• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimalisasi Penggunaan Rumput Laut (Gracilaria Sp.) Pada Mie Basah Sebagai Pangan Fungsional Tinggi Serat Dan Sumber Iodium

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Optimalisasi Penggunaan Rumput Laut (Gracilaria Sp.) Pada Mie Basah Sebagai Pangan Fungsional Tinggi Serat Dan Sumber Iodium"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMALISASI PENGGUNAAN RUMPUT LAUT

(

Gracilaria sp

.) PADA MIE BASAH SEBAGAI PANGAN

FUNGSIONAL TINGGI SERAT DAN SUMBER IODIUM

RAFSAN SYABANI CHOLIK

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Optimalisasi Penggunaan Rumput Laut (Gracilaria sp.) pada Mie Basah sebagai Pangan Fungsional Tinggi Serat dan Sumber Iodium adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

„ Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2015

Rafsan Syabani Cholik

(4)

ABSTRAK

RAFSAN SYABANI CHOLIK. Optimalisasi Penggunaan Rumput Laut (Gracilaria sp.) pada Mie Basah sebagai Pangan Fungsional Tinggi Serat dan Sumber Iodium. Dibimbing oleh LEILY AMALIA.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan formulasi mie berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan rumput laut Gracilaria sp. sebagai pangan fungsional tinggi serat dan iodium. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan faktor berupa jenis formula. Penentuan formula terbaik dilakukan dengan menggunakan uji hedonik dan persentase penerimaan. Mie basah dengan penambahan rumput laut sebanyak 10% merupakan formula terpilih. Produk mie terpilih dilakukan uji proksimat meliputi kadar air, abu, lemak, protein dan karbohidrat. Secara berturut-turut hasilnya sebesar 65.96%, 0.25%, 0.31%, 4.8%, 28.69%. Kadar serat pangan terpilih sebesar 5.86% dan kadar iodium 0.23 mcg/g. Uji sifat fisik menunjukkan nilai kekerasan sebesar 917 gf. Uji daya terima konsumen dilakukan kepada 31 responden. Hasilnya adalah 93.3% responden menyatakan sangat suka dan dapat menerima produk mie basah terpilih dengan baik.

Kata kunci: Iodium, mie basah, rumput laut Glacilaria sp, serat

ABSTRACT

RAFSAN SYABANI CHOLIK. Optimalization of Seaweed on Wet Noodles as Functional Food High of Fiber and Iodine Sources. Supervised by LEILY AMALIA.

The purpose of this study was to find formula of noodles made from fluor added with seaweed as a functional food high of fiber and iodine. Experimntal design used in this study was a completely randomized design with the formula as the treatment factor. The best noodles was chosen based on hedonic test and considered of adding seaweed. Noodle with addition of Gracilaria 10% was the best formula. The proximate analysis of the chosen wet noodles product resulted in 65.96%, 0.25%, 0.31%, 4.80% and 28.69% for water, ash, fat, protein, and carbohydrate content respectively. The total dietery fiber and iodine was found out to be 5.86% and 0.23 mcg/g. The acceptance test was done towards 31 respondents (elementary school students) and 93.3% of them showed fondness and could accept the chosen noodle product well.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

OPTIMALISASI PENGGUNAAN RUMPUT LAUT

(

Gracilaria sp.

) PADA MIE BASAH SEBAGAI PANGAN

FUNGSIONAL TINGGI SERAT DAN SUMBER IODIUM

RAFSAN SYABANI CHOLIK

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Optimalisasi Penggunaan Rumput Laut (Gracilaria sp.) pada Mie Basah sebagai Pangan Fungsional Tinggi Serat dan Sumber Iodium Nama : Rafsan Syabani Cholik

NIM : I14110112

Disetujui oleh

Leily Amalia Furkon, STP, MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Rimbawan Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari-Maret 2015 adalah Optimalisasi Penggunaan Rumput Laut (Gracilaria sp.) sebagai Pangan Fungsional Tinggi Serat dan Sumber Iodium.

Penulis menyadari bahwa pembuatan karya tulis ini tidak akan berhasil tanpa dukungan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Orang tua dan keluarga besar penulis yang telah memberikan motivasi, perhatian, dan dukungan baik moril dan materil.

2. Ibu Leily Amalia STP, MSi. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan memberikan masukan bagi penulis selama pelaksanaan penelitian

3. Bapak Yayat Heryatno, SP, MPS selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sebaik mungkin.

4. Bapak Prof. drh. M. Rizal Martua Damanik, MRepSc, PhD selaku dosen pemandu seminar dan penguji skripsi yang telah memberi banyak saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Rizky, Teh Santi, Ibu Susi, Ibu Ine atas bantuannya dalam proses penelitian.

6. Sahabat-sahabat dan rekan-rekan seperjuangan tercinta yang selalu memberikan bantuan dan motivasinya dalam menjalani penelitian dan skripsi: Natasha Fredlina Ginting, Elma Alfiah, Yuda Pramadhan, Kustarto Rifki Taufani, M. Iqbal, Laorensia Oktavia Rajuni, M. Fahmi Arsyada, Annisa Kirana Nusanti, Adhe Fadhillah Putri, Annisa Prisillia Alifasari, Mesa Shelviani, Ahsan Saifurrohman, PPG HIMAGIZI 2013, BEM FEMA 2014, Keluarga Prabu KKP CILACAP 2014, Keluarga Pondok Gizi, Keluarga Anti Wacana, Keluarga JAKUZI, dan Keluarga Tapak Suci IPB.

7. Rekan-rekan Gizi Masyarakat 48 seperjuangan yang penuh semangat, serta warga gizi lainnya dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 3

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 3

Bahan dan Alat 3

Tahapan Penelitian 3

Rancangan Percobaan 6

Pengolahan dan Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Pembuatan Bubur Rumput Laut Gracilaria sp. 7

Analisis Kimia Rumput Laut Gracilaria sp. 8

Formulasi Pembuatan Mie Basah Rumput Laut 10

Uji Organoleptik Mie Basah Rumput Laut 10

Penentuan Formula Mie Rumput Laut Terpilih 12

Uji Sifat Fisik Produk Mie Rumput Laut Terpilih 13

Kandungan Zat Gizi Mie Rumput Laut Terpilih 13

Daya Terima Sasaran terhadap Produk 15

Kontribusi Terhadap AKG Anak Sekolah Dasar (6-12 tahun) 16

Estimasi Harga Mie per Takaran Saji 17

SIMPULAN DAN SARAN 18

Simpulan 18

Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 19

(10)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi mie basah (modifikasi Bogasari 2011) 4

2 Formulasi mie rumput laut 6

3 Kandungan kimia rumput laut Gracilaria sp. 8

4 Formulasi mie rumput laut Gracilaria sp. 10

5 Nilai modus hasil uji hedonik (kesukaan) 10

6 Nilai modus hasil uji mutu hedonik 11

7 Kandungan gizi mie basah 11

8 Angka kecukupan gizi anak usia sekolah dasar 16

9 Kandungan dan kontribusi zat gizi mie terpilih per takaran saji (100

gram) terhadap AKG anak usia 6-12 tahun 17

10 Estimasi harga mie per takaran saji (155 gram) 17

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir tahap penelitian 4

2 Tahap-tahap pembuatan mie campuran rumput laut (Bogasari 2011) 5 3 Persentase tingkat kesukaan panelis terhadap atribut warna, aroma, rasa,

tekstur aftertaste, dan keseluruhan mie basah 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Prosedur analisis fisik 21

2 Prosedur analisis kimia 21

3 Lembar uji organoleptik 23

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang mengalami permasalahan gizi ganda, yaitu gizi lebih dan gizi kurang. Tingginya angka kelebihan berat badan dan obesitas di Indonesia diakibatkan oleh tingginya konsumsi makanan berlemak dan rendahnya konsumsi serat. Menurut Hardinsyah (2011) asupan rata-rata energi dari lemak di Indonesia sebesar 29.1% melebihi anjuran Depkes (2004) yang seharusnya <25% dari asupan energi. Penelitian Depkes (2008) menunjukkan bahwa rata-rata asupan serat penduduk Indonesia sekitar 10.7 gram per hari jauh dibawah anjuran konsumsi serat sehari, yaitu sebanyak 20-35 gram.

Selain itu, tingginya angka status gizi kurang menjadi penghambat dalam pembentukan SDM yang berkualitas. Gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI) merupakan masalah gizi yang dijumpai hampir diseluruh negara di dunia, baik di negara berkembang termasuk di Indonesia maupun negara maju. Negara dengan wilayah yang terdiri dari dataran tinggi atau pegunungan memiliki potensi timbulnya GAKI. Akibat yang ditimbulkan oleh masalah ini salah satunya adalah gondok yang jika tidak ditangani sejak dini maka akan berpengaruh pada kualitas SDM yang rendah (Depkes 2014).

