• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pengawetan Kayu pada Industri Mebel di Kabupaten Jepara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Pengawetan Kayu pada Industri Mebel di Kabupaten Jepara"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENGAWETAN KAYU PADA INDUSTRI

MEBEL DI KABUPATEN JEPARA

ARIF MUHSIN FADILLAH

DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Pengawetan Kayu pada Industri Mebel di Kabupaten Jepara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

ARIF MUHSIN FADILLAH. Efektivitas Pengawetan Kayu pada Industri Mebel di Kabupaten Jepara. Dibimbing oleh YUSUF SUDO HADI dan MUH YUSRAM MASSIJAYA.

Industri mebel di Kabupaten Jepara menggunakan kayu yang masih berusia muda dan jenis kayu cepat tumbuh karena terbatasnya pasokan kayu dari hutan alam sebagai bahan baku mebel. Pengawetan dilakukan dalam proses produksi untuk mengendalikan serangan organisme perusak kayu seperti rayap yang lebih mudah menyerang kayu usia muda. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas bahan pengawet yang digunakan industri mebel Kabupaten Jepara terhadap serangan rayap tanah (Coptotermes curvignathus). Bahan pengawet yang digunakan berbahan aktif permetrin, klorpirifos, dan larutan hidrogen peroksida. Metode pengawetan yang digunakan adalah metode pelaburan dan rendaman. Metode pengujian rayap skala laboratoris yang digunakan sesuai standar JIS K 1571-2004. Hasil pengujian menunjukkan bahan pengawet yang digunakan sangat efektif untuk meningkatkan keawetan kayu dari serangan rayap tanah Coptotermes curvignathus. Efektivitas ditunjukkan dari rata-rata contoh uji perlakuan pengawetan yang berbeda nyata dengan contoh uji kontrol pada taraf 95% terhadap mortalitas, kehilangan berat, dan tingkat konsumsi rayap. Nilai rata-rata retensi pengawetan kayu di Industri Mebel Kabupaten Jepara sebesar 4.69 kg/m3 masih dibawah standar SNI 03-5010.1-1999 yaitu minimal sebesar 8 kg/m3 untuk penggunaan bawah atap dan 11 kg/m3 untuk penggunaan tanpa atap.

(5)

ABSTRACT

ARIF MUHSIN FADILLAH. Effectiveness of Wood Preservation in Furniture Industry in Jepara Regency. Supervised by YUSUF SUDO HADI and MUH YUSRAM MASSIJAYA.

Furniture industry in Jepara Regency using juvenile wood and fast-growing timber species as raw material because of the limited supply from natural forest. Preservation is applied in the production process to protect from wood destroying organism attacks like termites that are easier to attack juvenile wood. The objective of this research was to determine the effectiveness of preservative that applied in furniture industry Jepara Regency against subterranean termites (Coptotermes curvignathus) attacks. The preservative contain active permethrin, chlorpyrifos, and a solution of hydrogen peroxide. Preservation methods used were brushing and soaking methods. Termites testing in laboratory scale method that used according to JIS K 1571-2004 standard. The results indicated that preservative used very effective to improve wood durability against subterranean termites (Coptotermes curvignathus) attacks. The effectiveness was shown by the average of preservation treatments samples were significantly different from the control sample at the 95% level for mortality, weight loss, and feeding rate termites. The average of retention of wood preservation in Jepara furniture industry was 4.69 kg/m3 it was still below the minimum standard of SNI 03-5010.1-1999 there was 8 kg/m3 for using under roof and 11 kg/m3 for using without the roof.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Hasil Hutan

EFEKTIVITAS PENGAWETAN KAYU PADA INDUSTRI

MEBEL DI KABUPATEN JEPARA

ARIF MUHSIN FADILLAH

DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Efektivitas Pengawetan Kayu pada Industri Mebel di Kabupaten Jepara

Nama : Arif Muhsin Fadillah NIM : E24090079

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Yusuf Sudo Hadi, MAgr Pembimbing I

Prof Dr Ir Muh Yusram Massijaya, MS Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir I Wayan Darmawan, MSc Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah pengawetan kayu, dengan judul Efektivitas Pengawetan Kayu pada Industri Mebel di Kabupaten Jepara.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Yusuf Sudo Hadi, MAgr dan Bapak Prof Dr Ir Muh Yusram Massijaya, MS selaku pembimbing serta Ibu Dr Ir Ulfah Januarti, MAgr selaku penguji. Terima kasih tak lupa pula penulis ucapkan kepada pihak Kementrian Agama yang telah memberikan beasiswa melalui Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB). Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak dan Ibu Joko, Bapak Rudi, Bapak Nursalim, Bapak Reno, Bapak Ramdan Siregar, Ibu Nurul Izzah dari perusahaan mebel di Jepara yang telah membantu selama pengumpulan data dan Australian Center for International Agricultural Research (ACIAR) yang turut membantu dalam penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada papa (alm), umi, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Serta ucapan terima kasih untuk teman-teman THH angkatan 46 dan ASADERS atas kebersamaan dan dukungannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

METODE 2

Waktu dan Lokasi Penelitian 2

Bahan 2

Alat 2

Prosedur Analisis Data 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

SIMPULAN DAN SARAN 11

Simpulan 11

Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 12

LAMPIRAN 14

(12)

DAFTAR TABEL

1 Karakteristik pengawetan kayu industri mebel Kabupaten Jepara 5 2 Nilai rata-rata retensi pengawetan industri mebel Kabupaten Jepara 11

