah > 30 tahun (Nasir, 2004).

(98)

Tabel 2 Pusat produksi beberapa tanaman di Indonesia beserta tipe iklirm~ya

TipeKclas lklim Tnnamsn/ Contoll Pusat Produksi Elevasi

Komoditas (m.dpl)

Koppcn Sehmidth lrcrguson &

Padi sawah Pantai Jawa, Sumatera, Af, Am

Kalimantan, dan Sulawesi 0-700 dan Aw A , B d a n C Sagu Pantai rawa, antara lain: Maluku dm

lrian Jaya 0-100 Af A dan B

Tebu Irigasi Dat. Rendah Jateng, Jatim 0-100 Am & Abv A, B, C dan D Jagung Jatim, Madurq Snlsel, NTB, dan Lampung N1T 0-700

$nzv

A,B,CdanD

Jatim, Madura, Sulsel, NTB,

Kacang tanah Nn 0-700 Am dan Aw B, C dan D

Sumber : Nasir (2004)

Masih menurut Nasir (2004), pengembangan pusat produksi kultivar memerlukan kesesuaian lingkungan yang dapat menunjang pertumbuhan dan

perkembangan sehingga menjamin produksi yang tinggi baik dalam ha1 kuantitas maupun kualitas. Daerah pusat produksi suatu komoditas pertanian yang telah cukup lama dapat digunakan sebagai daerah acuan kesesuaian iklim dan tanaman. Contoh pusat produksi beberapa tanaman di Indonesia ditunjukkan pada Tabel 2 .

Setiap tanaman membutuhkan syarat tumbuh serta mempunyai daya adaptasi terhadap fingkungan. Di lapangan kondisi tersebut m e ~ p a k a n interaksi antara potensi alamiah dengan paket teknologi sistem usaba tani dan infrastrukhu. Suatu tanaman yang tumbuh, berkembang dan berproduksi optimum terus menerus diperlukan kesesuaian pedo-agroklimat. Kondisi kesesuaian tersebnt memungkmkan suatu wilayah untuk dikembangkan menjadi pusat produksi komoditi pertanian (Djaenudin et at. 2002).

Komponen pedo-agrokliat terdiri atas topografi, jenis tanah, dan iklim (curah hujan dan subu udara). Djaenudin et al. (2002) menyatakan bahwa pengembangan komoditas pertanian pada wilayah yang sesuai dengan persyaratan pedo-agroklimat tanaman, yang meliputi iklim, tanah, dan topografi, akan memberikan hasil yang optimal dengan kualitas prima. Keragaman sifat lahan mempakan modal dasar yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan pewilayahan komoditas pertanian di suatu wilayah.

2.8 Klasifikasi lklim

Djaenudin el al. (2002) menyatakan bahwa karakter iklim mencetminkan perpaduan pengaruh unsur-unsurnya dan biasanya dicirikan oleh tipe atau kelas iklim. Sampai saat ini telah banyak metode klasifikasi iklim yang dipublikasikan, diantaranya metode Koppen, Schmidth-Ferguson, dan metode Oldeman.

Klasifikasi Koppen didasarkan pada hubungan antara iklim (suhu dan hujan rata- rata) dengan pe~tumbt~han. Menurut Koppen vegetasi yang bidup s e c m alami menggambarkan iklim tempat tumbuhnya. Oleh karena itu batas-batas klasifikasi iklim Koppen berkaitan dengan batas-batas penyebaran vegetasi (Handoko, 1994). Koppen membagi 12 tipe iklim, ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Klasifikasi iklim mcnurut Koppen Nams Tipe IWim lklim hujan bopis Af,AwdanAm Iklim kering BS dm BW lklim hujm sedang panas Cf, Cr dan Cw

lklim hutan sdju sejuk Df dan Dw

lklim kutub ET dan EF

Sumber : Pnwirowardoyo (1995)

[image:98.602.308.498.525.604.2]
(99)
[image:99.595.96.494.69.473.2]

Sumber : Hand Out Mata Kuliah Klimatologi Dasar (2006)

Gambar 4 Pembagian tipe iklim menurut Schmidth dan Furguson.

