PERBANDINGAN KEBIJAKAN PROTEKSI PEMERINTAH
INDONESIA DALAM MERESPON PERJANJIAN ACFTA DAN
AKFTA
SKRIPSI
Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana ilmu politik (S.IP) strata-1
Oleh:
Muhammad Rif’an Ghofur NIM (09260083)
JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
▸ Baca selengkapnya: kesimpulan proteksi data saat berinternet
(2)(3)(4)(5)(6)VI
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillah, Allahuakbar… Assalamuallaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Sudah banyak penelitian-penelitian yang meneliti tentang masalah Perdagangan
Bebas, baik ACFTA,AKFTA,AIFTA dll. Banyak pula yang menulis tentang
dampak positif dan negative dari kerjasama perdagangan tersebut. Disini penulis
tertarik pada perdagangan ACFTA dan AKFTA. Sudah banyak pula yang meneliti
hal tersebut, dari segi ekonomi,kerjasama,dan masalah lainnya. Dalam hal ini saya
sebagai penulis dan peneliti mencoba mencari celah,bagaimana dalam ACFTA
dan AKFTA yang bekerjasama dengan Indonesia. Guna membedakan kebijakan
proteksi atau hal-hal yang dilakukan oleh Pemerintah Republik Indonesia dalam
merespon kerjasama yang telah diikuti oleh Indonesia. Sehingga penelitian ini
dapat menjadi salah satu refrensi bagi peneliti selanjutnya.
Penulis sangat menyadari bahwa didalam proses pengerjaan dan penyajian skripsi
ini masih banyak kekurangannya. Masih perlu penambahan yang harus dilakukan
agar menjadikan skripsi ini menjadi lebih baik lagi.. Maka dari itu penulis
mengharap masukan,kritikan,saran yang bisa membangun dan sangat diharapkan
pula oleh penulis untuk membantu melengkapi kekurangan tersebut.
Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi, sekalaipun
kecil yang tidak hanya bermanfaat untuk menambah dan mengembangkan
pengetahuan mengenai studi Hubungan Internasional di lingkungan Universitas
Muhammadiyah Malang saja akan tetapi juga disiplin Ilmu Hubungan
Internasional di Indonesia secara umum.
Allahuma Amien
Wassalamu’alaikum warahmatullahhi wa barakatuh.
Malang,10 Mei 2014
Penulis,
VII
DAFTAR ISI
COVER ... I
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... II
LEMBAR PENGESAHAN ... III
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... IV
PERNYATAAN ORISINALITAS ... V
KATA PENGANTAR ...VI
UNGKAPAN PERSEMBAHAN ... VII
ABSTRACT ... VIII
ABSTRAKSI ... IX
DAFTAR ISI ... X
DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM ... XII
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 9
1.3Tujuan Penelitian ... 9
1.4Manfaat Penelitian ... 9
1.5Penelitian Terdahulu ... 10
1.6Landasan Konsep ... 24
1.6.1 Konsep Proteksi ... 24
1.6.2 Konsep Free Trade ... 26
1.7Metodologi Penelitian ... 28
1.7.1 Metode Penelitian ... 28
1.7.2 Teknik Analisis Data ... 29
1.7.3 Batasan Materi ... 29
1.7.4 Batasan Waktu ... 30
1.8Indikator Perbandingan ... 30
1.9Argumen Dasar ... 30
VIII
1.10 Strukrur Penulisan ... 32
BAB II GAMBARAN KERJASAMA EKONOMI ASEAN-CHINA FREE TRADE AGREEMENT DAN ASEAN-KOREA FREE TRADE AGREEMENT 2.1 Sejarah Kerjasama Ekonomi ASEAN-China Free Trade Agreement ... 35
2.2 Sejarah Dan Perkembangan ASEAN-Korea (AKFTA) Free Trade Agreement ... 42
2.3 Implikasi ACFTA Terhadap Perlindungan Produk Lokal di Indonesia ... 48
2.4 Implikasi AKFTA Terhadap Perlindungan Produk Lokal di Indonesia ... 58
BAB III KEBIJAKAN INDONESIA MERESPON ACFTA DAN AKFTA 3.1 Hubungan ACFTA Dengan Indonesia ... 63
3.2 Kebijakan Proteksi Pemerintah Indonesia Merespon ACFTA ... 69
3.3 Hubungan AKFTA dengan Indonesia ... 79
3.4Kebijakan Proteksi Pemerintah Merespon AKFTA ... 81
BAB IV PERBANDINGAN KEBIJAKAN PROTEKSI OLEH PEMERINTAH INDONESIA DALAM MERESPON PERJANJIAN ACFTA DAN AKFTA 4.1Persamaan Kebijakan Proteksi Pemerintah Indonesia Dalam Merespon Perjanjian ACFTA dan AKFTA ... 87
4.2Perbedaan Kebijakan Proteksi Pemerintah Indonesia Dalam Merespon Perjanjian ACFTA dan AKFTA ... 102
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 112
5.2Saran dan Temuan ... 114
DAFTAR PUSTAKA ... 116
IX
DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM
1.1Tabel Posisi Penelitian ... 16
1.2Tabel Realisasi Investasi Korsel di Indonesia ... 47
2.1 Diagram Daftar Pembelian Produk China Yang Sering Dibeli Oleh
Masyarakat ... 50
2.2 Tabel Investasi perusahaan Korsel di Indonesia ... 59
4.2.1 Tabel Perbedaan Kebijakan Proteksi Merespon ACFTA dan AKFTA dalam
Bidang Pembatasan Kuota dan Pengetatan Kualitas Produk ... 103
4.2.2 Tabel Perbedaan Kebijakan Proteksi Merespon ACFTA dan AKFTA
dalamBidangUnfair Trade dan Anti Dumping………105 4.2.3 Perbedaan Kebijakan Proteksi Merespon ACFTA dan AKFTA dalam Bidang
Penyelesaian Sengketa……….107
4.2.4 Perbedaan Kebijakan Proteksi Merespon ACFTA dan AKFTA dalam Bidang Subsidi
Investasi………..…….108
X
Daftar Pustaka
Sumber Internet:
Surono,Penerapan Free Trade Agreement: Antara Harapan dan
Kenyataan,dalam sumber
http://www.depkeu.go.id/ind/others/Buletin/ek11/ek11-files/edukasikeuangan_11_2012.pdf, diakses Rabu, 6 Desember 2012
http://eprints.umm.ac.id/9794/1/Sistem_Proteksi_Ekonomi_NegaraNegaraAsia_T imur.pdf, diakses Senin 10 Desember 2012
http://www.wisegeek.com/what-is-free-trade.htm#didyouknowout Weck,
Winfried. Indonesia dalam Perspektif Regional dan Global http://www.kas.de/wf/doc/kas_3135-1442-20-30.pdf
Asean – China Trade Agremeent
http://stieama.org/wp- content/uploads/2013/01/Asean-%E2%80%93-China-Trade-Agremeent.docx
Indonesia Menilai Positif Pengembangan Konektivitas ASEAN. Diakses pada
tanggal 10 Desember 2013 dari
Perkembangan Pelaksanaan Perdagangan ACFTA Tahun 2010 Di Sektor Industri
http://kemenperin.go.id/artikel/42/Perkembangan-Pelaksanaan-Perdagangan-ACFTA-Tahun-2010--Di-Sektor-Industri
Piagam AKFTA. Diakses pada tanggal 17 September 2013 dari http://ditjenkpi.kemendag.go.id/Umum/LapKin.pdf.