DAFTAR GAMBAR

1 Grafik kehilangan berat contoh uji pada pengujian skala laboratoris

terhadap serangan rayap tanah C. curvignathus 6

2 Grafik persentase mortalitas rayap setelah pengujian selama 21 hari 7 3 Grafik feeding rate pada contoh uji setelah perlakuan 9

4 Contoh bentuk serangan rayap 10

5 Pola serangan rayap terhadap contoh uji kontrol 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kehilangan berat contoh uji setelah pengujian selama 21 hari 14

2 Persentase mortalitas contoh uji dan kontrol 15

3 Nilai feeding rate contoh uji dengan pengawetan dan kontrol 16

4 Uji T contoh uji dengan perlakuan pengawetan perusahaan A dengan

contoh uji kontrol terhadap kehilangan berat 17

5 Uji T contoh uji dengan perlakuan pengawetan perusahaan B dengan

contoh uji kontrol terhadap kehilangan berat 17

6 Uji T contoh uji dengan perlakuan pengawetan perusahaan C dengan

contoh uji kontrol terhadap kehilangan berat 18

7 Uji T contoh uji dengan perlakuan pengawetan perusahaan D dengan

contoh uji kontrol terhadap kehilangan berat 18

8 Uji T contoh uji dengan perlakuan pengawetan perusahaan E dengan

contoh uji kontrol terhadap kehilangan berat 19

9 Uji T semua contoh uji perlakuan pengawetan dengan contoh uji

kontrol terhadap kehilangan berat 19

10 Uji T semua contoh uji perlakuan pengawetan dengan contoh uji

kontrol terhadap mortalitas 20

11 Uji T semua contoh uji perlakuan pengawetan dengan contoh uji

kontrol terhadap feeding rate 20

12 Daftar nama perusahaan industri mebel Kabupaten Jepara 21

13 Skoring pengawetan industri mebel Kabupaten Jepara 21

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Industri mebel merupakan salah satu sektor industri penghasil terbesar devisa negara. Pemerintah turut membantu mengembangkan mebel setelah ditetapkannya mebel sebagai salah satu dari sepuluh komoditas unggulan ekspor Indonesia. Kekhasan mebel Indonesia seperti ukiran mebel memiliki nilai tambah oleh peminat mebel. Kabupaten Jepara merupakan salah satu sentra produksi mebel kayu di Indonesia namun, data ekspor produk mebel Jepara menunjukkan angka yang fluktuatif dan cenderung menurun beberapa tahun terakhir. Kelangkaan pasokan bahan baku dan kualitas bahan baku yang rendah adalah salah satu faktor penyebabnya (Sofiana 2011).

Unit usaha kecil dan menengah yang bergerak dalam produksi mebel di Kabupaten Jepara mengalami kesulitan akses terhadap bahan baku dengan harga dan kualitas terbaik. Sedangkan sebagian besar unit usaha mebel di Jepara adalah unit usaha kecil dan menengah seperti yang dikemukakan CIFOR (2010) pada tahun 2010 terdapat 11.981 unit usaha di Kabupaten Jepara yang terdiri dari 92% unit usaha kecil, 6% unit usaha menengah, dan 2% unit usaha besar. Bahan baku kayu dari hutan rakyat berusia muda dan jenis kayu cepat tumbuh menjadi pilihan sebagai bahan baku produksi mebel akibat terbatasnya pasokan bahan baku dengan harga dan kualitas yang baik. Muslich dan Krisdianto (2006) mengemukakan bahwa hutan rakyat menghasilkan kayu masih muda (juvenile), berdiameter kecil, banyak mata kayu, berat jenis rendah, kayu kurang awet secara alami, sehingga kayu tersebut lebih mudah diserang organisme perusak kayu.

Pengawetan kayu diterapkan dalam proses produksi mebel di Kabupaten Jepara untuk meningkatkan keawetan kayu dari serangan rayap dan orgnisme perusak kayu lainnya namun, informasi mengenai efektivitas bahan pengawet dan metode yang digunakan masih sangat kurang sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai pengujian pengawetan kayu terhadap serangan rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren).

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pengawetan kayu pada industri mebel di Kabupaten Jepara terhadap serangan rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren).

Manfaat Penelitian

(14)

2

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Pengumpulan data dilakukan pada lima perusahaan mebel kayu di Kabupaten Jepara dan pengujian dilakukan di Laboratorium Rayap, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Penelitian ini dimulai pada bulan April hingga Agustus 2013.

Bahan

Bahan yang digunakan adalah tiga jenis kayu yang diperoleh dari perusahaan produksi mebel Kebupaten Jepara yaitu jati (Tectona grandis), mahoni (Swietenia macrophylla), dan akasia (Acacia mangium) yang telah mendapatkan perlakuan pendahuluan (pengeringan) dari masing-masing perusahaan; rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) dari kasta pekerja 150 ekor dan 15 ekor kasta prajurit tiap wadah contoh uji sesuai standar pengujian skala laboratoris JIS K 1571-2004; bahan pengawet yang diperoleh dari perusahaan produksi mebel Kebupaten Jepara dengan bahan aktif permetrin, klorpirifos, dan hidrogen peroksida.

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya wadah contoh uji diameter 8 cm dan tinggi 6 cm, timbangan elektrik, oven, dan desikator.

ProsedurAnalisisData

Pengamatan di Lapangan

Pengambilan data primer diperoleh dengan cara wawancara dan pengamatan secara langsung proses pengawetan yang dilakukan pada lima perusahaan mebel di Jepara. Hasil wawancara dan pengamatan dimasukkan ke dalam tally sheet yang berisi nama perusahaan, jenis kayu, bahan pengawet yang digunakan, konsentrasi bahan pengawet, campuran bahan pengawet, metode pengawetan, perlakuan sebelum dan setelah pengawetan. Contoh uji kayu dan bahan pengawet diperoleh dari perusahaan tersebut untuk keperluan pengujian laboratoris.

