• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIK

D. Kerangka Berpikir

1. Persepsi Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Angkatan 2008 Terhadap Status Sosial Ekonomi Guru Setelah Adanya Program Sertifikasi Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah perbedaan fisik dan karakter antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. Secara tegas jenis kelamin manusia dibedakan menjadi dua, yaitu laki-laki dan perempuan. Perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan terletak pada bentuk tubuh dan fungsi organ tubuh masing-masing. Sedangkan perbedaan karakter antara laki-laki dan perempuan cenderung pada perbedaan emosi, cara berpikir, perhatian, bakat-bakatnya, minat dll.

Karakter laki-laki cenderung tegas, berwibawa, kuat, lebih menggunakan logika daripada perasaan dalam mengambil keputusan, cenderung berminat pada hal-hal yang berhubungan dengan olahraga atau otomotif. Sedangkan karakter perempuan cenderung feminim, lemah lembut, bertutur kata halus, lebih menggunakan perasaan daripada menggunakan logika dalam mengambil keputusan, cenderung berminat pada hal-hal yang berhubungan dengan bersolek, fashion, belanja. Namun hal tersebut tidak berlaku mutlak karena ada laki-laki yang berkarakter seperti perempuan dan begitu juga sebaliknya. Perbedaan karakter antara laki-laki dan perempuan dapat menimbulkan perbedaan persepsi terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi guru dalam hal pandangan, cara berpikir, dan perasaan.

Ada anggapan bahwa perempuan cocok menjadi guru karena karakter yang melekat padanya dan bukan semata demi mendapatkan materi. Naluri keibuan yang dimiliki perempuan dapat mendorong seseorang untuk menjadi guru karena ingin mendidik siswa seperti mendidik anaknya dengan sabar, penuh perhatian, dan kasih sayang. Selain itu, perempuan mempunyai perasaan yang lebih peka terhadap kebutuhan belajar siswa dan masalah-masalah yang menyangkut kepribadian siswa. Materi merupakan faktor pendorong lain yang menyebabkan seseorang ingin menjadi guru. Apalagi dengan adanya program sertifikasi membuat seseorang menjadi lebih bersemangat untuk menjadi guru.

Berbeda dengan laki-laki yang memiliki karakter yang tegas, kuat, keras, lebih menggunakan logika daripada perasaan. Hal ini dapat menyebabkan laki-laki kurang begitu peka terhadap siswa dalam hal pendampingan belajar maupun dalam pembimbingan masalah-masalah yang terjadi pada siswa. Oleh karena itu, laki-laki dipandang kurang cocok untuk menjadi guru.

Mahasiswa fakultas keguruan adalah mahasiswa yang dididik untuk menjadi guru meski nantinya hal tersebut merupakan pilihan. Mahasiswa perempuan cenderung memiliki persepsi yang positif terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi guru karena jika lolos sertifikasi akan mendapatkan tunjangan profesi sehingga dapat memenuhi kebutuhan pokok. Sedangkan mahasiswa laki-laki cenderung memiliki persepsi yang negatif karena meskipun mendapatkan tunjangan profesi sebesar dua kali

gaji pokok dan berbagai tunjangan akan merasa belum dapat memenuhi kebutuhan karena kelak mereka menjadi tulang punggung keluarganya.

2. Persepsi Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Angkatan 2008 Terhadap Status Sosial Ekonomi Guru Setelah Adanya Program Sertifikasi Berdasarkan Jenis Pekerjaan Orang Tua

Pekerjaan orang tua adalah suatu kegiatan yang dilakukan orang tua untuk mendapatkan penghasilan setiap bulan di suatu instansi pemerintah, instansi swasta, atau wiraswasta. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (ed. ketiga, 2005:554) pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mendapatkan nafkah. Jenis pekerjaan dalam penelitian ini dapat diartikan bidang pekerjaan yang ditekuni orang tua setiap harinya untuk mendapatkan nafkah. Ada bermacam-macam jenis pekerjaan orang tua mahasiswa, misalnya ada yang bekerja sebagai pegawai bank, karyawan di sebuah perusahaan, petani, pedagang, guru, dosen, dan lainnya. Namun dalam penelitian ini, jenis pekerjaan orang tua mahasiswa dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu orang tua yang bekerja sebagai guru dan orang tua yang bekerja selain sebagai guru.