Tabel 4 Pembagian tipe iklim menurut Schmidth dan Furguson

1

Tipe lklirn Ketemngnn

A Daerah sangat basah dengan vcgetvsi hutan hujan tropis B Daerah basah dengan vegetvsi hutan hujan trapis

C Daerah agak basah dengan vcgctasi hutan rirnba, diantaranyaterdnpatjenis vcgevasi yang daunnya

gugur pada rnusirn kernarau, misalnyajati

D Dacrah sedang dengan vegetasi hutan musirn

E Dacrah ag& kering dengan vegctaqi hutan sabana

F Daerah kering dengan vegctasi hutan sabana G Daerah sangat kering dengan vegetasi padang ilalang

H Daerah ekstrim kering dengan vegetasi padang ilalang Sumber : Handoko (1994)

Schmidth dan Ferguson menentukan jumlah Bulan Kering (BK), Bulan Lembah (BL) dan Bulan Basah (BB) tahun demi tahun selama periode pengamatan, kemudian dijumlahkan dan dirata-ratakan. Penentuan tipe iklimnya menggunakan nilai Q, seperti yang terlihat pada Gambar 4. Berdasarkan perhitungan tersebut maka akan diperoleh 8 tipe iklim menurut Schmidth dan Furguson (Tabel 4).

Klasifikasi Oldeman tergolong klasifikasi yang baru di Indonesia dan dalam beberapa ha1 masih mengundang diskusi mengenai batasan atau kriteria yang digunakan. Bermanfaat dalam klasifikasi lahan pertanian tanaman pangan di Indonesia (Handoko, 1994).

Oldeman telah membuat sistem baru dalam klasifikasi iklim yang dihuhungkan dengan pertanian menggunakan unsur iklim curah hujan. Kriteria yang digunakan dalam klasifikasi ini didasarkan pada : BK (bulan dengan CH<100 mm), BL (bulan dengan CH antara 100-200 mm), dan BB (bulan dengan CH>200 mm).

Oldeman menggunakan ketentuan panjang periode bulan basah dan bulan

kering h ~ t ~ r u t - t u r u t dari rata-rata CH masing- masing hulan selama periode pengamatan tertentu. Tipe utama klasifkasi Oldeman dibagi menjadi 5 tipe yang didasarkan pada jumlah bulan basah berturut-turut, sedangkan suhdivisinya dibagi menjadi 4 tipe herdasarkan jumlah bulan kering berturut-tumt. Dari 5 tipe utama dan 4 subdivisi tersehut maka tipe iklim dapat dikelompokan nienjadi 17 daerah agroklimat Oldeman mulai dari Al sampai E4

(Handoko, 1994).

Pembagian tipe iklim menurut Oldeman beserta daerah Agroklimatnya ditunjukkan pada Tabel 5.

2.9 Sistem Informasi Geografis

[image:99.595.138.451.74.251.2]
(100)

Menurut Arnnof (1989), diacu dalam Widiyawati (2005) SIG adalah suatu sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi- informasi geografi. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan dan menganalisis obyek-obyek dan fenomena- fenomena dimana lokasi geografis mempakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Dwi (2006)

menyatakan bahwa konsep dasar SIG merupakan suatu sistem terpadu yang mengorganisir perangkat keras (hardware),

perangkat lunak (software) dan data yang selanjumya dapat mendayagunakan sistem penyimpanan, pengolahan lnaupun analisis data secara simnltan, sehingga dapat diperoleh informasi yang berkairan dengan aspek kemangan (spasial). Contoh aplikasi

SIG

ditunjukkan pada Gambar 5.

Tabel 5 Klasifikasi iklim Oldeman beserta daerah agroklimamya

Tipe lkllm Ketersngsn

A1, A2 Sesuai untnk padi terus-mcnerus tetapi produltsi kumg karcna pada umumnya kerapatan fluks

radiasi surya rendah scpanjang tahun

B1 Sesuai untuk padi terus-menerus dengan perencanaan awal musim lanam yanl: bnik. Produksi tinggi bila panen pada musim kemarau.

82 Dapat ditanami padi dua knli setahun dengan variclas umur pendck dan musim kering yang pendek

cukup untuk tanaman palawija

CI Tanaman padi dapat sekali dan palnwiia dua kali setahnn . ~

C2, C3,C4 Selahun hanya dapal sekali padi dan penanaman palawija yang kedua h'ms hati-hati jangan jaluh

pada bnlan kering.

Dl Tanaman padi umur pendck satu kali dan biasanya produksi bisa tinggi karena kerapatan Ruks

radiasi tinggi. Waktu tanam palawija cukup.

D2, D3, D4 Hanya mungkin satu kali padi dan saw kali palawija setahun, terganlung pada adanya penediaan air

irigasi.

E Daerah ini umumnya terlnlu kering, mungkin hanya dapat satu kali palawija, itupun tergantung

hujan. Sumber : lrawan (2007)

[image:100.602.84.486.207.699.2]

Sumbcr : wvw.grass.itc.it

(101)

2.10 Tanaman Padi

Supasyono dan Setyono (1993) menyatakan bahwa padi mempakan tanaman semi aquatis yang cocok ditanaln pada lahan tergenang. Meskipun demikian, padi juga haik ditanam di laban tanpa geoangan, asal kebutuhan airnya tercukupi. Oleh karena itu, baik di Indonesia atau pun negam lain padi ditanam di dua jenis lahan utama, yaitu lahan sawah dan ladang (kering). Gamharan fisiologis tanaman padi ditunjukkan pada Gambar 6.

