EFEK PEMBERIAN MUSIK KLASIK TERHADAP
PRODUKSI DAN KOMPOSISI SUSU
SAPI FRIES HOLLAND
ROSIANNE
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efek Pemberian Musik Klasik Terhadap Produksi dan Komposisi Susu Sapi Fries Hollandadalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
ABSTRAK
ROSIANNE.Efek Pemberian Musik Klasik terhadap Produksi dan Komposisi Susu Sapi Fries Holland.Dibimbing oleh BAGUS PRIYO PURWANTO dan ANDI MURFI.
Produksi susudi Indonesia belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan konsumsi nasional. Produksi dan komposisi susu sapi dapat ditingkatkan dengan berbagai cara. Beberapa penelitian di Inggris yang menggunakan musik klasik dapat membuat sapi merasa tenang. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh musik klasik terhadap produksi dan komposisi susu. Penelitian dilakukan selama 45 hari, yang dibagi menjadi 3 periode: sebelum diberi perlakuan musik klasik, diberi perlakuan musik klasik, dan setelah diberi perlakuan musik klasik. Hasil uji t menunjukkan peningkatan yang cukup besar dalam produksi susu. Pengujian komposisi susudengan parameter protein, laktosa, dan berat jenis tidak meningkat secara signifikan (P>0.05), namun kandungan lemak meningkat secara signifikan (P<0.05).
Kata kunci:komposisi susu, musik klasik, produksi susu
ABSTRACT
ROSIANNE.The Effect of Clasical Music on Milk Production and Composition of Fries Holland Cow.Supervised byBAGUS PRIYO PURWANTO and ANDI MURFI.
Milk production in Indonesia did not been able to meet all consumer needs. Production and composition of cow's milk could be improved in various ways. Several studies in the UK showed that using classical music can make cows feel calm. Therefore, this study was carried out to determine the effect of classical music on the production and composition of milk. The study was done for 45 days, divided into 3 periods: pretreatment period, treatedperiod, and post period of classical music. The results showed that there was a significant increased in milk production. Tests on the milk compositions parameters of protein, lactose, solid, and density was not significantly different (P> 0.05), but the fat content was significantly increased (P <0.05).
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
EFEK PEMBERIAN MUSIK KLASIK TERHADAP
PRODUKSI DAN KOMPOSISI SUSU
SAPI FRIES HOLLAND
ROSIANNE
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi :Efek Pemberian Musik Klasik terhadap Produksi dan Komposisi Susu Sapi Fries Holland
Nama : Rosianne NIM : D14090132
Disetujui oleh
Dr Ir Bagus PPurwanto, MAgrPembimbing I
Ir Andi Murfi, MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
ProfDrIr Cece Sumantri, MAgrSc Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan.Judul dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2012 hingga Agustus 2012 ialah Efek Pemberian Musik Klasik terhadap Produksi dan Komposisi Susu Sapi Fries Holland.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Bagus P Purwanto MAgSc dan Bapak Ir Andi Murfi MSi selaku dosen pembimbing. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada papi, mami, papa, mama, jikuh jikim serta seluruh keluarga besar atas segala doa, nasehat, dukungan dan kasih sayangnya.Terakhir, penulis mengucapkan terimakasih kepada Guselanes Mondrita S dan Natalia Nopika sebagai teman tim penelitian, Dewi, Restu, Radit, Rully, Cipta, Fitry, Zura, Vita, serta IPTP 46 atas segala dukungan dan perhatian yang diberikan.Semoga skripsi ini bermanfaatdalam dunia peternakan Indonesia.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Ruang Lingkup Penelitian 1
METODE 2
Waktu dan Tempat Penelitian 2
Bahan 2
Alat 2
Prosedur 2
Rancangan dan Analisis Data 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 3
Produksi Susu 3
Lemak 4
Protein 5
Laktosa 5
Berat Jenis 6
SIMPULAN DAN SARAN 7
Simpulan 7
Saran 7
DAFTAR PUSTAKA 7
LAMPIRAN 9
DAFTAR TABEL
1 Rataan produksi susu sapi hasil penelitian 4
2 Rataan kadar lemak susu sapi hasil penelitian 4
3 Rataan protein susu sapi hasil penelitian 5
4 Rataan kadar laktosa susu sapi hasil penelitian 6
5 Rataan berat jenis susu sapi hasil penelitian 7
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Susu merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung zat gizi tinggi seperti protein, laktosa, vitamin, lemak esensial, dan kalsium. Disamping itu susu juga mudah dicerna oleh tubuh (Kanisius 2006). Akan tetapi, produksi susu nasional belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan konsumsi nasional. Data dari Dirjen Peternakan menunjukkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan akan permintaan susu sapi, Indonesia masih mengimpor dari luar negeri sebanyak 80%, sebab kebutuhan dalam negeri hanya bisa memenuhi sebanyak 20% (Kanisius 2006).