Pembuatan Contoh Uji

Contoh uji untuk pengujian keawetan kayu sesuai standar JIS K 1571-2004 berukuran 2 cm x 2 cm x 1 cm dan dilakukan pengulangan tiga kali masing-masing perlakuan beserta kontrol.

Pengawetan Contoh Uji

(15)

3 lapangan. Pengawetan pada perusahaan A dilakukan pengawetan dengan pelaburan bahan pengawet campuran antara hidrogen peroksida dan asam asetat. Pelaburan bahan pengawet dilakukan dua kali ulangan dengan menggunakan alat kuas. Perusahaan B menggunakan bahan aktif pengawet klorpirifos dan pelarut air. Metode pengawetan yang digunakan dengan cara pelaburan produk sebanyak tiga kali dengan menggunakan kuas atau kain. Perusahaan C menggunakan pengawet dengan bahan aktif permetrin yang dilakukan dua kali. Metode yang digunakan dengan rendaman selama satu jam dalam wadah yang terisi dengan bahan pengawet. Perusahaan D menggunakan bahan pengawet permetrin dengan campuran thinner dengan metode pelaburan. Perusahaan E menggunakan bahan aktif pengawet klorpirifos dengan campuran air. Metode yang digunakan dengan melaburkan bahan pengawet dengan bahan kuas dua kali.

Metode Pengujian terhadap Rayap Tanah Standar JIS K 1571 - 2004

Contoh kayu uji dipotong sehingga menjadi berukuran 2 cm x 2 cm x 1 cm kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 60 ± 2 °C untuk memperoleh nilai berat kayu sebelum pegujian (W1). Dental cement dan jaring tipis dijadikan sebagai dasar wadah contoh uji. Pengujian ini dilakukan tiga kali pengulangan.

Ke dalam wadah contoh uji dimasukkan contoh uji dengan posisi bidang radial kayu menyentuh jaring tipis. Setelah itu 150 ekor rayap kasta pekerja dan 15 ekor rayap prajurit dimasukkan ke dalam wadah contoh uji. Wadah contoh uji ditutup dengan aluminium foil, dan ditempatkan dalam wadah yang telah berisi kapas yang telah dibasahi.

Wadah contoh uji disimpan di tempat yang gelap selama tiga minggu. Selama pengujian diusahakan agar kelembaban wadah contoh uji tetap terjaga dan rayap yang mati dikeluarkan dari wadah contoh contoh uji. Setelah tiga minggu pengujian, dilakukan pembongkaran wadah contoh uji dan penghitungan jumlah rayap yang masih hidup untuk mengetahui nilai mortalitas rayap. Contoh uji dicuci dan dioven selama 48 jam dengan suhu 60 ± 2 °C, kemudian ditimbang (W2). Hasil pengujian merupakan nilai rata-rata dari keseluruhan contoh uji. Persen kehilangan berat dihitung dengan menggunakan persamaan:

ሺ ሻ dengan pengertian

W = kehilangan berat contoh uji kayu (%)

W1 = berat kering oven kayu sebelum diumpankan (%) W2 = berat kering oven kayu setelah diumpankan (%)

Mortalitas rayap yang diamati dalam standar ini hanya mortalitas dari rayap kasta pekerja. Mortalitas rayap dihitung dengan menggunakan persamaan:

ሺ ሻ dengan pengertian:

MR = mortalitas rayap

D = jumlah rayap yang mati (ekor)

150 = jumlah rayap pekerja pada awal pengujian (ekor)

(16)

4

dengan pengertian,

FR = feeding rate (g/ekor/hari) W = kehilangan berat contoh uji (g) Ro = jumlah rayap awal pengujian (ekor) Ra = jumlah rayap akhir pengujian (ekor) T = lama waktu pengujian (hari)

Perhitungan Retensi

Contoh uji ukuran 5 cm x 5 cm x 20 cm yang kedua ujungnya dicat dipersiapkan untuk pengulangan pengujian tiga kali. Besarnya retensi diperoleh dengan cara menimbang kayu sebelum dan sesudah diawetkan, untuk mengetahui berat kayu sebelum dan sesudah diawetkan. Penentuan retensi diperoleh dengan rumus :

dengan pengertian

R = nilai retensi contoh uji (kg/m3)

B1 = berat contoh uji setelah diawetkan (kg) B0 = berat contoh uji sebelum diawetkan (kg) V = volume contoh uji (m3)

Analisi Data

Pengolahan data penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0 for Windows. Untuk mengetahui taraf signifikansi perbedaan terhadap kehilangan berat, mortalitas rayap, dan kemampuan makan rayap (feeding rate) antara contoh uji dengan pengawetan dan kontrol tanpa pengawetan, maka digunakan pengujian beda nilai tengah pengamatan independen dengan ragam populasi tidak diketahui (uji-t 2 sampel independen).

