• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas air di saluran pembuangan TPA Galuga Cibungbulang Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kualitas air di saluran pembuangan TPA Galuga Cibungbulang Bogor"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

KUALITAS AIR DI SALURAN PEMBUANGAN

TPA GALUGA CIBUNGBULANG BOGOR

ADHITIA SAPTO UTOMO

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kualitas Air di Saluran Pembuangan TPA Galuga Cibungbulang Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

ADHITIA SAPTO UTOMO. Kualitas Air di Saluran Pembuangan TPA Galuga Cibungbulang Bogor. Dibimbing oleh YAYAT HIDAYAT dan WAHYU PURWAKUSUMA.

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Galuga berada di Desa Galuga, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. TPA Galuga menghasilkan limbah yang kemudian dialirkan menuju sungai Cianten. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi beberapa parameter kualitas air disekitar saluran pembuangan TPA Galuga. Contoh air limbah diambil dari 4 lokasi dengan interval jarak 400 - 500 m dan 2 contoh air sumur diambil dari sumur di desa Cisasak yang berjarak ±700 m dari TPA Galuga. Pengambilan contoh dilakukan selama tiga hari berturut-turut pada kondisi tidak terjadi hujan. Parameter yang dianalisis adalah suhu, pH, fosfat (PO4), nitrat (NO3), timbal (Pb), dan BOD (Biological Oxygen Demand). Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan membandingkan data pengamatan dengan peraturan pemerintah (Peraturan No.82 Tahun 2001 dan Direktorat penyelidikan masalah air, Departemen Pekerjaan Umum RI ). Hasil penelitian menunjukan air limbah yang bersumber dari TPA Galuga pada saat penelitian tergolong belum aman dibuang ke sungai Cianten. Konsentrasi timbal dan nitrat pada air sumur penduduk sekitar TPA Galuga tergolong tinggi dan berada diatas ambang baku mutu air minum.

(5)

ABSTRACT

ADHITIA SAPTO UTOMO. Water Quality on Galuga Sewer Dumpsite Cibungbulang Bogor. Supervised by YAYAT HIDAYAT and WAHYU PURWAKUSUMA

Galuga dumpsite is located in Galuga Village, Cibungbulang Sub-district, Bogor, West Java. Galuga landfill produces waste water (leachate) which flowes into the Cianten river. The purpose of this research is to identify several water quality parameters on Galuga dumpsite sewer. Water samples were taken from four locations with interval of 400-500 m and two samples of well water were taken from Cisasak village within ± 700 m from the Galuga landfill. Samples were taken continuously for three days in dry season. Parameters analyzed were temperature, pH, phosphate (PO4), nitrate (NO3), lead (Pb), and BOD (Biological Oxygen Demand). Descriptive analysis were done by comparing observed data with government water quality standards (Regulation No.82 of 2001 and Directorate of Water Issues Investigation, Ministry of Public Works Republic of Indonesia). The results showed that waste water originated from Galuga landfill are not safely discharged into Cianten river. Concentrations of lead and nitrate in wells water around Galuga landfill are high and above the threshold of drinking water quality standard.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

KUALITAS AIR DI SALURAN PEMBUANGAN

TPA GALUGA CIBUNGBULANG BOGOR

ADHITIA SAPTO UTOMO

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

(8)
(9)

Judul Skripsi : Kualitas air di saluran pembuangan TPA Galuga Cibungbulang Bogor

Nama : Adhitia Sapto Utomo NIM : A14090098

Disetujui oleh

Dr Ir Yayat Hidayat, MSi Pembimbing I

Ir Wahyu Purwakusuma, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Baba Barus, MSc Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga Skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 ini ialah kualitas air, dengan judul “Kualitas Air di Saluran Pembuangan TPA Galuga Cibungbulang Bogor”. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Yayat Hidayat, MSi selaku pembimbing I, Ir Wahyu Putrakusuma, MSc selaku pembimbing II, Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, seluruh keluarga serta teman-teman seperjuangan atas doa, dan dukungannya selama ini.