Produksi susu yang tinggi serta berkualitas baik dapat dihasilkan oleh peternakan yang mempunyai pengelolaan dan manajemen baik. Manajemen yang baik dipengaruhi oleh pakan, lingkungan, genetik dan stadium laktasi sapi perah (Sidik 2004). Lingkungan menjadi salah satu faktor penting yang berperan dalam menghasilkan kuantitas dan kualitas susu pada sebuah peternakan sapi perah. Lingkungan yang nyaman bagi sapi akan membuat sapi lebih maksimal dalam memproduksi susu.
Kuantitas dan kualitas dapat ditingkatkan dengan berbagai cara. Pemberian pakan yang cukup merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kuantitas susu. (Adinda 2004). Selain pakan, ketenangan sapi akan membuat produksi susu meningkat. Agar sapi merasa tenang ada beberapa cara yang dapat dilakukan seperti meminimalisir suara di sekitar perkandangan, tidak melukai atau berkontak fisik dengan sapi, bahkan sudah ada beberapa penelitian di Inggris yang menggunakan musik untuk membuat sapi merasa tenang. Musik yang digunakan umumnya bertempo pelan seperti musik klasik Mozart dan Beethoven. Beberapa penelitian menunjukkan kuantitas susu meningkat 3% setelah sapi mendengarkan musik berirama pelan dan kualitas susu menjadi berbeda. Susu yang dihasilkan dari sapi yang mendengarkan musik menjadi lebih manis daripada susu sapi pada umumnya (Makiello 2012). Berdasakan hal tersebut, maka perlu dipelajari pengaruh pemberian musik selama pemerahan terhadap produksi dan komposisi susu sapi perah FH pada peternakan rakyat di Indonesia.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati produksi dan komposisi susu seperti protein, laktosa, lemak, dan berat jenis susu yang dihasilkan dari sapi FH yang didengarkan musik klasik selama proses pemerahan pada siang hari.
Ruang Lingkup Penelitian
4
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 45 hari mulai 28 Juni 2012 hingga 12 Agustus 2012. Penelitian ini akan dilaksanakan di Peternakan Sapi Perah milik Bapak H. Mahpudin yang berlokasi di kawasan Kebon Pedes No. 64 RT.06 RW.09 Kelurahan Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sereal Kota Bogor. Komposisi susu diperiksa di laboratorium IPT Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Ternak
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi Fries Holland (FH) yang sedang dalam masa laktasi 2 dan 3.Jumlah sapi yang digunakan adalah 4 ekor.
Alat
Peralatan yang digunakan adalah speaker aktif, CD lagu klasik Mozart, milk can, gelas ukur, plastik kemasan susu, label, spidol, kabel listrik, steker, freezer dan milkotester.Lagu klasik Mozart yang digunakan berjudul Concerto for flute and Harp in D.
Prosedur
Waktu penelitian terbagi dalam tiga periode pengamatan, masing-masing periode dijelaskan sebagai berikut:
Sebelum Pemberian Musik
Pengambilan data awal berupa data sebelum pemberian musik (tanpa diberi musik).Data diambil pada 15 hari pertama yaitu pada hari ke 1-15.
