• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Ceratophyllum demersum L. sebagai Fitoremediator di Media Budidaya Ikan Gurame Osphronemus goramy Lac. dalam Wadah Terkontrol

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Ceratophyllum demersum L. sebagai Fitoremediator di Media Budidaya Ikan Gurame Osphronemus goramy Lac. dalam Wadah Terkontrol"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN

Ceratophyllum demersum

L.

SEBAGAI FITOREMEDIATOR

DI MEDIA BUDIDAYA IKAN GURAME

Osphronemus goramy

Lac.

DALAM WADAH TERKONROL

ISNENDI AGUSTIAN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pemanfaatan Ceratophyllum

demersum L. sebagai Fitoremediator di Media Budidaya Ikan Gurame

Osphronemus goramy Lac. dalam Wadah Terkontrol” adalah benar karya saya

dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2013

Isnendi Agustian

(4)

ABSTRAK

ISNENDI AGUSTIAN. Pemanfaatan Ceratophyllum demersum L. sebagai Fitoremediator di Media Budidaya Ikan Gurame Osphronemus goramy Lac. dalam Wadah Terkontrol. Dibimbing oleh YUNI PUJI HASTUTI dan HARTON ARFAH.

Ikan gurame Osphronemus goramy Lac. merupakan salah satu jenis ikan konsumsi yang memiliki nilai ekonomis tinggi, tetapi hasil produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar. Upaya perlu dilakukan untuk meningkatkan produksi benih ikan gurame dengan pembenihan di wadah terkontrol melalui fitoremediasi menggunakan tanaman air Ceratophyllum

demersum L.. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis peran C. demersum L.

terhadap kualitas air dan kelangsungan hidup benih ikan gurame. Benih gurame berukuran panjang rata-rata 1,69±0,15 cm dengan padat penebaran 6 ekor/l dipelihara selama 30 hari pada akuarium berukuran 80x40x40 cm yang diisi air sebanyak 64 liter dengan perlakuan pemberian C. demersum L. sebanyak 100 g, 200 g, dan 300 g serta kontrol yang tanpa menggunakan tanaman tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa C. demersum L. memberikan pengaruh terhadap kualitas air (nilai DO hingga 8 mg/l; nitrat hingga 0,1 mg/l), tingkat kelangsungan hidup hingga 97,39 %, dan pertumbuhan panjang hingga 1,34 kali lipat dari panjang awal.

Kata kunci: Ceratophyllum demersum L., fitoremediasi, Osphronemus goramy

Lac.

ABSTRACT

ISNENDI AGUSTIAN. Utilization of Ceratophyllum demersum L. as Fitoremediator of Giant Gourami Osphronemus goramy Lac. Cultured Media in a Controlled Vessel. Supervised by YUNI PUJI HASTUTI and HARTON ARFAH.

Giant gourami Osphronemus goramy Lac. is one of the fish for food that has high economic value, but its production is not met with the market demand yet. The effort is needed to be done in order to increase production of giant gourami fry by the controlled vessel hatchery on phytoremediation system using water plant Ceratophyllum demersum L.. This study was analyzed determine the effect of C. demersum L. on water quality and survival rate. Fry was mean initial body length 1,69±0,15 cm with stock density 6 fish/l and were reared for 30 days in the aquarium 80x40x40 cm with provision of treatment C. demersum L. of 100 g, 200 g, and 300 g. Control was performed without the use of these plants. The results showed that the water quality (DO up to 8 mg/l; nitrate up to 0.1 mg/l), survival rate up to 97,39 %, and the mean body length was 1,34 times faster compared to mean initial body length on fry maintenance were affected by C.

demersum L..

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

ISNENDI AGUSTIAN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

PEMANFAATAN

Ceratophyllum demersum

L.

SEBAGAI FITOREMEDIATOR

DI MEDIA BUDIDAYA IKAN GURAME

Osphronemus goramy

Lac.

(6)
(7)

Judul Skripsi : Pemanfaatan Ceratophyllum demersum L. sebagai Fitoremediator di Media Budidaya Ikan Gurame Osphronemus goramy Lac. dalam Wadah Terkontrol

Nama : Isnendi Agustian

NIM : C14090060

Disetujui oleh

Yuni Puji Hastuti, SPi, MSi Pembimbing I

Ir Harton Arfah, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Sukenda, MSc Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pemanfaatan

Ceratophyllum demersum L. sebagai Fitoremediator di Media Budidaya Ikan

Gurame Osphronemus goramy Lac. dalam Wadah Terkontrol". Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Yuni Puji Hastuti, M.Si. dan Bapak Ir. Harton Arfah, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan selama pengerjaan penelitian ini.

2. Bapak Dr. Ir. Sukenda, M.Sc. selaku ketua departemen budidaya perairan yang telah banyak memberikan masukan, semangat, dan motivasi.

3. Bapak Luqman selaku staf pemasaran di kelompok tani Mina Makmur dalam penyediaan benih ikan gurame

4. Keluarga saya terutama Ayah Abdul Latief dan Ibu Sri Endang, kakak dan adik (Syaeful Ramdhani dan Winda Hidayati), serta keluarga besar yang telah banyak memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

5. Teman dan sebagai saudara seperjuangan di BDP 46 yang telah banyak memberikan kisah-kisah dan pengalaman yang tidak pernah aku dapat selama hidup ini.

