• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsumsi Pangan dan Gizi serta Skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada Dewasa Usia 19-49 Tahun di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konsumsi Pangan dan Gizi serta Skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada Dewasa Usia 19-49 Tahun di Indonesia"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

KONSUMSI PANGAN DAN GIZI

SERTA SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

PADA DEWASA USIA 19-49 TAHUN DI INDONESIA

KHOIRUL ANWAR

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “Konsumsi Pangan dan Gizi serta Skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada Dewasa Usia 19-49 Tahun di Indonesia ” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2013

(4)
(5)

ABSTRAK

KHOIRUL ANWAR. Konsumsi Pangan dan Gizi serta Skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada Dewasa Usia 19-49 Tahun di Indonesia. Dibimbing oleh HARDINSYAH.

Penelitian ini bertujuan menilai konsumsi pangan, Mutu Gizi Konsumsi Pangan (MGP), skor Pola Pangan Harapan (PPH), dan korelasi antara nilai PPH dengan MGP dewasa usia 19-49 tahun. Selama ini Skor Pola Pangan Harapan (PPH) belum pernah digunakan untuk menilai MGP individu, meskipun sudah digunakan untuk menilai MGP rumah tangga dan daerah, sehingga PPH perlu digunakan untuk menilai MGP individu, termasuk usia dewasa. Penelitian ini menggunakan data Riskesdas 2010 berupa data konsumsi yang diambil melalui metode recall 24 jam. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kelompok padi-padian dikonsumsi dengan jumlah paling besar (99.4%), sedangkan biji berminyak dikonsumsi dengan jumlah paling kecil (2.0%). Rata-rata skor PPH dewasa adalah 53.1±9.3 (54.6±9.5 untuk laki-laki dan 51.7±9.1 untuk perempuan). Rata-rata dari MGP 4 zat gizi dewasa adalah 62.8±20.6 dan rata-rata dari MGP 10 zat gizi dewasa adalah 51.1±15.4, sedangkan rata-rata dari MGP 14 zat gizi dewasa adalah 54.1±16.1. Skor PPH dan masing-masing MGP diperoleh korelasi sebesar 0.65-0.72, sehingga sistim penilaian PPH dapat digunakan untuk keragaman dan mutu gizi konsumsi pangan orang dewasa.

Kata kunci: Konsumsi pangan, pola pangan harapan, mutu gizi pangan, dewasa

ABSTRACT

KHOIRUL ANWAR. (Food Consumption, Nutrient Intake and Desirable Dietary Pattern Score of Adults 19-49 Years Old in Indonesia. Supervised by

HARDINSYAH.

This study objective to assess food consumption, NDQ, DDP scores, and the correlation between DDP and NDQ adults aged 19-49 years. Today the Desirable Dietary Pattern (DDP) scoring systim has never been used to assess the nutritional dietary quality (NDQ) of individuals, although it has been used to assess NDQ households and regions, so that DDP should be used to assess the NDQ of individuals, including adults. This study used data Riskesdas 2010 in the form of consumption data taken with the 24-hour recall method. Based on the survey results revealed that the group of grains consumed by the large number (99.4%), while the oily seeds are consumed by the smallest number (2.0%). DDP Score average adult was 53.1 ± 9.3 (54.6 ± 9.5 for men and 51.7 ± 9.1 for women). The average of the 4 food groups NDQ adults was 62.8 ± 20.6 and an average of 10 food groups NDQ adults was 51.1 ± 15.4 (52.8 ± 15.3 for men men and 59.5 ± 15.4 for women), while the average of the 14 food groups NDQ adults was 54.1 ± 16.1. DDP score and each NDQ s obtained correlation of 0.65 to 0.72, so that DDP assessment systim can be used to evaluate dietary diversity and nutritional quality of adult diet.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

KONSUMSI PANGAN DAN GIZI

SERTA SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

PADA DEWASA USIA 19-49 TAHUN DI INDONESIA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Konsumsi Pangan dan Gizi serta Skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada Dewasa Usia 19-49 Tahun di Indonesia

Nama : Khoirul Anwar NIM : I14090037

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Hardinsyah, MS Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Budi Setiawan, MS Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulisan skripsi berjudul “Konsumsi Pangan dan Gizi serta Skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada Dewasa Usia 19-49 Tahun di Indonesia” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana (S1) Gizi di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, saudara-saudara, tetangga di Desa Kasreman, Ibu Pangastuti yang dengan ikhlas selalu membantu saya dalam hal materi dan motivasi selama menempuh studi di Institut Pertanian Bogor. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Budi Setiawan, MS selaku ketua Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor dan Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan, Kementrian Kesehatan RI yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menggunakan data hasil survei Riskesdas 2010.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan juga kepada Bapak drh Rizal M Damanik, M Rep Sc selaku pembimbing akademik dan Bapak Prof Dr Ir Hardinsyah, MS selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu dan pikirannya dalam memberikan arahan, saran, dan selalu memberikan motivasi kepada penulis selama masa studi sampai dengan proses penyusunan skripsi serta kepada Bapak Dr Ir Dodik Briawan, MCN selaku pemandu seminar dan Dr Ir Cesilia Meti Dwiriani, MSC selaku penguji yang telah banyak memberikan saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Terimakasih penulis sampaikan juga kepada Ibu Prof Dr Ir Siti Madanijah yang telah memberikan banyak bantuan serta selalu memberikan motivasi kepada penulis selama studi di Institut Pertanian Bogor. Sahabat-sahabat satu tim penelitian Karina, Lativa dan Teguh, serta sahabat-sahabat terdekat Agustino, Estu, Singgih, Faqih, Kak Nazhif, Kak Rohadi, Kirana Fajar Rahmah, Fitriya Yuli Astanti dan teman-teman yang selalu memberi semangat dan motivasi kepada penulis. Teman-teman Gizi Masyarakat angkatan 46 yang selalu memberi semangat dan motivasi yang luar biasa dan bantuan saat sedang terkena musibah, serta teman-teman

kontrakan “RENGGA 174” yang selalu memberi motivasi, hiburan dan bantuan

selama studi di Institut Pertanian Bogor. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas segala doa, dukungan, motivasi dan bantuan yang telah diberikan selama ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun kepada penulis. Akhir kata, semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk saya dan pembaca pada umumnya.

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

KERANGKA PEMIKIRAN 2

METODE 4

Desain, Waktu, dan Tempat 4

Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel 5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6

Pengolahan dan Analisis Data 6

Karakteristik Sosial Ekonomi 7

Kebutuhan Zat Gizi Mikro 7

Kebutuhan Zat Gizi Makro 8

Asupan Zat Gizi dan Tingkat Kecukupan Gizi 9

Mutu Gizi Konsumsi Pangan (MGP) 10

Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) 10

Analisis Data 12

Definisi Operasional 13

HASIL DAN PEMBAHASAN 14

Karakteristik Sosial Ekonomi 14

Konsumsi Pangan 17

Asupan dan Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Zat Gizi 18 Mutu Gizi Konsumsi Pangan dan Skor Pola Pangan Harapan 19 Hubungan antara Tingkat kecukupan Zat Gizi dengan Skor PPH dan MGP 23 Faktor yang Mempengaruhi Mutu Gizi Konsumsi Pangan 25

SIMPULAN DAN SARAN 27

Simpulan 27

Saran 27

DAFTAR PUSTAKA 28

(13)

DAFTAR TABEL

1. Sumber dan cara pengumpulan data Riskesdas 2010 6 2. Angka Kecukupan Zat Gizi Dewasa usia 19-29 tahun berdasarkan usia

dan jenis kelamin 7

3. Perhitungan kebutuhan energi menurut usia dan jenis kelamin 8 4. Perhitungan kebutuhan protein berdasarkan usia dan jenis kelamin 9 5. Sebaran dewasa usia 19-49 tahun menurut jenis kelamin dan sosial

ekonomi 14

6. Sebaran dewasa usia 19-29 tahun menurut jenis kelamin dan sosial

ekonomi 15

7. Sebaran dewasa usia 30-49 tahun menurut jenis kelamin dan sosial

ekonomi 16

8. Rata-rata, standar deviasi (median) dan tingkat partisipasi konsumsi pangan dewasa menurut jenis kelamin, usia dan kelompok pangan 17 9. Rata-rata dan standar deviasi asupan gizi, (rata-rata) dan median

persentase pemenuhan kebutuhan gizi dewasa menurut jenis kelamin

dan usia 18

10. Rata-rata mutu gizi pangan dewasa menurut jenis kelamin, usia dan

kategori mutu gizi pangan 19

11. Rata-rata skor PPH dewasa usia 19-49 tahun menurut jenis kelamin

dan kelompok pangan 21

12. Rata-rata skor PPH dewasa usia 19-29 tahun menurut jenis kelamin

dan kelompok pangan 22

13. Rata-rata skor PPH dewasa usia 30-49 tahun menurut jenis kelamin

dan kelompok pangan 23

14. Uji korelasi Spearman hubungan skor PPH dan mutu gizi pangan

dengan tingkat kecukupan gizi 24

15. Sebaran dewasa usia 19-49 tahun menurut kategori mutu gizi konsumsi

pangan dan pola pangan harapan 25

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka pemikiran mutu gizi pangan dan skor Pola Pangan Harapan

(PPH) dewasa di Indonesia 4

2. Alur memperoleh jumlah sampel yang digunakan 5

DAFTAR LAMPIRAN

1. Cara pengumpulan data karakteristik dan antropometri oleh tim

Riskesdas 2010 30

2. Cara pengumpulan data asupan pangan oleh tim Riskesdas 2010 31 3. Rata-rata (median) berat badan dan tinggi badan dewasa usia 19-49

tahun menurut karakteristik sosial ekonomi dan jenis kelamin 32 4. Rata-rata ( median) konsumsi energi menurut 9 kelompok pangan,

(14)