Sumber: www.aagos.ristek.go.id/pertanian/padi.pdf

Gamhar 6 Tanaman Padi (Oryza Saliva).

Soemartono et al. (1984) nlengatakan hahwa tanaman padi memiliki hatang dengan ruas-ruas yang di dalamnya berongga dengan tinggi 1,O-1,5 meter. Dari tiap huku hatang tumhuh daun yang herbentuk pita dan pelapah.

Melalui tinjauan klimatologi, tanaman padi dikategorikan ke dalam golongan tanaman suhtropika. Literatur lainnya mengatakan hahwa padi termasuk kategori tanaman daerah tropis, tetapi juga tumbuh di daerah suhhopis dan lintang pertengahan (Hassan, 1963).

Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan.

Umumnya padi dapat turnhuh di daerah tropislsubtropis pada 45 derajat LU sampai 45 derajat LS dengan cnaca panas dan kelembahan tinggi dengan ~nusim hujan 4 bulan. Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mmibulan atau 1.500-2.000 mmltahun. Padi dapat ditanatn di rnusim kemarau atau hujan. Pada musim kemarau produksi meningkat asalkan air irigasi selalu tersedia. Di musim hujan, walaupun air melimpah produksi dapat menurun karena penyerbukan kurang intensif. Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian 0-650 m dpl dengan temperahtr 22-27 "C sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 m.dpl dengan temperatur 19- 23

"C.

Tanaman padi memerlukan penyinaram matahari pennh tanpa naungan. Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan tetapi jika terlalu kencang akan merobohkan tanaman (www.aagos.ristek.go.id

: akses 14 Februari 2009).

Padi gogo harus ditanam di lahan yang berhumus, struktur remah dan cukup mengandung air dan udara. Memerlukan ketebalan tanah 25 em, tanah yang cocok bewariasi mulai dari yang berliat, berdebu halus, berlempung halus sampai tanah kasar dan air yang tersedia diperlukan cukup banyak. Sebaiknya tanah tidak berbatu, jika ada harus <50%. Keasaman tanah bewariasi dari 4 salnpai 8. Padi sawah ditanam di tanah berlempung yaug herat atau tanah yang memiliki lapisan keras 30 cm di bawah permukaan tanah. Menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 em. Keasaman tanah antara pH 4-7. Pada padi sawah, penggenangan akan mengubah pH tanam menjadi netral

.

Pada prinsipnya tanah herkapur dengan pH 8.1-8,2 tidak merusak tanaman padi. Karena mengalami penggenangan, tanah sawah memiliki lapisan reduksi yang tidak mengandung oksigen dan pH tanah sawah hiasanya mendekati netral. Untuk mendapatkan ranah sawah yang memennhi syarat diperlukari pengolahan tanah yang khusus (www.aagos.ristek.go.id : akses
(102)

111.

METODE

PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini ialah :

1. Data sekunder, terdii dari data pedo- agrokliiat (jenis tanah, ketinggian, kelerengan, dan curah hujan) Kabupaten Kutai Kartanegara. 2. Data produksi padi sawah dan ladang

di Kabupaten Kutai Kartanegara.

3. Data snasial bemoa neta administrasi, peta jenis tanab, peta ketinggian, peta kelerengan, dan peta curah hujan Kabupaten Kutai Kartanegara.

Seperangkat PC (personal computer) dengan perangkat lunak (sofhare) ~engolah kata (Microsofi Word).

Data-data tersebut d i i p u l k a n dari berbagai instansi pemerintahan yang terdapat di Kutai Kartanegara, antara lain : Dinas Pertanian clan Tanaman Pangan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan Pusat Statistik, dan Badan Penelitian dan Pengemhangan Daerah Kutai Kartanegzua.

Survei lapangan dilaksanakan di Kecamatan Tenggarong Seberang dan Loa Kulu, Kutai Kartanegara unhk melihat secara langsung kondisi pertanian padi penduduk setempat. Survei ini diklksanakan pada bulan Maret 2009.

3.3.2 Analisis Kondisi Pisik Kabupaten Kntai Ksrtanegam

Analisis kondisi fisik Kabuapten Kutai Kartanegara meliputi analisis kondisi tanah (jenis tanah, ketinggian, dan kelerengan) dan karakteristik iklim (klasifkasi iklii, curah

. . .

~ic;osoft Excel, dan k ~ i e w

GIS

huJan, suhu

11 Analisis tanah diutwnakan k e ~ a d a ienis

2.J.

tanah, penyebaran, sifat, tingkat icesub&n,

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kutai Kartanegara dan Laboratorium Agrometeorologi Departemen Geofisika dan Meteorologi, FMIPA IPB mulai bulan Februari 2009 sampai dengan Oktober 2009.