Survei nasional pada tahun 2003 menunjukkan angka GAKI di Indonesia pada anak sekolah berkisar 11.1%. Survei nasional evaluasi GAKI menunjukkan bahwa 35.8% kabupaten di Indonesia termasuk dalam kategori endemik ringan, 13.1% kabupaten termasuk dalam kategori endemik sedang, dan 8.2% kabupaten termasuk dalam kategori endemik berat (Bappenas 2004).

Berbagai upaya telah dilakukan dalam upaya mengatasi masalah GAKI di Indonesia, salah satunya adalah fortifikasi garam dengan iodium. Namun, produksi garam beriodium dianggap belum optimal karena sebagian besar dilakukan disekitar pesisir pantai sehingga masyarakat yang tinggal di pegunungan kesulitan untuk mendapatkan garam beriodium dan mengakibatkan tingginya angka GAKI di daerah pegunungan. Tingginya penduduk Indonesia menjadi tantangan bagi stakeholder untuk menciptakan diversifikasi pangan yang aman, sehat dan bergizi dalam upaya untuk mengurangi masalah gizi di Indonesia. Mie merupakan makanan yang digemari mulai anak-anak sampai orang dewasa, karena rasanya yang enak, praktis, mengeyangkan dan dapat dikombinasikan dengan berbagai makanan sebagai pelengkap. Data World Instan Noodles Association (WINA) menunjukkan bahwa Indonesia menjadi negara dengan hasil penjualan mie terbanyak kedua setelah China, dimana mie terjual sekitar 14.1 miliar bungkus, sedangkan di China sekitar 44.03 miliar bungkus per tahun. Terdapat beberapa jenis mie yang beredar dipasaran saat ini yaitu mie kering, mie basah, mie segar, dan mie instan. Mie basah merupakan jenis mie dengan kadar air yang cukup tinggi, yaitu sebanyak 52% sehingga memiliki daya simpan yang cukup singkat (40 jam pada suhu 28-30o C) (Suyanti 2008).

(12)

2

Indonesia meningkat setiap tahunnya dengan jumlah dari 3.504.200 ton (2011) menjadi 10 juta ton (2014) atau meningkat sebanyak 32%. Daerah penghasil rumput laut terbesar di Indonesia adalah Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Bali, Sulawesi Tengah, dan Nusa Tenggara Barat. Tingginya produksi rumput laut menjadi peluang bagi pemerintah Indonesia dalam pembangunan industri pengolahan rumput laut di Indonesia. Tetapi, teknologi yang dimiliki masih terbatas untuk membangun industri pengolahan agar.

Pemanfaatan rumput laut merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan daya guna dan nilai ekonomis dari rumput laut. Salah satu usaha diversifikasi pangan laut dalam meningkatkan kualitas gizi adalah dengan memanfaatkan rumput laut jenis Gracilaria sp. menjadi mie basah. Mie basah merupakan hasil pengolahan dari bahan dasar tepung yang dicampur dengan bahan tambahan lainnya.

Selain itu, komposisi utama dari rumput laut adalah karbohidrat, yang sebagian besar kandungannya terdiri atas polimer polisakarida yang berbentuk serat. Penambahan rumput laut pada pembuatan mie basah diharapkan dapat meningkatkan kandungan iodium dan serat dalam mie basah (Wirjatmadi et al.

2002).

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Mendapatkan formula terbaik mie basah yang merupakan campuran tepung terigu dan bubur rumput laut sebagai upaya peningkatan kandungan iodium dan serat pada mie basah.

Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1. Membuat formulasi mie basah dengan bahan dasar tepung terigu dengan menambahkan bubur rumput laut sebagai sumber iodum dan serat.

2. Melakukan uji organoleptik produk mie basah dengan campuran bubur rumput laut untuk mendapatkan formula terbaik.

3. Menganalisis sifat fisik serta kandungan gizi (proksimat) dan serat produk terpilih mie basah berbasis tepung terigu dengan campuran bubur rumput laut.

4. Menganalisis kontribusi kandungan gizi produk terpilih mie basah berbasis tepung terigu dengan campuran bubur rumput laut terhadap AKG (Angka Kecukupan Gizi) anak usia sekolah.

5. Menganalisis daya terima formula mie terpilih kepada kelompok sasaran.

6. Menganalisis biaya pembuatan mie rumput laut.

Manfaat Penelitian

(13)

3 Selain itu, diharapkan penelitian ini mampu memberikan alternatif solusi untuk menanggulangi permasalahan GAKI di Indonesia, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan.

METODE

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan mulai dari bulan Januari 2015 sampai april 2015, bertempat di laboratorium Kulinari dan Dietetik, Departemen Gizi masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Analisis fisik dilakukan di Laboratorium Kimia Pasca Panen Cimanggu. Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium PAU Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor, sementara analisis kadar serat dan iodium dilakukan di Laboratorium Kimia Pasca Panen Cimanggu. Uji organoleptik dilakukan di Laboratorium Percobaan Makanan, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Uji daya terima dilakukan kepada siswa/i SD kelas III SDN Suka Asih 1, Kabupaten Tangerang.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan terdiri atas bahan utama dan bahan pendukung. Bahan utama adalah tepung terigu (hard fluor) dan rumput laut. Rumput laut didapatkan dari penjual rumput laut di kabupaten Pemalang. Bahan pendukung yang digunakan adalah air, garam, dan telur. Bahan kimia yang digunakan adalah aquades, HCl, NaOH, H2SO4, HNO3, alkohol, lugol/iodium dan bahan-bahan

untuk analisis proksimat.

Alat-alat yang digunakan untuk membuat mie instan antara lain adalah wadah plastik, pengaduk, sendok, mixer, alat pencetak mie, timbangan dan kompor. Alat-alat yang digunakan dalam analisis kandungan gizi diantaranya cawan alumunium, cawan porselin, oven, tanur, desikator, kondensor, soxhlet, labu kjedahl, alat destilasi, labu erlenmeyer, labu takar, gelas ukur, hotplate, buret, pipet, kertas saring, dan penjepit. Selain itu, untuk uji organoleptik mie instan menggunakan kuesioner, pulpen, air putih, dan piring.

Tahapan Penelitian

(14)

4

Formulasi mie instan Formula terpilih

Pembuatan mie instan dengan campuran bubur rumput laut

Justifikasi peneliti

Uji organoleptik

Formula terpilih

Analisis kimia Analisis fisik

Kekerasan

Analisis proksimat Analisis iodium Analisis serat

Rasa Aroma Tekstur Warna

Rumput laut Gracillaria sp.

Direndam air 3x24 jam

Gambar 1 Diagram alir tahapan penelitian

Pembuatan mie basah dengan campuran bubur rumput laut

Mie basah dibuat dengan meminimalisasi penggunaan bahan tambahan pangan. Bahan-bahan yang digunakan antara lain, tepung terigu tinggi protein, air, telur, dan garam non iodium. Komposisi masing-masing bahan disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 1 Komposisi mie basah (modifikasi Bogasari 2011)

Bahan Berat (g)

Tepung terigu tinggi protein 100

Telur ayam 20

Air 20

Garam non iodium 10

(15)

5

Pencampuran bahan-bahan dengan penambahan bubur rumput laut sebesar 0%, 10%, 20%, dan 30% dari total tepung

Pengadukan

Pembentukan lembaran

Penipisan lembaran

Pembentukan dan pemotongan pita-pita mie

Perebusan Bubur Rumput Laut

Mie Basah Matang x

Gambar 2 Tahap-tahap pembuatan mie campuran rumput laut (Bogasari 2011)

Metode pembuatan pada mie basah mengacu pada Bogasari (2011). Pembuatan mie basah dilakukan dengan menimbang terigu, mencampurkan semua bahan-bahan dan aduk sampai kalis. Proses selanjutnya adalah pembentukan lembaran, penipisan lembaran, dan pemotongan lembaran adonan.

Uji organoleptik

(16)

6

Uji sifat fisik mie rumput laut terpilih

Sifat fisik mie rumput laut diujikan pada formula terpilih. Analisis fisik yang dilakukan meliputi analisis kekerasan dengan menggunakan texture analyzer

XT-2i yang dinyatakan dalam satuan gf (gram force).

Uji sifat kimia rumput laut dan mie rumput laut formula terpilih

Analisis kimia rumput laut dan mie rumput laut dilakukan pada formula terpilih meliputi: uji kadar air (AOAC 1995), kadar abu (AOAC 1995), kadar protein (AOAC 1995), kadar lemak (AOAC 1995), kadar karbohidrat by difference, kadar serat makanan metode enzimatik (Hellendoorn et al. 1975), dan kadar iodium metode Atomic Absorbsion Spectrofotometry (AAS).

