• Tidak ada hasil yang ditemukan

POSISI FIRASAT DALAM PENETAPAN HUKUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POSISI FIRASAT DALAM PENETAPAN HUKUM"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

22 25 MUHARAM - 9 SHAFAR 1432 H

P

erkataan “firasat” adalah pecahan dari kata “farasa” yang mengan-dung makna “menerkam” atau “memburu.” Di kalangan ahli ilmu, firasat adalah “suara batin yang masuk ke dalam hati atau pancaran cahaya yang memancar ke dalam hati dan meniadakan kontradiksi dan bisa berbicara dengan hati makhluk.” Di dalam Al-Qur’an pada surat Al-Hijr (15) ayat 75, Allah berfirman:

“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda ke-kuasaan Kami – bagi orang yang memper-hatikan tanda-tanda”.

Sahabat Ibnu Abbas dan kebanyakan para mufassir/ilmu Al-Qur’an mengatakan bahwa yang dimaksud dengan perkataan

“ ” dalam firman tersebut

adalah orang-orang berfirasat. Dalam Hadits yang diriwayatkan Imam at-Turmudzi dari Abu Sa’id al-Khudri, Rasulullah bersabda:

“Takutlah kalian pada firasat orang Mukmin, karena dia melihat dengan cahaya Allah” (H.R. At-Turmudzi)

Firasat yang benar dianugerahkan Allah kepada orang yang hatinya sudah bersih, suci, bebas dari noda dan dekat kepada Allah SwT. Ia melihat dengan ca-haya Allah yang masuk ke dalam hatinya, dan ini sangat berbeda dengan apa yang disebut “dhan”, sangkaan atau dugaan. Se-buah dugaan bisa benar dan bisa salah. Bahkan, Al-Qur’an mengajarkan supaya kita menjauhkan prasangka atau dugaan, karena sebagian dari prasangka atau dugaan itu mengandung dosa.

Firasat itu tumbuh dari kedekatan seseorang terhadap Allah. Sebab, saat hati dekat kepada Allah, maka terputuslah berbagai iming-iming keburukan yang menghalangi hati mencapai kebenaran yang ditemukannya dari cermin kedekatan dengan Allah SwT. Dalam nur atau cahaya itu, ia melihat apa yang tidak dapat dilihat orang yang jauh dan terhalang.

Dalam Hadits Qudsi yang diriwayatkan al-Bukhari dari Abu Hurairah, Nabi saw bersabda:

“Senantiasa hamba-Ku mendekatkan kepada-Ku dengan berbagai kesunahan, sehingga aku mencintainya. Bila aku mencintainya maka Aku menjadi pende-ngarannya yang dia mendengar dengan pendengaran itu, dan menjadi annya yang dia melihat dengan penglihat-an itu dpenglihat-an menjadi tpenglihat-angpenglihat-annya ypenglihat-ang dia memukul dengannya dan kakinya yang dia berjalan dengannya. DenganKu ia mendengar, denganKu ia melihat, dengan-Ku ia minta perlindungandengan-Ku. Aku sungguh akan memberikan kepadanya dan bila ia mohon perlindunganKu, Aku sungguh akan melindunginya” (H.R. Al-Bukhari)

Dalam Hadits tersebut, Allah mene-rangkan bahwa saat seorang hamba dekat kepada-Nya, ia akan mendapat manfaat dari cinta Allah kepada dirinya. Bila Allah mencintainya, berarti ia dekat dengan

POSISI FIRASAT

DALAM PENETAPAN HUKUM

pendengaran, penglihatan, tangan dan ka-kinya, sehingga ia dapat mendengar, me-lihat, kakinya dan berjalan dengannya. Ha-tinya laksana cermin yang bersih dapat memantulkan bentuk suatu substansi apa adanya. Maka, hampir dapat dikatakan bahwa firasatnya tidak pernah meleset. Ini bukan ilmu ghaib, akan tetapi Allah yang mengetahui keghaiban telah menanamkan kebenaran dalam hati sanubarinya, bukan karena lukisan kebatinan, illusi, dan godaan dari setan.