.

-

dan kesesesuaian lahan untuk tanaman *adi sawah dan padi gogo.

Analisis iklim lebih ditekankan kepada penentuan tipe iklim Kabupaten Kutai Kartanegara, sifat hujan, dan kesesuaian iklim untuk tanaman padi. Metode klasifkasi iklim yang digunakan dalam penelitian ini ialah sistem klasi6kasi iklim menurut Oldeman dan

3.3 Metodologi Schmidt dan Ferguson. Sistem Oldcman

Penelitian ini dilaksanakan melalui digunakan untuk penentuan zona agroklimat. beberapa tahapan metode, yaitu : Sedangkan sistem Sclunidt dan Ferguson

1. Rekoleksi data dan s w e i lapang. digunakan dalam penentuan tipe hujan di

2, kondisi biofisik Kutai masing-masing wilayah kajian. Sebagai Kartanegara. pembandiig, digunakan juga klasifikasi iklim

3. Klasifikasi kelas kesesuaian lahan. menurut Koppen.

4. Penentuan tingkat kesesuaian tanah. 5. Penentuan tingkat kesesuaian iklim.

6. Kriteria kesesuaian lahan.

7. Kesesuaian pedo-agroklimat.

8. Pembuatan peta kesesuaian pedo- agroklimat.

3.3.1 Rekoleksi Data dan Survei Lapang Tahapan ini dimulai dari pengnmpulan berbagai macam data, literatur, dan informasi mengenai evaluasi lahan, pewilayahan komoditas, tanaman padi (penyebaran, syarat tumbuh, dan budidaya), kemampuan lahan Kutai Kartanegara, dan SIG.

Pada tahapan ini pula diiumpulkan berbagai macam data iklim dan tanah di wilayah Kutai Kartanegara, baik itu data spasial maupun data sekunder lainnya (curah hujan, jenis tanah, kemampuan tanah, luas wilayah, produktivitas padi, dan lain-lain).

3.3.3 Klasifikasi Kelas Icesesuaian Lahan Evaluasi kesesuaian lahan yang digunakan mengacn kepada sistem klasifkasi lahan yang dikembangkan oleh Food and Agriculture Organization (FAO) (1976). Kerangka dari sistem klasifikasi kesesuaian lahan ini

mengenal4 kategori, yaihl : Ordo, Kelas, Sub- kelas, dan Unit.

Kesesuaian lahan pada tingkat kelas diklasifikasi menjadi 5 kelas kesesuaian lahan yaitu lahan sangat sesuai (SI), cukup sesuai (SZ), sesuai marginal (S3), tidak sesuai pada saat ini (NI), dan kelas tidak sesuai untuk selamanya (N2).

(103)

diperoleh dari BAPPEDA Kutai Kartanegara. Dari peta tersebut, diperoleh data dan informasi mengenai jenis tanah yang terdapat di Kutai Kartanegam beserta penyebarannya. Melalui pencairan di berbagai literatur didapatkan data sifat fisik dan kimia dari masing-masing jenis tanah tersebut.

Kriteria kesesuaian lahan untuk faktor pembatas kesesuaian tanah yang digunakan terdiri dari 6 variabel pembatas, yaitu :

kelerengan, drainase, tekstur, kedalaman solum, kematangan gambut, dan pH tanah.

Data tanah yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel sedemikian rupa sehingga dapat diianfaatkan dalam kajian sistem informasi geografis.

Dari

masing-masing variabel akan dikategorikan kelas kesesuaiannya dengan menggunakan hukum minimum dan mengacu pada laiteria kelas kesesuaian lahan untuk komoditas padi sawah dan padi gogo yang telah disusun oleh Land Resource Evaluation And Planning (LRPE) I1 1994 dan Pusat Penelitian Tanah (PPT) 2003.

3.3.5 Penentuan Tingkat Kesesuaian Iklim Tingkat kesesuaian iklim tanaman padi sawah dan padi gogo didasarkan dari data sekunder rata-rata curah hujan bulanan selama 10 tabun pengamatan (tahun 1999-2008) di Kabupaten Kutai Kartanegam. Data curah hujan diperoleh dari herbagai instansi terkait di liigkup pemerintah daemh Kabupaten Kutai Kartanegara, antara lain Dinas Pertanian Tanaman Pangan, BAPEDDA, dan BALITBANGDA Kutai Kartanegara. Data curah hujan ini berasal dari penguhwan yang dilakukan di 18 stasiun curah hujan yang tersebar di tiap Kecamatan.

