• Tidak ada hasil yang ditemukan

DASAR KLAIM DAN UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA GUGUS KEPULAUAN SENKAKU ATAU DIOYU OLEH JEPANG DAN TIONGKOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DASAR KLAIM DAN UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA GUGUS KEPULAUAN SENKAKU ATAU DIOYU OLEH JEPANG DAN TIONGKOK"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Kawasan Asia Timur memiliki letak Geografis yang cukup strategis dan

kekayaan sumber daya alam yang melimpah, sehingga Negara yang terhimpun di

dalamnya memiliki nilai pertumbuhan ekonomi yang lebih maju dibandingkan

dengan Negara Asia lainnya, hal ini disebabkan oleh faktor sejarah serta

peradaban Bangsa Timur yang berkembang dengan pesat.

Dari sinilah penulis memfokuskan pada dua Negara yaitu Jepang dan

Tiongkok. Ketiga Negara ini sangat berperan penting pada pertumbuhan ekonomi

Asia maupun dalam ruang lingkup yang lebih global. Antara Jepang dan

Tiongkok tidak hanya memiliki letak geografis yang saling berdekatan namun

dapat juga dikatakan sebagai Negara serumpun sehingga tidak dipungkiri lagi

bahwa kedua Negara kerap melakukan kerjasama dalam berbagai sektor.

Sektor-sektor tersebut antara lain adalah politik, ekonomi, pertahanan,

perdagangan, dan budaya. Kerjasama yang sudah dilakukan ini telah berlangsung

selama berpuluh-puluh tahun. Kedua Negara menyadari bahwa dengan adanya

kerjasama tersebut dapat membantu mereka untuk mencapai kepentingan nasional

masing-masing. Namun didalam perjalanan kerjasama tersebut terkadang

menimbulkan beberapa persoalan dan masalah karena adanya perbedaan pendapat

dan pandangan masing-masing Negara.

Salah satu yang masih hangat diperbincangkan hingga tahun 2014 ini

adalah persengketaan Pulau Senkaku atau Dioyu yang diperebutkan oleh Jepang

(2)

2

bagian dari wilayah Negaranya, karena Kepulauan tersebut memiliki kekayaan

melimpah.

Pulau Senkaku atau Dioyu adalah gugus kepulauan tandus, letaknya 190

kilometer timur laut Taiwan. Kepulauan yang menjadi sengketa ini terdiri dari

lima pulau kecil dan tiga karang bebatuan yang tandus. Pulau ini disengketakan

oleh dua Negara yaitu Jepang dan Tiongkok , karena Pulau ini diperkirakan

memiliki kandungan hidrokarbon yang cukup besar.1 Dua Negara tersebut juga

saling memberi bukti bahwa wilayah tersebut adalah miliknya. Jepang mengakui

wilayah tersebut sejak tahun 1972, sedangkan pada catatan navigasi Tiongkok

selama berabad-abad menyebutkan bahwa kepulauan tersebut adalah miliknya.

Pada tanggal 8 September 2010 hubungan Tiongkok dan Jepang

memanas, penyebabnya adalah penangkapan nelayan Tiongkok yang dianggap

mengganggu tugas penjaga pantai Jepang. Peristiwa Penangkapan nelayan

Tiongkok itu membuat hubungan diplomatik memanas, sebagai bukti adalah

Beijing menunda pembicaraan dengan Jepang terkait kandungan mineral yang ada

di bawah Laut Cina Selatan. Hingga tahun 2014 permasalahan tersebut masih

menjadi prioritas utama Jepang dan Tiongkok, bahkan saat itu pemerintah Jepang

membuat suatu kebijakan yang cukup ekstrim yaitu mengeluarkan perintah travel

warning2 kepada rakyatnya sebagai bukti bahwa permasalahan ini tidak bisa

dianggap remeh lagi oleh kedua Negara tersebut.

Akibat dari sengketa kepulauan senkaku tersebut menimbulkan efek pada

hubungan Diplomatik Tiongkok dan Jepang.Sehingga berujung pada dampak –

1 Jawa Pos, Minggu 19 September 2010

2Travel warning adalah himbauan untuk tidak pergi ke suatu negara yang dianggap tidak aman.

(3)

3

dampak lain nya seperti pada bidang ekonomi, sosial, politik dan budaya yang

mau atau tidak mau harus di hadapi oleh Jepang dan Tiongkok selaku Negara

yang sedang bersengketa.