Semoga Skripsi ini bermanfaat.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

TPA dan Pencemaran Air 2

Parameter Kualitas Air 3

METODE 5

Tempat dan Waktu Penelitian 5

Alat dan Bahan 6

Lokasi Pengambilan Contoh 6

Pengambilan Contoh 8

Analisis Parameter Kualitas Air 8

Analisis data 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Kondisi Umum TPA Galuga 9

Kualitas Air 10

KESIMPULAN DAN SARAN 15

Kesimpulan 15

Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 17

(12)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi kimia air limbah TPA Bantar Gebang 3

2 Bahan dan alat 6

3 Parameter yang dianalisis, beserta metode yang digunakan. 9 4 Temperatur (°C) air limbah dan air sumur penduduk 10

5 Nilai pH pada air limbah dan sumur penduduk 11

6 Konsentrasi nitrat (mg/l) air limbah dan sumur penduduk 12 7 Konsentrasi fosfat (mg/l) air limbah dan sumur penduduk 13 8 Konsentrasi timbal (mg/l) air limbah dan sumur penduduk 13 9 Nilai BOD (mg/l) air limbah dan sumur penduduk 14

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi pengambilan contoh 7

2 Lokasi pengambilan contoh air limbah dan air sumur 8

3 TPA Galuga, Cibungbulang, Bogor 9

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil analisis kualitas air limbah TPA Galuga 17

2 Hasil analisis air sumur penduduk 17

3 Baku mutu air limbah menurut Direktorat Penyelidikan Masalah Air 18

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tempat pembuangan akhir (TPA) sampah merupakan sumber polutan bagi lingkungan sekitarnya. Salah satu jenis polutan yang dihasilkan oleh TPA adalah air lindi. Air lindi timbul akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan sampah kemudian melarutkan dan membilas materi-materi yang mudah larut, termasuk materi organik hasil proses dekomposisi biologis. Kuantitas air lindi yang dihasilkan tergantung pada jumlah air eksternal yang masuk kedalam tumpukan sampah. Selain itu air lindi juga dipengaruhi oleh aspek operasional yang diterapkan seperti aplikasi tanah penutup, kemiringan permukaan, kondisi iklim, dan sebagainya (Englehardt 2006 dalam Rezagama dan Notodarmojo 2012).

Air lindi disalurkan menuju sungai terdekat setelah mengalami proses pengolahan. Proses pengolahan bertujuan untuk mengurangi pencemaran air lindi sebelum dikembalikan ke alam. Proses pengolahan yang diterapkan oleh TPA pada umumnya adalah dengan menggunakan Instalasi Pengendalian Air Limbah (IPAL).

TPA Galuga berada di Desa Galuga, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, telah beroperasi sejak 1992. TPA Galuga mampu menampung sampah yang berasal dari beberapa daerah sekitar Bogor antara lain sampah rumah tangga, pasar, industri, dan sarana umum. TPA Galuga memiliki berbagai macam fasilitas pendukung untuk beroperasi, seperti alat berat, pabrik kompos, dan pengelolaan air limbah. Namun fasilitas tersebut tidak semua berfungsi dengan baik. Fasilitas pengelola air lindi pada TPA Galuga tidak dapat bekerja sejak 2011, sehingga air lindi dialirkan menuju rawa terdekat kemudian dialirkan menuju saluran pembuangan. Limbah yang berasal dari percampuran air lindi dengan air rawa tanpa pengolahan terlebih dahulu berpotensi bercampur dengan air tanah sehingga dapat menimbulkan pencemaran tanah, air tanah, dan air permukaan (Rezagama dan Notodarmojo 2012).

Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya. Kualitas air perlu dijaga agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.

Tujuan Penelitian

(14)

2

TINJAUAN PUSTAKA

TPA dan Pencemaran Air

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. Pembuangan sampah secara rutin ke dalam TPA dapat menimbulkan pencemaran terhadap perairan baik di permukaan maupun di dalam tanah. Sampah yang bertambah secara terus-menerus akan mempengaruhi tingkat degradasi dari sampah tersebut. Penguraian sampah organik bisa menghasilkan zat hara, zat-zat kimia yang bersifat toksik, dan bahan bahan organik terlarut. Semua zat tersebut akan mempengaruhi kualitas air, baik air permukaan maupun air tanah dan perubahan tersebut berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia, dan biologi perairan (Pohland dan Harper 1985 dalam Primbodo 2005).

Berdasarkan definisinya, pencemaran air yang diindikasikan dengan turunnya kualitas air sampai ke tingkat tertentu, menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Yang dimaksud dengan tingkat tertentu tersebut di atas adalah baku mutu air yang ditetapkan dan berfungsi sebagai tolak ukur untuk menentukan telah terjadinya pencemaran air, juga merupakan arahan tentang tingkat kualitas air yang akan dicapai atau dipertahankan oleh setiap program kerja pengendalian pencemaran air (Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001).

Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 menjelaskan bahwa air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum. Melestarikan fungsi air perlu dilakukan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air secara bijaksana. Oleh karena itu ditetapkan klasifikasi baku mutu air menjadi empat kelas, yaitu :

a. Kelas Satu : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

b. Kelas Dua : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

c. Kelas Tiga : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

(15)

3

Parameter Kualitas Air

Kualitas air merupakan sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter kualitas air yang meliputi parameter fisika seperti suhu, kekeruhan, padatan terlarut, dan sebagainya; parameter kimia yang mencakup pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam-logam dan lain-lain; parameter mikrobiologi meliputi keberadaan plankton, bakteri dan sebagainya (Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990).

Umur tumpukan sampah juga bisa mempengaruhi kualitas air limbah dan gas yang terbentuk. Perubahan kualitas air limbah dan gas menjadi parameter utama dalam mengetahui tingkat stabilisasi tumpukan sampah (Pohland dan Harper 1985 dalam Priambodo 2005). Oleh karena itu, komposisi kimiawi air limbah dan kekuatan bahan pencemar organik yang dihasilkannya bervariasi untuk tiap lokasi pembuangan sampah, seperti komposisi kimia air limbah TPA Bantar Gebang (Tabel 1).

Tabel 1. Komposisi kimia air limbah TPA Bantar Gebang

Parameter Konsentrasi

Biochemical Oxygen Demand (BOD5) 4500 – 13000 mg/l Chemical Oxygen Demand (COD) 11000 – 22000 mg/l

Suspended Solid 550 – 2000 mg/l

Sumber : Widyatmoko dan Moerdjoko (2002) dalam Priambodo (2005)

Suhu

(16)

4

pH

Pescod (1973) dalam Priambodo (2005) mengatakan bahwa nilai pH menunjukkan tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air. Kemampuan air untuk mengikat atau melepaskan sejumlah ion hidrogen akan menunjukkan apakah perairan tersebut bersifat asam atau basa. Nilai pH perairan dapat berfluktuasi karena dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesis, respirasi organisme akuatik, suhu, dan keberadaan ion-ion di perairan tersebut (Barus 2002). Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai pH sekitar 7-8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan, seperti proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah (Effendi 2003).

BOD (Biochemical Oxygen Demand)

BOD merupakan gambaran kadar bahan organik, yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi karbondioksida dan air (Davis dan Cornwell 1991 dalam Effendi 2003). Nilai BOD perairan dapat dipengaruhi oleh suhu, densitas plankton, keberadaan mikroba, serta jenis dan kandungan bahan organik. Nilai BOD ini juga digunakan untuk menduga jumlah bahan organik di dalam air limbah yang dapat dioksidasi dan akan diuraikan oleh mikroorganisme melalui proses biologi. Makin besar nilai BOD menunjukkan makin besarnya aktivitas mikroorganisme dalam menguraikan bahan organik. Nilai BOD yang besar tidak baik bagi kehidupan organisme perairan (Suhmana 2012).

Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri dan untuk mendisain sistem-sistem pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut. Penguraian zat organik adalah peristiwa alamiah, kalau sesuatu badan air dicemari oleh zat organik, bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses oksidasi tersebut yang bisa mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan keadaan menjadi anaerobik dan dapat menimbulkan bau busuk pada air tersebut (Alaert dan Santika 1987).

Nitrat

Nitrat adalah bentuk nitrogen utama dalam perairan dan merupakan nutrien utama bagi tumbuhan dan algae. Nitrat sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil, dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan (Effendi 2003). Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi ammonia menjadi nitrit dan nitrat adalah proses yang penting dalam siklus nitrogen dan berlangsung dalam kondisi aerob.

Pengamatan kualitas air limbah yang dilakukan pada tahun 2005 di TPA Galuga oleh Rezagama dan Notodarmojo (2012) menunjukkan konsentrasi nitrat pada air limbah berkisar antara 0,088 – 0,218 mg/l sedangkan konsentrasi nitrat pada TPA Bantar Gebang (Widyatmoko dan Moerdjoko 2002 dalam Priambodo 2005) berkisar antara 600-1700 mg/l.