Pemerintah Dorong Peningkatan Investasi Korsel di Indonesia. Diakses pada
tanggal 28 November 2013 dari
http://ditjenkpi.kemendag.go.id/website_kpi/index.php?module=news_det ail&news_content_id=823&detail=true
XI
Perdagangan ASEAN-Korea Selatan Ditarget USD 15 M. Diakses pada tanggal 1
September 2013 dari
http://www.tempo.co/read/news/2013/06/10/092487220/Perdagangan-ASEAN-Korea-Selatan-Ditarget-USD-15-M.
ACFTA sebagai Tantangan Menuju Perekonomian yang Kompetitif.
http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id= 4375.
Adolf Huala dan Chandrawulan A, 1994Masalah-Masalah Hukum Dalam Perdagangan Internasional, Jakarta RajaGrafindo
Persada Perusahaan Otomotif Korea Selatan Investasi di Indonesia http://www.mediaindonesia.com/read/2010/09/16/168979/21/2/Perusahaan -Otomotif-Korea-Selatan-Investasi-di-Indonesia
Kunjungan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Ke Korea
Selatan, 15 – 17 Februari
2011.http://www.indonesiaseoul.org/indonesia/kedutaanbesar/calendarofe vent.htm
Pemprov Jatim Intesifkan Kerja Sama dengan Korea Selatan dalam http://www.eastjavacoop.com/index.php?option=com_content&view=artic le&id=145:east-java-provincial-government-intesify-cooperation-with-south-korea-&catid=31:recently&Itemid=46&lang=in
http://www.ekonomi-holic.com/2012/05/kebijakan-perdagangan-internasional.html diakses Minggu 6 April 2014
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0 CDAQFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.kemenperin.go.id%2Fdownloa d%2F65&ei=owVZU_uKOInBrAe7nYGYCA&usg=AFQjCNECtcU85W NncmEO6hVwd7eV9Fl8Fw&bvm=bv.65397613,d.bmk, pdf, diakses Rabu 23 April 2014
Sumber Non Internet
Afadlal,et.,all 2011,Ekonomi Politik Kemitraan Asean : Sebuah Potret Kerjasama,Yogyakarta:Pustaka Pelajar,hal.145-146
Hizbul Wathon.2011. Kepentingan ASEAN dalam ASEAN-China Free Trade Agreement.Skripsi Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang.
Puteri Silvia Handayani. 2011. Dampak Asean-Korea Free Trade Area(AKFTA) Terhadap Ekonomi Indonesia.Skripsi Jurusan Hubungan Internasional
XII
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.
Sukirno Sadono,2004,Pengantar Bisnis, Jakarta,Kencana Prenada Media Group.
Griffiths, Martin and O’Callaghan Terry,2002,International Relations The Key Concept , London and New York, Routledge.
Mas’oed Mohtar.1990.Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi,Jakarta.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Implementasi Free Trade Agreement (FTA) sebagai pola umum yang
ditempuh dalam rangka pembentukan kawasan bebas perdagangan antar negara (Free
Trade Area) sudah menjadi fenomena global. Liberalisasi perdagangan dunia terus
bergulir seperti halnya bola salju yang membesarkan bentuk seiring dengan
perjalanannya. World Trade Organization (WTO) sebagai induk organisasi
perdagangan dunia mengidentifikasikan angka sekitar 250 skema FTA yang telah
terbentuk, baik yang bersifat bilateral maupun multilateral. Pada dasarnya,
keikutsertaan Indonesia ke dalam blok-blok perdagangan bebas ibarat menghunus
“pisau bermata dua”.
Menurut Surono di satu sisi, FTA memberikan harapan besar untuk
memperluas pasar ekspor dan juga membuka peluang masuknya foreign direct
investment (FDI). Namun di sisi lain, FTA juga memberikan kekhawatiran terhadap
tergerusnya industri nasional yang tidak mampu bersaing dengan produk impor.
Implementasi FTA berarti melepas hambatan tarifyang selama ini berguna untuk
proteksi Industri dalam negeri. Disinilah peran penting Pemerintah sebagai pengambil
kebijakan dan sebagai regulator perdagangan nasional. Ikut serta dalam FTA idealnya
dalam pasar bebas.1
Kerjasama ASEAN-China FTA pertama kali dikemukakan oleh Perdana
Menteri China Zhu Rongji dalam ASEAN+3 Meeting di Singapura November 2000
dan pada ASEAN-China Economic Cooperation Meeting pada Agustus 2001. Pada
2001 China mengusulkan adanya perdaganagn bebaas antara ASEAN dan China. 2
Pada waktu itu China mengusulkan suatu kawasan perdagangan bebas (Free
Trade Area) dengan ASEAN dalam konsep The China-ASEAN Free Trade Area
(CAFTA/ACFTA), yang ditargetkan akan terwujud pada tahun 2010. Kesepakatan
ACFTA ditandatangani bersama pada KTT ASEAN di Vientiane, Laos tahun 2001.
Apabila ACFTA dapat diberlakukan dengan lancar,hambatan tarif dan non-tarif akan
dicabut dari 6 negara ASEAN (Brunei, Indonesia, Malaysia, Philipina, Singapura dan
Thailand) pada 2010,dan dari negara CLMV (Cambodia, Laos,Myanmar dan
Vietnam) pada 2015.
