• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP BUDAYA SIRI’ DENGAN AGRESIFITAS PADA MAHASISWA DI KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP BUDAYA SIRI’ DENGAN AGRESIFITAS PADA MAHASISWA DI KOTA MAKASSAR"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Petuah kuno dalam Lontara mengatakan jika panen tak berhasil pada suatu kerajaan, maka yang diperiksa pertama kali adalah Sang Raja. Petuah tersebut dapat diidentikkan kondisi beberapa kampus di Makassar yang kerap kali diwarnai tawuran, maka moralitas mahasiswa, dosen yang mengejar proyek, pegawai akademik yang melakukan pungutan liar sehingga gagal menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas – gagal panen. Menilik kondisi tersebut maka yang pertama diperiksa adalah ‘raja’ di kampus tersebut (Atha’na dalam Adryank, 2009).

Pada dasarnya budaya Bugis-Makassar bukan hanya seni tarian dan seni musik, lebih dari itu budaya Bugis-Makassar meliputi pandangan hidup, etika, perilaku keseharian, tatanan akademik, interaksi sosial yang berpedoman pada konsep Tomanurung. Akan tetapi hal inilah yang sejak dahulu tak diterapkan secara tepat di berbagai kampus. Alhasil terjadi bias pada masyarakat kampus terhadap tradisi Bugis- Makassar itu sendiri (Atha’na dalam Adryank, 2009).

Atha’na (dalam Adryank, 2009) selanjutnya menjelaskan bahwa budaya Bugis-Makassar telah kehilangan wajah, karena ketiadaan patron yang jelas memberikan representasi wajah Bugis-Makassar, yang ke dua adalah kesalahan menyikapi siri’ napacce’ yang mengandung makna figur yang cerdas, berintelektual tinggi, berani, jujur, rendah hati dan sederhana. Di samping itu secara kelembagaan pendidikan, kurikulum yang diterapkan di Sulawesi Selatan tak pernah dicantumkan pelajaran budaya Bugis-Makassar. Ditambah lagi para peneliti Unhas lebih tertarik untuk meneliti kebudayaan barat, ketimbang menggali kebudayaan Bugis-Makassar itu sendiri.

(2)

2

Tentunya pertemuan dua kebudayaan tadi akan mengakibatkan benturan budaya yang juga disebut cultural shock. Jika budaya global terlalu kuat, budaya lokal tentu tidak dapat melawan (dalam Adryank, 2009).

Rahman selanjutnya memaparkan bahwa hal pertama dari tiga permata kebudayaan itu adalah Kohesi. Dengan kohesi, etnik-etnik yang ada akan saling berhimpun, bukannya terpecah dalam konflik. Hal selanjutnya adalah meredam prasangka. Tentunya kehadiran beragam etnik sedikit banyak akan melahirkan prasangka-prasangka, yang jika tidak diolah dengan bijak akan mengakibatkan konflik. Hal terakhir dari permata kebudayaan ini adalah lahirnya budaya akademik. Budaya akademik tidak akan berjalan apabila kohesi dan upaya untuk meredam prasangka tidak dapat dilakukan (dalam Adryank, 2009).

Untuk mengatasi benturan kebudayaan di berbagai kampus di Makassar, Alwy Rahman mengemukakan beberapa solusi yaitu instalasi satu desain mata kuliah yang berfungsi menurunkan prasangka dengan model pembelajaran lintas budaya. Langkah ini harus disertai dengan pendekatan cara pengajaran dosen yang mengedepankan pengalaman lokal. Pengetahuan mahasiswa tidak hanya dijejali dengan hafalan, tapi juga pemahaman dan pengalaman. Dengan demikian mahasiswa bisa bersikap positif terhadap nilai-nilai budaya sendiri dan memposisikannya secara tepat.

Solusi selanjutnya yaitu mengembangkan pengetahuan dari kebudayaan lokal. Sudah menjadi tugas universitas dan lembaga mahasiswa untuk mempromosikan pengetahuan kebudayaan menjadi sistem rasional. Oleh karena itu untuk menetralisir pertentangan yang lahir, harusnya ada langkah tertentu yang ditempuh universitas itu sendiri.