Ketegangan Tiongkok dan Jepang pasca insiden tabrakan kapal di dekat

Pulau senkaku atau Dioyu tersebut kembali menghangatkan sengketa yang hingga

kini belum berakhir. Jika Beijing menyebut Kepulauan itu Dioyu dan Tokyo

menamai Pulau itu Senkaku.

Jepang dan Tiongkok sama-sama mempunyai kepentingan yang jika di

lihat mengarah kepada motif ekonomi. Hal ini di karenakan oleh adanya sumber

mineral yang melimpah yang berada di dalam Pulau Senkaku. Kedua Negara

menginginkan keadaan ekonominya akan mengalami kemajuan yang pesat jika

berhasil memiliki wilayah yang di sengketakan ini

Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini menjadi

penelitian skripsi. Penulis berupaya untuk mendalami langkah – langkah dan

upaya yang di tempuh oleh Jepang, Tiongkok dan Taiwan dalam menyelesaikan

masalah sengketa kepulauan..

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang permasalahan tersebut, maka dapat dilihat jelas permasalahan

yang muncul, adapun rumusan msalahnya adalah:

Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Jepang dan Tiongkok untuk

(4)

4

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1.3.1 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini sendiri adalah agar memperoleh gambaran –

gambaran tentang dasar klaim dan upaya apa saja yang telah di lakukan oleh

Jepang dan Tiongkok untuk menyelesaikan permasalahan sengketa yang terjadi di

Pulau Senkaku. Selain itu dengan penelitian ini penulis berharap dapat memberi

latihan bagi penulis untuk memahami resolusi konflik

1.3.2 MANFAAT

1.3.2.1 MANFAAT AKADEMIS

Dengan adanya penelitian ini di harapkan dapat menjadi penerapan

teori-teori dan konsep-konsep resolusi konflik seputar yang sedang terjadi

atau sudah terjadi. Selain itu penelitian ini diharapkan mampu memperluas

dan memperkaya penelitian kualitatif dalam bidang hubungan

internasional.

1.3.2.2 MANFAAT PRAKTIS

Secara praktis penelitian ini juga bermanfaat untuk bahan bacaan,

bahan diskusi serta sebagai bahan referensi bersama untuk memahami

fenomena konflik perebutan wilayah antar Negara serta memahami

Resolusi konflik yang diambil dalam menyelesaikan masalah sengketa ini.

1.4 KAJIAN PUSTAKA

1.4.1 LITERATUR REVIEW

(5)

5

Jamila3, dengan judul Pengaruh Sengketa pulau Dokdo / Takeshima di Semenanjung Korea terhadap Hubungan Bilateral Korea Selatan dan Jepang.

Sengketa Pulau Dokdo / Takeshima antara Korea Selatan dan Jepang terjadi pada

tahun 1905 dan hingga saat ini permasalahan sengketa ini belum terselesaikan.

Permasalahan sengketa ini diawali dengan status kedaulatan Pulau Dokdo yang

terletak di Semenanjung Korea yang diakui Kedaulatan nya dibawah kekuasaan

teritorial Korea di bawah kepemimpinan Dinasti Shila pada atahun 512M, namun

sejak tahun 1905-1945 Jepang melakukan Imperialisasi atas wilayah Korea yang

berdampak dengan diakuinya Pulau Dokdo menjadi Pulau Takeshima berada

dibawah yuridiksi Dewan Prefektur Shimane pada rahun 1905. Pada dasarnya

kasus sengketa Pulau Dokdo mempunyai kesamaan dengan kasus sengketa Pulau

Senkaku yaitu sama-sama belum terselesaikan kasusnya hingga saat ini.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dan perspektif

historis, dimana terdapat suatu penggambaran fenomena mengenai permasalahan

sengketa Pulau Dokdo / Takeshima yang juga ditinjau dari perspektif historis

guna memperoleh bentuk penggambaran generalisasi permasalahan tersebut

secara empirik yang menuju pada arah status kedaulatan Pulau Dokdo /

Takeshima di masa yang akan datang. Hasil penelitian dituangkan dalam

kesimpulan yang menyatakan bahwa sengketa Pulau Dokdo / Takeshima

memberikan pengaruh secara akomodatif dalam perspektif hubungan bilateral

antara Korea Selatan dan Jepang yang ditandai dengan adanya peristiwa

ketegangan hubungan diplomatis yang berdampak pada aspek perdagangan dan

terganggunya aktifitas kebudayaan kedua Negara.