Kesepuluh Kepala Negara ASEAN dan China berhasil menandatangani
kesepakatan di PhnomPenh pada November 2002 guna melanjutkan program
penurunan dan penghapusan tarif bea masuk yang dilaksanakan dalam tiga tahap: 1)
Early Harvest Program (EHP) yang telah dimulai 1 Janurai 2004; 2) Normal Track
yang dimulai implementasi penurunan tarifnya pada 1 Juli 2005; dan 3) Sensitive
Track tahun 2012 tarif maksimum 20% serta Highly Sensitive tahun 2015 tarif
1
Surono,Penerapan Free Trade Agreement: Antara Harapan dan Kenyataan,dalam sumber http://www.depkeu.go.id/ind/others/Buletin/ek11/ek11-files/edukasikeuangan_11_2012.pdf, diakses Rabu, 6 Desember 2012
2
maksimum 50 persen. Pada saat itu,tarif lebih dari 600 produk, terutama pertanian
yang meliptu sekitar 10 persen dari seluruh produk yang diperdagangkan di antara
kedua pihak telah diturunkan hingga 0 persen. Di dalam kerangka Agreement
ASEAN-China Comprehensive Economic Cooperation, China mengurangi tarif impor bagi
produk ASEAN beberapa tahun sebelum negara-negara ASEAN memberlakukan hal
yang sama dan membuka pasar mereka bagi produk ekspor China. Hal ini
dimaksudkan untuk memberikan ASEAN keuntungan ekspor terhadap produk China
dan memberikan kesempatan bagi produsen ASEAN agar lebih efisien Dan
produktif.3
Komitmen kemitraan untuk memperluas kerjasama ekonomi yang
komprehensif antara ASEAN dan Korea pertama kali disepakati dalam Konferensi
Tingkat Tinggi ASEAN-Korea yang di selenggarakan pada 30 November 2004di
Vientiane, Laos. Selanjutnya frame work agreement mengenai Kemitraan Kerjasama
Komprehensif antara ASEAN dan Korea untuk membentuk suatu ASEAN-Korea
Free Trade Area berhasil ditandatangani di Kuala Lumpur pada tanggal 13 Desember
2005. Pemerintah Republik Indonesia baru meratifikasi Framework Agreement on the
Comprehensiv eEconomic Co Operation AmongThe Government Of The Members
Countries Of The Assosiaciation of SouthEast Asian Nation and The Republic of
Korea berdasarkan Peraturan PresidenNomor 11 Tahun 2007.
Khusus untuk negara negara ASEAN yang baru (Vietnam, Laos, Myanmar
dan Cambodia) dalam penerapan jadwal penurunan tarifnya diberikan fleksibilitas.
Berbeda dengan skema ACFTA, jadwal penurunan tarif bea masuk dalam AKFTA
dilaksanakan dalam dua kategori yang dibedakan menurut produk. Kategori pertama
bersifat normal track (NT), khusus untuk produk-produk yang berdasarkan
sensitifitasnya telah siap menghadapi liberalisasi sehingga penurunan
danpenghapusan tarif bea masuknya berlangsung secara cepat tapi terjadwal. Untuk
kategori ini, Korea berkomitmen untuk melakukan penurunan tarif lebih cepat. Tahap
awal, Korea akan menurunkan minimal 70% pos tarifnya pada saat entry into force4.
Selanjutnya, 1 Januari 2008 diharapkan sudah mencapai 95%dan akan menghapus
seluruh pos tarifnya menjadi 0% paling lambat 1 Januari 2010.Untuk ASEAN-6,
komitmen penghapusan seluruh pos tarifnya menjadi 0% paling lambat dilakukan 1
Januari 2010 dengan fleksibilitas maksimum 5% (khusus Indonesiadan Philipines
fleksibilitasnya 10%). Pos tarif akan dihapus seluruhnya menjadi 0% paling lambat 1
Januari 2012.5
Bila melihat data neraca perdagangan Indonesia-China, defisit perdagangan
yang terjadi disebabkan oleh impor produk non migas. Tidak mengheran kanapa bila
pasca tahun 2005, produk manufaktur China begitu membanjiri pasar domestik
Indonesia dengan harga yang relatif lebih murah. Sifat konsumtif masyarakat
Indonesia ditambah lagi dengan harga yang relatif murah membuat produk China
menggusur produk produk sejenis yang dihasilkan produsen dari negara lain termasuk
4
Entry Into Force diartikan sebagai keberlakuan, Dalam penelitian ini Entry Into Force dapat dijelaskan semenjak berlakunya Perjanjian ASEAN-Korea Free Trade Agreement, berlaku juga semua perjanjian-perjanjian yang sudah disepakati dan harus dijalankan semua sesuai isi dan berlaku dari perjanjian tersebut.
5
juga produsen domestik. Inilah konsekuensi logis perdagangan liberal yang
merugikan bagi produsen lokal Indonesia.6
Dalam sebuah kajian ekonomi keuangan yang ada dalam situs resmi Badan
Kebijakan Fiskal(Desember 2011) menganalisis posisi Indonesia terkait dengan FTA
yang telah diterapkan dalam perdagangan di Indonesia. Dalam kajian tersebut
dinyatakan bahwa berdasarkan serangkaian kerjasama FTA yang diikuti oleh
Pemerintah Indonesia selama ini, secara umum cenderung merugikan Indonesia.
Namun demikian harus diakui pula bahwa terdapat beberapa kerjasama FTA yang
menguntungkan Indonesia. Hal ini terefleksi pada kinerja perdagangan antara
Indonesia dengan beberapa negara mitra dagang.
Perjanjian ACFTA pada awalnya kerjasama ini menguntungkan Indonesia, bahkan
surplus perdagangan cenderung besar. Pada tahun 2004 neraca perdagangan
Indonesia-China surplus sebesar USD 0,504 juta dan pada tahun 2007 meningkat
menjadi USD 1,1118 Juta. Seiring dengan derasanya aliran produk-produk China
yang masuk ke Indonesia, sedangkan disisi lain ekspor Indonesia terutama kelompok
mentah yang selama ini menjadi unggulan, mengalami penurunan maka neraca
perdagangan Indonesia menjadi defisit. Pada tahun 2008 neraca perdagangan
Indonesia-China defisit sebesar USD 3,631 Juta dan pada tahun 2010 menjadi defisit
sebesar USD4,732.7
6
Ibid,hal 8-10
7
Rita Dwi Lindawati, Widyaiswara, Jurnal Penerapan Free Trade Agreement Di Indonesia Permasalahan dan Antisipasinya, dalam sumber,
Sedangkan kerjasama dengan Korea, Sebelum dilakukan kerjasama FTA dengan
Korea Selatan, neraca perdagangan Indonesia surplus sebesar USD 4,82 Juta dan
pada tahun 2010 surplus dagang menjadi USD 4,89 Juta. Surplus dagang ini
disebabkan meningkatnya ekspor migas. Sementara itu ekspor non migas ke Korea
Selatan juga terus meningkat, akan tetapi surplus dagang untuk kelompok non migas
ke Korea Selatan juga terus meningkat, akan tetapi untuk kelompok non migas
cenderung menurun, yaitu dari USD 1,71 Juta(2006) menjadi USD 1,28 Juta(2010)8.