Nilai t-hitung yang diperoleh dibandingkan dengan t-tabel pada selang kepercayaan 95% dengan kaidah keputusan:

1. Apabila t-hitung < t-tabel, maka perbedaan perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap kehilangan berat, mortalitas rayap, dan kemampuan makan rayap (feeding rate) pada selang kepercayaan 95%. 2. Apabila t-hitung > t-tabel, maka perbedaan perlakuan memberikan

pengaruh nyata terhadap kehilangan berat, mortalitas rayap, dan kemampuan makan rayap (feeding rate) pada selang kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penerapan Pengawetan Industri Mebel Kabupaten Jepara

(17)

5 dilakukan pengawetan sedangkan jati usia muda (7-10 tahun) dilakukan pengawetan dengan pelaburan bahan pengawet campuran antara hidrogen peroksida (konsentrasi 25%) dan asam asetat. Pelaburan bahan pengawet dilakukan dua kali.

Perusahaan B menggunakan bahan baku mahoni dengan bahan aktif pengawet klorpirifos (konsentrasi 1.23%) dan pelarut air. Metode pengawetan yang digunakan dengan cara pelaburan sebanyak tiga kali dengan menggunakan kuas atau kain. Perusahaan C menggunakan pengawet dengan bahan aktif permetrin yang dilakukan dua kali yaitu ketika kayu masih menjadi papan dan telah menjadi potongan komponen produk. Bahan pengawet untuk papan dicampur dengan pelarut air (konsentrasi 0.4%) sedangkan untuk ukuran komponen menggunakan pelarut thinner (konsentrasi 1%). Metode yang digunakan dengan pencelupan selama satu jam.

Perusahaan D menggunakan bahan pengawet permetrin dengan campuran thinner (konsentrasi 0.62%). Metode pengawetan yang digunakan pelaburan. Perusahaan E menggunakan kayu akasia usia 8-10 tahun dan menggunakan bahan aktif pengawet klorpirifos dengan campuran air (konsentrasi 1.23%). Metode yang digunakan pelaburan dengan kuas dua kali.

1)Pengawetan pertama 2) pengawetan kedua

Bahan aktif permetrin dan klorpirifos tercantum dalam daftar pestisida untuk pertanian dan kehutanan pada tahun 2010 yang dikeluarkan dari Pusat Perizinan dan Investasi Departemen Pertanian. Klorpirifos ditargetkan mengenai sasaran organisme perusak tanaman jenis Coptotermes curvignathus, Cryptotermes cynocephalus, Ambrosia, Dinoderus sp., dan Heterobostrychus aequalis. Permetrin untuk penggunaan kayu ditargetkan mengenai sasaran

Karakteristik

Klorpirifos Permetrin Permetrin Klorpirifos

Campuran Asam

Metode Pelaburan Pelaburan Pencelupan Pelaburan Pelaburan Jenis

kayu

(18)

6

organisme perusak kayu jenis Coptotermes curvignathus, Cryptotermes cynocephalus, Coptotermes curvignathus, Ambrosia, dan Lyctus brunneus. (Hudayya dkk 2010). Larutan hidrogen peroksida merupakan salah satu oksidator yang ramah lingkungan dan tidak meninggalkan residu yang berbahaya serta mudah diperoleh untuk keperluan industri.

Kehilangan Berat

Kehilangan berat dapat menjadi respon serangan rayap terhadap contoh uji dalam pengujian. Semakin kecil persentase kehilangan berat maka semakin tinggi keampuhan bahan pengawet dalam mencegah serangan rayap, atau sebaliknya. Persentase rata-rata kehilangan berat contoh uji dalam masa pengumpanan selama 21 hari disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Grafik kehilangan berat contoh uji pada pengujiaan skala laboratoris terhadap serangan rayap tanah C. curvignathus

Keterangan : *contoh uji perlakuan pengawetan berbeda nyata pada taraf 95% dengan contoh uji kontrol **contoh uji perlakuan pengawetan tidak berbeda nyata pada taraf 95% dengan contoh uji kontrol

Persentase kehilangan berat hasil pengujian berkisar antara 0.15%-0.71%. Nilai terendah pada contoh uji A sebesar 0.15% yang menggunakan larutan hidrogen peroksida konsentrasi 25% pada contoh uji kayu jati. Selanjutnya berturut-turut contoh uji D mengunakan bahan pengawet permetrin konsentrasi 0.62% dan contoh uji C menggunakan bahan pengawet permetrin konsentrasi 1% yaitu sebesar 0.48% dan 0.54% pada contoh uji kayu mahoni. Nilai kehilangan berat pada contoh uji E sebesar 0.60% pada kayu akasia dengan bahan pengawet klorpirifos konsentrasi 1.23%. Nilai kehilangan berat terbesar pada contoh uji B sebesar 0.71 dengan menggunakan bahan pengawet klorpirifos konsentrasi 1.23%. Berdasarkan hasil uji beda nilai tengah (uji-t) terhadap nilai kehilangan berat semua contoh uji yang diberi perlakuan pengawetan dan tanpa pengawetan diketahui bahwa persentase kehilangan berat berbeda nyata (Lampiran 9). Pengujian beda nilai tengah (uji-t) terhadap nilai kehilangan berat masing-masing

(19)

7 perlakuan pengawetan dengan kontrolnya juga menunujukkan perbedaan yang nyata. Hanya perlakuan dari perusahaan C nilai kehilangan berat tidak berbeda nyata antara contoh uji dengan perlakuan pengawetan dan kontrol. Nilai kehilangan berat contoh uji kontrol perusahaan C yang kecil menunjukkan pengaruh perlakuan pendahuluan berupa pengeringan dengan kiln. Namun jika dilihat persentase kehilangan berat contoh uji kontrol lebih besar dibandingkan dengan perlakuan pengawetan. Semakin kecil persentase kehilangan berat contoh uji menunjukkan contoh uji semakin tidak disukai rayap tanah Coptotermes curvignathus. Hal ini disebabkan pengaruh perlakuan pengawetan pada contoh uji.