Suhu udara rata-rata dapat diduga dari data ketinggian wilayah Kutai Kartanegara yang digambarkan dalam peta ketinggian Kutai Kartanegara melalui persamaan Braak dalam Nasir (2004) yaitu :

Tz = (26,3-0,6h) "C pada OQ<2.000 m dengan :

Tz = temperatur dalam OC, h = ketinggian tempat dalam hektometer

Penamaan di atas memakai asumsi bahwa rata-rata suhu udara permukaan laut (0 m.dpl) di Indonesia adalah 26,3 OC dengan rata-rata laju penurunan (lapse rate) suhu -6,l O C setiap kenaikan tinggi 1.000 meter.

Data iklim yang diperoleh b e ~ p a data curah hujan dan suhu sebagai variabel pembatas digunakan untuk menentukan kelas kesesuaian iklim tanaman padi sawah dan

padi gogo. Penentuan kelas kesesuaian iklim tersebut mengacu kepada kriteria kelas kesesuaian lahan untuk komoditas padi sawah dan padi gogo yang tekh disusun oleh LRPE I1 1994 dan

PPT

2003.

Kelas

curah

hujan dan suhu yang telah diperoleh kemudian dilakukan tumpang tindih (overlay) untuk memperoleh kelas kesesuaian Him tanaman padi snwah dan padi gogo dengan menggunakar~ metode hukum minimum untuk membandingkan variabel yang memberikan kelas terendah.

3.3.6 Kriteria Kesesuaian Lahan

Kriteria kelas kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah d m padi gogo mengacu kepada LRPE I1 1994 dan PPT 2003 yang dimodifikasi oleh Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007). Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah d m padi gogo ditunjukkan pada Tabel 6 dan Tabel 7.

Kualitas dan karakteristik lahan yang diilai dalam penentuan kelas kesesuaian lahan padi sawah dan padi gogo terdiri atas 5 variabel pembatas, yaitu :

1. Regim suhu (t). 2. Regim curah hujan (w).

3. Media perakaran

(r).

4. Retensi hara (f).

5. Tmgkat bahaya erosi (e).

(104)

Tabel 6 Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah

Karakteristik Lahan Kelas Kesesuaian Lahan

S1 S2 S3 N1 N2

Temperatur (OC) >24-29 22-24 18-22 Td <18 Curah Hujan (mdlhn) >I500 1200-1500 8W-1200 Td 400

Drainase Terhambat Terhambat Sedang baik Cepat Sangat cepat Tekstur Tanah SCL, SiL, Si, SL, L, SiCL, C, LS, StrC

CL Sic Td Kerikil, pasir Solurn (cm) >SO 40-50 25-40 20-25 QO

Kemalangan Gambut Saprik Hcmik Hemik- Sap& Fibrik pH Tanah >5,5-7 >7-8 >8-8.5 >8,5

4,545 4 4 , s <4 Lereng 0 3-8 >8-15 >IS-:!5 >25

Sumber : Hardjowigeno dm Widiatmaka (207)

Tabel 7 Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman padi gogo

Karakteristik Lahan Kelas Kesesuaian Lahso

S1 S2 S3 N1 N2

Temperatur (OC) 20-27 >27-30 18-20 >30-35 18418 Td >35 <I6 Curah Hujan (mm/lhn) >15W 1000-15W 750-<I000 <750

Terhmbac Sangat Drainase Baik, sedang

agak terhmbat

z","",",";

Td Cepat Tckshlr Tanah ScL'SiL' Si' CL. SiCL SL, L, SC,

c

LS, sic, S ~ C Td Kerikil, pasir Solum (cm) ;M) >40-60 2040 Td <20 Kematangan Gambut Saprik Hemik Hemik-Saprik Fibrik pH Tanah 5-6 >4,5-5 >6-7 >7-8,s 4-45 Td >8,5 <4

5

..-

Lereng 0-8 ~ : I S 15-50 >SO-SO >SO

Sumber : Hardjowigcno dan Widiamaka (2007) Keternngan :

Td : Tidak berlaku S : Pasir

L : Lernpung

3.3.7 Kesesuaian Pedo-Agroklimat

Kesesuaian pedo-agroklimat ditentukan dengan melakukan penggabungan dan tumpang tindih (overlay) antara kelas kesesuaian tanah dengan kelas kesesuaian iklim. Dari hasil tumpang tindih dengan menggunakan hukum minimum dapat ditentukan faktor pembatas yang memberikan pengaruh terbesar bagi pertumbuhan tanaman padi sawah dan padi gogo dari aspek pedo- agroklimat.

T i g k a t kelas kesesuaian pedo-agroklimat yang diperoleh disajikan dalam bentuk intensitas evaluasi lahan yang digunakan untuk menggamharkan h a i l evaluasi lahan. Dalam penelitian ini intensitas evaluasi yang digunakan ialah intensitas kerincian semi-detil (seiengah rinci, sedang) dan detil (rinc9.