Terkait dengan kekhawatiran yang begitu kuat akan membanjirnya produk-produk
Cina, maka langkah yang harus ditempuh oleh pemerintah adalah meningkatkan
kemampuan daya saing produk nasional. Daya saing produk Cina yang cukup kuat di
pasar dunia dewasa ini adalah karena harganya yang murah, namun kurang didukung
oleh kualitas yang memadai. Murahnya produk Cina dikarenakan salah satunya
adalah lebih murahnya tenaga kerja di Cina dibanding Indonesia dan negara lain di
dunia. Sisi negatif yang dirasakan dari implementasi FTA cukup beragam, meskipun
tidak terjadi pada semua skema FTA. Semakin membanjirnya produk impor dengan
harga relatif murah, packaging yang menarik serta kualitas yang bersaing membuat
produk lokal mulai tergerus. Industri lokal sepertinya belum siap bersaing dengan
produk impor. Akibat lanjutannya, produsen yang pragmatis lebih memilih untuk
beralih usaha menjadi importir atau pedagang yang memberikan harapan keuntungan
lebih besar.
Treatment pemerintah terhadap maraknya usulan pembatalan maupun
penundaan pemberlakuan FTA, terutama untuk skema ACFTA dilakukan secara
hati-hati. Membatalkan suatu skema perjanjian multilateral bukanlah perkara yang mudah.
Langkah rasional yang mungkin dapat dilakukan adalah dengan melakukan
penundaan (reschedule) terhadap jadwal penurunan tarif terhadap beberapa produk
yang berpotensi menggangu industri nasional. Khusus terhadap skema ACFTA,
pemerintah mengusulkan rencana reschedule penurunan tarif terhadap 228 pos tarif,
antara lain : 1. Sebanyak 146 pos tarif Normal Track 1 (NT 1) yang harus 0% pada
2010 diusulkan menjadi Normal Track 2 (NT 2) atau menjadi 0% pada tahun 2012. 1.
Sebanyak 60 pos tarif Normal Track1 (NT 1) yang harus 0% pada tahun 2010
diusulkan menjadi sensitive list (SL) atau 0%-5% pada tahun 2018.1. Sebanyak 22
pos tarif yang sudah 0% dalam AC-FTA 2009 dinaikkan menjadi 5% dan di masukan
dalam katagori sensitive list (SL) atau 0%-5%pada tahun 2018. Alternatif lain yang
dilakukan pemerintah sebagai bentukantisipasi dampakACFTA adalah dengan
memaksimalkan kebijakan non-tarif, antara lain :
1. Produk impor yang beredar wajib: Menggunakan Standar Nasional Indonesia
(SNI)
2. Menggunakan label halal
3. Menggunakan label berbahasa Indonesia
4. Pengetatan pengawasan imporproduk manufaktur di enam pelabuhan besar
5. Penanganan unfair trade antara lain pengenaan bea masuk anti dumping dan
Safeguard
6. Harmonisasi tarif, terutama bagiproduk yang bahan bakunya masihmasuk
dalam HSL (high sensivitylist) seperti gula, beras, jagung, dankedelai.
Tujuannya agar bea masukimpor barang jadi produk-produk tersebut lebih
besar dari bahan bakunya.9
Sebaliknya, produk impor Indonesia dari Korea didominasi oleh komoditi non
migas dengan angka tren peningkatansebesar 32,15%. Angka impor komoditi migas
pun memiliki proporsi yang cukupbesar. Berdasarkan data statistik neraca
perdagangan Indonesia selama tahun 2007s.d. 2011, menunjukan terjadinya surplus
perdagangan Indonesia terhadap Korea. Tren neraca perdagangan Indonesia-Korea
menunjukan angka peningkatan sebesar 2,85%. Adapun produk ekspor Indonesia ke
Korea masih didominasi oleh komoditi migas. Meskipun demikian tren ekspor
produk non migas Indonesia (tahun 2007 s.d. 2011) juga meningkat cukup signifikan,
yakni sebesar 19,65%. Sebaliknya, produk impor Indonesia dari Korea didominasi
oleh komoditi non migas dengan angka tren peningkatan sebesar 32,15%. Angka
impor komoditi migas pun memiliki proporsi yang cukup besar. Bahkan tren
peningkatan impor komoditi migas menunjukan tren peningkatan yang lebih besar
(35,72%) dibanding komoditi non migas. Singkatnya, berdasarkan data neraca
9Ibid,
perdagangan Indonesia-Korea, tampaknya skema perdagangan bebas AKFTA telah
memberikan kontribusi yang sangat positif terhadap perekonomian Indonesia.10
Adanya kesenjangan perbedaan atau efek dari ACFTA dan AKFTA ini
disinyalir atau dirasa karena konsep kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah
Indonesia dalam menghadapi kedua FTA tersebut berbeda, baik dalam hal regulasi
maupun implementasi dari kebijkan-kebijakan tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat diterapakan oleh penulis dalam tulisan ini
yakni: Bagaimana Perbandingan Kebijakan Proteksi Produk Lokal Oleh Pemerintah
Indonesia dalam Menghadapi dampak Pasar Bebas China dan Korea.
1.3 Tujuan Penelitian.
Untuk Mengetahui Perbandingan Strategi Pemerintah Indonesia dalam
Melindungi Produk Lokal Terhadap Asean China Free Trade Area dan Asean Korea
Free Trade Area.
1.4Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis
1. Untuk mengetahui perbandingan kebijakan proteksi produk lokal khususnya
Manufaktur oleh pemerintah Indonesia Indonesia dalam menghadapi dampak
pasar bebas China dan Korea.
