• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL CINTA DAN GAYA KELEKATAN PADA MAHASISWA PELAKU KEKERASAN DALAM PACARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL CINTA DAN GAYA KELEKATAN PADA MAHASISWA PELAKU KEKERASAN DALAM PACARAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini pacaran bukan lagi suatu hal yang tabu bagi masyarakat kita. Pacaran merupakan sebuah proses untuk saling mengenal antara laki-laki dan perempuan sebelum masuk ke jenjang pernikahan. Hampir setiap orang pernah berpacaran, biasanya dalam hubungan tersebut selalu berkaitan dengan harapan, keinginan, kasih sayang, cinta bahkan hingga pengorbanan. Sehingga sudah pasti para pelakunya sangat mendambakan sebuah kebahagiaan. Namun demikian hal tersebut akan menjadi lain ceritanya ketika pada kenyataannya banyak dari mereka yang berpacaran tidak mendapat kebahagiaan seperti yang di dambakan oleh setiap pasangan. Justru mereka malah mendapatkan perlakuan yang tidak wajar seperti tindak kekerasan dalam berbagai bentuk.

Dari hasil survey, 23 dari jumlah 49 mahasiswa Teknologi Pendidikan kelas 2009A Universitas Negeri Surabaya sudah mempunyai pacar. Mereka berpendapat bahwa berpacaran merupakan suatu kegiatan yang asyik dan menyenangkan karena dapat berbagi cerita atau curhat kepada sang pacar apabila ada masalah yang sedang dihadapi dan ada pula yang berpendapat bahwa pacaran dapat melampiaskan hawa nafsu yang terdapat dalam diri. Dalam berpacaran mereka melakukanya di tempat keramaian atau di sepi, mereka merasa percaya diri dan tidak menghiraukan orang yang berada disekitarnya.

(2)

Secara definitif kekerasan dalam pacaran (KDP)/Dating Violence/Abusive Dating Relationship adalah semua perilaku mengontrol, menyiksa, memaksa, mengancam dan minimal seorang pada orang lainnya dalam hubungan romantis dua orang yang belum menikah dalam konteks proses pacaran untuk mendapatkan atau mempertahankan kekuasaan atau kontrol terhadap pasangan intimnya, yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan kematian, trauma dan hal hal yang berbahaya (Sugarman dan Hotaling, 1989;United states Departement of Justice, www.coolnurse.com;universitas Michigan; dalam Murray 2006:10; CDC Atlanta, 1998; dalam http://www.bpkpenabur.or.id), bentuk kekerasan yang terjadi dapat berupa kekerasan secara verbal, emosional, fisik, seksual, ekonomi atau kombinasi diantaranya, sehingga salah satu pihak merasa terpaksa, tersinggung, dan tersakiti, dengan apa yang telah dilakukan pasangannya (Dating Violence Resource Center;dalam www.ncvc.org/dvrc; Zainun, 2003).

Banyak orang yang membicarakan tentang kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga (Domestic Violence), namun masih sedikit yang peduli pada kekerasan yang terjadi dalam relationship, terutama kekerasan yang terjadi saat mereka sedang berpacaran (Kekerasan Dalam Pacaran/KDP) atau Dating Violence / Dating Abuse). Banyak yang beranggapan bahwa dalam berpacaran tidaklah mungkin terjadi kekerasan, karena pada umumnya masa berpacaran adalah masa yang penuh dengan hal-hal yang indah, di mana setiap hari diwarnai oleh manisnya tingkah laku dan kata-kata yang dilakukan dan diucapkan sang pacar, hal tersebut dapat dipahami sebagai salah satu bentuk ketidaktahuan akibat kurangnya informasi dan data dari laporan korban mengenai kekerasan ini.

(3)

3

"Untuk kekerasan dalam pacaran tidak jauh berbeda dengan kasus kekerasan dalam rumah tangga. Mereka hanya berbeda pada statusnya saja," kata Direktur Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (LBH Apik) Hestu Rahmifanani. Hal itu dikatakan dia saat menyampaikan "Catatan Akhir Tahun 2009 Perjalanan LBH Apik" di Jakarta Media Center (JMC), Jl Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Rabu (6/1/2009). Menurut Hestu, selama tahun 2009 kemarin, LBH Apik menerima pengaduan dan pendampingan sebanyak 1.058 kasus, meningkat 205 kasus dari tahun sebelumnya. Kasus itu terbagi menjadi KDRT 657 kasus, pasca perceraian 99 kasus, perdata 92 kasus, dan kekerasan dalam pacaran 56 kasus (http://www.detiknews.com/read/2010/01/06/131830/1272653/10/tahun-2009-kasus-kekerasan-dalam-pacaran-meningkat).

