• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN AKUNTANSI TERHADAP STATUS SOSIAL EKONOMI GURU SETELAH ADANYA PROGRAM SERTIFIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN AKUNTANSI TERHADAP STATUS SOSIAL EKONOMI GURU SETELAH ADANYA PROGRAM SERTIFIKASI"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN AKUNTANSI

TERHADAP STATUS SOSIAL EKONOMI GURU

SETELAH ADANYA PROGRAM SERTIFIKASI

Studi Kasus: Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi T.A. 2008 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Octa Savinawati NIM: 041334054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PERSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN AKUNTANSI

TERHADAP STATUS SOSIAL EKONOMI GURU

SETELAH ADANYA PROGRAM SERTIFIKASI

Studi Kasus: Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi T.A. 2008 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Octa Savinawati NIM: 041334054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)

ii

(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

 

Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku,

Universitas Sanata Dharma

serta

Allah SWT atas segalanya.

Ibu tercinta yang tak henti-hentinya memberikan dukungan, nasehat,

semangat, dan doa.

Almarhum Bapak yang selama hidup Beliau selalu mendukung dan menjadi

panutan.

Kakak-kakakku, Mbak Essie sekeluarga dan Mas Ian sekeluarga.

Almarhum simbah Pawiro yang selalu bertanya kapan saya lulus, akhirnya

(6)
(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 10 Juni 2011 Penulis

Octa Savinawati

 

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Octa Savinawati

Nomor Mahasiswa : 041334054

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PERSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN AKUNTANSI TERHADAP STATUS SOSIAL EKONOMI GURU SETELAH ADANYA PROGRAM SERTIFIKASI

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 10 Juni 2011 Yang menyatakan

(9)

viii ABSTRAK

PERSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN AKUNTANSI TERHADAP STATUS SOSIAL EKONOMI GURU

SETELAH ADANYA PROGRAM SERTIFIKASI

Studi Kasus pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi T.A. 2008 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Octa Savinawati Universitas Sanata Dharma

2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) perbedaan persepsi mahasiswa terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi berdasarkan jenis kelamin; 2) perbedaan persepsi mahasiswa terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi berdasarkan jenis pekerjaan orang tua mahasiswa; dan 3) perbedaan persepsi terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi berdasarkan tingkat pendidikan orang tua mahasiswa.

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi T.A. 2008 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Populasi adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi T.A. 2008 yang berjumlah 82 mahasiswa. Sampel yang diambil berjumlah 68 mahasiswa. Penelitian dilakukan pada bulan April 2011. Penarikan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Teknik analisis data penelitian menggunakan statistik deskriptif dan pengujian hipotesis menggunakan Chi-square.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) ada perbedaan persepsi mahasiswa Pendidikan Akuntansi terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi berdasarkan jenis kelamin mahasiswa (χ2hitung=13,74> χ2tabel=9,488); 2) tidak ada perbedaan persepsi mahasiswa Pendidikan Akuntansi terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi berdasarkan jenis pekerjaan orang tua mahasiswa (χ2

(10)

ix ABSTRACT

THE PERCEPTION OF UNIVERSITY STUDENTS OF THE ACCOUNTING DEPARTMENT TOWARDS

SOCIAL-ECONOMIC STATUS OF TEACHERS AFTER PERFORMING THE PROGRAM OF CERTIFICATE

A Case Study: Students of Accounting Department 2008 Batch Octa Savinawati

Sanata Dharma University 2011

The aims of this research are to know different perception of university students towards social-economic status of teachers after performing the program of certificate based on: 1) gender; 2) parents’ occupation; and 3) parents’ educational level.

This research was conducted on university students of Accounting Department 2008 batch, Sanata Dharma University. The population of this research were 82 students. The samples are 68 students. This research conducted in April 2011. The sampling technique was purposive sampling. The techniques of data analysis were descriptive statistic and Chi-square.

The results of the research shows that: 1) there is different perception of university students towards social-economic status of teachers after performing the program of certificate based on gender (χ2count=13,74> χ2table=9,488); 2) there isn’t any different perception of university students towards social-economic status of teachers after performing the program of certificate based on parents’ occupation (χ2count=0,888< χ2

table=9,488); and 3) there isn’t any different perception of university students towards social-economic status of teachers after performing the program of certificate based on parents’ educational level (χ2

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena skripsi ini telah selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapatkan berbagai masukan, kritik, dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

4. Bapak Drs. F.X. Muhadi, M.Pd., selaku dosen pembimbing, yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

(12)

xi

6. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Si., selaku dosen panguji I yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si., selaku dosen penguji II yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

8. Seluruh staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan dalam proses perkuliahan.

9. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi, Pak Wawiek dan Mbak Aris, atas bantuan dan pelayanannya dalam hal administrasi perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini.

10.Ibu dan almarhum Bapak, kakak-kakakku Mbak Essie sekeluarga dan Mas Ian sekeluarga, yang tidak pernah lelah memberikan doa, kasih sayang, dukungan dan semangat kepada penulis.

11.Seluruh mahasiswa PAK angkatan 2004 atas kebersamaan selama menempuh kuliah. Teman-teman seperjuangan (Dono, Ela, Tepe, Lusi, Galuh, Eka) yang sudah memberikan motivasi dan bantuannya.

12.Seluruh mahasiswa PAK angkatan 2008 atas kesediaannya menjadi responden dalam skripsi ini.

(13)

xii

Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan memerlukan berbagai saran, kritik dan masukan yang sekiranya dapat melengkapi dan menyempurnakan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis berharap adanya perbaikan untuk penelitian selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Yogyakarta, 10 Juni 2011

(14)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

(15)

xiv

1. Pengertian Status Sosial Ekonomi ... 7

2. Pengertian Guru ... 11

3. Status Sosial Ekonomi Guru ... 11

B. Persepsi ... 12

1. Pengertian Persepsi ... 12

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 13

C. Tinjauan Tentang Sertifikasi ... 17

1. Pengertian Sertifikasi ... 17

2. Program Sertifikasi Guru ... 18

3. Tujuan Sertifikasi ... 19

4. Manfaat Sertifikasi ... 20

D. Kerangka Berpikir ... 21

1. Persepsi Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Angkatan 2008 Terhadap Status Sosial Ekonomi Guru Setelah Adanya Program Sertifikasi Berdasarkan Jenis Kelamin... 21

2. Persepsi Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Angkatan 2008 Terhadap Status Sosial Ekonomi Guru Setelah Adanya Program Sertifikasi Berdasarkan Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 23

3. Persepsi Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Angkatan 2008 Terhadap Status Sosial Ekonomi Guru Setelah Adanya Program Sertifikasi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 24

E. Hipotesis Penelitian ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 27

(16)

xv

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 27

D. Populasi dan Sampel ... 28

E. Pengelompokan, Operasionalisasi, dan Pengukuran Variabel ... 29

F. Teknik Pengumpulan Data ... 33

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 34

H. Teknik Analisis Data ... 37

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 43

B. Pengujian Hipotesis ... 50

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 56

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 62

B. Keterbatasan Penelitian ... 63

C. Saran ... 63

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel III.1 Operasionalisasi Variabel ... 31

Tabel III.2 Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 35

Tabel III.3 Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 37

Tabel III.4 PAP II ... 38

Tabel III.5 Tabel Distribusi Persepsi Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Terhadap Status Sosial Ekonomi Guru Setelah Adanya Program Sertifikasi ... 39

Tabel III.6 Daftar Interpretasi dari Koefisien Kontingensi ... 41

Tabel IV.1 Sebaran Kuesioner Penelitian ... 43

Tabel IV.2 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin ... 43

Tabel IV.3 Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 44

Tabel IV.4 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 44

Tabel IV.5 Persepsi Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Angkatan 2008 Terhadap Status Sosial Ekonomi Guru Setelah Adanya Program Sertifikasi ... 45

