• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kultivasi Jamur Kuping (Auricularia sp.) pada Log Kayu dan Ranting Sengon, Jabon dan Jati

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kultivasi Jamur Kuping (Auricularia sp.) pada Log Kayu dan Ranting Sengon, Jabon dan Jati"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KULTIVASI JAMUR KUPING (

Auricularia

sp.) PADA

LOG

KAYU DAN RANTING SENGON, JABON DAN JATI

ABDULLAH AZZAM MAHMUD

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Analisis Kultivasi Jamur Kuping (Auricularia sp.) pada Log Kayu dan Ranting Sengon, Jabon dan Jati” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Abdullah Azzam Mahmud

(4)

ABSTRAK

ABDULLAH AZZAM MAHMUD. Analisis Kultivasi Jamur Kuping (Auricularia

sp.) pada Log Kayu dan Ranting Sengon, Jabon dan Jati. Dibimbing oleh ELIS NINA HERLIYANA dan IRDIKA MANSUR.

Salah satu alternatif media untuk kultivasi jamur kuping (Auricularia sp.) adalah dengan menggunakan log kayu dan ranting sebagai limbah tebangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi kultivasi jamur kuping menggunakan media log kayu dan ranting dari tiga jenis kayu, yaitu sengon (Falcataria moluccana), jabon (Anthocephalus cadamba) dan jati (Tectona grandis). Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 8 perlakuan media log kayu dan ranting dari ketiga jenis kayu tersebut, serta baglog serbuk gergaji kayu sengon yang diberi tambahan nutrisi (BIO) dan serbuk gergaji kayu sengon saja (CS) sebagai kontrol. Hasil penelitian menunjukkan total bobot basah tubuh buah pada perlakuan log kayu jabon (171.4 g) lebih besar secara nyata dibanding total bobot basah tubuh buah pada perlakuan lainnya, kecuali pada perlakuan BIO (248.4 g). Efisiensi Biologi (EB) pada perlakuan ranting jabon (39.8%) lebih tinggi secara nyata dibandingkan EB pada perlakuan lainnya, kecuali pada perlakuan BIO (67.6%). Rata-rata waktu panen log kayu jati (36 hari) dan ranting jati (34 hari) lebih lama secara nyata dibandingkan waktu panen pada perlakuan lainnya. Log kayu dan ranting dari ketiga jenis kayu memiliki potensi untuk media kultivasi jamur kuping sehingga dapat menjadi alternatif pengganti serbuk gergaji kayu.

Kata kunci: Anthocephalus cadamba, Auricularia sp., Falcataria moluccana, Tectona grandis, kultivasi jamur

ABSTRACT

ABDULLAH AZZAM MAHMUD. Analysis of Ear Mushroom (Auricularia sp.) cultivation by Log and Twigs Sengon, Jabon and Teak. Supervised by ELIS NINA HERLIYANA and IRDIKA MANSUR.

One of the alternative media for ear mushroom (Auricularia sp.) cultivation is by using cutting wastes of log and twigs. The objective of this research is to analyze the potency of ear mushroom cultivation by using log and twigs from three species e.g sengon (F. moluccana), jabon (A. cadamba) and jati (T. grandis). This research is completely randomized design with 8 treatments of logs and twigs from the trees species, baglog from sengon sawdust nutrition given (BIO) and sengon sawdust only (CS). Fresh weight of ear mushroom from jabon stem (171.4 g) was higher than other treatments, except BIO treatment (248.4 g). Biology efficiency (EB) of jabon twigs (39.8%) is significantly higher than the other treatments, except for BIO treatment (67.6 %). The average of harvesting time of teak log (36 days) and teak twigs (34 days) were significantly higher than the other treatments. The results clearly showed that log and twigs from that three species could be used for ear mushroom cultivation media to substitute the use of sawdust.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Silvikultur

ANALISIS KULTIVASI JAMUR KUPING (

Auricularia

sp.)

PADA

LOG

KAYU DAN RANTING SENGON, JABON DAN JATI

ABDULLAH AZZAM MAHMUD

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Kultivasi Jamur Kuping (Auricularia sp.) pada Log Kayu dan Ranting Sengon, Jabon dan Jati

Nama : Abdullah Azzam Mahmud NIM : E44090067

Disetujui oleh

Dr Ir Elis Nina Herliyana, MSi Pembimbing I

Dr Ir Irdika Mansur, M For Sc Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan november 2012 ialah pemanfaatan limbah tebangan unuk kultivasi jamur, dengan judul Analisis Kultivasi Jamur Kuping (Auricularia sp.) pada Log Kayu dan Ranting Sengon, Jabon dan Jati.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Elis Nina Herliyana, MSi dan Dr Ir Irdika Mansur, M For Sc selaku dosen pembimbing. Selain itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Pak Sunardi, Mas Sugih dan Mas Andri yang banyak membantu selama kegiatan penelitian di SEAMEO BIOTROP. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Aba, Mama, Mas Joko, Kak Muna, Mas Ofa, Mbak Daniar, Kak Zie dan Dek Uqi yang telah banyak memberi dorongan semangat dan doa. Penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga besar Fakultas Kehutanan, sahabat Silvikultur 46, teman-teman satu bimbingan dan Fourtunity yang selalu memberi inspirasi. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu penulisan selama penelitian dan penyusunan skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Semoga karya ini bisa bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan kehidupan masyarakat.