6. Teman-teman terbaik di Ikatan Kekeluargaan Cirebon atas motivasi dan saran-sarannya, serta yang terkasih Cahya Lestari yang selalu memberikan semangat, perhatian, bantuan, dan saran.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

METODE ... 2

Rancangan Percobaan ... 2

Prosedur Penelitian ... 3

Parameter Penelitian ... 4

Pengolahan dan Analisis Data ... 5

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 6

Hasil ... 6

Pembahasan ... 12

KESIMPULAN DAN SARAN ... 15

Kesimpulan ... 15

Saran ... 15

DAFTAR PUSTAKA ... 15

LAMPIRAN ... 18

(10)

DAFTAR TABEL

1 Alat dan metode pengukuran kualitas air ... 4

2 Kelimpahan Bakteri Penghasil Senyawa Amonium dan Nitrit ... 10

DAFTAR GAMBAR

1 Nilai rata-rata DO selama penelitian fitoremediator pada pemeliharaan ikan gurame ... 6

2 Nilai rata-rata suhu selama penelitian fitoremediator pada pemeliharaan ikan gurame ... 6

3 nilai rata-rata pH selama penelitian fitoremediaotr pada pemeliharaan ikan gurame ... 7

4 Nilai rata-rata amonia selama penelitian fitoremediator pada pemeliharaan ikan gurame ... 7

5 Nilai rata-rata nitrit selama penelitian fitoremediator pada pemeliharaan ikan gurame ... 8

6 Nilai rata-rata nitrat selama penelitian fitoremediator pada pemeliharaan ikan gurame ... 8

7 Nilai rata-rata fosfat selama penelitian fitoremediator pada pemeliharaan ikan gurame ... 9

8 Nilai rata-rata kekeruhan selama penelitian fitoremediator pada pemeliharaan ikan gurame ... 9

9 Nilai rata-rata TOM selama penelitian fitoremediator pada pemeliharaan ikan gurame ... 10

10 Nilai rata-rata tingkat kelangsungan hidup ikan gurame ... 11

11 Panjang rata-rata ikan gurame ... 11

DAFTAR LAMPIRAN

1 Gambar tanaman Ceratophyllum demersum ... 18

2 Desain wadah pemeliharaan selama penelitian ... 18

3 Analisis ANOVA ... 19

4 Hasil analisis statistik kualitas air ... 20

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan gurame Osphronemus goramy Lac. merupakan salah satu komoditas air tawar yang bernilai ekonomis penting dan harganya di pasar cukup tinggi baik benih maupun ukuran konsumsi sehingga budidaya ikan ini dapat menjadi prospek usaha yang menjanjikan. Berdasarkan data KKP (2013) produksi gurame pada tahun 2011 mencapai 64.254 ton dan meningkat pada tahun 2012 sebesar 69.500 ton dengan kenaikan rata-rata sebesar 8,16%. Produksi ikan gurame tiap tahunnya mengalami peningkatan tetapi ketersediaan benih yang tidak selalu ada sehingga belum dapat memenuhi kebutuhan pasar. Menurut KKP (2013) produksi benih gurame tahun 2011 sebesar 1.164.538 ton dan menurun pada tahun 2012 sebesar 261.799 ton. Produksi benih ikan gurame yang rendah karena dilakukan belum intensif selama ini sehingga rendahnya tingkat kelangsungan hidup pada awal pemeliharaan. Khairuman & Amri (2008) menjelaskan persentase kematian pemeliharaan benih gurame dengan cara tradisional mencapai 50-70 %. Kematian tersebut diduga adanya pembentukan alat pernafasan tambahan berupa labirin yang mulai terjadi pada umur 18-24 hari dan modifikasi sirip ventral berupa filamen pada umur 27 hari (BSN 2000).

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi gurame antara lain melalui pendekatan lingkungan. Nirmala & Rasmawan (2010) menyatakan pemeliharaan gurame pada media bersalinitas dan paparan listrik efektif meningkatkan kinerja pertumbuhan benih ukuran 6-8 cm dengan tingkat kelangsungan hidup yang tidak berbeda nyata antarperlakuan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan tanaman air dalam media pemeliharaan gurame. Penggunaan tanaman sangat efektif dalam menyerap dan mengakumulasi berbagai macam komponen yang bersifat toksik yang dievaluasi dalam fitoremediasi pada suatu tanah atau perairan terkena polutan (Liao & Chang 2004). Sehingga dapat menciptakan kondisi yang optimal bagi ikan karena kondisi kualitas air yang baik dapat menekan peningkatan perkembangan bakteri patogen dalam suatu wadah budidaya. Pemanfaatan menggunakan tanaman air disebut juga dengan metode fitoremediasi.

Fitoremediasi adalah penggunaan tanaman untuk menghilangkan polutan dari tanaman atau perairan yang terkontaminasi (Wibowo 2012). Purwaningsih et al. (2008) menambahkan bahwa fitoremediasi merupakan penggunaan tumbuhan untuk menghilangkan, memindahkan, menyetabilkan, dan menghancurkan bahan pencemar baik itu senyawa organik maupun anorganik. Penggunaaan tanaman untuk memulihkan lahan dan atau air yang tercemar senyawa organik dan anorganik dengan fitoremediasi sudah terbukti efektif. Keunggulan metode ini dibandingkan dengan teknologi pengolahan limbah yang lain adalah karena prosesnya yang alami, adanya hubungan yang sinergi antara tanaman, mikroorganisme dan lingkungan atau habitat hidup, serta tidak diperlukan teknologi tinggi. Kelebihan tersebut menyebabkan biaya operasi proses fitoremediasi relatif lebih rendah dibandingkan dengan metode lain (Purwaningsih 2009).

(12)

2

Mendong (Iris sibirica), Teratai (Nimphoea firacrost), Kiambang (Spirodella

polyrrhiza), dan Hidrilla (Hydrilla verticillata) dapat meningkatkan kualitas

limbah rumah tangga baik fisika, kimia maupun biologi (Yusuf 2008); kepadatan

Azolla sp. dapat memberikan pengaruh nyata pada pH, laju pertumbuhan harian,

pertambahan bobot mutlak, dan tingkat kelangsungan hidup pada benih ikan lele dumbo (Sitompul et al. 2012); dan eceng gondok (Eichornia crassipes) memiliki laju remediasi 4,59 kali lebih cepat dibandingkan konsentrasi awal pada limbah orto-klorofenol (Purwaningsih 2009).