(3)

3

Sulawesi Selatan (Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja) yang mendorong masyarakat untuk kerja keras, berprestasi, berjiwa pelopor dan berorientasi keberhasilan (Nossario, 2008) .

Degradasi tersebut akan menimbulkan penyimpangan dalam menyikapi nilai-nilai budaya siri’ sehingga menyebabkan mudahnya emosi tersulut meski dengan benturan-benturan yang kecil. Hal ini akan menyebabkan munculnya perasaan ketersinggungan harga diri dan menimbulkan perasaan marah maupun kesal. Perasaan kesal dan marah mahasiswa ternyata dapat mencapai tingkat agresi yang memicu timbulnya tindakan kekerasan (Nossario, 2008).

Agresi sendiri menurut para ahli psikoanalisis adalah hasrat untuk merusak, melukai orang lain atau merusak milik orang lain. Agresi, menurut Sigmund Freud (dalam Fromm, 1966) termasuk ke dalam insting manusia. Artinya, sifat agresi telah ada dalam diri setiap manusia dan bersifat bawaan. Dengan kata lain agresi merupakan dorongan yang terus menggelora yang berakar dari kondisi organisme manusia. Oleh karena itu setiap manusia memiliki insting destruktif yang tersimpan dalam dirinya, dan ini tidaklah berbahaya. Bahkan dua psikolog psikoanalisis, Freud dan Lorenz (dalam Fromm, 1966) sepakat bahwa tidak diwujudkannya agresi dalam bentuk tindakan adalah hal yang tidak sehat.

Lorenz (dalam Fromm, 1996) menambahkan bahwa yang menjadikannya berbahaya adalah spontanitas insting tersebut. Di sisi lain, para psikolog behaviorisme lebih menekankan kajiannya pada perilaku dan aktifitas manusia. Mereka berpendapat bahwa perilaku agresi seseorang seharusnya dilihat dari pembiasaan yang membentuk perilaku pribadi tersebut bukan pada subyektifitas pelaku. Dengan kata lain, para psikolog behaviorisme lebih melihat penyebab aksi destruktif adalah faktor lingkungan, yakni masyarakat dan budaya.

(4)

4

kepolisian saat melakukan unjuk rasa di depan kampus, Selasa 27 Mei 2008, mahasiswa dan polisi saling lempar batu karena demonstran yang memblokir jalan dibubarkan oleh polisi. Mahasiswa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang dinilai akan semakin menyengsarakan masyarakat miskin. Mahasiswa menutup jalan Perintis Kemerdekaan di depan kampus Universitas Hasanuddin (Unhas) sehingga memacetkan arus lalu lintas. Polisi coba menggiring demonstran kembali ke kampus supaya tidak mengganggu kepentingan umum. Awalnya, mahasiswa bisa digiring masuk ke kampus, namun demonstran kembali memblokir jalan. Polisi kembali membubarkan demonstran dan berujung pada bentrokan. Mahasiswa melempar polisi dengan batu dan pecahan bata. Polisi mengejar para mahasiswa yang lari masuk ke dalam kampus. Mahasiswa menutup pagar kampus supaya polisi tidak masuk lingkungan akademis, polisi tidak akan menangkap mahasiswa, tetapi yang bukan mahasiswa yang akan ditangkap (Nindhayati, 2008).

(5)

5

Dalam sudut pandang lain, pemimpin yang memiliki siri’ na pacce dalam dirinya, akan memiliki keberanian serta ketegasan, namun tetap bijaksana dalam memimpin. Pemimpin yang memegang teguh prinsip ini akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik karena mereka memiliki rasa peka terhadap lingkungan sekitar. Mereka dapat mendengarkan aspirasi orang-orang yang mereka pimpin (Opu, 2011). Hal ini sesuai dengan filosofi siri’ numi kupopoang yang berarti karena engkau menjaga siri maka engkau pantas dipertuan. Sehingga apabila seorang pemimpin tidak memiliki karakteristik sebagaimana dipaparkan atau dengan kata lain tidak mempunyai siri’ maka dia tidak lagi mendapat penghormatan. Seorang raja atau bangsawan yang sudah melupakan siri’nya tidak pantas lagi duduk di tahtanya.