Bogor, Februari 2014

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR iv

DAFTAR LAMPIRAN iv

PENDAHULUAN 1

Latar belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian METODE

2

Waktu dan Lokasi Penelitian 2

Bahan dan Alat 2

Prosedur Penelitian 2

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Fase Vegetatif Pertumbuhan Jamur Kuping Fase Generatif Pertumbuhan Jamur Kuping

6 7 Pengaruh Jenis Media terhadap Pertumbuhan Jamur Kuping 8 Pengaruh Jenis Media terhadap Bobot Basah Tubuh Buah 8 Pengaruh Jenis Media terhadap Diameter Tubuh Buah 9 Pengaruh Jenis Media terhadap Jumlah Tubuh Buah 10

Pengaruh Jenis Media terhadap Waktu Panen 11

Pengaruh Jenis Media terhadap Efisiensi Biologi (EB)

Pengaruh Jenis Media terhadap Hasil Analisis Uji Proksimat Hama dan Penyakit pada Media dan Tubuh Buah Jamur Kuping

12 14 15 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan 17

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 17

LAMPIRAN 17

(11)

DAFTAR TABEL

1 Kadar air perlakuan jenis media (%)setelah proses sterilisasi dan siap

untuk kultivasi jamur kuping 6

2 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam 8

3 Pengaruh jenis media terhadap bobot basah tubuh buah jamur kuping 9 4 Pengaruh jenis media terhadap diameter tubuh buah jamur kuping 10 5 Pengaruh jenis media terhadap jumlah tubuh buah 11

6 Pengaruh jenis media terhadap waktu panen 12

7 Kadar air jamur kuping 17

8 Analisis proksimat jamur kuping terhadap media 17

DAFTAR GAMBAR

1 Kondisi kumbung jamur kuping pada fase reproduktif dan blower untuk

pengabutan dan penyiraman 4

2 Diameter tudung tubuh buah jamur kuping pada setiap perlakuan 10 3 Pengaruh jenis media terhadap nilai Efisiensi Biologi (%) 13 4 Penampaan munculnya tubuh buah jamur kuping pada perlakuan BIO

(a) CS (b) SGK (c) SGR (d) JBK (e) JBR (f) JTK (g) dan JTR (h) 13 5 Log kayu sisa setelah menjadi media kultivasi pada jabon (a) jati (b)

dan sengon (c) 14

6 Penyakit jamur kontaminan (Tricoderma spp.) (a) (Aspergillus sp.) (b) 16 7 Penyakit jamur lendir (Stemonitis sp.) (a) (Physarium spp.) (b)

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya hayati yang tinggi, termasuk jamur. Menurut Chang (1993) dalam Suprapti (2000), di dunia terdapat beribu-ribu jenis jamur, sekitar 2000 jenis telah dikenal dapat dimakan dan lebih kurang 20 jenis telah dibudidayakan secara komersial. Menurut Suriawiria (2002), jamur dapat dimanfaatkan di bidang pertanian, kehutanan, industri, lingkungan, bahan makanan dan obat.

Budidaya atau kultivasi jamur edibel mempunyai prospek yang baik karena kondisi alam dan lingkungan Indonesia sangat cocok untuk kultivasi jamur (Jaelani 2008). Jamur kuping (Auricularia sp.) merupakan jamur kayu yang dapat dikonsumsi dan cukup dikenal di Indonesia. Jamur kuping merupakan salah satu jamur kayu yang mengandung protein tinggi sehingga dapat menjadi alternatif pengganti daging. Di samping itu, jamur kuping berkhasiat mencegah penyakit darah tinggi, menurunkan kolesterol darah, menambah vitalitas, meningkatkan daya tahan tubuh dan mencegah tumor dan kanker karena mengandung senyawa lentinon dan retiran (Chang et al. 1993). Menurut Utoyo (2010) terjadi peningkatan permintaan jamur kuping di Indonesia, akan tetapi Indonesia lebih sering mengimpor jamur dalam keadaan kering maupun serbuk. Impor jamur kuping bervariasi setiap bulannya, pada awal tahun 2010 impor jamur kuping mencapai 58.23 ton jamur kuping kering per bulan. Permintaan jamur kuping yang semakin besar menjadi pertimbangan diperlukannya alternatif cara memenuhi permintaan tersebut khususnya dari segi teknologi kultivasi.

Media utama kultivasi jamur kuping di Indonesia adalah menggunakan serbuk gergaji kayu, namun ketersediaan subtrat serbuk gergaji kayu yang tidak merata serta persaingan untuk mendapatkan serbuk gergaji kayu mempersulit petani jamur di beberapa daerah untuk mendapatkannya. Kultivasi jamur kuping menggunakan limbah bekas tebangan berupa log kayu dan ranting akan menjadi alternatif yang potensial, mengingat daerah yang tidak terjangkau dapat memanfaatkan limbah log kayu dan ranting.

(13)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi kultivasi jamur kuping menggunakan jenis perlakuan media log kayu dan ranting pada tiga jenis kayu, yaitu sengon, jabon dan jati.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kultivasi jamur kuping menggunakan log kayu dan ranting, sehingga menjadi alternatif serbuk gergaji yang mungkin tidak tersedia di setiap tempat. Informasi ini diharap lebih mendorong pengembangan kultivasi jamur kuping di Indonesia.

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada akhir bulan November 2012 sampai dengan bulan Agustus 2013. Lokasi penelitian ini yaitu di Laboratorium Penyakit Hutan, Fakultas Kehutanan IPB dan SEAMEO BIOTROP.

Bahan dan Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian, yaitu gergaji, penggaris, meteran jahit, timbangan analitik, drum, pinset, karet gelang, plasik, spidol permanen, label, tabung elpiji, termometer dry-wet, blower, lamine air flow, kamera dan alat tulis. Bahan yang dibutuhkan yaitu log kayu ukuran batang diameter 10–15 cm dengan panjang 20 cm pada jenis jabon, sengon dan jati, untuk ranting dengan diameter <5 cm dan panjang 20 cm dan bibit jamur kuping (F2).