Penelitian ini menggunakan tanaman Ceratophyllum demersum L. karena biasa digunakan pada pengontrol lingkungan yang dapat tumbuh di cahaya yang rendah. Tanaman C. demersum L. tidak memiliki akar, semua nutrien diambil dari semua area yang ditempati pada suatu perairan sepenuhnya menggunakan tunas. Tanaman ini juga bisa sebagai tanaman air berjenis makropita yang sensitif pada logam berat (Thomas et al. 2013). Selain itu, C. demersum L. memiliki senyawa allelopathic sehingga dapat menghambat pertumbuhan fitoplankton (Gross et al. 2003). Tanaman ini juga sebagai agen fitoremediasi yang potensial karena dapat mengurangi dengan cepat limbah di perairan berupa logam berat seperti Cu, Zn, Cd, dan Pb (Ostroumov & Shestakova 2009). Tanaman C. demersum L. dapat meningkatkan nilai pH, DO, dan persentase nilai tingkat jenuh oksigen tetapi parameter lain seperti kekeruhan, salinitas, daya hantar listrik, kesadahan, kalsium, magnesium, nitrogen, dan fosfor dalam bentuk fosfat mengalami penurunan yang signifikan dari daya serap nutrien C. demersum L. dalam fitoremediasi (Kanungo & Patel 2010). Sementara itu, Izzati et al. (2008) menyatakan bahwa tumbuhan air

C. demersum L. memiliki kemampuan menyuplai oksigen yang tinggi.

Selanjutnya tanaman C. demersum L. dapat menurunkan kadar amonia pada konsentrasi 300 ppm dan 500 ppm masing-masing sebesar 44, 91 % dan 45,98 % (Andrianto & Jati 2009). Berikut gambar dari tanaman C. demersum L. dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis peran tanaman C. demersum L. sebagai fitoremediator terhadap kualitas air dan kelangsungan hidup benih ikan gurame O. goramy Lac.. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kelangsungan hidup ikan gurame ukuran 2-4 cm.

METODE

Rancangan Percobaan

Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas empat perlakuan dan masing-masing empat ulangan serta satu kontrol. Perlakuan terdiri atas :

(13)

3 tanaman air Ceratophyllum demersum L. diperoleh dari Waduk Cirata sebanyak 700 g untuk semua perlakuan.

Persiapan wadah

Wadah pemeliharaan ikan gurame berupa akuarium ukuran 80x40x40 cm sebanyak 12 buah dengan volume air 64 liter. Sedangkan wadah pemeliharaan tanaman terbuat dari akuarium berukuran 100x50x30 cm sebanyak 3 buah dengan volume air 100 liter yang dilengkapi dengan pipa PVC dan pompa air. Tanaman yang berada di wadah pemeliharaan dibiarkan terapung sesuai dengan habitat aslinya di alam. Wadah pemeliharaan ikan gurame disusun secara paralel sebanyak 3 buah sesuai perlakuan. Kemudian air dari akuarium pemeliharaan dikeluarkan melalui selongsong dan dialirkan melalui saluran yang masuk ke wadah pemeliharaan tanaman sebagai filter. Selanjutnya air tersebut dialirkan kembali dengan pompa ke akuarium pemeliharaan dengan debit aliran diatur sesuai yang diinginkan (Lampiran 2).

Pemeliharaan benih ikan gurame dan tanaman air

Masa pemeliharaan ikan dan tanaman berlangsung selama 30 hari. Wadah pemeliharaan gurame selama penelitian tidak dilakukan penyifonan agar efektivitas kerja dari perlakuan dengan tanaman C. demersum L. dapat berjalan dengan baik.

Pengelolaan Kualitas Air

Kualitas air perlu diperhatikan selama pemeliharaan untuk menjaga kualitas air media percobaan. Oleh karena itu, pengelolaan kualitas air dilakukan dengan cara mengukur DO, suhu, dan pH setiap hari untuk mengontrol kondisi kualitas air, sedangkan untuk pengukuran amonia, nitrit, dan nitrat dilakukan secara gradual setiap tiga kali sehari dan seminggu sekali. Titik pengampilan sampel air pada masing-masing wadah pemeliharaan, saluran outlet (di aliran pipa menuju wadah pemeliharaan tanaman), dan wadah tanaman.

Pemberian Pakan

(14)

4

Parameter Pengamatan

Kualitas Air

Pengukuran parameter kualitas air dilakukan dari awal hingga akhir percobaan. Pengukuran DO, suhu, dan pH dilakukan setiap pagi hari pukul 09.00 WIB, sedangkan untuk pengukuran amonia, nitrit, dan nitrat dilakukan setiap 3 hari sekali. Selain itu, pengukuran fosfat, kekeruhan, dan TOM dilakukan pada pertengahan pemeliharaan yaitu pada minggu ke-3 dan ke-4. Alat dan metode yang digunakan untuk mengukur kualitas air disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Alat dan metode pengukuran kualitas air

Parameter Satuan Metode/Alat Waktu Pengukuran

Suhu oC DO-meter Setiap hari

DO mg/l DO-meter Setiap hari

pH - pH-meter Setiap hari

Amonia mg/l Spektrofotometer Setiap 3 hari sekali Nitrit mg/l Spektrofotometer Setiap 3 hari sekali Nitrat mg/l Spektrofotometer Setiap 3 hari sekali Fosfat mg/l Spektrofotometer Seminggu sekali Kekeruhan NTU Turbidimeter Seminggu sekali

TOM mg/l Titrasi Seminggu sekali

Kelimpahan Bakteri Penghasil Senyawa Amonium dan Nitrit

Kelimpahan bakteri di suatu perairan diakibatkan adanya aktivitas dalam perombakan bahan organik, sisa metabolisme, dan sisa pakan dari ikan. Pengukuran kelimpahan bakteri penghasil senyawa amonium dan nitrit dilakukan pada akhir penelitian dan bertujuan untuk mengetahui jumlah bakteri penghasil senyawa amonium dan nitrit di media pemeliharaan gurame berupa air yang diresirkulasi, dan hubungannya dengan konsentrasi amonium serta nitrit yang dihasilkan. Selain itu, untuk membandingkan kelimpahan bakteri penghasil senyawa tersebut dilakukan pada wadah pemeliharaan menggunakan tanaman air

C. demersum L. dengan wadah tanpa menggunakan tanaman air.

Kelimpahan bakteri ini dianalisis dengan menggunakan metode Most

Probable Number (MPN) pada media spesifik. Media dibuat dengan cara

mencampurkan bahan- bahan berupa 0,9 g Na2HPO4, 0,2 g KH2PO4, 0,1 g MgSO4.7H2O, 0,005 g FeCl3. 6H2O, 0,0184 g CaCl2.6H2O, 0,25 g yeast ekstrak, 5 g glukosa, dan 2 g NaCl dengan penambahan 1 g NaNO3 untuk bakteri penghasil nitrit (denitrifying bacteria) dan 5 g pepton untuk bakteri penghasil amonium