Mahasiswa yang orang tuanya bekerja sebagai guru, cenderung memiliki persepsi yang positif terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi guru. Mereka tentu lebih mengerti dan paham dengan segala kenyamanan yang diperoleh guru jika lolos sertifikasi. Hal ini sedikit banyak dapat mempengaruhi pola pikir putra putri mereka yang

melanjutkan pendidikan di fakultas keguruan. Mahasiswa yang orang tuanya bekerja sebagai guru, akan cenderung berpersepsi positif terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi.

Berbeda dengan orang tua mahasiswa yang tidak bekerja sebagai guru. Pengetahuan mereka tentang program sertifikasi tidak sebaik orang tua mahasiswa yang bekerja sebagai guru. Mereka akan cenderung berpersepsi negatif terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi karena meskipun mendapatkan kenyamanan materi, belum tentu dapat mensejahterakan hidup mereka. Mahasiswa yang orang tuanya tidak bekerja sebagai guru akan cenderung memiliki persepsi yang sama dengan orang tua mereka, yaitu berpersepsi negatif terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi.

3. Persepsi Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Angkatan 2008 Terhadap Status Sosial Ekonomi Guru Setelah Adanya Program Sertifikasi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua

Tingkat pendidikan orang tua mahasiswa adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang diselesaikan oleh orang tua mahasiswa. Tingkat pendidikan formal mulai dari tingkat SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Dalam penelitian ini, tingkat pendidikan formal orang tua dikelompokkan menjadi dua, yaitu tingkat pendidikan tinggi dan tingkat pendidikan rendah. Tingkat pendidikan tinggi adalah tingkat pendidikan orang tua mahasiswa pada jenjang diploma dan sarjana. Sedangkan tingkat pendidikan rendah adalah

tingkat pendidikan orang tua mahasiswa pada jenjang SD, SMP/sederajat, dan SMA/sederajat.

Tugas sebagai orang tua adalah membimbing, mendidik, dan mendampingi putra-putrinya dalam mempersiapkan masa depannya. Orang tua selalu ingin putra putrinya dapat mengenyam pendidikan yang lebih tinggi dari orangtuanya dengan asumsi bahwa pendidikan yang tinggi akan membawa pada tingkat kesejahteraan hidup yang lebih baik.

Orang tua mahasiswa yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan cenderung berpersepsi negatif terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi guru karena menurut mereka masih banyak pekerjaan lain yang lebih memiliki prestise dan lebih dapat menjamin kesejahteraan hidup. Pola pikir seperti ini akan diturunkan kepada putra putrinya dan akan mempengaruhi persepsi mereka. Oleh karena itu, mahasiswa yang orang tuanya berpendidikan tinggi akan cenderung mempersepsikan negatif terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi.

Berbeda dengan orang tua mahasiswa yang mempunyai tingkat pendidikan rendah. Mereka cenderung berpersepsi positif terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya program sertifikasi, karena untuk lolos sertifikasi memerlukan usaha dan perjuangan yang keras. Mereka akan lebih menghargai usaha dan perjuangan itu, sehingga mereka juga ingin putra putrinya berusaha dan berjuang sekuat tenaga. Mahasiswa yang orang tuanya berpendidikan rendah cenderung memiliki pola pikir yang sama dengan orang tuanya. Mereka akan berpersepsi positif terhadap status sosial ekonomi guru setelah adanya

program sertifikasi dan akan lebih bersemangat untuk berusaha lolos sertifikasi setelah mereka menyelesaikan pendidikan dan menjadi guru.

Dokumen terkait