Prosedur Penelitian

Penyiapan Log Kayu, Ranting dan Baglog

Log kayu dan ranting yang akan dijadikan media merupakan jenis sengon, jabon dan jati. Ketiga jenis pohon yang digunakan berumur antara lain sengon 3 tahun, jabon 4 tahun dan jati 8 tahun yang tumbuh di sekitar Dramaga Bogor. Log

kayu dipilih dengan diameter 10–15 cm dengan panjang 20 cm, sedangkan ranting dipotong dengan ukuran panjang 20 cm dan disusun sehingga memiliki diameter 10–15 cm. Pembuatan lubang log kayu dilakukan menggunakan bor listrik dengan ukuran kedalaman 3–4 cm dengan diameter 1.3 cm. Jumlah pengeboran sebanyak 8 lubang pada bagian atas potongan kayu dan 8 lubang pada bagian samping atau kulit. Perlakuan media log kayu dan ranting sebagai berikut: SGK (sengon kayu), SGR (sengon ranting), JBK (jabon kayu), JBR (jabon ranting), JTK (jati kayu), dan JTR (jati ranting).

Kontrol yang digunakan merupakan jenis media dengan bahan baku utama serbuk gergajian. Terdapat dua jenis kontrol yang digunakan yakni BIO (baglog

(14)

3 tepung jagung 2% dan air) dan CS (baglog dengan komposisi serbuk gergaji kayu sengon dan air)

Perendaman Log Kayu dan Ranting

Perendaman dimaksudkan agar membantu proses keluarnya zat ekstraktif dalam kayu dan meningkatkan kadar air dalam kayu. Perendaman dilakukan di dalam drum yang berisi air selama 7 hari.

Sterilisasi

Sterilisasi adalah pemusnahan atau eliminasi semua mikroorganisme, termasuk spora bakteri, yang sangat resisten. Log kayu dan ranting ditiriskan dan dimasukkan ke dalam kantong plastik. Sterilisasi dilakukan di dalam drum untuk selanjutnya disterilisasi pada suhu 90–100 oC selama 12 jam dengan menggunakan uap panas.

Inokulasi Bibit ke dalam Log Kayu dan Ranting

Bibit F2 jamur kuping diperoleh dari SEAMEO BIOTROP. Bibit jamur kuping dimasukkan ke dalam log kayu dan ranting di dalam alat laminar (lamine air flow) sebanyak 100 g/sampel log atau ranting. Bibit jamur ditabur di atas permukaan batang yang diberi lubang, begitu juga pada ranting selanjutnya dikocok sehingga bibit menyebar ke seluruh permukaan kayu dan ranting. Media yang sudah diinokulasi bibit ditutup kembali dengan diberi kapas pada ujungnya dan diikat dengan karet.

Inkubasi

Media yang telah diinokulasi dengan bibit jamur F2 dipindahkan ke dalam ruangan inkubasi selama 1.5 bulan. Selama proses inkubasi miselium akan tumbuh sampai menutupi seluruh media tumbuh jamur.

Pembersihan dari Kontaminasi

Apabila ada media yang terkontaminasi dengan cendawan lain, maka batang dan ranting tersebut dibersihkan menggunakan air mengalir untuk menghilangkan jamur kontaminasi. Pemberian air mengalir juga bertujuan untuk memberian tekanan (stress) berupa perubahan suhu, kelembaban dan oksigen yang dapat merangsang pembentukan primordia jamur kuping.

Pemindahan ke Kumbung Jamur

(15)

4

Gambar 1 Kondisi kumbung jamur kuping pada fase reproduktif dan blower untuk pengabutan dan penyiraman

Pengamatan dan Pengambilan Data

Parameter yang diukur adalah diameter tudung jamur kuping, berat basah tubuh buah, jumlah tubuh buah, lama waktu panen, nilai efisiensi biologi (EB) suhu dan kelembaban rumah jamur. Pengamatan juga dilakukan terhadap hama dan penyakit yang menyerang substrat dan tubuh buah jamur kuping. Pengambilan data pada parameter tersebut dilakukan sampai panen ke-4.

Bobot Basah Tubuh Buah

Bobot basah tubuh buah diperoleh dari hasil penimbangan semua bagian tubuh buah ketika jamur kuping sudah memasuki waktu panen. Bobot basah tubuh buah ditimbang menggunakan timbangan analitik.

Diameter Tudung Tubuh Buah

Pengukuran diameter tudung jamur kuping dilakukan ketika sudah mencapai ukuran optimal dan siap untuk dipanen. Pengukuran diameter tudung jamur kuping dilakukan pada dua sisi dan saling tegak lurus.

Jumlah Tudung Tubuh Buah

Jumlah tudung tubuh buah jamur dihitung pada setiap media. Penghitungan tubuh buah jamur kuping dilakukan setiap kali panen.

Waktu Panen

(16)

5

Nilai Efisiensi Biologi (EB)

Nilai Efisiensi Biologi adalah persentase efiensi jamur dalam menggunakan substrat utuk membentuk tubuh buah. Menurut Madan et al. (1987), pengukuran nilai EB menggunakan rumus sebagai berikut:

EB =

Kadar air (KA) menggunakan rumus sebagai berikut: KA =

%

Keterangan:

EB = efisiensi biologi (%) KA = kadar air (%)

BB = berat basah BKT = berat kering tanur Suhu dan Kelembaban

Suhu dan kelembaban ruang inkubasi dan kumbung jamur diukur menggunakan termometer dry wet. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali dalam sehari yaitu pagi (pukul 07.00–08.00 WIB), siang (pukul 12.00–13.00 WIB) dan sore (pukul 16.00–18.00 WIB).

Uji Proksimat

Uji proksimat dilakukan untuk mengetahui kandungan protein, karbohidrat, lemak, serat kasar, abu dan kadar air jamur kuping. Sampel jamur kuping yang di uji proksimat yakni pada log kayu sengon, jabon, jati dan media baglog BIO. Uji proksimat dilakukan di Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, IPB.