(amonifying bacteria) dalam 1 liter akuades.Pengukuran dilakukan dengan cara 1

(15)

5

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup (survival rate, SR) merupakan presentase gurame yang hidup. Nilai kelangsungan hidup kepiting dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Effendie 1997) :

Keterangan :

SR = tingkat kelangsungan hidup (survival rate) (%) Nt = jumlah individu pada akhir perlakuan (ekor) No = jumlah individu pada awal perlakuan (ekor)

Pertumbuhan Panjang Harian

Pertumbuhan panjang mutlak ikan gurame dilakukan pada saat awal pemeliharaan dan saat sampling. Sampel ikan yang digunakan sebanyak 30 ekor ekor pada masing-masing akurium. Pengukuran dilakukan dengan mengukura panjang total ikan mulai dari ujung mulut hingga ujung pangkal ekor dengan menggunakan penggaris kemudian dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Effendie 1997) :

Keterangan : Pm = Pertumbuhan panjang mutlak (cm) Lt = Panjang rata-rata akhir (cm) Lo = Panjang rata-rata awal (cm)

Pengolahan dan Analisis Data

Data dianalisis menggunakan Microsoft Excel 2010 dan SPSS 17.0. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel, grafik atau gambar. Data yang dianalisis meliputi:

1)Analisis ragam (Anova) dengan uji F pada selang kepercayaan 95%. Analisis ini digunakan untuk menentukan apakah perlakuan berpengaruh nyata terhadap parameter yang diamati seperti kualitas air (DO, suhu, pH, amonia, nitrit, dan nitrat), tingkat kelangsungan hidup, dan pertumbuhan panjang harian. Apabila berpengaruh nyata, maka dilakukan uji lanjut Duncan untuk menentukan perbedaan antar perlakuan.

2) Analisis deskripsi kuantitatif digunakan untuk menjelaskan parameter kualitas air (fosfat, kekeruhan, dan TOM) dan kelimpahan bakteri penghasil amonium dan nitrit.

(16)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kualitas Air

Selama pemeliharaan dilakukan pengukuran kualitas air tiap minggu yang dilakukan selama enam minggu. Kualitas air yang diukur meliputi DO, pH, suhu, amonia, nitrit, nitrat, fosfat, kekeruhan, dan TOM.

 DO

DO merupakan paramaeter fisik yang penting bagi organisme di perairan. Berikut nilai DO yang diperoleh selama penelitian (Gambar 1).

Gambar 1 Nilai rata-rata DO selama penelitian fitoremediator pada pemeliharaan ikan gurame

Berdasarkan Gambar 1 menunjukkan bahwa nilai DO tertinggi pada perlakuan A (C. demersum L. dengan bobot 100 g) sebesar 7,39 mg/l. sedangkan terendah pada perlakuan K (tanpa C.demersum L.) sebesar 4,43 mg/l.

 Suhu

Nilai rata-rata suhu selama penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.

(17)

7 Gambar 2 menunjukkan bahwa nilai rata-rata suhu tertinggi pada perlakuan K sebesar 29,07 ◦C sedangkan terendah pada perlakuan C (C.demersum

L. 300 g) sebesar 26,91 ◦C.

 pH

pH merupakan salah satu parameter yang diukur dalam penelitian ini. nilai rata-rata pH dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 nilai rata-rata pH selama penelitian fitoremediator pada pemeliharaan ikan gurame

Gambar 3 menyatakan bahwa nilai rata-rata pH tertinggi pada perlakuan B

(C. demersum dengan bobot 200 g) sebesar 7,79 sedangkan terendah pada

perlakuan K sebesar 6,21.

 Amonia

Selama penelitian dilakukan pengukuran amonia. Berikut nilai rata-rata amonia yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Nilai rata-rata Amonia selama penelitian fitoremediator pada pemeliharaan ikan gurame

Gambar 4 menyatakan bahwa nilai rata-rata Amonia tertinggi pada perlakuan K sebesar 0,0272 mg/l dan terendah pada perlakuan C (C.demersum L. dengan bobot 300 g) sebesar 0,0012 mg/l.

(18)

8

Selama penelitian dilakukan juga pengukuran nitrit. Nilai rata-rata nitrit pada pemeliharaan gurame dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Nilai rata-rata nitrit selama penelitian fitoremediator pada pemeliharaan ikan gurame

Gambar 5 menunjukkan bahwa nilai rata-rata nitrit tertinggi pada perlakuan B (C.demersum L. dengan bobot 200 g) sebesar 1,271 mg/l sedangkan nilai rata-rata nitrit terendah pada perlakuan C (C.demersum L. dengan bobot 300 g) sebesar 0,05 mg/l.

 Nitrat

Nitrat merupakan salah satu parameter yang diukur dalam penelitian ini. nilai rata-rata nitrat selama penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Nilai rata-rata nitrat selama penelitian fitoremediator pada pemeliharaan ikan gurame

Gambar 6 menunjukkan bahwa nilai rata-rata nitrat tertinggi pada perlakuan A (C. demersum L. dengan bobot 100 g) sebesar 1,438 mg/l dan terendah pada perlakuan B sebesar 0,18 mg/l.

(19)

9

 Fosfat

Fosfat diukur pada minggu ke-3 dan ke-4. Berikut nilai rata-rata fosfat selama penelitian (Gambar 7).

Gambar 7 Nilai rata-rata fosfat selama penelitian fitoremediator pada pemeliharaan ikan gurame

Gambar 7 menunjukkan bahwa nilai rata-rata fosfat tertinggi ada pada perlakuan A (C.demersum L. dengan bobot 100 g) sebesar 0,65 mg/l sedangkan terendah pada perlakuan B (C. demersum L. dengan bobot 200 g) sebesar 0,23 mg/l.

 Kekeruhan

Kekeruhan juga dilakukan pengukuran pada minggu ke-3 dan ke-4. Berikut nilai rata-rata kekeruhan selama penelitian (Gambar 8).