Berdasarkan nilai kehilangan berat, pengawetan yang terbaik adalah pengawetan yang dilakukan pada perusahaan A. Nilai kehilangan berat pada contoh uji pengawetan perusahaan A memiliki nilai paling kecil. Kayu yang digunakan jenis jati dan bahan aktif yang digunakan larutan hidrogen peroksida 25% dengan metode pelaburan dua kali ulangan.

Mortalitas

Mortalitas merupakan persentase jumlah rayap pekerja yang mati di akhir pengujian terhadap jumlah rayap pekerja awal pengujian. Hasil pengujian menunjukkan nilai rata-rata mortalitas rayap tanah C. curvignathus pada contoh uji sebesar 100%. Persentase mortalitas rayap tanah disajikan dalam gambar 2.

Gambar 2 Grafik persentase mortalitas rayap setelah pengujian selama 21 hari Keterangan: *contoh uji perlakuan pengawetan berbeda nyata pada taraf 95% dengan contoh uji kontrol

Hasil uji-t menunjukkan bahwa semua contoh uji yang telah diberi perlakuan pengawetan berbeda nyata dengan contoh uji kontrol tanpa pengawetan terhadap persentase mortalitas rayap pada taraf 95% (Lampiran 10). Hasil uji-t juga menunjukkan bahwa masing-masing contoh uji dari perlakuan pengawetan juga berbeda nyata terhadap contoh uji kontrolnya terhadap persentase mortalitas pada taraf 95%. Tingginya mortalitas hingga 100% dikarenakan bahan pengawet memiliki toksisitas yang tinggi terhadap rayap.

(20)

8

Bahan pengawet yang digunakan pada contoh uji A adalah hidrogen peroksida. Menurut Tali dan Dychdala (1993) dalam Azanza dan Patricia (2004), hidrogen peroksida dikenal menjadi agen pengoksidasi yang sangat kuat dan pada umumnya efektif terhadap berbagai spektrum mikroorganisme termasuk bakteri, ragi, jamur, dan virus.

Bahan pengawet yang digunakan pada contoh uji C dan D adalah permetrin yaitu hasil ekstrak alami atau sintesis pyrethroid dan susunannya terkenal dengan fotostabilitasnya yang salah satu kegunaannya menghentikan serangan serangga dan jamur (Vasilache et al 2009). Bahan aktif ini bekerja dengan cepat melumpuhkan sistem saraf serangga, sehingga cepat membasmi populasi rayap. Permetrin dapat bertindak sebagai racun perut bila tertelan oleh rayap atau sebagai racun kontak melalui kontak langsung dengan rayap (PMEP 1996).

Bahan pengawet yang digunakan pada contoh uji B dan E adalah klorpirifos. Bahan aktif ini prototipe dari asam tiofosfat yang merupakan salah satu bahan insektisida organofosfat (Kurniasih dkk 2003). Klorpirifos bekerja pada hama terutama sebagai racun kontak dan racun perut. Klorpirifos adalah salah satu dari kelas insektisida disebut organofosfat yang bertindak dengan mengganggu kegiatan cholinesterase, enzim esensial yang bekerja pada sistem saraf rayap (PMEP 1993). Hal ini menyebabkan sistem saraf rayap terganggu sehinga rayap mati.

Hal ini menunujukkan bahan aktif dari pengawet memiliki toksisitas yang tinggi dengan konsentrasi yang berkisar antara 0.4%-25%. Tingginya mortalitas pada contoh uji disebabkan sifat toksisitas dari bahan pengawet atau diduga bau contoh uji tidak disukai dengan rayap sehingga rayap memilih untuk tidak memakan contoh uji yang ada dan lama kelamaan akan mati. Rayap juga dapat bertindak sebagai pemangsa rayap lainnya yang menyebabkan mortalitas rayap tinggi.

Feeding rate

Feeding rate atau tingkat konsumsi rayap terhadap contoh uji merupakan jumlah konsumsi rayap tiap ekor per hari pengumpanan. Tingkat konsumsi rayap per hari selama pengumpanan dinyatakan dalam g ekor-1

(21)

9

Gambar 3 Grafik feeding rate pada contoh uji setelah perlakuan Keterangan : *contoh uji perlakuan pengawetan berbeda nyata pada

taraf 95% dengan contoh uji kontrol **contoh uji perlakuan pengawetan tidak berbeda nyata pada taraf 95% dengan contoh uji kontrol

Rata-rata feeding rate contoh uji berkisar 2.12-8.47 g ekor-1 hari-1. dengan nilai feeding rate terkecil yaitu perusahaan A sebesar 2.12 g ekor-1 hari-1 dan terbesar perusahaan B, C, dan E sebesar 8.47 g ekor-1 hari-1. Contoh uji yang telah diberi perlakuan pengawetan menjadi tidak disukai oleh rayap bahkan dapat membasmi populasi rayap sehingga tingkat konsumsi rayap menjadi sangat kecil.

Perlakuan pada saat pengujian laboratoris mengharuskan rayap beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Rayap yang berhasil menyesuaikan diri dengan lingkungan yang disediakan akan melakukan orientasi makan. Orientasi semacam ini dapat berlangsung secara acak dan dapat pula berlangsung karena pengaruh tertentu, misalnya oleh sejenis bau yang berasal dari makanan yang diberikan. Selanjutnya rayap akan mencoba mencicipi makanan yang diberikan dengan jalan menggigit bagian permukaan, bila bagian tersebut tidak cocok mereka akan beralih ke bagian lain sampai menemukan bagian yang sesuai dan memenuhi syarat sebagai makanan. Jika makanan tersebut sesuai, rayap akan meneruskan memakannya, sebaliknya jika tidak memenuhi syarat sebagai makanan rayap memilih untuk berpuasa (Supriana 1983 diacu dalam Rudi 1999).