Di dalam shalatnya, Rasulullah saw m-elihat para sahabat yang berada di belakang beliau sebagaimana mereka di depan be-liau. Rasulullah dapat melihat dengan jelas Baitul Maqdis di Palestina, sedangkan be-liau berada di Makkah. Bebe-liau melihat istana di Syria (Syam), gerbang kota Shan’a dan ibukota Kisra di Persia, sementara beliau berada di kota Madinah sedang menggali lobang (dalam perang Khandak). Rasu-lullah melihat para sahabat/pejabatnya di Muktah tengah mendapat musibah, bah-kan beliau melihat kematian Najasi di Ethio-pia dan mengajak umat Islam untuk shalat ghaib baginya. Demikian tulis Ibnul Qayyim al-Jauziyah dalam kitab al-Firasat Nafisah Baina Shifatin Nafsi at-Taiyyibah wa al-Khalisah.

Khalifah Umar dapat melihat gerak pa-sukan Islam yang sedang bertempur de-ngan musuh di Nahawand (Persia), se-dangkan beliau sedang berdiri di atas mim-bar masjid Madinah, memberi komando dengan ucapannya, “Hai pasukan, ke gu-nung-gunung!” Umar memperingatkan akan posisi gunung di belakang mereka.

Pada suatu hari, Umar bin Khaththab dihadang oleh sekelompok orang dari suku Madhaj yang di antara mereka terdapat seorang yang bernama Astar an-Nakhaiy. Umar mengedarkan pandangan dan

ber-ISMAIL THAIB

D I R A S A H I S L A M I Y A H

De

m

o (Vi

si

t ht

tp:

//www.pdfspl

itm

erge

r.c

om

(2)

23 SUARA MUHAMMADIYAH 01 / 96 | 1 - 15 JANUARI 2011

tanya, “Siapakah mereka itu?” Lalu, orang menjawab, “Ia adalah Malik bin Haris.” Se-jenak, kemudian Umar berkata: “Mengapa orang itu tidak dibunuh saja oleh Allah? Sungguh karena orang itu suatu hari nanti kaum Muslimin bakal mengalami hari yang menyedihkan” (yaitu dengan terjadinya pembunuhan atas Usman bin Affan dan perang Unta (Jamal).

Diriwayatkan oleh Muhammad bin Abdullah bin Abi Rafi’, seperti dikutip Ibnul Qayyim al-Jauziyah dalam al-Firasat, bah-wa seorang anak dari kaum Anshar meng-adukan seorang wanita sebagai ibunya kepada Umar bin Khaththab. Namun wanita itu mengingkari apa yang diadukan anak itu. Lalu Umar meminta bukti kepada anak itu, tetapi anak tersebut tidak sanggup mem-buktikannya. Sedang wanita itu sanggup mendatangkan saksi beberapa orang untuk menguatkan bantahannya itu bahwa ia belum menikah. Lalu Umar ingin mem-beri hukuman kepada anak itu karena di-anggap berbohong. Tetapi, kemudian saha-bat Ali bin Abi Thalib mengetahui hal itu dan menanyakan ulang kepada orang-orang yang menyaksikan peristiwa itu, lalu beliau duduk di Masjid Nabi saw dan menanya-kan kembali wanita itu. Namun, wanita ter-sebut tetap mengingkari. Lalu Ali bin Abi Thalib bertanya kepada anak itu, apakah juga ayahmu mengingkarinya? Anak itu menjawab: “Wahai anak paman Rasulul-lah, ia itu benar ibuku. Kemudian, Ali ber-kata: “Lupakanlah ia, karena saat ini aku adalah ayahmu, dan Hasan, Husen adalah saudaramu.” Lalu, anak itu menjawab: “Aku lupakan ia dan mengingkarinya.” Ke-mudian, Ali bertanya kepada para saksi

(wali) wanita itu: “Apakah aku boleh meng-ajukan permintaan kepada wanita ini?” Mereka menjawab, “Ya, tentu saja boleh.” Lalu, Ali berkata: “Wahai hadirin, saksikan-lah bahwa aku menikahkan anak ini dengan wanita yang bukan mahramnya! Wahai Qambur, ambillah sekantong dir-ham!” Qambur membawa dirham itu ke-pada Ali dan menghitungnya sebanyak 480 dirham, lalu beliau menyerahkan kepada wanita itu sebagai mahar dan beliau berkata kepada anak laki-laki itu, “Bawalah isterimu itu!” Ali bangkit hendak pergi, lalu wanita itupun memanggil Ali seraya berkata: “Wa-hai ayah Hasan, demi Allah, ia (anak itu) neraka bagiku. Demi Allah dia adalah anak-ku!” Ali bertanya: “Bagaimana hal itu ter-jadi?” Wanita itu menjawab: “Ayahnya ada-lah seorang negro, saudara-saudaraku menikahkan aku dengannya. Aku me-ngandung dan sebelum anak itu lahir sua-miku pergi berperang hingga terbunuh. Lalu, aku mengirim anak itu setelah lahir kepada bani fulan dan dia tumbuh hingga dewasa di lingkungan mereka, sebab aku merasa pedih jika ia menjadi anakku.” Maka, Ali berkata: “Aku ayahnya Hasan, dekatkan dan dekatkan nasab itu padanya.”