3Illa Siti Jamila,”

(6)

6

Selain penelitian diatas, ada penelitian yang dibuat untuk menjelaskan

kasus-kasus sengketa pulau antar Negara lainnya. Penelitian yang berjudul

Sengketa wilayah Perbatasan Perairan Ambalat-Karang Unarang Pasca Kasus

Sipadan-Ligitan ( Tinjauan Hukum Laut Internasional ) yang ditulis oleh B.

Tjandra Wulandari, SH, MH. Kasus ini muncul sedikit banyak masih berkaitan

dengan masalah klaim atas Pulau Sipadan-Ligitan yang pada tanggal 17

Desember 2002 melalui putusan Mahkamah Internasional di Den Haag disahkan

menjadi bagian dari wilayah Malaysia. Dengan diakuinya Pulau Sipadan dan

Ligitan secara Internasional sebagai milik Malaysia, maka hal ini dijadikan dasar

Malaysia sebagai penentu penarikan garis batas maritim sejauh 12 mil, sehingga

jika didasarkan pada penghitungan mil ini, maka sesuai letak geografisnya blok

Mabalat akan masuk menjadi bagian wilayah Malaysia yang secara otomatis akan

mengurangi wilayah Indonesia. Sementara selama ini Indonesia telah mengelola

pertambangan minyak dan gas lepas pantai Blok Ambalat dan Blok Ambalat

Timur yang berada di perairan sekitar Kalimantan Timur yang berada dalam

wilayah Indonesia. Berkenaan dengan hal tersebut diatas sebenarnya setelah

putusan Mahkamah Internasional tentang status Pulau Sipadan dan Ligitan

Pemerintah Indonesia dan Malaysia sudah harus menentukan batas wilayah

maritim baru. Namun hingga saat ini belum ada kesepakatan mengenai hal

tersebut, maka dianggap blok tersebut tetap sebagai bagian dari wilayah

Indonesia.

Ada juga sengketa Pulau Kuril antara Jepang dan Rusia, sengketa ini

dimulai pada pertengahan Perang dunia II yang mengakibatkan Rusia mengakui

Pulau Kuril sebaga bagian dari Negaranya, padahal jika dilihat secara geografis

(7)

7

antara Rusia dan Jepang untuk membahas kepemilikan Pulau Kuril seperti

Perjanjian Shimoda pada tahun 1855, ini adalah perjanjian pertama antara Jepang

dan Rusia. Perjanjian Shimoda yang menjelaskan mengenai perbatasan

mencantumkan perbatasan kedua Negara di tetapkan terletak diantara Pulau

Etofuru dan Pulau Uruppu. Seluruh Pulau Etofuru merupakan milik Jepang dan

Kepulauan Kuril yang berada di utara termasu di dalam Pulau Uruppu yang

merupakan milik Rusia. Pulau-pulau seperti Kunashiri, Shikotan dan Kepulauan

Habomai yang berada di selatan Etofuru tidak secara eksplisit disebutkan dalam

perjanjian, dan dimengerti pada waktu itu sebagai wilayah teritorial Jepang yang

tidak dalam sengketa. Perjanjian Shimoda juga mencantumkan Pulau Sakhalin /

Karafuto tidak untuk dibagi dua melainkan berada dibawah pengawasan bersama

Rusia-Jepang

*Tabel 1.1 Posisi Penelitian

No Nama Peneliti atau Judul

Penelitian

Metodologi dan

Pendekatan

Hasil

1 Illa Siti Jamila

Sengketa Pulau Dokdo /

Takeshima di Semenanjung

Korea Terhadap Hubungan

Bilateral Korea Selatan dan

Jepang

Deskriptif analis dan

Perspektif Historis

- Sengketa Pulau Dokdo

memberikan pengaruh

secara akomodatif dalam

perspektif hubungan

bilateral antara Korea

Selatan dan Jepang yang

ditandai dengan adanya

peristiwa ketegangan

(8)

8

bedampak pada aspek

perdagangan dan

terganggunya aktifitas

kebudayaan kedua Negara

2 B. Tjandra

Wulandari,SH.,MH

Sengketa wilayah Perbatasan

Perairan Mabalat – Karang

Unarang Pasca kasus

Sipadan – Ligitan ( Tinjauan

Hukum Laut Internasional )

Deskriptif analis dan

Perspektif Historis

- Dalam masalah sengketa

Karang Unarang , wilayah

ini hendaknya tetap di

perjuangkan sebagai

wilayah NKRI baik secara

politis dan diplomatis dan

di jadikan sebagai titik

dasar kepulauan. Di

samping itu Pemerintah

harus segera

melaksanakan Peraturan

Pemerintah no 38 tahun

2002 pada sekjen PBB

agar mendapatkan

pengesahan tentang batas

wilayah Negara.