Tabel IV.6 Persentase Persepsi Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Angkatan 2008 Terhadap Status Sosial Ekonomi Guru Setelah Adanya Program Sertifikasi Berdasarkan Jenis Kelamin Mahasiswa ... 46

Tabel IV.7 Persentase Persepsi Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Angkatan 2008 Terhadap Status Sosial Ekonomi Guru Setelah Adanya Program Sertifikasi Berdasarkan Jenis Pekerjaan orang Tua ... 47

(18)

xvii

Tabel IV.9 Tabel Kontingensi 5x2 Persepsi Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Angkatan 2008 Terhadap Status Sosial Ekonomi Guru Setelah Adanya Program Sertifikasi Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50 Tabel IV.10 Daftar Interpretasi Koefisien Kontingensi ... 52 Tabel IV.11 Tabel Kontingensi 5x2 Persepsi Mahasiswa Pendidikan Akuntansi

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Kuesioner untuk Uji Validitas dan Reliabilitas ... 66

Lampiran 2.Data Hasil Uji Coba Kuesioner untuk Uji Validitas dan Reliabilitas ... 71

Lampiran 3.Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 72

Lampiran 4.Kuesioner Penelitian ... 73

Lampiran 5.Data Induk Penelitian, Data Induk Jawaban Responden ... 78

Lampiran 6.Daftar Distribusi Frekuensi ... 82

Lampiran 7.Kategori Kecenderungan Variabel... 83

Lampiran 8.Tabel Nilai r Product Moment ... 85

Lampiran 9.Tabel Penentuan Jumlah Sampel dari Populasi Tertentu ... 86

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

“Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru, namamu akan selalu hidup dalam sanubariku”. Sepenggal kalimat dalam lirik lagu Hymne Guru tersebut seakan mengartikan bahwa guru merupakan sosok yang akan selalu diingat dan dikenang. Guru ditempatkan sebagai sosok yang keberadaannya selalu dibanggakan dan dipuji oleh masyarakat. Apalagi dengan predikat “pahlawan” mengidentikkan guru dengan pahlawan dalam arti yang sebenarnya, membuat masyarakat menghormati guru.

Guru sebagai pendidik atau pengajar merupakan salah satu komponen penting dalam kesuksesan setiap usaha pendidikan. Guru atau tenaga pendidik meliputi tenaga pembimbing, tenaga pengajar, dan tenaga pelatih yang semuanya itu membantu peserta didik untuk mencapai tujuan perkembangannya (Samana, 1994:12). Oleh karena itu, guru merupakan predikat mulia karena mengemban tugas yang tidak ringan dan merupakan figur yang harus bisa menjadi panutan yang baik sesuai dengan pandangan yang melekat di mata masyarakat. Seperti ungkapan orang Jawa bahwa sosok guru adalah sosok yang “digugu lan ditiru”, dipatuhi dan diteladani. Setiap tutur kata dan perbuatan guru, dapat dijadikan suri tauladan yang baik bagi murid juga bagi masyarakat.

(21)

karena pada umumya guru berasal dari keluarga yang status sosial ekonominya relatif baik sehingga mampu menempuh pendidikan yang tinggi. Imbalan jasa yang diberikan pemerintah pun sangat memadai untuk hidup sejahtera bersama keluarga. Kepercayaan masyarakaat dan pemerintah pun sangat tinggi terhadap guru karena guru sering pula ditunjuk sebagai aparat pemerintah, seperti ketua RT, RW, karang taruna, dilibatkan dalam pemilihan kades, dll. Oleh karena itu, masyarakat sering meminta nasehat dan bantuan kepada guru dalam menghadapi persoalan.

Seiring dengan berjalannya waktu, kedudukan atau status sosial ekonomi guru di mata masyarakat mengalami perubahan. Guru tidak lagi dipandang sebagai priyayi (golongan atas), karena jika dilihat dari status sosial ekonomi sudah banyak pekerjaan lain yang lebih menjanjikan dan memiliki prestise di atas guru seperti dokter, pengacara, pengusaha, pegawai bank, dll. Selain itu, banyaknya pemberitaan di media massa cetak maupun elektronik mengenai guru-guru yang memiliki pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan seperti memberikan pelajaran tambahan di luar jam sekolah, membuka warung, bahkan menjadi tukang ojek, semakin membuat citra guru di mata masyarakat menjadi terpuruk. Keadaan ini menumbuhkan citra bahwa guru identik dengan kesengsaraan, kekurangan, dan kemiskinan.

(22)

menjadi wiraswasta karena dianggap lebih menjamin masa depan jika dipandang dari segi materi. Meski banyak mahasiswa yang tidak menjadi guru, masih ada sebagian kecil mahasiswa yang menjadi guru karena ketertarikan dan kecintaan mereka pada dunia pendidikan.

Namun sekarang angin segar mulai dapat dirasakan oleh guru, yaitu dengan adanya program sertifikasi yang diselenggarakan oleh pemerintah. Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru. Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar profesional guru. Guru profesional merupakan syarat mutlak untuk menciptakan sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas yang bertujuan guna menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran, meningkatkan profesionalisme guru, serta mengangkat harkat dan martabat guru. Guru yang telah lolos uji sertifikasi berhak mendapat sertifikat pendidik. Sertifikat ini menjadi salah satu syarat untuk memperoleh tunjangan profesi. Hal ini merupakan salah satu upaya dari pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan guru. Selain itu juga untuk meningkatkan gairah kerja dan kompetensi guru sehingga para guru akan berlomba-lomba untuk mengembangkan diri supaya lolos uji sertifikasi.

(23)

diharapkan menjadi baik, sehingga mahasiswa fakultas keguruan akan lebih bersemangat dan lebih bergairah untuk menjadi guru.

Dari uraian di atas tampak adanya pergeseran persepsi terhadap status sosial ekonomi guru, dari persepsi guru seperti priyayi (golongan atas) kemudian persepsi guru merupakan golongan menengah ke bawah dan akhirnya persepsi status sosial ekonomi guru diharapkan membaik dengan adanya program sertifikasi. Status sosial ekonomi guru yang berubah-ubah tersebut, akan menarik persepsi yang berbeda di antara mahasiswa yang melanjutkan pendidikan di fakultas keguruan.

Berdasarkan fenomena di atas, penulis merasa tertarik untuk mengetahui secara nyata dan jelas mengenai persespi mahasiswa terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Persepsi Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Terhadap Status Sosial Ekonomi Guru

Setelah Adanya Program Sertifikasi”.

B. Batasan Masalah

(24)

dalam penelitian ini, penulis hanya memfokuskan pada faktor perbedaan jenis kelamin, perbedaan jenis pekerjaan orang tua, dan perbedaan tingkat pendidikan orang tua mahasiswa.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan persepsi mahasiswa Pendidikan Akuntansi terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi guru berdasarkan jenis kelamin?

2. Apakah ada perbedaan persepsi mahasiswa Pendidikan Akuntansi terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi guru berdasarkan jenis pekerjaan orang tua mahasiswa?

3. Apakah ada perbedaan persepsi mahasiswa Pendidikan Akuntansi terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi guru berdasarkan tingkat pendidikan orang tua mahasiswa?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

(25)

2. Ada tidaknya perbedaan persepsi mahasiswa Pendidikan Akuntansi terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi guru berdasarkan jenis pekerjaan orang tua mahasiswa.