Hasil uji-t menunjukkan bahwa semua contoh uji dengan perlakuan pengawetan berbeda nyata dengan contoh uji kontrol terhadap tingkat konsumsi rayap (feeding rate) pada taraf nyata 95% (Lampiran 11). Namun dari hasil uji-t masing-masing perlakuan pengawetan dengan contoh uji kontrol, hanya perlakuan pengawetan C yang tidak berbeda nyata terhadap tingkat konsumsi rayap (feeding rate) pada taraf 95%.

Hasil pengujian parameter mortalitas, kehilangan berat dan feeding rate menunjukkan bahwa pengawetan yang dengan efektivitas tertinggi adalah pengawetan pada perusahaan A untuk kayu jati dan perusahaan D untuk kayu selain jati (Lampiran 13). Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi efektivitas pengawetan yaitu anatomi kayu, bahan pengawet, metode pengawetan, dan perlakuan pendahuluan (Hunt dan Garrat 1986). Jenis kayu yang digunakan pada

(22)

10

perusahaan A adalah jati dan mahoni pada perusahaan D, masing-masing memiliki sifat fisis dan kimia yang berebeda. Sifat fisis dan kimia kayu memegang peranan penting dalam menentukan kepekaan terhadap pengawetan dari masing-masing jenis. Bahan pengawet yang digunakan perusahaan A memiliki konsentrasi yang cukup besar yaitu sebesar 25% dan memiliki sifat toksisitas yang tinggi sedangkan perusahaan D menggunakan bahan pengawet permetrin konsentrasi 0.62%. Larutan hidrogen peroksida digunakan pada kayu jati usia muda juga bertujuan agar warna permukaan kayu lebih pucat dan seragam. Metode pengawetan hampir sama yang digunakan pada perusahaan lain yaitu pengawetan tanpa tekanan yaitu pelaburan dengan kuas. Perusahaan A dan D menerapkan pengeringan dengan kiln pengering terhadap bahan baku sebelum diolah agar mencapai kadar air target.

Bentuk Serangan Rayap Tanah C. curvignathus

Rayap menggunakan kayu sebagai tempat berlindung dan untuk memperoleh sumber makanannya (Bowyer et al. 2003). Contoh uji yang telah diberi perlakuan pengawetan tidak terlihat adanya serangan rayap. Hal ini disebabkan toksisitas yang tinggi dari bahan pengawet berupa racun perut dan racun kontak. Perbedaan bentuk kerusakan contoh uji dengan kontrol sebelum dan sesudah pengujian dapat dilihat pada Gambar 4. Pola serangan rayap terlihat pada Gambar 5 yaitu sejajar arah serat memanjang serat kayu (arah longitudinal).

a b c d

Gambar 4 Contoh bentuk serangan rayap pada contoh uji dan kontrol

(a) contoh uji sebelum pengujian (b) contoh uji setelah pengujian [tidak mengalami kerusakan] (c) kontrol sebelum pengujian (d) kontrol setelah pengujian [mengalami

kerusakan]

(23)

11

Tabel 2 Nilai rata-rata retensi pengawetan industri mebel Kabupaten Jepara Perusahaan

A B C D E

Nilai retensi (kg/m3)±xd

9.93±0.96 5.70±0.50 2.92±1.09 1.92±0.33 2.98±0.57 Retensi

Retensi adalah jumlah bahan pengawet yang tinggal dalam kayu yang dinyatakan dalam kg/m3. Hasil pengukuran retensi pengawetan kayu industri mebel Kabupaten Jepara berkisar antara 1.92-9.93 kg/m3 seperti yang terlihat pada tabel 2.

Rata-rata retensi pengawetan kayu pada perusahaan A lebih besar dibandingkan dengan perusahaan lainnya yaitu sebesar 9.93±0.96 kg/m3. Hal ini disebabkan konsentrasi tinggi larutan hidrogen peroksida yang mencapai 25% sedangkan perusahaan lain menggunakan bahan pengawet dengan konsentrasi berkisar antara 0.62%-1.23%. Nilai ratensi pengawetan pada perusahaan B dan E yang menggunakan bahan pengawet larut air lebih tinggi dibandingkan perusahaan C dan D yang menggunakan campuran thinner pada bahan pengawet. Menurut Hunt dan Garrat (1986), dalam kondisi perlakuan yang sama peresapan dan absorbsi yang lebih baik diperoleh dengan garam-garam larut air dibandingkan bahan pengawet minyak namun bahan pengawet larut minyak lebih tahan terhadap kelunturan dalam kondisi terkena basah.