Dalam budaya Sulawesi Selatan (Bugis – Makassar) ada sebuah istilah atau semacam jargon yang mencerminkan identititas serta watak orang Bugis-Makassar, yaitu siri’ na pacce. Secara lafdzhiyah Siri’ berarti : Rasa Malu (harga diri), sedangkan pacce atau dalam bahasa Bugis disebut pesse yang berarti : pedas (keras, kokoh pendirian). Jadi pacce berarti semacam kecerdasan emosional untuk turut merasakan kepedihan atau sesusahan individu lain dalam komunitas. Laica Marzuki pernah menyebut dalam disertasinya bahwa pacce sebagai prinsip solidaritas dari individu Bugis Makassar dan menunjuk prinsip getteng, lempu, acca, warani (tegas, lurus, pintar, berani) sebagai empat ciri utama yang menentukan ada tidaknya siri’ (Muis, 2010).

(6)

6

Mahasiswa di berbagai perguruan tinggi di Makassar, meski dalam pluralitas yang tinggi (terdiri dari berbagai mahasiswa dari latar belakang geografis dan budaya yang berbeda), namun secara umum dominasi mayoritas adalah masyarakat asli dengan latar belakang budaya Bugis-Makassar. Para mahasiswa tersebut adalah generasi terkini dari pemegang budaya lokal. Layaknya sebuah tradisi, maka secara turun temurun budaya akan menjadi pegangan serta pedoman. Bila mana pada suatu generasi penafsirannya meleset, maka akan berdampak ke generasi berikutnya. Jika terjadi disintegrasi terhadap penafsiran siri’ na pacce, maka tentunya akan berdampak kepada kelanjutan eksistensi falsafah kepada generasi yang akan datang, inilah yang menjadi salah satu kekhawatiran banyak pihak sehingga harus diluruskan agar kedepannya ini tetap bisa menjadi pedoman, pegangan serta ciri khas masyarakat Bugis-Makassar kedepan (Muis, 2010).

Berdasarkan uraian Muis tersebut, disintegrasi pemahaman nilai-nilai budaya siri memunculkan potensi bagi mahasiswa etnis Bugis-Makassar untuk melakukan kekerasan/agresivitas terhadap pihak manapun yang dipandang telah menyinggung harga diri mereka. Fakta tersebut menjadi dasar bagi peneliti untuk melakukan kajian tentang “Hubungan antara Sikap terhadap Budaya Siri’ dengan Agresivitas pada Mahasiswa di Kota Makassar”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka perumusan masalah yang dapat dikemukakan adalah: “Apakah ada hubungan antara sikap terhadap budaya siri’ dengan agresivitas pada mahasiswa di Kota Makassar?”

C. Tujuan Penelitian

(7)

7

D.Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan yang berarti bagi ilmu psikologi, khususnya psikologi sosial mengenai agresivitas yang berkaitan dengan karakteristik individu berdasarkan lingkungan budaya.

2. Manfaat Praktis

(8)

HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP BUDAYA

SIRI’

DENGAN

AGRESIFITAS PADA MAHASISWA DI KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

Oleh

Githa Dian Musfithasari

07810010

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(9)

HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP BUDAYA

SIRI’

DENGAN

AGRESIFITAS MAHASISWA DI KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Fakultas pssikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Oleh

Githa Dian Musfithasari

07810010

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(10)
(11)
(12)
(13)

KATA PENGANTAR

Bismillahi rahmani rahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

Rahmat dan Hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Hubungan Antara Sikap Terhadap Budaya Siri’i Dengan Agresivitas Pada Mahasiswa

Di Kota Makassar ”. Tidak lupa sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada

junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jalan

kegelapan menuju jalan yang terang yaitu Islam.

Penulisan laporan ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana Psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu,

dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnaya

kepada:

1.

Drs. Tulus Winarsunu,M.Si. selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas

Muhammaidiyah Malang.

2.

Dra. Tri DayaKisni,M.Si sekaligus Pembimbing I yang telah banyak meluangkan

waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan selama proses penulisan skripsi ini,

sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3.