Dari data domestic violence, kekerasan dalam pacaran menempati urutan kedua dengan 635 kasus 3,82 persen setelah kasus-kasus kekerasan terhadap istri yang berjumlah sebesar 4.886 kasus 29,41 persen. Kasus-kasus lainnya adalah kekerasan terhadap anak (perempuan)-KTA sebanyak 421 kasus 2,53 persen, kekerasan terhadap pekerja rumah tangga 87 kasus 0,52 persen (http://www.republika.co.id).

Manajer Divisi Pendampingan “Rifka Annisa” (organisasi perlindungan perempuan) Mei Shofia Romas, mengungkapkan, "KDP lebih banyak mengarah kesegi psikis dibandingkan fisik, yakni soal janji-janji atas nama cinta yang kemudian berujung pada hubungan intim. Begitu hamil, pihak laki-laki tidak tahu harus berbuat apa bahkan cenderung meninggalkan begitu saja, (www.prakarsa- rakyat.org). Namun begitu tindak kekerasan yang terjadi dalam masa pacaran tidak selalu dialami oleh perempuan atau remaja putri saja, laki-laki atau remaja putra pun ada yang mengalami kekerasan yang dilakukan oleh pacarnya (http://nurularifin.com).

Berdasarkan hasil wawancara awal, didapatkan bahwa subyek (SY) adalah seorang pelaku kekerasan dalam pacaran. Subyek SY merupakan mahasiswa yang ada di salah satu perguruan tinggi di kota Malang dan sudah menjalin hubungan cinta kasih yang berjalan hampir 4 tahun. Menurut pengakuan pacar subyek selama menjalin hubungan ia sering bertengkar dan mendapat kekerasan dari subjek:

(4)

menangis, saya nggak brani ngelawan karna saya sayang sama dia...., pacar saya sangat mudah jealous, kadang kalo saya lagi ngobrol sama teman cowo saya pacar saya semakin menjadi-jadi kekerasanya bahkan pernah memukul saya, dan pernah juga menendang saya, udah pokoknya parah dech...tapi saya masih cinta dia.

Dari contoh kasus di atas dapat dilihat bagaimana model cinta dan gaya lekat dari subyek. Dalam kasus tersebut, subyek menunjukkan rasa cintanya dengan melakukan kekerasan terhadap pasangannya seperti menonjolkan ego, posesif dan mudah cemburu. Model cinta seperti itulah yang selama ini ditunjukkan oleh subyek terhadap pasangannya. Dilihat dari gaya lekatnya subyek melakukan kekerasan sebagai bentuk rasa sayang subyek terhadap pasangannya. Dengan melakukan kekerasan subyek merasa dapat menjaga dan melindungi pasangannya dari orang lain yang dianggap subyek dapat mengancam kelangsungan hubungannya, sehingga subyek tidak akan kehilangan pasangannya.

Setiap individu yang berpacaran memiliki gaya cinta yang masing-masing berbeda antara satu dengan lainnya. Pengungkapan cinta yang dimiliki oleh masing-masing individu sangatlah berbeda dan hal ini dipengaruhi oleh gaya cinta yang mereka miliki.

(5)

5

Jadi berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa model cinta memiliki keterkaitan dengan terjadinya kekerasan dalam pacaran, yang mana dalam hal ini model cinta tertentu yang tampak pada suatu pasangan memungkinkan terwujudnya perilaku kekerasan dalam hubungan tersebut.

Selain model cinta, gaya kelekatan pada suatu pasangan juga memiliki pengaruh terhadap kemungkinan munculnya perilaku kekerasan dalam berpacaran. Ainsworth dkk. (dalam Yessi, 2003) menyatakan tiga pola attachment, yaitu pola secure attachment, pola cemas ambivalen dan pola cemas menghindar. Pola secure attachment yaitu pola yang terbentuk dari interaksi antara orang tua dan anak, anak merasa dipercaya terhadap orangtua sebagai figur yang selalu siap mendampingi, sensitive dan responsive, penuh cinta dan kasih sayang ketika anak mencari perlindungan dan kenyamanan dan selalu menolong atau membantunya dalam menghadapi situasi yang mengancam dan menakutkan. Pola cemas ambivalen adalah anak merasa tidak pasti bahwa orangtuanya selalu ada, responsiveatau cepat membantu serta datang kepadanya pada saat anak membutuhkan orang tua. Pola cemas menghindar yaitu pola yang terbentuk dari interaksi antara orangtua dan anak, anak tidak memiliki kepercayaan diri, karena ketika mencari kasih sayang anak tidak direspon atau bahkan ditolak.