3. Ada tidaknya perbedaan persepsi mahasiswa Pendidikan Akuntansi terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi guru berdasarkan tingkat pendidikan orang tua mahasiswa.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Program Studi Pendidikan Akuntansi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi Program Studi Pendidikan Akuntansi untuk lebih meningkatkan kualitas pendidikan sehingga dapat menarik minat masyarakat luas terhadap profesi guru. 2. Bagi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Penelitian ini dapat digunakan sebagai alat pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan acuan bagi para peneliti yang membutuhkan kajian penelitian yang relevan.

3. Bagi Penulis

(26)

7 BAB II

KAJIAN TEORITIK

A.Status Sosial Ekonomi Guru

1. Pengertian Status Sosial Ekonomi

Menurut Soekamto (1990:264) status adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sehubungan dengan orang lain dalam kelompok tersebut, atau tempat suatu kelompok sehubungan dengan kelompok-kelompok lain di dalam kelompok-kelompok yang lebih besar lagi. Status sosial menurut Narwoko & Suyanto (2004:156) adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya, hak-haknya, dan kewajiban-kewajibannya.

Sehubungan dengan status sosial tersebut, Narwoko & Suyanto (2004:157) membedakan kedudukan atau status seseorang dalam masyarakat sebagai berikut:

a. Ascribed-status, diartikan sebagai kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan seseorang. Kedudukan diperoleh karena kelahiran, misal: kedudukan anak seorang bangsawan adalah bangsawan. b. Achieved-status, yaitu kedudukan yang dicapai seseorang dengan

(27)

c. Assigned-status, yaitu status yang erat hubungannya dengan achieved-status, artinya suatu kelompok atau golongan memberikan kedudukan yang lebih tinggi kepada seseorang. Misal, seorang dosen yang mempunyai wibawa diangkat menjadi ketua RT oleh warga.

Mengacu dari pengertian tersebut, maka dalam penelitian ini status sosial ekonomi guru berkaitan dengan profesi guru itu sendiri (achieved-status) dan penghargaan masyarakat terhadap wibawa guru (assigned-status). Menurut Supriadi (1998:68) makin tinggi tingkat sekolah tempat guru mengajar, makin baik status sosial ekonomi keluarganya. Secara umum status sosial ekonomi keluarga guru SMA lebih baik daripada status sosial ekonomi keluarga guru SMP dan SD. Hal ini dapat disebabkan untuk menjadi guru pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dituntut tingkat pendidikan guru yang lebih tinggi.

Penempatan seseorang dalam lapisan sosial ekonomi tertentu menurut Max Webber (dalam Setiadi dkk, 2006:96) dapat dipandang dari tiga dimensi, yaitu kekayaan, kekuasaan, dan prestise. Pelapisan dalam masyarakat timbul karena adanya sesuatu yang dihargai oleh masyarakat. Soekamto (1990:266) mengemukakan beberapa kriteria penggolongan status sosial ekonomi, yaitu: a. Ukuran kekayaan. Barangsiapa memiliki kekayaan yang banyak termasuk

dalam lapisan atau golongan teratas.

(28)

c. Ukuran kehormatan. Orang yang paling disegani dan dihormati akan mendapat tempat teratas.

d. Ukuran ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dipakai sebagai ukuran masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan.

Pendapat Soekamto didukung oleh Pitirim Sorokin (dalam Narwoko & Suyanto, 2004:156-157), bahwa untuk mengukur status seseorang secara rinci dapat dilihat dari jabatan atau pekerjaan, pendidikan dan luasnya ilmu pengetahuan, kekayaan, politis, keturunan, dan agama.

Berdasarkan berbagai pendapat yang telah dikemukakan di atas, pengertian status sosial ekonomi adalah kedudukan sosial ekonomi seseorang dalam masyarakat yang meliputi tingkat pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. Penulis membatasi status sosial ekonomi guru sebagai berikut: a. Tingkat pendidikan

Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuannya yang berlangsung seumur hidup. Menurut Yusuf (1982:61), pendidikan dapat diklasifikasikan dalam:

• Pendidikan formal, merupakan pendidikan sekolah.

• Pendidikan informal, merupakan pendidikan yang diperoleh dari

pengalaman sehari-hari dengan atau tidak disengaja dari lahir sampai mati dalam keluarga, dalam pekerjaan, atau pengalaman sehari-hari.

• Pendidikan nonformal, merupakan pendidikan yang teratur dengan sadar

(29)

Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang telah berhasil diselesaikan oleh seseorang dalam hal ini jenjang pendidikan meliputi SD, SMP, SMA/SMK/sederajat, dan Perguruan tinggi.

b. Pekerjaan/Kedudukan sosial

Pekerjaan merupakan kegiatan sehari-hari yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidup. Ada begitu banyak jenis pekerjaan yang dilakukan oleh orang-orang, misalnya: tukang parkir, pramusaji, dokter, perawat, guru, dosen, arsitek, dll. Demi memenuhi kebutuhan hidup, ada banyak orang yang mempunyai pekerjaan lebih dari satu.

Kedudukan sosial yang dimaksud adalah kedudukan yang dimiliki seseorang yang dipercayakan masyarakat kepada dirinya. Kedudukan sosial ini misalnya: Ketua RT, Ketua RW, Lurah, Ketua Pilkades, dll. Seseorang yang memiliki kedudukan sosial di dalam masyarakat akan membuat seseorang tersebut menjadi dihormati dan disegani.

c. Penghasilan atau pendapatan

(30)

pendapatan dalam jumlah kecil akan mengakibatkan seseorang mengalami kekurangan dalam pemenuhan kebutuhannya.

2. Pengertian Guru

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:288), guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya atau mata pencahariannya mengajar. Menurut Daradjat (dalam Nurdin, 2008:127) guru adalah pendidik profesional, karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggungjawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua. Dilihat dari pengertian tersebut, mengajar merupakan tugas pokok seorang guru dalam mendidik muridnya. Muhibin Syah (dalam Nurdin, 2008:127-128) mengemukakan bahwa guru dalam Bahasa Arab disebut mu’alim dan dalam Bahasa Inggris disebut teacher, yakni seorang yang pekerjaannya mengajar.

Jadi dapat disimpulkan bahwa guru adalah seseorang yang telah menempuh pendidikan formal sebagai pendidik yang tugasnya adalah mengajar siswanya.

3. Status Sosial Ekonomi Guru

Berdasarkan uraian di atas mengenai pengertian status sosial ekonomi dan pengertian tentang guru, maka dapat disimpulkan bahwa:

(31)

tingkat pendidikan dan luasnya ilmu pengetahuan, pekerjaan atau kedudukan dalam masyarakat, dan penghasilan.

B.Persepsi

1. PengertianPersepsi

Persepsi pada hakekatnya adalah proses pemahaman yang dialami setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman (Thoha, 1988:138). Menurut Walgito (1994:53), persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Sedangkan menurut Rita L. Atkinson, pengertian persepsi adalah sebagai berikut:

Perception is the process by which we organize and interpret these patterns of stimuli in the environment (Rita L. Atkinson, 1981:191).

(persepsi sebagai proses dimana kita mengorganisasi atau mengatur dan menginterpretasikan pola-pola pada suatu lingkungan.)

Setiap individu memiliki kemampuan berpikir dan kepekaan yang berbeda-beda dalam menanggapi suatu rangsangan yang ada di sekitarnya. Rangsangan ini berupa obyek-obyek yang dapat diketahui melalui panca indera. Dengan demikian, pola apapun yang ada di sekitarnya dapat diolah dan diinterpretasikan menurut pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki individu tersebut.

(32)

kemampuan dan kepekaan yang dimiliki individu tersebut sehingga melahirkan pemahaman tersendiri pada obyek yang diketahuinya.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi manusia terhadap suatu stimulus mungkin sama atau mungkin berbeda antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut, antara lain menurut Mulyadi (1989:234-235) ada tiga faktor yang mempengaruhi, yaitu:

a. Orang yang membentuk persepsi itu sendiri.