2. Untuk mengetahui apakah ada perbandingan proteksi pemerintah Indonesia
terhadap produk China dan Korea dalam sektor Manufaktur. Serta
dikarenakan secara kualitas lebih bagus produk Korea namun secara kuantitas
lebih banyak produk China yang beredar di Indonesia.
Manfaat Praktis
1. Sebagai salah Satu Syarat Untuk mendapatkan Gelar Strata-1 Ilmu Hubungan
Internasional Universitas Muhammadiyah Malang
2. Sebagai Tambahan Referensi perbandingan kebijakan dalam perlindungan
produk lokal Indonesia Khususnya dalam bidang Manufaktur.
1.5Penelitian Terdahulu
Sebagai salah satu pertimbangan akan dicantumkan penelitian terdahulu yang
dirasa topiknya cukup sama. Pertama Oleh Firdaus, Ahmad Heri. 2011.11 Kinerja
Perdagangan dan Dampak FTA ASEAN Plus Three terhadap Perekonomian
Indonesia. Tulisan ini hanya semacam jurna yang memberikan penjelasan manfaaat
atau dampak dari FTA yang positif dan Negatif. Dampak yang dirasakan secara
11
langsun goleh berbagai kalangan di Indonesia terhadap penerapan FTA dapat bersifat
positif dan negatif. Sisi positif yang muncul antara lain adalah adanya peningkatan
kesejahteraan masyarakat sebagai dampak tradecreation effect dalam FTA. Trade
creation effect memungkinkan masyarakat memperoleh barang dengan harga yang
relatif lebih murah,karena produk domestik tergantikan oleh produk impor. Hasil
penelitian Firdaus (2011) mengenai dampak FTA ASEAN Plus Three terhadap
kinerja perekonomian Indonesia menunjukan bahwa Indonesia mengalami
peningkatan kesejahteraan sebesar US$ 685.90 juta. Meskipun demikian angka ini
tergolong jauh lebihkecil dibanding negara ASEAN-6 lainnya. Angka GDP riil
Indonesia juga mengalami peningkatan sebesar 0,18%.
Sisi negatif yang dirasakan dari implementasi FTA cukup beragam, meskipun
tidak terjadi pada semua skema FTA. Semakin membanjirnya produk impor dengan
harga relatif murah, packaging yang menarik serta kualitas yang bersaing membuat
produk lokal mulai tergerus. Industri lokal sepertinya belum siap bersaing dengan
produk impor.Akibat lanjutannya, produsen yang pragmatis lebih memilih untuk
beralih usaha menjadi importir atau pedagang yang memberikan harapan keuntungan
lebih besar.
Kedua adalah penelitian dari Debby Rakhmawati dengan judul Sistem
Proteksi Ekonomi Negara-Negara Asia Timur (Jepang, China, dan Korea).
Menggunakan Pendekatan Proteksi yang diartikan sebagai upaya sebuah negara untuk
kawasan Asia Timur merupakan salah satu kawasan yang menarik. Hal tersebut
dan Korea Selatan yang berada dalam kawasan tersebut. Melindungi kepentingan
domestic mereka agar tidak terjadi intervensi yang besar dari pihak asing.Kemajuan
mereka diawali dengan kesadaran dari masing-masing negara untuk membuka diri
pada dunia luar dan melakukan industrialisasi. Dengan membuka diri pada dunia luar,
maka investasi dari negara lain (investasi asing) terus berdatangan ke negara mereka.
Yang unik dari Jepang, China dan Korea selatan adalah mereka tetap mampu untuk
menjadi tuan rumah di negara mereka sendiri meski banyak investasi asing yang
masuk ke negara mereka, bahkan mereka mendapat keuntungan dari datangnya
investor asing tersebut. Hal itu tidak terlepas dari peran pemerintah dan budaya bisnis
yang ada di ketiga negara tersebut. Dengan menggunakan konsep proteksi, penulis
melihat bahwa peran pemerintah adalah suatu bentuk untuk melindungi dan
mengembangkan perekonomian domestik masing-masing negara dengan hambatan
non tarif yang ada, yang mana peran pemerintah tersebut juga mengadopsi nilai
budaya bisnis masyarakat mereka. Kedekatan hubungan antara pemerintah dan para
pebisnis membentuk sebuah dinding yang kuat dalam menghadapi liberalisasi
internasional. Keiretsu di Jepang, Bamboo Network di China dan Chaebol di Korea
Selatan adalah budaya bisnis yang dipengaruhi oleh nilai Confusianism. Kelompok
pebisnis tidak hanya sebagai objek dalam kebijakan ekonomi Negara tetapi sebagai
subjek yang penting disamping pemerintah.Hubungan yang baik antara pemerintah
yang mana oleh penulis disinidisebut sebagai proteksi budaya ekonomi (disamping
hambatan tariff dan non tariff yang ada)12
Ketiga, Skripsi Jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah
Malang Oleh Hizbul Wathon yang berjudul Kepentingan ASEAN Dalam
ASEAN-China Free Trade Agreement, Penandatangan Free Trade Agreement. Penelitian ini
menggunakan Pendekatn International Rezim, International Rezim merupakan aspek
Hubungan Internasional yang sudah melipuiti banyak aspek seperti
perdagangan,keuangan,investasi,informasi,komu ikasi,hak asasi manusia lingkungan.
Antara ASEAN dan China menjadi sebuah babak baru hadirnya sebuah rezim
internasional yang menjanjikan untuk perkembangan dan pertumbuhan ekonomi
ASEAN kedepan dengan menghilangkan semua hambatan perdagangan yang telah
ada dan yang akan muncul pada masa mendatang, Pada prinsipnya, perjanjian yang
terkandung dalam ACFTA berfungsi sebagai media pencapaian kepentingan ASEAN
dan China, Perjanjian ACFTA akan mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan
dengan 1,7 miliar konsumen,serta PDB regional US $ 2 triliun dan total perdagangan
diperkirakan mencapai US $ 1,23 triliun. Kedua, penghapusan hambatan perdagangan
antara ASEAN dan China akan menurunkan biaya dan meningkatkan perdagangan
intra-regional serta menjadikanya sebagai sebuah bargaining tersendiri dalam kancah
perdanganan dunia.
Pola rezim yang lunak dan efisien akan berfungsi sebagai balancing stabilitas
12
hegemonic kawasan yang berimbas kepada mutual beneficial antar masing-masing
anggota dan juga tidak adanya ketimpangan pendistribusian kekuasaan dan
wewenang dalam mengatasi suatu konflik akan menjadikan ACFTA sebagai kekuatan
baru dalam perekonomian kawasan dan dunia. serta akan menjadikan ACFTA sebagai
magnet perdagangan dan Investasi. Yang akan mendongkrak perekonomian ASEAN.