3 Sengketa Pulau Kuril antara

Jepang dan Rusia

Deskriptif analis dan

Perspektif Historis

- AdanyaPerjanjian

Shimoda tahun 1855, yang

menjelaskan tentang

(9)

9

di tetapkan di antara Pulau

Etofuru dan Pulau

Uruppu. Seluruh Pulau

Etofuru adalah milik

Jepang dan Kepulauan

Kuril yang berada di utara

Pulau Uruppu merupakan

milik Rusia.

4 Prasasti Lakshita

Upaya penyelesaian

Sengketa Gugus Kepulauan

Senkaku atau Dioyu antara

Jepang – Tiongkok dan

Taiwan

Deskriptif dan

Perspektif Historis

- Belum ada upaya dari

Jepang, Tiongkok dan

Taiwan untuk membawa

permasalahan sengketa ini

ke ranah hukum, yang

selama ini di lakukan

hanyalah mencoba

membuat pertemuan –

pertemuan yang di

fasilitasi salah satu negara

yang sedang bersengketa

untuk membahas

kepemilikan Pulau

Senkaku. Akan tetapi

sampai saat ini masalah

(10)

10

bom waktu yang bisa

meledak kapanpun di saat

ada salah satu negara yang

sedang bersengketa

memasuki kawasan

kepulauan Senkaku

tersebut maka Negara lain

nya akan memberi

peringatan bahkan

menangkap orang yang

memesuki wilayah

tersebut.

1.4.2 LANDASAN KONSEP DAN TEORI 1.4.2.1 KONSEP DIPLOMASI

Diplomasi dalam hubungannya dengan politik internasional adalah seni

mengedepankan kepentingan suatu Negara dengan Negara lain.4 Sebuah Negara menggunakan media diplomasi sebagai alat untuk mencapai kepentingan

nasionalnya. Setiap Negara pasti mempunyai kepentingan nasional yang

berbeda-beda, dalam pencapaian kepentingan tersebut terkadang menimbulkan konflik

antara dua Negara. Media diplomasi dapat di gunakan untuk meredakan konflik

yang terjadi antara Negara-negara yang sedang berselisih, yakni dengan

menggunakan sarana lobbying dan bargaining. Namun apabila cara tersebut tidak

4

(11)

11

berhasil maka dibutuhkan manajemen perubahan, melalui alternatif-alternatif lain

yang tujuannya untuk mencapai kepentingan Nasional.

Diplomasi dapat mengalami perubahan yang disesuaikan oleh kebutuhan

suatu Negara, yakni diplomasi dengan cara damai dapat berubah menjadi

kekerasan seperti halnya ancaman dan tindakan tegas untuk menekan Negara lain.

Adanya perubahan sarana diplomasi dikarenakan antara Negara yang sedang

berselisih tidak memiliki trust ( kepercayaan ), respect ( rasa saling menghormati

), dan keselarasan, sehingga sarana diplomasi melalui alternatif tindakan tegas

dan ancaman dapat dipakai untuk membuat kesepakatan bersama.

Salah satu media Diplomasi adalah Mediasi, yang merupakan salah satu

perangkat Negosiasi penyelesaian konflik menggunakan pihak ketiga netral untuk

mendekatkan pihak-pihak yang bertikai melalui komunikasi sehingga tercapai

suatu kompromi yang paling baik untuk masing-masing pihak. Mediasi dalam

konteks hubungan internasional dapat di terjemahkan menjadi 3 fitur utama yaitu

perekrutan mediator, isu dan terciptanya kompromi. Syarat kehadiran mediator

adalah ia bisa diterima oleh pihak yang sedang bersengketa. Selain itu, mediator

berfungsi untuk hadir menengahi argumen serta menawarkan konsesus mutual

yang bisa diterima keduanya. Mediator hadir untuk menyediakan komunikasi

utamanya ketika situasi bersifat sangat emosional. Selain itu mediator mesti

memiliki kapabilitas untuk menyediakan alternatif-alternatif yang visibel,

diharapkan sanggup menjelaskan sudut pandang masing-masing pihak sesuai

dengan kemampuan membaca fakta yang ada.5

5

(12)

12

Dalam kasus sengketa Pulau Senkaku proses Diplomasi sangat penting

agar tercapai ketenangan dan kedamaian bagi Jepang, Tiongkok dan Taiwan.