Gambar 8 Nilai rata-rata kekeruhan selama penelitian fitoremediator pada pemeliharaan ikan gurame

Gambar 8 menunjukkan bahwa nilai rata-rata kekeruhan tertinggi terdapat pada perlakuan K (tanpa C. demersum L.) sebesar 55,3 NTU sedangkan terendah pada perlakuan C (C.demersum L. dengan bobot 300 g) sebesar 2,5 NTU.

 TOM (Total Organik Matter)

TOM merupakan parameter kimia diukur juga pada minggu ke-3 dan ke-4. Nilai rata-rata TOM dapat dilihat pada Gambar 8.

(20)

10

Gambar 9 Nilai rata-rata TOM selama penelitian fitoremediator pada pemeliharaan ikan gurame

Gambar 9 menunjukkan bahwa nilai rata-rata TOM tertinggi terdapat pada perlakuan K (tanpa C.demersum L.) sebesar 17,62 mg/l sedangkan terendah pada perlakuan C (C.demersum L. dengan bobot 300 gr) sebesar 10,07 mg/l.

Kelimpahan Bakteri Penghasil Senyawa Amonium dan Nitrit

Kelimpahan bakteri penghasil senyawa amonium dan nitrit pada wadah pemeliharaan gurame dengan perlakuan tanaman air C.demersum L. dalam sistem resirkulasi dan pada kontrol tanpa tanaman air C. demersum L. dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Kelimpahan Bakteri Penghasil Senyawa Amonium dan Nitrit

Perlakuan

Berdasarkan Tabel 2, kelimpahan bakteri penghasil amonium tertinggi pada perlakuan K (tanpa C. demersum L.) sebesar 1,6 x 105 sel/ml dan terendah pada perlakuan A (C.demersum L. dengan bobot 100 g) sebesar 2,5 x 102 sel/ml. Sedangkan kelimpahan bakteri penghasil nitrit tertinggi terdapat pada perlakuan K (tanpa C.demersum L.) dan B (C.demersum L. dengan bobot 200 g) sebesar 2,4 x 105 sel/ml dan terendah pada perlakuan C (C. demersum L. dengan bobot 300 g) sebesar 2,4 x 105 sel/ml.

Tingkat Kelangsungan Hidup

(21)

11

Gambar 10 Nilai rata-rata tingkat kelangsungan hidup ikan gurame

Tingkat kelangsungan hidup gurame tertinggi terdapat pada perlakuan A (pemeliharaan dengan C.demersum L. 100 g) mencapai 97,39±1,26%, sedangkan perlakuan terendah pada perlakuan K (tanpa C. demersum L.) dengan tingkat kelangsungan hidup 87,28±7,18%.

Pertumbuhan Panjang Mutlak

Panjang rata-rata ikan gurame selama pemeliharaan 30 hari terus meningkat pada masing-masing perlakuan. Nilai pertumbuhan panjang mutlak dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11 Panjang rata-rata ikan gurame

Nilai pertumbuhan panjang mutlak gurame terlihat ada perbedaan. Nilai pertumbuhan panjang gurame tertinggi terdapat pada perlakuan C (C.demersum L. bobot 300 g) 1,34 kali lipat dari panjang awal, sedangkan terendah pada perlakuan K (tanpa C.demersum L.) 1,15 kali lipat dari panjang awal.

(22)

12

Pembahasan

Kualitas air merupakan parameter penting untuk menunjang kehidupan ikan gurame selama penelitian berlangsung. Terdapat perubahan kualitas air akibat dari perlakuan terhadap kandungan oksigen terlarut, suhu, pH, amonia, nitrit, nitrat, fosfat, kekeruhan, dan TOM (Tabel 1). Terjadi penurunan kualitas air pada akhir pemeliharaan. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya bahan buangan hasil metabolisme ikan gurame dan adanya kematian pada tanaman air C.

demersum L. Nilai rata-rata kandungan oksigen terlarut dalam akuarium gurame

selama pemeliharaan berkisar antara 4,43-7,39 mg/l (Gambar 1).

Tanaman air C.demersum L. juga merupakan salah satu penghasil oksigen. Banyak sedikitnya oksigen yang diproduksi dan dikonsumsi oleh tanaman air dipengaruhi oleh kepadatan. Semakin tinggi kepadatan tanaman mengakibatkan produksi oksigen tinggi, namun konsumsi oksigen juga tinggi. Kandungan oksigen membantu dalam proses oksidasi bahan buangan serta pembakaran makanan untuk mengahasilkan energi bagi pertumbuhan benih gurame. Kandungan oksigen terlarut yang didapatkan sampai akhir pemeliharaan masih berada pada kisaran yang baik untuk pertumbuhan benih gurame dengan tingkat kelangsungan hidup di atas 70% (Effendie 1979). Pemanfaatan tanaman C. demersum L. memberikan pengaruh nyata (p<0,05) dibandingkan dengan kontrol terhadap nilai DO dan hasil analisis statistik dapat dilihat pada Lampiran 4.

Suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi di perairan. Menurut Effendi (2003) organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu (batas atas dan bawah) yang sesuai bagi pertumbuhannya. Peningkatan suhu dapat meningkatkan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air serta mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen. Perubahan suhu 3-4 ◦C akan menyebabkan perubahan metabolisme akibat kejutan kejutan suhu, dapat meningkatkan toksisitas kontaminan yang terlarut, menurunkan DO, dan meningkatkan kematian pada ikan. Nilai rata-rata suhu pada pemeliharaan gurame berkisar 26,90-29,07 ◦C (Gambar 2). Penelitian Effendi et al. (2006) pemeliharaan gurame pada sistem resirkulasi, kondisi suhu dijaga pada kisaran 28-29 ◦C. Hal ini menunjukkan pemeliharaan gurame selama penelitian masih berada pada kisaran yang optimal. Kontrol memiliki nilai suhu yang signifikan berbeda dibandingkan antar perlakuan (p<0,05) dan dapat dilihat pada Lampiran 4.