Uji daya terima mie rumput laut ke anak sekolah

Menurut Setyaningsih (2010) uji daya terima terhadap konsumen dilakukan kepada minimal 30 orang. Uji daya terima dilakukan terhadap siswa kelas III di SDN Suka Asih 1 berjumlah 31 anak dengan menggunakan kuesioner yang diisi secara mandiri. Metode yang digunakan adalah menilai kesukaan panelis (Singh-Ackbarali & Maharaj 2013) dan menilai sisa produk yang tidak dapat dihabiskan (Comstock et al. 1979).

Kontribusi zat gizi mie terhadap AKG anak usia sekolah (6-12 tahun)

Penentuan takaran saji dilakukan untuk mengetahui kontribusi zat gizi mie rumput laut bagi anak usia sekolah. Perhitungan kontribusi zat gizi dilakukan dengan cara membagi jumlah zat gizi yang disediakan oleh satu takaran saji mie rumput laut dengan kecukupan zat gizi untuk anak usia sekolah dikali dengan 100%. Angka kecukupan gizi mengacu pada AKG 2013.

Perhitungan biaya pembuatan mie rumput laut

Perhitungan biaya pembuatan mie rumput laut mengacu pada penelitian Dewi (2014) dengan menggunakan data harga bahan baku sebagai biaya variabel dan biaya operasional.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) faktor tunggal, yaitu penambahan rumput laut Gracilaria sp.sebanyak 0%, 10%, 20%, dan 30% dari total tepung yang digunakan dengan dua kali ulangan. Persentase penambahan bubur rumput laut mengacu pada Wirjatmadi et al. (2002). Proses dari formulasi mie rumput laut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2 Formulasi mie rumput laut Formula Tepung Terigu (Hard Fluor)

(17)

7 Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL). Bentuk umum dari model linier dapat ditulis sebagai berikut:

Yijk = µ + αi+ Ɛij

Keterangan:

Yijk = Nilai pengamatan respon karena pengaruh konsentrasi atau proporsi penambahan bubur rumput laut terhadap mie taraf ke-i pada percobaan ke-k dengan tingkat adisi pada ulangan ke-j.

µ = rataan sebenarnya

i = banyaknya taraf tingkat penambahan bubur rumput laut (i=0%, 10%, 20%, 30%)

j = banyaknya ulangan (j=1,2)

αi =pengaruh tingkat penambahan bubur rumput laut ke-i

βj = pengaruh komposisi mie pada kelompok ke-j

Ɛij = galat pada komposisi mie level ke-i pada ulangan ke-j

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0 for Windows dan Microsoft Excel 2007. Data hasil uji organoleptik dianalisis secara deskriptif dan statistik berdasarkan modus dan persentase penerimaan panelis pada masing-masing taraf perlakuan. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov

menunjukkan data uji organoleptik tidak menyebar normal, sehingga data dianalisis dengan menggunakan uji Kruskal Wallis untuk mengetahui mean rank

produk. Selanjutnya produk terpilih ditentukan dengan menggunakan atribut keseluruhan. Atribut keseluruhan dianalisis dengan menggunakan uji ANOVA dengan mempertimbangkan data yang diperoleh menyebar normal. Hasil sidik ragam menunjukkan adanya pengaruh nyata (p<0.05) sehingga dilakukan uji lanjut Duncan untuk mengetahui perbedaan nyata antara formula mie basah. Selanjutnya, data hasil uji sifat fisik, kimia, perhitungan kontribusi AKG, dan perhitungan biaya dianalisis secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembuatan Bubur Rumput Laut Gracilaria sp.

(18)

8

dilakukan untuk mengurangi bau amis yang terdapat pada rumput laut. Tahap selanjutnya adalah penirisan dan pembuatan bubur rumput laut dengan menggunakan blender untuk memudahkan proses pencampuran antara rumput laut dengan adonan mie.

Analisis Kimia Rumput Laut Gracilaria sp.

Menurut Salamah et al. (2006), komposisi kimia dari rumput laut bervariasi dari setiap spesies. Hal ini dipengaruhi oleh lokasi budidaya dan musim panen. Faktor lain yang mempengaruhinya adalah konsentrasi karbondioksida (CO2),

suhu, tekanan udara, dan intensitas sinar matahari. Komposisi kimia dalam rumput laut bervariasi baik intraspesies maupun interspesies. Hasil analisis kemudian dibandingkan dengan penelitian Chaidir (2007), Ito & Hori (1989).

Tabel 3 Kandungan kimia rumput laut Gracilaria sp.

Komposisi Hasil Analisis Chaidir (2007) Ito&Hori (1989)

Kadar air (%bb) 89.30 89.91 80-90

Kadar abu (%bk) 4.20 8.09 10-50

Kadar lemak (%bk) 3.08 11.05 0.2-3.8

Kadar protein (%bk) 10.46 0.31 5-35

Kadar karbohidrat (%bk) 79.30 79.08 35-74

Serat kasar (%bk) 2.80 - -

Serat Pangan (%bb) 10.27 9.76 -

Iodium (mcg/g) 14.58 29.96 9.4-72.2

Kadar air

Kadar air dalam bahan pangan akan mempengaruhi daya simpan bahan tersebut. Kadar air dipengaruhi oleh proses penyimpanan bahan mulai dari waktu pemanenan sampai bahan diolah menjadi produk. Semakin tinggi kadar air suatu bahan pangan maka semakin tinggi kemungkinan bahan tersebut untuk mengalami kerusakan. Hal ini disebabkan karena adanya mikroorganisme seperti kapang dan berbagai jenis kutu yang dapat merusak produk (Syarief dan Halid 1993).

Kadar air merupakan komponen tertinggi pada rumput laut, yaitu sebanyak 89.30% (%bb). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Chaidir (2007), yaitu 89.91% sedangkan menurut Suyanti (2008), mie basah merupakan jenis mie dengan kadar air yang cukup tinggi, yaitu sebanyak 52% sehingga memiliki daya simpan yang cukup singkat (40 jam pada suhu 28-30o C). Tingginya kadar air disebabkan karena tidak ada proses penghilangan air yang dilakukan untuk mengurangi kadar air pada produk.

Kadar abu

(19)

9

Kadar lemak

Berdasarkan analisis kadar lemak rumput laut sebesar 3.08 (%bk). Menurut Ito & Hori (1989), kadar lemak rumput laut berkisar antara 0.2-3.8%. Hal ini menunjukkan kadar lemak hasil analisis sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ito & Hori (1989).

Kadar lemak pada bahan pangan mempengaruhi daya simpannya. Semakin tinggi kadar lemak, maka daya simpannya semakin rendah. Tingginya kadar lemak dapat menyebabkan ketengikan dalam bahan pangan. Ketengikan terjadi karena molekul-molekul lemak yang mengandung radikal asam lemak tidak jenuh mengalami oksidasi.

Kadar protein

Kandungan protein pada rumput laut dipengaruhi oleh jenis dan daerah tumbuhnya. Bahkan pada jenis rumput laut yang sama dapat ditemukan kandungan protein yang berbeda. Hal ini dikarenakan kondisi perairan tempat tumbuhnya bibit rumput laut yang ditana. Berdasarkan Tabel 2, kadar protein hasil analisis adalah 10.46% (%bk) sedangkan menurut penelitian Ito & Hori (1989) kadar protein rumput laut berkisar anatara 5-35%. Hal ini menunjukkan kesesuaian hasil analisis dengan peneltian yang dilakukan oleh Ito & Hori (1989).

Kadar karbohidrat

Hasil analisis kadar karbohidrat rumput laut sebesar 79.30% (%bk) sedangkan penelitian Ito & Hori (1989) menunjukkan kadar karbohidrat rumput laut berkisar antara 35-74%. Kadar karbohidrat dihitung dengan menggunakan by difference.

Kadar serat

Serat pangan merupakan senyawa yang tidak dapat diserap tubuh tetapi memiliki manfaat dalam membantu proses perncernaan makanan. Serat pangan merupakan salah satu komponen penyusun karbohidrat dimana pada rumput laut komponen terbesarnya adalah gumi. Hasil analisis kadar serat pangan pada rumput laut sebesar 10.27% (bb) sedangkan penelitian Chaidir (2007) menunjukkan kadar serat pangan sebesar 9.76%. Kadar serat pangan pada rumput laut bergantung pada spesies dan tempat hidup dari rumput laut tersebut.

Kadar iodium

(20)

10

Formulasi Pembuatan Mie Basah Rumput Laut

Mie basah umumnya terbuat dari tepung gandum (tepung terigu), air, dan garam dengan atau tanpa penambahan garam alkali. Terigu merupakan bahan utama dalam pembuatan mie basah. Fungsi terigu adalah sebagai bahan pembenrtuk struktur, karbohidrat, sumber protein dan pembentuk sifat kenyal gluten. Garam berfungsi memberikan rasa, memperkuat tekstur dan mengikat air (Astawan 2006). Formulasi penambahan rumput laut mengacu pada Wirjatmadi et al. (2002), yaitu 0%, 10%, 20%, dan 30% dari total tepung.