5. Rata-rata ( median ) konsumsi protein menurut 9 kelompok pangan,

jenis kelamin dan kelompok usia 33

6. Rata-rata ( median ) konsumsi lemak menurut 9 kelompok pangan,

jenis kelamin dan kelompok usia 33

7. Rata-rata ( median ) konsumsi karbohidrat menurut 9 kelompok

pangan, jenis kelamin dan kelompok usia 34

8. Rata-rata ( median ) konsumsi kalsium menurut 9 kelompok pangan,

jenis kelamin dan kelompok usia 34

9. Rata-rata ( median ) konsumsi fosfor menurut 9 kelompok pangan,

jenis kelamin dan kelompok usia 35

10.Rata-rata ( median ) konsumsi Besi menurut 9 kelompok pangan, jenis

kelamin dan kelompok usia 35

11.Rata-rata (median) konsumsi Vitamin A menurut 9 kelompok pangan,

jenis kelamin dan kelompok usia 36

12.Rata-rata ( median ) konsumsi Vitamin B1 menurut 9 kelompok

pangan, jenis kelamin dan kelompok usia 36

13.Rata-rata ( median ) konsumsi Vitamin B9 menurut 9 kelompok

pangan, jenis kelamin dan kelompok usia 37

14.Rata-rata ( median ) konsumsi Vitamin B12 menurut 9 kelompok

pangan, jenis kelamin dan kelompok usia 37

15.Rata-rata ( median ) konsumsi Vitamin C menurut 9 kelompok

pangan, jenis kelamin dan kelompok usia 38

16.Rata-rata ( median ) konsumsi air menurut 9 kelompok pangan, jenis

kelamin dan kelompok usia 38

17.Rata-rata ( median ) konsumsi Zn menurut 9 kelompok pangan, jenis

kelamin dan kelompok usia 39

18.Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) energi menurut 9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia 39 19.Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) protein menurut

9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia 40 20.Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) lemak menurut

9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia 40 21.Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) karbohidrat

menurut 9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia 41 22.Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) kalsium

menurut 9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia 41 23.Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) fosfor menurut

9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia 42 24.Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) besi menurut 9

kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia 42 25.Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) zink menurut 9

kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia 43 26.Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) air menurut 9

kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia 43 27.Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) Vitamin A

menurut 9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia 44 28.Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) Vitamin B1

(15)

29.Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) Vitamin B9 menurut 9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia 45 30.Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) Vitamin B12

menurut 9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia 45 31.Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) Vitamin C

menurut 9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia 46 32.Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) zat gizi menurut

9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia 46 33.Uji beda independent samples t-test variabel menurut jenis

kelamin 47

34.Uji beda independent samples t-test variabel menurut kelompok

usia 48

35.Persentase kategori tingkat kecukupan zat gizi pada dewasa usia

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Pangan adalah hak asasi setiap orang. Hak asasi atas pangan di Indonesia telah dinyatakan dalam Undang-Undang No 18 tahun 2012, bahwa ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Terjadinya kondisi kelebihan dan kekurangan zat gizi dapat menyebabkan turunnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dapat berakibat pada pembangunan nasional. Kualitas SDM yang berkualitas, hidup sehat dan produktif dapat diperoleh dengan memenuhi kebutuhan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh. Hal tersebut dapat diperoleh dengan cara mengkonsumsi aneka ragam makanan dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Ragam pangan yang dikonsumsi harus terdiri dari zat tenaga (karbohidrat), zat pembangun (protein), dan zat pengatur (vitamin dan mineral). Konsumsi pangan yang beranekaragam dapat melengkapi kekurangan zat gizi pada jenis makanan lain sehingga dapat diperoleh asupan zat gizi yang seimbang. Jadi untuk mencapai asupan zat gizi yang seimbang tidak mungkin dipenuhi hanya dengan satu jenis bahan makanan, melainkan harus terdiri dari aneka ragam bahan makanan (Hardinsyah et al 2002).

Penganekaragaman konsumsi pangan selama ini sering diartikan terlalu sederhana, yaitu berupa penganekaragaman konsumsi pangan pokok, terutama makanan non-beras. Penganekaragaman konsumsi pangan seharusnya mengkonsumsi aneka ragam pangan dari berbagai jenis kelompok pangan, baik bahan pokok, lauk-pauk, maupun sayur dan buah dalam jumlah yang cukup. Salah satu parameter yang digunakan dalam menilai tingkat keanekaragaman dan keseimbangan pangan adalah PPH. PPH merupakan jenis dan jumlah kelompok pangan yang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi (Hardinsyah et al 2002).

Menurut BPS (2011) gambaran situasi konsumsi nasional tahun 2011 berdasarkan hasil Susenas tahun 2011 menunjukkan tingkat konsumsi pangan baik dari sisi jumlah maupun mutu masih belum terpenuhi. Hal ini dapat dilihat dari konsumsi energi nasional baru mencapai 1952 kkal/kap/hari, dan skor PPH sebesar 77.3, masih jauh dari skor ideal (100). Skor PPH juga mengalami penurunan yang sangat tajam dari skor PPH 81.9 menjadi 75.5 yang terjadi pada periode 2008-2009.

(18)

2

Neraca Bahan Makanan, karena data inilah yang mudah tersedia secara berkala setiap tahun, namun saat ini penilaian kondisi kualitas konsumsi pangan rumah tangga juga dapat menggunakan Pola Pangan Harapan (PPH), salah satunya dengan menggunakan data Susenas (hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional-publikasi BPS) (Hardinsyah et al 2001).

Terdapat enam kelompok zat gizi yang esensial diperlukan oleh tubuh yang terdiri dari zat gizi penghasil energi yaitu protein, karbohidrat lemak, air, vitamin, dan mineral. Protein, karbohidrat dan lemak merupakan zat gizi yang dapat menghasilkan energi, dan enam zat gizi tersebut dapat diperoleh dari beragam pangan yang dikonsumsi. Kebutuhan zat gizi akan dapat dipenuhi dari sejumlah golongan bahan makanan yang tersusun secara seimbang. Suatu skor PPH atau indeks penilaian konsumsi dapat diperoleh dengan menghitung kecukupan energi dari 9 kelompok pangan tanpa menghitung semua zat gizi (Hardinsyah et al 2001). Penilaian kualitas konsumsi pangan melalui perhitungan skor PPH selama ini hanya digunakan untuk rumah tangga dan daerah dengan menggunakan data ketersedian pangan NBM dan konsumsi rumahtangga Susenas (BPS), belum pernah dilakuan untuk individu. Perhitungan kecukupan setiap zat gizi selama ini digunakan untuk penilaian konsumsi gizi individu, namun hal ini lebih rumit karena perlu menghitung masing-masing zat gizi dan tidak dapat diinterpretasikan berupa satu indeks atau skor. Karena itu penelitian ini penting dilakukan untuk menguji apakah sistim skor PPH, khususnya dewasa. Masa ini diperlukan zat gizi yang cukup untuk mempertahankan kondisi kesehatan yang baik.

Penelitian ini bertujuan untuk menilai konsumsi pangan, mutu gizi pangan dan skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada dewasa usia 19-49 tahun di Indonesia dengan tujuan khusus yaitu menganalisis pola konsumsi dan mutu gizi pangan pada dewasa usia 19-49 tahun, menganalsis Pola Pangan Harapan (PPH) pada dewasa usia 19-49 tahun dan menganalisis skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada dewasa usia 19–49 tahun dan hubungannya dengan mutu gizi konsumsi pangan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pola konsumsi dan mutu gizi pangan pada dewasa usia 19–49 tahun serta skor Pola Pangan Harapan (PPH) dan hubungannya dengan mutu gizi pangan. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi dan evaluasi bagi dewasa dalam memperhatikan pola konsumsi pangan dan asupan zat gizi yang seimbang dalam pemenuhan kecukupan gizi.

KERANGKA PEMIKIRAN

(19)

3 Pengembangan konsumsi pangan harus dilakukan dengan memperhatikan keanekaragaman dan keseimbangan gizi individu. Hal ini dikarenakan pemenuhan kebutuhan gizi yang dianjurkan harus dapat dipenuhi dari pangan yang telah disediakan dan dikonsumsi. Zat tenaga (karbohidrat), zat pembangun (protein) dan zat pengatur (vitamin dan mineral) harus terkandung dalam pangan yang dikonsumsi. Keanekaragaman konsumsi pangan dapat memberikan asupan zat gizi yang seimbang karena konsumsi pangan yang beragam dapat melengkapi kekurangan zat gizi pada salah satu jenis makanan tertentu. Tingkat keanekaragaman konsumsi pangan tersebut dapat diukur salah satunya dengan menggunakan metode skor PPH.

Menurut Hardinsyah dan Martianto (1992), konsumsi pangan merupakan suatu informasi mengenai jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu, sehingga penilaian asupan pangan dapat berdasarkan jumlah maupun jenis pangan yang dikonsumsi. Berdasarkan Hardinsyah (2001) mutu gizi pangan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan dan penggunaan makanan oleh tubuh, sehingga dapat mempengaruhi status gizi dan kesehatan baik individu maupun masyarakat. Mutu gizi pangan atau makanan merupakan totalitas kandungan gizi dari makanan yang dibutuhkan oleh manusia (McCollum dan Becker 1934 dalam Hardinsyah et al 2001).

(20)

4

Keterangan :

= variabel yang diteliti = variabel yang tidak diteliti = hubungan yang dianalisis = hubungan yang tidak dianalisis

Gambar 1 Kerangka pemikiran mutu gizi pangan dan skor Pola Pangan Harapan (PPH) dewasa usia 19-49 tahun di Indonesia

METODE

Desain, Waktu, dan Tempat

Data yang diolah pada penelitian ini merupakan data sekunder dari hasil penelitian Riskesdas 2010 (Riset Kesehatan dasar 2010) yang menggunakan desain cross sectional study dan dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan. Data Riskesdas 2010 dikumpulkan oleh tenaga terlatih dengan kualifikasi minimal tamat D3 kesehatan di beberapa daerah sejak bulan Juni 2010 sampai dengan Agustus 2010. Penelitian ini meliputi proses pengolahan, analisis, dan interpretasi yang dilakukan pada bulan April 2013 – Agustus 2013 di Kampus Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Jawa Barat.