Analisis Data

Analisis statistik pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan jenis perlakuan media: BIO (baglog standar BIOTROP), CS, SGK, SGR, JBK, JBR, JTK, JTR. Adapun pengamatan peubahnya adalah bobot basah tubuh buah, diameter tubuh buah, jumlah tubuh buah, waktu panen dan Efisiensi Biologi (EB). Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal untuk bobot basah tubuh buah, diameter tudung tubuh buah, jumlah tubuh buah, waktu panen dan Efisiensi Biologi (EB). Model persamaan umum pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Yij= µ + πi + εij Keterangan:

Yij = nilai pengamatan pada isolat taraf ke-i dan ulangan ke-j µ = rataan umum

πi = pengaruh media taraf ke-i

(17)

6

Perbedaan pengaruh dari jenis media terhadap parameter dapat diketahui dengan melakukan uji Duncan. Pengolahan data menggunakan aplikasi komputer program Statistica Analysis Software 9.1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Fase Vegetatif Pertumbuhan Jamur Kuping

Kadar air yang terkandung dalam perlakuan jenis media yang digunakan bervariasi antara 95% sampai 203.2% (Tabel 1). Bobot air dalam kayu segar umumnya sama atau lebih besar dibanding bobot bahan bayu kering (Haygreen & Bowyer 1989).

Tabel 1 Kadar air perlakuan jenis media (%) setelah proses sterilisasi dan siap untuk kultivasi jamur kuping

Jenis perlakuan media Kadar air (%) BIO (baglog standar BIOTROP) 240.0

CS (baglog) 240.0

SGK (sengon kayu) 181.4

SGR (sengon ranting) 95.0

JBK (jabon kayu) 146.2

JBR (jabon ranting) 195.0

JTK (jati kayu) 184.7

JTR (jati ranting) 203.2

Waktu dan suhu pengukusan atau sterilisasi berpengaruh terhadap keberhasilan fase vegetatif dan adanya kontaminasi. Lama pengukusan selama 6 jam efektif untuk baglog dengan jenis BIO dan CS. Akan tetapi untuk batang dan ranting membutuhkan waktu pengukusan selama 12 jam. Kontaminan masih tumbuh pada batang dan ranting yang dikukus selama 6 jam dan termasuk spesies

Trichoderma spp. (berwarna hijau). Penghilangan kontaminan tersebut dilakukan dengan dibersihkan, dicuci dengan sikat kemudian dikukus kembali selama 12 jam.

(18)

7 putih, yang akan menghasilkan enzim dan mendegradasi senyawa kompleks seperti selulosa, lignin dan hemiselulosa menjadi fraksi-fraksi yang lebih sederhana (Oei 2003 dalam Herliyana 2007).

Lama fase vegetatif pada setiap media berbeda-beda disebabkan oleh faktor media, suhu, kelembaban dan teknik inokulasi. Faktor media pada setiap jenis perlakuan media berpengaruh terhadap kecepatan pergerakan miselium. Perlakuan BIO memiliki fase vegetatif lebih cepat 2 minggu dibandingkan dengan CS, diduga karena BIO mempunyai nutrisi lebih lengkap dibanding CS yang tidak diberi nutrisi tambahan. Log kayu dan ranting jenis sengon dan jabon memiliki fase vegetatif lebih cepat 2 minggu dibanding log kayu dan ranting jenis jati. Hal ini diduga karena pengaruh zat ekstraktif yang tinggi yang terdapat pada kayu jati, dan dapat menghambat pertumbuhan miselium jamur.

Lama fase vegetatif pada log kayu dan ranting jenis sengon dan jabon memiliki waktu lebih cepat 2 minggu dibandingkan dengan BIO dan 4 minggu pada CS. Teknik inokulasi pada perlakuan log kayu dan ranting pada ketiga jenis kayu dibanding BIO dan CS diduga berpengaruh terhadap pergerakan miselium jamur. Proses penaburan bibit jamur pada log kayu dan ranting yang merata ke tumbuh pada suhu antara 20–30 oC. Miselium jamur kuping tidak dapat tumbuh pada suhu di bawah 12 oC dan di atas 35 oC (Chang & Quimio 1982). Pertumbuhan miselium jamur dapat berkembang dengan cepat di bawah kondisi yang mendukung. Menurut Djarijah (2001) miselium akan tumbuh becabang-cabang dan memenuhi media tumbuh jamur, selanjutnya akan membentuk gumpalan-gumpalan kecil seperti sampul benang. Gumpalan miselium jamur ini sebagai tanda pembentukan tubuh buah atau pin head.

Fase Generatif Pertumbuhan Jamur Kuping

Fase generative atau fase reproduktif diawali dengan berakhirnya fase vegetatif hingga membentuk tubuh buah dan berlanjut sampai beberapa kali panen tubuh buah sampai bahan subtrat habis (Herliyana at al. 2008). Menurut Darma (2001) jamur merupakan organisme yang relatif cepat pertumbuhannya. Salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan tubuh buah adalah suhu dan kelembaban udara (Kaul 1997). Suhu dan kelembaban udara kumbung jamur diatur agar tetap konstan dengan menggunakan blower

(19)

8

berjalan dengan baik. Kondisi suhu, kelembapan udara, sirkulasi udara dan intensitas cahaya di dalam kumbung harus dapat menunjang pertumbuhan jamur, sehingga kultivasi jamur dapat dilakukan kapan saja, tidak tergantung musim (Utoyo 2010).

Keberhasilan kultivasi jamur kuping ditentukan oleh kualitas media tanam, proses budidaya, kualitas bibit yang digunakan dan faktor lingkungan. Selain itu, keberhasilan kultivasi juga tidak terlepas dari persiapan bahan baku media termasuk kualitas serbuk gergaji kayu yang digunakan, pencampuran bahan-bahan tambahan, teknik penanaman, pemeliharaan kultur hingga penanganan pada saat masa panen dan pasca panen (Kushendrarini 2003).