Fosfat

(17)

5 sebagainya. Fosfat dalam deterjen berfungsi sebagai bahan pengisi untuk mencegah menempelnya kembali kotoran pada bahan yang sedang dicuci. Penggunaan deterjen tersebut pada akhirnya akan mempercepat bertambahnya konsentrasi fosfat dalam badan air buangannya sehingga memicu pertumbuhan algae (Paytan dan McLaughlin 2007 dalam Suhma 2012). Algae yang berlimpah ini dapat membentuk lapisan pada permukaan air yang akan menghambat penetrasi oksigen dan cahaya matahari sehingga kurang menguntungkan bagi ekosistem perairan.

Timbal

Timbal adalah unsur yang biasanya ditemukan di dalam batu - batuan, tanah, tumbuhan dan hewan. Timbal 95% bersifat anorganik dan pada umumnya dalam bentuk garam anorganik yang umumnya kurang larut dalam air. Selebihnya berbentuk timbal organik. Timbal tidak mengalami penguapan namun dapat ditemukan di udara sebagai partikel. Selain itu, timbal merupakan sebuah unsur maka tidak mengalami degradasi (penguraian) dan tidak dapat dihancurkan (Palar 2004).

Timbal banyak dimanfaatkan oleh kehidupan manusia, biasanya timbal digunakan sebagai bahan pembuat baterai, amunisi, produk logam (logam lembaran, solder, dan pipa), perlengkapan medis (penangkal radiasi dan alat bedah), cat, keramik, peralatan kegiatan ilmiah/praktek (papan sirkuit/CB untuk komputer), campuran minyak atau bahan bakar sebagai peningkat nilai oktan.

Analisis parameter timbal pada penelitian yang dilakukan Suhmana (2012) pada sungai Cisadane menunjukan konsentrasi berkisar antara 0.0185-0.1343 mg/l, sedangkan pada penelitian Parawita, Insyafitri, dan Nugraha (2009) pada Muara sungai Porong konsentrasi timbal berkisar antara 0,08 – 0,16 mg/l.

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

(18)

6

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan untuk pengambilan contoh air adalah botol PE (polyethylene), termometer, cooler box, dan GPS (Global Positioning System). Sedangkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk analisis disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Bahan dan alat

No Jenis analisis Alat dan Bahan

1 Temperatur Termometer

2 pH pH meter

3 Nitrat Gelas ukur, labu destilasi, tabung kjeldahl, devarda, NaOH, HCl, asam borat, indikator Conway, aquades.

4 Fosfat

Gelas piala, tabung reaksi, pipet volumetrik, gelas ukur, spektofotometer Kertas saring, H2SO4,

Ammonium molibdate, Antimony potassium tartrate, Ascorbic acid, aquades.

5 BOD

Botol inkubasi, labu takar, inkubator, air suling, larutan buffer fosfat, larutan magnesium sulfat, larutan kalsium klorida, larutan feriklorida, larutan basa NaOH dan asam HCL, bubuk inhibitor nitrifikasi, benih, air pengencer, larutan Na2SO3.

6 Timbal

Spektofotometer, pH meter, automatic dispensing burets, separatory funnels, stock lead solution, working lead solution, citrate-cyanide reducing solution, stock dithizone solution, dithizone working solution, special dithizone solution, NH4OH, HNO3.

Lokasi Pengambilan Contoh

(19)

7

Gambar 1. Lokasi pengambilan contoh

(20)

8

(a) (b)

(c) (d)

(e)

Gambar 2. Lokasi pengambilan contoh air limbah dan air sumur, a. lokasi 1, b. lokasi 2, c. lokasi 3, d. lokasi 4, e. sumur penduduk

Pengambilan Contoh

Pengambilan contoh air pada saluran pembuangan dan sumur penduduk dilakukan menggunakan botol plastik 1 liter. Pengambilan contoh air pada saluran pembuangan dilakukan dengan cara memasukkan botol ke saluran dengan kedalaman ½ dari permukaan air dan ketika sudah terisi penuh, botol segera ditutup. Adapun pada air sumur, pengambilan contoh air dilakukan dengan cara menimba terlebih dahulu air dari dalam sumur, kemudian dimasukan kedalam botol.