Metode pengawetan sederhana atau tanpa tekanan menghasilkan nilai rata-rata retensi yang relatif rendah namun banyak digunakan karena mudah dan murah untuk pelaksanaannya. Perlakuan pendahuluan menjadi salah satu faktor nilai retensi pengawetan. Kayu dalam kondisi kering atau kadar air kayu rendah memudahkan bahan pengawet masuk ke dalam kayu. Sifat anatomi kayu juga dapat mempengaruhi retensi pengawetan kayu, seperti jenis kayu dengan kerapatan yang rendah memudahkan bahan pengawet masuk dan mengisi rongga-rongga sel dalam kayu. Rata-rata nilai retensi pada perusahaan mebel di Kabupaten Jepara belum memenuhi standar sesuai SNI 03-5010.1-1999 yaitu niai retensi sebesar 8 kg/m3 untuk penggunaan di bawah atap, hanya perusahaan A yang telah memenuhi standar.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(24)

12

uji perlakuan pengawetan berbeda nyata dengan contoh uji kontrol pada taraf 95% terhadap parameter kehilangan berat, mortalitas, dan tingkat konsumsi rayap (feeding rate) namun rata-rata nilai retensi kelima perusahaan mebel di Kabupaten Jepara yaitu sebesar 4.69 kg/m3 belum memenuhi standar SNI 03-5010.1-1999 minimal sebesar 8 kg/m3 untuk penggunaan bawah atap dan 11 kg/m3 untuk penggunaan tanpa atap. Contoh uji perusahaan A memperoleh hasil pengujian efektivitas pengawetan terbaik dengan persentase kehilangan berat dan feeding rate yang terkecil yaitu berturut-turut sebesar 0.15% dan 2.12 g ekor-1 hari-1, mortalitas rayap mencapai 100% serta retensi sebesar 9.93 kg/m3.

Saran

Bahan pengawet larutan hidrogen peroksida konsentrasi 25% dengan metode pelaburan sebanyak dua kali efektif melindungi kayu jati usia muda terhadap serangan rayap tanah. Untuk jenis kayu lain, bahan aktif permetrin konsentrasi 0.62% efektif melindungi dari serangan rayap tanah dengan metode pelaburan satu kali.

DAFTAR PUSTAKA

Azanza V dan Patricia V. 2004. Hydrogen peroxide, peroxyacetic acid, octanoic acid, peroxyoctanoic acid, and 1-Hydroxyethylidene-1,1-Diphosphonic acid (HEDP) as components of antimicrobial washing solution. Chemical and Technical Assessement. FAO.

Bowyer JL, Shmulsky R, Haygreen JG. 2003. Forest Product and Wood Science : An Introduction. Iowa (US): Iowa State Press.

[CIFOR] Center for International Forestry Research. 2010. Menunggang Badai: Untaian Kehidupan Tradisi dan Kreasi Aktor Mebel Jepara. Purnomo H, Irawati R, Melati, editor. Bogor (ID): CIFOR.

Hudayya A, Jayanti H, Moekasan TK. 2010. Daftar dan Pengelompokan Pestisida yang Beredar di Indonesia Berdasarkan Cara Kerjanya. Pusat Perizinan dan Investasi. Jakarta (ID): Kementrian Pertanian.

Hunt GM dan Garrat GA. 1986. Pengawetan Kayu. Jakarta (ID): Akademi Pressindo.

[JIS] Japanese Industrial Standard. 2004. Test Method for Determining the Effectiveness of Wood Preservatives and Their Performance Requirement. JIS K 1571-2004.

Kurniasih M, Prihantini YB, Nurtiyani E. 2003. Pertumbuhan mikroalga Chlamydomonas dalam medium beneck dan air tanah yang mengandung insektisida berbahan aktif klorpirifos. Biota Vol VIII (1): 39-44 Februari 2003 Muslich M dan Krisdianto. 2006. Upaya peningkatan kualitas kayu hutan rakyat

sebagai bahan baku industri. Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan; 2006 September 21; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Kementrian Kehutanan RI. 110-129.

(25)

13 Tersedia pada http://pmep.cce.cornell.edu/profiles/extoxnet/carbaryl-dicrotophos/chlorpyrifos-ext.html.

[PMEP] Pesticide Management Education Program, Cornell University. 1996. Permethrine. Extension toxicology network, pesticide information profiles [internet]. [diunduh 2013 Jul 2]. Tersedia pada http://www.entomology.umn.edu/cues/blackvw/insecticides/permethrin.htm. Rudi. 1999. Preferensi Makan Rayap Coptotermes curvignathus Holmgren

(Isoptera : Rhinotermidae) terhadap Delapan Jenis Kayu Bangunan. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[SNI] Standar Nasional Indonesia. 1999. SNI 03-5010.1-1999 Pengawetan untuk peruamahan dan gedung. [internet]. [diunduh 2013 Jun 12]. Tersedia pada http://www.dephut.go.id/informasi/SNI/pkupg.html

Sofiana Yunida. 2011. Analisis strategi peningkatan produksi mebel di sentra industri kayu. Jurnal Humaniora. 2(01).

(26)

14

Lampiran 1 Kehilangan berat contoh uji setelah pengujian selama 21 hari

Perusahaan Berat kayu oven sebelum

pengumpanan (g)

Berat kayu oven setelah pengumpanan (g)

Persentase kehilangan berat (%)

A

2.12 2.12 0.00

2.14 2.14 0.00

2.18 2.17 0.46

rata-rata 2.15 2.14 0.15

B

1.84 1.83 0.54

1.88 1.87 0.53

1.90 1.88 1.05

rata-rata 1.87 1.86 0.71

C

2.59 2.58 0.39

2.44 2.42 0.82

2.39 2.38 0.42

rata-rata 2.47 2.46 0.54

D

2.11 2.10 0.47

2.01 2.00 0.50

2.08 2.07 0.48

rata-rata 2.07 2.06 0.48

E

2.20 2.19 0.45

2.26 2.24 0.88

2.23 2.22 0.45

(27)

15 Lampiran 2 Persentase mortalitas contoh uji dan kontrol

(28)

Perusa-16

Lampiran 3 Nilai feeding rate contoh uji dengan pengawetan dan kontrol

(29)