Tabel 4 Formulasi mie rumput laut Gracilaria sp.

Komponen (g) Satuan Formulasi

F0 F1 F2 F3

Bubur rumput laut Glacilaria sp. % tepung 0 10 20 30 Tepung terigu tinggi protein Gram 100 100 100 100

Telur Gram 20 20 20 20

Air Ml 20 20 20 20

Garam non iodium Gram 10 10 10 10

Minyak Gram 10 10 10 10

Uji Organoleptik Mie Basah Rumput Laut

Pengujian sifat organoleptik dilakukan untuk memilih formula terbaik. Penilaian dilakukan melalui uji hedonik (kesukaan) dan mutu hedonik panelis terhadap atribut warna, tekstur, rasa, aroma dan aftertaste dengan tingkat penambahan rumput laut sebesar 0% (F0), 10% (F1), 20% (F2), 30% (F3). Metode penilaian menggunakan skala skor dengan skala penilaian berkisar dari angka 1 sampai angka 7. Semakin tinggi nilai yang diberikan panelis, maka semakin suka panelis terhadap produk mie basah. Panelis dianggap suka terhadap produk jika nilai kesukaan yang diberikan lebih besar atau sama dengan 4.00.

Tabel 5 Nilai modus hasil uji hedonik (kesukaan)

Atribut Modus

F0 (0%) F1 (10%) F2 (20%) F3 (30%)

Warna 5 (37.1%)a 4 (41.4%)b 3 (27.1%)c 3 (35.7%)c Aroma 5 (47.1%)a 5 (47.1%)a 5 (52.9%)a 4 (37.1%)a Rasa 5 (41.4%)a 5 (41.4%)a,b 4 (38.6%)b,c 5 (30.0%)c Tekstur 5 (51.4%)a 5 (48.6%)a 5 (35.7%)a,b 5 (44.3%)b

Aftertaste 5 (62.9%)a 5 (37.1%)b 5 (44.3%)b 5 (42.9%)b Ket: Skala 1=sangat tidak suka, 2=tidak suka, 3=agak tidak suka, 4=cukup suka, 5=suka, 6=sangat suka, 7=sangat suka sekali. Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan yang nyata (p<0.05)

(21)

11 Tabel 6 Nilai modus hasil uji mutu hedonik

Atribut Modus Ket: Warna 1=Kuning kecoklatan sangat pucat, 7=Sangat kuning pekat, Aroma 1 =Sangat tidak tercium sekali, 7=Sangat kuat tercium sekali, Rasa 1=sangat kuat, 7=sangat lemah Huruf , Tekstur1 = Sangat lembek, 7= keras, Aftertaste 1= Sangat tidak terasa sekali, 7= sangat terasa sekali. Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan yang nyata (p<0.05)

Warna

Warna merupakan atribut sensori pertama yang dapat diterima/dilihat langsung oleh panelis (Winarno 2008). Berdasarkan hasil uji hedonik, rata-rata modus penilaian atribut warna panelis berada pada nilai 3 untuk F2 dan F3. Modus penilaian untuk F1 adalah 4. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa penambahan jumlah rumput laut memberikan perbedaan yang nyata (p<0.05) terhadap penerimaan panelis pada warna mie basah. Hasil uji mutu hedonik menunjukkan rata-rata modus penilaian atribut warna panelis berada pada nilai 3 untuk F1, F2, dan F3, sedangkan F0 bernilai 5. Hasil uji Kruskal Wallis

menunjukkan bahwa penambahan jumlah rumput laut memberikan perbedaan yang nyata (p<0.05) terhadap kualitas warna mie basah.

Aroma

Aroma merupakan atribut organoleptik yang dapat dinilai melalui indra penciuman (Meilgaard et al. 1999). Berdasarkan atribut aroma, modus penilaian panelis pada umumnya berada pada nilai 5 untuk F1 dan F2. Modus penilaian atribut aroma berada pada nilai 4 untuk F3. Hasil uji Kruskal Wallis

menunjukkan bahwa penambahan jumlah rumput laut tidak memberikan perbedaan yang nyata (p>0.05) terhadap penerimaan panelis pada aroma mie basah. Hasil uji mutu hedonik menunjukkan rata-rata modus penilaian atribut aroma panelis berada pada nilai 4 untuk F0, F1, F2, dan F3. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa penambahan jumlah rumput laut tidak memberikan perbedaan yang nyata (p>0.05) terhadap kualitas aroma mie basah.

Rasa

Rasa merupakan atribut penilaian makanan yang melibatkan panca indera lidah. Rasa makanan dapat dikenali dan dibedakan oleh kuncup cecap yang terletak pada papila (Mervina 2009). Berdasarkan hasil uji hedonik, rata-rata penilaian berada pada 5 untuk F1 dan F3 sementara untuk F2 bernilai 4. Hasil uji

Kruskal Wallis menunjukkan bahwa penambahan jumlah rumput laut memberikan pengaruh yang nyata (p<0.05) terhadap penerimaan panelis pada rasa mie basah. Hasil uji mutu hedonik menunjukkan bahwa rata-rata penilaian atribut rasa panelis berada pada nilai 4 untuk F0, F2, dan F3 sementara F1 bernilai 3. Hasil uji

(22)

12

Tekstur

Menurut Setyaningsih et al. (2010) tekstur memiliki sifat kompleks dan terkait dengan struktur bahan yang terdiri dari tiga elemen, yaitu mekanik (kekerasan, kekenyalan), geometrik (berpasir, beremah), dan mouthfeel

(berminyak,berair). Berdasarkan atribut tekstur, rata-rata modus penilaian untuk F1, F2, dan F3 adalah 5. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa penambahan jumlah rumput laut tidak memberikan perbedaan yang nyata (p>0.05) terhadap penerimaan panelis pada mie basah. Berdasarkan uji mutu hedonik, rata-rata penilaian atribut tekstur berada pada nilai 4 untuk F0, F1, F2, dan F3. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa penambahan jumlah rumput laut memberikan perbedaan yang nyata (p<0.05) terhadap kualitas tekstur pada mie basah.

Aftertaste

Aftertaste adalah sensasi yang tertinggal setelah makanan atau minuman tertelan seluruhnya (Setyaningsih 2010). Berdasarkan atribut aftertaste, rata-rata modus penilaian untuk F1, F2, dan F3 adalah 5. Hasil uji Kruskal Wallis

menunjukkan bahwa penambahan jumlah rumput laut memberikan perbedaan yang nyata (p>0.05) terhadap penerimaan panelis pada mie basah. Berdasarkan uji mutu hedonik, rata-rata penilaian atribut aftertaste berada pada nilai 4 untuk F0, F1 dan F3 sementara F2 bernilai 5. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa penambahan jumlah rumput laut tidak memberikan pengaruh yang nyata (p>0.05) terhadap kualitas aftertase mie basah.

Penentuan Formula Mie Rumput Laut Terpilih

Formula terpilih mie rumput laut ditentukan berdasarkan pembobotan yang dibuat oleh peneliti dengan mempertimbangkan aspek penerimaan oleh panelis. Atribut rasa dan tekstur mie formula terpilih masing-masing diberikan bobot 30%. Menurut Setyaningsih (2010) rasa merupakan penentu penerimaan produk. Oleh karena itu, rasa diberikan bobot tertinggi, yaitu 30%. Atribut warna dan aroma masing-masing diberikan bobot 15%, dan aftertaste diberikan bobot 10%. Tingkat persentase kesukaan panelis dari tertinggi hingga terendah, yaitu 93.4%(F0), 85.4% (F1), 78.1% (F2), dan 64.6% (F3).

Gambar 1 Persentase tingkat kesukaan panelis terhadap atribut warna, aroma, rasa, tekstur aftertaste, dan keseluruhan mie basah

(23)

13 Hasil sidik ragam menunjukkan adanya pengaruh nyata (p<0.05) penambahan rumput laut terhadap kesukaan panelis berdasarkan atribut keseluruhan. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perbedaan jumlah penambahan bubur rumput laut pada F0 (0%) dan F1 (10%) tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap tingkat kesukaan panelis. Oleh karena itu, formula mie basah terpilih adalah F1 (10%).

Uji Sifat Fisik Produk Mie Rumput Laut Terpilih

Analisis uji kekerasan pada produk terpilih dilakukan dengan menggunakan metode texture analyzer. Ekafitri (2009) menjelaskan bahwa kekerasan merupakan salah satu parameter yang mendukung mutu mie basah. Nilai kekerasan pada produk mie basah dipengaruhi oleh rasio amilosa dan amilopektin tepung terigu dan proses gelatinisasi.

Berdasarkan analisis, hasil uji kekerasan (hardness) pada produk mie rumput laut terpilih sebesar 917.00 gf. Nilai ini lebih rendah dari hasil penelitian Rianto (2006) terhadap mie basah standar yang dibuat dengan formulasi 100% terigu, 30% air, garam 1% dan 0.3% baking powder yang memiliki nilai kekerasan sebesar 2388.70 gf. Kekerasan yang tinggi diperkirakan akibat kandungan protein (gluten) yang tinggi. Nilai kekerasan mie hasil formulasi dalam penelitian ini yang lebih rendah dari nilai kekerasan mie dengan tepung terigu diduga karena keberadaan tepung rumput laut yang bersifat koloidal dan mengikat air di dalamnya. Keberadaan air dalam koloid menyebabkan produk mie hasil formulasi memiliki karakteristik yang lembek.

Namun demikian, nilai kekerasan mie hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ekafitri (2009) terhadap kekerasan mie basah pada beberapa varietas jagung menunjukkan nilai kekerasan berkisar antara 73.25-248.88 gf. Nilai yang lebih rendah ini diakibatkan karena tepung jagung tidak memiliki gluten seperti terigu yang mampu membentuk adonan yang lengket dan elastis dengan penambahan air (Fadlillah 2005).

Kandungan Zat Gizi Mie Rumput Laut Terpilih

Kandungan gizi mie rumput laut formula terpilih dibandingkan dengan mie sesuai dengan standar SNI, yaitu kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, kadar karbohidrat, kadar serat pangan total, dan kadar iodium.

(24)

14

Tabel 7 Kandungan gizi mie rumput laut terpilih

Komponen Satuan Mie Terpilih SNI (%bb)

Air %bb 65.96 20-35

*Sumber: SNI Mie 01-2987-1992; bb: basis basah; bk: basis kering

Kadar air

Kadar air merupakan komponen yang memberikan pengaruh terhadap daya tahan produk selama penyimpanan. Berdasarkan analisis, kadar air produk mie terpilih (F1) sebesar 65.96% (%bb). Nilai ini lebih tinggi dari kadar air SNI 01-2987-1992 pada mie basah yang berkisar antara 20-35 %bb. Kadar air yang tinggi diakibatkan karena adanya proses perebusan pada pembuatan mie basah, sedangkan kadar air SNI merujuk pada kadar air dengan proses pengukusan. Menurut Nugrahani (2002) kadar air pada mie yang sudah mengalami proses perebusan memiliki kadar air sekitar 60-70% atau setara dengan dua kali lipat dari batas maksimum (35%). Hal ini dikarenakan penyerapan air yang meningkat saat proses perebusan.

Kadar abu

Kadar abu merupakan unsur mineral yang tertinggal setelah proses pemanasan dengan suhu tinggi sampai bebas dari unsur karbon. Kadar abu dapat diartikan sebagai komponen yang tidak mudah menguap, tetap tinggal dalam pembakaran dan pemijaran senyawa organik (Soebito 1988). Kadar abu rumput laut tergantung pada tempat dimana bibit rumput laut tumbuh. Berdasarkan tabel 7 kadar abu yang dimiliki oleh mie basah rumput laut sebesar 0.25 (%bb). Hal ini sudah sesuai dengan SNI Mie dimana kadar abu pada mie basah maksimal sebesar 3 (%bb).

Kadar protein

Kadar protein merupakan salah satu makronutrien yang berperan dalam pembentukan biomolekul dan juga dapat dipakai sebagai sumber energi. Protein adalah sumber-asam-asam amino yang mengandung C, H, O, dan N (Winarno 2008). Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar protein mie basah adalah 4.8 (%bb) sedangkan menurut SNI kadar protein pada mie minimal 3. Kadar protein pada mie basah rumput laut sesuai dengan mie pada umumnya.

Kadar karbohidrat

Kadar karbohidrat dihitung dengan menggunakan metode by difference

(25)

15

crude fiber (serat kasar) yang disusun oleh selulosa dan lignin, serat dietary fiber

(serat makanan) yang komponen utamanya sebagian besar ditemukan pada struktur dinding sel tanaman seperti selulosa, hemiselulosa, lignin, dan pektin. Berdasarkan kelarutan, serat diklasifikasikan menjadi serat larut dan tidak larut. Serat larut berfungsi dalam memperlambat pengosongan lambung, meningkatkan waktu transit melalui usus dan mengurangi penyerapan beberapa at gizi sedangkan serat tak larut berfungsi untuk memperpendek waktu transit dan memperbesar massa feses. Serat larut memiliki kemampuan menahan air sehingga dapat membentuk cairan kental yang menyebabkan makanan lebih lama tertahan di lambung sehingga rasa kenyang setelah makan menjadi lebih panjang. Serat tidak larut memiliki manfaat untuk melancarkan pembuangan sisa makanan secara alami.

Hasil analisis kadar serat pangan total mie basah terpilih adalah 5.86% (%bb). Penelitian Chaidir (2007) menunjukkan bahwa minuman yang diberikan penambahan rumput laut memiliki kadar serat lebih tinggi 1.12% dari kandungan serat pada minuman berserat komersil sedangkan menurut SNI tidak ada batasan kadar serat untuk mie basah pada umumnya sehingga mie basah rumput laut telah sesuai dengan mie basah pada umumnya.

Kadar iodium

Menurut Siswono (2002) iodium merupakan mineral yang terdapat di alam, baik tanpa maupun dengan air. Iodium merupakaan zat gizi mikro yang diperlukan tubuh membentuk hormon tiroksin yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kecerdasan. Iodium didalam tubuh masuk ke aliran darah dan diserap oleh kelenjar gondok. Iodium kemudian diubah menjadi tiroksin.

Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar iodium pada produk mie formula terpilih adalah 0.23 mcg. Jika dibandingkan dengan kadar iodium gracilaria sp.

kadar iodium produk berkurang sebanyak 82.4%. Penurunan iodium terjadi karena terdapat proses perebusan dengan suhu 100o C pada pengolahan mie basah. Naufalin et al. menjelaskan bahwa semakin tinggi suhu dan waktu pemasakan maka tingkat kehilangan iodium semakin meningkat. Selain itu, berkurangnya kadar iodium yang sangat tinggi dikarenakan pada proses persiapan sampel rumput laut direndam selama 3 hari dengan pergantian air setiap 9 jam. Hal ini menyebabkan iodium terbuang.

Daya Terima Sasaran terhadap Produk

(26)

16

responden menyatakan sangat suka dan 6.7% responden menyatakan suka pada produk yang disajikan. Menurut Setyaningsih (2010), produk pangan diterima oleh konsumen jika jumlah persentase konsumen yang menolak produk urang dari 50%. Hal ini menunjukkan bahwa produk mie rumput laut terpilih (F1) termasuk dalam produk pangan yang dapat diterima oleh konsumen.

Jumlah mie rumput laut yang disajikan sebanyak 1 mangkok kecil (100 gram). Sebanyak 96.7% responden mampu menghabiskan satu porsi mie yang disajikan dan hanya 3.3% responden yang tidak dapat menghabiskan makanan (sisa ¼ porsi). Metode Comstock (1979), penerimaan makanan termasuk dalam kategori tinggi jika mampu dihabiskan lebih dari ¾ porsi. Hal ini menunjukkan bahwa produk mie terpilih dapat diterima dengan kategori yang tinggi.

Kontribusi terhadap AKG Anak Sekolah Dasar (6-12 tahun)

Menurut Almatsier (2004), angka kecukupan gizi (AKG) merupakan rekomendasi asupan berbagai zat gizi esensial yang perlu dipertimbangkan berdasarkan pengetahuan ilmiah agar asupan zat gizi tersebut cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan gizi pada semua orang sehat. Produk pangan dapat memberikan kontribusi gizi dengan menghitung kontribusinya terhadap AKG.

Takaran saji yang digunakan sebanyak 100 gram mie rumput laut dan 1 buah telur atau setara dengan 55 gram. Berdasarkan tabel 9 terlihat bahwa kontribusi mie rumput laut tertinggi tanpa telur terdapat pada anak usia 6 tahun dengan kontribusi terhadap energi, protein, lemak, karbohidrat, serat dan iodium berturut-turut adalah 8.55%, 13.71%, 0.50%, 13.045, 26.63%, dan 19.10% sedangkan mie yang ada dipasaran berkontribusi terhadap energi, protein, lemak, karbohidrat, serat dan iodium berturut-turut adalah 22.5%, 25.71%, 24.19%, 20.90%, 9.09%, dan 0%. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi energi, protein, lemak, dan karbohidrat pada mie rumput laut lebih rendah tetapi memiliki kontribusi serat dan iodium yang lebih tinggi dibandingkan mie pasaran dengan angka kecukupan gizi (AKG) umur 6 tahun. Rendahnya kontribusi energi, protein, lemak dan karbohidrat dikarenakan penambahan rumput laut pada adonan mempengaruhi jumlah tepung terigu yang digunakan sehingga tepung terigu yang digunakan lebih sedikit dibandingkan dengan tepung terigu di pasaran. Kandungan zat gizi per takaran penyajian dan perhitungan kontribusi terhadap AKG per sajian disajikan pada Tabel 9.

(27)

17 Tabel 9 Kandungan dan kontribusi zat gizi mie terpilih per takaran saji (100

gram) terhadap AKG anak usia 6-12 tahun Zat Gizi Kandungan gizi

Estimasi Harga Mie per Takaran Saji

Mie basah dengan tambahan rumput laut 10% dibuat dari bahan dasar tepung terigu tinggi protein, air, gula, telur, rumput laut segar, dan minyak. Penentuan harga jual produk dilakukan dengan kalkulasi biaya bahan baku dan biaya produksi berupa biaya sumber energi serta biaya upah pekerja (Dewi 2014). Berdasarkan Tabel 10, diketahui bahwa total biaya produksi mie rumput laut dengan tambahan bakso per takaran saji adalah sebesar Rp 4 977 yang dibulatkan menjadi Rp 5 000. Harga mie basah yang berada dipasaran berkisar Rp 6 000 sampai Rp 8 000. Jika dibandingkan dengan mie rumput laut harga jual produk lebih murah 17-38% atau selisih harga sebesar Rp 1 000 – Rp 3 000 per takaran saji. Namun demikian, produk mie rumput laut memiliki keunggulan lain dibandingkan dengan produk yang ada dipasaran, yaitu mie rumput laut diperkaya dengan kandungan mineral iodium dan serat yang baik untuk kesehatan.Estimasi harga jual mie rumput laut dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Estimasi harga mie per takaran saji (155 gram)

Bahan Pangan Harga Jumlah Bahan Biaya

(28)

18

Bahan Pangan Harga Jumlah Bahan Biaya

Listrik dan kompor 10% 286 Kemasan dan promosi 20% 572

Pegawai 15% 429

Laba 20% 830

Harga jual/takaran saji 4 977

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil uji proksimat menunjukkan bahwa rumput laut Gracilaria sp.

memiliki kadar air sebesar 89.30 (%bb), karbohidrat 79.30 (%bk), protein 10.46 (%bk), abu 4.20 (%bk), lemak 3.08 (%bk), dan serat pangan total 10.27 (%bb). Kandungan iodium pada rumput laut adalah 14.58 mcg/g. Formula rumput laut dilakukan dengan penambahkan 0% (F0), 10% (F1), 20% (F2), dan 30% (F3) dari total tepung yang digunakan. Berdasarkan hasil pembobotan dari atribut keseluruhan produk yang terpilih adalah mie basah dengan penambahan 10% (F1).

Hasil uji proksimat produk terpilih menunjukkan bahwa mie basah rumput laut memiliki kadar air 65.96 (%bb), abu 0.25 (%bb), lemak 0.31 (%bb), protein 4.80 (%bb), karbohidrat 28.69 (%bb), dan serat pangan 5.86 (%bb). Kandungan iodium produk adalah 0.23 mcg/g. Hasil analisis sifat fisik (kekerasan) produk terpilih adalah 917 gf. Hasil uji daya terima produk menunjukkan bahwa sebanyak 93.3% responden menyatakan sangat suka dan 6.7% menyatakan suka. Sebanyak 96.7% responden mampu menghabiskan 1 porsi mie basah yang disajikan. Kontribusi energi dan zat gizi 1 takaran saji (100 g) terhadap AKG anak usia 6-12 tahun tergolong rendah, yaitu energi 6.51-8.55%, protein 8.00-13.71%, lemak 0.43-0.50%, dan karbohidrat 9.92-11.29% sedangkan kontribusi serat dan iodium terhadap AKG berturut-turut adalah 19.53-26.63% dan 19.10%. Oleh karena itu, produk mie basah dapat dijadikan sebagai produk sumber iodium dan serat.

Saran

Produk mie basah memiliki kelebihan dalam memenuhi asupan serat dan iodium sehingga perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut mengenai bioavailabilitas mineral dan intervensi untuk mengetahui penyerapannya didalam tubuh. Selain itu, produk mie basah memiliki kekurangan dalam daya simpan yang rendah (24-36 jam) sehingga aspek daya simpan perlu dianalisis untuk mendukung keamanan produk.

(29)

19

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Umum.

AOAC Association of Official Analytical Chemist. 1995. Official Method of Analysis of Association of Official Analytical Chemist Ed ke-14. AOAC inc, Airlington.

Astawan M. 2006. Membuat Mie dan Bihun. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. [BAPPENAS RI] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik

Indonesia. 2004. Pemetaan GAKI di Indonesia [Internet]. [diunduh 5 Januari

2015]. Tersedia pada:

http://kgm.bappenas.go.id/document/makalah/23_makalah.pdf.

Bangun AP. 2003. Vegetarian: pola hidup sehat berpantang daging. Jakarta (ID): AgroMedia.

Bogasari. 2011. Mie telor [Internet]. [diunduh 31 Maret 2015]. Tersedia pada:www.bogasari.com.

Chaidir A. 2007. Kajian rumput laut sebagai sumber serat alternatif untuk minuman berserat [tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana IPB

Comstock EM, Symington LE, Chmielinski, McGuire JS. 1979. Plate waste inschool feeding programs: individual and aggregate measures.Massachutes

(US): Food Science Laboratory.

[DEPKES] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Jakarta (ID): Depkes

_______. 2008. Kegemukan Akibat Kurang Serat. Jakarta (ID): Depkes.

_______. 2014. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium [Internet]. [diunduh 22 September 2014]. Tersedia pada: http://www.bp2gaki.litbang.depkes.go.id/. Dewi HN. 2014. Formulasi Kudapan PMT-AS RILGUT Risoles Berbasis Pati

Garut dengan Penambahan Tepung Torbangun (Coleus amboinicus Lour) sebagai Sumber Zat Gizi Mikro. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[DIRJEN RI] Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2014. Perkembangan Rumput Laut Indoensia [Internet]. [diunduh 9 Desember 2014]. Tersedia pada: http://www.djpb.kkp.go.id/berita.php?id=933.

Ekafitri R. 2009. Karakteristik Tepung Lima Varietas Jagung Kuning Hibrida dan Potensinya untuk Dibuat Mie Jagung.[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Fadlillah HN. 2005. Verifikasi formulasi mie jagung instan dalam rangka pengendalian skala [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Gibney M, Barrie M. Margetts, John MK, Lenore A. 2005. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta (ID): EGC.

Hambali E, Suryani A, Wadli. 2004. Membuat Aneka Olahan Rumput Laut. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

(30)

20

Meilgaard M, Civille GV, Carr T.1999. Sensory Evaluation Techniques 3rd Edition. London: CRC Press.

Muchtadi D, Palupi NS, Astawan M. 1992. Metode Kimia Biokimia dan Biologi dalam Evaluasi Nilai Gizi Pangan Olahan. IPB: Bogor.

Naufalin R, Sustriawan B, Arsil P. 2004. Fortifikasi iodium dalam gula kelapa : pengaruh saat fortifikasi dan sumber iodium. Jurnal Teknol dan Indrustri Pangan. 17(3):227-231

Nugrahani MD. 2002. Perubahan Karakteristik dan Kualitas Protein pada Mie Basah Matang yang Mengandung Formaldehid dan Boraks. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rahayu WP. 1998. Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Rianto BF. 2006. Desain proses pembuatan dan formulasi mie basah berbahan baku tepung jagung [Skripsi]. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Salamah E, Anna CE, Yuni R. 2006. Pemanfaatan Gracilaria sp. dalam pembuatan permen jelly. Buletin Teknologi Hasil Perikanan 9(1): 38-46. Setyaningsih D, Apriyantono A, Puspita SM. 2010. Analisis Sensori untuk

Indrustri Pangan dan Agro. Bogor (ID): IPB Press

Singh-ackbarali D, Maharaj R. 2013. Sensory evaluation as a tool in determining acceptability of innovative products developed by undergraduate students in food science and technology at the university of Trinidad and Tobago. Jct.

3(1):10-27.

[SNI] Standar Nasional Indonesia. 1992. Mie Basah (SNI-01-2987-1992). Jakarta (ID): Dewan Standarisasi Nasional.

Soebito S. 1988. Analisis Farmasi. Yogyakarta (ID): UGM Press

Suyanti. 2008. Membuat Mie Sehat Bergizi & Bebas Pengawet. Jakarta (ID): Niaga Swadaya.

Syarief R dan Halid D. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Argan: Jakarta. Winarno FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta.