Selain tiga pola attachmentdi atas, gaya kelekatan terbagi menjadi dua yaitu gaya lekat aman dan gaya lekat menghindar. Menurut Hazan dan Shaver (dalam Helmi, 2004) mengemukakan orang dengan gaya kelekatan aman memperlihatkan ciri-ciri individu yang bersahabat dan memiliki rasa percaya diri tinggi. Orang dengan gaya kelekatan menghindar mempunyai ciri-ciri individu yang skeptis, mudah curiga, mudah berubah pendirian dan sukar terbuka.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Susan Moore dan Cynthia Leung (2002) dengan judul Young People’s Romantic Attachment Styles and Their Associations with Well-being, didapatkan 3 aspek yang dijabarkan sebagai berikut:

a. Kelompok clusterberdasarkan pada gaya kelekatan romantic.

(6)

positif. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa gaya lekat berkorelasi positif dengan ketidakkonsistenan.

b. Kelekatan romantic clusteroleh jenis kelamin, usia dan status hubungan saat ini.

Umur tidak berhubungan dengan kelompok cluster, dengan masing-masing clustermemiliki usia berarti identik (18-19 tahun). Selain itu, umur berkorelasi dengan dukungan dari salah satu enam peringkat gaya lampiran romantis. Kurangnya hubungan antara usia dan gaya lampiran romantis juga sama jelas untuk data laki-laki dan perempuan dianalisis secara terpisah. Jadi, meskipun perbedaan usia antara sampel laki-laki dan perempuan, usia tidak termasuk dalam analisis lebih lanjut karena non-hubungannya dengan gaya lampiran romantis atau dengan gaya cluster.

c. Kelompok romantic clusterdan pengukuran pada kebahagiaan

Mereka yang tidak dalam sebuah hubungan menunjukkan tingkat kecil tapi jauh lebih tinggi kepuasan akademis daripada mereka yang dalam hubungan. Pengaruh gaya kelekatan terhadap hubungan romantic (berpacaran) sebagai contoh dapat dilihat pada remaja. Remaja dengan gaya kelekatan aman akan merasa lebih puas dengan hubungan mereka dibandingkan dengan remaja yang menggunakan gaya kelekatan yang lain, karena seseorang tersebut akan merasa lebih bahagia dengan pasangannya. Remaja dengan gaya kelekatan aman biasanya akan mencari pasangan dengan gaya kelekatan yang sama (Brennan & Shaver, 1995).

(7)

7

dalam pacaran saja. Sementara subyek ternyata melakukan kedua peran tersebut yaitu sebagai pelaku sekaligus korban kekerasan dalam pacaran.

Dalam konteks psikologis, kapasitas seseorang untuk dapat bertindak sebagai pelaku sekaligus korban tentunya sangat dipengaruhi banyak hal baik faktor internal mau pun faktor eksternal. Hal ini merupakan suatu fenomena yang menarik di tengah-tengah masyarakat untuk dijadikan sebagai kajian penelitian. Maka dari itu berpijak pada data-data diatas sebagai sebuah fenomena, banyak hal yang perlu digali lebih mendalam untuk mengetahui lebih jauh lagi dari sisi psikologis terkait fenomena korban sekaligus pelaku kekerasan dalam pacaran.

Berdasarkan fenomena-fenomena serta uraian-uraian di atas, dapat dilihat bahwa kekerasan dalam pacaran merupakan hal penting untuk diperhatikan, karena hal itu tentunya dapat berdampak negatif tidak hanya bagi korban kekerasan tersebut, melainkan juga terhadap pelakunya. Maka dari itu, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai model cinta dan gaya kelekatan pada mahasiswa yang menjadi pelaku kekerasan dalam berpacaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut, yaitu ”Bagaimana model cinta dan gaya kelekatan pada mahasiswa pelaku kekerasan dalam berpacaran?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui model cinta dan gaya kelekatan pada mahasiswa pelaku kekerasan dalam pacaran.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, yaitu: a. Manfaat Teoritis

(8)

yang membahas mengenai tentang cinta, gaya kelekatan dan perilaku berpacaran.

b. Manfaat Praktis

(9)