Perusa-17 Lampiran 4 Uji T contoh uji perlakuan pengawetan perusahaan A dengan contoh uji kontrol terhadap kehilangan berat

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Lampiran 5 Uji T contoh uji perlakuan pengawetan perusahaan B dengan contoh uji kontrol terhadap kehilangan berat

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

(30)

18

Lampiran 6 Uji T contoh uji perlakuan pengawetan perusahaan C dengan contoh uji kontrol terhadap kehilangan berat

Lampiran 7 Uji T contoh uji perlakuan pengawetan perusahaan D dengan contoh uji kontrol terhadap kehilangan berat

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T df

Variances t-test for Equality of Means

(31)

19 Lampiran 8 Uji T contoh uji perlakuan pengawetan perusahaan E dengan contoh uji kontrol terhadap kehilangan berat

Lampiran 9 Uji T semua contoh uji perlakuan pengawetan dengan contoh uji kontrol terhadap kehilangan berat

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T df

Variances t-test for Equality of Means

(32)

20

Lampiran 10 Uji T semua contoh uji pengawetan dengan contoh uji kontrol terhadap mortalitas

Lampiran 11 Uji T semua contoh uji perlakuan pengawetan dengan contoh uji kontrol terhadap nilai feeding rate

Levene's

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

-37.790 14.000 .000 -83.11000 2.19928 -87.8269 -7839301

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

(33)

21 Lampiran 12 Daftar nama perusahaan industri mebel Kabupaten Jepara

Kode A B C D E

Nama Perusahaan

CV. Joko Joyo Jati Furniture

CV. Sinar Dunia Furniture

PT. Kota Jati

Furniture

Raisa House of

Excellence

Perajin Mebel (Bapak Nursalim)

Lampiran 13 Tabel skoring pengawetan industri mebel Kabupaten Jepara

Parameter Perusahaan

A B C D E

Kehilangan Berat 1 2 1 1 1

Mortalitas 1 1 1 1 1

Feeding rate 1 1 1 1 1

Total 3* 4 3 3* 3

(34)

22

Lampiran 14 Nilai retensi bahan pengawet terhadap contoh uji

Kode Kayu

Konsen-trasi

Sebelum Perendaman Setelah

(35)

23

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 3 Desember 1990 sebagai anak keempat dari pasangan Sumarno dan Elis Maini. Penulis menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Al-Islam 1 Surakarta dan menamatkannya pada tahun 2005 kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Tri Sukses Natar, Lampung Selatan pada tahun 2006 hingga 2009. Penulis diterima di Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Kementrian Agama pada tahun 2009.

Penulis pernah aktif menjadi anggota divisi pengembangan sumberdaya manusia dalam International Forestry Students' Association (IFSA) LC-IPB pada tahun kepengurusan 2010/2011, anggota Kelompok Minat Teknologi Peningkatan Mutu Kayu Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan (HIMASILTAN IPB) pada tahun yang sama dan ketua umum HIMASILTAN IPB pada tahun kepengurusan 2011/2012. Penulis juga aktif dalam beberapa kepanitiaan yaitu menjadi Wakil Ketua Pelaksana Masa Perkenalan Departemen Hasil Hutan (KOMPAK DHH) pada tahun 2011 dan anggota divisi Publikasi Dekorasi dan Dokumentasi dalam South East Asia Forest Youth Meeting (SEAFYM) 2011 yang diadakan di IPB Bogor, Indonesia.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum mk. Inventarisasi Sumberdaya Hutan pada tahun ajaran 2011/2012. Penulis telah melakukan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Tangkuban Parahu dan Cikiong pada tahun 2011 dan Praktik Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi pada tahun 2012. Penulis pernah melakukan praktik kerja lapang di CV. Joko Joyo Jati Furniture, Jepara pada tahun 2013. Penulis juga pernah menjadi salah satu pemateri dalam Pengenalan Tanaman Obat Keluarga dan Penamaan Pohon di Pondok Pesantren Al-Ashiriyah Nurul Iman Parung (2012) pada Pengabdian Mahasiswa Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) Kementrian Agama Regional Barat.

Gambar

Tabel 1  Karakteristik pengawetan kayu industri mebel Kabupaten Jepara
Gambar 2 Grafik persentase mortalitas rayap setelah pengujian selama 21 hari
Gambar 3 Grafik   feeding rate pada contoh uji setelah perlakuan
Gambar 5 yaitu sejajar arah serat memanjang serat kayu (arah longitudinal).

Referensi

Dokumen terkait

digunakan bagi siswa kelas V di SD Negeri 1 Kaliprau Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang. Produk model permainan tradisional bontengan adu sudah dapat digunakan

Sedangkan F tabel sebesar 2,47 jadi F hitung &gt; F tabel yaitu 10,447 &gt; 2,47 maka hipotesis diterima sehingga terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan atau

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan karakteristik parameter lingkungan laut di Selat Pagai beserta faktor-faktor yang mempengaruhi pada dua periode musim

Semoga sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita, suri teladan kita Nabi Muhammad SAW pembawa risalah kebenaran, keluarganya, para

[r]

Puji Syukur kepada Tuhan Yang maha Esa, penulis ucapkan karena skripsi dengan judul “Perancangan Sistem Informasi Akuntansi pada Koperasi Kencana Mulya Semarang Menggunakan

Menurut pendapat kami, berdasarkan audit kami dan laporan auditor independen lain tersebut, laporan keuangan konsolidasi tahun 2006 yang kami sebut di

Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Kristen Petra Jl. Pada saat ini pencatatan data yang ada pada Toko Mon Delice Boulangerie ini