Karakteristik sampel

- Usia

- Jenis kelamin

- BB dan TB

Konsumsi pangan - Jenis/kelompok pangan - Jumlah pangan

- Daerah tempat tinggal

- Tingkat pendidikan

- Status pekerjaan

- Status ekonomi keluarga Karakteristik keluarga

Mutu Gizi

- Tingkat kecukupan zat gizi - Mutu gizi konsumsi pangan

Skor pola pangan harapan-PPH

(0-100)

(21)

5

Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel yang digunakan dalam Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Pemilihan sampel rumah tangga dan anggota rumah tangga dalam Riskesdas 2010 dipilih berdasarkan listing Sensus Penduduk (SP) tahun 2010 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dengan menggunakan two stage sampling, yaitu pemilihan sampel dengan dua tahap. Populasi dalam Riskesdas 2010 merupakan seluruh rumah tangga yang mewakili 33 provinsi. Blok Sensus (BS) yang dipilih dari setiap kabupaten/kota yang termasuk dalam kerangka sampel kabupaten/kota dilakukan sepenuhnya oleh BPS dengan memperhatikan status ekonomi dan rasio perkotaan/perdesaan. Pemilihan blok sensus tersebut proporsional terhadap jumlah rumah tangga di kabupaten/kota tersebut. Sebanyak 2800 blok sensus dipilih untuk kesehatan masyarakat dengan 70000 rumah tangga.

Sebanyak 2798 BS (blok sensus) dari 441 kabupaten/kota berhasil dikunjungi oleh tim Riskesdas 2010. Penelitian ini menggunakan kriteria inklusi yaitu sampel dewasa usia 19-49 tahun dalam kondisi sehat, dan konsumsi harian normal (tidak sedang puasa, diet, sakit dan lain-lain), sedangkan kriteria eksklusi sampel adalah kondisi fisiologis hamil. Sampel yang diperoleh dilakukan proses cleaning terhadap data berat badan, tinggi badan, dan konsumsi pangan yang tidak lengkap, selanjutnya dilakukan proses cleaning terhadap sampel yang memiliki BMI <13 (Gibson 2005) dan BMI > 40 (WHO 2007), asupan energi <0.3 atau >3 kali dari energi basal (FANTA Study 2007), serta sampel dengan tingkat kecukupan zat gizi >400%. Total sampel dalam penelitian ini adalah 76480 dewasa yang terdiri dari 37195 dewasa laki-laki dan 39285 dewasa perempuan.

Gambar 2 Alur memperoleh jumlah sampel yang digunakan Jumlah seluruh anggota rumah tangga

251388 orang

Jumlah sampel awal 112345 dewasa (19-49 tahun)

Cleaning awal pada data:

-Berat badan, tinggi badan, dan konsumsi responden yang tidak lengkap (missing): 20410 sampel -Kondisi fisiologis hamil: 2382 sampel -Tidak diwawancara konsumsi : 186

sampel

-Body mass index (BMI) <13 dan >40 : 262 sampel

-Kondisi konsumsi tidak biasa (sedang diet, puasa, dan acara hajatan/hari raya): 1825 sampel

Cleaning selanjutnya pada data

Asupan energi: <0.3 BMR & >3 BMR : 0 sampel

Tingkat kecukupan zat gizi >400% : 10800 sampel

(22)

6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Penelitian ini seluruhnya menggunakan data sekunder yang diperoleh dalam bentuk electronic file berupa entry data dan hasil pengolahan Riskesdas 2010. Sumber dan cara pengumpulan data yang digunakan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Sumber dan cara pengumpulan data Riskesdas 2010

Peubah Sumber data yang digunakan Cara pengambilan data Karakteristik individu

1. Daerah 2. Usia

3. Jenis kelamin 4. Status hamil 5. Pendidikan

Kuesioner Riskesdas (RKD10.RT) Blok I No. 5 Blok IV No 7 Blok IV No 4 Blok IV No 10 Blok IV No 8

Wawancara

Karakteristik keluarga

1. Pendidikan ayah 2. Pendidikan ibu 3. Pekerjaan ayah 4. Pekerjaan ibu

Kuesioner Riskesdas (RKD10.RT) Blok IV No 8 Blok IV No 8 Blok IV No 9 Blok IV No 9

Wawancara

Antropometri 1. Berat badan

2. Tinggi badan

Kuesioner Riskesdas (RKD10.IND) Blok X No 1a,1b Blok X No 2a, 2b

Pengukuran langsung - Diukur dengan timbangan berat badan digital (kapasitas 150 kg dan ketelitian 50 g) - Diukur dengan alat ukur tinggi badan multi fungsi (kapasitas ukur 2 m dan ketelitian 0.1)

Konsumsipangan

- Jenis pangan - Jumlah pangan

Kuesioner Riskesdas (RKD10.IND) Blok IX Blok IX

Food recall 1x24 jam

1. Status ekonomi

2. Konsumsi zat gizi makro dan mineral (E, P, L, Kh, Ca, P, Fe, Zn)

3.Konsumsi zat gizi mikro (Vit A, Vit B1, Vit B9, Vit B12, dan Vit C)

Hasil olahan data Riskesdas 2010

Hasil olahan data Riskesdas 2010

Hasil olahan data Riskesdas 2010

Olahan BPS

Dihitung menggunakan

Nutrisurvey Software

Dihitung menggunakan

Nutrisurvey Software

Sumber: Riskesdas 2010

Pengolahan dan Analisis Data

(23)

7

Karakteristik Sosial Ekonomi

Karakteristik sosial ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data karakteristik individu dan keluarga yang dianalisis secara statistik deskriptif. Data tersebut meliputi data daerah tempat tinggal sampel, tingkat pendidikan, pekerjaan dan status ekonomi keluarga. Pembagian daerah tempat tinggal sampel dilakukan dengan membagi menjadi dua kelompok yaitu perkotaan dan perdesaan. Pengelompokan pendidikan sampel dibagi menjadi tiga kategori, yaitu tidak tamat/tamat SD/MI, tamat SLTP/MTS, tamat SLTA/MA/perguruan tinggi, sedangkan pekerjaan sampel dikelompokkan menjadi enam kelompok, yaitu tidak bekerja, sekolah, TNI/Polri/PNS/Pegawai, wiraswasta/layan jasa/dagang, petani/nelayan/buruh dan lainnya. BPS mengelompokkan status ekonomi sampel menurut kuintil.

Kebutuhan Zat Gizi Mikro

Kebutuhan zat gizi mikro pada sampel dihitung berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2012 (WNPG 2012). Angka Kecukupan Gizi pada dewasa usia 19-49 tahun disajikan pada tabel 2.

Tabel 2 Angka Kecukupan Zat Gizi Dewasa usia 19-29 tahun berdasarkan usia dan jenis kelamin

Kelompok umur Vit A

(ug)

Vit B1 (mg)

Vit B9 (ug)

Vit B12 (ug)

Vit C (mg)

Ca (mg)

P (mg)

Fe (mg)

Zn (mg) Pria (tahun)

19-29 tahun 600 1.4 400 2.4 90 1100 700 13 6

30-49 tahun 600 1.2 400 2.4 90 1100 700 13 7

Wanita

19-29 tahun 500 1.1 400 2.4 90 1100 700 26 5

30-49 tahun 500 1.1 400 2.4 90 1000 700 26 5

Sumber : WNPG 2012

Kebutuhan Energi

Rumus perhitungan kebutuhan energi dari Institute of Medicine (IOM) tahun 2002 dalam Mahan & Escoot-stump (2008) yang didasarkan pada oxford equation digunakan untuk menghitung kebutuhan energi sampel. Perhitungan kebutuhan energi sampel disesuaikan dengan jenis kelamin, status gizi, usia, faktor aktivitas, serta berat badan dan tinggi badan aktual bagi yang berstatus gizi normal dan berat badan estimasi IMT = 25 kg/m2 berdasarkan Total Energy Expenditure (TEE) atau pada kelompok usia dewasa disebut dengan Estimated Energy Requirement (EER) yang dikoreksi dengan Thermic Effect of Food (TEF). TEF adalah peningkatan pengeluaran energi yang berhubungan dengan konsumsi pangan, nilai TEF dihitung dari total pengeluaran energi yaitu sebesar 10% dari TEE (Tabel 2).

(24)

8

petani/nelayan dan buruh, dan kategori ringan dikelompokkan pada sampel wiraswasta/layan jasa/dagang dan pekerjaan selain yang telah disebutkan. Perhitungan kebutuhan energi sampel dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3 Perhitungan kebutuhan energi menurut usia dan jenis kelamin

Rumus perhitungan kebutuhan energi Kebutuhan energi (Kal) EER Laki-laki 19 tahun keatas dengan status gizi normal

EER = TEE

EER = 662 – (9.53 x U) + PA x (15.91 x BBa + 539,6 x TB) Keterangan:

PA = 1.0 (sangat ringan) PA = 1.11 (ringan) PA = 1.25 (aktif) PA = 1.48 (sangat aktif)

EER + 10%TEE

EER perempuan 19 tahun keatas dengan status gizi normal EER = TEE

EER = 354 – (6.91xU) + PA x (9.36xBBa + 726xTB) Keterangan:

PA = 1.0 (sangat ringan) PA = 1.12 (ringan) PA = 1.27 (aktif) PA = 1.45 (sangat aktif)

EER + 10% TEE

EER laki-laki 19 tahun keatas dengan status gizi overweight dan obese

EER = TEE

EER = 1086 – (10.1xU) + PA x (13.7xBBe + 416xTB) Keterangan:

PA = 1.0 (sangat ringan) PA = 1.12 (ringan) PA = 1.29 (aktif) PA = 1.59 (sangat aktif)

EER + 10% TEE

EER perempuan 19 tahun keatas dengan status gizi overweight dan obese

EER = TEE

EER = 448 – (7.95xU) + PA x (11.4xBBe + 619xTB) Keterangan:

PA = 1.0 (sangat ringan) PA = 1.16 (ringan) PA = 1.27 (aktif) PA = 1.54 (sangat aktif)