13
Keempat, Skripsi Jurusan Hubungan Internasional, Universitas
Muhammadiyah Malang Oleh Puteri Silvia Handayani yang berjudul Dampak Asean
Korea FreeTrade Area (AKFTA) Terhadap Ekonomi Indonesia. Penelitian ini
menggunakan pendekatan Free Trade dimana Oleh Adam Smith dijelaskan
Perdagangan sebagai kebijakan yang mampu meningkatkan kemakmuran nasional.
Area Korea dan ASEAN melalui pertumbuhan cepat, berkelanjutan, merupakan
bagian dari keajaiban Asia Timur yang mengubah kelompok negara-negara sedang
berkembang yang dulunya miskin menjadi wilayah yang paling dinamis secara
ekonomis di dunia. Keajaiban ini berdasarkan industrialisasi berorientasi eksport dan
memberikan bukti tentang manfaat globalisasi yang sangat besar. Berdasarkan
penelitian ini hubungan kerjasama Indonesia dan AKFTA terbilang efektif. Dilihat
dari tingkat perekonomian dari kedua belah negara meningkat tajam setelah
dilakukannya kerjasama. Program yang mungkin harus ditingkatkan oleh pemerintah
adalah bagaiman untuk terus meningkatkan fasilitas dalam negeri guna menunjang
13
berbagai sektor terutama sektor ekonomi. Kemudian dalam hal birokrasi, pemerintah
juga wajib mengawasi dengan ketat arus masuk barang melalui badan bea dan cukai,
standarisasi produk yang telah disepakati bersama harus terus dipantau
pelaksanaannya, barang-barang illegal di perbatasan juga sedapat mungkin kian
ditertibkan guna penerapan mekanisme kontrol yang terarah. Kepada masyarakat luas
ada baiknya pemerintah terus mengkampanyekan untuk tetap membeli produk dalam
negeri yang kualitasnya juga harus diperhatikan oleh pemerintah agar layak bersaing
dengan produk impor.
Dalam hal investasi Korea Selatan banyak membantu Indonesia dengan
membangun anak-anak perusahaan di Indonesia dengan menyerap banyaknya tenaga
kerja yang benar-benar menguntungkan pemerintah Indonesia dalam hal pengurangan
pengangguran. Hal ini juga membantu pemerintah Indonesia dalam pengembangan
kualitas sumber daya manusia Indonesia di perusahaan-perusahaan Korea Selatan
dengan memberikan program training, kursus, pendidikan didalam maupun diluar
negeri ini berdampak positif bagi Indonesia umumnya dan tenaga kerja khususnya.
Dalam bidang jasa ditawarkannya perluasan kepemilikan saham pada
perusahaan perkapalan hingga 60% yang menguntungkan Indonesia dalam bidang
jasa trasportasi. Sedangkan dalam bidang keuangan Indonesia membolehkan
pembukaan cabang bank asing diseluruh ibu kota propinsi di Indonesia yang dapat
menguntungkan Indonesia dengan bertambahnya devisa melalui pajak. Dalam jasa
pariwisata Indonesia diuntungkan dengan dipromosikannya keindahan dan
Korea Selatan ke Indonesia yang menambah devisa Negara. Korea Selatan juga
berjasa kepada Indonesia dengan melakukannya pengembangan pembangunan,
infrasruktur dan energy alternatif. Korea Selatan juga membantu Indonesia dalam
melakukan pembangunan lingkungan hidup dengan melakukan program penghutanan
Indonesia kembali untuk menjaga agar ekosistem bagus dan mengatasi perubahan
iklim.
Respon masyarakat paska terbentuknya AKFTA, masyarakat yang mendukung
AKFTA berpendapat bahwa globalisasi dan pasar bebas membawa kesejahteraan dan
pertumbuhan terutama dibidang ekonomi dan teknologi. Sedangkan masyarakat yang
tidak mendukung AKFTA berpendapat bahwa negara maju mengeksploitasi negara
berkembang dengan merusak industri lokal, membatasi standar kerja dan standar
sosial. dan juga menimbulkan persaingan serendah mungkin yang menyebabkan
standar hidup, keamanan dan budaya lokal rendah akibat gaya hidup global.14
Tabel 1.1 Tabel Posisi Penelitian
No Nama/Judul Metodologi dan Hasil
14
Pendekatan
Hasil penelitian Firdaus
(2011) mengenai
meskipun tidak terjadi
pada semua skema FTA.
tergerus. Industri lokal
15
sepertinya belum siap
bersaing dengan produk
impor.Akibat
lanjutannya, produsen
yang pragmatis lebih
memilih untuk beralih
usaha menjadi importir
atau pedagang yang
Penulis melihat bahwa
mana peran pemerintah
antara pemerintah dan
para pebisnis
ikasi,hak asasi manusia
lingkungan. Antara
ASEAN dan China
menjadi sebuah babak
17
Hibul Wathon.2011.Kepentingan ASEAN dalam ASEAN-China Free Trade Agreement.
4. Puteri Silvia
baru hadirnya sebuah
rezim internasional yang
perdagangan yang telah
ada dan yang akan
muncul pada masa
mendatang.
Dalam hal investasi
Korea Selatan banyak
pemerintah Indonesia
dalam hal pengurangan
pengangguran. Hal ini
juga membantu
pemerintah Indonesia
dalam pengembangan
kualitas sumber daya
manusia Indonesia.
.