Pengaruh Jenis Media terhadap Pertumbuhan Jamur Kuping

Faktor media memberikan pengaruh sangat nyata pada setiap panen, total panen dan rata-rata panen. Pengaruh nyata hampir terlihat pada seluruh parameter, yaitu bobot basah dan diameter tudung, jumlah tubuh buah dan waktu panen serta EB (Tabel 2).

Tabel 2 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam Panen ke-

Total/Rataan 0.0001** 0.0001** 0.0001** 0.0001** 0.0001**

a

Angka-angka dalam tabel adalah nilai F hitung; **= perlakuan berbeda sangat nyata pada taraf uji 1%; *= perlakuan berbeda sangat nyata pada taraf uji 5%; tn= perlakuan tidak berpengaruh.

Pengaruh Jenis Media terhadap Bobot Basah Tubuh Buah

Berdasarkan hasil sidik ragam dapat dilihat bahwa faktor media berpengaruh nyata terhadap bobot basah tubuh buah (Tabel 2). Hasil uji Duncan pengaruh jenis media terhadap bobot basah tubuh buah dapat dilihat pada (Tabel 3). Nilai bobot basah tubuh buah per panen pada jenis perlakuan media memiliki kisaran 3.8–106.5 g. Secara umum, bobot basah panen semakin lama semakin menurun, hal ini disebabkan nutrisi media yang semakin berkurang. Panen ke-1 perlakuan JBK memiliki bobot basah yang tidak berbeda nyata dengan BIO. Panen ke-2 jenis perlakuan JBK berbeda nyata dengan perlakuan lainnya akan tetapi perlakuan BIO masih unggul.

(20)

9 (Tabel 3). Log kayu jenis jabon (JBK) memiliki total bobot basah tubuh buah paling besar dibandingkan dengan jenis media log kayu dan ranting lainnya. Hal ini diduga karena kayu Jabon mempunyai kandungan zat nutrisi yang lebih baik bagi pertumbuhan jamur kuping dibanding jenis kayu lainnya. Pengaruh zat ekstraktif yang tinggi yang terdapat pada kayu jati, diduga dapat menghambat pertumbuhan miselium jamur. Perlakuan BIO memiliki total bobot basah tubuh buah paling besar dibandingkan dengan jenis media lainnya, diduga karena BIO mempunyai nutrisi paling lengkap dibanding jenis media lainnya.

Tabel 3 Pengaruh jenis media terhadap bobot basah tubuh buah jamur kuping

Pelakuan

Bobot basah tubuh buah panen ke-

(gram) Total

Angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1% bedasarkan uji Duncan.

Pengaruh Jenis Media terhadap Diameter Tudung Tubuh Buah

(21)

10

Gambar 2 Diameter tudung buah jamur kuping pada setiap perlakuan Jamur kuping Auricularia sp memiliki tubuh buah yang berlekuk-lekuk, bagian pinggirnya bergelombang (Utoyo 2010). Tubuh buah jamur kuping dalam keadaan basah bersifat kenyal, licin dan lentur tetapi dalam keadaan kering akan berubah melengkung dan kaku (Achmad 2011).

Tabel 4 Pengaruh jenis media terhadap diameter tubuh buah jamur kuping

a

Angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1% bedasarkan uji Duncan.

Pengaruh Jenis Media terhadap Jumlah Tubuh Buah

Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa faktor media berpengaruh nyata terhadap jumlah tubuh buah jamur kuping (Tabel 1). Hasil uji duncan pengaruh jenis media terhadap jumlah tubuh buah jamur kuping (Tabel 5). Hasil pengamatan jumlah total tubuh buah jamur kuping pada setiap jenis perlakuan media memiliki kisaran 15–65 buah. Jumah tubuh buah jamur kuping pada setiap panen memiliki kisaran 2–29 buah. Jenis perlakuan JBK dan JBR pada panen ke-1, ke-2, ke-3, ke-4 dan total secara umum memiliki jumlah paling tinggi dan berbeda nyata tengan perlakuan lain.

Perlakuan

Diameter tubuh buah panen ke-

(cm) Rata-rata

(cm)

1 2 3 4

BIO (baglog standar BIOTROP) 5.2 ab

5.5 a 7.4 a 5.6 a 5.9 a

CS (baglog) 5.1 b 4.6 ab 2.1dc 0 c 4.9 bc

(22)

11 Jumlah tubuh buah jamur kuping dari panen 1 sampai panen 4 secara keseluruhan terjadi penurunan pada setiap jenis perlakuan media. Hal ini diduga karena pada panen pertama nutrisi yang terdapat pada media sebagai media subtrat masih banyak dan utuh, sedangkan pada panen berikutnya semakin berkurang.

Tabel 5 Pengaruh jenis media terhadap jumlah tubuh buah Perlakuan

Jumlah tubuh buah panen ke-

(buah) Total

Angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1% bedasarkan uji Duncan.

Pengaruh Jenis Media terhadap Waktu Panen

Berdasarkan sidik ragam dapat dilihat bahwa parameter waktu panen jamur kuping berpengaruh nyata pada panen ke-1, panen ke-2, panen ke-4 dan rata-rata panen. Akan tetapi pada panen ke-3 hasil sidik ragam menunjukkan tidak berpengaruh nyata (Tabel 1). Hasil uji duncan pengaruh jenis media terhadap waktu panen jamur kuping dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil pengamatan rata-rata waktu panen pada jenis perlakuan media memiliki rentang waktu yang berbeda-beda antara 24–34 hari.

Waktu yang dibutuhkan sampai rentang waktu panen ke-1 pada setiap perlakuan memiliki perbedaan antara 27–96 hari. Jenis perlakuan sengon (SGK dan SGR) dan jabon (JBK dan JBR) rentang waktu menuju panen ke-1 memiliki rentan waktu dari 36–39 hari. Jenis perlakuan media JTK dan JTR untuk menuju panen ke-1 memiliki rentang waktu 96 hari pada JTK dan 88 hari pada JTR. Rata-rata waktu panen pada jenis sengon (SGK dan SGR) dan jabon (JBK dan JTR) memiliki nilai tidak berbeda nyata dengan baglog BIO dan CS.