Kondisi intern atau karakteristik pribadi sangat menentukan persepsi yang dibentuk. Termasuk dalam kategori kondisi intern ini antara lain: kebutuhan, kelelahan, kecemasan, sikap, motivasi, harapan, pengalaman masa lalu, dan kepribadian.

b. Stimulus yang berupa objek maupun peristiwa tertentu.

(33)

Terhadap anggota yang memiliki karakteristik seperti itu, anggota lain umumnya segera membentuk persepsi positif terhadapnya.

c. Situasi di mana pembentukan persepsi itu terjadi.

Situasi saat terjadinya pembentukan persepsi juga berpengaruh terhadap persepsi yang dibentuk. Termasuk dalam pengertian situasi ini antara lain: tempat, waktu, suasana (sedih, gembira), dan lain-lain.

Sedangkan menurut Miftah Thoha (1988:158), persepsi dipengaruhi oleh dua hal, yaitu:

a. Orang yang menilai atau melihat, dalam hal ini adalah mahasiswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain:

1) Belajar atau pemahaman dalam perspesi.

(34)

2) Motivasi

Motivasi merupakan dorongan seseorang untuk melakukan sesuatu demi memenuhi kebutuhannya. Motivasi pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari proses belajar, tetapi juga mempunyai dampak dalam pembentukan persepsi. Misalnya, seseorang yang merasa sangat lapar tentu akan berbeda persepsinya tentang makanan dengan orang yang tidak lapar. Orang yang sangat lapar akan kurang mempedulikan enak tidaknya makanan yang dihidangkan karena motivasinya adalah mengisi perutnya agar tidak lapar. Berbeda dengan orang yang tidak lapar, orang itu akan lebih mempertimbangkan untuk memakan makanan atau tidak karena perutnya masih kenyang. Dari sini tampak bahwa kedua orang tersebut memiliki motivasi yang berbeda terhadap makanan sehingga akan berbeda pula persepsinya.

3) Kepribadian

(35)

memilih diam atau mencari tahu dengan membaca buku dan bertanya pada teman.

b. Orang yang dinilai atau dilihat, dalam hal ini adalah guru. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain:

1) Atribulasi

Atribulasi diartikan sebagai suatu proses bagaimana seseorang mencari kejelasan sebab-sebab dari perilaku orang lain. Seseorang tersebut tidak hanya tertarik mengamati perilaku seseorang saja tetapi juga mencari tahu penyebab dari orang yang diamati. Penilaian seseorang dan reaksinya terhadap perilaku orang lain dipengaruhi oleh persepsi mereka bahwa orang lain itu bertanggung jawab atas perilakunya. Misalnya, seorang guru terlambat datang ke sekolah karena ban motornya bocor masih bisa dimaklumi. Tetapi jika terlambatnya guru datang ke sekolah karena bangun kesiangan, maka guru itu akan mendapatkan sanksi. 2) Stereotype

Stereotype adalah suatu proses yang cenderung melihat orang lain sebagai suatu bagian dari suatu kelas/kategori. Di dalam stereotype

(36)

sifat senyatanya. Namun proses seperti ini berlangsung di dalam menimbulkan persepsi.

3) HalloEffect

Hallo effect digunakan untuk menilai seseorang berdasarkan atas salah satu sifat yang diketahui oleh orang yang menilai. Misalnya rajin, cerdas, kerjasama, malas, dsb. Salah satu dari sifat yang kebetulan dilihat oleh penilai dapat menutupi sifat-sifat lainnya.

Berdasarkan uraian di atas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi mahasiswa terhadap status sosial ekonomi guru, maka dapat dismpulkan bahwa faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Faktor internal atau faktor dari dalam diri mahasiswa, misalnya: motivasi, minat, kepribadian, bakat, pengalaman.

b. Faktor eksternal atau faktor dari luar diri mahasiswa, misalnya: guru, keluarga, masyarakat, teman, lingkungan.

C.Tinjauan Tentang Sertifikasi

1. Pengertian Sertifikasi

Pengertian sertifikasi secara umum mengacu pada National Commision on Educatinal Services (NCES) disebutkan “Certification is a procedure where by the state evaluates and reviews a teacher candidate’s credentials and

(37)

Dalam pedoman tanya jawab tentang sertifikasi (Depdiknas Dirjen Peningkatan Mutu dan Tenaga Kependidikan, 2007) sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru. Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar profesional guru. Guru profesional merupakan syarat mutlak untuk menciptakan sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas yang bertujuan guna menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran, meningkatkan profesionalisme guru, serta mengangkat harkat dan martabat guru. Proses sertifikasi dilaksanakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah.

2. Program Sertifikasi Guru

(38)

Guru yang mempunyai kualifikasi pendidikan D4 dan S1 harus mengikuti ujian sertifikasi. Tentang ujian sertifikasi ini diperjelas dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 tahun 2007 yang menyatakan bahwa sertifikasi bagi guru dilaksanakan melalui uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik. Ujian kompetensi itu dilakukan dalam bentuk portofolio, yang merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mencerminkan kompetensi guru.

Ujian sertifikasi berupa empat standar kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Kompetensi yang diujikan berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab.

Guru yang sudah mengikuti ujian sertifikasi berhak mendapat sertifikat pendidik. Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional. Sertifikat ini menjadi salah satu syarat untuk memperoleh tunjangan profesi. Sertifikat kompetensi adalah pengakuan terhadap penguasaan kompetensi pada bidang pekerjaaan tertentu, yang diberikan oleh satuan pendidikan kedinasan yang berakreditasi atau lembaga sertifikasi profesi yang diakreditasi.

3. Tujuan Sertifikasi

(39)

akhirnya diharapkan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan. Menurut Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang disahkan tanggal 30 desember 2005, tujuan sertifikasi adalah:

a. Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

b. Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan. c. Meningkatkan martabat guru.

d. Meningkatkan profesionalitas guru.

4. Manfaat Sertifikasi

Peningkatan mutu guru lewat program sertifikasi merupakan upaya peningkatan mutu pendidikan. Menurut Muslich (2007:9), adapun manfaat ujian sertifikasi guru dapat diberikan sebagai berikut:

a. Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru.

b. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan profesional.

c. Menjadi wahana penjaminan mutu bagi LPTK , dan kontrol mutu dan jumlah guru bagi pengguna layanan pendidikan.

(40)

D.Kerangka Berpikir

1. Persepsi Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Angkatan 2008 Terhadap

Status Sosial Ekonomi Guru Setelah Adanya Program Sertifikasi

Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah perbedaan fisik dan karakter antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. Secara tegas jenis kelamin manusia dibedakan menjadi dua, yaitu laki-laki dan perempuan. Perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan terletak pada bentuk tubuh dan fungsi organ tubuh masing-masing. Sedangkan perbedaan karakter antara laki-laki dan perempuan cenderung pada perbedaan emosi, cara berpikir, perhatian, bakat-bakatnya, minat dll.

(41)

Ada anggapan bahwa perempuan cocok menjadi guru karena karakter yang melekat padanya dan bukan semata demi mendapatkan materi. Naluri keibuan yang dimiliki perempuan dapat mendorong seseorang untuk menjadi guru karena ingin mendidik siswa seperti mendidik anaknya dengan sabar, penuh perhatian, dan kasih sayang. Selain itu, perempuan mempunyai perasaan yang lebih peka terhadap kebutuhan belajar siswa dan masalah-masalah yang menyangkut kepribadian siswa. Materi merupakan faktor pendorong lain yang menyebabkan seseorang ingin menjadi guru. Apalagi dengan adanya program sertifikasi membuat seseorang menjadi lebih bersemangat untuk menjadi guru.