Selain itu juga agar semakin memperjelas kepemilikan pulau dan tidak ada lagi

saling klaim wilayah yang pada akhirnya malah memperuncing hubungan

diplomatik ketiga Negara tersebut.

1.4.2.2 KONSEP KONFLIK

Dalam bukunya international politics, K. J Holsti mengemukakan bahwa

konflik yang menimbulkan kekerasan yang teroganisir muncul dari suatu

kombinasi khusus para pihak, pandangan yang berlawanan mengenai suatu isu,

sikap bermusuhan dan tipe-tipe tindakan diplomatik dan militer tertentu.6

Sumber konflik sendiri terletak pada hubungan antara sistem-sistem

Negara Kebangsaan yang dilandasi oleh konsep egosentrisme.7 Bila suatu Negara

terlalu berpegang teguh kepada pengakuan universal atas kemerdekaan politiknya

dan kebebasan memilih serta bertindak, ia akan menemui dilema karena ia pun

harus menghormati kebebasan dan kemerdekaan yang sama dari setiap Negar

lain, artinya keselamatan Negara tergantung kepada usaha-usaha sendiri, karena

itu setiap Negara harus bersikap hati-hati dalam memelihara hubungan dengan

Negara lain.

Dalam kasus sengketa Kepulauan Senkaku antara Jepang dan Tiongkok

konflik yang terjadi adalah saling klaim wilayah Kepulauan Senkaku, dimana

ketiga Negara saling menunjukkan keegoisannya dalam menyikapi masalah

tersebut sehingga memunculkan banyak reaksi di masing-masing Negara.

6K. J Holsti. Politik Internasional, kerangka untuk analisis jilid 2.

7

(13)

13

reaksi tersebut lebih menunjukkan sikap mendukung aksi Negara masing-masing

dan menghujat Negara lain yang ikut bersengketa sehingga membuat masalah

persengketaan tersebut semakin meruncing.

1.4.2.3 KONSEP RESOLUSI KONFLIK

Resolusi konflik merupakan suatu Terminologi ilmiah yang menekankan

kebutuhan untuk melihat perdamaian sebagai suatu proses terbuka dan membagi

proses penyelesaian konflik dalam beberapa tahap sesuai dengan dinamika siklus

konflik. Tahapan – tahapan tersebut adalah :

1. De – eskalasi konflik, yang di maksud di sini adalah konflik yang terjadi

masih di warnai oleh pertikaian senjata yang memakan korban jiwa ,

sehingga pengusung Resolusi konflik berupaya untuk menemukan waktu

yang tepat untuk memulai proses Resolusi Konflik.

2. Intervensi nasional dan Negosiasi Politik, Prinsip ini merupakan salah satu

perubahan dasar dari intervensi kemanusiaan di dekade 90-an,

mengharuskan intervensi kemanusiaan untuk tidak lagi bergerak di

lingkungan pinggiran konflik bersenjata tetapi harus bisa mendekati titik

sentral peperangan.

3. Problem – solving Approach, tahap ketiga dari proses resolusi konflik

adalah problem-solving yang memiliki orientasi sosial. Tahap ini diarahkan menciptakan suatu kondisi yang kondusif bagi pihak-pihak antagonis

untuk melakukan transformasi suatu konflik yang spesifik ke arah resolusi

konflik.

4. Peace – Building, Tahap keempat adalah peace-building yang meliputi

(14)

14

Tahap ini merupakan tahapan terberat dan akan memakan waktu paling

lama karena memiliki orientasi struktural dan kultural.

Dalam kasus sengketa Kepulauan Senkaku tahapan resolusi konflik yang

berlaku disini adalah proses Diplomasi, karena dalam kasus ini tidak sampai

terjadi konflik berdarah yang menyebabkan peperangan antara Jepang, Tiongkok

dan Taiwan. Diplomasi disini juga bertujuan untuk meredakan konflik perebutan

Pulau Senkaku dengan cara membuat perundingan – perundingan yang bertujuan

untuk mendamaikan kedua Negara yang sedang bersengketa ini. Perundingan –

perundingan ini di harapkan akan membuat status kepemilikan Pulau Senkaku

menjadi jelas, ataupun jika memang belum ada kejelasan status maka di harapkan

bisa membuat perjanjian tetntang pengelolaan bersama tentang sumber energi

yang ada di dalam Kepuluan Senkaku tersebut.