MODEL CINTA DAN GAYA KELEKATAN PADA MAHASISWA PELAKU

KEKERASAN DALAM PACARAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi

Disusun Oleh :

ARTHARIO AKBAR SEPUTRA

NIM. 04810041

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(10)

Judul Skripsi

: Model Cinta dan Gaya Kelekatan Pada Mahasiswa

Pelaku Kekerasan Dalam Pacaran

Nama Peneliti

: Arthario Akbar Seputra

NIM

: 04810041

Fakultas

: Psikologi

Perguruan Tinggi

: Universitas Muhammadiyah Malang

Waktu Penelitian

: 15 Oktober 2010 – 27 Desember 2010

Malang, 22 Agustus 2011

Pembimbing I

Dra. Tri Dayakisni, M.Si

Pembimbing II

Hudaniah, M.Si, Psi

(11)

L E M B A R P E N G E S A H A N

Skripsi ini telah diuji oleh Dewan Penguji

Pada tanggal 20 Agustus 2011

Dewan Penguji

Ketua Penguji

: Dra. Tri Dayakisni, M.Si

( _____________ )

Anggota Penguji

: 1. Hudaniah, M.Si, P.Si

( _____________ )

2. M. Salis Yuniardi, S.Psi, M.Psi

( _____________ )

3. Diana Savitri Hidayah S.Psi, M.Psi ( _____________ )

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang

(12)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama

: Arthario Akbar Seputra

Tempat, Tanggal Lahir : Sidoarjo, 08 Juni 1986

NIM

: 04810041

Fakultas

: Psikologi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Menyatakan bahwa skripsi / karya ilmiah :

Judul skripsi

:

Model Cinta dan Gaya Lekat Pada Mahasiswa Pelaku

Kekerasan Dalam Pacaran

.

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam

bentuk kutipan yang telah digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan

sumbernya.

2. Hasil tulisan karya ilmiah / skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan

hak bebas royalti non eksklusif apabila digunakan sebagai sumber yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila

pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan

undang-undang yang berlaku.

Mengetahui,

Kepala Program,

M. Salis Yuniardi, S.Psi, M.Si

Malang, 22 Agustus 2011

Yang menyatakan,

(13)

K A T A P E N G A N T A R

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “

Model Cinta

dan Gaya Lekat Pada Mahasiswa Pelaku Kekerasan Dalam Pacaran”.

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat dalam

menyelesaikan studi pada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang

sebesar-besarnya atas segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan dalam penyusunan

skripsi ini, kepada:

1. Drs. Tulus Winarsunu, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Malang.

2. Ibu Dra. Tri Dayakisni, M.Si selaku Dosen Pembimbing I, yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam

penulisan skripsi ini.

3. Ibu Hudaniah, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II, yang telah banyak membantu

dan memberi masukan serta selalu meluangkan waktunya dalam membimbing

penulis.

4. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

5. Ayah dan Mama tercinta atas perhatian, kasih sayang, dukungan moril serta

doanya.

6. Seluruh subyek penelitian yang berperan penting dalam membantu kelancaran

(14)

8. Teman-teman Psikologi angkatan 2004 yang banyak memberikan dukungan,

bantuan maupun diskusinya.

9. Seluruh pihak yang telah membantu penyusun, yang tidak dapat disebutkan satu

per satu tanpa mengecilkan arti bantuannya.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk

mendapatkan hasil yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pihak-pihak yang berkepentingan.

Malang, 22 Agustus 2011

(15)

DAFTAR ISI

COVER

LEMBAR PERSETUJUAN ...

i

LEMBAR PENGESAHAN ...

ii

SURAT PERNYATAAN ...

iii

KATA PENGANTAR ...

iv

ABSTRAKSI ...

vi

DAFTAR ISI...

viii

DAFTAR LAMPIRAN...

ix

BAB

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...

1

B. Rumusan Masalah ...

7

C. Tujuan Penelitian ...

7

D. Manfaat Penelitian ...

7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Cinta ... ...