Zainul Anwar,S.Psi,M.Psi. Selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan

waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan selama proses penulisan skripsi ini,

sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik

4.

Drs. Cahyaning Suryaningrum,M,Si selaku dosen wali yang telah mendukung dan

memberikan arahan sejak awal perkuliahan hingga penulis menyelesaikan skripsi

ini.

5.

Mahasiswi Fakultas teknik Universitas Muslim Indonesia di Makassar yang telah

(14)

6.

Papa dan Ibu yang selalu mendoakan, memotivasi, dan memberikan kasih sayang,

nasehat dan perhatian yang tidak pernah berhenti selama penilis menyelesaikan

skripsi ini.

7.

Om Roni, Ms Eng, Adeku Kiki yang selalu memberikan dorongan untuk

menyelesaikan skripsi ini.

8.

Mantan-ku “Delly Prawira” yang setia menemani, memotivasi , dan memberi

pengertian sampai akhirnya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

9.

Sahabatku Wilda, Ratih, Tami, Risma, Anti, Anak-anak Puncak Dieng yang telah

membantu penulis, menemani penulis dalam suka dan duka. Terima kasih atas

cerita-cerita indah, pengalaman seru, dan hari-hari indah yang kita lalui dari awal

semester satu sampai sekarang. Sampai kapanpun kalian akan jadi sahabatku.

10.

Teman-teman angkatan 2007 khususnya kelas A yang selalu memberikan semangat

sehingga penulis terdorong untuk menyelesaikan skripsi ini.

11.

Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak

memberikan bantuan dalam proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata, semoga segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan, mendapat

pahala dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa tidak ada satupun karya yang

sempurna, untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan karya

skripsi ini. meski demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.

Malang,13 Agustus 2011

Penulis

(15)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...

i

DAFTAR ISI ...

iii

DAFTAR TABEL...

vi

DAFTAR LAMPIRAN ...

vii

INTISARI

... viii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...

1

B. Perumusan Masalah...

6

C. Tujuan Penelitian...

6

D. Manfaat Penelitian...

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sikap Terhadap Budaya Siri’i

1. Sikap

a. Pengertian Sikap...

8

b. Komponen Sikap ...

10

c. Ciri-Ciri Sikap ...

10

d. Fungsi Sikap...

12

e. Proses Pembentukan dan Perkembangan Sikap………

12

2. Sikap Mahasiswa Terhadap Budaya Siri’i

a. Konsep Siri’ dalam Budaya Bugis Makassar...

14

(16)

B. Agresifitas

1. Pengertian Agresif...

20

2. Faktor Penyebab Agresifitas

...

21

3. Bentuk-bentuk Agresi... 25

4. Faktor-faktor yang Menghambat Agresifitas ...

27

C. Hubungan Sikap Terhadap Budaya Siri’ dengan Agresifitas ..

29

D. Kerangka Konseptual Penelitian ...

32

E. Hipotesa Penelitia

...

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian ...

34

B. Variabel Penelitian ...

34

C. Defenisi Operasional ...

35

D. Populasi dan Sampel Penelitian ...

36

E. Prosedur Penelitian ...

37

F. Jenis Data dan Instrumen Penelitian ...

37

G. Validitas dan Reliabilitas ...

41

H. Analisa Data...

45

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data...

47

B. Analisa Data ...

48

(17)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...

53

B. Saran ...

53

DAFTAR PUSTAKA

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.

Blue Print

Sikap Terhadap Budaya Siri’...

39

Tabel 2.

Blue print

Agresifitas ...

40

Tabel 3.

Skor untuk jawaban pernyataan skala likert ...

40

Tabel 4.

Blue print

dan Rangkuman Validitas Skala Sikap Terhadap

Budaya Siri’ Berdasarkan Uji Coba Instrumen ...

42

Tabel 5.

Blue print

dan Rangkuman Validitas Skala Agresifitas

Berdasarkan Uji Coba Instrumen……….. ... 43

Tabel 6. Kriteria Reliabilitas ...

44

Tabel 7.

Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Sikap Terhadap Budaya Siri’

dan Agresifitas ...

44

Tabel 8.