EER + 10% TEE

Sumber: Mahan & Escoot-stump (2008) Keterangan:

U = umur (tahun), BBa = berat badan aktual (Kg), TB = tinggi badan (m) BBe = berat badan estimasi BMI = 25 Kg/m2 (Kg)

EER = estimasi kebutuhan energi (Kal) TEE = total pengeluaran energi (Kal) PA = koefisien aktivitas fisik

Kebutuhan Zat Gizi Makro

(25)

9 dikoreksi dengan faktor koreksi mutu protein sebesar 1.3 (WNPG 2012). Berdasarkan WNPG 2012, rendahnya mutu protein makanan penduduk Indonesia menjadi dasar penentun faktor koreksi tersebut. Berikut adalah penghitungan kebutuhan protein :

Kebutuhan protein = AKP x faktor koreksi mutu protein Keterangan:

AKP = Angka kecukupan protein (g/kgBB/hari) Faktor koreksi mutu protein = 1.3

Tabel 4 Perhitungan kebutuhan protein berdasarkan usia dan jenis kelamin

Kelompok usia Jenis kelamin

Laki-laki Perempuan

19-29 tahun 0.85 g/kg BB/hr x 1.3 0.85 g/kg BB/hr x 1.3 30-49 tahun 0.85 g/kg BB/hr x 1.3 0.85 g/kg BB/hr x 1.3 Sumber : WNPG (2012)

Kebutuhan lemak dihitung sebesar 25% dari kebutuhan energi (WNPG 2012), rekomendasi kebutuhan lemak untuk dewasa adalah 25-35% (mahan & escoot-stump 2008) dan berdasarkan almatsier (2004) kebutuhan lemak orang dewasa adalah 10-25% dari total kebutuhan energi. Setelah diperoleh kebutuhan energi, protein dan lemak, kebutuhan karbohidrat dihitung berdasarkan selisih antara kebutuhan energi total dengan kebutuhan energi dari protein dan lemak sampel yang dijelaskan sebagai berikut :

Asupan Energi, Protein, Lemak, dan Karbohidrat Asupan Zat Gizi dan Tingkat Kecukupan Gizi

Kandungan zat gizi pangan yang dikonsumsi dihitung dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) yang dihitung berdasarkan jenis dan jumlah bahan pangan dalam gram/URT yang dikonsumsi sampel. Perhitungan kandungan zat gizi tersebut digunakan untuk menghitung tingkat kecukupan masing-masing zat gizi (Hardinsyah & Briawan 1994) sebagai berikut:

Keterangan :

KGij = Penjumlahan zat gizi i dari setiap bahan makanan/pangan yang dikonsumsi

Bj = Berat bahan makanan j (gram)

Gij = Kandungan zat gizi i dari bahan makanan j BDDj = % bahan makanan j yang dapat dimakan

Setelah dilakukan perhitungan konsumsi zat gizi, selanjutnya dapat dilakukan perhitungan tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi dengan cara menghitung perbandingan antara zat gizi yang dikonsumsi dan kebutuhan zat gizi

KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100)

(26)

10

sampel berdasarkan perhitungan rumus kebutuhan untuk zat gizi makro (energi, protein, lemak dan karbohidrat) yang dinyatakan dalam bentuk persen. Klasifikasi tingkat kecukupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat dihitung berdasarkan Depkes (1996) yaitu: (1) defisit tingkat berat (<70% kebutuhan), (2) defisit tingkat sedang (70-79% kebutuhan), (3) defisit tingkat ringan (80-89% kebutuhan), (4) normal (90-119% kebutuhan), dan (5) kelebihan (≥120% kebutuhan). Berdasarkan Gibson (2005) klasifikasi tingkat kecukupan vitamin dan mineral yaitu: (1) cukup

(≥65% kebutuhan), (2) kurang (< 65% kebutuhan).Perhitungan tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi sampel adalah sebagai berikut:

Tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi (%) = Konsumsi zat gizi x 100% Kebutuhan zat gizi

Mutu Gizi Konsumsi Pangan (MGP)

Mutu gizi konsumsi pangan (MGP) dapat dihitung berdasarkan tingkat kecukupan zat gizi termasuk air. MGP dihitung dengan menghitung rata-rata tingkat kecukupan zat gizi.yang dinyatakan dalam persen. Menurut Hardinsyah (2001) Mutu gizi asupan pangan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

TKGi = Tingkat kecukupan zat gizi ke-i (konsumsi zat gizi ke-i/kecukupan zat gizi ke-i x 100)

n = Jumlah zat gizi yang dipertimbangan dalam penilaian MGP (14 zat gizi meliputi energi, protein, karbohidrat, lemak, air, vitamin A, tiamin,

asam folat, siano kobalamin, vitamin C, kalsium, fosfor, besi, dan zink) Zat gizi yang dihitung adalah energi, protein, lemak, karbohidrat, air, vitamin A, tiamin (B1), asam folat (B9), siano kobalamin (B12), vitamin C, kalsium, fosfor, besi dan zink. Perhitungan MGP dibagi menjadi tiga kategori yaitu MGP empat zat gizi (MGP4) (energi, protein, lemak, dan karbohidrat), MGP 10 zat gizi (MGP10) (energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin A, vitamin B1, vitamin C, kalsium, fosfor, dan besi), dan MGP 14 zat gizi (MGP14) (energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin A, vitamin B1, vitamin B9, vitamin B12, vitamin C, kalsium, fosfor, besi dan zink). Setiap nilai tingkat kecukupan gizi ke-i (TKGi) memiliki nilai maksimum 100 (truncated at 100) dengan alasan untuk meminimalkan kompensasi antara nilai TKGi yang rendah dan tinggi secara matematik, karena secara biologis antar zat gizi yang berbeda tidak dapat saling substitusi melainkan saling berinteraksi. Pengelompokkan mutu gizi konsumsi pangan dilakukan menjadi 4 kategori, yaitu sangat kurang (<55), kurang (55-70), cukup (70-85), dan

baik (≥85) (Hardinsyah 1996).

Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

Metode PPH dapat menghasilkan satu skor yang tidak hanya mencerminkan tingkat kecukupan zat gizi namun juga mencerminkan mutu dan keragaman pangan secara keseluruhan. Skor PPH dihitung berdasarkan 9 kelompok pangan yaitu

(27)

11 padian, umbi-umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah, serta lain-lain (Hardinsyah et al 2002). Langkah-langkah penilaian konsumsi pangan untuk menghitung skor PPH adalah sebagai berikut:

1. Pengelompokkan pangan menjadi 9 kelompok yaitu:

a. Padi-padian meliputi beras dan olahannya, jagung dan olahannya, gandum dan olahannya.

b. Umbi-umbian meliputi ubi kayu dan olahannya, ubi jalar, kentang, talas, dan sagu (termasuk makanan berpati).

c. Pangan hewani meliputi daging dan olahannya, ikan dan olahanya, telur, serta susu dan olahannya.

d. Minyak dan lemak meliputi minyak kelapa, minyak sawit, margarin, dan lemak hewani.

e. Buah/biji berminyak meliputi kelapa, kemiri dan coklat.

f. Kacang-kacangan meliputi kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau, kacang merah, kacang polong, kacang mete, kacang tunggak, kacang lain, tahu, tempe, tauco, oncom, sari kedelai, kecap.

g. Gula meliputi gula pasir, gula merah, sirup, minuman jadi dalam botol/kaleng.

h. Sayur dan buah meliputi sayur segar dan olahannya, buah segar dan olahannya, dan emping.

i. Lain-lain meliputi aneka bumbu dan bahan minuman seperti terasi, cengkeh, ketumbar, merica, pala, asam, bumbu mask, terasi, teh dan kopi.

2. Pengkonversian bentuk, jenis dan satuan

Pangan yang dikonsumsi rumah tangga terdapat dalam berbagai bentuk dan jenis dengan satuan yang berbeda, sehingga dilakukan konversi ke dalam satuan dan jenis komoditas yang sama, sebagai contoh roti menjadi terigu, satuan butir menjadi gram, dan sebagainya.

3. Perhitungan konsumsi energi menurut kelompok pangan yang meliputi beberapa tahapan yaitu:

a. Perhitungan kandungan energi setiap jenis pangan yang dikonsumsi dengan bantuan daftar komposisi bahan makanan (DKBM).

b. Menjumlahkan kandungan energi setiap jenis pangan yang dikonsumsi menurut kelompok pangan.

4. Perhitungan total konsumsi energi dari kelompok pangan 1-9 yang dinyatakan dalam energi perkapita/hari

5. Perhitungan kontribusi energi tiap kelompok pangan ke 1-9 terhadap total konsumsi energi

6. Perhitungan kontribusi energi tiap kelompok pangan ke 1-9 terhadap angka kebutuhan gizi individu

Kontribusi energi dinyatakan dalam bentuk persen yaitu dengan cara membagi masing-masing energi kelompok pangan dengan AKE individu dikalikan 100%

7. Perhitungan selisih berdasarkan kontribusi (%) energi terhadap AKG terhadap kontribusi (%) energi yang diharapkan.

8. Perhitungan Skor PPH yang melalui beberapa tahapan yaitu:

(28)

12

pangan utama (tiga kelompok pangan utama) diberikan skor maksimum yang relatif sama, yaitu 33.3 bagi setiap kelompok pangan utama (berasal dari 100 dibagi 3). Kelompok pangan utama yang dimaksud adalah 1) pangan sumber karbohidrat dan energi (serealia, umbi-umbian, minyak dan lemak, dan buah/biji berminyak) dengan kontribusi energi sebesar 75%, 2) pangan sumber protein/lauk-pauk (kacang-kacangan) dengan kontribusi energi sebesar 17%, 3) pangan sumber vitamin dan mineral (sayur dan buah) dengan kontribusi energi sebesar 5% dan pangan lainnya (aneka minuman dan bumbu) dengan kontribusi energi sebesar 3%. Berdasarkan perhitungan tersebut maka diperoleh rating 0.5 dari nilai 33.3 dibagi 75 (serealia, umbi-umbian, minyak dan lemak, dan buah/biji berminyak), rating 2.0 dari nilai 33.3 dibagi 17, dan rating 5.0 dari nilai 33.3 dibagi 6. Masing-masing nilai yang diperoleh dibulatkan untuk mendapatkan total skor PPH 100.

b. Perhatian terhadap batas skor maksimum. Apabila skor AKE lebih tinggi dari skor maksimum, maka yang diambil adalah skor maksimum, dan apabila skor AKE lebih rendah dari skor maksimum, maka yang diambil adalah skor AKE. Selanjutnya dilakukan perhitungan skor PPH setiap kelompok pangan.

c. Perhitungan Total Skor PPH

Total skor PPH dihitung dengan menjumlahkan skor PPH dari kelompok pangan padi-padian sampai dengan skor PPH kelompok pangan lain-lain. Hasil perhitungan tersebut disebut dengan skor konsumsi pangan aktual yang menunjukkan tingkat keragaman dan mutu konsumsi pangan.

Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengolahan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik, kemudian dianalisis secara statistik. Analisis statistik menggunakan uji normal, uji beda-t (independent samples t-test) dan uji korelasi Rank Spearman. Perbandingan antar peubah pada penelitian ini, yaitu kebutuhan zat gizi, konsumsi zat gizi, tingkat kecukupan zat gizi, mutu gizi asupan pangan, dan skor PPH berdasarkan jenis kelamin dan kelompok usia dianalisis menggunakan Uji beda-t (independent samples t-test). Hubungan antara skor Pola Pangan Harapan dengan Mutu Gizi Konsumsi Pangan (MGP) dan Tingkat Kecukupan Gizi (TKG) dianalisis dengan menggunakan analisis statistik uji korelasi Rank Spearman.

Analisis regresi logistic multivariat digunakan untuk mengetahui odd ratio (OR) dari faktor risiko atau yang berpengaruh terhadap mutu gizi konsumsi pangan (MGP 14). Regresi logistik yang digunakan model binary logistic regression. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

� = + + x + x + x +. . . + nxn + x + x + x +. . . + nxn

Keterangan :

y = mutu gizi konsumsi pangan, yaitu MGP14 (0= <70, 1= >70) α = konstanta

(29)

13 xn = variabel independen yang berisiko/mempengaruhi MGP14

x1 = pola pangan harapan (0= <70, 1= >70) x2 = jenis kelamin (perempuan= 0, laki-laki= 1) x3 = kelompok usia (13-15 tahun= 0, 16-18 tahun= 1) x4 = pendidikan (≤ SD = 0, SMP/MTS = 1)

pendidikan (≤ SD = 0, SMA, PT = 1)

x6 = pekerjaan ayah (tidak kerja=0, petani, nelayan & buruh = 1)

pekerjaan ayah (tidak kerja=0, pegawai negeri, swasta, wirausaha = 1) x8 = status ekonomi (kuintil 1=0, kuintil 2&3= 1)

x9 = status ekonomi (kuintil 1=0, kuintil 4&5= 1) x10 = daerah (perdesaan= 0, perkotaan= 1)

Definisi Operasional

Dewasa adalah individu baik laki-laki maupun perempuan yang berada pada kisaran usia 19-49 tahun

Sampel adalah kelompok umur dewasa dalam penelitian Riskesdas 2010 yang telah melalui tahapan cleaning data. Sampel dikelompokkan berdasarkan berdasarkan usia yaitu 19-49 tahun.

Asupan Zat Gizi adalah jumlah asupan zat gizi seseorang dalam sehari yang diperoleh dari konsumsi pangan.

Tingkat Kecukupan Zat Gizi adalah nilai yang menunjukkan pemenuhan asupan zat gizi terhadap kebutuhan zat gizi seseorang.

Mutu Gizi Konsumsi Pangan adalah nilai yang mencerminkan tingkat pemenuhan asupan gizi terhadap kebutuhan gizi secara keseluruhan (energi, karbohidrat, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, Vitamin A, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, folat, vitamin B12, vitamin C, dan air).

Status Gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang yang diukur berdasarkan antropomentri (BB dan TB).

Pangan adalah makanan dan minuman baik dalam bentuk mentah atau yang diolah yang dapat dikonsumsi dan memberikan kontribusi energi, serta zat gizi bagi tubuh.

Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang dimakan dan diminum seseorang selama sehari atau 24 jam yang dikumpulkan dengan metode recall 24 jam.

Pola Pangan Harapan adalah komposisi atau susunan kelompok pangan yang didasarkan pada peran zat gizi dan kontribusi energi baik mutlak maupun relatif, yang memenuhi kebutuhan gizi secara kuantitas, kualitas maupun keragaman dengan mempertimbangkan aspek cita rasa, sosial, ekonomi, budaya dan agama.

Skor Pola Pangan Harapan adalah nilai yang menunjukkan tingkat mutu dan keragaman konsumsi pangan seseorang atau kelompok orang, dalam hal studi ini pada orang dewasa.

(30)

14

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Sosial Ekonomi

Karakteristik sosial ekonomi dewasa dibagi menjadi karakteristik individu dan karakteristik keluarga. Karakteristik individu meliputi daerah tempat tinggal yang pengelompokkannya dibagi menjadi daerah perkotaan dan perdesaan. Karakteristik keluarga meliputi tingkat pendidikan, status pekerjaan dan status ekonomi keluarga yang ditulis dalam bentuk kuintil. Karakteristik sosial ekonomi menurut jenis kelamin disajikan pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5 Sebaran dewasa usia 19-49 tahun menurut jenis kelamin dan sosial ekonomi

Sosial Ekonomi

Jenis Kelamin

Total Laki laki Perempuan

n % n % n %

Wilayah

Perkotaan 20675 55.6 21568 54.9 42243 55.2

Perdesaan 16520 44.4 17717 45.1 34273 44.8

Status Pendidikan

Tidak tamat/Tamat SD/MI 14562 39.2 18279 46.5 32841 42.9 Tamat SLTP/MTS 7656 20.6 7469 19.0 15125 19.8 Tamat SLTA/MA/PT 14977 40.3 13537 34.5 28514 37.2

Status pekerjaan

Tidak kerja 2676 7.2 17449 44.4 20125 26.3

Sekolah 981 2.6 915 2.3 1896 2.5

TNI/Polri/PNS/Pegawai 3936 10.6 2619 6.7 6555 8.6 Wiraswasta/layan jasa/dagang 12981 34.9 6527 16.6 19508 25.5 Petani/nelayan/buruh 15346 41.3 8973 22.8 24319 31.8

Lainnya 1275 3.4 2802 7.1 4077 5.3

Status Ekonomi

Kuintil 1 7875 21.2 8580 21.8 16455 21.5

Kuintil 2 7948 21.4 8343 21.2 16291 21.3

Kuintil 3 7522 20.2 8019 20.4 15541 20.3

Kuintil 4 7291 19.6 7575 19.3 14866 19.4

Kuintil 5 6559 17.6 6768 17.2 13327 17.4

(31)

15 yang menunjukkan bahwa memiliki pendapatan per kapita yang rendah baik laki-laki maupun perempuan (Tabel 5).

Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan formal tertinggi yang telah diperoleh. Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh pada pengetahuan yang selanjutnya dapar berpengaruh pada sikap dan perilaku. Selain itu juga, tingkat pengetahuan terhadap zat gizi dapat berpengaruh pada pemilihan jenis makanan yang dikonsumsi untuk pemenuhan kebutuhan gizi yang nantinya dapat berpengaruh pada status gizi. Sebagian besar (46.7%) tingkat pendidikan laki-laki usia 19-29 tahun adalah tamat SLTA/MA/PT dan perempuan usia 19-29 tahun sebagian besar (44.5%) memiliki tingkat pendidikan yaitu tamat SLTA/MA/PT. Berikut merupakan karakteristik sosial ekonomi usia 19-29 tahun.

Status pendidikan pada dewasa usia 19-29 tahun baik laki-laki maupun perempuan sebagian besar merupakan tamat SLTA/MA/PT. Jenis pekerjaan merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh untuk mencapai status gizi yang baik. Status pekerjaan dewasa laki-laki usia 19-29 sebagian besar (35.7%) adalah petani/melayan/buruh, berbeda dengan perempuan yang sebagian besar (46.2%) tidak bekerja (Tabel 6). Sebagian besar laki-laki usia 19-29 tahun (21.4%) berada pada kuintil 1 dan 2, sedangkan perempuan usia 19-29 tahun jumlah terbanyak berada pada kuintil 1 dengan presentase 21.6% (Tabel 6). Besarnya presentase yang terdapat pada kuintil 1 dan 2 menunjukkan bahwa penelitian usia 19-29 tahun memiliki pendapatan yang rendah.

Tabel 6 Sebaran dewasa usia 19-29 tahun menurut jenis kelamin dan sosial ekonomi

Sosial Ekonomi

Jenis Kelamin

Total Laki laki Perempuan

n % n % n %

Wilayah

Perkotaan 7672 56.4 7826 55.3 15498 55.8

Perdesaan 5929 43.6 6324 44.7 12253 44.2

Status Pendidikan

Tidak tamat/Tamat SD/MI 3906 28.7 4330 30.6 8236 29.7 Tamat SLTP/MTS 3341 24.6 3525 24.9 6866 24.7 Tamat SLTA/MA/PT 6354 46.7 6295 44.5 12649 45.5

Status pekerjaan

Tidak kerja 2086 15.3 6535 46.2 8621 31.1

Sekolah 960 7.1 883 6.2 1843 6.6

TNI/Polri/PNS/Pegawai 1155 8.5 954 6.7 2109 7.6 Wiraswasta/layan jasa/dagang 4037 29.7 2217 15.7 6254 22.5 Petani/nelayan/buruh 4851 35.7 2489 17.6 7340 26.4

Lainnya 512 3.8 1072 7.6 1584 5.7

Status Ekonomi

Kuintil 1 2914 21.4 3058 21.6 5972 21.5

Kuintil 2 2909 21.4 2937 20.8 5846 21.1

Kuintil 3 2724 20.0 2983 21.1 5707 20.6

Kuintil 4 2625 19.3 2735 19.3 5360 19.3

(32)

16

Status gizi individu selain dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pendapatan juga dipengaruhi oleh daerah tempat tinggal. Sebagian besar usia 30-49 tahun bertempat tinggal di perkotaan yaitu laki-laki sebesar 55.1% dan perempuan sebesar 54.7%. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan yang juga dapat mempenagruhi pemilihan jenis makanan yang dikonsumsi sehingga dapat berpengaruh pada status gizi yang baik. Sebagian besar laki-laki usia 30-49 tahun (45.2%) memiliki tingkat pendidikan tidak tamat/tamat SD/MI, perempuan usia 30-49 tahun juga memiliki tingkat pendidikan tidak tamat/tamat SD/MI dengan persentase terbesar yaitu 55.5%. Berikut adalah karakteristik sosial ekonomi usia 30-49 tahun (tabel 7).