(23)

13 Perlakuan A, B, C, dan K tidak memiliki nilai pH yang berbeda nyata (p>0,05) dan dapat dilihat pada Lampiran 3.

Kandungan amonia selama pemeliharaan berkisar 0,0010-0,0272 mg/l (Gambar 4). Nilai tersebut cenderung menurun diduga pada C. demersum L. mendekomposisi nitrogen menjadi total amonia nitorgen dan amonia juga berasal dari kotoran gurame dan buangan limbah dari tanaman yang terakumulasi dalam air. Namun, pada akhir penelitian cenderung mengalami peningkatan. Meningkatnya amonia dikarenakan semakin meningkatnya bahan buangan metabolisme seiring adanya pertumbuhan dari gurame. Akan tetapi, nilai amonia yang didapat masih dapat ditoleransi benih gurame sehingga pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup benih gurame masih baik. Effendi (2003) menyatakan bahwa tingkat toleransi amonia bagi biota akuatik adalah tidak lebih dari 0,2 mg/l. Perlakuan A, B, C, dan K tidak memiliki nilai amonia yang berbeda nyata (p>0,05) dan dapat dilihat pada Lampiran 3.

Nilai rata-rata nitrit selama pemeliharaan berkisar 0,05-1,33 mg/l (Gambar 5). Nilai tersebut selama penelitian cenderung menurun. Hal ini diduga kinerja bakteri dalam merombak amonia menjadi nitrit dan dirombak lagi menjadi nitrat. Nitrit merupakan senyawa diantara nitrifikasi dan denitrifikasi (Tucker et al. 1983). Sawyer & McCarty (1978) menyatakan bahwa di perairan kadar nitrit jarang melebihi 1 mg/l. Nilai nitrit selama penelitian masih termasuk rendah, sehingga tidak membahayakan ikan yang dipelihara selama penelitian. Perlakuan A, B, C, dan K tidak memiliki nilai nitrit yang berbeda nyata (p>0,05) dan dapat dilihat pada Lampiran 3.

Nilai rata-rata nitrat selama penelitian berkisar 0,18-1,44 mg/l. Perbedaan nilai tersebut diduga adanya aktivitas tanaman air C. demersum L. dalam memanfaatkan nitrat sebagai protein untuk tumbuh. Selain itu, pada akhir pemeliharaan terjadi banyak kematian dari tanaman sehingga dapat dijadikan amonium oleh lingkungan bakteri. Amonium merupakan oksidasi dari bakteri untuk dijadikan nitrit dan selanjutnya menjadi nitrat. Proses tersebut biasa terjadi pada lingkungan perairan tawar. Nitrat berasal dari sumber alam seperti dekomposisi tanaman dan limbah hewan air sama bagusnya dengan manusia untuk pertumbuhan. Konsentrasi nitrat di perairan biasanya kurang dari 1 mg/l. Menurut Boyd (1990) bahwa konsentrasi nitrat yang baik untuk budidaya berkisar 0,1 – 3 mg/l. Nilai nitrat selama penelitian masih dalam kisaran rendah sehingga tidak berbahaya untuk ikan gurame. Perlakuan C dan kontrol berpengaruh nyata (p<0,05) dibandingkan dengan perlakuan A dan B terhadap nilai nitrat. Analisis statistik dapat dilihat pada Lampiran 4.

Selama pemeliharaan gurame dilakukan pengukuran tambahan pada minggu ke-3 dan ke-4. Hal ini dikarenakan terjadi kematian pada tanaman C.

demersum L.. Pengukuran tersebut meliputi fosfat, kekeruhan, dan TOM. Fosfor

dalam jumlah kecil merupakan unsur esensial untuk pertumbuhan tanaman dan reaksi metabolisme di hewan dan tanaman. Nilai rata-rata fosfat selama penelitian berkisar 0,22 – 0,65 mg/l. Menurut Kanungo & Patel (2010) nilai total fosfat dalam perairan yang direkomendasikan kurang dari 1 mg/l. Nilai selama pemeliharaan masih dalam kisaran optimal sehingga tidak dapat membahayakan ikan gurame.

(24)

14

adanya bahan organik yang terkumpul dalam wadah pemeliharaan sehingga dapat mempengaruhi penetrasi cahaya yang masuk ke dalam air dan menurunkan dari proses fotosintesis. Nilai rata-rata kekeruhan pada perlakuan tanaman cenderuh lebih rendah dibandingkan wadah pemeliharaan tanpa C. demersum L. yaitu berkisar 2,5 - 55,3 NTU. Hal ini masih sesuai dengan penelitian Kanungo & Patel (2010), nilai kekeruhan berkisar 6,1-27,4 NTU setelah fitoremediasi dengan C.

demersum L.. Nilai rata-rata TOM pada penelitian ini berkisar 10,07 - 17,62 mg/l.

Nilai tersebut cenderung meningkat pada akhir penelitian. Peningkatan tersebut diduga adanya penumpukkan bahan organik seperti buangan hasil metabolisme seperti feses, urin ikan, dan berbagai limbah lain. Hal ini terlihat dari banyaknya endapan di dasar akuarium.

Pemeliharaan gurame dengan perlakuan tanaman air C. demersum L. dalam wadah terkontrol dengan menggunakan sistem resirkulasi, mengakibatkan adanya bahan organik yang terakumulasi dalam wadah tersebut dan adanya aktivitas mikroorganisme seperti bakteri sehingga terjadi proses biokimia. Proses yang biasa terjadi di perairan seperti nitrifikasi dan denitrifikasi (Hastuti 2010). Proses tersebut dapat mempengaruhi konsentrasi dari senyawa nitrogen seperti amonium dan nitrit. Nilai dari kelimpahan bakteri penghasil nitrit berkisar 2,1 x 104 – 2,4 x 105 sel/ml dan kelimpahan bakteri penghasil amonium berkisar 2,5 x 102– 2,4 x 105 sel/ml (Tabel 2).

Tingkat kelangsungan hidup merupakan nilai persentase jumlah ikan yang hidup pada suatu pemeliharaan dalam kurun waktu tertentu. Pemeliharaan gurame dilakukan selama 30 hari sehingga dapat diketahui tingkat kelangsungan hidup gurame. Nilai yang diperoleh selama pemeliharaan berkisar 87,28 - 97,39 %. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 10 adanya perbedaan tingkat kelangsungan hidup perlakuan dibandingkan dengan kontrol. Nilai tersebut mendekati pernyataan Effendi et al. (2006), kelangsungan hidup dengan padat tebar 6 ekor/l yaitu 99,52 %. Perbedaan ini diduga padat tebar yang tidak sesuai dengan ukuran ikan. Perlakuan pemberian tanaman air C. demersum L. memberi pengaruh nyata (p<0,05) dibandingkan dengan kontrol terhadap nilai kelangsungan hidup gurame dan hasil analisis statistik dapat dilihat pada Lampiran 5.