(23)

12

dalam kayu jati terdapat zat ekstraktif tectoqinon yang bersifat fungisida bagi pertumbuhan jamur.

Tabel 6 Pengaruh jenis media terhadap waktu panen Perlakuan

Waktu panen pada panen ke-

(hari) Rata-rata

(hari)

1 2 3 4

BIO (baglog standar BIOTROP) 27 c

29 bcd 24 a 21 a 25 bc

CS (baglog) 40 b 46 a 17 ab 0 c 26 bc

SGK (sengon kayu) 37 bc 32 abc 20 ab 3 c 32 bc SGR (sengon ranting) 37 bc 34 abc 18 ab 24 a 28 b JBK (jabon kayu) 39 bc 16 d 25 a 16 ab 24 bc JBR (jabon ranting) 36 bc 19 cd 20 ab 7 bc 20 c JTK (jati kayu) 96 a 21 cd 16 ab 12 abc 36 a

JTR (jati ranting) 88 a 44 ab 6 b 0 c 34 a

a

Angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1% bedasarkan uji Duncan.

Pengaruh Jenis Media terhadap Efisiensi Biologi (EB)

Efisiensi biologi (EB) adalah prosentase efiensi jamur dalam menggunakan substrat utuk membentuk tubuh buah (Herliyana 2007). Nilai efisiensi biologi yang tinggi menunjukkan kemampuan jamur yang baik dalam menggunakan media produksinya (Madan et al. 1987). Keberhasilan kultivasi jamur ditentukan oleh nilai EB, semakin tinggi nilai EB, semakin baik pula kultivasi jamur tersebut. Nilai efisiensi biologi 100% memiliki arti 1 kg bobot basah tubuh buah jamur dapat dihasilkan dari 1 kg bobot kering substrat. Pada industri jamur nilai efisiensi boilogi yang dapat menguntungkan secara ekonomi berkisar antara 40–90%.

(24)

13

Gambar 3 Pengaruh jenis media terhadap nilai Efisiensi Biologi (%)

Gambar 4 Penampaan munculnya tubuh buah jamur kuping pada perlakuan BIO (a) CS (b) SGK (c) SGR (d) JBK (e) JBR (f) JTK (g) dan JTR (h)

Tubuh buah jamur yang muncul pada media log kayu dan ranting banyak ditemukan pada bagian potongan kayu yang tidak dilapisi kulit kayu (Gambar 4). Jenis perlakuan media log kayu diduga memiliki persebaran miselium jamur yang belum menyeluruh masuk ke dalam media. Hal ini diduga media ketiga jenis kayu tersebut perkembangan miselia hanya sebatas pada permukaan log kayu saja

(25)

14

sehingga nutrisi yang terserap pada media belum maksimal. Hal ini dapat dilihat ketika media log kayu dibelah kondisi kayu belum terlapukkan secara keseluruhan (Gambar 5).

Gambar 5 Log kayu sisa setelah menjadi media kultivasi pada jabon (a) jati (b) dan sengon (c)

Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil, sehingga tidak dapat memanfaatkan cahaya matahari untuk mensintesis karbohidrat dengan cara fotosintesis. Oleh karena itu di dalam pertumbuhannya jamur memerlukan zat-zat organik seperti selulosa, pati, lignin dan glukosa. Penyediaan nutrisi bagi jamur kuping sangat diperlukan untuk mendukung proses pertumbuhannya. Jamur kuping memerlukan nutrisi yang terdiri atas unsur makro dan mikro. Bahan baku untuk pembuatan medium tumbuh jamur harus mengandung cukup karbohidrat sebagai sumber karbon (Irianto 2008).

Pengaruh Media Tumbuh terhadap Hasil Analisis Uji Proksimat

Jamur kuping merupakan jenis jamur yang memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi dan dapat dikategorikan sebagai jamur berkhasiat obat. Jamur kuping memiliki manfaat dan khasiat diantaranya sebagai penawar racun, mencegah penyakit kanker, memperbaiki sirkulasi darah (Jaelani 2008). Jamur kuping merupakan salah satu jamur kayu yang mengandung mineral lebih tinggi dibanding daging sapi, daging kambing dan sayuran lain. Jamur kuping juga mempunyai khasiat untuk kesehatan bagi manusia, yakni mencegah penyakit darah tinggi, menurunkan kolesterol darah, menambah vitalitas dan daya tahan tubuh serta mencegah tumor dan kanker karena mengandung senyawa lentinon dan retiran (Chang et al. 1993). Penggunaan bibit jamur kuping yang sama pada media berbeda, diharapkan dapat mengetahui apakah ada perbedaan kandungan nutrisi pada jamur yang berbeda. Tubuh buah jamur yang dipanen dilakukan analisa kadar air, kadar abu, kadar lemak, protein, serat kasar dan karbohidrat. Hasil kandungan kadar air jamur kuping pada setiap perlakuan dengan nilai antara 65.29–82.93% (Tabel 7). Data hasil uji proksimat jamur kuping yang telah dilakukan pada jenis log sengon, jabon, jati dan baglog BIO berdasarkan berat kering dapat dilihat pada Tabel 8.