1.5 METODOLOGI PENELITIAN

1.5.1 METODE PENELITIAN 1.5.1.1 MODEL PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan model penelitian deskriptif,8 yaitu dimana sebuah penelitian yang menggambarkan atau menyederhanakan

berbagai kondisi, situasi atau berbagai variable yang terjadi di masyarakat

yang menjadi objek penelitian itu. Kemudian menarik ke permukaan sebagai

suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi atau variable-variable

tertentu.9 Penelitian deskriptif akan menjawab bagaimana upaya yang

8

Tim Penyusun Jurusan Hubungan Internasional UMM. 2009. Pedoman Skripsi Jurusan Hubungan Internasional. Malang, hal 13

(15)

15

dilakukan oleh Jepang dan Tiongkok untuk menyelesaikan permasalahan

sengketa Pulau Senkaku atau Dioyu.

1.5.1.2 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

studi pustaka yaitu dengan teknik pengumpulan data dari berbagai sumber

data sekunder, seperti artikel-artikel dalam surat kabar atau majalah, buku,

jurnal ilmiah, buletin, laporan, arsip organisasi serta bahan-bahan lainnya.

Dan tidak menutup kemungkinan pula untuk menggunakan berbagai buku,

terbitan, jurnal, makalah, surat kabar serta dokumen yang berbentuk

elektronik ( yang bisa didapat melalui instrumen internet ).

1.5.1.3 TEKNIK ANALISA DATA

Analisa data adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya dalam suatu pola, kategori dan uraian satuan dasar.

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui lintas

disiplin ilmu, dari berbagai buku-buku yang dianggap penting dan didalamnya

memuat tentebg perilaku Negara Jepang dan Tiongkok dalam upaya

penyelesaian sengketa Pulau Senkaku.

1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN

1.6.1 BATASAN WAKTU

Batasan waktu dari penelitian ini adalah di mulai dari tahun 2006

sampai tahun 2014, dan peristiwa – peristiwa yang terjadi setelah perang

Dunia II dimana AS meminta jepang untuk menyerahkan sebagian pulau –

pulaunya termasuk kepulauan senkaku. Dan selain itu juga peristiwa

diumumkannya sebuah hasil penelitian tentang sumber daya alam yang

(16)

16

teritorial Kepulauan Senkaku. Penetapan jangka waktu ini dimaksudkan untuk

membatasi penelitian agar tidak terlalu luas dan dapat memudahkan dalam

seleksi data.

1.6.2 BATASAN MATERI

Agar tidak membiaskan penelitian ini, penulis membatasi

permasalahan di atas pada konflik yang terjadi antara Jepang dan Tiongkok

untuk memperebutkan Pulau Senkaku. Selain itu juga penulis akan fokus pada

upaya-upaya yang telah dilakukan oleh ketiga Negara tersebut dalam upaya

menyelesaikan permasalahan tersebut.

1.7 ALUR PENELITIAN

Konsep serta teori Hubungan Internasional yang ada dalam penelitian ini

akan digunakan untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang ada,

tentang bagaimana upaya-upaya yang telah di lakukan oleh Jepang dan

Tiongkok dalam menyelesaikan permasalahan sengketa kepemilikan Pulau

Senkaku atau Dioyu. Dari permasalahan tersebut maka yang menjadi fokus

penelitian adalah upaya penyelesaian sengketa Pulau Senkaku dan yang

menjadi objek penelitian ini adalah Hubungan Negara yang sedang

(17)

17 STRUKTUR PENULISAN

BAB 1 : Dalam Bab 1 ini berupa Pendahuluan yang terdiri atas ; Latar belakang masalah, Rumusan masalah, kajian pustaka dan metode penelitian

BAB II : Dalam Bab II akan dijelaskan tentang kronologis sejarah kepulauan senkaku, letak geografis dan perjanjian-perjanjian yang di buat untuk

pulau senkaku

BAB III : Dalam Bab III akan dijelaskan dasar klaim pulau senkaku dan faktor-faktor yang menyebabkan pulau senkaku di sengketakan