Pemberian Musik Mozart (Periode 2)
Pengambilan data perlakuan diambil pada hari ke 16-30, dengan pemberian musik klasik Mozart.Lagu yang digunakan yaitu jenis Mozart Concerto for Flute and Harp in D dengan kekuatan suara 45 db.Pemberian musik klasik dilakukan mulai pukul 12.00-15.30 WIB.
Perlakuan diberi musik hanya dilakukan pada siang hari dikarenakan untuk mengurangi tingkat kestressan berupa kebisingan pada ternak yang ditimbulkan di sekitar peternakan.
Selepas Pemberian Musik Mozart (Periode 3)
Pengambilan data pasca perlakuan (tanpa diberi musik) dimulai pada hari ke-31 sampai hari ke-45.Ternak kembali tidak diberi perlakuan musik untuk melihat efek setelah pemberian musik klasik Mozart Concerto for Flute and Harp in D selama penelitian.
Parameter yang diamati dan diukur setiap periode pengamatan meliputi:produksi dan komposisi susu. Data produksi susu diambil pada sore hari setelah pemerahan. Susu hasil pemerahan ditampung dalam ember dan diukur dengan menggunakan gelas ukur.Sampel setiap hari diambil sebanyak 5 ml/ekor dan dibekukan.Setiap 3 hari sekali, sampel diperiksa menggunakan milkotester LTD Master pro, serial 10211 di laboratorium IPT Perah. Komposisi susu yang diamati adalah lemak, protein, laktosa, dan berat jenis susu.
Rancangan dan Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisis menggunakan uji t (t-test). Model matematis menurut Steel dan Torrie (1995) adalah sebagai berikut:
Keterangan :
= Nilai rataan pengamatan yang sebenarnya (sebelum perlakuan) = Nilai rataan pengamatan selama perlakuan
= Keragaman data sebelum perlakuan = Keragaman data selama perlakuan = Jumlah data sebelum perlakuan = Jumlah data selama perlakuan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Produksi Susu
Produksi susu sapi adalah salah satu karakter kuantitatif yang sangat penting dalam seleksi hewan unggul. Secara teori, karakter kuantitatif ini memiliki dua sumber keragaman yaitu genetik dan lingkungan (Cole 1966). Oleh sebab itu, produksi susu sapi beragam baik antar sapi maupun antar daerah. Susu sapi adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun kecuali pendinginan (BSN 2011). Produksi harian susu (kuantitas) dipengaruhi oleh beberapa faktor fisiologis dan lingkungan. Faktor fisiologis yang mempengaruhi kuantitas susu antara lain laktasi, usia, keturunan, dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan dapat berupa periode kering, suhu, dan pakan (Cole 1964).
4
hari selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 1, dengan variasi harian seperti pada Gambar 1.
Tabel 1 Rataan produksi susu sapi hasil penelitian
Keterangan: superskrip yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata pada taraf P<0.05
Gambar 1 Rataan variasi harian produksi susu selama penelitian ( warna biru menandakan sebelum perlakuan, merah menandakan perlakuan, hijau menandakan sesudah perlakuan)
Rataan produksi pada Tabel 1, menunjukkan perbedaan nyata antara produksi susu sebelum perlakuan, saat diberi perlakuan, dan sesudah perlakuan. Rataan produksi sebelum perlakuan adalah sebesar 4.23 ± 0.84 liter/ ekor/ pemerahan, mengalami kenaikan menjadi 4.82 ± 1.16liter/ ekor/ pemerahanpada saat diberi perlakuan musik klasik selama proses pemerahan. Kenaikan produksi susu yang cukup signifikan setelah diberi perlakuan musik klasik disebabkan oleh ternak yang merasa nyaman dan lebih tenang diduga disebabkan menurunnya kadar hormon penyebab stres yaitu adrenalin dan meningkatnya kadar hormon oksitoksin (Ensminger dan Fyler 2006).
Lemak
Flavor pada susu sangat ditentukan oleh lemak susu. Lemak susu dalam bentuk butir-butir yang amat kecil disebut globula, yang berada dalam fase dispersi. Masing-masing butir lemak dikelilingi oleh selaput protein yang sangat tipis atau serum susu yang terkumpul pada permukaan akibat adsorpsi inilah faktor yang menentukan atau membantu memelihara kestabilan emulsi lemak dalam susu.