_________. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor (ID): M-Brio Press.

(31)

21

LAMPIRAN

Lampiran 1 Prosedur analisis sifat fisik 1. Uji kekerasan (Giantine 2007)

Pengukuran kekenyalan mie basah dilakukan dengan menggunakan stevens LFRA Texture Analyzer. Jarak probe dikalibrasi sesuai dengan tinggi mie basah. Mie yang akan diukur kekerasannya diletakkan dibawah probe, lalu tekan “Start”. Setelah pengukuran selesai, nilai kekerasan dapat dilihat pada layar texture analyzer.

Lampiran 2 Prosedur analisis kimia 1. Kadar Air (AOAC 1995)

Sampel sebanyak lima gram dikeringkan selama 15 jam dalam oven 1050C sampai beratnya konstan. Kadar air dihitung dengan rumus :

Kadar Air (%) = A – B x 100% D

Keterangan :

A = Berat wadah dan sampel awal

B = Berat dan sampel setelah dikeringkan D = Berat sampel

2. Kadar Abu Metode Gravimetri (AOAC 1995)

Cawan kosong dipanaskan dalam oven kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit. Sampel ditimbang kurang lebih 3 g dan diletakkan dalam cawan, kemudian dibakar dalam kompor listrik sampai tidak berasap. Cawan kemudian dimasukkan ke dalam tanur. Pengabuan dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama pada pada suhu sekitar 450˚C dan tahap kedua pada suhu 550˚C, pengabuan dilakukan sekitar 2-3 jam. Cawan kemudian didinginkan dalam desikator, setelah dingin cawan kemudian ditimbang. Persentase dari kadar abu dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

Abu (%) = Bobot abu (g) X 100% Bobot sampel (g)

3. Kadar Protein Metode Mikro Kjeldahl (AOAC 1995)

Kadar protein dalam sampel dianalisis dengan menggunakan metode Kjeldahl yang merupakan analisis kadar total N. Sejumlah sampel 0.3 g dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl dan ditambahkan dengan katalis secukupnya dan 25 ml H2SO4 pekat. Campuran dipanaskan dalam pembakar Bunsen. Sampel

didestruksi hingga jenuh dan berwarna hijau kekuningan. Labu destruksi didinginkan dan larutan dimasukkan ke dalam labu penyuling kemudian diencerkan dengan 300 ml air yang tidak mengandung N dan ditambahkan dengan NaOH 33%. Labu penyuling dipasang dengan cepat di atas alat penyuling sehingga 2/3 cairan dalam labu penyuling yang menguap ditangkap oleh larutan H2SO4 dalam erlenmeyer dititar dengan menggunakan larutan NaOH 0.3 N (Z ml)

sampai terjadi perubahan warna menjadi kehijauan kemudian dibandingkan dengan titar blanko (Y ml)

(32)

22

gram contoh

% Protein = % N x 6.25 (faktor koreksi) 4. Kadar Lemak (AOAC 1995)

Labu lemak terlebih dahulu dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C, dan didinginkan dalam desikator serta dihitung beratnya. Contoh sebanyak 5 gram dalam bentuk kering dibunngkus dalam kertas saring, kemudian dimasukkan ke dalam alat ekstrasi soxhlet. Alat kondensor diletakkan di atas dan labu lemak secukupnya. Selanjutnya dilakukan refluks selama minimal 6 jam sampai pelarut yang turun kembali ke dalam labu lemak berwarna jernih. Labu lemak yang berisi lemak hasil ekstrasi dikeringkan dalam oven bersuhu 1050C untuk mengeluarkan sisa pelarut hingga mencapai berat yang konstan, kemudian didinginkan dalam desikator. Labu lemak kemudian ditimbang dan berat lemak dapat diketahui. Kadar lemak (% bb) = Berat lemak (gram) x 100%

Berat contoh (gram) 5. Kadar Karbohidrat (Winarno 1997)

Kadar karbohidrat ditentukan by difference yaitu hasil pengurangan dari 100 % dengan kadar air, kadar protein, kadar lemak, dan kadar abu, sehingga kadar karbohidrat tergantung karbohidrat sangat berpengaruh kepada faktor kandungan zat gizi lainnya. Penentuan dengan cara ini kurang akurat dan merupakan pertimbangan kasar sebab karbohidrat dihitung termasuk serat kasar yang tidak menghasilkan energi. Serat kasar adalah fraksi karbohidrat yang sukar dicerna.

Karbohidrat (%) = 100% - % kadar (air + protein + lemak + abu) 6. Kadar Serat Makanan (SNI 01-2973-1992)

Contoh yang telah bebas dari lemak ditimbang dengan teliti 2-5 g, kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer 750 ml. Kemudian ditambahkan dengan 100 ml H2SO4 1.25 %, dididihkan selama 30 menit menggunakan pendingin tegak. Setelah itu ditambahkan lagi 200 ml NaOH 3.25% dan dididihkan lagi selama 30 menit.

Larutan dalam keadaan panas disaring menggunakan corong Buchner berisi kertas saring (telah dikeringkan pada suhu 1050C selama 30 menit) yang telah diketahui bobotnya (c). Kertas saring dicuci berturut-turut dengan air panas, H2SO4 1.25%, air panas dan alkohol 96%. Kertas saring dan isinya diketahui bobotnya (a), lalu dikeringkan pada 1050C selama 1 jam hingga bobot tetap (b). Kadar serat kasar (%) = a – b – c x 100

7. Kadar Iodium, Metode Spektrofotomentri (Raghuramulus et al. 1983) Penetapan kadar iodium dilakukan dengan metode spektrofotometri. Prinsipnya adalah asam arserin (AsO33-) mereduksi Ce4+ (kuning) menjadi Ce3+

(33)

23 maka daya reduksi ion Ce4+ menurun.Sisa Ce4+ yang tidak tereduksi diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 405 nm.

Contoh (dalam bentuk padat) sebanyak 2-5 g ditambahkan dengan 2 ml larutan campuran NaOH 2% dan KNO3 1% dipanaskan dalam oven pada suhu

105 0C selama kurang lebih 24 jam. Setelah itu sampel langsung diabukan dalam tanur pada suhu 550 0C selama 6 jam. Ekstrak abu dilarutkan dengan aquades hingga volume manjadi 50 ml. Jika contoh berupa cairan maka langsung ditepatkan volumenya menjadi 50 ml dengan aquades. Penetapan iodium dilakukan dengan larutan contoh dipipet sebanyak 0.25 ml, kemudian ditambahkan 0.75 ml larutan perklorat dan dipanaskan pada alat drybath selama kira-kira 1 jam sampai volumenya menjadi setengah dari volume semula lalu didinginkan. Setelah dingin, volume sampel ditetapkan menjadi 1 ml dengan aquades, ditambahkan 3.5 ml larutan asam arsenit dan didiamkan selama 15 menit. Setelah itu ditambahkan 0.5 ml Ce (IV) NH4SO4 dikocok dan diukur

dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 405 nm.

Hasil pembacaan absorbansi selanjutnya dikonversi dengan menggunakan rumus berikut :

Kadar Iodium (µg/g) =

Lampiran 3 Lembar uji organoleptik Mie basah Panelis yang terhormat,

Saya Rafsan Syabani Cholik (I14110112), mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat IPB. Saat ini saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “OPTIMALISASI

PENGGUNAAN RUMPUT LAUT (Euchema cottonii sp.)

PADA MIE BASAH SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL

TINGGI SERAT DAN SUMBER IODIUM”. Demi

tercapainya hasil penelitian yang diharapkan, mohon kesediaan dari saudara/i untuk berpartisipasi memberikan penilaian terhadap produk penelitian saya yang terdiri dari uji mutu hedonik (deskripsi karakteristik) dan uji hedonik (deskripsi kesukaan). Anda diharapkan untuk membaca dan memahami terlebih dahulu lembar uji organoleptik ini hingga selesai.

Nama Panelis : Tanggal Pengujian :

Jenis Kelamin : Departemen :

Dihadapan Anda disajikan 4 contoh Mie dengan Penambahan Rumput Laut. Anda diminta untuk menilai mutu hedonik dan hedonik setiap contoh tersebut dengan aturan sebagai berikut.

(34)

24

2. Silahkan berkumur atau minum terlebih dahulu sebelum Anda menilai contoh berikutnya.

3. Mohon tidak membandingkan antar contoh saat anda melakukan penilaian dengan tidak mengingat contoh sebelumnya ketika melakukan penilaian terhadap contoh selanjutnya.

4. Tolong perhatikan keterangan skala dan footnote yang terdapat pada atribut-atribut tertentu.

Bogor, Januari 2015

( ) Hedonik

Penilaian Anda dengan skala: 1-7

KodeContoh Penilaian terhadap Atribut

Warna Aroma Rasa Tekstur Aftertaste

745 589 913 425

Keterangan Skala

Skala Atribut

Warna Aroma Rasa Tekstur Aftertaste

1 Sangat tidak suka

2 Tidak suka

3 Agak tidak suka

4 Cukup suka

5 Suka

6 Sangat suka

(35)

25

Komentar:... ... ...

Hedonik

Penilaian Anda dengan skala: 1-7

Kode Contoh Penilaian terhadap Atribut

Warna Aroma Rasa Tekstur Aftertaste

817 349 606 134

Keterangan Skala

Skala Atribut

Warna Aroma Rasa Tekstur Aftertaste

1 Sangat tidak suka

2 Tidak suka

3 Agak tidak suka

4 Cukup suka

5 Suka

6 Sangat suka

7 Sangat suka sekali

Komentar:... ... ... ... ...

Mutu Hedonik

Kode Contoh

Penilaian terhadap Atribut Warna

Permukaan Aroma Rasa Tekstut Aftertaste

a)

745 589 913 425

a)

Aftertaste adalah apapun rasa yang tertinggal setelah Mie + Rumput Laut tertelan.

Keterangan Skala:

(36)

26

Warna

Permukaan Aroma Rasa Tekstur Aftertaste

1

Kuning kecoklatan sangat

pucat

Sangat tidak

tercium sekali Sangat kuat Sangat lembek

Sangat tidak

agak pucat Tidak tercium Agak kuat Agak kenyal Tidak terasa

4

5 Agak kuning Kuat Tercium Agak lemah Sangat kenyal Terasa

6 Kuning Pekat Sangat Kuat

Tercium Lemah Agak keras Sangat terasa

7 Sangat Kuning

Permukaan Aroma Rasa Tekstut Aftertaste

a)

Aftertaste adalah apapun rasa yang tertinggal setelah Mie + Rumput Laut tertelan.

Keterangan Skala:

Skala

Atribut Warna

Permukaan Aroma Rasa Tekstur Aftertaste

1

Kuning kecoklatan sangat

pucat

Sangat tidak

tercium sekali Sangat kuat Sangat lembek

Sangat tidak

agak pucat Tidak tercium Agak kuat Agak kenyal Tidak terasa

4

(37)

27 6 Kuning Pekat Sangat Kuat

Tercium Lemah Agak keras Sangat terasa

7 Sangat Kuning

Pekat

Sangat kuat Tercium

sekali

Sangat

lemah Keras

Sangat terasa sekali

Komentar:... ... ... ...

Terima kasih Anda telah berpartisipasi dalam penilaian organoleptik produk penelitian saya.

Hormat saya, Rafsan Syabani Cholik

Lampiran 4 uji hedonik, mutu hedonik, uji anova

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

warna 280 4.0214 1.34120 1.00 7.00

aroma 280 4.3607 .85628 1.00 6.00

rasa 280 4.3750 1.08364 1.00 7.00

tekstur 280 4.5071 1.07094 1.00 7.00

aftertaste 280 4.4286 1.04482 1.00 7.00

sampel 280 5.7225E2 243.04042 134.00 913.00

Ranks

Sampel N Mean Rank

warna 134 35 103.89

349 35 154.84

425 35 90.16

589 35 135.56

606 35 114.37

745 35 198.09

817 35 203.06

913 35 124.04

Total 280

(38)

28

349 35 144.40

425 35 110.74

589 35 140.49

606 35 147.64

745 35 148.30

817 35 144.40

913 35 142.67

Total 280

rasa 134 35 132.43

349 35 143.01

425 35 99.19

589 35 159.50

606 35 134.81

745 35 159.80

817 35 171.21

913 35 124.04

Total 280

Tekstur 134 35 129.89

349 35 139.61

425 35 112.37

589 35 160.54

606 35 140.53

745 35 156.74

817 35 158.90

913 35 125.41

Total 280

aftertaste 134 35 133.29

349 35 114.01

425 35 117.20

589 35 145.89

606 35 139.57

745 35 176.80

(39)

29

913 35 139.87

Total 280

Test Statisticsa,b

warna aroma rasa tekstur aftertaste

Chi-Square 68.768 6.591 22.119 12.811 17.900

Df 7 7 7 7 7

Asymp. Sig. .000 .473 .002 .077 .012

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: sampel

Uji Mutu Hedonik

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

warna 280 3.3750 1.35946 1.00 7.00

aroma 280 3.9000 .84072 1.00 7.00

rasa 280 3.8893 1.02926 1.00 7.00

tekstur 280 3.7786 1.03742 1.00 6.00

aftertaste 280 4.0857 1.02992 1.00 7.00

sampel 280 5.7225E2 243.04042 134.00 913.00

Ranks

Sampel N Mean Rank

warna 134 35 124.71

349 35 120.49

425 35 116.73

589 35 131.89

606 35 115.94

745 35 189.60

(40)

30

913 35 122.04

Total 280

aroma 134 35 156.81

349 35 144.01

425 35 123.41

589 35 126.73

606 35 144.64

745 35 134.47

817 35 148.61

913 35 145.30

Total 280

Rasa 134 35 144.31

349 35 121.33

425 35 145.51

589 35 121.00

606 35 134.73

745 35 164.64

817 35 162.23

913 35 130.24

Total 280

Tekstur 134 35 152.76

349 35 133.87

425 35 137.07

589 35 110.84

606 35 178.10

745 35 127.99

817 35 137.10

913 35 146.27

Total 280

aftertaste 134 35 149.80

349 35 142.09

425 35 160.06

(41)

31

606 35 149.91

745 35 119.30

817 35 111.73

913 35 160.19

Total 280

Test Statisticsa,b

warna aroma rasa tekstur aftertaste

Chi-Square 48.505 6.405 11.978 16.432 13.538

df 7 7 7 7 7

Asymp. Sig. .000 .493 .101 .021 .060

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: sampel

Duncan

sampel N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

4 2 64.6450

3 2 78.1450

2 2 85.4300 85.4300

1 2 93.4300

Sig. 1.000 .136 .110

(42)

32

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 25 Januari 1994 dari ayah Sutarman dan ibu Nunung Nurhayati. Penulis adalah putra kedua dari tiga bersaudara. Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri Cahaya Madani Banten

Boarding School dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Talenta Masuk IPB dan diterima di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Analisis Zat Gizi Mikro pada tahun ajaran 2013/2014, asisten praktikum Analisis Zat Gizi Makro tahun ajaran 2014/2015. Tahun 2013 penulis aktif sebagai staf Peduli Pangan dan Gizi Himpunan Mahasiswa Ilmu Gizi dan staf Creative Learning Club. Tahun 2014 penulis aktif sebagai Ketua Departemen Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa BEM FEMA IPB kabinet Mozaik Toska. Bulan Juli-Agustus 2014 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Praktik di Kampung Laut, Cilacap. Bulan Oktober-November 2014 penulis melaksanakan Internship Dietetic di RS Pantai Indah Kapuk. Bulan Maret 2015 penulis berkesempatan menjadi ahli gizi dalam acara Sarapan Sehat Nasional di Bandung.

Penulis juga aktif mengikuti kepanitiaan selama masa perkuliahan. Beberapa kepanitiaan yang pernah diikuti adalah ketua acara Nutrition Fair 2014, staf Asosiasi Institusi Perguruan Tinggi Gizi Indonesia 2015, dan Liaison Officer International Symphosium Food and Nutrition yang dilaksanakan di Balai Kartini tahun 2015.

Gambar

Gambar 1  Diagram alir tahapan penelitian
Gambar 2  Tahap-tahap pembuatan mie campuran rumput laut
Tabel 2  Formulasi mie rumput laut
Tabel 3  Kandungan kimia rumput laut Gracilaria sp.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Posisi Bekerja Petani Lansia dengan Resiko Terjadinya Nyeri Punggung Bawah di Wilayah Kerja Puskesmas Sumberjambe Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember;

Untuk menghitung jumlah koloni mikroba yang tumbuh pada medium agar lempengan...

sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Solikhah (2010) bahwa perusahaan yang mampu mengelola sumber daya intelektualnya dengan efisien, akan

Dari hasil kedua tabel tersebut dapat diketahui jika hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini terbukti, artinya ada hubungan yang positif dan signifikan antara

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara Motivasi

“…proporsi terbesar populasi pedesaan di dunia (dan oleh karena itu populasi terbesar secara total) adalah “petani”, dan kelompok manusia yang luar biasa besarnya ini

Maka dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa sumur RAMA A-02 dan RAMA A-03 mengalami kerusakan pada formasi karena nilai faktor skin nya berharga positif (S &gt;

sebelum bertanding) atlet diberi latihan berat, berdasaarkan suatu teori, jika glikogen dikosongkan dengan latihan berat maka cadangan glikogen bisa diisi lebih