Berbeda dengan laki-laki yang memiliki karakter yang tegas, kuat, keras, lebih menggunakan logika daripada perasaan. Hal ini dapat menyebabkan laki-laki kurang begitu peka terhadap siswa dalam hal pendampingan belajar maupun dalam pembimbingan masalah-masalah yang terjadi pada siswa. Oleh karena itu, laki-laki dipandang kurang cocok untuk menjadi guru.

(42)

gaji pokok dan berbagai tunjangan akan merasa belum dapat memenuhi kebutuhan karena kelak mereka menjadi tulang punggung keluarganya.

2. Persepsi Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Angkatan 2008 Terhadap

Status Sosial Ekonomi Guru Setelah Adanya Program Sertifikasi

Berdasarkan Jenis Pekerjaan Orang Tua

Pekerjaan orang tua adalah suatu kegiatan yang dilakukan orang tua untuk mendapatkan penghasilan setiap bulan di suatu instansi pemerintah, instansi swasta, atau wiraswasta. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (ed. ketiga, 2005:554) pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mendapatkan nafkah. Jenis pekerjaan dalam penelitian ini dapat diartikan bidang pekerjaan yang ditekuni orang tua setiap harinya untuk mendapatkan nafkah. Ada bermacam-macam jenis pekerjaan orang tua mahasiswa, misalnya ada yang bekerja sebagai pegawai bank, karyawan di sebuah perusahaan, petani, pedagang, guru, dosen, dan lainnya. Namun dalam penelitian ini, jenis pekerjaan orang tua mahasiswa dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu orang tua yang bekerja sebagai guru dan orang tua yang bekerja selain sebagai guru.

(43)

melanjutkan pendidikan di fakultas keguruan. Mahasiswa yang orang tuanya bekerja sebagai guru, akan cenderung berpersepsi positif terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi.

Berbeda dengan orang tua mahasiswa yang tidak bekerja sebagai guru. Pengetahuan mereka tentang program sertifikasi tidak sebaik orang tua mahasiswa yang bekerja sebagai guru. Mereka akan cenderung berpersepsi negatif terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi karena meskipun mendapatkan kenyamanan materi, belum tentu dapat mensejahterakan hidup mereka. Mahasiswa yang orang tuanya tidak bekerja sebagai guru akan cenderung memiliki persepsi yang sama dengan orang tua mereka, yaitu berpersepsi negatif terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi.

3. Persepsi Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Angkatan 2008 Terhadap

Status Sosial Ekonomi Guru Setelah Adanya Program Sertifikasi

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua

(44)

tingkat pendidikan orang tua mahasiswa pada jenjang SD, SMP/sederajat, dan SMA/sederajat.

Tugas sebagai orang tua adalah membimbing, mendidik, dan mendampingi putra-putrinya dalam mempersiapkan masa depannya. Orang tua selalu ingin putra putrinya dapat mengenyam pendidikan yang lebih tinggi dari orangtuanya dengan asumsi bahwa pendidikan yang tinggi akan membawa pada tingkat kesejahteraan hidup yang lebih baik.

Orang tua mahasiswa yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan cenderung berpersepsi negatif terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi guru karena menurut mereka masih banyak pekerjaan lain yang lebih memiliki prestise dan lebih dapat menjamin kesejahteraan hidup. Pola pikir seperti ini akan diturunkan kepada putra putrinya dan akan mempengaruhi persepsi mereka. Oleh karena itu, mahasiswa yang orang tuanya berpendidikan tinggi akan cenderung mempersepsikan negatif terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi.

(45)

program sertifikasi dan akan lebih bersemangat untuk berusaha lolos sertifikasi setelah mereka menyelesaikan pendidikan dan menjadi guru.

E.Hipotesis Penelitian

Hipotesis berasal dari dua kata yaitu hypo yang berarti kurang dan thesis

yang berarti pendapat atau teori. Dari dua kata tersebut hipotesis dapat diartikan sebagai kesimpulan yang masih harus diuji kebenarannya. Hipotesis menurut Muhadi (2009:16) adalah kebenaran sementara, maka hipotesis harus diuji secara empiris untuk mengetahui apakah hipotesis tersebut diterima ataukah ditolak. Sedangkan menurut Sugiyono (2008:64), hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dalam penelitian ini, hipotesis alternatif (Ha) dapat dirumuskan sebagai berikut:

Ha1 : Ada perbedaan persepsi mahasiswa Pendidikan Akuntansi terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi berdasarkan jenis kelamin.

Ha2 : Ada perbedaan persepsi mahasiswa Pendidikan Akuntansi terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi berdasarkan jenis pekerjaan orang tua mahasiswa.

(46)

27 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini tergolong penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya (Best dalam Sukardi, 2003:157)

Jenis penelitian deskriptif yang digunakan adalah penelitian studi kasus, yaitu jenis penelitian tentang subjek tertentu di mana subjek tersebut terbatas maka kesimpulan yang diperoleh hanya terbatas pada subjek yang diteliti (Amirin, 1986:137).

B.Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada Program Studi Pendidikan Akuntansi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah bulan April 2011.

C.Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

(47)

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah persepsi mahasiswa terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi guru.

D.Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002:103). Sedangkan menurut Sugiyono (2008:80) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2008 FKIP Universitas Sanata Dharma yang berjumlah 82 mahasiswa. Pemilihan mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2008 sebagai populasi karena mahasiswa angkatan 2008 dianggap lebih paham dan mengerti mengenai program sertifikasi guru jika dibandingkan dengan angkatan setelahnya. Selain itu, mahasiswa angkatan 2008 juga belum menempuh PPL di sekolah sehingga memudahkan untuk penyebaran kuesioner.

2. Sampel

(48)

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008:85). Teknik ini dipilih dengan pertimbangan peneliti berasumsi populasi relatif homogen. Cara pengambilan sampel yaitu terlebih dahulu menentukan ukuran sampel berdasarkan tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael (lampiran 9) yaitu sebesar 68 responden. Selanjutnya, membagikan 68 kuesioner kepada responden yang kebetulan dijumpai terlebih dahulu.

.

E.Pengelompokan, Operasionalisasi dan Pengukuran Variabel

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:38). 1. Pengelompokan variabel

a. Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependent. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis kelamin mahasiswa, jenis pekerjaan orang tua mahasiswa, dan tingkat pendidikan orang tua mahasiswa.

(49)

2. Operasionalisasi dan Pengukuran Variabel

Selain pengelompokan variabel, peneliti juga membatasi beberapa istilah dan mengukur variabel sebagai berikut:

a. Persepsi adalah proses pemahaman manusia tentang objek, peristiwa, atau tentang lingkungannya melalui panca indera sehingga manusia menyadari dan mengerti tentang objek, peristiwa, atau tentang lingkungan yang diinderakan.

b. Jenis kelamin adalah perbedaan fisik, sifat, dan karakter mahasiswa laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin mahasiswa dikelompokkan menjadi dua, yaitu laki-laki dan perempuan. Pemberian skor adalah sebagai berikut:

• Jenis kelamin laki-laki : skor 1

• Jenis kelamin perempuan : skor 2

c. Jenis pekerjaan orang tua mahasiswa adalah kegiatan utama yang dilakukan oleh orang tua mahasiswa untuk mendapatkan penghasilan. Jenis pekerjaan orang tua mahasiswa dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua yaitu pekerjaan sebagai guru dan pekerjaan selain guru atau non guru. Pemberian skor adalah sebagai berikut:

• Sebagai guru : skor 1

• Selain guru : skor 2

(50)

tingkat pendidikan rendah (≤SMA/sederajat) dan tingkat pendidikan tinggi (≥Diploma). Pemberian skor sebagai berikut:

• ≤SMA/sederajat : skor 1

• ≥Diploma : skor 2

e. Status sosial ekonomi guru adalah kedudukan sosial ekonomi guru dalam masyarakat yang meliputi unsur pendidikan, pekerjaan atau kedudukan, dan pendapatan atau penghasilan. Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi variabel persepsi mahasiswa Pendidikan Akuntansi Angkatan 2008 Terhadap Status Sosial Ekonomi Guru Setelah Adanya Program Sertifikasi.