Pemerahan 1 2 3 4 Rataan
Komponen utama dari fase lemak adalah lemak susu. Suatu campuran kompleks dari trigliserida. Material-material lipida lain, seperti fosfolipida, sterol, karotenoid, dan vitamin. Vitamin larut lemak seperti vitamin A, D, E dan k, berada dalam jumlah sedikit sekali sampai kira-kira 1%.Tiap butiran lemak diselimuti oleh selapis membran protein yang menyebabkan kestabilan emulsi. Susu dapat mengandung 100.000.000 butiran lemak atau 1000 butiran/ml susu..Rataan kadar lemak selama penelitian disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2 Rataan kadar lemak susu sapi hasil penelitian
Keterangan: superskrip yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata pada taraf P<0.05
Pada paramater lemak, berdasarkan uji t didapat hasil yang berbeda nyata. Kadar lemak susu sapi sebelum perlakuan 4.97 ± 1.04, saat diberi perlakuan 4.94 ± 1.27, dan setelah perlakuan 5.36 ± 1.31. Menurut Wahyudi (2006), kadar lemak yang terdapat pada susu sapi perah adalah sebesar 3.45%. Kadar lemak yang lebih tinggi dari syarat mutu SNI minimal 3.0% (SNI 2011) disebabkan ternak merasa nyaman dan tenang selama diperdengarkan musik sehingga lebih banyak beristirahat dan mempengaruhi lemak yang dihasilkan.
Protein
Protein ( berasal dari bahasa Yunani “protos“ berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida.Protein susu sapi dapat dikelompokkan ke dalam duagolongan yaitu kasein yang merupakan fosfoprotein dan meliputi 78% dari bobot total dan protein serum susu meliputi 17% dari bobot total. Selain itu sekitar 5% dari bobot total susu merupakan senyawa yang mengandung nitrogen nonprotein (senyawa-NNP), dan ini meliputi peptida dan asam amino.
Kadar protein di dalam air susu rata-rata 3.20% yang terdiri dari 2.70% kasein (bahan keju) dan 0.50% albumin, berarti 26.50% dari bahan kering air susu adalah protein. Di dalam air susu juga terdapat globulin dalam jumlah sedikit.Protein di dalam air susu juga merupakan penentu kualitas air susu sebagai bahan konsumsi. Rataan kadar protein susu dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3Rataan protein susu sapi hasil penelitian
Pemerahan 1 2 3 4 Rataan
Sebelum Perlakuan 5.08 ± 1.08 5.57 ± 0.42 3.85 ± 0.33 5.37 ± 1.10 4.97 ± 1.04a
Perlakuan 5.50 ± 1.44 5.56 ± 1.19 3.57 ± 0.36 5.12 ± 0.62 4.94 ± 1.27b
Sesudah Perlakuan 5.42 ± 1.37 6.09 ± 1.48 4.59 ± 0.80 5.35 ± 1.18 5.36 ± 1.31c Sapi
Rataan lemak susu (%)
Pemerahan 1 2 3 4 Rataan
4
Kadar protein yang diperoleh dari hasil penelitian melebihi kadar protein rata-rata air susu 3.20% (Wahyudi 2006). Hasil penelitian menunjukkan sebelum perlakuan 3.86 ± 0.32, saat perlakuan 3.88 ± 0.21, dan sesudah perlakuan 3.97 ± 0.49.Hasil tersebut menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata antara sebelum perlakuan, perlakuan dan sesudah perlakuan. Rataan kadar protein yang lebih tinggidari SNI disebabkan adanya perbedaan pakan yang diberikan serta ternak yang digunakan (Wahyudi 2006). Pakan yang diberikan selama penelitian berupa ampas tahu yang merupakan sumber protein yang mudah terdegradasi di dalam rumen (Suryahadi 2004) sehingga mengakibatkan kadar protein yang lebih tinggi daripada standar minimal yang ditetapkan oleh SNI yaitu 2.8% (SNI 2011).