3.3.8 Pembuatan Peta Kesesuaian Pedo- Agroklimat

Pembuatan peta kesesuaian pedo- agroklimat untuk tanaman padi menggunakan

Si : Dcbu

Str C : Liat berstrukhu

metode apliasi SIG. Metode ini

untuk

menentukan kesesuaian lahan tanaman padi yang dimulai dari penycdiaan data spasial berupa peta tanah dan peta iklim. Tahapan ini

mencakup pengumpulan clan pembuatan peta spasial kelerengan, jenis tanah, curah hujan,

dm

suhu.

Peta jenis tanah didigitasi dari peta jenis tanah eksplorasi Kabupaten Kutai Kartanegara. Peta lereug didapat dari peta lercng Pulau Kalimantan. Sedangkan peta curah hujan didigitasi dari peta curah hujan eksplorasi Kabupaten Kutai Kartanegara. Adapun peta suhu dikonversi dan diinterpolasi dari peta ketinggian Kabupaten Kutai Kartanegara. Proses digitasi terdiri dari

digitizer, editing, labelling, d m atributing.

(105)

Setelah proses reklasifikasi data atribut, selanjutnya ialah melakukan proses overlay.

Proses overlay yang pertama diakukan terhadap peta jenis tanah dan kelerengan sehingga menghasilkan Peta Kesesuaian Tanah (Pedologi) untuk Tanaman Padi. Proses

overlay yang kedua dilakukan terhadap peta curah hujan dan peta suhu sehiigga dihasilkan

Peta Kesesuaian Iklim 'Tanaman Padi. Proses

overlay yang terakhir dilakukan terhadap Peta Kesesuaian Tanah dan Peta Kesesuaian Iklim sehiigga menghasilkan Peta Kesesuaian Pedo-Agrokliiat untuk Tanaman Padi (sawah dan gogo). Diagram alir metode evaluasi pedo-agroklimat untuk tanaman padi sawah dan padi gogo ditunjukkan pada Gambar 7.

t

KARAKTERISTIK LAHAN

I

Datalpetn iWim

-

Cumh Hujan

-

Suhu udara

Kriteri keku kesesuaian lahan tananan padi

-

KELAS KESESUAIAN TANAH

I

I

I

DaW p t a tanah

-

Lereng

-

Jenis tanah

Kesesuaian lahan &tud

4

Duta/pcts topografi

-

Elevasi

KESESUAIAN PEDOAGROKLIMAT

[image:105.602.89.513.213.751.2]

Sumber : Ritung er 01. (2007)

(106)

IV. ANALISIS KONDISI FISM

Kartanegara mempunyai karakteristik

KUTM

KARTANEGARA

topografi yang beragani. Topografi wilayah

Kutai Kartanegara terdili atas wilayah pantai dan daratan. Karakteristik topografi ini tersebar di 18 Kecamatan yang berada di Djaenudim et al. (2002) menyatakan bahwa KUtai Kartanegara,

potensi suatu wilayah untuk pengembangan Wilayah Kutai Kartanegara sebagian besar komoditas pertanian sangat ditentukau oleh bergelombang sampai berb*it dengan kondisi fisik lingkungan, yang menc*up kelerengan yang landai smpai curam. ~~~~h iklim, tanah, dau terrain (landfrm dan dengan kemi,.jngan data sampai ]andai topografi). OIeh karena itu, tiugkat potensi tedapat di beberapa bagian, yaitu beberapa lahan pertanian sangat kawasan pantai dan di sebagian besar Daerah ditentukan oleh kecocokan antara karakteristik Aliran Sungai (DAS)

Mnhakam.

Pads wilayah lahan dari suatu areal dengan keperlnan atau pedalaman dm perbatasan

persyaratan tumbuh komoditas yang mempakau pegunungan dengan ketinggian bersangkutan. 500-2.000 meter dari permulaan lant (m.dpl).

Pengembangan sektor pertanian di Ketinggian suatu wilayah s-angat terkait Kabupaten Kutai Kartanegara erat dengan faktor temperatur. Wilayah mengalami banyak kendala, diantaranya ialah dengan ketinggian tcmpat yang tinggi informmi tentang karakteristik laha', mempunyai subu yang rendah. Hal tersebut agroklimat smberdaya air yang mas& b e r p e n g d terhadap potensi pengembangan terbatas. suatu komoditas tertentu.