Respon masyarakat
paska terbentuknya
AKFTA, masyarakat
yang mendukung
AKFTA berpendapat
bahwa globalisasi dan
pasar bebas membawa
kesejahteraan dan
pertumbuhan terutama
dibidang ekonomi dan
teknologi. Sedangkan
5. Muhammad Rif’an
merusak industri lokal,
membatasi standar kerja
18Puteri Silvia Handayani. 2011. “ Dampak Asean
-Korea Free Trade Area(AKFTA) Terhadap
Produk Lokal Oleh
Pemerintah Indonesia
Dalam Menghadapi
Dampak Pasar Bebas
China dan Korea
Free Trade
melindungi produk lokal
dalam menghadapi
dampak pasar bebas
Asean-China Free Trade
Area dan Korean-Free
Trade Area bagaimana
hal ini menjadi penting
untuk diangkat karena
membanjirnya produk
import dari kedua
negara yang ada di
Indonesia dan
Bagaimana Pemerintah
Indonesia melindungi
produk lokal agar tidak
tergerus dengan adanya
produk dari China dan
1.6 Landasan Konsep 1.6.1 Konsep Proteksi
Sebagai alat untuk memecahkan suatu masalah, dibutuhkan suatu konsep
untuk menyelesaikan masalah tersebut. Untuk membantu menyelesaikan karya
tulis ini, penulis menggunakan konsep Proteksi, dimana konsep tersebut dirasa
dapat membantu permasalhan yang diangkat oleh penulis, yakni tentang Proteksi
Pemerintah Indonesia dalam melindungi produk lokal dalam menghadapi
dampak pasar bebas China Free Trade Area dan Korea Free Trade Area. Konsep
ini merupakan turunan dari teori neomercantilis yang dimana neomercantilis
memberikan penjelasan secara garis besar untuk memproteksi keamanan
ekonomi dengan politik internasional.
Adapun yang diartikan dengan proteksi adalah langkah-langkah yang
dilakukan pemerintah untuk membatasi kebebasan perdagangan di antara suatu
negara dengan negara lain. Pembatasan kebebasan perdagangan tersebut terutama
dilakukan dengan cara membatasi impor. Ekspor biasanya tidak dibatasi, bahkan
digalakkan, yaitu didorong perkembangannya.19
Proteksionisme adalah suatu falsafah perdagangan internasional yang
menghendaki diciptakannya hambatan terhadap impor untuk melindungi industry
19Pengantar Bisnis
dalam negeri dari persaingan dengan negara lain. Beberapa alasan dipakai untuk
menjalankan proteksionisme. Pertama, melindungi industry dalam negeri. Kedua,
melindungi industry baru yang masih labil. Ketiga diversifikasi industri untuk
alas an stabilitas ekonomi negara. Keempat, melindungi industri dalam negeri
agar buruh dalam negeri tetap bekerja. Mereka takut pada ancaman industry luar
negeri yang mengandalkan buruh yang lebih murah. Kelima, melindungi
keamanan nasional. Beberapa industri strategis yang menghasilkan
produk-produk pertahanan(militer)tetap dipertahankan keberadaannya untuk melindungi
kepentingan nasionalnya.20
Konsep Proteksi ini dapat juga diartikan sebagai Politik Proteksi, yang
dimaksud dengan Politik Proteksi ini adalah kebijakan pemerintah untuk
melindungi Industri dalam negeri yang cenderung tumbuh pesat(infant industry)
dan persaingan-persaingan barang impor.21Jenis-jenis proteksi non tarif adalah
pertama,pelarangan impor yakni dapat dijelaskan dengan mudah melarang
masuknya barang dari luar negeri untuk masuk ke dalam negeri, kedua,kuota
yakni membatasi jumlah maximum barang yang bisa di impor, ketiga,yakni
member subsidi terhadap produsen dalam negeri agar dapat bersaing harga
dengan produk impor.22
20
Bisnis Pengantar, Gugup Kismono,BPFE-YOGYAKARTA,Yogyakarta,hal,56
21
http://www.ekonomi-holic.com/2012/05/kebijakan-perdagangan-internasional.html diakses Minggu 6 April 2014
22
Sesuai dengan penjelasan konsep diatas, penjelasan tersebut dirasa tepat
untuk menggambarkan sikap Indonesia untuk melindungi diri dari serangan pasar
bebas China dan Korea. Yakni dengan menggunakan proteksi atau
batasan-batasan berupa kebijakan yang berupa non tariff. Indonesia patut melaksankan
hal itu karena agar industri lokal agar tidak kalah dan tergerus dengan adanya
barang impor produksi dari China dan Korea.Karena dalam hal inilah focus
industry yang dilindungi oleh Indonesia merupakan sektor yang sangat penting.
Sehingga Indonesia dapat memberikan pengamanan dan perlindungan diri,
terkhusus perlindungan bagi sektor industry manufaktur Indonesia.
1.6.2 Konsep Free Trade
Konsep Free Trade ini diartikan sebuah sistem dimana aliran barang,
modal dan tenaga kerja semuanya bebas tanpa adanya hambatan yang dapat
menghambat proses perdagangan. Banyak negara memiliki perdagangan bebas
dan beberapa organisasi internasional mempromosikan perdagangan bebas
mereka. Pajak, tarif, dan kuota impor semua dihilangkan, seperti subsidi,
keringanan pajak, dan bentuk-bentuk dukungan kepada produsen dalam negeri.
Pembatasan aliran mata uang juga diangkat, atau dihilangkan, yang merupakan
penghalang untuk perdagangan bebas. Sederhananya, perdagangan bebas
memungkinkan perusahaan asing untuk berdagang seperti efisien, mudah, dan
efektif sebagai produsen dalam negeri. Ide di balik perdagangan bebas adalah
kompetisi.
Produsen dalam negeri tidak akan dapat lagi mengandalkan subsidi
pemerintah dan bentuk bantuan lain, termasuk kuota yang pada dasarnya
memaksa warga untuk membeli dari produsen dalam negeri, sementara
perusahaan asing dapat membuat terobosan di pasar baru ketika hambatan
perdagangan diangkat. Selain mengurangi harga, perdagangan bebas juga
seharusnya mendorong inovasi, karena persaingan antara perusahaan memicu
kebutuhan untuk datang dengan produk inovatif dan solusi untuk menangkap
pangsa pasar.23 Konsep ini dengan lebih akurat dapat dijelaskan dan kemudian
disebut dengan perdagangan terbuka, atau perdagangan diantara negara
berdasarkan hukum keuntungan komparatif.24Kebijakan pemerintah untuk
mengadakan perdagangan bebas antar negara. Pihak-pihak yang mendukung
kebijakan perdagangan bebas mengajukan alasan bahwa perdagangan bebas akan
memungkinkan bila setiap negara berspesialisasi dalam memperoleh barang
dimana suatu negara memiliki keunggulan komparatif.25
Sesuai dengan penjelasan konsep diatas, konsep free trade dapat
dijelaskan atau digunakan untuk menganalisa permasalahan penulis. Seperti
Indonesia yang telah meratifikasi kedua perjanjian dalam ACFTA dan AKFTA
23
http://www.wisegeek.com/what-is-free-trade.htm#didyouknowout, diakses Kamis 16 Januari 2014.