Hasil Distribusi Data Perhitungan T-Score ...

48

Tabel 9.

Rangkuman Analisis Hubungan Sikap terhadap Budaya Siri’

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala untuk penelitian

Lampiran 2. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Lampiran 3 Data penelitian skala sikap terhadap Budaya Siri’

Lampiran 4. Data penelitian skala Agresifitas

Lampiran 5. Hasil analisa data penelitian

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Kekerasan dalam Demonstrasi: Budaya Bangsa? http://triarawulan.blogspot.com/ 2010/01/kekerasan-dalam-demonstrasi-budaya.html

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi VI. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.

Azwar, Saifudin.1999. Sikap Manusia:Teori dan Pengukurannya. Edisi 2. Jogyakarta: Pustaka Pelajar.

Berkowitz, Leonard. 2003. Emotional Behavior ( buku kesatu ). Terjemahkan oleh Hartantni waro susiatni. Jakarta : PPM.

Gerungan, W.A. 1996. Psikologi Sosial. Bandung : PT Eresco

Hadi Sutrisno. 1992. Statistik Jilid II. Yogyakarta. Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM.

____________. 2000. Validitas, Reliabilitas, Analisis Aitem dan Teknik-Teknik Korelasi. Yogyakarta. Fakultas Psikologi UGM.

Koeswara, E. 1998. Agresi Manusia. Bandung : PT Erasco.

Komariyah, Nurul. 2002. Hubungan antara Informasi tentang Konservasi Hutan dan Sikap Masyarakat dengan Upaya Pelestarian Hutan di Kecamatan Bubulan Kabupaten Bojonegoro. Skripsi, Jurusan Geografi Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang. Skripsi tidak diterbitkan.

Lathifah, Cucuk Wirda. 1999. Hubungan Prestasi Belajar Siswa dengan Sikap Terhadap Pelestarian Lingkungan Hidup pada Siswa SLTP Negeri dan Siswa SMU Negeri di Kabupaten Situbondo. Skripsi, Jurusan Biologi Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Mohamad Laica Marzuki. 1995. Siri’ : Bagian Dari Kesadaran Hukum Rakyat

Bugis-Makassar. Bandung: Universitas Padjajaran

Nindhayati, Cahya. 2008. Perilaku Koping Anggota Samapta Polri Ketika Menghadapi Kerusuhan Massa. Skripsi. Fakultas Psikologi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

(21)

Ritzer, George. 2003. Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Scheneider, Alexander. A. 1955. Personal Adjusment and Mental Healty. New York : Holt, Rinehart dan winston.

Suriadi Mappangara. 2004. Ensiklopedia Sejarah Sulawesi Selatan Sampai Tahun 1905. Makassar: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan.

Toha, Miftah. 2004. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Referensi

Dokumen terkait

Hambatan auditoris yang dialami oleh anak tunarungu secara tidak langsung akan berdampak terhadap kemampuan bicara atau bahasa ekspresifnya. Anak tunarungu cenderung

Namun kendala utama yang dihadapi pada teknologi pengeringan adalah masalah biaya operasional pengering untuk kapasitas ruang pengering yang memadai.. Sesuai survei

Jenis kelamin adalah perbedaan fisik dan karakter antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. Secara tegas jenis kelamin manusia dibedakan menjadi dua, yaitu laki-laki

The present study emphasizes on the examination of the mediating role of the business process re-engineering in influencing firm performance with manufacturing

Menurut Setiadi (2010:20), tes merupakan “ alat ukur yang biasa digunakan untuk mengukur hasil belajar setelah satu program tertentu ”. Tes yang digunakan dalam penelitian

Lingkungan eksternal terdiri atas factor-faktor yang mempengaruhi organisasi dari luar batas organisasi, sedangkan lingkungan internal meliputi factor-faktor yang ada

Maka dapat ditelaah bahwa dalam penelitian ini bahwa sebuah pertunjukan suatu karakter pemain harus dimiliki tiap-tiap pemain, agar adanya kejelasan suatu

Deloshoub et al (2010) lapisan mukosa usus memiliki banyak vili sepanjang anterior hingga posterior usus dan pada bagian mukosa inilah banyak ditemukan infeksi