Tabel 7 Sebaran dewasa usia 30-49 tahun menurut jenis kelamin dan sosial ekonomi

Sosial Ekonomi

Jenis Kelamin

Total Laki laki Perempuan

n % n % n %

Wilayah

Perkotaan 13003 55.1 13742 54.7 26745 54.9

Perdesaan 10591 44.9 11393 45.3 21984 45.1

Status Pendidikan

Tidak tamat/Tamat SD/MI 10656 45.2 13949 55.5 24605 50.5 Tamat SLTP/MTS 4315 18.3 3944 15.7 8259 16.9 Tamat SLTA/MA/PT 8623 36.5 7242 28.8 15865 32.6 Status pekerjaan

Tidak kerja 590 2.5 10914 43.4 11504 23.6

Sekolah 21 0.1 32 0.1 53 0.1

TNI/Polri/PNS/Pegawai 2781 11.8 1665 6.6 4446 9.1 Wiraswasta/layan jasa/dagang 8944 37.9 4310 17.1 13254 27.2 Petani/nelayan/buruh 10495 44.5 6484 25.8 16979 34.8

Lainnya 763 3.2 1730 6.9 2493 5.1

Status Ekonomi

Kuintil 1 4961 21.0 5522 22.0 10483 21.5

Kuintil 2 5039 21.4 5406 21.5 10445 21.4

Kuintil 3 4798 20.3 5036 20.0 9834 20.2

Kuintil 4 4666 19.8 4840 19.3 9506 19.5

Kuintil 5 4130 17.5 4331 17.2 8461 17.4

(33)

17 Supariasa et al 2001). Menurut Kartasapoetra & Marsetyo (2008) konsumsi pangan yang rendah pada individu/keluarga dengan tingkat pendapatan yang tinggi antara lain dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, preferensi, dan adanya tabu atau kepercayaan terhadap jenis pangan tertentu.

Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan dewasa usia 19-49 tahun secara keseluruhan berasal dari sembilan kelompok pangan yang terdiri dari padi-padian (99.4%), umbi-umbian (22.4%), pangan hewani (79.0%), minyak dan lemak (3.7%), buah/biji berminyak (2.0%), kacang-kacangan (44.1%), gula (41.2%), sayur dan buah (81.9%), dan lain-lain (94.7%). Konsumsi pangan pada kelompok dewasa usia 19-49 tahun dapat dilihat dari pola konsumsi yang cenderung lebih banyak mengkonsumsi kelompok pangan dan jenis makanan tertentu. Kelompok pangan yang sering dikonsumsi oleh kelompok dewasa usia 19-49 tahun adalah padi-padian, pangan hewani, sayur dan buah dan kelompok pangan lain-lain. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan individu, menurut Hardinsyah (2007) keragaman konsumsi pangan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah pengetahuan gizi, daya beli pangan, waktu yang tersedia untuk pengolahan pangan dan tersedianya pangan lokal. Rata-rata, standar deviasi (median) dan tingkat partisipasi konsumsi pangan dewasa menurut jenis kelamin, usia dan kelompok pangan dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8 Rata-rata, standar deviasi (median) dan tingkat partisipasi konsumsi pangan dewasa menurut jenis kelamin, usia dan kelompok pangan

Kelompok Pangan

Laki-laki Perempuan

Total 19-29 tahun 30-49 tahun 19-29 tahun 30-49 tahun

mean ± SD Padi-padian 571.7±88.6

(200.0) 99.6 Lain-lain 754.4±140.9

(34)

18

Rata-rata konsumsi pangan dewasa usia 19-49 tahun menurut kelompok usia dan jenis kelamin sebagian besar (747.7±137.1 gram) dari kelompok pangan lain-lain, sedangkan kelompok pangan yang sedikit dikonsumsi adalah kelompok minyak dan lemak dengan rata-rata konsumsi 0.5±10.0 gram (Tabel 8). Tingginya rata-rata konsumsi dari kelompok pangan lain-lain diduga disebabkan karena kelompok pangan lain-lain memiliki jumlah yang banyak disekitar serta mudah untuk diakses.

Asupan dan Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Zat Gizi

Rata-rata asupan gizi, (rata-rata) persentase pemenuhan kebutuhan gizi dewasa menurut jenis kelamin dan usia disajikan pada Tabel 9 berikut :

Tabel 9 Rata-rata dan standar deviasi asupan gizi, (rata-rata) dan median

persentase pemenuhan kebutuhan gizi dewasa menurut jenis kelamin dan usia

Zat Gizi

Laki-laki Perempuan

Total

Energi Kkal (%) 1636.7±163.0 (74.0) 65.7

(35)

19 Tingkat pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) zat gizi diperoleh dari jumlah konsumsi masing-masing zat gizi dari 9 kelompok pangan yang terdiri dari padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah dan biji berminyak, kacang-kacangan, gula, dan lain-lain yang dikonsumsi dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) sesuai usia dan jenis kelamin. Dewasa laki-laki maupun perempuan secara keseluruhan mengalami defisit kebutuhan energi, lemak, kalsium, air, vitamin A, vitamin B9, vitamin C pada nilai lebih kecil dari 70%, sedangkan untuk zat gizi karbohidrat, dan vitamin B12 memiliki tingkat pemenuhan kebutuhan 70-80%. Rendahnya tingkat pemenuhan terutama zat gizi mikro vitamin B9 (folat) juga dialami pada wanita dewasa tidak hamil dan tidak menyusui di beberapa negara seperti Burkina faso, Mali, Mozambique, Bangladesh dan Philiphines (Arimond et al 2010). Rata-rata konsumsi dan tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi menurut jenis kelamin dan kelompok usia disajikan pada tabel 9.

Mutu Gizi Konsumsi Pangan dan Skor Pola Pangan Harapan

Rata-rata mutu gizi pangan dewasa menurut jenis kelamin, usia dan kategori mutu gizi pangan datap dilihat pada Tabel 10 berikut :

Tabel 10 Rata-rata mutu gizi pangan dewasa menurut jenis kelamin, usia dan kategori mutu gizi pangan

Kategori MGP

Laki-laki Perempuan Total

mean ± sd (med) % mean ± sd (med) % mean ± sd (med) % MGP4

Sangat kurang 41.7 ± 9.6 (43.3) 30.0a 40.0 ± 10.1 (41.3) 42.8 b 40.7± 10.0 (42.2) 36.6

Kurang 62.6 ± 4.3 (62.7) 24.6a 62.4 ± 4.3 (62.3) 25.3 b 62.5± 4.3 (62.5) 24.9

Cukup 77.3 ± 4.3 (77.3) 24.4a 77.0± 4.3 (76.8) 19.7 b 77.2± 4.3 (77.0) 22.0

Baik 93.2 ± 5.0 (92.9) 21.0 a 92.6± 4.9 (92.1) 12.2 b 93.0± 5.0 (92.6) 16.5

Rata-rata 66.4 ± 20.2 (67.2) 100 a 59.4 ± 20.4 (59.1) 100 b 62.8 ± 20.6 (63.1) 100

MGP10

Sangat kurang 41.7 ± 9.5 (43.4) 55.3 a 40.3± 9.9 (41.8) 63.9 b 40.9± 9.7 (42.5) 59.7

Kurang 61.9 ± 4.3 (61.6) 30.9 a 61.6 ± 4.2 (61.2) 26.2 b 61.7± 4.2 (61.4) 28.5

Cukup 75.7 ± 4.0 (75.0) 12.5 a 75.5 ± 4.0 (74.8) 8.9 b 75.6± 4.0 (74.9) 10.7

Baik 88.8 ± 3.1 (88.0) 1.3 a 88.5 ± 3.0 (87.8) 0.9 b 88.6 ± 3.1 (87.9) 1.1

Rata-rata 52.8 ± 15.3 (52.9) 100 a 59.5 ± 15.4 (49.2) 100 b 51.1 ± 15.4 (51.0) 100

MGP14

Sangat kurang 41.8 ± 9.6 (43.6) 46.9 a 40.5 ± 10.1 (42.1) 54.4 b 41.1 ± 9.9 (42.7) 50.8

Kurang 62.3 ± 4.2 (62.3) 33.3 a 62.0 ± 4.3 (61.8) 30.2 b 62.2 ± 4.3 (62.0) 31.7

Cukup 76.0 ± 4.0 (75.5) 17.8 a 75.8 ± 4.0 (75.1) 13.9 b 75.9 ± 4.0 (75.3) 15.8

Baik 88.4 ± 2.8 (87.7) 2.0 a 88.6 ± 2.7 (88.0) 1.5 b 88.5 ± 2.8 (88.1) 1.7

Rata-rata 55.7 ± 15.9 (56.4) 100 a 52.6 ± 16.2 (53.0) 100 b 54.1 ± 16.1 (54.7) 100

(36)

20

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa sebagian besar dewasa usia 19-49 tahun masih memiliki mutu gizi pangan yang sangat kurang, sebesar 36.6% dewasa usia 19-49 tahun memiliki mutu gizi pangan sangat kurang untuk MGP 4, sebesar 59.7% dewasa usia 19-49 tahun memiliki mutu gizi pangan sangat kurang untuk MGP 10, dan sebesar 50.8% dewasa usia 19-49 tahun memiliki mutu gizi pangan sangat kurang untuk MGP 14. Menurut Hardinsyah (2001) mutu gizi asupan pangan digunakan untuk menentukan apakah makanan tersebut bergizi atau tidak yang dihitung berdasarkan pada kandungan zat gizi makanan berkaitan dengan kebutuhan bagi tubuh. Berdasarkan hasil uji beda yang dilakukan dengan galat 95% menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap MGP menurut jenis kelamin dan kelompok usia (p<0.05).