Ikan gurame tumbuh pada volume wadah yang tetap sehingga memudahkan adanya gesekan, luka, dan stres (Abidin 2009). Selain itu, adanya luka di sekitar tubuh akibat serangan antar sesama ikan. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan ikan gurame termasuk salah satu ikan teritorial yaitu ikan yang melindungi wilayahnya (Sendjaja 2002). Kondisi stres pada ikan gurame ketika penelitian ditandai dengan munculnya warna tubuh yang lebih gelap. Kondisi tersebut dapat menurunkan tingkat nafsu makan gurame sehingga tidak dapat memanfaatkan makanan dan ikan tersebut tidak ada energi untuk bertahan hidup serta mengalami kematian.

(25)

15 Perlakuan pemberian tanaman air C. demersum L. memberi pengaruh nyata (p<0,05) dibandingkan dengan kontrol terhadap pertumbuhan panjang gurame dan analisis statistik dapat dilihat pada Lampiran 5.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penggunaan C. demersum L. sebagai fitoremedator di media budidaya ikan gurame memberikan pengaruh terhadap kualitas air (nilai DO hingga 8 mg/l dan nitrat hingga 0,1 mg/l), tingkat kelangsungan hidup hingga 97,39 %, dan pertumbuhan panjang hingga 1,34 kali lipat dari panjang awal.

Saran

Kajian lebih lanjut perlu dilakukan terhadap C. demersum L. untuk mengetahui kapasitas optimum pada C. demersum L. dalam memanfaatkan limbah organik di perairan dengan menambah jumlah bobot basah sehingga dapat memberikan pengaruh yang lebih terhadap parameter uji yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin Z. 2009. Kinerja produksi benih gurame Osphronemus gouramy Lac. ukuran 8 cm dengan padat penebaran 3, 6, dan 9 ekor/liter pada sistem resirkulasi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Andriyanto G, Jati BW. 2009. Proses penyisihan ammonia dengan menggunakan lumpur aktif dan Ceratophyllum demersum L. serta mikroalga jenis chlorophyta. Semarang (ID): Universitas Diponogoro.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2000. SNI 01-6485.2: Benih ikan gurame

(Osphronemus goramy, Lac) kelas benih sebar. Jakarta (ID): BSN.

Boyd, L. 1982. Water Quality Development Series no 22. International Center for

Aquaculture. Auburn, Alabama (US): Aquaculture Experiment Station.

Boyd CE. 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Alabama (US): Universitas Aubern.

Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Jakarta (ID): Yayasan Pustaka Nusatama. Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air. Jogjakarta (ID): Kanisius.

Effendi I, Bugri HJ, Widanarni. 2006. Pengaruh padat penebaran terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan gurame Osphronemus

gouramy Lac. ukuran 2 cm. Jurnal Akuakultur Indonesia. 5(2): 127-135.

Greenberg AE, Clesceri LS, Eaton AD. 1992. Standard Methods for Examination

of Water and Wastewater, 18 th Edition. Washinggton DC (US): Publication

Office American Public Health Assosiation.

(26)

16

Hilty J. 2013. Coontail. [internet]. [diunduh 15 Juli 2013]. Tersedia pada

www.perbenihan-budidaya.kkp.go.id.

[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2013. Sistem data dan statistik perikanan. [internet]. [diunduh 18 Agustus 2013]. Tersedia pada

www.illinoiswildflowers.info/wetland/wetland_index.htm#coontail.

[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2013. Rekapituasi ketersediaan induk dan produksi benih – air tawar (satuan ekor). [internet]. [diunduh 4 Oktober 2013]. Tersedia pada: www.perbenihan-budidaya.kkp.go.id.

Kanungo VK, Patel DK. 2010. Ecological efficiency of Ceratophyllumdemersum

L. in phytoremediation of nutrients from domestic waste water. The

Ecosean. 4(4): 257-262.

Khairuman SP, Amri K. 2008. Buku Pintar Budi Daya 15 Ikan Konsumsi. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.

Liao SW, Chang WL. 2004. Heavy metal phytoremediation by water hyacinth at constructed wetlands in Taiwan. J. Aquat. Plant Manage. 42: 60-68.

Nirmala K, Rasmawan. 2010. Kinerja pertumbuhan ikan gurame (Osphronemus

goramy Lac.) yang dipelihara pada media bersalinitas dengan paparan

medan listrik. Jurnal Akuakultur Indonesia. 9(1) : 46-55.

Purwaningsih IS, Evelyn, Wanda M, Yusmanelly. 2008. Laju “Uptake” Fenol

oleh Eceng Gondok (Eichornia crassipes) pada Proses Fitoremediasi.

Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia, Teknologi Oleo & Petrokimia Indonesia, ISSN 1907-0500. Pekanbaru (ID): Universitas Riau.

Purwaningsih IS. 2009. Pengaruh penambahan nutrisi terhadap efektivitas fitoremediasi menggunakan tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes) terhadap limbah orto-klorofenol. Jurnal Rekayasa Proses. 3(1).4

Ostroumov SA, Shestakova TV. 2009. Decreasing the measurable concentrations of Cu, Zn, Cd, and Pb in the water of the experimental systems containing

Ceratophyllum demersum: the phytoremediation potential. Dolady

Biological Sciences. 428(2): 444-447.doi: 10.1134/s0012496609050159.

Sawyer CN, McCarty PL. 1978. Chemistry for enviromental engineering. Michigan (US): Universitas Michigan.

Sendjaja JT. 2002. Usaha Pembenihan Gurame. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Sitompul SO, Esti H, Berta P. 2012. Pengaruh kepadatan Azolla sp. yang berbeda

terhadap kualitas air dan pertumbuhan benih ikan lele dumbo (Clarias

gariepinus) pada sistem tanpa ganti air. e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi

Budidaya Perairan. 1(1).issn:2302-3600.

Stickney RR. 1979. Principles of warmwater aquaculture. New York (US): John Wiley & Sons.