Laktosa
Laktosa adalah bentuk karbohidrat yang terdapat di dalam air susu. Laktosa tidak terdapat dalam bahan-bahan makanan yang lain. Kadar laktosa di dalam air susu sebesar 4.60% dan ditemukan dalam keadaan terlarut. Laktosa terbentuk dari dua komponen gula yaitu glukosa dan galaktosa. Sifat air susu yang sedikit manis ditentukan oleh laktosa. Kadar laktosa dalam air susu dapat dirusak oleh beberapa jenis mikroba pembentuk asam laktat (Wahyudi 2006). Hasil rataan laktosa selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4Rataan kadar laktosa susu sapi hasil penelitian
Kadar laktosa selama penelitian lebih rendah dari syarat mutu 4.8% (Buckleet al. 1985).Perbedaan kadar laktosa dipengaruhi oleh ketersediaan prekursor pembentuk laktosa susu. Laktosa susu berasal dari pemecahan karbohidrat dalam rumen menjadi asam propionat kemudian diubah menjadi glukosa dan selanjutnya digunakan untuk produksi susu (Roni 2009).
Berat Jenis
Susu lebih berat dari air karena susu merupakan suatu sistem kolodial kompleks, yaitu air sebagi medium dispersi antara lain mengandung garam-garam dan gula dalam larutan. Menurut codex susu, berat jenis susu adalah 1.028. Codex susu adalah suatu daftar satuan yang harus dipenuhi susu sebagai bahan makanan. Daftar ini telah disepakati oleh para ahli gizi dan kesehatan sedunia, walaupun di setiap negara atau daerah mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri (Saleh 2004). Ada beberapa faktor yang menyebabkan perubahan berat jenis pada susu yaitu butiran-butiran lemak (globula), laktosa, protein dan garam. Susu yang telah bercampur dengan air maka berat jenisnya akan menurun. Kenaikan berat jenis susu disebabkan karena adanya pelepasan CO2 dan N2 yang terdapat pada susu tersebut (Julmiaty 2002). Berat jenis susu selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.
Pemerahan 1 2 3 4 Rataan
Tabel 5Rataan berat jenis susu sapi hasil penelitian
Berat jenis yang didapatkan selama penelitian diatas rata-rata diatas persyaratan yang diajukan oleh codex yaitu 1.028. Hal ini disebabkan kadar
Pemberian musik klasik Mozart dapat meningkatkan produksi susu dan kadar lemak susu, namun tidak berpengaruh terhadap komposisi susu seperti protein, laktosa, dan berat jenis dibandingkan dengan sebelum diberi perlakuan musik klasik dan setelah diberi perlakuan musik klasik. Pemberian musik klasik dapat mengurangi tingkat stress pada ternak terutama pada peternakan-peternakan yang terletak di daerah yang bising.
Saran
Perlu diteliti efek pemberian musik dengan waktu pemberian musik yang lebih lama (satu masa laktasi) agar hasil yang diperoleh lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Adinda T. 2004. Manfaat pemberian feed block supplemen (FBS) yang mengandung mineral mikro, penghambat metan, agen defaunasi dan probiotik lokal terhadap peningkatan kualitas susu[skripsi]. Bogor (ID): Intitut Pertanian Bogor.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2011. SNI 3141.1. Susu Segar-bagian1: Sapi. Jakarta (ID). Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Buckle KA, Edwards RA, Fleet GH, Wooton M. 1985. Ilmu Pangan. Jakarta: Penerbit University Pr.
Cole 1964. Manual Quantitative Genetics.Ed ke-4. Washington (US) :Academic Enterprises. Pullman,
Cole 1966. Breeding and Improvement of Farm Animals.Ed ke-7.Washington (US): Tata McGraw-Hill Publishing Company.
Pemerahan 1 2 3 4 Rataan
4
Julmiaty 2002. Perbandingan kualitas fisik susu pasteurisasi konvensional dan mikroware dengan lama penyimpanan yang berbeda[skripsi]. Makassar (ID): Universitas Hasanuddin.