(26)

15 Tabel 7 Kadar air jamur kuping

Perlakuan Kadar air (%)

BIO (baglog standar BIOTROP) 81.35

CS (baglog) 77.08

Tabel 8 Analisis proksimat jamur kuping terhadap media

Sampel Abu

*Hasil analisis yang tercantum pada tabel berdasarkan berat kering

Sampel sengon memiliki nilai kadar abu, kadar lemak dan serat kasar lebih tinggi dibanding dengan sampel yang lain dengan nilai 3.13%, 1.17% dan 34.82%. Kadar protein tertinggi dengan nilai 6.99% terdapat pada sampel jabon. Kandungan karbohidrat pada BIO memiliki nilai paling tinggi dengan nilai 74.52%. Berdasarkan Chang dan Miles (2004) kandungan nutrisi jamur kuping antara lain abu 4.7%, lemak 1.9%, protein 4.2%, serat kasar 19.8% dan karbohidrat 82.8%. Dari ketiga sampel kayu sengon, jabon dan jati kandungan serat kasar jamur kuping yang dihasilkan memiliki nilai antara 27.08–34.82% lebih tinggi dibandingkan dengan BIO. Kadar serat kasar dalam suatu makanan dapat dijadikan indeks kadar serat makanan, karena umumnya didalam serat kasar ditemukan sebanyak 0.2–0.5 bagian jumlah serat makanan (Muchtadi 1983).

Hama dan Penyakit pada Media dan Tubuh Buah Jamur Kuping

(27)

16

Penyakit pada jamur dapat disebabkan oleh beberapa faktor meliputi virus, bakteri, fungi dan kapang (Utoyo 2010). Banyak jenis fungi yang menjadi parasit pada kultivasi jamur. Fungi parasit tersebut dapat dikenali dari bentuk dan warna spora dan miseliumnya atau berdasarkan gejala yang ditimbulkan (Achmad et al.

2011). Kontaminan dapat menyebabkan kerusakan pada tubuh buah atau media tanam jamur. Beberapa jenis jamur kontaminan yang ditemukan selama kegiatan penelitian diantaranya Trichoderma spp. dan Aspergillus sp. (Gambar 6).

Trichoderma spp. atau green mould ditemukan berupa bercak-bercak hijau yang menempel pada media. Trichoderma menghasilkan zat beracun dan enzim hidrolitik yang dapat mematikan miselium jamur dan dapat menurunkan hasil panen jamur (Achmad et al. 2012).

Gambar 6 Penyakit jamur kontaminan (Trichoderma spp.) (a) (Aspergillus sp.) (b)

Penyakit jenis jamur lendir (Slime Molds) ditemukan menyerang media dan tubuh buah jamur. Jamur lendir dapat menyebabkan menurunnya produktifitas jamur kuping. Jamur lendir (Slime mold) pada awalnya termasuk ke dalam kingdom Fungi. Jamur lendir dimasukkan kedalam kingdom Protista karena karakter fisik slime mold yang berbeda dari anggota kingdom Fungi (Herliyana 2012). Tahap vegetatif pada dasarnya masa multinukleat protoplasma (disebut plasmodium) terdiri dari banyak inti diploid. Plasmodium bergerak seperti amoeba raksasa, mengalir di atas permukaan karena mencerna bahan organik, seperti daun-daun kering dan kayu (Armstrong 2004). Terdapat tiga jenis jamur lendir yang ditemukan selama kegitan penelitian diantaranya Stemonitis sp.

Physarum spp. (Gambar 7).

Gambar 7 Penyakit jamur lendir (Stemonitis sp.) (a), (Physarium spp.) (b) dan (Physarium spp.) (c)

b

b a

a

(28)

17

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa log kayu dan ranting dari ketiga jenis kayu berpotensi sebagai media kultivasi jamur kuping sehingga dapat menjadi alternatif pengganti serbuk gergaji kayu. Jenis perlakuan media mempengaruhi pertumbuhan jamur baik pada parameter bobot basah tubuh buah, diameter tubuh buah, jumlah tubuh buah dan efisiensi biologi.

Total bobot basah tubuh buah pada perlakuan log kayu jabon (171.4 g) berbeda nyata dibanding total bobot basah tubuh buah pada perlakuan ketiga jenis kayu, akan tetapi perlakuan BIO (248.4 g) masih lebih tinggi. Efisiensi biologi (EB) pada perlakuan ranting jabon (39.8%) berbeda nyata dibandingkan EB pada perlakuan ketiga jenis kayu akan tetapi BIO (67.6%) masih lebih unggul. Rata-rata waktu panen pada log kayu jati (36 hari) dan ranting jati (34 hari) lebih lama dan berbeda nyata dibandingkan waktu panen pada perlakuan lain. Jumlah tubuh buah pada jenis perlakuan media log kayu dan ranting dengan jenis kayu jabon berbeda nyata dengan jenis perlakuan media lainnya.

Saran

Hasil penelitian ini diharap dapat diterapkan dalam kultivasi jamur kuping. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk dapat meningkatkan nilai produksi jamur pada media log kayu dan ranting baik dengan cara pemilihan jenis yang tepat dan pemberian nutrisi pada media sehingga bisa mendapatkan hasil yang sesuai dengan potensi media. Kedepannya diharap ada penelitian lebih lanjut untuk melakukan kultivasi jamur kuping menggunakan log kayu dan ranting di bawah tegakan hutan.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Mugiono, Arlianti T, Azmi C. 2012. Panduan Lengkap Jamur. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Armstrong WP. 2004. Slime Mold Kingdom Protista Division Myxomycota [Internet]. [diunduh 2014 Jan 15]. Tersediapada:

http://waynesword.palomar.edu/slime1.htm

Chang ST, Miles PG. 1989. Edible Mushroom and Their Cultivation. Florida (US): CRC Press, Inc.

Chang ST, Quimio TH. 1982. Tropical Mushroom Biological Nature and Cultivation Methods. Hongkong (HK): The Chinese University Press, Inc. Chang ST, Miles PG. 2004. Mushrooms Cultivation, Nutrional Value, Medicial

Effect, and Environmental Impact. London New York Washington, D.C. (US): CRC Press, Inc.