24
International Relations: The Key Concept, Martin Griffiths and Terry O’ Callaghan, Routledge Taylor and Francis Group, London and New York, 2002,hal 113
25
yang merupakan kerjasama dibidang perdagangan antara negara-negara Asean.
Tetapi Indonesia juga tetap harus menyadari bahwa perjanjian perjanjian yang di
ikuti merupakan perjanjian yang membahas penghilangan seperti
pajak,tariff,kuota semua dihilangkan demi terwujudnya perjanjian perdagangan
bebas yang seperti diinginkan, serta saling menguntungkan negara negara
anggota. Pada posisi ini, Indonesia tetap memiliki kewajiban Untuk melindungi
produk produk lokal nya agar tidak tersaingi atau tergerus oleh adanya serbuan
barang China dan Korea. Indonesia harus bertindak tegas agar industri industri
yang ada tidak sampai hilang, dengan cara memberikan kebijakan atau
peraturan-peraturan yang harus diikuti semua negara anggota Asean ketika melakukan
perdagangan internasional dengan Indonesia.
1.7Metodologi Penelitian 1.7.1 Metode Penelitian
Dalam Penelitian ini, data yang digunakan adalah data kualitatif, dimana
penulis mendapatkan data tersebut dan diolah dari berbagai sumber di antaranya
buku, jurnal, laporan maupun internet. Penelitian yang akan dilakukan oleh
penulis bersifat deskriptif komparatif atau peneletian yang bersifat perbandingan.
Yakni membandingan dari dua fenomena persaingan pasar bebas China-Korea.
Dalam penelitian ini, peneliti fokus di dalam melihat Perbandingan
menghadapi Passar Bebas dan Asean-Korea agar produk lokal dan industri lokal
tidak kalah dengan keberadan barang dari China dan Korea.
1.7.2 Teknik Analisis Data
Penelitian yang dilakukan oleh Penulis bersifat Induksionis26. Dalam
penelitian ini penulis secara langsung akan membandingkan kedua fenomena
yang diangkat yakni perbandingan proteksi produk lokal oleh pemerintah
Indonesia dalam menghadapi dampak pasar bebas China-Korea. Dalam
hubungan kerjasama pasar bebas Inonesia dan China, Indonesia terlalu banyak
mengalami defisit atau kerugian dalam masalah ekonomi, sehingga perlu
diadakan reschedule atau semacam penataan kembali sebuah perjanjian agar
tidak terjadi ketimpangan serta agar Indonesia tidak dirugikan oleh keberadaan
China.
Sedangkan hubungan Indonesia-Korea mengalami pertumbuhan yang
surplus bagi Indonesia, sehingga memberikan dampak positif bagi perekonomian
Indonesia dan Indonesia merasa tidak perlu mengadakan reschedule perjanjian
antara Indonesia-Korea. Dari sinilah dapat dijelaskan oleh penulis, terdapat
perbedaan antara perjanjian Indonesia-China dan Indonesia-Korea. Serta
bagaimana pula sikap perlindungan diri Indonesia menghadapi pasar bebas
China-Korea.
26Induksionis merupakan tingkat penelitian yang dijelaskan oleh Mohtar Mas’oed yakni apabila Unit
1.7.3 Batasan Materi
Untuk membatasi penelitian agar tidak keluar dari tujuan penulisan yang
ingin dicapai, maka peneliti memberi ruang lingkup penelitian yaitu:
Menjelaskan Perbandingan Proteksi Pemerintah Indonesia dalam Melindungi
Produk Lokal dalam Menghadapi Pasar Bebas Asean-China Free Trade Area dan
Asean-Korea Free Trade Area.
1.7.4 Batasan Waktu
Berdasarkan Pemaparan data yang ada, penulis memberikan batasan
waktu penelitian yakni 2010 sampai sekarang. Semenjak perjanjian tersebut
berlangsung dan hingga pada saat ini.
1.8 Indikator Perbandingan
Adapun Indikator Perbandingan yang diperbandingkan dalam penulisan
penelitian ini adalah perbandingan Proteksi Manufaktur oleh pemerintah
Indonesia dalam menghadapi dampak pasar bebas China dan Korea. Terdapat 4
skema perbandingan, yakni subsidi sektor investasi, pelarangan
impor(pembatasan kuota dan kualitas produk), Unfair trade dan anti dumping,
penyelesaian sengketa(regulasi)
Argumen yang ditemukan penulis disini adalah penulis menemukan
sedikit perbedaan antara kebijakan pemerintah Indonesia dalam menghadapi
dampak persaingan pasar bebas China dan Korea. Pemerintah sedikit banyak
memberikan kebiajakn yang bersifat lebih kepada ACFTA daripada kebijakan
untuk AKFTA.
1.10 Struktur Penulisan BAB I Pendahuluan :
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.4 Manfaat Penelitian
1.5 Penelitian Terdahulu
1.6 Landasan Konsep 1.7 Metode Penelitian
1.8 Indikator Perbandingan
1.9 Argumen Dasar
1.10 Struktur Penelitian
BAB II Gambaran Kerjasama Ekonomi ASEAN-China (ACFTA) dan ASEAN-Korea (AKFTA) Serta Implikasinya terhadap Indonesia di Sektor Manufaktur.
2.1 Sejarah dan Perkembangan ASEAN-China Free Trade Agreement
2.2 Sejarah dan Perkembangan ASEAN-Korea Free Trade Agreement
2.3 Implikasi ACFTA Terhadap Perlindungan Produk Lokal Di Indonesia.
2.4 Implikasi AKFTA Terhadap Perlindungan Produk Lokal Di Indonesia.
3.1 Hubungan ACFTA dengan Indonesia
3.2 Kebijakan Proteksi Pemerintah Indonesia menghadapi ACFTA
3.3 Hubungan AKFTA dengan Indonesia
3.4 Kebijakan Proteksi Pemerintah Indonesia menghadapi AKFTA
BAB IV Perbandingan Kebijakan Proteksi Pemerintah Indonesia Terhadap Produk Sektor Manufaktur Dalam ACFTA dan AKFTA
4.1 Persamaan Kebijakan Proteksi Pemerintah Indonesia Terhadap Produk Sektor Manufaktur Dalam ACFTA dan AKFTA
4.2 Perbedaan Kebijakan Proteksi Pemerintah Indonesia Terhadap Produk Sektor Manufaktur Dalam ACFTA dan AKFTA
BAB V Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan