PERAN KELEMBAGAAN DALAM MEMPERTAHANKAN
DUSUN SEKEJOLANG DI KAWASAN TAMAN HUTAN
RAYA IR. H. DJUANDA BANDUNG JAWA BARAT
FIRMAN WALUYA
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peran Kelembagaan Dalam Mempertahankan Dusun Sekejolang Di Kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Bandung Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015
Firman Waluya
ABSTRAK
FIRMAN WALUYA Peran Kelembagaan Dalam Mempertahankan Dusun Sekejolang Di Kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Bandung Jawa Barat. Dibimbing oleh HARIADI KARTODIHARDJO.
Pengembangan organisasi di suatu daerah perlu adanya partisipasi masyarakat secara aktif dan menyeluruh. Hal ini dilakukan untuk membentuk kerjasama yang kuat diantara keduanya. Upaya pengembangan kualitas masyarakat khususnya yang bermukim di dalam kawasan hutan agar maju dan mandiri dilakukan strategi pemberdayaan masyarakat. Sampai saat ini, mereka masih mencerminkan adanya kelemahan dan kekurangan dalam hal partisipasi dan kemandirian. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan peran organisasi dalam menguatkan hak atas tanah masyarakat dusun Sekejolang. Tahapan penelitian ini terdiri dari pengumpulan data, pemilihan responden, pengolahan dan analisis data. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa organisasi di Dusun Sekejolang berpengaruh positif dan bermanfaat bagi masyarakat dalam hal menguatkan hak atas tanah. Pemerintah akan membebaskan status lahan milik warga Dusun Sekejolang karena masyarakat dianggap telah menempati area hutan lindung milik TAHURA IR. H. DJUANDA.
Kata kunci: Organisasi, Partisipasi masyarakat, Status lahan ABSTRACT
FIRMAN WALUYA Institutional Role In Maintaining Sekojalang Village at Ir Djuanda Forest Park in Bandung West Java. Supervised by HARIADI
KARTODIHARDJO.
Development organization in regions needs active and comprehensive community participation. This can be done by establishing strong cooperation between them both. Efforts to develop quality people especially those living in the forest areas in order to progress and be independent conducted community empowerment strategies. Up until now, they still reflect the weaknesses and deficiencies in terms of participation and autonomy. This study aims to explain the organization's role in strengthening community land rights Sekejolang Village. The Stages of this study consist of data collection, respondent selection, processing and analyzing of data. Based on the study results, reveal that the organization in Sekejolang Village has a positive impact and is beneficial to society in terms strengthen land rights. The Government will exempt status of land owned by a resident of Hamlet Sekejolang because society deemed to have occupied an area that belongs to Ir. H Djuanda protected forest area.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan
PERAN KELEMBAGAAN DALAM MEMPERTAHANKAN
DUSUN SEKEJOLANG DI KAWASAN TAMAN HUTAN
RAYA IR. H. DJUANDA BANDUNG JAWA BARAT
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN
Judul Skripsi : Peran Kelembagaan Dalam Mempertahankan Dusun Sekejolang Di Kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Bandung Jawa Barat.
Nama : Firman Waluya NIM : E14100113
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Ahmad Budiaman, MSc.F.Trop Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada Februari 2014 hingga April 2014 ialah Peran Kelembagaan Dalam Memepertahankan Dusun Sekejolang Di Kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Bandung Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo, MS selaku pembimbing. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada keluarga besar TAMAN HUTAN RAYA IR. H DJUANDA BANDUNG JAWA BARAT serta seluruh masyarakat Dusun Sekejolang yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Gamin yang telah memberikan pelatihan analisis penyelesaian konflik masyarakat sekitar hutan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua, keluarga, rekan-rekan Manajemen Hutan angkatan 47 serta pihak yang membantu dalam kegiatan penulisan skripsi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. .
Bogor, Januari 2015
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Hipotesis 2
METODE 3 Bahan 3 Alat 3 Lokasi Penelitian 3
Prosedur Pengumpulan Data 3
Prosedur Analisis Data 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Kondisi Umum 6
Lahirnya Organisasi 5 Aktivitas Organisasi 12 Peran Organisasi 13 Pengembangan Organisasi 15
SIMPULAN DAN SARAN 18
Simpulan 18
Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 19
LAMPIRAN 20
DAFTAR TABEL
1 Daftar responden dan jenis informasi penelitian 3
2 Analisis data variabel penelitian 5
3 Struktur organisasi di dusun Sekejolang 7
4 Aspek keanggotaan 10
5 Daftar organisasi-organisasi yang berkaitan dengan pengembangan
dusun Sekejolang 13
6 Jenis pelatihan yang telah diikuti oleh masyarakat dan organisasi di dusun Sekejolang dan pelatihan/ program yang dibutuhkan. 15 7 Kedudukan organisasi masyarakat di dusun Sekejolang apabila dianalisis
dengan metode SWOT 16
8 Tabel perhitungan analisis SWOT 21
9 Matriks analisis SWOT 27
DAFTAR GAMBAR
1 Struktur organisasi Karang Taruna Bina Mandiri 8
2 Struktur organisasi PKK Strawberry 8
3 Struktur organisasi Paguyuban Cinta Lembur Kuring 8 4 Bagan hubungan organisasi dusun Sekejolang 11
5 Kuadran SWOT organisasi dusun Sekejolang 17
DAFTAR LAMPIRAN
1 Perhitungan analisis SWOT organisasi Masyarakat dusun
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peran organisasi masyarakat di setiap daerah memiliki ciri khas tertentu disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sendiri untuk dijadikan alat maupun untuk mencapai kepentingan bersama. Istilah community dapat diartikan sebagai “masyarakat setempat” yang menunjuk pada warga sebuah desa, kota, suku atau bangsa (Soekanto 1975). Setiap komunitas mempunyai kelembagaan baik lembaga-lembaga adat/tradisional yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat itu sendiri maupun lembaga dari luar seperti pemerintah atau swasta. Sistem penguasaan yang diatur oleh hukum negara sesungguhnya sangat lemah dalam operasionalnya, sementara sistem yang diatur secara tradisional tidak terdokumentasi dan seringkali kurang mendapat dukungan secara hukum, sehingga keamanan sebagai pemegang hak kurang memadai (Cromwell 2002). Lahan milik masyarakat dusun Sekejolang berada di dalam kawasan hutan lindung. Menurut undang-undang tidak diperbolehkan adanya masyarakat yang bermukim di dalam kawasan hutan lindung. Sesuai yang tercantum di dalam Peraturan Daerah Nomor 25 tahun 2008 tentang Pengelolaan Hutan bahwa pemerintah wajib membebaskan
enclave yang terdapat di dalam kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Hal ini terkait rencana perluasan kawasan TAHURA Ir. H. Djuanda, yang akan diperluas menjadi 2.750 ha. Rencana tersebut termasuk kawasan enclave seluas 7 ha yang dihuni 400 warga dusun Sekejolang.
Menurut Fauzi (2002) mengatakan bahwa penyebab utama dari konflik tenurial bersumber dari adanya dominasi suatu sistem penguasaan yang datang atau berasal dari hukum negara yang secara sepihak memberikan layanan begitu besar pada pemilik-pemilik modal untuk mengembangkan usahanya dalam mengelola sumber tanah dan sumber daya alam lain termasuk hasil hutan. Sementara itu, hak-hak masyarakat setempat yang telah hidup dan mengembangkan suatu sistem tersendiri untuk mengelola tanah dan sumber daya alam lain tersebut diabaikan dan dilanggar begitu saja. Suatu lembaga terbentuk dari berbagai pihak yang terkait ( stakeholders). Menurut Allen dan Kilvington (2004) bahwa stakeholders adalah Orang-orang atau kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan dalam sebuah kebijakan, program dan proyek. Ada dua jenis stakeholders, yaitu stakeholders
2
Perumusan Masalah
Sengketa klaim atas kepemilikan lahan terjadi sejak ditetapkannya wilayah Curug Dago Pakar menjadi bagian kawasan TAHURA Ir. H. Djuanda yang di dalamnya termasuk dusun Sekejolang. Masyarakat dusun Sekejolang menolak atas pembebasan lahan milik mereka. Hal ini terjadi atas penawaran harga jual tanah yang rendah oleh pihak TAHURA Ir. H. Djuanda. Pembentukan dan pengaktifan kembali organisasi merupakan langkah masyarakat untuk tetap mempertahankan lahan milik mereka.
Tujuan Penelitian
Mengetahui potret organisasi secara menyeluruh untuk diidentifikasi dari bentuk kemandirian dan aktivitas penguatan hak atas tanah. Mengkaji upaya-upaya pengembangan organisasi masyarakat dalam penguatan hak atas tanah dimasa yang akan datang.
Manfaat Penelitian
Digunakan sebagai base line data dalam upaya meningkatkan efektifitas pengembangan organisasi masyarakat. Sebagai informasi/masukan bagi pihak pengambil kebijakan dalam perumusan konsep dan bentuk kelembagaan. Serta memberikan informasi tentang peran serta masyarakat dalam mempertahankan dusun Sekejolang sekaligus memberikan acuan dalam melakukan pembinaan selanjutnya.
Hipotesis
3
METODE
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peraturan undang-undang terkait penetapan TAHURA Ir. H. Djuanda, kuisioner/ daftar pertanyaan untuk wawancara semi terstruktur, alat tulis, peta kerja dan peta administrasi desa / kecamatan.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, komputer, printer, kamera digital, dan tape recorder.
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - April 2014 dan bertempat di dusun Sekejolang Desa Ciburial Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung yang masuk ke dalam kawasan Taman Hutan Raya Ir.H.Djuanda Bandung Jawa Barat.
Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui cara-cara sebagai berikut :
1. Data Primer yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi lapang dan wawancara secara langsung dengan menggunakan pendekatan non-probability
melalui metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti (Sudjana 2002). Berikut rincian daftar responden :
4
Metode yang digunakan dalam penentuan responden untuk wawancara person kunci (key person interviews) menggunakan snowball method. Ukuran sampel yang digunakan 33 orang didasarkan pada acuan minimal 30 sampel untuk penelitian deskriptif (Umar 2002). Agar kualitas dan kuantitas data yang dikumpulkan lebih akurat, maka beberapa ternik PRA (Participatory Rural Appraisal) digunakan terutama untuk mengumpulkan data-data umum mengenai alur sejarah dusun Sekejolang dan keterkaitan antar organisasi. Metode PRA adalah sekelompok pendekatan atau metode yang memungkinkan masyarakat desa untuk saling berbagi, meningkatkan, dan menganalisis pengetahuan mereka tentang kondisi dan kehidupan desa, serta membuat rencana dan tindakan nyata ( Chambers 1996 ).
2.Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari penerbitan atau hasil-hasil studi yang dipublikasikan oleh instansi terkait. Data sekunder dalam hal ini digunakan untuk melengkapi analisis hasil studi.
Prosedur Analisis Data
5 pokok persoalan eksternal (peluang dan ancaman). Berdasarkan pendeskripsian dan hubungan antar variabel yang ada di lokasi penelitian, dilakukan analisis data seperti dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 2 Analisis data variabel penelitian Variabel yang diteliti Cara mendapat
data yang fungsional dalam melakukan aktivitas masa yang akan datang
Observasi,kuiso
ner,wawancara Analisis dengan menggunakan metode SWOT.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Dusun Sekejolang terletak di dalam kawasan hutan lindung milik TAHURA Ir. H. Djuanda. Luas total TAHURA Ir. H. Djuanda mencapai 529 ha. Termasuk di dalamnya dusun Sekejolang yang luasnya mencapai 7 ha. dusun Sekejolang terletak di bagian Utara Desa Ciburial dengan topografi bergunung-gunung yang berada di daerah dataran tinggi dengan ketinggian tanah dari permukaan laut setinggi 750-1.200 dpl, dengan kemiringan tanah 45ºC. Mempunyai suhu udara harian 25ºC- 29ºC dengan curah hujan tahunan 0,29 mm/tahun. Relasi antara Hutan dengan masyarakat sedemikian erat terjadi dimana secara kewilayahan dusun ini berada di tengah-tengah kawasan hutan. Pasang surut hubungan hutan masyarakat dapat kita lihat dari status penguasan hutan di Hutan Raya.
Lahirnya Organisasi
Lahirnya organisasi-organisasi di dusun Sekejolang berawal dari kurang diberdayakannya aspek kegiatan masyarakat dalam hal pembangunan dusun secara gotong royong1. Dusun Sekejolang memiliki organisasi yang aktif dan fungsional dalam kaitannya mempertahankan lahan milik mereka. Terbentuk atas bantuan dari pihak WALHI karena peduli akan keberadaaan dusun satu-satunya yang masih tersisa di dalam Kawasan TAHURA Ir. H. Djuanda. Pihak WALHI secara organisatoris masih memiliki idealisme dan keberpihakan kepada masyarakat bawah. Pemilihan isu tentang HAM dan agraria menjadi fokus mereka. Selain itu, terbentuk atas inisiatif dari warga dusun Sekejolang melihat keprihatinan terhadap sesama warga lainnya yang dipandang kurang memiliki hiburan. Organisasi di diaktifkan kembali untuk mengembangkan kesenian sunda sebagai hiburan masyarakat. Rencana perluasan kawasaan TAHURA Ir. H. Djuanda pada awal tahun 2014 mempengaruhi pengaktifan kembali organisasi-organisasi yang selama ini mengalami vacuum selama 20 tahun terakhir. Melibatkan organisasi untuk penguatan lahan tempat tinggal merupakan cara yang ditempuh masyarakat. Strategi yang digunakan yaitu mengembangkan kebudayaan setempat. Sehingga nantinya identitas budaya menjadi sebuah alasan untuk tetap bertahan.
7 Struktur Organisasi
Proses Terbentuknya Struktur Organisasi
Struktur organisasi memiliki fungsi untuk memberikan pedoman bagi anggota di dalamnya dan menjalin hubungan dengan pihak luar. Dusun Sekejolang memiliki 3 organisasi yang aktif dan fungsional dalam mengembangkan potensi yang dimiliki. Berikut rincian struktur organisasi di dusun Sekejolang :
Tabel 3 Struktur organisasi di dusun Sekejolang
No Nama Organisasi Struktur Organisasi 1. Paguyuban Cinta Lembur Kuring Pelindung/penasehat
Ketua Sekretaris Bendahara
Seksi Penguatan Organisasi Seksi Keanggotaan
Seksi Keamanan
Seksi Komunikasi dan Kampanye 2. Karang Taruna Bina Mandiri Pembina 1
Pembina 2 Ketua Wakil Ketua Sekretaris Bendahara
3. PKK Strawberry Ketua
Bendahara Sekretaris Anggota aktif
8
Bentuk Struktur Organisasi
Struktur organisasi di dusun Sekejolang berbeda satu sama lainnya. Terbentuk dari elemen masyarakat setempat dengan melihat keinginan anggota yang ingin terlibat dalam kepengurusan organisasi. Berikut bentuk struktur organisasi dusun Sekejolang.
Gambar 1 : Struktur Organisasi Karang Taruna Gambar 2 : Struktur Organisasi
9 Bentuk keseluruhan dari ketiga struktur organisasi di dusun Sekejolang dapat diamati mempunyai kesamaan dan perbedaan satu sama lainnya. Persamaannya, dua dari ketiga organisasi di atas merupakan bentuk struktur organisasi lini dan staf terbentuk pada organisasi Karang Taruna Bina Mandiri dan Paguyuban Cinta Lembur Kuring. Struktur organisasi lini terbentuk pada organisasi PKK Strawberry. Menurut Fayol (1949) struktur organisasi lini dan staf menggambarkan wewenang organisasi dipegang langsung oleh manajer puncak tetapi dalam kelancaran tugas pemimpin dibantu oleh para staf.
Tujuan Organisasi
Ciri suatu organisasi adanya tujuan bersama yang ingin dicapai. Organisasi akan tetap eksis jika mampu mewujudkan tujuan yang ingin dicapai. Ketika tujuan organisasi sudah tercapai, dapat disepakati untuk tetap ada atau dibubarkan. Paguyuban Cinta Lembur Kuring dibentuk hanya untuk memperjuangkan kepentingan lahan. Jika dirasa kepentinganya sudah selesai nantinya dapat dibubarkan. Organisasi di dusun Sekejolang yang paling berperan besar yaitu organisasi yang ada keterkaitannya dengan kepentingan masyarakat. Organisasi Karang Taruna Bina Mandiri menyediakan sarana kesenian untuk hiburan warga diantaranya Calung, Pongdut, Karimbing, dan Sisingaan. Kasihan melihat warga jika sudah pulang dari kebun tidak ada hiburan di malam hari, mau mencari hiburan ke kota terlalu jauh sehingga diaktifkan kembali kesenian-kesenian khas sunda untuk hiburan warga2. Tujuan organisasi-organisasi di dusun Sekejolang berbeda
satu sama lain. Tetapi terdapat satu tujuan bersama yaitu tetap mempertahankan dusun Sekejolang dari rencana pemerintah untuk dibebaskan status lahannya.
Beberapa warga merasa tujuan organisasi belum tercapai. Seperti adanya 6 Kepala Keluarga di dusun Sekejolang yang menjual tanahnya kepada pihak TAHURA. Ir. H. Djuanda dengan harga murah. Hal ini dianggap tidak sesuai tujuan utama organisasi yaitu tidak menjual tanah milik kepada pihak manapun dan tetap untuk dipertahankan. Sehingga, anggota Paguyuban Cinta Lembur Kuring perlu melakukan musyawarah kembali agar hal seperti itu tidak terulang kembali demi kepentingan bersama tetap mempertahankan dusun Sekejolang.
.
10
Keanggotaan Organisasi
Ciri dari suatu organisasi memiliki anggota. Keberadaan anggota sebagai pengakuan atau legalitas organisasi tersebut. Jumlah anggota dapat mempengaruhi kinerja organisasi tersebut.
Tabel 4 Aspek keanggotaan
Nama
Tidak bebas Ada Setiap hari minggu
PKK Strawberry
Tidak bebas Ada Saat ada pendataan oleh kabupaten/desa
11 Hubungan Organisasi
Hubungan ketiga Organisasi saling bekerja sama saat telah dibentuknya Paguyuban Cinta Lembur Kuring. Organisasi Karang Taruna Bina Mandiri mempunyai hubungan dengan TAHURA Ir. H. Djuanda dari segi penampilan pengembangan kesenian khas sunda. Organisasi PKK Strawberry mempunyai hubungan langsung dengan masyarakat dalam hal pelayanan umum untuk pengecekan kesehatan untuk BALITA dan LANSIA. Berikut dapat dilihat hubungan antar organisasi dusun Sekejolang :
Ket :
Kerjasama Konflik
Gambar 4 : Bagan hubungan organisasi dusun Sekejolang
Hubungan TAHURA Ir. H. Djuanda dengan masyarakat dusun Sekejolang telah mengalami konflik sejak ditetapkannya Curug Dago Pakar menjadi kawasan TAHURA Ir. H. Djuanda pada tahun 1985. Keberadaan dusun Sekejolang sudah ada dan Belanda mengakui tempat ini sebagai kampung. Jauh sebelum adanya Taman Hutan Raya masyarakat sudah ada bahkan sebelum Belanda menguasai Bandung Utara3. Konflik yang terjadi bersifat tersembunyi (konflik laten). Munculnya tekanan yang samar dan tidak sepenuhnya berkembang (terjadi
3 Hasil wawancara dengan pak ihik (sesepuh dusun Sekejolang)
Masyarakat Sekejolang
TAHURA Karang
Taruna Bina Mandiri
PKK Strawberry
12
ketegangan, ketidakpuasan yang tersembunyi). Perbedaan persepsi antara masyarakat dengan TAHURA Ir. H. Djuanda merupakan inti dari persoalan. Konflik terjadi karena kurang terbukanya diantara kedua belah pihak untuk mencapai titik temu bersama dalam menyelesaikan persoalan status lahan milik pihak ketiga (enclave) yang akan dibebaskan atau tetap akan dijadikan kampung adat wisata4. Sikap saling klaim pun menjadi konflik yang belum terselesaikan karena kedua belah pihak memiliki bukti tersendiri. Pihak masyarakat dusun Sekejolang memiliki bukti berbentuk balangko jika sekarang sama seperti sertifikat yang dikeluarkan oleh pemerintah pada tahun 1800-an melalui aparatur pemerintahan agraria. Sedangkan, dari pihak TAHURA sendiri mengklaim dengan adanya peta Belanda yang menandakan kawasan Sekejolang telah sejak lama masuk kawasan TAHURA Ir. H. Djuanda. Perbedaan persepsi inilah yang akan membuat hubungan warga masyarakat dusun Sekejolang dengan TAHURA Ir. H. Djuanda akan selalu bersitegang.
Akses sebagai suatu kemampuan (ability) untuk mendapatkan manfaat dari sesuatu, yang dibedakan dengan mendapatkan manfaat yang diperoleh dari adanya hak (property rights) ( Peluso et al 2003 ). Pihak Tahura Ir. H. Djuanda mendapat keuntungan dari objek masyarakat dusun Sekejolang berupa pengamanan kawasan hutan dari tindak pencurian kayu dan bahaya kebakaran hutan. Selain itu, menjadi daya tarik untuk pengunjung bila kawasan dusun Sekejolang tetap dilestarikan menjadi kampung adat wisata. Masyarakat dusun Sekejolang memanfaatkan sumberdaya alam berupa hutan sebagai tempat bermukim sudah sejak lama. Masyarakat mempunyai akses berupa pengetahuan. Sebagian jenis sumber daya alam tertentu misalnya tidak hanya bisa diakses melalui faktor ekonomi dan klaim moral untuk mendapatkan hak subsistensi, tapi hal itu juga bersifat sosial, politis, dan punya tujuan ritual yang direpresentasikan kedalam kekerabatan, relasi kekuasaan, atau harmoni ritual ( Peluso dan Padoch 1996 ). Sedangkan pihak Tahura Ir. H. Djuanda mempunyai peran besar menentukan siapa yang mampu atau tidak mengakses sumber daya alam dengan memiliki akses kapital untuk mampu mengontrol dan mengatur akses seseorang atau kelompok masyarakat ( Blaikie dan Brook Field 1987 ).
Aktivitas Organisasi
Organisasi-organisasi di dusun Sekejolang memiliki kegiatan masing-masing dengan ciri khas yang berbeda satu sama lain. Mulai dari kesenian sampai upacara adat kebudayaan hingga pelayanan kesehatan bagi masyarakat setempat. Kesenian Singa Depok merupakan salah satu sektor yang digencarkan di lingkungan dusun Sekejolang. Pemain kesenian ini diutamakan anggota Karang Taruna Bina Mandiri yang berminat dan bersedia memainkan alat kesenian berupa boneka “Sisingaan”. Setiap pemain harus membelinya dari seorang pelatih Singa Depok dengan harga mencapai Rp.2.000.000/boneka sekaligus sebagai uang mahar antara pemain Singa Depok dengan boneka sisingaan. Hal ini bertujuan agar lebih menyatu antara pemain dan sisingaannya pada saat melakukan pentas. Kemudian, kegiatan lainnya yaitu mencari dana tambahan uang kas melalui kegiatan penggalangan dana berupa
13 pembersihan jalan. Pendapatan yang dihasilkan mencapai Rp.100.000 - Rp.200.000. Kegiatan ini dilakukan secara bersama-sama oleh setiap anggota Karang Taruna Bina Mandiri, dilakukan setiap hari minggu pagi.
Aktivitas lain dari organisasi Karang Taruna Bina Mandiri yaitu keterlibatan semua anggota dalam kegiatan peringatan hari-hari besar nasional dan agama. Seperti keterlibatan menjadi panitia pelaksana acara hari 17 Agustus 1945, acara Maulid Nabi Muhammad SAW, dan ikut menjadi anggota penyelenggara acara upacara adat hajat buruan. Acara hajat buruan merupakan bentuk rasa syukur masyarakat atas hasil panen yang telah diberikan Allah SWT kepada masyarakat dan untuk menguatkan lahan tempat tinggal. Aktivitas lain dari Paguyuban Cinta lembur kuring yaitu kumpul rutin setiap 3 bulan sekali untuk membahas dan mempersiapkan argumen saat menghadapi pihak pemerintah yang akan membebaskan lahan Sekejolang dengan ganti rugi sebesar Rp. 500.000. Pihak pemerintah mendatangi dusun Sekejolang setiap 1 tahun sekali untuk memberikan penyuluhan kepada seluruh masyarakat dusun Sekejolang yang dianggap sebagai masyarakat enclave. Untuk itu, masyarakat merasa perlu adanya tim pembela dalam mempertahankan lahan dusun Sekejolang. Organisasi PKK strawberry aktivitasnya yaitu mengadakan penyuluhan di posyandu untuk BALITA, pengecekan kesehatan untuk LANSIA, pengobatan kaki gajah, pengadaan pelayanan Keluarga Berencana (KB), serta menyediakan pelayanan untuk sarana melahirkan masyarakat dusun Sekejolang.
Peran Organisasi
Peran organisasi di dusun Sekejolang dari ketiga organisasi yang ada memang berbeda. Namun terdapat adanya satu tujuan bersama yang berpengaruh besar terhadap keberadaan lahan dusun Sekejolang. Berikut daftar peran organisasi di dusun Sekejolang.
Tabel 5 Daftar organisasi-organisasi yang berkaitan dengan pengembangan dusun Sekejolang
14 status lahan Sekejolang dari pemukiman untuk dijadikan area konservasi tanaman langka Jawa Barat. Namun, hal tersebut mendapat penolakan dari masyarakat, karena masyarakat merasa telah nyaman tinggal di dusun Sekejolang atau istilah daerah setempat telah memiliki rasa “ Pangabetah” 5. Masyarakat merasa takut bila nantinya mendapat kondisi alam yang berbeda dengan kondisi dusun Sekejolang. Untuk itu, segenap masyarakat dusun Sekejolang memiliki rasa yang sama tetap mempertahankan lahan milik mereka. Wujud dari hal tersebut yaitu diaktifkan kembali organisasi lokal untuk salah satu strategi mempertahankan lahan Sekejolang.
Cara Organisasi dalam Menguatkan Status Lahan Dusun Sekejolang
Berbagai cara dilakukan oleh masyarakat dusun Sekejolang untuk tetap mempertahankan lahan mereka. Seperti menggunakan organisasi masyarakat untuk menjadi alat pertahanan dan penguatan hak atas tanah. Masyarakat menyadari masalah yang sedang dihadapi yaitu masalah komunitas sehinggga untuk memperjuangkan hak mereka perlu adanya organisasi6. Cara yang digunakan oleh organisasi-organisasi setempat yaitu memperbanyak kegiatan-kegiatan yang sifatnya berkenaan dengan adat istiadat dan pengembangan kesenian. Sehingga, terkesan dusun Sekejolang memiliki ciri khas tersendiri sebagai dusun satu-satunya
5 Rasa nyaman yang telah dimili oleh warga dusun Sekejolang yang sulit untuk digantikan dengan
apapun disampaikan oleh pak Hihik sesepuh dusun Sekejolang pada saat wawancara
15 yang masih tersisa di dalam kawasan hutan. Harapan seluruh masyarakat dusun Sekejolang mendapat pengakuan dari pihak luar untuk mencari dukungan agar tetap dapat bertahan7.
Pengembangan Organisasi
Organisasi yang ada di dusun Sekejolang telah mengalami berbagai pergerakan dan perubahan. Pergerakan dan perubahan terjadi secara internal dari anggotanya sendiri maupun dari bantuan pihak lain. Hal itu ditandai dengan telah dilakukannya berbagai pelatihan-pelatihan yang diberikan kepada organisasi masyarakat oleh WALHI. Kemudian, diberikan sosialisasi dalam bentuk pelatihan langsung kepada masyarakat yang tujuannya memberikan kemampuan untuk menciptakan suatu peluang usaha bagi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan.
Tabel 6 Jenis pelatihan yang telah diikuti oleh masyarakat dan organisasi di dusun Sekejolang dan pelatihan/ program yang dibutuhkan
Nama organisasi
Jenis pelatihan yang telah diikuti
Tahun Pelaksana Keterangan
Karang Taruna Bina Mandiri
- - -
Program latihan yang dibutuhkan
2013 WALHI Program latihan yang dibutuhkan : membuka kader PKK Strawberry dan pembuatan
Posyandu
Organisasi Paguyuban Lembur Kuring terbentuk atas bantuan pihak luar yang peduli akan keberadaan lahan dusun Sekejolang. Langkah awalnya menampung seluruh aspirasi masyarakat dusun Sekejolang. Kemudian, menggali masalah yang sebenarnya sedang dihadapi masyarakat. Terbentuklah suatu organisasi sebagai gerakan masyarakat untuk menentang program pemerintah yang
16
akan membebaskan lahan milik masyarakat dengan harga jual rendah. Untuk itu, masyarakat tidak ingin menjual lahan milik mereka dan cenderung untuk tetap dipertahankan8.
Rencana Pengembangan dan Penguatan Organisasi
Pengembangan Organisasi dusun Sekejolang telah dilakukan oleh berbagai pihak. Baik pihak Tahura Ir. H. Djuanda maupun dari pihak luar yang peduli akan keberadaan dusun Sekejolang untuk tetap ada. Dilakukan analisis tentang organisasi untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, ancaman, maupun tantangan dimasa yang akan datang dengan menggunakan metode analisis SWOT. Berikut hasil analisinya.
Tabel 7 Kedudukan organisasi masyarakat di dusun Sekejolang apabila dianalisis dengan metode SWOT maka posisinya dapat diketahui sebagai berikut :
IFAS 3,90 EFAS 2,45
Total Skor Kekuatan
( S ) 2,40
Total Skor Peluang ( O )
1,00
Total Skor Kelemahan ( w )
1,50
Total Skor Ancaman/ tantangan
( T )
1,45
S-W 0,90 O-T -0,45
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa titik koordinat posisi Organisasi masyarakat dusun Sekejolang pada titik-titik variabel sumbu ( X ) S-W = 0,90 dan sumbu ( Y ) O-T = -0,45. Sumbu X bernilai positif artinya memiliki kekuatan ( S ) yang lebih besar daripada kelemahan ( W ) dan Sumbu Y bernilai negatif artinya bahwa Peluang ( O ) lebih kecil daripada ( T ) tantangan, sehingga perlu dilakukan beberapa Diversifikasi Strategi untuk memperkecil faktor tantangan dan selalu menjaga peluang.
17
18
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Terdapat 3 (tiga) organisasi yang aktif dan fungsional di dusun Sekejolang. Ketiga organisasi tersebut berperan aktif dalam menguatkan hak atas tanah. Memperkuat organisasi dilakukan dengan membuka jejaring melalui pihak luar seperti LBH Bandung dan WALHI yang bertugas memberikan pelatihan-pelatihan untuk penguatan organisasi secara internal maupun eksternal. Harga jual tanah yang ditawarkan pihak TAHURA Ir. H. Djuanda kepada masyarakat dusun Sekejolang terlalu rendah akibatnya hanya akan merugikan masyarakat. Cara yang digunakan masyarakat dusun Sekejolang untuk tetap bertahan yaitu dengan strategi penguatan identitas kebudayaan yang nantinya dapat dijadikan alasan yang kuat untuk tetap bertahan.
Saran
19 DAFTAR PUSTAKA
Allen, W dan Klivington. 2001.Stakeholder Analysis. Mnaaki Whenua Landcane Research.
Blaikie, P. and H. Brook field. 1987. Land Degradation and Society. London: Methuen
Chambers, R. 1996. Participatory Rural Appraisal: Memahami Desa Secara Partisipatif. Oxfam – Kanisius. Yogyakarta.
Cromwell E. 2002. Key Sheet for Pro-poor Infrastructure Provision : Land Tenure. Department for International Development. UK
Ferrel, O. C. and Hartline, Michael D. 2005. Marketing Strategy. 4th Edition. Neil. Marquidt : USA
Fayol, Henry. 1949. Administration, Industrrielle et Generale
N.L. Peluso (2003) “A Theory of Access,“dalam rural Sociology 68/2
Fauzi, Noer (2002), “Konflik Tenurial: yang Diciptakan Tapi Tak Hendak Diselesaikan”. Yogyakarta: Insist Press.
Perda No. 25 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda
PP No.68 tahun 1998 tentang Kawasan Pelestarian Alam dan Kawasan Suaka Alam
Pelluso, N. L. and C. Padoch. 1996. “ Resource Rights in Managed Forest of Kalimantan . Pp.121-36 in Borneo in Transition: People, Forest, conservation, and Development. Kuala Lumpur: Oxford University Press.
Rangkuti, F. 2000. Analisis SWOT teknik membedah kasus bisnis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Soekanto, Soerjono. 1975. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia
Sudjana.2002.Metode Statistika.Bandung : Tarsito
Sukardi.2004. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi aksara.
Umar, H. 2002. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen.Jakarta : PT Gramedia. Pustaka Utama.
20
Lampiran 1. Perhitungan analisis SWOT mengenai organisasi di dusun Sekejolang
a. Kekuatan
1. Sikap Organisasi kompak dan solid dalam mengatasi upaya pembebasan lahan
2. Satu kata dan satu sikap untuk tetap bertahan
3. Tetap mempertahankan Kebudayaan adat dan kesenian daerah agar tetap lestari
4. Menjaga agar rasa gotong royong tetap terpelihara 5. Mempunyai paham tanah sebagai nilai pengabetahan b. Kelemahan
1. Tanah status enclave ( versi Tahura ) 2. Bukti kepemilikan sertifikat lahan 3. Dana Organisasi masih terbatas
4. Kurangnya kerjasama dengan pihak luar dalam penguatan organisasi 5. Infrasruktur yang serba terbatas, akses sarana kesehatan pendidikan masih minim
c. Ancaman
1. Perluasan kawasan Tahura 2. Bencana Longsor
3. Alih Fungsi lahan
4. Tanah dibeli oleh pemodal 5. Degradasi hutan
d. Peluang
1. akan dijadikan kampung adat wisata
21 5. Pembinaan yang dilakukan oleh pihak luar dan Tahura
Berikut Skala yang biasa digunakan dalam menganalisis SWOT skala angka 1-4 Kekuatan: Poin 1 = Kecil Kelemahan : Poin 1 = Besar
Poin 4 = Besar Poin 4 = Kecil Peluang : Poin 1 = Kecil Ancaman: Poin 1 = Besar
Poin 4 = Besar Poin 4 = Keci (Dalam Rangkuti, 2008 : 22 – 25)
Tabel 8. Tabel Perhitungan Analisis SWOT
Faktor-faktor strategi Eksternal
Peluang (O) akan dijadikan kampung adat wisata
Bobot
0,05
Rating
2
Bobot x Rating
0,10
Komentar
Dengan dijadikanya Kampung adat wisata akan dapat
mempertahankan dusun
Sekejolang Membangun kerjasama
dengan Walhi dan LBH
0,10 3 0,30 Kedua lembaga
dipilih dengan pertimbangan bahwa mereka secara
22
23 Tabel 8 (lanjutan)
Faktor-faktor strategi Eksternal
Bobot Rating Bobot x
Rating Komentar
Bencana Longsor 0,05 3 0,15 Daerah dusun
Sekejolang terdapat
topografi tanah yang curam
Alih Fungsi lahan 0,10 3 0,30 Dusun
Sekejolang masuk daerah yang akan di rubah menjadi kawasan konservasi Tanah dibeli oleh
pemodal
0,20 2 0,40 Masyarakat
dusun
Sekejolang di tawari harga tanah yang cukup besar oleh pemodal luar
Degradasi hutan 0,05 4 0,20 Kerusakan
Hutan sebagai tempat tinggal akan berdampak kepada
keberadaan dusun
Sekejolang yang berada di dalam kawasan hutan.
24 dan solid dalam mengatasi upaya pembebasan lahan kesenian daerah agar tetap lestari royong tetap terpeliha
25
26
Tabel 8 (lanjutan)
Faktor-faktor strategi Eksternal
Bobot Rating Bobot x
Rating Komentar
Kurangnya kerjasama dengan pihak luar dalam penguatan organisasi
0,10 2 0,20 Pengembangan
Organisasi perlu bantuan pihak luar untuk dukungan penguatan status lahan milik Infrasruktur yang serba
terbatas, akses sarana kesehatan pendidikan masih minim
0,20 2 0,40 Sarana yang
kurang memadai membuat terhambatnya perkembangan dusun
Sekejolang maupun
kelembagaanya
27
Tabel 9 Matriks Analisis SWOT (Makro)
Eksternal dengan Walhi dan LBH 3. Kesenian dapat di promosikan keluar oleh pihak Tahura
4. Masyarakat dapat bekerja di Balai Tahura 5. Pembinaan yang dilakukan oleh pihak luar dan Tahura.
TANTANGAN ( T ) 1. Perluasan kawasan Tahura
2. Bencana Longsor 3. Alih Fungsi lahan 4. Tanah dibeli oleh pemodal
5. Degradasi hutan
KEKUATAN ( S )
1. Sikap Organisasi kompak dan solid dalam mengatasi upaya pembebasan lahan 2. Satu kata dan satu sikap untuk tetap bertahan 3.Tetap mempertahankan Kebudayaan adat dan kesenian daerah agar tetap lestari
4. Menjaga agar rasa gotong royong tetap terpelihara 5. Mempunyai paham tanah sebagai nilai pengabetahan
STRENGTHS OPPORTUNITIES
( SO ) 1. Dusun Sekejolang akan tetap ada walau berubah menjadi kampung adat
4. Kerukunan yang sudah terjalin membuat
kepercayaan dari pihak Tahura terhadap masyarakat.
28
3. Dana Organisasi masih terbatas
4.Kurangnya kerjasama dengan pihak luar dalam penguatan organisasi 5. Infrasruktur yang serba terbatas, akses sarana agar tetap ada dan lestari
29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 20 Maret 1992. Dari ayah Kadiman dan Ibu Unas Suminah. Penulis adalah putra ketiga dari empat bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Kornita IPB Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus Ujian Talenta Mandiri ( UTM ) dan diterima pada Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.
Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi ketua penyelenggara mubes PC Sylva IPB pada tahun 2010, aktif menjadi anggota PC sylva IPB tahun 2010-2011. Penulis mendapat penghargaan berupa sertifikat pada malam Apresisasi Rimbawan sebagai penulis Novel dengan judul Judge Jungle. Selain itu penulis aktif di organisasi luar kampus menjabat sebagai ketua Karang Taruna Bina Respek Mandiri di Kampung Carang Pulang di RT.05/03 tahun 2014. Serta penulis telah melakukan kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Cirebon-Indramayu. Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat dan Penulis telah melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapang di KPH Bogor Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat dan Banten.