Tabel III.1

Operasionalisasi Variabel Persepsi Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Angkatan 2008 Terhadap Status Sosial Ekonomi Guru

Setelah Adanya Program Sertifikasi

Variabel Dimensi Indikator No. Pernyataan Positif Negatif

1. Pendidikan terakhir yang ditempuh guru harus tinggi, setara S1 atau DIV untuk mengikuti uji sertifikasi.

2. Guru berpendidikan S1 non keguruan.

3. Guru yang mangikuti uji sertifikasi harus mempunyai keterampilan lain.

4. Guru dituntut mempunyai

kemampuan dalam penguasaan teknologi.

5. Guru harus mengikuti pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik.

6. Adanya program sertifikasi membuat guru dan calon guru

(51)

Aspek Pekerjaan atau Kedudukan

1. Guru yang telah mendapat sertifikat pendidik lebih dihormati.

2. Profesi guru setelah adanya program sertifikasi tetap tidak dapat menjamin masa depan. 3. Guru yang telah mendapat

sertifikat pendidik kedudukannya lebih baik.

4. Peranan guru di dalam masyarakat lebih dihargai setelah adanya program sertifikasi.

5. Program sertifikasi dapat mengangkat kembali martabat guru.

6. Profesi guru menjadi lebih diminati setelah adanya program sertifikasi.

7. Masa depan profesi guru membaik dengan adanya program sertifikasi.

8. Guru masih diperlukan oleh

masyarakat dalam menyelesaikan aneka permasalahan yang dihadapi.

6

1. Penghasilan guru tetap rendah meski sudah ada program sertifikasi.

2. Meski sudah ada program sertifikasi, kehidupan guru masih identik dengan kemiskinan.

3. Penghasilan guru belum mencukupi kebutuhan pokok. 4. Penghasilan guru yang lolos

sertifikasi lebih tinggi dari guru yang belum lolos sertifikasi.

5. Penghasilan guru meningkat setelah lolos uji sertifikasi. 6. Perbaikan kesejahteraan guru

dapat dilakukan melalui program sertifikasi.

7. Kehidupan guru yang telah lolos sertifikasi lebih baik dari

(52)

guru yang belum lolos uji sertifikasi.

8. Setelah lolos uji sertifikasi, penghasilan guru meningkat sehingga kesejahteraan hidupnya juga meningkat.

9. Program sertifikasi guru memberikan harapan baru bagi guru untuk hidup lebih baik.

21

23

Pengukuran variabel persepsi mahasiswa Pendidikan Akuntansi angkatan 2008 terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi didasarkan pada indikator-indikatornya. Masing-masing indikator dijabarkan dalam bentuk pernyataan yang dinyatakan dalam skala Likert. Ada dua kategori pernyataan yang digunakan yaitu pernyataan positif dan negatif, skor yang digunakan sebagai berikut:

Alternatif Jawaban Skor Pernyataan Positif

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

(53)

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner ini digunakan untuk mengumpulkan data persepsi mahasiswa Pendidikan Akuntansi angkatan 2008 terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan data yang berdasarkan pada catatan tentang suatu subjek yang dilakukan individu atau lembaga. Metode ini diperlukan untuk mendapatkan data mengenai jumlah mahasiswa Pendidikan Akuntansi angkatan 2008 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

G.Teknik Pengujian Instrumen

Sebelum instrumen digunakan dalam sebuah penelitian, maka hendaknya instrumen tersebut diuji terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya.

1. Pengujian Validitas

Pengujian validitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah butir-butir pertanyaan mampu mengukur yang seharusnya diukur sahih atau tidak. Pengujian validitas ini menggunakan rumus Korelasi Product Moment

(Arikunto, 2002:146) sebagai berikut:

∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑

(54)

apabila rhitung > rtabel dan tidak valid jika rhitung < rtabel. Penulis menggunakan bantuan program komputer SPSS untuk menghitung validitas kuesioner.

Uji validitas dilakukan terhadap item-item pertanyaan variabel data persepsi mahasiswa Pendidikan Akuntansi terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi. Uji validitas dilakukan pada 23 (dua puluh tiga) item pernyataan. Adapun rangkuman hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:

Tabel III.2

Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Validitas Instrumen Penelitian

Butir No. Nilai r tabel Nilai r hitung Status

(55)

adanya program sertifikasi adalah valid. Pengambilan kesimpulan ini dilakukan dengan membandingkan nilai rhitung dengan nilai rtabel. Uji validitas menggunakan sampel berukuran n=30 dengan dk=n-2 (dk=30-2=28), sehingga rtabel ditemukan sebesar 0,361. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa keseluruhan nilai rhitung menunjukkan angka yang lebih besar dari pada nilai rtabel sehingga dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan adalah valid.

2. Pengujian Reliabilitas

Pengujian reliabilitas yaitu ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrumen dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas didasarkan pada perhitungan koefisien alpha (α) dari Cronbach, yaitu:

1 1 ∑

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal ∑ = jumlah varians butir

σ = varians total

Nilai varian butir dapat dicari berdasarkan rumus sebagai berikut:

2

(56)

dinyatakan tidak reliabel (Nunnaly dalam Gozhali, 2002:42). Penulis menggunakan bantuan program komputer SPSS untuk menghitung reliabilitas instrumen. Adapun hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:

Tabel III.3

Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Variabel Nilai r tabel Nilai r hitung Status Persepsi mahasiswa Pendidikan

Akuntansi terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi

0,60 0,933 reliabel

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rhitung lebih besar dari pada rtabel (0,934 > 0,6). Ini berarti bahwa butir-butir pertanyaan pada variabel persepsi mahasiswa Pendidikan Akuntansi terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi dapat dikatakan reliabel atau andal.

H.Teknik Analisis Data

1. Deskripsi Data

Data yang diperoleh dari lapangan disajikan dalam bentuk deskripsi data dari masing-masing variabel. Dalam deskripsi data mencakup antara lain sebagai berikut:

a. Deskripsi responden

(57)

b. Variabel Persepsi Mahasiswa Terhadap Status Sosial Ekonomi Guru Setelah Adanya Program Sertifikasi

Variabel persepsi mahasiswa Pendidikan Akuntansi terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi dapat dikategorikan menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe II. Kategori kecenderungan menurut Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe II untuk penilaian persepsi mahasiswa Pendidikan Akuntansi terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi adalah sebagai berikut:

Tabel III.4 PAP II

Tingkat Penguasaan Kompetensi Kategori Kecenderungan Variabel

81% - 100% Sangat positif

66% - 80% Positif

56% - 65% Cukup positif

46% - 55% Negatif

< 46% Sangat negatif

Berdasarkan kategori pada tabel III.4, maka kecenderungan variabel persepsi mahasiswa Pendidikan Akuntansi terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi adalah sebagai berikut:

Skor tertinggi yang diharapkan : 5 x 23 = 115 Skor terendah yang diharapkan : 1 x 23 = 23 Skor = nilai terendah + % (nilai tertinggi - nilai terendah)

Tingkat Penguasaan Kompetensi Kategori Kecenderungan

(58)

23 + 46% (115-23) = 65,32 dibulatkan menjadi 65 Negatif

Dibawah 65 Sangat negatif

Dari hasil perhitungan tersebut di atas, maka distribusi persepsi mahasiswa terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi dapat disajikan sebagai berikut:

Tabel III.5

Distribusi Persepsi Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Terhadap Status Sosial Ekonomi Guru Setelah Adanya Program Sertifikasi

Interval Skor Interpretasi

98 – 115 Sangat positif

84 – 97 Positif

75 – 83 Cukup positif

65 – 74 Negatif

23 – 64 Sangat negatif

Berdasarkan tabel III.5, selanjutnya dapat dihitung dan dicari letak mean, median, dan modus.