Thomas G, Stark HJ, Wellenreuther G, Dickinson BC, Kupper H. 2013. Effects of nanomolat copper on water plants-comparison of bichemical and biophysical mechanisms of deficiency and sublethal toxicity under enviromentally relevant conditions. Aquatic Toxicologi. 140-141: 27-36. Tucker CS, Busch RI, Lloyd SW. 1983. Effect of simazine treatment on channel

catfish production and water quality in ponds. J. Auat. Plant Manage. 21: 7-11.

(27)

17 Yusuf G. 2008. Bioremediasi limbah rumah tangga dengan sistem simulasi

(28)

18

LAMPIRAN

Lampiran 1 Gambar tanaman Ceratophyllum demersum

(29)

19 Lampiran 3 Analisis ANOVA

ANOVA

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

SR Between Groups 205.724 3 68.575 12.788 .002

Within Groups 42.898 8 5.362

Total 248.622 11

Panjang Between Groups .195 3 .065 9.198 .006

Within Groups .057 8 .007

Total .252 11

DO Between Groups 1.770 3 .590 19.135 .001

Within Groups .247 8 .031

Total 2.017 11

Suhu Between Groups .176 3 .059 7.033 .012

Within Groups .067 8 .008

Total .243 11

Ph Between Groups .022 3 .007 2.250 .160

Within Groups .027 8 .003

Total .049 11

Amonia Between Groups .204 3 .068 1.036 .427

Within Groups .526 8 .066

Total .730 11

Nitrit Between Groups .073 3 .024 1.467 .295

Within Groups .133 8 .017

Total .207 11

Nitrat Between Groups .163 3 .054 2.955 .098

Within Groups .147 8 .018

(30)

20

Lampiran 4 Hasil Analisis Statistik Kualitas Air

Nitrat

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

K 3 .6667

C 3 .8667 .8667

B 3 .9333

A 3 .9667

Sig. .108 .411

DO

perlakuan N

Subset for alpha =

0.05

1 2

K 3 5.6333

C 3 6.3667

A 3 6.5667

B 3 6.5667

Sig. 1.000 .218

Suhu

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

C 3 27.3333

A 3 27.4333

B 3 27.4667

K 3 27.6667

(31)

21 Lampiran 5 Hasil Analisis Tingkat Kelangsungan hidup dan Pertumbuhan

panjang harian SR

perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

K 3 87.607813

B 3 96.872817

C 3 97.204630

A 3 97.402227

Sig. 1.000 .795

Panjang

perlakuan N

Subset for alpha =

0.05

1 2

K 3 2.634445

B 3 2.828056

C 3 2.918889

A 3 2.968333

(32)

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cirebon tanggal 16 Agustus 1991 dari Ayah Abdul Latief dan Ibu Sri Endang Martiawati. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pendidikan formal yang dilalui yaitu SMAN 4 Cirebon dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis diterima masuk IPB melalui jalur Ujian Talenta Mandiri IPB (UTMI) pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah magang di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi pada tahun 2011. Tahun 2012 penulis melakukan praktik lapangan akuakultur di PT Surya Windu Kartika Banyuwangi, Jawa Timur komoditas udang vaname. Penulis juga pernah menjadi Asisten mata kuliah Manajemen Kualitas Air semester ganjil tahun ajaran 2011/2012 dan Fisika Kimia Perairan tahun ajaran 2012/2013.

Penulis pernah menjadi anggota Ikatan Kekeluargaan Cirebon periode 2009-2010, pengurus Ikatan Kekeluargaan Cirebon periode 2010-2011 sebagai Kepala Divisi Pengembangan Sumberdaya Mahasiswa, anggota Forum Kekeluargaan Muslim FPIK (FKMC) periode 2010-2011, pengurus FKMC 2011-2012 sebagai Kepala divisi Human Resource and Development (HRD), anggota Himpunan Mahasiswa Akuakultur periode 2010-2011, dan pengurus Himpunan Mahasiswa Akuakultur periode 2011-2012 sebagai Ketua Umum.

Tugas akhir dalam pendidikan tinggi pada jenjang S1 ini diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul “Pemanfaatan Tanaman Air Ceratophyllum

demersum L. sebagai Fitoremediator di Media Budidaya Ikan Gurame

Gambar

Gambar 2 Nilai rata-rata suhu selama penelitian fitoremediator pada pemeliharaan ikan
Gambar 2 menunjukkan bahwa nilai rata-rata suhu tertinggi pada ◦
Gambar 5 Nilai rata-rata nitrit selama penelitian fitoremediator pada pemeliharaan ikan
Gambar 7 Nilai rata-rata fosfat selama penelitian fitoremediator pada pemeliharaan ikan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Emulsi cair merupakan emulsi dengan fase terdispersinya maupun pendispersinnya berupa fase cairan yang tidak saling melarutkan karena kedua fase

Berdasarkan hasil pembahasan rasio profitabilitas dan EPS terhadap harga saham pada 10 perusahaan makanan dan minuman go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) maka dapat ditarik

Bahwa APERNAS sebagai organisasi profesi pengembang tempat berhimpunnya para Pengembang Kecil, yang bemanfaat untuk menjalin hubungan silaturahmi dan membangun jaringan

mengajar pada aspek menjelaskan dan membimbing diskusi kelompok kecil terhadap minat belajar siswa di MTs Aswaja Tunggangri Tulungagung. H 0 : Tidak ada pengaruh

Dumasar kana hasil pedaran dina bab IV, bisa dicindekkeun hal-hal saperti kieu. a) Kamampuh maca sajarah lokal siswa kelas VII-D SMP Kartika XIX-2 Kota Bandungsaméméh

Hence, it shows that the Dato’ Yuthithams have to apply the codified code in deciding the family and inheritance disputes among the Muslims in the Provincial Courts

Kekuasaan tertinggi negara pada saat Abu Bakar memang berada di tangan khalifah, dan waktu itu seorang khalifah adalah juga seorang raja yang sangat kuat, tapi Abu Bakar

Dalam penelitian Yi C R, et al dengan menggunakan tikus yang dibuat sakit diabetes milletus didapatkan hasil bahwa kafein merupakan agonis reseptor ryanodin