Kanisius 2006.Beternak Sapi Perah. Yogyakarta (ID): Penerbit Aksi Agraris Kanisius.
Makiello L. 2012. The Mozart effect Of milk production. The Epoch Times. [Internet]. [diunduh 2012 Juni 2]. Tersedia pada : http//epoch-archive.com Roni M. 2009. Evaluasi penggunaan suplemen lingzhi (Ganoderma lucidum) dan kromium organik terhadap produksi dan kualitas susu sapi perah laktasi pada tingkat produksi berbeda [skripsi].Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Saleh E. 2004. Dasar pengolahan susu dan hasil ikutan ternak[skripsi].Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Sidik R. 2004. Komoditas dan Bangsa Ternak Perah. Sub Bagian Produksi Ternak. Surabaya (ID): Universitas Airlangga.
Sudono A, Rosdiana RF,Setiawan BS. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Jakarta(ID): Agromedia Pustaka.
Suryahadi, Toharmat T, Sudarman A, Amrullah. 2004. Peningkatan produksi dan kualitas susu sapi perah melalui upaya penyediaan pakan dan aplikasi teknologi. Laporan Penelitian. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Steel RGD, Torrie JH. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan Biometrik. Terjemahan : M. Syah. Edisi ketiga.Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.
Tyler HD, Ensminger ME. 2006. Dairy Cattle Science.Ed ke-4. NewJersey (US): Pearson EducationInc.
Wahyudi M. 2006. Proses Pembuatan dan Analisis Mutu Yoghurt. Bogor (ID): Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.
Lampiran 1 Analisis data dan perhitungan produksi susu dengan Ms. Excel 2010
Uji-t: Perpaduan 2 sampel rataan
Sebelum
Perlakuan Perlakuan
Rataan 4.23 4.82
Varian 0.71 1.34
Pengamatan 60.00 60.00
Korelasi Pearson 0.49
Hipotesis Pervarianan Rata-rata 0.00
df 59.00
t Statistik -4.34
P(T<=t) satu-arah 0.00
titik kritikal t satu-arah 1.67
P(T<=t) dua-arah 0.00
titik kritikal t dua-arah 2.00
Uji-t: Perpaduan 2 sampel rataan
Perlakuan Sesudah Perlakuan
Rataan 4.82 4.42
Varian 1.34 0.59
Pengamatan 60.00 60.00
Korelasi Pearson 0.42
Hipotesis Pervarianan Rata-rata 0.00
df 59.00
t Statistik 2.86
P(T<=t) satu-arah 0.00
titik kritikal t satu-arah 1.67
P(T<=t) dua-arah 0.01
titik kritikal t dua-arah 2.00
4
Uji-t: Perpaduan 2 sampel rataan
Sebelum Perlakuan
Sesudah Perlakuan
Rataan 4.23 4.42
Varian 0.71 0.59
Pengamatan 60.00 60.00
Korelasi Pearson 0.33
Hipotesis Pervarianan Rata-rata 0.00
df 59.00
t Statistik -1.56
P(T<=t) satu-arah 0.06
titik kritikal t satu-arah 1.67
P(T<=t) dua-arah 0.13
titik kritikal t dua-arah 2.00
Lampiran 2 Analisis data dan perhitungan lemak susu dengan Ms. Excel 2010
Uji-t: Perpaduan 2 sampel rataan
Sebelum
Perlakuan Perlakuan
Rataan 4.97 4.94
Varian 1.09 1.61
Pengamatan 60.00 60.00
Korelasi Pearson 0.33
Hipotesis Pervarianan Rata-rata 0.00
df 59.00
t Statistik 0.16
P(T<=t) satu-arah 0.44
titik kritikal t satu-arah 1.67
P(T<=t) dua-arah 0.87