(18)

I

DASAR KLAIM DAN UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA GUGUS KEPULAUAN SENKAKU ATAU DIOYU OLEH JEPANG DAN

TIONGKOK

SKRIPSI

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana ilmu politik (S.IP) strata-1

Oleh: Prasasti Lakshita

NIM (07260079)

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(19)

II

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Prasasti Lakshita

NIM : 07260079

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : DASAR KLAIM DAN UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA GUGUS KEPULAUAN SENKAKU ATAU DIOYU OLEH JEPANG DAN

TIONGKOK

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Hubungan Internasional Dan dinyatakan LULUS Pada hari: Selasa, 15 Juli 2014

Tempat: Ruang Dosen FISIP Lt 6 GKB 1 UMM

Mengesahkan, Dekan FISIP- UMM

Dr. Asep Nurjaman, M.Si

Dewan Penguji:

1. M. Syaprin Zahidi, MA ( )

2. Havidz Ageng P, MA ( )

3. Tonny Dian Effendi, M.Si ( )

(20)

III

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu’alaikum warahmatullahhi wa barakatuh.

Telah banyak referensi di Indonesia yang membahas studi tentang Konflik perebutan Pulau

antar Negara. Namun tidak banyak yang dengan spesifik membahas konflik yang terjadi

antara Jepang dan Tiongkok dalam memperebutkan suatu Gugus Kepulauan Senkaku. Terkait

hal tersebut, penulis tertarik pada dasar klaim dan upaya penyelesaian konflik sengketa

Gugus Kepulauan Senkaku yang kemudian penulis jadikan sebagai kajian dari skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa di dalam proses pengerjaan dan penyajian skripsi ini masih banyak

kekurangan yang perlu ditambahi dan disempurnakan. Oleh karena itu, masukan dan kritikan

yang membangun sangat diharapkan oleh penulis untuk membantu menutup celah

kekurangan tersebut.

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi, sekalipun kecil yang

tidak hanya bermanfaat untuk menambah dan mengembangkan pengetahuan mengenai studi

Hubungan Internasional di lingkungan Universitas Muhammadiyah Malang saja akan tetapi

juga disiplin Ilmu Hubungan Internasional di Indonesia secara umum.

Amien ya Rabbal Alamien

Wassalamu’alaikum warahmatullahhi wa barakatuh.

Malang, 21 Juli 2014

Penulis,

(21)

IV

DAFTAR ISI

Halaman

COVER ... I

LEMBAR PERSETUJUAN ... II

LEMBAR PENGESAHAN ... III

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... IV

PERNYATAAN ORISINALITAS ... V

KATA PENGANTAR ... VI

LEMBAR PERSEMBAHAN ... VII

ABSTRAKSI ... VIII

ABSTRACT ... IX

DAFTAR ISI ... X

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Penelitian... 4

1.3.2 Manfaat Penelitian... 5

1.3.2.1 Manfaat Akademis ... 5

1.3.2.2 Manfaat Praktis ... 5

1.4 Kajian Pustaka ... 5

1.4.1 Literatur Review ... 5

(22)

V

1.4.2.1 Konsep Diplomasi ... 11

1.4.2.2 Konsep Konflik ... 12

1.4.2.3 Konsep Resolusi Konflik ... 13

1.5 Metodologi Penelitian ... 15

1.5.1 Metode penelitian ... 15

1.5.1.1 Model Penelitian ... 15

1.5.1.2 Teknik Pengumpulan Data ... 15

1.5.1.3 Teknik Analisa Data ...16

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ...16

1.6.1 Batasan Waktu ... 16

1.6.2 Batasan Materi ... 16

1.7 Alur Penelitian ... 17

BAB II KRONOLOGIS SEJARAH KEPULAUAN SENKAKU, DASAR KLAIM JEPANG DAN TIONGKOK, SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMBUAT PULAU SENKAKU DI SENGKETAKAN 2.1 Kronologis Sejarah Kepulauan Senkaku ... 18

2.1.1 Letak Geografis ... 18

2.1.2 Sejarah Kepulauan Senkaku ... 20

2.1.3 Dinamika Konflik Pulau Senkaku ... 26

2.2 Dasar-Dasar Klaim Pulau Senkaku ... 32

2.2.1 Klaim Jepang ...33

2.2.2 Klaim Tiongkok ... 48

(23)

