BAB II KAJIAN TEORITIK
B. Persepsi
1. PengertianPersepsi
Persepsi pada hakekatnya adalah proses pemahaman yang dialami setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman (Thoha, 1988:138). Menurut Walgito (1994:53), persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Sedangkan menurut Rita L. Atkinson, pengertian persepsi adalah sebagai berikut:
Perception is the process by which we organize and interpret these patterns of stimuli in the environment (Rita L. Atkinson, 1981:191).
(persepsi sebagai proses dimana kita mengorganisasi atau mengatur dan menginterpretasikan pola-pola pada suatu lingkungan.)
Setiap individu memiliki kemampuan berpikir dan kepekaan yang berbeda-beda dalam menanggapi suatu rangsangan yang ada di sekitarnya. Rangsangan ini berupa obyek-obyek yang dapat diketahui melalui panca indera. Dengan demikian, pola apapun yang ada di sekitarnya dapat diolah dan diinterpretasikan menurut pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki individu tersebut.
Jadi menurut penulis, persepsi adalah proses dimana seorang individu memiliki penilaian tersendiri mengenai suatu obyek berdasarkan pada
kemampuan dan kepekaan yang dimiliki individu tersebut sehingga melahirkan pemahaman tersendiri pada obyek yang diketahuinya.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi manusia terhadap suatu stimulus mungkin sama atau mungkin berbeda antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut, antara lain menurut Mulyadi (1989:234-235) ada tiga faktor yang mempengaruhi, yaitu:
a. Orang yang membentuk persepsi itu sendiri.
Kondisi intern atau karakteristik pribadi sangat menentukan persepsi yang dibentuk. Termasuk dalam kategori kondisi intern ini antara lain: kebutuhan, kelelahan, kecemasan, sikap, motivasi, harapan, pengalaman masa lalu, dan kepribadian.
b. Stimulus yang berupa objek maupun peristiwa tertentu.
Objek yang diamati (benda, orang, peristiwa, proses, dan lain-lain) ikut juga menentukan persepsi yang dibentuk oleh seseorang. Masing-masing objek tersebut memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. Kecuali itu, setiap objek juga memiliki sejumlah karakteristik tertentu. Karakteristik yang dianggap paling menonjol oleh seseorang biasanya paling menentukan persepsi yang dibentuk. Sebagai contoh, dalam sebuah organisasi terdapat seorang anggota yang penampilannya sangat mengesankan. Cara berpakaiannya selalu rapi, sopan, rajin, ramah, dan mudah bergaul.
Terhadap anggota yang memiliki karakteristik seperti itu, anggota lain umumnya segera membentuk persepsi positif terhadapnya.
c. Situasi di mana pembentukan persepsi itu terjadi.
Situasi saat terjadinya pembentukan persepsi juga berpengaruh terhadap persepsi yang dibentuk. Termasuk dalam pengertian situasi ini antara lain: tempat, waktu, suasana (sedih, gembira), dan lain-lain.
Sedangkan menurut Miftah Thoha (1988:158), persepsi dipengaruhi oleh dua hal, yaitu:
a. Orang yang menilai atau melihat, dalam hal ini adalah mahasiswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain:
1) Belajar atau pemahaman dalam perspesi.
Faktor-faktor dari dalam yang membentuk adanya perhatian kepada suatu objek sehingga menimbulkan adanya persepsi didasarkan dari kekomplekan kejiwaan. Kekomplekan kejiwaan ini selaras dengan proses pemahaman atau belajar yang dipunyai oleh masing-masing orang. Misalnya, seorang anak muslim yang sejak kecil dididik orang tuanya untuk mengetahui bahwa daging babi itu haram untuk dimakan, maka sampai anak itu dewasa akan mempunyai persepsi bahwa daging babi itu perlu dihindari dan dijauhi. Berbeda dengan anak non muslim yang tidak diharamkan memakan daging babi. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya perbedaan persepsi antara anak muslim dan non muslim meskipun objek yang dinilai sama.
2) Motivasi
Motivasi merupakan dorongan seseorang untuk melakukan sesuatu demi memenuhi kebutuhannya. Motivasi pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari proses belajar, tetapi juga mempunyai dampak dalam pembentukan persepsi. Misalnya, seseorang yang merasa sangat lapar tentu akan berbeda persepsinya tentang makanan dengan orang yang tidak lapar. Orang yang sangat lapar akan kurang mempedulikan enak tidaknya makanan yang dihidangkan karena motivasinya adalah mengisi perutnya agar tidak lapar. Berbeda dengan orang yang tidak lapar, orang itu akan lebih mempertimbangkan untuk memakan makanan atau tidak karena perutnya masih kenyang. Dari sini tampak bahwa kedua orang tersebut memiliki motivasi yang berbeda terhadap makanan sehingga akan berbeda pula persepsinya.
3) Kepribadian
Kepribadian merupakan kumpulan karakteristik, sifat, sikap, dan nilai-nilai yang dianut seseorang sehingga membedakannya dengan orang lain. Perbedaan kepribadian ini juga akan mempengaruhi cara seseorang mempersepsikan sesuatu. Misalnya, seorang mahasiswa yang pemberani untuk memenuhi keingintahuannya tentang materi perkuliahan akan dengan senang hati bertanya kepada dosen. Berbeda dengan mahasiswa yang pemalu, untuk memenuhi keingintahuannya tentang materi perkuliahan akan merasa segan untuk bertanya kepada dosen dan
memilih diam atau mencari tahu dengan membaca buku dan bertanya pada teman.
b. Orang yang dinilai atau dilihat, dalam hal ini adalah guru. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain:
1) Atribulasi
Atribulasi diartikan sebagai suatu proses bagaimana seseorang mencari kejelasan sebab-sebab dari perilaku orang lain. Seseorang tersebut tidak hanya tertarik mengamati perilaku seseorang saja tetapi juga mencari tahu penyebab dari orang yang diamati. Penilaian seseorang dan reaksinya terhadap perilaku orang lain dipengaruhi oleh persepsi mereka bahwa orang lain itu bertanggung jawab atas perilakunya. Misalnya, seorang guru terlambat datang ke sekolah karena ban motornya bocor masih bisa dimaklumi. Tetapi jika terlambatnya guru datang ke sekolah karena bangun kesiangan, maka guru itu akan mendapatkan sanksi. 2) Stereotype
Stereotype adalah suatu proses yang cenderung melihat orang lain sebagai suatu bagian dari suatu kelas/kategori. Di dalam stereotype
terdapat suatu persetujuan umum atas sifat-sifat yang disandang dan timbulnya suatu perbedaan antara sifat yang disandang dengan sifat yang senyatanya. Misalnya, seorang guru perempuan bersifat teliti, rajin, berpakaian rapi, dan wangi, walaupun pada kenyataannya terdapat perbedaan antara sifat-sifat yang telah disetujui dalam stereotype dengan
sifat senyatanya. Namun proses seperti ini berlangsung di dalam menimbulkan persepsi.
3) HalloEffect
Hallo effect digunakan untuk menilai seseorang berdasarkan atas salah satu sifat yang diketahui oleh orang yang menilai. Misalnya rajin, cerdas, kerjasama, malas, dsb. Salah satu dari sifat yang kebetulan dilihat oleh penilai dapat menutupi sifat-sifat lainnya.
Berdasarkan uraian di atas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi mahasiswa terhadap status sosial ekonomi guru, maka dapat dismpulkan bahwa faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Faktor internal atau faktor dari dalam diri mahasiswa, misalnya: motivasi, minat, kepribadian, bakat, pengalaman.
b. Faktor eksternal atau faktor dari luar diri mahasiswa, misalnya: guru, keluarga, masyarakat, teman, lingkungan.
C.Tinjauan Tentang Sertifikasi