titik kritikal t dua-arah 2.00
Uji-t: Perpaduan 2 sampel rataan
Perlakuan Sesudah Perlakuan
Rataan 4.94 5.36
Varian 1.61 1.73
Pengamatan 60.00 60.00
Korelasi Pearson 0.06
Hipotesis Pervarianan Rata-rata 0.00
df 59.00
t Statistik -1.86
P(T<=t) satu-arah 0.03
titik kritikal t satu-arah 1.67
P(T<=t) dua-arah 0.07
titik kritikal t dua-arah 2.00
4
Uji-t: Perpaduan 2 sampel rataan
Sebelum Perlakuan
Sesudah Perlakuan
Rataan 4.97 5.36
Varian 1.09 1.73
Pengamatan 60.00 60.00
Korelasi Pearson 0.13
Hipotesis Pervarianan Rata-rata 0.00
df 59.00
t Statistik -1.96
P(T<=t) satu-arah 0.03
titik kritikal t satu-arah 1.67
P(T<=t) dua-arah 0.06
titik kritikal t dua-arah 2.00
Lampiran 3 Analisis data dan perhitungan total solid susu dengan Ms. Excel 2010
Uji-t: Perpaduan 2 sampel rataan
Sebelum
Perlakuan Perlakuan
Rataan 4.97 4.94
Varian 1.09 1.61
Pengamatan 60.00 60.00
Korelasi Pearson 0.33
Hipotesis Pervarianan Rata-rata 0.00
df 59.00
t Statistik 0.16
P(T<=t) satu-arah 0.44
titik kritikal t satu-arah 1.67
P(T<=t) dua-arah 0.87
titik kritikal t dua-arah 2.00
Uji-t: Perpaduan 2 sampel rataan
Sebelum
Perlakuan Perlakuan
Rataan 8.70 8.74
Varian 0.48 0.20
Pengamatan 60.00 60.00
Korelasi Pearson 0.53
Hipotesis Pervarianan Rata-rata 0.00
Df 59.00
t Statistik -0.54
P(T<=t) satu-arah 0.30
titik kritikal t satu-arah 1.67
P(T<=t) dua-arah 0.59
titik kritikal t dua-arah 2.00
4
Uji-t: Perpaduan 2 sampel rataan
Perlakuan Sesudah Perlakuan
Rataan 8.74 8.92
Varian 0.20 1.18
Pengamatan 60.00 60.00
Korelasi Pearson 0.39
Hipotesis Pervarianan Rata-rata 0.00
Df 59.00
t Statistik -1.39
P(T<=t) satu-arah 0.08
titik kritikal t satu-arah 1.67
P(T<=t) dua-arah 0.17
titik kritikal t dua-arah 2.00
Lampiran 4 Analisis data dan perhitungan densitas susu dengan Ms. Excel 2010
Uji-t: Perpaduan 2 sampel rataan
Perlakuan Sesudah Perlakuan
Rataan 1.0293 1.0294
Varian 0.0000 0.0000
Pengamatan 60.0000 60.0000
Korelasi Pearson 0.1617
Hipotesis Pervarianan Rata-rata 0.0000
df 59.0000
t Statistik -0.1782
P(T<=t) satu-arah 0.4296
titik kritikal t satu-arah 1.6711
P(T<=t) dua-arah 0.8592
titik kritikal t dua-arah 2.0010
Uji-t: Perpaduan 2 sampel rataan
Sebelum Perlakuan
Sesudah Perlakuan
Rataan 8.70 8.92
Varian 0.48 1.18
Pengamatan 60.00 60.00
Korelasi Pearson 0.16
Hipotesis Pervarianan Rata-rata 0.00
Df 59.00
t Statistik -1.44
P(T<=t) satu-arah 0.08
titik kritikal t satu-arah 1.67
P(T<=t) dua-arah 0.16
titik kritikal t dua-arah 2.00
4
Uji-t: Perpaduan 2 sampel rataan
Sebelum Perlakuan
Sesudah Perlakuan
Rataan 1.0291 1.0294
Varian 0.0000 0.0000
Pengamatan 60.0000 60.0000
Korelasi Pearson 0.1224
Hipotesis Pervarianan Rata-rata 0.0000
df 59.0000
t Statistik -0.5948
P(T<=t) satu-arah 0.2771
titik kritikal t satu-arah 1.6711
P(T<=t) dua-arah 0.5542
titik kritikal t dua-arah 2.0010
Lampiran 5 Analisis data dan perhitungan protein susu dengan Ms. Excel 2010