(29)

18

Djarijah AS, Djarijah NM. 2001. Budidaya Jamur Kuping: Pembibitan dan Pemeliharaan. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Haygreen JG, Bowyer JL. 1986. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu Suatu Pengantar. Hadikusumo SA, penerjemah; Prawirohatmodjo S, editor. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press. Terjemahan dari: Forest Product and Science, an Introduction.

Herliyana EN. 2007. Potensi ligninolitik jamur pelapik kayu kelompok Pleurotus [disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana. IPB.

Herliyana EN. 2012. Biodiversitas dan Potensi Cendawan di Indonesia. Bogor (ID): IPB Press.

Irianto Y, Susilowati A, Wiryanto. 2008. Pertumbuhan, Kandungan Protein dan Sianida Jamur Kuping (Auricularia polytricha) pada Medium Tumbuh Serbuk Gergaji dan Ampas Tapioka dengan Penambahan pupuk Urea. Surakarta (ID)

Jaelani. 2008. Jamur Berkhasiat Obat. Jakarta (ID): Pustaka Obor Populer.

Kartika L, Pudyastuti YMPD, Gunawan AW. 1995. Campuran serbuk gergaji kayu sengon dan tongkol jagung sebagai media untuk budidaya jamur tiram putih. Hayati. 2:23-27.

Kaul TN. 1997. Introduction to Mushroom Science (Systematics). Enfield (EN): Science Publishers, Inc.

Muchroji dan Cahyana. 2004. Budidaya Jamur Kuping. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Madan M, Vasudevan P, Sarma S. 1987. Cultivation of Pleurotus sajor-caju on different wastes. J Biologic Wastes. 22:241-250.

Muchtadi D. 1983. Serat Makanan Faktor Penting yang Hampir Dilupakan. Bogor (ID). Department of Food Science and Technology IPB.

Purwanti. 1999. Evaluasi pemanfaatan serbuk gergaji untuk pemanfaatan media tanam jamur kuping hitam (Auricularia polytricha) dan jamur tiram (Pleurotus ostreatus) di Ciapus [Sripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB.

Salim E. 2003. Hutan dan Masyarakat Indonesia dalam Era Perubahan. Jakarta (ID): Yayasan Obor.

Suhardiman P. 1989. JamurKayu. Jakarta (ID). Penebar Swadaya.

Suriawiria U. 2010. Sukses Beragrobisnis Jamur Kayu: Shitake, Kuping, Tiram. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

(30)

19

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jombang pada tanggal 2 Mei 1990 dari ayah Mahmud Fauzi dan ibu Ulfiati. Penulis adalah putra keempat dari lima bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri Mojoagung dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Talenta Mandiri (UTM).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam beberapa organisasi yakni pengurus Himpunan Mahasiswa Jawa Timur (HIMAJATIM) IPB periode 2009-2010, ketua Organisasi Mahasiswa Daerah Jombang Agrostundent Community (JAC) periode 2011-2012, ketua Rohis Silvikutur 46 periode 2010-2014, anggota Bussiness development himpunan profesi Tree grower community

periode 2010/2011, anggota Human Resources Development himpunan profesi

Tree grower community periode 2011/2012, anggota Enviro DKM Ibaadurahman

periode 2010/2011, ketua devisi Islamic Forest Center (IFC) Ibaadurahman periode 2011/2012 dan anggota International Forest Student Asosiation (IFSA LCIPB) periode 2011/2012. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Pengaruh Hutan dan mata kuliah Silvika tahun ajaran 2012/2013.

Selain penulis aktif dalam organisasi penulis juga mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian dan Kewirausahaan (PKM-P) dan (PKM-K). Selama mengikuti kegiatan tersebut penulis mendapat Juara I Pekan Ilmiah Nasional 2012 bidang Kewirausahaan. Penulis juga berkesempatan menjadi delgasi IPB dalam The 19th TRI-U International Join Seminar and Symposium 2012. Penulis juga berkesempatan untuk mengikuti The 4th International Conference on Sustainable Future for Human Security (SUSTAIN) 2013 di Kyoto University Japan. Selain itu penulis mendapat penghargaan sebagai Mahasiswa Berprestasi di Bidang Ekstra Kurikuler periode 2012/2013.

Penulis telah melaksanakan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Papandayan dan Sancang Timur tahun 2011, tahun 2012 penulis melaksanakan Praktik Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi, serta pada bulan juni-agustus 2013 penulis melaksanakan Praktek Kerja Profesi (PKP) di PT.Tunas Inti Abadi Kalimantan Selatan.

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Kultivasi Jamur Kuping (Auricularia sp.) Pada Log

Gambar

Tabel 3  Pengaruh jenis media terhadap bobot basah tubuh buah jamur kuping
Gambar 2  Diameter tudung buah jamur kuping pada setiap perlakuan
Tabel 6  Pengaruh jenis media terhadap waktu panen
Gambar 3  Pengaruh jenis media terhadap nilai Efisiensi Biologi (%)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan motivasi ibu hamil melakukan kunjungan Antenatal Care di Puskesmas Kauditan Kabupaten Minahasa

i) Pusat-pusat Giat MARA khususnya di Johor dan Malaysia amnya, kolej- kolej/institusi-institusi awam dan swasta yang melaksanakan kursus-kursus berasaskan

Berbagi link melalui note dapat dilakukan oleh guru Anda, kawan-kawan Anda, maupun Anda sendiri. Apabila Anda ingin berdiskusi atau menanyakan sesuatu melalui website

Praktek jual beli alat terapi kesehatan dengan sistem inden di Desa Losari merupakan salah satu bentuk transaksi jual beli yang di lakukan antara penjual dan pembeli

Penelitian ini akan dilakukan pada masyarakat Umametan Lawalu yang sering dinilai tidak dapat me- nerapkan makna simbol kesetaraan yang mereka miliki di rumah

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa siswa kelas XI jurusan TITL 1 yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler SMKN 5 Pekanbaru untuk

Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan aktivitas guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika materi operasi