Ketinggian tempat di wilayah Kabupaten

4.1 Topografi Wilayah Kutai Kartanegara terbagi menjadi lima kelas, Ketika menganalisis kondisi permukaan bervariasi dari kelas 0-7 diatas 500 lahan wilayah, salab satu istilah yang m.dpl ( ~ ~ b ~ l 8). ~ d ~ ~fisik masing- i ~ ~ i k sering dibahas ialah terrain. Terrain diartikan kelas ketinggiall dimjukkan pada sebagai keadaan permukaan lahan yang terdii Tabel 9,

atas topografi, fisiografi, lereng, dan batuan di Peta ketinggian wilayah kabupaten Kutai permukaan tanah. Kartanegara ditunjukkan pada Gambar 8.

Seperti daerah laimya yang berada di Kalimantan Timur, Kabupaten Kutai

Tabel 8 Penyebaran kelas ketinggian wilayah di Kutai Kartanegara

Luas Pel'sentase Krlss Kclingginn (m.dpl) f h a )

PA)

0-7 3.234,8 22.9

7-25 7.219,9 26.5

25-100 8.137,7 29,8

100-500 3.142,6 11,5

>500 2.528,l 9,3

J u m l a h 27.263,l LOO

Sumber : BAPPEDA Kutai Kartancgara (2008)

Tabel 9 Karakteristik fisik kelas ketinggian wilayah di Kutai Kartanegara

Kelas Kefinggian (m) Karakteristik Fisik

0-7 Selalul sewaktu-wakm tergenang, tanah benifat orgmik air Wnah daerah cndapan sungai, kclembaban udaradan suhu tinggi payau sampai asin, Permukaan tanah datar sampai landai, tergenang periodik, memiliki air tanah yang 7-25 baik, tanah cukup dalam dan subur, cacak untulc persawahan, hampir tidak ditcmui

erosi

25-100 Permukaan tanah cekung sampai bergelombang, wilayah yang dnpat diairi relatif berkuran~ mcok untuk perkcbunan terutama tanaman keras, niulai ditemukan erosi 100-500 Permukaan tanah bergelombang sampai berbukit, daerah d a t a sulit ditemukan,

wilayah dapat diairi rclatif sedikit, air tanah dalam d m sulit dicapai

Permukaan tanah berbukit sampai bergunung peralihan d u i iklim panas ke iklim >500 pegunungan, wilayah dapat diairi sangat sedikit, curah hujan tinggi, kclerengan lcbih

(107)

KABUPATEN KUTAl KARTANEGARA PROPINSI KALIMANTAN TlMUR

0.7- as. 2r.iaernapl

.,..b,a,=.*

-

*.",,.,a.:....% ..

.--.

."." [image:107.595.90.498.55.746.2]

Sumber : BAPPEDA Kutai Kartanegari~ (2008)

(108)
[image:108.605.94.505.107.259.2]

Tabel 10 Penyebaran dan luas satuan fisiografi wilayah Kutai Kartanegara

Nama Sainau Fisiografi Luas Wilayall Ferscntase

(km') (%)

Rawa pasang sulut (fidolswamp) 2.9979 11,O

Dataran aluvial (aI1~ioIploin) 2.349,9 Jalur kelokan sungai (meander bell) 1.462,4

Rawa (w~zrnp) 1.291,7

Lembah aluvial (alluvialvaley) 88.8

Tcras-tern (rerrace) 918.8

Dataran @loin) 8959.8

Perbukitan (hill) 4.301,6

Pegunungan (rno~mnlain) 3.4889

Jumlah 27.263,1

Sumber : PDP3D Kutai Karkuegara, diacu dalam BAPPEDA Kutai Kmtmegara (2W8)

4.2 Fisiografi Wilayah

Untuk dapat memberikan gambaran dan kemudahan dalam perencanaan penggunaan tanah yang berkaitan dengan perencanaan pengembangan daerah, pembagian bentuk permukaan bumi berdasarkan tipe fisiogratinya sangat dibutuhkan (BAPPEDA Kutai Kartanegara, 2008). Data mengenai fisiografi wilayab sangat penting dalam analisis potensi wilayah, karena berhnbungan dengan karakteristik tanab dan sifat fisik lingkungan laimya (Mardjuki, 1994).

Kondisi fisiografi di wilayah Kutai Kartanegara cukup beragam dengan karakteristik fisik yang berbeda-beda. Pusat Data Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan di Daerah (PDP3D) Kutai Kartanegara membagi wilayah Kutai Kartanegara menjadi 9 satuan fisiografi. Penyebaran dan Inas satuan fisiografi wilayah Kutai Kartanegara dapat dilihat pada Tabel

10.

Daerah rawa pasang surut (tidal nuamp) terdiri dari daerah dataran rendah di tepi pantai yang selaln dipengaruhi oleh pasang surut dari laut dan ditumbuhi butan mangrove dan bakau.