Uji-t: Perpaduan 2 sampel rataan
Sebelum
Perlakuan Perlakuan
Rataan 3.86 3.88
Varian 0.10 0.05
Pengamatan 60.00 60.00
Korelasi Pearson 0.53
Hipotesis Pervarianan Rata-rata 0.00
df 59.00
t Statistik -0.50
P(T<=t) satu-arah 0.31
titik kritikal t satu-arah 1.67
P(T<=t) dua-arah 0.62
titik kritikal t dua-arah 2.00
Uji-t: Perpaduan 2 sampel rataan
Perlakuan Sesudah Perlakuan
Rataan 3.88 3.97
Varian 0.05 0.24
Pengamatan 60.00 60.00
Korelasi Pearson 0.37
Hipotesis Pervarianan Rata-rata 0.00
df 59.00
t Statistik -1.60
P(T<=t) satu-arah 0.06
titik kritikal t satu-arah 1.67
P(T<=t) dua-arah 0.12
titik kritikal t dua-arah 2.00
4
Uji-t: Perpaduan 2 sampel rataan
Sebelum Perlakuan
Sesudah Perlakuan
Rataan 3.86 3.97
Varian 0.10 0.24
Pengamatan 60.00 60.00
Korelasi Pearson 0.16
Hipotesis Pervarianan Rata-rata 0.00
df 59.00
t Statistik -1.60
P(T<=t) satu-arah 0.06
titik kritikal t satu-arah 1.67
P(T<=t) dua-arah 0.11
titik kritikal t dua-arah 2.00
Lampiran 6 Analisis data dan perhitungan laktosa susu dengan Ms. Excel 2010
Uji-t: Perpaduan 2 sampel rataan
Sebelum
Perlakuan Perlakuan
Rataan 4.13 4.15
Varian 0.11 0.05
Pengamatan 60.00 60.00
Korelasi Pearson 0.53
Hipotesis Pervarianan Rata-rata 0.00
df 59.00
t Statistik -0.45
P(T<=t) satu-arah 0.33
titik kritikal t satu-arah 1.67
P(T<=t) dua-arah 0.65
titik kritikal t dua-arah 2.00
Uji-t: Perpaduan 2 sampel rataan
Perlakuan Sesudah Perlakuan
Rataan 4.15 4.23
Varian 0.05 0.28
Pengamatan 60.00 60.00
Korelasi Pearson 0.34
Hipotesis Pervarianan Rata-rata 0.00
df 59.00
t Statistik -1.29
P(T<=t) satu-arah 0.10
titik kritikal t satu-arah 1.67
P(T<=t) dua-arah 0.20
titik kritikal t dua-arah 2.00
4
Uji-t: Perpaduan 2 sampel rataan
Sebelum Perlakuan
Sesudah Perlakuan
Rataan 4.13 4.23
Varian 0.11 0.28
Pengamatan 60.00 60.00
Korelasi Pearson 0.13
Hipotesis Pervarianan Rata-rata 0.00
df 59.00
t Statistik -1.31
P(T<=t) satu-arah 0.10
titik kritikal t satu-arah 1.67
P(T<=t) dua-arah 0.19
titik kritikal t dua-arah 2.00
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 30Juli 1991 di Bogor.Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.Penulis anak dari pasangan AyahLaurentius Hendra dan Ibu Elizabeth Indah Jati.
Pendidikan kanak-kanak diselesaikan di TK Regina Pacis, Bogor pada tahun 1997, dilanjutkan dengan pendidikan dasar di SD Regina Pacis, Bogor dan lulus pada tahun 2003.Sekolah Menengah Pertama lulus pada tahun 2007 di SMP Budi Mulia, Bogor, melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA Kesatuan, Bogor dan lulus pada tahun 2009.
Penulis diterima di IPB melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri) pada tahun 2009.Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor angkatan 2009 (46). Penulis aktif mengajar Les Private dan juga aktif mengikuti beberapa seminar yang diadakan di Kampus IPB.