1) Mean

Mean atau rata-rata diperoleh atau dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh skor yang diperoleh dan membaginya dengan jumlah subjek.

2) Median

(59)

3) Modus

Untuk menyatakan fenomena yang paling banyak terjadi atau paling banyak terdapat digunakan ukuran modus disingkat Mo.

2. Pengujian Hipotesis

a. Pengujian Hipotesis I

Untuk pengujian hipotesis alternatif pertama (Ha1) yaitu ada perbedaan persepsi mahasiswa Pendidikan Akuntansi terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi berdasarkan jenis kelamin, digunakan uji chi-kuadrat dengan tabel kontingensi BxK. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

/

derajat kebebasan= (baris-1)(kolom-1) (Sudjana, 2002:280)

(60)

Selanjutnya jika ditemukan ada perbedaan yang signifikan, maka dicari koefisien kontigensi untuk menentukan derajat hubungan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mencari koefisien kontingensi C yang rumusnya adalah:

(Sudjana, 2002:282)

Keterangan:

C = koefisien kontingensi

= harga Chi-kuadrat yang diperoleh n = jumlah responden

2) Mencari C maksimum yang dihitung dengan rumus:

(Sudjana, 2002:282)

Dengan m = harga minimum antara B dan K, yaitu minimum antara banyak baris dan banyak kolom.

3) Membuat interpretasi hasil perhitungan koefisien kontingensi.

Mengutip dari skripsi Santoso (2001:42), interpretasi dari koefisien kontingensi adalah sebagai berikut:

Tabel III.6

Daftar Interpretasi Dari Koefisien Kontingensi

Nilai C Interpretasi > 80% dari Cmaks

Antara 60%-80% dari Cmaks Antara 40%-60% dari Cmaks Antara 20%-40% dari Cmaks

<20% dari Cmaks

(61)

b. Pengujian Hipotesis II

Untuk pengujian hipotesis alternatif kedua (Ha2) yaitu ada perbedaan persepsi mahasiswa Pendidikan Akuntansi terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi berdasarkan jenis pekerjaan orang tua mahasiswa, digunakan cara yang sama dengan pengujian hipotesis alternatif pertama (Ha1).

c. Pengujian Hipotesis III

(62)

43 BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Data

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Angkatan 2008 di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Jumlah populasi sebanyak 82 mahasiswa dan jumlah sampel yang diambil sebanyak 68 mahasiswa. Kuesioner yang dibagikan sebanyak 68 kuesioner dan kuesioner yang kembali sebanyak 68 kuesioner atau dapat dikatakan responserate

100%. Berdasarkan jawaban 68 responden yang semua butir pertanyaan/ pernyataan diisi secara lengkap, selanjutnya disusun data seperti berikut:

Tabel IV.1

Sebaran Kuesioner Penelitian

Program Studi Jumlah Kuesioner

Tersebar Kembali Tertinggal Responden Pendidikan Akuntansi

FKIP-USD 68 68 0 68

Berikut ini disajikan deskripsi data untuk setiap variabel penelitian ini. 1. Deskripsi Responden Penelitian

a. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin responden disajikan dalam tabel IV.2 sebagai berikut:

Tabel IV.2

Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

(63)

llll

Jumlah 68 100%

Berdasarkan tabel IV.2 di atas, maka dapat dismpulkan bahwa sebagian besar responden penelitian ini berjenis kelamin perempuan.

b. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Orang Tua

Deskripsi responden berdasarkan jenis pekerjaan orang tua responden (lihat lampiran 5) disajikan dalam tabel IV.3 sebagai berikut:

Tabel IV.3

Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan Orang Tua Pekerjaan Orang Tua Tabulasi Frekuensi Persentase Guru llll llll llll llll llll l 26 38,24% Selain Guru llll llll llll llll llll llll

llll llll ll

42 61,76%

Jumlah 68 100%

Berdasarkan tabel IV.3 di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar orang tua responden penelitian ini bekerja selain menjadi guru.

c. Deskripsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua

Deskripsi responden berdasarkan tingkat pendidikan orang tua responden disajikan dalam tabel IV.4 sebagai berikut:

Tabel IV.4

Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Orang Tua Tingkat Pendidikan

Orang Tua

Tabulasi Frekuensi Persentase

Rendah (≤ SMA/sederajat) llll llll llll llll llll llll 30 44,12% Tinggi (≥ Diploma) llll llll llll llll llll llll

llll lll

38 55,88%

Jumlah 68 100%

(64)

2. Variabel Persepsi Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Terhadap Status

Sosial Ekonomi Guru Setelah Adanya Program Sertifikasi

Berdasarkan data penelitian tentang persepsi mahasiswa Pendidikan Akuntansi angkatan 2008 terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya sertifikasi, dibuat kategorisasi interpretasi berdasar PAP tipe II sebagai berikut:

Tabel IV.5

Persepsi Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Terhadap Status Sosial Ekonomi Guru Setelah Adanya Program Sertifikasi

No. Interval Kelas Frekuensi Persentase (%) Interpretasi

1. 98 – 115 5 7,35 Sangat positif

Tabel IV.5 di atas menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa Pendidikan Akuntansi terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi terkategorikan sangat positif sebanyak 5 mahasiswa atau 7,35%, terkategorikan positif sebanyak 36 mahasiswa atau 52,94%, terkategorikan cukup positif sebanyak 12 mahasiswa atau 17,65%, terkategorikan negatif sebanyak 13 mahasiswa atau 19,12%, dan terkategorikan sangat negatif sebanyak 2 mahasiswa atau 2,94%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden berpersepsi positif.

(65)

ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi termasuk dalam kategori positif.

a. Persentase Persepsi Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Angkatan 2008 Terhadap Status Sosial Ekonomi Guru Setelah Adanya Program Sertifikasi Berdasarkan jenis kelamin

Persepsi mahasiswa Pendidikan Akuntansi angkatan 2008 terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi berdasarkan jenis kelamin disajikan dalam tabel IV.6 sebagai berikut:

Tabel IV.6

Persepsi Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Angkatan 2008 Terhadap Status Sosial Ekonomi Guru Setelah Adanya Program Sertifikasi

Berdasarkan Jenis Kelamin Mahasiswa

Kriteria

Cukup Positif 8 34,78 4 8,89 12 17,65

Negatif 1 4,35 12 26,67 13 19,12

Sangat Negatif 0 0 2 4,44 2 2,94

Total 23 100 45 100 68 100

(66)

(48,89%) memiliki persepsi positif, 4 mahasiswa (8,89%) memiliki persepsi cukup positif, 12 mahasiswa (26,67%) memiliki persepsi negatif, dan 2 mahasiswa (4,44%) memiliki persepsi sangat negatif terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki persepsi yang positif terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi.

b. Persentase Persepsi Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Angkatan 2008 Terhadap Status Sosial Ekonomi Guru Setelah Adanya Program Sertifikasi Berdasarkan Jenis Pekerjaan Orang Tua Mahasiswa

Persepsi mahasiswa Pendidikan Akuntansi angkatan 2008 terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi berdasarkan jenis pekerjaan orang tua disajikan dalam tabel IV.7 sebagai berikut:

Tabel IV.7

Persepsi Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Angkatan 2008 Terhadap Status Sosial Ekonomi Guru Setelah Adanya Program Sertifikasi

Berdasarkan Jenis Pekerjaan Orang Tua Mahasiswa

Kriteria

Jenis Pekerjaan Orang Tua

Total

(67)

memiliki persepsi sangat positif, 14 mahasiswa (53,84%) memiliki persepsi positif, 5 mahasiswa (19,23%) memiliki persepsi cukup positif, 5 mahasiswa (19,23%) memiliki persepsi negatif, dan 1 mahasiswa (3,85%) memiliki persepsi sangat negatif terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi.