Daerah dataran alluvial (alluvial plain), yaitu daerah dataran yang terbentuk dengan proses pengendapan di daerah muara dan lereng-lereng bukit dan pegunungan. Bentuk wilayah bermorfoiogi dataran dengan variasi kelerengan kurang dari 2 % dan perbedaan tinggi kurang dari 2 meter.

Daerah jalur kelokan sungai (meander belt), yaitu daerah jalur meander sungai yang mempunyai tanggul sungai yang lebar. Bentuk wilayahnya bennorfologi dataran dengan variasi kelerengan kurang dari 2 % dan perbedaan tinggi kurang dari 2 meter.

Daerah rawa (swamp) berupa dataran banjir yang selalu tergenang air tawar bergambut atan dataran banjir berawa di lembah yang sempit. Bentuk wilayahnya bermorfologi dataran dengan variasi kelerengan kurang dari 2 % dan perbedaan tinggi kurang dari

I

meter.

Daerah lembah alluvial (alluvial valley), yaitu daerah dataran di lembab atau di

ki

kanan sungai dengan berbukit atau tidak berbukit. Bentuk wilayahnya bermorfologi dataran dengan variasi kelerengan kurang dari 2 % dan perbedaan tinggi kurang dari I meter.

Daerah teras (terrace); daerah betteras, baik yang dipengaruhi laut maupun teras berpasir yang datar dan temtup gambut yang dangkal atau teras berpasir dengan bentuk wilayah bergelombang. Bentuk wilayahnya bermorfologi dataran dengan variasi kelerengan kurang dari 8 % dan perbedaan tinggi kurang dari 10 meter.

Daerah datamn (plain), yaitu daerah endapan dataran karst, dataran vulkanik, dataran batuan beku asam dan dataran baslt.

Daerah perbukitan (hill) merupakan daerah bukit endapan dan ultra baslt, satuan punggung sedimen, ~neramorf dan vulkanik yang terpotong dengan pola drainase radial.

(109)
(110)

19

Tabel 11 Jenis fomasi geologi beserta luasuya di Kutai Kartanegara

Jenis Formssi

Alluvium

Kampung Baru beds

Balikpapan beds

Pulau balang beds

Pamaluan beds

Palmgene Pratelfiar

Tidak ada data

Jumlah

Sumber: PDP3D Kutai KBttanegara, diocu dnlam BAPPEDA

4.3 Formasi Geologi

Wilayah Indonesia terbentuk dari berbagai formasi geologi (litologi), terrain, dan iklim, yang merupakan faktor utama pembentuk tanah dan sangat menenh~kan potensinya untuk pertanian (Djaenudm, 2008).

Shddur geologi di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara sampai saat ini belum seluruhnya diketahui. Menurut RW. Van Bemmelen (1949), diacu dalam BAPPEDA Kutai Kartanegara (2008) baru sebagian sebelah timur (daerah pantai dan dataran reudah sekitamya) yang dipetakan, membujur dari arah selatan sampai utara. Diduga bahwa struktur geologi Kabupaten Kutai Kartanegara berumur antara Pratertier hiugga Kwarter.

Formasi geologi yang terbentuk pada zaman prate

Gambar

Tabel 1 Luas wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara per Kccamatan
Gambar 3 Peta Administrasi wilayah Kabupaten Kutai Kartanegnra.
Tabel 3 Klasifikasi iklim mcnurut Koppen
Gambar 4 Pembagian tipe iklim menurut Schmidth dan Furguson.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ø Model standar kerja (work standards method) Ø Model peringkat (ranking method). Ø Model distribusi dipaksakan

Contoh yang terakhir ini bukan relasi maupun fungsi, dikarenakan ada anggota A (domain) yang tidak mempunyai pasangan. Karena syarat relasi adalah tiap anggota A mempunyai pasangan di

Tugas Akhir ini akan membuat gambar atau foto dari karya seni yang dianggap sebagai karya yang memiliki nilai dan kualitas yang sangat tinggi dari seniman-seniman

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah aktivitas antiradikal (dinyatakan dalam % A) senyawa turunan flavon dan flavonol yang diperoleh dari literatur [4]. Adapun

Dengan demikian, pada peningkatan lama perebusan, perubahan stabilitas ikatan, kadar dan struktur komponen serat pangan serta penurunan kadar senyawa penghambat dialisis (antara

Veamos ahora tres gráficos experimentales que demuestran lo que la ley pre- dice:.. a) Percibimos como unidad dos rectángulos (y medio) ya que nuestro sistema perceptivo tiene

Setelah dilihat ayat-ayat yang dibincangkan sebelum ini berkaitan dengan wanita menurut pandangan Hamka di dalam Tafsir Al-Azhar, maka disini dapatlah dikatakan bahawa Kalam Allah