Mutu gizi pangan dihitung berdasarkan tingkat pemenuhan kebutuhan gizi rata-rata dari 4 zat gizi (MGP4), 10 zat gizi (MGP 10) dan 14 zat gizi (MGP14). Hasil penelitian menunjukkan, rata-rata dari MGP 4 kelompok pangan dewasa adalah 62.8 ± 20.6 (66.4 ± 20.2 untuk laki-laki dan 59.4 ± 20.4 untuk perempuan) dengan sebagian besar (36.6%) tergolong sangat kurang, rata-rata dari MGP 10 kelompok pangan dewasa adalah 51.1 ± 15.4 (52.8 ± 15.3 untuk laki-laki dan 59.5 ± 15.4 untuk perempuan) dengan sebagian besar (59.7%) tergolong sangat kurang, sedangkan rata-rata dari MGP 14 kelompok pangan dewasa adalah 54.1 ± 16.1 (55.7 ± 15.9 untuk laki-laki dan 52.6 ± 16.2 untuk perempuan) dengan sebagian besar (50.8%) tergolong sangat kurang. Hal ini menunjukkan bahwa pola konsumsi pangan pada dewasa usia 19-49 memiliki kualitas yang kurang baik (Tabel 10).

Rata-rata total Skor Pola Pangan Harapan (PPH) menurut kelompok usia dan jenis kelamin pada laki-laki dan perempuan usia 19-49 tahun sebesar 53.1 ± 9.3, rata-rata total Skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada laki-laki sebesar 54.6 ± 9.5, dan rata-rata total Skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada perempuan sebesar 51.7 ± 9.1 (Tabel 9). Skor PPH tertinggi pada dewasa jenis kelamin laki-laki dan perempuan terdapat pada kelompok pangan padi-padian, hasil ini sesuai dengan penelitian dari Kandiana et al (2009) dan Nurindarwati et al (2008) tentang analisis konsumsi pangan di Sulawesi Selatan dan Lampung Barat. Selain itu, skor PPH tersebut menunjukkan bahwa konsumsi pangan individu dewasa usia 19-49 tahun kurang beragam yang menurut Baliwati (2001) ditandai dengan Skor Pola Pangan Harapan kurang dari skor 100.

(37)

21 Skor maksimal yang diberikan adalah 10 dengan masing-masing kelompok pangan utama memiliki nilai maksimal 2 (Azadbakht et al 2010).

Studi Arimond et al (2010) menghitung keragaman konsumsi pada wanita usia 15-49 tahun di beberapa negara (Burkina faso, Mali, Mozambique, Bangladesh dan Philiphines) dengan menggunakan metode Food Group Diversity Indicators (FGI) yang mengelompokkan makanan menjadi 6, 9, 13 dan 21 kelompok pangan dengan mengeluarkan konsumsi yang kurang dari 15 gram (1 sendok makan) karena dianggap konsumsi terlalu sedikit, studi Hann et al (2001) juga menggunakan metode perhitungan mutu dan keragaman konsumsi pangan pada wanita usia 21-80 tahun di Michigan, Amerika serikat dengan menggunakan metode Healthy Eating Index (HEI) dengan menggunakan biomarker plasma darah. Konsumsi pangan dan asupan zat gizi dibagi menjadi 10 kelompok pangan yaitu grain, sayur-sayuran, buah-buahan, susu, daging, total lemak, lemak jenuh, kolestrol, natrium, dan variasi keragaman yang masing-masing diberi nilai maksimal 10 (Hann et al 2001). Drescher et al (2007) dalam studinya juga mengembangkan sebuah metode perhitungan mutu dan keragaman konsumsi pangan yang disebut dengan Healthy Food Diversity (HFD)-Index yang merupakan penyempurnaan dari Count-Index yang sebelumnya telah digunakan untuk menghitung mutu dan keragaman konsumsi pangan. Rata-rata skor PPH dewasa usia 19-49 tahun disajikan pada tabel 11 berikut.

Tabel 11 Rata-rata skor PPH dewasa usia 19-49 tahun menurut jenis kelamin dan kelompok pangan

Kelompok pangan

Laki –laki Perempuan Laki- laki dan perempuan Skor PPH

mean ± SD (med)

Skor PPH mean ± SD (med)

Skor PPH mean ± SD (med) Padi-padian 20.1 ±5.6 (22.0) 0-25 a 17.8 ± 6.2 (18.3)

0-25 b

18.8 ± 6.0 (20.1) 0-25

Umbi-umbian 0.1± 0.8 (2.1) 0-2.5 a 0.1 ± 0.8 (1.9) 0-2.5 b 0.1 ± 0.8 (2.0) 0-2.5

Pangan hewani 12.8 ± 7.1 (17.4) 0-24

a

12.0 ± 7.3 (15.9) b

0-24

12.4 ± 7.3 (16.6) 0-24 Minyak dan

lemak

0.1 ± 1.1 (1.2) 0-5 a 0.1 ± 1.2 (1.3) 0-5 b 0.1 ± 1.2 (0.1) 0-5

Buah / biji berminyak

0.0 ± 0.3 (1.0) 0-1 a 0.0 ± 0.3 (1.0) 0-1 b 0.0 ± 0.3 (1.0) 0-1

Kacang-kacangan 9.3 ± 2.0 (10.0) 0-10 a 9.3 ± 2.2 (10.0) 0-10 b

9.3 ± 2.2 (10.0) 0-10

Gula 0.2 ± 0.7 (1.0) 0-2.5 a 0.1 ± 0.6 (0.7) 0-2.5 b 0.1 ± 0.7 (0.9) 0-2.5

Sayur dan buah 12.1 ± 11.1 (11.7)0-30 a

12.3 ± 11.0 (11.5) 0-30 b

12.2 ± 11.1 (11.6) 0-30

Lainnya 0.0 ± 0.0 (0.0) 0-0 a 0.0 ± 0.0 (0.0) 0-0 b 0.0 ± 0.0 (0) 0-0

Total 54.6 ± 9.5 (10.0) 10-100 a

51.7 ± 9.1 (10.0) 10-100 b

53.1 ± 9.3 (10.0) 10-100 Keterangan: Tanda a,b adalah hasil uji beda statistik. Tanda yang berbeda antar kolom menunjukkan hasil uji beda signifikan menurut jenis kelamin.

(38)

22

9.2. Rata-rata skor PPH tertinggi terdapat pada kelompok pangan padi-padian (18.5±6.0) dan skor PPH namun masih belum mencapai skor maksimal. Skor PPH terkecil terdapat pada kelompok pangan buah dan biji berminyak (0.0±0.3), gula (0.1±1.7) dan minyak/lemak (0.1±1.2). Rendahnya skor PPH pada kelompok pangan gula dan minyak dan lemak akan under estimate. Hal ini disebabkan sebagian gula dan minyak/lemak yang dikonsumsi individu dalam bentuk makanan jadi pada penelitian ini tidak diperhitungkan dalam kelompok gula dan minyak/lemak. Oleh karena itu, salah satu cara meningkatkan validitas skor PPH menggunakan data konsumsi pangan yang telah diolah/dimasak adalah dengan menyempurnakan kelompok pangan tanpa kelompok gula, minyak dan lemak. Rendahnya skor PPH pada dewasa usia 19-29 tahun menunjukkan bahwa konsumsi pada dewasa usia 19-29 tahun belum beragam yang ditandai dengan masih jauhnya nilai skor PPH terhadap skor ideal (100) (Baliwati 2001).

Skor PPH dewasa tersebut juga masih rendah jika dibandingkan dengan studi yang dilakukan pada populasi perdesaan dan perkotaan di Guangxi, China yang memiliki nilai skor PPH diatas 70 (Zhang et al 2008). Skor PPH di China meningkat diatas 10 poin di perdesaan dan tidak terjadi perubahan pada perkotaan. Skor PPH pada kelompok pangan hewani memiliki skor tinggi, hal yang sama juga terdapat perdesaan. Diperlukan pelaksanaan program untuk meningkatkan skor PPH seperti yang tercantum pada Perpres no 22 tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP). Rata-rata skor PPH dewasa usia 19-29 tahun disajikan pada tabel 12 berikut.