9

1. Pengertian Model Cinta ...

9

2. Model Cinta …………. ...

9

B. Gaya Kelekatan...

11

1. Pengertian Gaya Kelekatan...

11

2. Gaya Kelekatan...

12

C. Kekerasan Dalam Pacaran...

14

1. Pengertian Kekerasan Dalam Pacaran... 14

2. Bentuk – bentuk Kekerasan Dalam Pacaran...

15

a. Kekerasan Emosional... 15

b. Kekerasan Seksual... 16

c. Kekerasan Fisik... 16

d. Kekerasan Ekonomi... 17

(16)

BAB

III METODE PENGUMPULAN DATA

A. Jenis Penelitian ………. ... 21

B. Batasan Istilah………... 21

C. Subjek Penelitian ………... ... 22

D. Teknik Pengumpulan Data ... 22

E. Jenis Data dan Instrumen Penelitian ………..

24

F. Pengorganisasian Penelitian ……… . 25

G. Analisa Data ………...

26

H. Keabsahan Data ………. 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ……… 27

1. Deskripsi data ……….. 28

2. Analisa data masing – masing Subjek………. 33

B. Pembahasan ………..

36

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………... .

40

B. Saran – Saran ………

41

DAFTAR PUSTAKA……….. 42

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Dayakisni, T., & Hudaniah. 2009.

Psikologi sosial.

Malang: UMM press

Dewi. Prastiwi Yunita. 2009.

Hubungan antara kelekatan terhadap orangtua dengan

identitas diri pada remaja pria delinquent di lembaga pemasyarakatan anak

kutoarjo. Semarang: Skripsi Universitas Diponegoro.

Dye, M. L. & Davis, K. E. 2003.

Stalking and psychological abuse: common factors

and relationship-specific characteristics. Violence and Victims

.

Hardianto. Supriadi. 2009.

Kekerasan dalam pacaran (studi tentang factor penyebab,

dinamika antar faktor dan korban paling dominan pada pelaku sekaligus

korban).

Malang: Digilib UMM

Hatfield, E., Rapson, R. L.. & Martel, L.D. (in press).

“Passionate love.”

in S.

Kitayama & D. Cohen (Eds.) handbook of cultural psychology. New York:

Guilford Press.

Hatfield. E., Rapson. Richard L. 1993.

Love, sex, and intimacy

, New York: Harper

Collins College Publishers.

Helmi. Alvin Fadillah. 1999.

Gaya kelekatan dan konsep diri.

Jurnal Psikologi

.

UGM.

Maslow. Abraham H. 1968.

Toward a psychology of being

, (ed. 2). New York: D.

Van Nostrad.

Moleong, L.J., 2007.

Metodologi penelitian kualitatif

(Ed. Revisi). Bandung: P.T

Remaja Rosdakarya

Pervin, L.A., & John, O.P. 2010.

Psikologi kepribadian teori & peneliitian

(Ed.

Kesembilan)

.

Jakarta: Kencana

Simpson. J.A. & Rholes. W.S.

Attachment theory and close relationships

(Eds). New

York: Guilford Press.

Sternberg. Robert J. 1997.

Construct Validation of a Triangular Love Scale.

(18)

Suud. M. 2008.

Love is blind, menjaga cinta tetap indah dalam bayang-bayang

kekerasan

. Jakarta: Prestasi Pustakaraya

Referensi

Dokumen terkait

STUDI KASUS MENGENAI CINTA PADA PEREMPUAN EMERGING ADULT KORBAN KEKERASAN DALAM PACARAN YANG

ada kekerasan, karena pada umumnya masa pacaran (dating) adalah masa yang penuh dengan hal-hal yang indah, setiap hari diwarnai oleh manisnya tingkah laku.. dan kata-kata

Model 4 menggambarkan hubungan antara kekerasan dalam pacaran dengan kecemasan dengan melibatkan sumber informasi. Hasil analisis menunjukkan kekerasan dalam pacaran memiliki

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa KDP adalah ancaman atau tindakan untuk melakukan kekerasan kepada salah satu pihak dalam hubungan berpacaran, yang mana kekerasan

Semua jenis kekerasan dalam pacaran (dating violence) tersebut dapat dikenakan sanksi-sanksi pidana terhadap orang yang melakukannya, jika usia remaja sebagai korban

Terdapat hubungan antara dukungan sosial dari teman dengan perilaku kekerasan dalam pacaran pada kategori korban yaitu kekerasan fisik, kecuali resolusi konflik, ketidakpercayaan,

Pada kategori ‘sering’ yakni pernah mengalami kekerasan lebih dari 6 kali selama pacaran, proporsi jenis kekerasan terbanyak yang dialami responden laki- laki adalah

Kemudian, ditemukan bahwa mayoritas mahasiswa di Kota Bandung memiliki tingkat kecerdasan emosi yang tinggi dengan prosentase 99,4 – 100% dan mendapati tindak kekerasan dalam pacaran