Sedangkan dari 42 mahasiswa yang orang tuanya bekerja selain menjadi guru, dapat diketahui 4 mahasiswa (9,52%) memiliki persepsi sangat positif, 22 mahasiswa (52,38%) memiliki persepsi positif, 7 mahasiswa (16,67%) memiliki persepsi cukup positif, 8 mahasiswa (19,05%) memiliki persepsi negatif, dan 1 mahasiswa (2,38%) memiliki persepsi sangat negatif terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa, baik mahasiswa yang orang tuanya bekerja sebagai guru maupun mahasiswa yang orang tuanya bekerja selain menjadi guru, memiliki persepsi yang positif terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi.

c. Persentase Persepsi Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Angkatan 2008 Terhadap Status Sosial Ekonomi Guru Setelah Adanya Program Sertifikasi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua Mahasiswa

(68)

Tabel IV.8

Persepsi Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Angkatan 2008 Terhadap Status Sosial Ekonomi Guru Setelah Adanya Program Sertifikasi

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua Mahasiswa

Kriteria

Tingkat Pendidikan Orang Tua

Total

≤SMA/sederajat ≥Diploma

Jml % Jml % Jml %

Sangat Positif 2 6,67 3 7,9 5 7,35

Positif 16 53,34 20 52,63 36 52,94

Cukup Positif 7 23,33 5 13,16 12 17,65

Negatif 4 13,33 9 23,68 13 19,12

Sangat Negatif 1 3,33 1 2,63 2 2,94

Total 30 100 38 100 68 100

Tabel IV.8 di atas menunjukkan bahwa dari 30 mahasiswa yang orang tuanya berpendidikan rendah (≤SMA/sederajat), dapat diketahui 2

mahasiswa (6,67%) memiliki persepsi sangat positif, 16 mahasiswa (53,34%) memiliki persepsi positif, 7 mahasiswa (23,33%) memiliki persepsi cukup positif, 4 mahasiswa (13,33%) memiliki persepsi negatif, dan 1 mahasiswa (3,33%) memiliki persepsi sangat negatif terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi.

Sedangkan dari 38 mahasiswa yang orang tuanya berpendidikan tinggi (≥Diploma), dapat diketahui 3 mahasiswa (7,9%) memiliki persepsi sangat positif, 20 mahasiswa (52,63%) memiliki persepsi positif, 5 mahasiswa (13,16%) memiliki persepsi cukup positif, 9 mahasiswa (23,68%) memiliki persepsi negatif, dan 1 mahasiswa (2,63%) memiliki persepsi sangat negatif terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi.

(69)

maupun mahasiswa yang orang tuanya berpendidikan tinggi, memiliki persepsi yang positif terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi.

B.Pengujian Hipotesis

1. Pengujian Hipotesis I

a. Rumusan Hipotesis

Ho1 = Tidak ada perbedaan persepsi mahasiswa Pendidikan Akuntansi terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi berdasarkan jenis kelamin.

Ha1 = Ada perbedaan persepsi mahasiswa Pendidikan Akuntansi terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi berdasarkan jenis kelamin.

b. Tabel kontingensi 5x2 untuk data yang diperoleh dari lapangan Tabel IV.9

Persepsi Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Angkatan 2008 Terhadap Status Sosial Ekonomi Guru Setelah Adanya Program Sertifikasi

Berdasarkan Jenis Kelamin

Persepsi Jenis Kelamin Mahasiswa Jumlah Laki-laki Perempuan

Sangat Positif 0 5 5

Positif 14 22 36

Cukup Positif 8 4 12

Negatif 1 12 13

Sangat Negatif 0 2 2

(70)

c. Berdasarkan tabel IV.9 selanjutnya dapat dihitung data teoritik atau diharapkan terjadi yang dinyatakan dengan Eij dengan rumus sebagai berikut:

Dengan nio = jumlah baris ke-i noj = jumlah kolom ke-j Sehingga perhitungannya sebagai berikut:

1 = (5x23)/68 = 1,69 2 = (5x45)/68 = 3,31 1 = (36x23)/68 = 12,18 2 = (36x45)/68 = 23,82 1 = (12x23)/68 = 4,06 2 = (12x45)/68 = 7,94 1 = (13x23)/68 = 4,4 2 = (13x45)/68 = 8,6 1 = (2x23)/68 = 0,68 2 = (2x45)/68 = 1,32 Berdasarkan hasil perhitungan di atas, selanjutnya dapat dihitung χ2

dengan rumus sebagai berikut:

/

(71)

Akuntansi angkatan 2008 terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi berdasarkan jenis kelamin mahasiswa.

Dari hasil perhitungan di atas, ditemukan ada perbedaan yang signifikan persepsi mahasiswa Pendidikan Akuntansi terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi berdasarkan jenis kelamin. Karena terdapat perbedaan yang signifikan, maka selanjutnya dicari koefisien kontingensi untuk menentukan derajat hubungan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1)Mencari koefisien kontingensi C berdasarkan rumus pada Bab III hal. 41 sebagai berikut

, ,

√0,168 0,409

2)Mencari C maksimum dengan rumus pada Bab III hal. 42 sebagai berikut:

0,707

3)Membuat interpretasi hasil perhitungan koefisien kontingensi sebagai berikut:

Tabel IV.10

Daftar Interpretasi Koefisien Kontingensi Nilai C Interpretasi

>0,566 Sangat tinggi

0,424-0,566 Tinggi

0,283-0,423 Cukup tinggi

0,141-0,282 Rendah

Gambar

Tabel IV.12 Tabel Kontingensi 5x2 Persepsi Mahasiswa Pendidikan Akuntansi
Tabel III.1
Tabel III.2
Tabel III.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada perbedaan persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari jenis kelamin (Asymp. dari uji t sebesar 0,018

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan: (1) jenis kelamin dengan minat mahasiswa menjadi guru; (2) persepsi mahasiswa tentang profesi guru dengan minat mahasiswa

Dalam hal yang sama, Soerjono Soekanto (1992: 235) mengatakan bahwa pendidikan memberikan nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam hal membuka pikiran serta menerima hal-hal baru

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan: (1) jenis kelamin dengan minat mahasiswa menjadi guru; (2) persepsi mahasiswa tentang profesi guru dengan minat mahasiswa

Hipotesis yang menyatakan “ada perbedaan pengeluaran konsumsiantara mahasiswa laki-laki dan perempuan di Prodi Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan terhadap mahasiswa laki-laki dan mahasiswi perempuan jurusan akuntansi konsentrasi akuntansi syariah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi dan pengalaman kerja terhadap variabel persepsi etis

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: 1) Perbedaan pengetahuan etika profesi akuntan berdasarkan jenis kelamin (mahasiswa akuntansi laki-laki dengan mahasiswa