Ini adalah salah satu firasat dari saha-bat Ali yang sangat mengagumkan dan se-kaligus dipakai dalam rangkaian penetapan hukum? Diterangkan pula oleh Ibnul Qay-yim dalam al-Firasat, bahwa ketika Umar Ibnul Khaththab bertanya kepada seorang laki-laki: “Bagaimana dengan diri anda?” Laki-laki itu menajwab: “(Aku) termasuk kelompok orang yang mencintai fitnah, membenci yang hak dan bersaksi atas apa yang (saya) tidak ketahui.” Umar

meme-rintahkan supaya orang itu dihukum dan dimasukkan dalam penjara. Namun, saha-bat Ali bin Abi Thalib mencegahnya dan berkata kepada khalifah Umar, bahwa orang itu benar dan tidak salah. Jawab Umar, “Engkau mengatakan orang itu tidak salah dan membenarkannya?” Ali menja-wab: “Orang itu mencintai harta dan anak, padahal Allah berfirman dalam Al-Qur’an: “Sungguh harta-hartamu dan anak-anak-mu adalah fitnah”. Ia membenci kematian, bahwa kematian adalah sesuatu yang hak. Dan ia bersaksi bahwa Nabi Muhammad saw adalah utusan Allah, sedangkan ia tidak pernah melihat atau bertemu dengan beliau.” Mendengar penjelasan sahabat Ali, maka Umar segera menyuruh bebaskan laki-laki itu dan dengan kagum beliau berkata: “Allah Maha Tahu bagaimana dia mendapatkan risalahnya.”

Inilah suatu bentuk firasat, yakni cahaya yang dimasukkan Allah SwT ke dalam hati, sehingga sesuatu terlintas padanya, ke-mudian mengalir ke mata. Ia dapat melihat apa yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Hanya perlu diwaspadai, di samping istilah firasat ada pula perilaku yang sering dila-kukan oleh kalangan sufi apa yang disebut dengan istilah “syatahat sufiyah”, yaitu ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan yang pada lahirnya berlawanan dengan ketentuan syari’at. Contoh-contohnya ter-dapat dalam kitab-kitab Tasawuf. Jika anda ingin tahu lebih mendalam bacalah kitab

Madarijus Salikin dan al-Firasat karangan Ibnul Qayyim al-Jauziyah, Ihya Ulumuddin

karangan al-Ghazali dan Futuhat al-Makkiah serta Fususul Hikam karangan Muhyiddin Ibnu Arabi.l

D I R A S A H I S L A M I Y A H

De

m

o (Vi

si

t ht

tp:

//www.pdfspl

itm

erge

r.c

om

Referensi

Dokumen terkait

>( Serta se*uru piak .an) naman.a tidak mun)kin penu*is se+utkan satu persatu( %enu*is men.adari/ da*am pem+uatan *aporan tu)as akir ini masi jau dari kata sempurna(

Dari pembahasan di atas, jelas sekali bahwa keadaan dan perubahan psikologis ibu selama masa kehamilan dapat mempengaruhi keadaan dirinya serta janin yang

Teknik pembiusan dengan penyuntikkan obat yang dapat menyebabkan pasien mengantuk, tetapi masih memiliki respon normal terhadap rangsangan verbal dan tetap dapat mempertahankan

Jika dilihat dari pemikiran Ibnu Khaldun di atas apabila dikatkan dengan generasi milenila sekarang, maka pemikiran Ibnu Khaldun masih bisa digunakan pada

ADE SYAHPUTRA L 4 Akademi Kebidanan Pamenang KQD Musabaqah Khaththil Qur'an Golongan Dekorasi 151302043 MELI PUSPITA PAMOLASARI P 5 Institut Seni Indonesia

Bagi siswa melalui penerapan model pembelajaran Advance Organizer dengan Peta Konsep diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas X SMK Tritech

Diharapkan dengan dijalankannya cara green di setiap proses konstruksi khususnya di proyek Kedutaan Austria dapat mempengaruhi perusahaan lain untuk dapat menjalankan program

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI