• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari jenis kelamin, program studi dan prestasi belajar akademik : studi kasus mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari jenis kelamin, program studi dan prestasi belajar akademik : studi kasus mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta."

Copied!
189
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU DITINJAU DARI JENIS KELAMIN, PROGRAM STUDI

DAN PRESTASI BELAJAR AKADEMIK

Studi kasus Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Marsia Herwin Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2011

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan persepsi mahasiswa terhadap Program Pendidikan Profesi Guru ditinjau dari (1) jenis kelamin, (2) program studi, (3) prestasi belajar akademik.

Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa FKIP tahun ajaran 2009/2010 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan sampel sebanyak 317 mahasiswa. Teknik pengambilan sampel adalah proportionate stratified dan convenience sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah Uji-t dan ANOVA dengan taraf signifikansi 5%.

(2)

ix ABSTRACT

STUDENTS’ PERCEPTION TOWARDS TEACHER’S PROFESSIONAL EDUCATIONAL PROGRAM PERCEIVED FROM GENDER, STUDY

PROGRAM AND ACADEMIC ACHIEVEMENT

A Case Study on Students of Faculty of Teachers Training and Education Sanata Dharma University, Yogyakarta

Marsia Herwin Sanata Dharma University

Yogyakarta 2011

The aim of this study is to find out the difference of students’ perception towards teacher’s educational program perceived from: (1) gender; (2) study program; (3) academic achievement.

This study was carried out in Sanata Dharma University, Yogyakarta. The population of this study was the 2009/2010 student batch of faculty of teachers training and education Sanata Dharma University the samples were 317 students. The techniques of gathering the samples were proportionate stratified and convenience sampling. Technique of gathering the data was questionnaire. The data analysis techniques were t test and ANOVA test with 5% significance level.

(3)

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PROGRAM

PENDIDIKAN PROFESI GURU DITINJAU DARI JENIS

KELAMIN, PROGRAM STUDI DAN PRESTASI BELAJAR

AKADEMIK

Studi kasus Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh : Marsia Herwin NIM: 05 1334 062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PROGRAM

PENDIDIKAN PROFESI GURU DITINJAU DARI JENIS

KELAMIN, PROGRAM STUDI DAN PRESTASI BELAJAR

AKADEMIK

Studi kasus Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh : Marsia Herwin NIM: 05 1334 062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini Aku persembahkan untuk:

Allah Bapa,Putra dan Roh Kudus

Bunda Maria sebagai sumber hidupku, Santa Marsia

Ayah dan Bunda’ku tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, semangat dan

kekuatan dalam setiap doa untuk keberhasilanku

Abang’ku (Alexander Heriwanto ) yang s’lalu memberikan semangat dan dukungan

Adik-adik’ku Tersayang (Lidya Efiani, Kornelius Hendra dan Krisantus

Firman) yang s’lalu memberikan keceriaan dalam hari-hari’ku

Sahabat-sahabat’ku tersayang (Bernadeta Lilis, Katarina Menuneda, Win

Supriadi, Ignasius Triwahyudi, Yohanes Jhon, Hendra Priyanto, Frater

Diri, Robert Beni Fernando) yang telah setia mendengar keluh kesah’ku dan s’lalu

(8)

v

MOTTO

Untuk mencapai kesuksesan kita jangan hanya bertindak

tapi juga perlu bermimpi jangan hanya berencana tapi juga perlu untuk percaya

To accomplish great things we must not only act

(9)

vi 

 

 

(10)

vii 

 

(11)

viii ABSTRAK

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU DITINJAU DARI JENIS KELAMIN, PROGRAM STUDI

DAN PRESTASI BELAJAR AKADEMIK

Studi kasus Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Marsia Herwin Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2011

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan persepsi mahasiswa terhadap Program Pendidikan Profesi Guru ditinjau dari (1) jenis kelamin, (2) program studi, (3) prestasi belajar akademik.

Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa FKIP tahun ajaran 2009/2010 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan sampel sebanyak 317 mahasiswa. Teknik pengambilan sampel adalah proportionate stratified dan convenience sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah Uji-t dan ANOVA dengan taraf signifikansi 5%.

(12)

ix ABSTRACT

STUDENTS’ PERCEPTION TOWARDS TEACHER’S PROFESSIONAL EDUCATIONAL PROGRAM PERCEIVED FROM GENDER, STUDY

PROGRAM AND ACADEMIC ACHIEVEMENT

A Case Study on Students of Faculty of Teachers Training and Education Sanata Dharma University, Yogyakarta

Marsia Herwin Sanata Dharma University

Yogyakarta 2011

The aim of this study is to find out the difference of students’ perception towards teacher’s educational program perceived from: (1) gender; (2) study program; (3) academic achievement.

This study was carried out in Sanata Dharma University, Yogyakarta. The population of this study was the 2009/2010 student batch of faculty of teachers training and education Sanata Dharma University the samples were 317 students. The techniques of gathering the samples were proportionate stratified and convenience sampling. Technique of gathering the data was questionnaire. The data analysis techniques were t test and ANOVA test with 5% significance level.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah, Bapa, Putra dan Roh Kudus yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Persepsi Mahasiswa Terhadap Program Pendidikan Guru ditinjau dari Jenis Kelamin, Program Studi dan Prestasi Belajar Akademik.

Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi ini dapat diselesaikan tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan dorongan oleh berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis. Dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J, M.Sc., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

3. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku ketua jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(14)

xi

5. Ibu Benedecta Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd., selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan, saran dan kritik dalam proses penulisan skripsi ini.

6. Bapak/Ibu Dosen penguji yang memberikan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. Seluruh staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membagikan ilmu pengetahuan dan memberikan bimbingan selama proses belajar.

8. Orang tua’ku tercinta Bapak Ig. Giman dan Ibu Suryani, Abang’ku Alexander Heriwanto, Adik-adik’ku Lidya Efiani, Kornelius Hendra, Krisantus Firman yang selalu setia memberikan doa, semangat dan dukungan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Win Supriadi, yang telah hadir dalam kehidupanku, selalu ada untukku, slalu buat aku tersenyum, slalu mewarnai hari-hariku dengan keceriaan, slalu berikan semangat dan kekuatan dalam hidupku, terimakasih untuk doa dan dukungannya.

10. Yohanes Jhon, yang pernah hadir dalam kehidupan’ku, memberikan semangat dan menjadikan kekuatan bagi’ku.

11. Teman-teman kelas seminar penelitian yang telah memberikan masukan selama proses diskusi mata kuliah seminar penelitian.

(15)

xii

13. Sahabat-sahabat yang s’lalu ada untuk’ku yang tidak pernah meninggalkanku dalam keterpurukan’ku Bernadeta Lilis, Katarina Menuneda, Ignasius Triwahyudi, Hendra Priyanto, Kristo Kuro Umang, Lapin.

14. Sahabat-sahabat terbaik’ku (Ana, Mariati Ayek, Dhita, Fransiska Rista Andriani, Ertyn Tyas Prabandari, Eko, End-win, Candra Paska, Deon, Bang Valen, Bang Welly, Bernadeta Lilis, Katarina Menuneda, Ignasius Triwahyudi, Hendra Priyanto, Kristo Kuro Umang, Lapin) Terimakasih atas kebersamaan dan keceriaan yang boleh di alami bersama di kota Jogja ini, dengan persahabatan ini kalian telah memberikan warna baru bagi hidupku. 15. Sahabat-sahabat’ku (Robert Beny Fernando, Frater Diri, Lambertus Oki,

Harka Duli Sepriyanti, Frater Emanuel Faot, Frater Kristianus Watu) Terimakasih kalian telah memberikan semangat dalam hidupku.

16. Kak Yusi, Bang Willy dan dedek Carol sekeluarga terimakasih atas keceriaannya dan kebersamaan selama di Jogja.

17. Teman-teman dimana aku berproses dalam UKM Koperasi Mahasiswa (Bob Marison, Fransiskus Freddy Tisna, Aloysius Priyanto, Benediktus Bangun B, Nahoras bona simarmata, Stepanus, Robin Susanto, Patricia Eva, Aris Budi Widodo dan semua teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih untuk segala canda tawa dan semangat kalian.

(16)

xiii

19. Teman-teman PAK ’05, terimakasih atas kebersamaan dan pengalaman selama kuliah.

20. Para penghuni Asrama Putri Pondok Angela (Sr. Yekti, Sr. Yati, Sr. Etty, Ena, MbaTtetty, Tanty, Tyas dan teman-teman yang lain) terimakasih untuk doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

21. Teman-teman ditempat kerja’ku (Dina, Pungky, Firsty, Mba Mayang, Mba Ogi, Mas Budi, Mas Yota, Mas Tony. Lisa, Yogi, Lia, Yati, Yuka, Mey, Mba Alin).

22. Bapak-Ibu Kost’ku dan juga teman-teman kost’ku (Evi, Ika, Eka, Ani, Floren, Winda, Emil).

23. Semua pihak yang memberikan bantuan sehingga skripsi ini selesai.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan, agar dapat melengkapi skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca semuanya.

Penulis

(17)

xiv DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Batasan Masalah ... 5

C.Rumusan Masalah ... 6

D.Tujuan Penelitian ... 6

(18)

xv

BAB II KAJIAN TEORITIK ... 8

A.Tinjauan Teoritis ... 8

1. Persepsi Mahasiswa ... 8

2. Program Pendidikan Profesi Guru ... 14

3. Standar Kompetensi Guru ... 26

4. Jenis Kelamin ... 32

5. Program Studi ... 35

6. Prestasi Belajar Akademik ... 40

B.Kerangka Berpikir ... 45

C.Hipotesis ... 48

BAB III METODE PENELITIAN ... 49

A.Jenis Penelitian ... 49

B.Tempat dan Waktu Penelitian ... 49

C.Subjek dan Objek Penelitian ... 49

D.Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 50

E.Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 52

F. Teknik Pengumpulan Data ... 58

G.Teknik Pengujian Instrumen ... 58

(19)

xvi

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 73

A. Sejarah Perkembangan Universitas ... 73

B. Visi, Misi dan Tujuan USD ... 77

C. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) ... 78

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 89

A. Deskripsi Responden dan Variabel Penelitian ... 89

B. Analisis Data ... 93

C. Pembahasan ... 102

BAB VI PENUTUP ... 105

A. Kesimpulan ... 105

B. Keterbatasan Penelitian ... 106

C. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 109

(20)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Jumlah Pengambilan Sampel

dari Setiap Program Studi ... 52

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Persepsi Mahasiswa terhadap Program Pendidikan Profesi Guru ... 54

Tabel 3.3 Skor Kuesioner Persepsi Mahasiswa terhadap Pendidikan Profesi Guru ... 56

Tabel 3.4 Skor Jenis Kelamin ... 56

Tabel 3.5 Kode Program Studi ... 57

Tabel 3.6 Skor Prestasi Belajar Akademik ... 58

Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Mahasiswa terhadap Program Pendidikan Profesi Guru I ... 60

Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Mahasiswa terhadap Program Pendidikan Profesi Guru II ... 62

Tabel 3.9 Tingkat Keterhandalan Instrumen Penelitian ... 64

Tabel 3.10 Hasil Uji Reliabilitas Persepsi Mahasiswa terhadap Program Pendidikan Profesi Guru ... 64

Tabel 3.11 Interpretasi Cmaks ... 72

Tabel 5.1 Distribusi Responden menurut Jenis Kelamin ... 90

Tabel 5.2 Distribusi Responden menurut Program Studi ... 90

(21)

xviii Tabel 5.4 Interpretasi Persepsi Mahasiswa FKIP

terhadap Pendidikan Profesi Guru ... 93 Tabel 5.5 Pengujian Normalitas Persepsi Mahasiswa

terhadap PPG ditinjau dari Jenis Kelamin ... 94 Tabel 5.6 Pengujian Normalitas Persepsi Mahasiswa

terhadap PPG ditinjau dari Program Studi ... 95 Tabel 5.7 Pengujian Normalitas Persepsi Mahasiswa terhadap

(22)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

(23)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pasal 31 ayat (3) UUD 1945 yang telah diamandemen, menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.

Untuk melaksanakan ketentuan tersebut pemerintah telah melakukan berbagai usaha, termasuk menerbitkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UURI Nomor 20/2003), Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI Nomor 14/2005) dan berbagai peraturan perundangan lainnya, yang melihat peranan strategis guru dan dosen dalam peningkatan mutu pendidikan. Guru dipandang sebagai jabatan profesional dan karena itu seorang guru harus disiapkan melalui pendidikan profesi.

(24)

prospeknya tidak jelas, apakah dapat diangkat langsung sebagai guru atau tidak. Dalam menata pendidikan guru, kebutuhan mendesak lainnya adalah menetapkan kebijakan pengadaan tenaga pendidik yang akuntabel dan mendukung penyelenggaraan program PPG.

Soedjadi (1993:1) mengemukakan bahwa satu-satunya wadah yang berfungsi sebagai pengembangan sumber daya manusia yang bermutu tinggi adalah pendidikan, baik pendidikan jalur sekolah maupun luar sekolah. Sedangkan yang dikembangkan dalam proses pendidikan ini adalah kemampuan untuk mengembangkan orang lain.

Orang yang tepat dan penting dalam usaha mengembangkan orang lain adalah guru. Guru sangat berperan dalam pengembangan sumber daya manusia. Sepanjang masa, guru tetap merupakan orang punya andil besar dalam dunia pendidikan. Dalam sejarah pendidikan di Indonesia, guru pernah mempunyai status dan wibawa yang tinggi dalam masyarakat dan dianggap sebagai orang yang serba tahu. Peranan guru saat itu tidak hanya mendidik anak di depan kelas, tetapi juga mendidik masyarakat, tempat masyarakat untuk bertanya, baik untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial.

(25)

Para calon guru akan menempuh cara berbeda dengan guru dalam jabatan untuk mendapatkan sertifikat sebagai pendidik. Jika guru dalam jabatan menempuh sertifikasi dengan model portofolio, maka calon guru yang sudah mendapatkan gelar sarjana harus mengikuti pendidikan profesi guru. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan atau LPTK yang akan memberikan pendidikan profesi harus memenuhi persyaratan seperti pengalaman di bidang pendidikan, tenaga pengajar dan fasilitas.

(26)

begini, pendidikan tidak bisa berkontribusi pada peningkatan moralitas bangsa.

Menurut Prof. Said Hamid Hasan, pengamat pendidikan dari UPI, mengajar idealnya tidak sekedar berupa transfer pengetahuan. Hal inilah yang akan terjadi jika guru itu dibentuk secara instan, tanpa penggemblengan dan dedikasi. Sebaliknya, guru harus bisa mentransfer nilai-nilai moral, sikap dan agama. Di tangan-tangan guru inilah nasib ke depan bangsa ini ditentukan. Indonesia baru adalah Indonesia maju dan modern dengan memperhatikan pendidikan, dari mulai buku sampai kesejahteraan guru. Strategi ke depan adalah perlunya mengubah Indonesia melalui pendidikan.

Pendidikan Profesi guru dilaksanakan sebagai upaya peningkatan kompetensi pedagogi, profesional, sosial dan personal dalam upaya mengimplementasikan amanat dalam UU No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen. Keberhasilan pelaksanaan pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan secara nasional juga menjadi harapan nyata bagi pembangunan pendidikan dan pembangunan guru yang profesional menuju pembangunan Insan Indonesia yang Cerdas dan Kompetitif.

(27)

profesi untuk guru TK dan SD dilaksanakan selama enam bulan, sedangkan pendidikan profesi guru untuk mata pelajaran di tingkat SMP, SMA dan SMK selama satu tahun.

Pemerintah membuka kesempatan kepada sarjana ilmu murni untuk menempuh profesi guru dengan tujuan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Model pendidikan profesi guru melalui jalur sarjana ilmu murni ditambah pendidikan profesi guru mempunyai keunggulan, terutama dalam penguasaan ilmu karena mereka sudah lulus sarjana ilmu murni dan telah belajar ilmu-ilmu tersebut selama empat tahun.

Pro kontra yang terjadi dengan dibukanya program pendidikan profesi guru bagi sarjana ilmu murni merupakan fenomena menarik yang terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia. Tanggapan dan penilaian mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru yang positif, akan menentukan semangat belajar dan prestasi belajar akademik yang dicapai selama menimba ilmu di bangku kuliah. Untuk mengungkap lebih jauh tanggapan para mahasiswa dari LPTK, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari jenis kelamin, program studi dan prestasi belajar akademik.

B. Batasan Masalah

(28)

mahasiwa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari jenis kelamin, program studi dan prestasi belajar akademik.

C. Rumusan Masalah

1. Apakah ada perbedaan persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari Jenis Kelamin?

2. Apakah ada perbedaan persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari Program Studi?

3. Apakah ada perbedaan persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari Prestasi Belajar Akademik?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari Jenis Kelamin.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari Program Studi.

(29)

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan peneliti tentang persepsi mahasiswa USD terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari jenis kelamin, program studi dan prestasi belajar akademik.

2. Bagi USD

Menambah referensi yang diharapkan dapat menjadi wacana bagi USD dalam menyikapi program pendidikan profesi guru ditinjau dari jenis kelamin, program studi dan prestasi belajar akademik.

3. Bagi Mahasiswa

(30)

8 BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Tinjauan Teoritis 1. Persepsi Mahasiswa

a. Pengertian Persepsi

Persepsi sering dinyatakan sebagai interpretation of experience (penafsiran pengalaman). Interprestasi menyebabkan kita menjadi subjek dari pengalaman kita sendiri. Winkel (1991:55) mengemukakan bahwa persepsi merupakan proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antara gejala, maupun peristiwa) sampai rangsangan itu disadari dan dimengerti.

Proses persepsi dimulai dengan penginderaan, yaitu diterimanya berbagai gejala dari luar diri kita melalui lima indera yang kita miliki yang sering kita sebut sebagai rangsangan. Rangsangan tersebut kemudian diinterprestasikan sehingga menyebabkan kita mempunyai suatu pengertian terhadap lingkungan.

(31)

secara global yang belum disertai dengan kesadaran, sehingga subjek dan objeknya belum dibedakan satu dari yang lainnya (Kartono, 1984:77). Menurut Mahmud (1989:41) persepsi adalah menafsirkan stimulus yang telah ada di dalam otak.

(32)

dengan dunia luarnya (Branca, 1964; Woodworth dan Marquis, 1957 dalam Bimo Walgito, 1991:53).

Persepsi adalah proses pemberian arti oleh seseorang kepada berbagai rangsangan atau stimulus yang diterimanya (Alexander Hiam dan Charles D. Schewe, 1994:212). Mengutip Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:675) persepsi diartikan sebagai suatu tanggapan (penerimaan langsung atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indera. Bagi semua orang sangatlah mudah kiranya melakukan perbuatan melihat, mendengar, membaui atau mencium, merasakan dan menyentuh, yaitu proses-proses yang sudah semestinya ada. Namun informasi yang datang dari organ-organ indera kiranya perlu terlebih dahulu diorganisasikan dan diinterpretasikan sebelum dapat dimengerti, proses ini dinamakan persepsi/perception (Soenardi,1988:83). Persepsi sering juga diartikan sebagai pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rahmat, 1986). Persepsi adalah sejumlah indera disatukan dan dikoordinasikan di dalam pusat syaraf yang lebih tinggi (otak) sehingga manusia bisa mengenali dan menilai objek.

(33)

menyadari apa yang ditangkap oleh inderanya. Dalam hal ini, persepsi merupakan proses pemahaman, penerimaan, pengorganisasian dan penginterpretasian oleh mahasiswa terhadap rangsangan dari luar

yaitu program pendidikan profesi guru. Irwanto dkk (1983:55). Mengemukakan bahwa konsep lain

mengenai persepsi, yaitu proses diterimanya ransangan (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai ransangan itu disadari dan dimengerti.

Robbins (2002:46) mendeskripsikan persepsi adalah suatu proses dimana individu-individu mengorganisasikan dan menginteprestasikan kesan sensori mereka untuk memberi arti pada lingkungan mereka. Riset tentang persepsi secara konsisten menunjukkan bahwa individu yang berbeda dapat melihat hal yang sama tetapi memahaminya secara berbeda. Ada sejumlah faktor yang bekerja untuk membentuk dan terkadang memutar-balikkan persepsi. Faktor-faktor ini terdiri dari; Pelaku persepsi (perceiver), Objek atau yang dipersepsikan dan Konteks dari situasi dimana persepsi itu dilakukan.

(34)

dengan cara-cara tertentu. Oleh karena itu, persepsi dan penilaian individu terhadap seseorang akan cukup banyak dipengaruhi oleh pengandaian-pengandaian yang diambil mengenai keadaan internal orang itu (Robbins, 2008:176).

Menurut Irwanto, dkk (1988:76) faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi meliputi:

1) Perhatian yang selektif

Dalam kehidupan manusia, setiap saat akan menerima banyak sekali rangsang dari lingkungannya. Meskipun demikian, ia tidak harus menanggapi semua rangsang yang diterimanya. Untuk itu, individu harus memutuskan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu saja. Dengan demikian, objek-objek atau gejala lain tidak akan tampil kemuka sebagai objek pengamat.

2) Ciri-ciri rangsang.

Rangsang yang bergerak diantara rangsang yang diam akan lebih menarik perhatian. Demikian juga rangsang yang paling besar diantara yang kecil yang kontras dengan latar belakangnya dan yang intensistas rangsangnya lebih kuat.

3) Nilai-nilai dan kebutuhan individu.

(35)

b. Objek Persepsi

Objek persepsi dapat berada di dalam individu atau di luar individu yang mempersepsi. Apabila objek persepsi berada di dalam individu yang mempersepsi berarti individu tersebut mempersepsi dirinya sendiri, sehingga ia dapat mengerti dan mengevaluasi keadaan dirinya sendiri. Apabila objek persepsi berada di luar individu yang mempersepsi, maka objek persepsi dapat berupa benda-benda disebut persepsi benda (things perception) atau disebut juga non social perception, sedangkan bila objek persepsi berupa manusia disebut persepsi sosial (social perception) (Heider, 1958 dalam Bimo Walgito, 1991:56).

(36)

2. Program Pendidikan Profesi Guru

a. Latar Belakang Pencanangan Pendidikan Profesi Guru

Selama ini dalam anggapan masyarakat khususnya masyarakat perkotaan atau daerah yang wilayahnya telah mengalami kemajuan ekonomi, pekerjaan guru dianggap tidak menjanjikan masa depan. Bagi alumni perguruan tinggi, profesi guru hanyalah pekerjaan sambilan dari pada sama sekali menganggur. Di daerah pedesaan yang rata-rata kecerdasan masyarakat masih rendah guru dihormati, namun penghargaan tersebut terasa semu. Gagasan Mendiknas Bambang Sudibyo untuk memantapkan guru sebagai profesi merupakan gagasan konstruktif bagi peningkatan profesionalisme guru Indonesia yang selama ini sangat memprihatinkan. Para guru di Indonesia yang merupakan komponen inti pembelajaran di sekolah dalam dua dekade terakhir semakin dihanyuti kultur pragmatisme.

b. Tujuan pendidikan profesi Guru

(37)

memiliki kompetensi merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah serta melakukan penelitian.

c. Standar Kompetensi Lulusan

Sosok utuh kompentensi guru mencakup:

1) Kemampuan mengenal secara mendalam peserta didik yang dilayani.

2) Penguasaan bidang studi secara keilmuan dan kependidikan, yaitu kemampuan mengemas materi pembelajaran kependidikan.

3) Kemampuan menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik yang meliputi perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian proses dan hasil pembelajaran serta pemanfaatan hasil penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran sebagai pemicu perbaikan secara berkelanjutan.

4) Pengembangan profesionalitas berkelanjutan.

(38)

terhadap profesi guru, sedangkan kompetensi profesional berkenaan dengan penerapan pengetahuan dan tindakan pengembangan diri secara profesional. Sesuai dengan sifatnya, kompetensi akademik diperoleh lewat pendidikan akademik tingkat universitas, sedangkan kompetensi profesional lewat pendidikan profesi.

Kompetensi guru tersebut disajikan sebagai berikut.

1) Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik mencapai standar kompetensi.

2) Menguasai ilmu pendidikan, perkembangan dan membimbing peserta didik.

3) Menguasai pembelajaran bidang studi seperti belajar dan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, perencanaan pembelajaran, media pembelajaran dan penelitian bagi peningkatan pembelajaran bidang studi.

4) Mampu melaksanakan praktik pembelajaran bidang studi.

5) Memiliki integritas kepribadian yang meliputi aspek fisik-motorik, intelektual, sosial, konatif dan afektif.

(39)

d. Profesi Keguruan

Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan/menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari lembaga pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat dipertanggungjawabkan.

Ciri-ciri profesi adalah (Pakde Sofa, 2008) : 1) Standar unjuk kerja

2) Lembaga pendidikan khusus untuk menghasilkan pelaku profesi tersebut dengan standar kualitas akademik yang bertanggung jawab 3) Organisasi profesi

4) Etika dan kode etik profesi 5) Sistem imbalan

6) Pengakuan masyarakat

Pada dasarnya profesi guru adalah profesi yang sedang tumbuh. Walaupun ada yang berpendapat bahwa guru adalah jabatan semi profesional, namun sebenarnya lebih dari itu. Hal ini dimungkinkan karena jabatan guru hanya dapat diperoleh pada lembaga pendidikan yang lulusannya menyiapkan tenaga guru, adanya organisasi profesi, kode etik dan ada aturan tentang jabatan fungsional guru (SK Menpan No. 26/ 1989).

(40)

2) Menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.

3) Memerlukan persiapan profesional yang lama (dibandingkan dengan pekerjaan yang memerlukan latihan umum belaka).

4) Memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan. 5) Menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen. 6) Menentukan baku (standarnya) sendiri.

7) Lebih mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi. 8) Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat. Profesi keguruan secara garis besar meliputi minimal empat pokok antara lain:

1) Menguasai bahan pengajaran

2) Merencanakan program belajar-mengajar

3) Melaksanakan, memimpin dan mengelola proses belajar-mengajar serta,

4) Menilai dan mengevaluasi kegiatan belajar-mengajar

(41)

e. Model Ideal Profesi Guru

Idealnya sebuah profesi memiliki superioritas di dalam struktur pekerjaan, sehingga status profesional itu diinginkan dan mendapat imbalan berupa hak-hak istimewa. Jika guru adalah sebuah profesi, maka seharusnya banyak orang, dan terutama orang-orang terbaik di negeri ini ingin menjadi guru. Idealnya guru adalah profesi yang semestinya mendapatkan perlakuan istimewa dari pemerintah dan masyarakat. Kenyataannya siswa terbaik di negeri ini tidak memilih untuk melanjutkan studi ke jurusan keguruan. Secara ideal status profesional bisa berasal dari beberapa unsur, seperti adanya undang-undang, otonomi atau hak untuk mengatur dirinya sendiri, keahlian yang menyangkut pengetahuan dan adanya penghargaan tinggi dari masyarakat atau kliennya (Humes , 1986 dalam Nurkolis, 2004). Status profesional juga bisa dipandang dari sudut yang lebih luas, yaitu dalam konteks politik, sosial, dan ekonomi (Siegrist, 1994 dalam Nurkolis, 2004).

Apabila guru dipandang sebagai profesi, maka perlu dilakukan analisis yang menyangkut beberapa hal, antara lain.

(42)

2) Guru harus memiliki otonomi. Ternyata guru memiliki otonomi keilmuan pun belum, karena masih banyak dibebani dengan muatan-muatan politis yang tidak ada kaitannya dengan upaya pendewasaan dan pencerdasan manusia. Hal ini tercermin dari tidak merdekanya guru dalam menentukan materi pelajaran, penggunaan buku pelajaran, hingga pelaksanaan evaluasi yang masih didominasi oleh kekuatan penguasa.

3) Seharusnya sebuah profesi dihargai di masyarakat. Kenyataannya profesi guru dipandang tidak seperti profesi lain, seperti dokter, notaris, apoteker dan sebagainya.

4) Secara politis, pendidikan tidak pernah punya akses strategis terhadap kekuasaan. Menurut Husen dan Kogan (Nurkolis, 2004) hasil temuan atau penelitian para guru tidak memiliki pengaruh terhadap pengambilan kebijakan para penguasa, dan hubungan keduanya tidak jelas. Di mata penguasa, guru tidak memiliki posisi tawar.

5) Peran dan kedudukan guru di tengah masyarakat terus merosot. Masyarakat menghargai seseorang lebih cenderung dari sisi materi, padahal rata-rata guru kekurangan materi.

(43)

tidak dianggap memberi sumbangan terhadap ekonomi, maka guru tidak dianggap sebagai profesi (Kydd dkk, 1997 dalam Nurkolis, 2004).

f. Model Pendidikan Profesi Guru

(44)

mereka memiliki penguasaan keilmuan yang jelas lebih tinggi dari pada melalui jalur S1 pendidikan, karena mereka belajar bidang keilmuan lebih lama dari pada jalur S1 pendidikan. Dengan demikian diharapkan guru masa yang akan datang adalah profil guru yang sungguh-sungguh menguasai ilmu lebih baik, benar dan tidak membuat kesalahan dalam mengajarkan ilmunya, serta diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Sarjana ilmu murni yang ingin mengikuti pendidikan profesi guru akan diseleksi secara ketat. Hanya para sarjana ilmu murni yang mempunyai jiwa pendidik dan betul-betul ingin menjadi guru yang boleh ikut pendidikan profesi.

(45)
(46)

Yogyakarta juga mengungkapkan kekhawatiran dengan lamanya pendidikan profesi guru yang hanya satu tahun untuk guru SMP dan SMA. Pertanyaan yang muncul adalah apakah dengan waktu satu tahun tersebut calon guru dapat sungguh-sungguh kompeten dalam segi pedagogi, kepribadian, profesional dan sosial dalam berelasi dengan siswa (Paul Suparno, Kompas 31 Oktober 2008).

Model pendidikan profesi guru melalui jalur sarjana ilmu murni ditambah pendidikan profesi guru mempunyai keunggulan, terutama dalam penguasaan ilmu karena mereka sudah lulus sarjana ilmu murni dan telah belajar ilmu-ilmu tersebut selama empat tahun. Penguasaan mereka di bidang keilmuan jelas lebih tinggi daripada melalui jalur S-1 pendidikan karena belajar bidang keilmuan lebih lama dari pada jalur S-1 pendidikan. Dengan demikian, diharapkan mereka mempunyai pengertian keilmuan lebih baik, benar, dan tidak membuat kesalahan dalam mengajarkan ilmunya.

(47)

memanusiakan manusia lain melalui proses pendidikan. Untuk dapat berhasil memanusiakan manusia lain, lulusan LPTK harus menguasai sejumlah kompetensi yang berkaitan dengan proses pembelajaran untuk membelajarkan kepada orang lain. Atas dasar itu model pembelajaran di LPTK harus dilaksanakan secara khas.

Bentuk pembelajaran di LPTK tidak dapat lepas dari model yang akan dipilih. Selama ini dikenal dua model pengadaan guru, yaitu (1) model terintegrasi, terpadu, atau konkuren (concurent model) dan (2) model bersambungan atau konsekutif (consecutive model). Model konkuren adalah program pendidikan bagi calon guru yang mengupayakan penguasaan ilmu, teknologi dan/atau kesenian sebagai sumber bahan ajar secara bersamaan dengan pembentukan kemampuan mengajar. Adapun model konsekutif adalah program pendidikan bagi calon guru yang telah menguasai ilmu, teknologi dan/atau kesenian sebagai sumber bahan ajar yang mengupayakan pembentukan kemampuan mengajar.

(48)

guru meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan kompetensi profesional. Kesempatan menjadi guru, khususnya guru SLTP dan SLTA, terbuka untuk lulusan LPTK dan Non-LPTK. Meskipun demikian, untuk menjadi guru keduanya harus mengikuti uji kompetensi untuk mendapatkan sertifikat pendidik.

3. Standar Kompetensi Guru

Kemampuan melakukan pembelajaran sebenarnya merupakan kemampuan utama seorang guru. Menjadi penting bagi seorang guru atau calon guru untuk mengerti sejauh mana tuntutan profesional sebagai guru. Kompetensi (competency) didefinisikan dengan berbagai cara, namun pada dasarnya kompetensi merupakan kebulatan penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang ditampilkan melalui unjuk kerja, yang diharapkan bisa dicapai seseorang setelah menyelesaikan suatu program pendidikan. Sementara itu, menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 045/U/2002, kompetensi diartikan sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu.

(49)

diperoleh melalui pendidikan. Kompetensi guru menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas-tugas pendidikan.

Menurut Mulyasa (2007:26) kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesi di samping kode etik sebagai regulasi perilaku profesi yang ditetapkan dalam prosedur dan sistem pengawasan tertentu. Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik pengembangan pribadi dan profesionalisme.

Standarisasi kompetensi adalah proses pencapaian tingkat minimal kompetensi standar yang dipersyaratkan oleh suatu profesi pelayanan pendidikan yang menglobal menuntut standar profesi yang memenuhi persyaratan nasional dan internasional. Standar kompetensi dalam program sertifikasi lebih menekankan pada pemberian kompetensi minimal yang di persyaratkan untuk melakukan unjuk kerja yang efektif di tempat tugas yaitu tugas kependidikan (Mulyasa, 2007:32).

(50)

dalam bentuk perangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seorang guru untuk memangku jabatan guru sebagai profesi. Keempat jenis kompetensi guru yang dipersyaratkan beserta subkompetensi dan indikator esensialnya diuraikan sebagai berikut.

a. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Secara substantif kompetensi ini mencakup kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya (Mulyasa, 2007:75). Secara rinci masing-masing elemen kompetensi pedagogik tersebut dapat dijabarkan menjadi subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut.

1) Memahami peserta didik.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial antara lain memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif; memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.

(51)

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial antara lain menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.

3) Melaksanakan pembelajaran.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial seperti menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.

4) Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial antara lain melaksanakan evaluasi (assess-ment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery level); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.

5) Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

(52)

b. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.

Secara rinci, setiap elemen kepribadian tersebut dijabarkan menjadi subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut.

1) Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial antara lain bertindak sesuai dengan norma hukum, bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga sebagai pendidik, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.

2) Memiliki kepribadian yang dewasa.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial seperti menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai pendidik.

3) Memiliki kepribadian yang berwibwa.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial seperti memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku disegani.

4) Memiliki kepribdian yang arif.

(53)

didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.

5) Memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial seperti bertindak sesuai dengan norma religius (takwa kepada Tuhan YME, jujur, iklas dan suka menolong) dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.

c. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut, serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru. Secara rinci masing-masing elemen kompetensi tersebut memiliki subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut.

(54)

2) Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.

d. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut.

1) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial yaitu berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.

2) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.

3) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

4. Jenis Kelamin

(55)

perempuan biasanya lebih cepat matang dari pada anak laki-laki dan sebagian banyak hambatan-hambatan sosial mulai ditekankan pada perilaku anak perempuan justru pada anak perempuan mencoba untuk membebaskan diri dari berbagai pembatasan.

Berikut perbedaan karakter pria dan wanita menurut Kartono (1971:137-144) antara lain:

a. Betapapun baik dan cemerlangnya intelegensi wanita itu, namun pada intinya hampir-hampir ia tidak mempunyai interesse yang menyeluruh pada soal-soal teoritis seperti kaum laki-laki. Hal ini bergantung pada struktur otaknya.

b. Kaum wanita lebih langsung atau direct, lebih praktis dan lebih meminati segi-segi kehidupan yang segera. Sedangkan laki-laki pada umumnya hanya mempunyai interesse, jika kejadian-kejadian tadi mengandung latar belakang atau nuansa tertentu, sesuai dengan minatnya, atau berhubungan dengan kepribadiannya. Jadi wanita itu lebih dekat pada masalah-masalah kehidupan yang praktis, sedangkan kaum laki-laki lebih tertarik pada segi-segi kejiwaan yang bersifat abstrak dari kehidupan ini sebagai bagian dari kehidupannya sendiri. c. Wanita itu pada umumnya sangat bergairah, sangat vivid penuh vitalitas

(56)

bagi kaum pria karena kaum pria itu selalu tertarik pada keremajaan dan kesegaran sifat-sifat wanita ini.

(57)

Berdasarkan perbedaan wanita dan pria di atas, Kartono (1971:144) menyimpulkan bahwa, perbedaan pria dan wanita itu bukan terletak pada adanya perbedaan yang essensiil dari pada temperament atau karakternya, akan tetapi pada perbedaan susunan jasmaniahnya, juga ada perbedaan dalam tujuan hidupnya serta fungsi sosialnya atau fungsinya di dalam masyarakat.

Tri Dayakisni dan Hudaniah (2003:184) menyatakan bahwa wanita lebih mungkin dari pada pria untuk menghibur temannya, memberikan dukungan emosional dan memberikan informasi konseling tentang masalah-masalah pribadi atau psikologis.

5. Program Studi

Program studi (prodi) adalah satuan pelaksanaan pendidikan yang bertugas melaksanakan satuan kurikulum untuk satu keahlian tertentu. Adanya prodi lebih menunjukkan pada kekhususan penguasaan disiplin ilmu tertentu, misalnya Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial membagi prodinya menjadi tiga yaitu Prodi Pendidikan Sejarah, Prodi Pendidikan Ekonomi-Bidang Keahlian Khusus Ekonomi Koperasi/Pendidikan Dunia Usaha dan Prodi Pendidikan Ekonomi-Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi (Insadha, 2005).

(58)

berkompeten terhadap bidang ilmunya. Masing-masing prodi di Universitas Sanata Dharma memiliki rumusan tujuan yang berbeda.

Adapun tujuan yang dirumuskan oleh masing-masing prodi adalah sebagai berikut.

a. Prodi Pendidikan Ekonomi-Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi (PAK)

Prodi ini bertujuan menghasilkan tenaga kependidikan, baik guru maupun non guru yang profesional di bidang akuntansi dan manajemen untuk Sekolah Menegah Umum maupun Sekolah Menengah Kejuruan kelompok Bisnis Manajemen serta untuk berbagai dunia usaha. Kompetensi lain lulusan ini adalah menguasai prinsip dan sistem akuntansi secara manual maupun berbasis komputer, sehingga mereka dapat bekerja di perusahaan-perusahaan nasional maupun multinasional, perbankan dan sebagainya (Insadha, 2005:35-36).

b. Prodi Pendidikan Ekonomi-Bidang Keahlian Khusus Ekonomi Koperasi/Pendidikan Dunia Usaha (PE)

(59)

praktek komputer yang memungkinkan lulusannya bekerja di dunia usaha maupun pemerintah (Insadha, 2005:35).

c. Prodi Pendidikan Sejarah

Prodi ini bertujuan menghasilkan sejarawan pendidik yang profesional, dalam bidang ilmu sejarah dan bidang kependidikan, yang dilandasi nilai-nilai kristiani yang universal dan nilai-nilai kemanusiaan (Insadha, 2005:33).

d. Prodi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah (PBSID)

Tujuan Prodi ini yaitu memberikan bekal kepada mahasiswa untuk menjadi tenaga pengajar yang profesional dalam bidang kependidikan. Selain itu memberikan bekal kepada mahasiswa untuk mengembangkan diri dalam bidang non-kependidikan sesuai dengan minatnya (Insadha, 2005:31-32).

e. Prodi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI)

(60)

Lulusan Prodi ini memiliki lapangan kerja dalam lingkup yang luas baik dalam bidang pendidikan bahasa inggris di sekolah formal maupun non-formal, training department di perusahaan swasta, perbankan, perhotelan, administrasi kesekretariatan yang terkait dengan ekspor-impor, lembaga percetakan dan publikasi termasuk media masa dan lain-lain (Insadha, 2005:29-30).

f. Prodi Bimbingan dan Konseling (BK)

Lulusan Program Studi ini memiliki kompetensi untuk menjadi konselor di lembaga pendidikan, khususnya sekolah. Lulusan ini sekaligus juga memiliki bekal yang dapat dikembangkan untuk menjadi tenaga yang profesional dalam bidang pendidikan, pelatihan, pengembangan sumber daya manusia. Mereka juga cakap dalam pemberian berbagai layanan bimbingan, termasuk konseling diluar sekolah, seperti rumah sakit, panti sosial, asrama dan industri (Insadha, 2005:25).

g. Pendidikan Fisika

Prodi S1 Pendidikan Fisika bertujuan mempersiapkan mahasiswa menjadi guru fisika Sekolah Menengah yang unggul dalam penguasaan ilmu fisika dan pembelajarannya, serta unggul dalam nilai kemanusiaan (Insadha, 2005:39).

h. Prodi Pendidikan Matematika

(61)

seutuhnya, serta mendidik dan melatih mahasiswa untuk menjadi guru matematika yang profesional, baik dalam bidang keahlian maupun keguruannya (Insadha, 2005:38).

i. Pendidikan Biologi

Lulusan program studi ini memiliki kompetensi untuk menjadi guru biologi Sekolah Menengah yang unggul dalam penguasaan ilmu biologi dan pembelajarannya.

j. Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Lulusan program studi ini memiliki kompetensi untuk menjadi guru Sekolah Dasar. Hampir seluruh lulusan program studi ini terserap di SD swasta maupun negeri (Insadha, 2005:26)

k. Prodi Ilmu Pendidikan- Kekhususan Ilmu Pendidikan Agama Katolik Lulusan Program Studi IPPAK dapat bekerja sebagai (Insadha, 2005:28):

1) Pendidik hidup beriman di sekolah/perguruan tinggi.

2) Ahli kateketik di paroki, kevikepan, keuskupan dan di lembaga-lembaga lain, seperti Konferensi Waligereja Indonesia, Departemen Agama, Pembinaan Mental TNI dan POLRI, dan sebagainya.

3) Petugas pastoral misal di rumah sakit, yayasan sosial, LSM dan lain-lain.

(62)

6. Prestasi Belajar Akademik a. Pengertian Belajar

Syah (1997:89) mengemukakan bahwa belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Menurut imron (1996:3) mengemukakan bahwa belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman. Menurut Soemosasmito (1987:11) belajar adalah usaha seseorang untuk menguasai bahan pelajaran yang diberikan.

Adi (1994:21) yang dikutip dari Margon, King, Weisz dan Schopler (1989) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang relatif permanen, yang terjadi karena latihan ataupun pengalaman. Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap (Winkel, 2004:59).

b. Pengertian prestasi belajar akademik

(63)

usaha yang di capai”. Prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian hasil usaha belajar mahasiswa dan bertujuan untuk mencapai suatu keadaan yang lebih memuaskan dari sebelumnya.

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Ed: 4, 2008:1101), Prestasi Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan oleh guru atau dosen. Sedangkan prestasi belajar akademik adalah hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan belajar disekolah atau perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran atau penilaian. Apabila seseorang belajar maka ia akan memperoleh hasilnya. Hasil belajar adalah perubahan dalam diri mahasiswa, ketika ia dapat mengetahui sesuatu yang sebelumnya tidak diketahuinya. Setiap orang mempunyai hasil yang berbeda dari yang telah dipelajari. Keberhasilan mahasiswa dalam kegiatan yang disebut belajar akan nampak pada prestasi belajar akademik yang diraihnya. Prestasi belajar dapat diketahui dari hasil evaluasi belajarnya (Sudjana, 1990:28).

(64)

intern dan ekstern dalam institusi pendidikan serta indikator daya serap anak didik. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar akademik adalah hasil usaha kegiatan belajar yang dicapai oleh mahasiswa pada periode tertentu yang ditunjukkan dengan angka nilai yang diberikan oleh dosen.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Menurut Haditono (1994:229) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut:

1) Faktor intern yaitu faktor yang berasal dari individu, yang meliputi: a) Faktor psikologis yaitu faktor yang berhubungan dengan

kejiwaan misalnya intelegasi, perhatian, minat, bakat, emisi, dan kesiapan maupun kelelahan.

b) Faktor biologis yaitu hal-hal atau hambatan-hambatan yang secara langsung berhubungan dengan siswa yang meliputi kesehatan dan cacat tubuh.

2) Faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar individu

(65)

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:236-253) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut:

a) Faktor Internal

1) Sikap terhadap belajar, merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak atau mengabaikan kesempatan belajar. 2) Motivasi belajar, merupakan kekuatan mental yang

mendorong terjadinya proses belajar. Jika motivasi melemah akan mengakibatkan melemahnya kegiatan belajar, maka mutu hasil belajar akan menjadi rendah.

3) Konsentrasi belajar, merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran yang tertuju pada isi bahan pelajaran maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi belajar mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar serta istirahat.

4) Mengolah bahan pelajaran, merupakan kemampuan untuk menerima isi dan cara perolehan ajaran yang dikembangkan diberbagai mata pelajaran, sehingga menjadi makna.

(66)

(hasil belajar cepat dilupakan) dan waktu yang lama (hasil belajar tetap dimiliki). Proses belajar terdiri dari penerimaan, pengolahan, penyimpanan dan pengaktifan yang berupa penguatan serta pembangkitan kembali untuk dipergunakan. 6) Kemampuan berprestasi merupakan suatu puncak proses

belajar yang membuktikan keberhasilan belajar dalam memecahkan tugas-tugas belajar.

7) Rasa percaya diri, timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil.

8) Intelegensi dan keberhasilan belajar, adalah salah satu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berfikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien.

9) Kebiasaan belajar, dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik antara lain belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur, dan datang terlambat.

b) Faktor eksternal

1) Guru adalah pengajar yang mendidik, ia tidak hanya mengajar pada bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik generasi muda bangsanya. 2) Prasarana dan sarana, kelengkapannya merupakan kondisi

(67)

sarana dan prasarana akan menjamin terselenggarakannya proses belajar yang baik.

3) Faktor keluarga, hubungan yang baik antar anggota keluarga dapat membantu dalam kegiatan belajar, sehingga memungkinkan prestasi belajar lebih baik.

4) Faktor lingkungan, linkungan dimana mahasiswa tinggal, akan mempengaruhi kegiatan belajarnya.

B. Kerangka Berpikir

1. Persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari jenis kelamin.

Persepsi merupakan suatu proses pemahaman, penerimaan, pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap rangsangan dari luar yaitu adanya pendidikan profesi guru. Persepsi mahasiswa terhadap suatu objek dapat berupa persepsi positif dan persepsi negatif. Persepsi positif berarti pandangan atau pendapat mahasiswa yang baik terhadap suatu objek, sedang persepsi negatif berarti pandangan atau pendapat mahasiswa yang kurang baik terhadap suatu objek. Demikian juga terhadap program pendidikan profesi guru dapat menimbulkan persepsi positif atau persepsi negatif.

(68)

Keadaan fisik dan psikologis inilah yang dapat mempengaruhi perbedaan persepsi antara pria dan wanita. Jadi perbedaan jenis kelamin diduga akan mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu objek dan dapat menimbulkan persepsi positif atau persepsi negatif terhadap program pendidikan profesi guru.

2. Persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari program studi.

Persepsi merupakan suatu proses pemahaman, penerimaan, pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap rangsangan dari luar yaitu adanya program pendidikan profesi guru. Persepsi seseorang terhadap suatu objek dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa apa yang ada dalam diri individu yang mempersepsi (segi kejasmanian dan psikologis), sedangkan faktor eksternal berupa stimulus dan lingkungan. Stimulus dan lingkungan sebagai faktor eksternal dan individu sebagai faktor internal saling berinteraksi dalam individu mengadakan persepsi (Bimo Walgito, 1991:54–55).

(69)

3. Persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari prestasi belajar akademik.

Persepsi merupakan suatu proses pemahaman, penerimaan, pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap rangsangan dari luar yaitu adanya pendidikan profesi guru. Prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh dosen. Setiap orang mempunyai hasil yang berbeda dari apa yang telah dipelajari. Keberhasilan mahasiswa dalam kegiatan belajarnya akan nampak pada prestasi belajar akademik yang diraihnya. Mahasiswa yang mempunyai prestasi belajar akademik yang tinggi akan tercermin dalam segala usaha yang dilakukannya untuk mencapai apa yang menjadi tujuan dan cita-citanya. Demikian juga sebaliknya untuk mahasiswa yang prestasi belajarnya kurang baik.

(70)

C. Hipotesis

Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Ada perbedaan persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan

profesi guru ditinjau dari jenis kelamin.

H2 : Ada perbedaan persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan

profesi guru ditinjau dari program studi.

H3 : Ada perbedaan persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan

(71)

49 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian komparatif. Penelitian komparatif

merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk membandingkan atau

menganalisis perbedaan-perbedaan dalam variabel. Jadi tujuan penelitian ini

adalah untuk menganalisis persepsi mahasiswa Universitas Sanata Dharma

terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari jenis kelamin, program

studi dan prestasi belajar akademik.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di Universitas Sanata

Dharma, Kampus I Mrican, Kampus III Paingan dan Kampus IV Kota Baru

Yogyakarta pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2010. Sasaran

penelitian adalah mahasiswa Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP)

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i FKIP Universitas Sanata

(72)

2. Objek penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah persepsi mahasiswa terhadap program

pendidikan profesi guru ditinjau dari jenis kelamin, program studi dan

prestasi belajar akademik.

D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono 2008:61). Sesuai dengan masalah yang diteliti

maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa FKIP

tahun ajaran 2009/2010 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari

semua yang ada pada populasi, karena keterbatasan dana, tenaga dan

waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari

populasi itu (Sugiyono, 2008:62). Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih

baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian

populasi. Jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10%−15% atau

20%−25% atau lebih (Arikunto, 2006:134). Berdasarkan tabel yang

(73)

maka jumlah sampel dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 317

mahasiswa FKIP tahun ajaran 2009/2010 yang berasal dari Prodi

Pendidikan Akuntansi, Pendidikan Ekonomi, Pendidikan Sejarah,

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Pendidikan Bahasa

Inggris, Bimbingan dan Konseling, Pendidikan Fisika, Pendidikan

Matematika, Pendidikan Biologi, Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan

Ilmu Pendidikan-Kekhususan Pendidikan Agama Katolik.

3. Teknik Penarikan Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

proportionate stratified dan convenience sampling. Teknik proportionate stratified digunakan karena populasinya mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Teknik

pengambilan sampel convenience sampling dilakukan dengan cara

memilih responden yang kebetulan ditemui pada saat penelitian. Teknik

pengambilan sampel proporsi dilakukan untuk menyempurnakan

penggunaan sampel berstrata. Ada kala banyaknya subjek yang terdapat

pada setiap strata tidak sama. Oleh karena itu untuk memperoleh sampel

yang representatif, pengambilan subjek dari setiap strata ditentukan

seimbang atau sebanding dengan banyaknya subyek dalam

masing-masing strata.

Adapun pengambilan banyaknya sampel mahasiswa dari

(74)

mahasiswa yang ada pada tiap prodi. Pengambilan jumlah sampel dari

[image:74.612.92.517.155.609.2]

masing-masing prodi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Jumlah Sampel dari Setiap Program Studi

No Prodi

Jumlah

Mahasiswa Jumlah Sampel

1. Pendidikan Akuntansi 341 30,41 30

2. Pendidikan Ekonomi 168 14,98 15

3. Pendidikan Sejarah 171 15,25 15

4. Pendidikan Bahasa, Sastra

Indonesia dan Daerah

398 35,49 35

5. Pendidikan Bahasa Inggris 782 69,75 70

6. Bimbingan dan Konseling 280 24,97 25

7. Pendidikan Fisika 177 15,78 16

8. Pendidikan Matematika 416 37,10 37

9. Pendidikan Biologi 73 6,51 7

10. Pendidikan Guru Sekolah

Dasar

533 47,54 48

11. Ilmu Pendidikan-Khususan

Pendidikan Agama Katolik

215 19,17 19

Total 3.554 317

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya 1. Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang dapat menjadi objek pengamatan

atau faktor yang berperan dalam gejala yang akan diteliti. Dalam

(75)

program pendidikan profesi guru, jenis kelamin, program studi dan

prestasi belajar akademik.

a. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah persepsi mahasiswa yaitu pemahaman, penerimaan, pengorganisasian dan

penginterprestasian terhadap program pendidikan profesi guru.

b. Variabel Bebas (Independent Variable) 1) Variabel Jenis Kelamin

Variabel jenis kelamin ini digolongkan menjadi dua yaitu pria dan

wanita. Penggolongan ini didasarkan pada pola perkembangan

fisiologis dan psikologis antara pria dan wanita yang berbeda.

Perbedaan ini menyebabkan adanya perbedaan perhatian,

kesanggupan dan pandangan.

2) Variabel Program Studi

Variabel program studi ini lebih menunjukkan pada kekhususan

penguasaan disiplin ilmu tertentu, perbedaan program studi

menimbulkan adanya perbedaan pandangan. Variabel ini meliputi

program studi Pendidikan Akuntansi, Pendidikan Ekonomi,

Pendidikan Sejarah, Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan

Daerah, Pendidikan Bahasa Inggris, Bimbingan dan Konseling,

Pendidikan Fisika, Pendidikan Matematika, Pendidikan Biologi,

Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan Ilmu

(76)

3) Variabel Prestasi Belajar Akademik Mahasiswa

Variabel prestasi belajar akademik mahasiswa akan tampak dari

hasil usaha kegiatan belajar yang berupa nilai-nilai dari mata

kuliah yang diambil, prestasi belajar akademik ini dapat terlihat

pada Indeks Prestasi Kumulatif.

2. Pengukuran Variabel Penelitian

a.Persepsi Mahasiswa terhadap Program Pendidikan Profesi Guru.

Item-item dalam kuesioner disusun mengacu pada standar

kompetensi guru, yang meliputi kemampuan pedagogi, profesional,

sosial, dan kepribadian. Indikator yang digunakan untuk menilai

persepsi mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma terhadap program

[image:76.612.95.545.198.706.2]

pendidikan profesi guru adalah seperti terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.2

Kisi–Kisi Kuesioner Persepsi Mahasiswa terhadap Program Pendidikan Profesi Guru

No

Indikator

Pernyataan

Positif (Nomor

Item dalam

Kuesioner)

Pernyataan

Negatif (Nomor

Item dalam

Kuesioner)

a. Program pendidikan profesi

guru dalam rangka menyiapkan

guru yang memiliki

kompetensi kepribadian.

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,

22, 23, 24, 26

b. Program pendidikan profesi

guru dalam rangka menyiapkan

8, 9, 10, 11, 12,

(77)

No

Indikator

Pernyataan

Positif (Nomor

Item dalam

Kuesioner)

Pernyataan

Negatif (Nomor

Item dalam

Kuesioner)

guru yang memiliki

kompetensi pedagogi.

c. Program pendidikan profesi

guru dalam rangka menyiapkan

guru yang memiliki

kompetensi profesional.

14, 15, 25, 27, 43

d. Program pendidikan profesi

guru dalam rangka menyiapkan

guru yang memiliki

kompetensi sosial.

16, 17, 18, 19, 44

e. Program pendidikan profesi

guru dapat menjamin

peningkatan kualitas

pendidikan di Indonesia.

20, 31, 35, 37, 45 21, 32, 36, 38, 46

f. Program pendidikan profesi

guru dapat menjamin

peningkatan kualitas guru di

Indonesia.

28, 30, 33, 39, 41 29, 34, 40, 42

Kuesioner disusun menggunakan skala Likert. Skala Likert yang

(78)

Tabel 3.3

Skor Kuesioner Persepsi Mahasiswa terhadap Pendidikan Profesi Guru

Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif

Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban Skor

Sangat Setuju 5 Sangat Setuju 1

Setuju 4 Setuju 2

Diantara Setuju dan

Tidak Setuju 3

Diantara Setuju dan

Tidak Setuju 3

Tidak Setuju 2 Tidak Setuju 4

Sangat Tidak Setuju 1 Sangat Tidak Setuju 5

b.Jenis Kelamin

Jenis Kelamin yang dimaksud di sini adalah pria dan wanita.

[image:78.612.93.517.147.588.2]

Variabel ini diberi kode sebagai berikut.

Tabel 3.4 Skor Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Kode

Pria

Wanita

1

2

c.Program Studi

Program studi merupakan bagian dari fakultas dan jurusan ilmu

tertentu, di mana di dalamnya lebih menunjukkan kekhususan disiplin

ilmu. Variabel ini dikelompokkan menjadi sebelas prodi yaitu Program

Studi Pendidikan Akuntansi, Pendidikan Ekonomi, Pendidikan Sejarah,

(79)

Inggris, Bimbingan dan Konseling, Pendidikan Fisika, Pendidikan

Matematika, Pendidikan Biologi, Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan

Ilmu Pendidikan-Kekhususan Pendidikan Agama Katolik.

Variabel program studi ini terkategorikan variabel nominal,

sehingga data hanya berupa yang bersifat membedakan dan tidak

[image:79.612.96.516.204.587.2]

menunjukkan jenjang (klasifikasi).

Tabel 3.5 Kode Program Studi

Program Studi Kode

Pendidikan Akuntansi

Pendidikan Ekonomi

Pendidikan Sejarah

Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Pendidikan Bahasa Inggris

Bimbingan dan Konseling

Pendidikan Fisika

Pendidikan Matematika

Pendidikan Biologi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Ilmu Pendidikan-Khususan Pendidikan Agama Katolik

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

d.Prestasi Belajar Akademik

Prestasi belajar akademik mahasiswa adalah hasil belajar yang dicapai

mahasiswa pada periode tertentu dengan menggunakan angka Indeks

Prestasi Kumulatif (IPK). Ketentuan pemberian skor prestasi belajar

(80)
[image:80.612.94.517.98.618.2]

Tabel 3.6

Skor Prestasi Belajar Akademik

Prestasi Belajar Akademik Skor

IPK < 1.49

IPK 1.50 – 1.99

IPK 2.00 – 2.49

IPK 2.50 – 2.99

IPK 3.00 – 4.00

1

2

3

4

5

F. Teknik Pengumpulan Data

Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer

mengenai persepsi mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma terhadap

program pendidikan profesi guru. Teknik pengumpulan data dengan

menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai standar kompetensi

guru yang meliputi kemampuan pedagogi, profesional, sosial dan

kepribadian.

G. Teknik Pengujian Instrumen 1. Pengujian Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid

apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap

data dari variabel yang diteliti secara tepat (Sugiyono, 2008:168-169).

Uji v

Gambar

Tabel 5.5 Pengujian Normalitas Persepsi Mahasiswa
Tabel 3.1 Jumlah Sampel dari Setiap Program Studi
Tabel 3.2 Kisi–Kisi Kuesioner Persepsi Mahasiswa terhadap Program
Tabel 3.4 Skor Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Sumber daya manusia sebagai pelaksana dan sumber daya fisik yang berupa fasilitas pendukung pelaksanaan program Jampersal sudah cukup memadai, baik dari segi

[r]

herea jual dd lulah Peodapa. re.jadiDya xeqarrsh&amp;

(1) Pembayaran honor kelebihan mengajar dapat dibayarkan dalam batas pagu anggaran yang tersedia dalam DIPA Tahun anggaran 2017 Universitas Andalas.. (2) Dengan

Beberapa penelitian dibidang speech processing, diantaranya adalah: Lukman Herlim[19] dalam tugas akhirnya yang berjudul Pengenalan Kata Dengan Menggunakan Fuzzy

Setelah kita buat bagian table ini, sekarang kita akan isi bagian tablenya, dengan cara mengubah tampilan viewnya menjadi Data Sheet View dengan cara klik menu View , pilih

Undang- undang kepariwisataan yang bersifat nasional dan menyeluruh sangat diperlukan sebagai dasar hukum dalam rangka pembinaan dan penyelenggaraan kepariwisataan, khususnya

Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian, membatasi, dan