VI

2.3.1 Kekayaan Sumber Daya Alam ... 49

2.3.2 Nilai Strategis Pulau Senkaku Untuk Jepang Dan Tiongkok ... 52

BAB III UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA PULAU SENKAKU 3.1 Perjanjian-Perjanjian Tentang Pulau Senkaku ... 58

3.1.1 Perjanjian Shimonosheki 1895 ... 58

3.1.2 War Time Declaration ( Deklarasi Kairo ) ... 60

3.1.3 San Francisco Treaty 1951 ... 62

3.1.4 Perjanjian Damai Antara China Dan Jepang 1952 ... 65

3.2 Upaya Penyelesaian Sengketa Oleh Tiongkok Dan Jepang ... 65

3.2.1 Upaya Penyelesaian Jepang ... 66

3.2.1.1 Membuat Kesepakatan Bersama ( Joint Agreement ) ... 66

3.2.2 Upaya Penyelesaian China ( Tiongkok ) ... 67

BAB IV PENUTUP Kesimpulan ... 68

Saran ... 70

LAMPIRAN

(24)

VII

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Agung, Anak BP dan Yayan M. Yani. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Burhan, Bungin. 2001. Metodologi Penelitian Sosial “format-format kuantitatif dan

kualitatif”. Surabaya : Airlangga University Press

Mas’oed, Mochtar. 1994. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta :

LP3ES

Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama

S. L. Roy. 1995. Diplomasi, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Tim Penyusun Jurusan Hubungan Internasional UMM. 2009. Pedoman Skripsi Jurusan

(25)

VIII

SITUS INTERNET

6 Kapal China Tolak Perintah Keluar dari Perairan Jepang. (

http://international.okezonecom, diakses tanggal 28 Juli 2013 )

Cina Tolak Protes Jepang, (http://www.obornews.com/11900_html, diakses tanggal 28

Juli 2013 )

Jepang Mendeportasi Tujuh Aktivis Cina, (

http://news.liputan6.com/read/74985/jepang-mendeportasi-tujuh-aktivis-cina#sthsh.10MOOChr.dpuf di akses pada 27 juli 2013)

Jepang Protes Keras Cina, (http://www.obornews.com/11877_html, diakses tanggal 28

Juli 2013 )

Jet Tempur Jepang Cegat Pesawat China di Senkaku, (http:// international.

okezone.com/read/2013/03/01/413/769383, diakses tanggal 28 Juli 2013 )

Kapal-kapal Cina tinggalkan wilayah sengketa, ( http://tribunnews.com, diakses

tanggal 28 Juli 2013 )

Militer China Kian Mengancam, (www.google.com/ Hizbut Tahrir Indonesia/ Militer

China Kian Mengancam/ 6 Maret2008/ diakses 14 April 2011 )

Perang Meriam Air di Laut China, Picu Perang Sungguhan RRC-Jepang-Taiwan,

(http://luarnegeri.kompasiana.com, diakses tanggal 28 Juli 2013)

Presiden China Serukan Perjanjian Damai Dengan Taiwan, ( www.merdeka.com/

Referensi

Dokumen terkait

Rajah 43 menunjukkan penumpang yang berada dalam sebuah kereta tersentak ke belakang apabila kereta memecut secara tiba-tiba.. Diagram 44 shows a

Kenakalan yang dilakukan siswa SMA Negeri 7 Surakarta sebagian besar merupakan kenakalan yang bersifat pelanggaran terhadap tata tertib atau peraturan sekolah. Kenakalan yang

Digital Repository Universitas Jember... Digital Repository

Dengan adanya system ini terjadi penurunan fluks sekitar 25% dari laju awal dalam waktu 22 hari dan sebaliknya dengan tidak adanya sistem automatic backwash penurunan fluks

dukung tanah lereng secara signifikan. Salah satunya dengan cara memperkuat tanah lereng dengan menggunakan geotekstil. Geotekstil dapat berfungsi untuk memberikan

Dari analisis data ditemukan (1) terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik lebih tinggi

Segala sesuatu yang berkenaan sebagai akibat dari pada pembentukan Kecamatan Kusan Tengah dan Kecamatan Kusan Raya di Kabupaten Tanah Bumbu sebagaimana dimaksud dalam Pasal

Biological gender usually is not expressed, but in some Malayic languages, 22 such as Minangkabau (West Sumatra), there is a gender opposition in the pronouns for the