Tabel 12 Rata-rata skor PPH dewasa usia 19-29 tahun menurut jenis kelamin dan kelompok pangan

Kelompok pangan

Laki –laki Perempuan Laki- laki dan perempuan Skor PPH Padi-padian 19.3±5.7(20.6)

1.0-25.0a

17.8±6.1(18.2) 0.8-25.0b

18.5±6.0(19.5) 0.8-25.0 Umbi-umbian 0.1±0.8(2.0)

0.1-2.5 a

0.2±0.8(2.1) 0.1-2.5 b

0.1±0.8(2.0) 0.1-2.5 Pangan hewani 12.4±7.2(16.4)

0.2-24.0 a

12.3±7.3(16.0) 0.5-24.0 b

12.4±7.2(16.2) 0.2-24.0 Minyak dan lemak 0.0±1.2(1.1)

0.2-5.0 a Kacang-kacangan 8.8±2.2(10.0)

0.3-10.0 a Sayur dan buah 10.9±11.0(10.0)

0.0-30.0 a

11.6±11.0(10.7) 0.1-30.0 b

11.3±11.0(10.3) 0.0-26.5

Lainnya 0.0±0.0(0.0)

0.0-0.0 a

0.0±0.0(0.0) 0.0-0.0 b

0.0±0.0(0.0) 0.0-0.0

Total 51.8±9.3(10.0)

(39)

23 Berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin rata-rata total Skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada dewasa laki-laki usia 30-49 tahun sebesar 54.1±9.4, sedangkan rata-rata total Skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada dewasa perempuan usia 30-49 tahun memiliki rata-rata skor PPH yang lebih rendah yaitu sebesar 52.3± 18.9. Rata-rata total Skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada dewasa usia 30-49 tahun sebesar 54.1±9.4 (Tabel 13). Rata-rata skor PPH tertinggi terdapat pada kelompok pangan padi-padian (19.1±6.0) dan skor PPH namun masih belum mencapai skor maksimal. Skor PPH terkecil terdapat pada kelompok pangan buah dan biji berminyak (0.0±0.3). Rendahnya rata-rata skor PPH ini menunjukkan bahwa konsumsi dewasa usia 30-49 tahun masih belum beragam, hal ini menurut Baliwati (2001) ditandai dengan masih jauhnya skor PPH dari skor ideal (100). Tabel 13 Rata-rata skor PPH dewasa usia 30-49 tahun menurut jenis kelamin dan

kelompok pangan

Kelompok pangan

Laki –laki Perempuan Laki- laki dan perempuan Skor PPH Padi-padian 20.5±5.5(23.0)

1.0-25.0a

17.8±6.2(18.3) 1.8-25.0b

19.1±6.0(20.5) 1.0-25.0 Umbi-umbian 0.1±0.8(2.1)

0.1-2.5 a

0.1±0.8(1.9) 0.1-2.5 b

0.1±0.8(1.9) 0.1-2.5 Pangan hewani 13.0±7.1(18.0)

0.2-24.0 a

11.8±7.4(15.8) 0.5-24.0 b

12.4±7.3(16.9) 0.4-24.0 Minyak dan lemak 0.1±1.1(1.3)

0.2-5.0 a Kacang-kacangan 9.6±2.0(10.0)

0.3-10.0 a Sayur dan buah 12.7±11.2(12.5)

0.0-30.0 a

12.8±11.0(12.0) 0.1-30.0 b

12.7±11.1(12.2) 0.0-30.0

Lainnya 0.0±0.0(0.0)

0.0-0.0 a

0.0±0.0(0.0) 0.0-0.0 b

0.0±0.0(0.0) 0.0-0.0

Total 56.1±9.6(10.0)

10.0-100.0 a menunjukkan hasil uji beda signifikan menurut jenis kelamin

Hubungan antara Tingkat kecukupan Zat Gizi dengan Skor PPH dan MGP

(40)

24

correlation coefficient. Besarnya nilai koefisien yang cenderung meningkat pada MGP14 juga sesuai dengan studi Arimond et al (2010) yang menunjukkan bahwa nilai mutu gizi konsumsi pangan akan semakin meningkat jika semakin banyak kelompok pangan atau zat gizi yang diuraikan. Nilai korelasi tingkat kecukupan zat gizi dengan MGP yang dilakukan memiliki nilai yang lebih tinggi jika dibandingkan studi Drescher et al (2007) yang memiliki nilai korelasi sebesar 0.049-0.644. Hubungan yang bernilai positif dan signifikan (p<0.05) ditunjukkan pada keseluruhan untuk semua antara tingkat kecukupan zat gizi dengan skor PPH dan mutu gizi konsumsi pangan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kecukupan maka skor PPH dan mutu gizi konsumsi pangan semakin meningkat. Tingkat kecukupan energi memiliki hubungan korelasi yang lebih kuat terhadap skor PPH dan MGP dibandingkan dengan tingkat kecukupan zat gizi yang lain kecuali tingkat kecukupan protein terhadap MGP14. Hasil uji korelasi Rank Spearman hubungan antara tingkat kecukupan zat gizi dengan skor PPH dan mutu gizi pangan disajikan pada tabel 14.

Tabel 14 Uji korelasi Spearman hubungan skor PPH dan mutu gizi pangan dengan tingkat kecukupan gizi

Variabel Skorpph r MGP4 r MGP10 r MGP14 r

PPH 1.000 0.673 0.721 0.650

TKE 0.675 0.930 0.772 0.726

TKP 0.454 0.792 0.687 0.827

TKL 0.613 0.734 0.664 0.601

TKK 0.498 0.825 0.619 0.659

TKA 0.327 0.346 0.460 0.385

TKVA 0.310 0.219 0.548 0.461

TKTI 0.423 0.385 0.541 0.472

TKAF 0.497 0.387 0.676 0.609

TKSK 0.288 0.296 0.458 0.448

TKVC 0.338 0.166 0.464 0.396

TKKA 0.301 0.531 0.486 0.711

TKFO 0.315 0.562 0.502 0.699

TKFE 0.231 0.441 0.419 0.630

TKZN 0.592 0.679 0.739 0.700

nilai koefisien korelasi ( nilai p<0.05)

TK = Tingkat Kecukupan, berikutnya zat gizi ( E= Energi, P= Protein, L= Lemak, K= Karbohidrat, A= Air, VA= Vitamin A, TI= B1, AF= B9, SK= B12, VC= Vitamin C, KA= Kalsium, FO= Fosfor, FE= Besi, ZN= Zink)

(41)

25 pada kategori sangat kurang, sebesar 42.9% berada pada kategori kurang, sebesar 38.0% berada pada kategori cukup dan sebesar 14.7% berada pada kategori baik untuk kategori skor PPH dan MGP14. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar dewasa usia 19-49 tahun memiliki skor PPH dan MGP sangat kurang pada MGP10 dan MGP14, pada MGP4 persentase terbesar pada kategori baik.

Tabel 15 Sebaran dewasa usia 19-49 tahun menurut kategori mutu gizi konsumsi pangan dan pola pangan harapan

Kategori MGP

PPH Sangat

kurang Kurang Cukup Baik Total

n % n % n % n % n %

MGP4

Sangat kurang 23699 55.0 3635 19.6 471 4.2 6 0.2 27811 36.5 Kurang 10946 25.4 5638 30.4 2274 20.4 218 6.3 19076 25.0 Cukup 6204 14.4 5894 31.8 3827 34.3 881 25.3 16806 22.0 Baik 2244 5.2 3389 18.3 4586 41.1 2382 68.3 12601 16.5 Total 43093 100.0 18556 100.0 11158 100.0 3487 100.0 76294 100.0 MGP10

Sangat kurang 35044 81.3 8151 43.9 2145 19.2 154 4.4 45494 59.6 Kurang 7219 16.8 8079 43.5 5284 47.4 1206 34.6 21788 28.6 Cukup 814 1.9 2241 12.1 3362 30.1 1742 50.0 8159 10.7 Baik 16 0.0 85 0.5 367 3.3 385 11.0 853 1.1 Total 43093 100.0 18556 100.0 11158 100.0 3487 100.0 76294 100.0 MGP14

Sangat kurang 30052 69.7 6604 35.6 1828 16.4 146 4.2 38630 50.6 Kurang 10802 25.1 7960 42.9 4521 40.5 971 27.8 24254 31.8 Cukup 2199 5.1 3799 20.5 4238 38.0 1856 53.2 12092 15.8 Baik 40 0.1 193 1.0 571 5.1 514 14.7 1318 1.7 Total 43093 100.0 18556 100.0 11158 100.0 3487 100.0 76294 100.0

Faktor yang Mempengaruhi Mutu Gizi Konsumsi Pangan

Terdapat beberapa faktor yang berhubungan signifikan dengan mutu gizi konsumsi pangan. Faktor-faktor tersebut adalah pola pangan harapan (X1),jenis

kelamin (X2), kelompok umur (X3), pendidikan 1 (X4), pendidikan 2 (X5), pekerjaan

(1) (X6), pekerjaan (2) (X7), status ekonomi 1 (X8), status ekonomi 2 (X9), dan

daerah (X10). Berdasarkan hasil uji logistic regression untuk mutu gizi konsumsi

pangan 14 zat gizi diperoleh nilai R sebesar 0.227 (Tabel 16) yang menunjukkan bahwa sebesar 22.7% probabilitas mutu gizi konsumsi pangan > 70 dapat dijelaskan oleh model.

Persamaan logistic regression MGP 14 :

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran mutu gizi pangan dan skor Pola Pangan Harapan
Gambar 2 Alur memperoleh jumlah sampel yang digunakan
Tabel 1 Sumber dan cara pengumpulan data Riskesdas 2010
Tabel 3 Perhitungan kebutuhan energi  menurut usia dan  jenis kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Uji beda-t (independent samples t-test) digunakan untuk menganalisis perbandingan antar peubah pada penelitian ini yaitu konsumsi pangan, asupan dan tingkat

Usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, pendikan orang tua, dan pekerjaan orang tua serta status ekonomi mempengaruhi asupan zat gizi individu, dapat dilihat dari

Tabel 7 menunjukkan bahwa proporsi sampel menurut mutu gizi konsumsi pangan berdasarkan sepuluh zat gizi dengan kategori sangat rendah lebih banyak terjadi pada

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk me - nilai konsumsi pangan, mutu gizi konsumsi pangan dan skor pola pangan harapan (PPH) pada anak usia 2—6 tahun di

Tabel 7 menunjukkan bahwa proporsi sampel menurut mutu gizi konsumsi pangan berdasarkan sepuluh zat gizi dengan kategori sangat rendah lebih banyak terjadi pada

Penelitian ini bertujuan untuk menilai konsumsi pangan, asupan gizi, mutu gizi konsumsi pangan (MGP), skor pola pangan harapan (PPH), dan korelasi antara skor PPH dan

Tabel 7 menunjukkan bahwa proporsi sampel menurut mutu gizi konsumsi pangan berdasarkan sepuluh zat gizi dengan kategori sangat rendah lebih banyak terjadi pada

tetapi, konsumsi kelompok pangan padi-padian (beras) pada tingkat rumah tangga masih kurang. Hal ini disebabkan masih kurangnya akses penduduk terhadap pangan seperti daya beli