Analisis Parameter Kualitas Air

(21)

9 Tabel 3. Parameter yang dianalisis dan metode yang digunakan.

Parameter Satuan Metode/Alat

Suhu oC Thermometer

pH - pH meter

Nitrat mg/l N-Kjehdahl

Fosfat mg/l Murphy & Riley

Timbal mg/l APHA

BOD mg/l APHA

Analisis data

Analisis data dilakukan secara deskriptif, dengan membandingkan data pengamatan air sumur dengan standar baku mutu air menurut PP No.82 Tahun 2002 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran lingkungan maupun membandingkan data pengamatan pada air limbah dengan baku mutu air limbah berdasarkan Direktorat Penyelidikan Masalah Air, Departemen Pekerjaan Umum RI.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum TPA Galuga

TPA Galuga terletak di Desa Galuga, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. TPA Galuga telah beroperasi sejak tahun 1992, memiliki luas area penampungan dan pengolahan sampah sebesar ± 31 Ha (Gambar 3). TPA Galuga menampung berbagai macam jenis sampah yang berasal dari Kabupaten dan Kota Bogor, kemudian sampah tersebut ditumpukkan ke tanah yang sudah dipadatkan terlebih dahulu. Air limbah yang dihasilkan TPA dialirkan ke rawa yang berada dekat dengan tumpukan sampah, kemudian masuk ke saluran pembuangan yang dialirkan menuju sungai Cianten. Sebelum sampai ke sungai Cianten saluran pembuangan terlebih dahulu bertemu dengan selokan Cimanggir.

Gambar 3. TPA Galuga, Cibungbulang, Bogor

(22)

10

sering mengeluhkan bau yang timbul dari air sumur dan air limbah. Namun seiring berjalannya waktu, penduduk menjadi terbiasa dengan keadaan tersebut dan tetap menggunakan air sumur untuk mencuci sesekali digunakan untuk kegiatan mandi cuci kakus (MCK) apabila air yang disediakan pemerintah tidak mencukupi.

Kualitas Air

Temperatur

Air limbah dan air sumur memiliki temperatur antara 27°C - 31°C. Pengamatan lapang menunjukkan pada L1 hari pertama hingga hari ketiga temperatur air limbah mencapai 30°C - 31°C. Temperatur L2 pada setiap pengamatan memiliki nilai yang konstan yaitu 28oC. Kemudian di L4 air limbah juga memiliki temperatur yang konstan pada tiap pengamatan yaitu 27°C. Sedangkan pada S1 dan S2 temperatur pada tiap pengamatan sebagian besar memiliki nilai sebesar 27°C.

Tabel 4. Temperatur (°C) air limbah dan air sumur penduduk

Keterangan : L1 = Lokasi 1 ; L2 = Lokasi 2 ; L3 = Lokasi 3 ; L4 = Lokasi 4 ; S1 = Sumur 1 ; S2 = Sumur 2 ; Dev = Deviasi ; * = Direktorat Penyelidikan Masalah Air

Kondisi temperatur pada air limbah dan air sumur, salah satunya dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti cahaya sinar matahari yang mengenai badan air. Effendi (2003) menjelaskan bahwa cahaya matahari yang masuk ke perairan akan mengalami penyerapan dan perubahan menjadi energi panas. Proses ini berlangsung secara intensif pada lapisan atas sehingga lapisan atas perairan memiliki suhu yang lebih tinggi. Jika dilihat berdasarkan lingkungan sekitarnya pada L1 tidak terdapat kanopi dari pepohonan yang menutupi saluran, sehingga temperatur pada L1 tinggi. Sedangkan pada L2, L3, dan L4 terdapat kanopi dari pepohonan yang tumbuh di samping saluran pembuangan, sehingga cahaya sinar matahari tidak mengenai badan air secara langsung sehingga temperatur lebih rendah dibandingkan dengan L1. Hal yang sama terjadi pada S1 dan S2 dimana lokasi sumur berada di dalam rumah warga, sehingga memiliki temperatur yang lebih rendah dibandingkan L1. Jika dibandingkan dengan baku mutu pada PP No 82 Tahun 2001 dan baku mutu air limbah maka kondisi temperatur air sumur dan air limbah masih memenuhi baku mutu.

pH

pH berfungsi sebagai indikator asam atau basa, menunjukkan konsentrasi dan aktivitas ion hidrogen H+. Nilai pH yang rendah (asam) lebih banyak mengandung hidrogen H+ dan pH tinggi (basa) lebih banyak mengandung hidroksil OH-. Dalam air murni konsentrasi H+ sama dengan konsentrasi OH-,

LOKASI

Temperatur Hari Ke- Baku Mutu

(23)

11 keadaan ini dianggap sebagai keadaan netral dengan ditandai oleh nilai pH=7 (Alaert dan Santika 1987). Hasil analisis pH memiliki nilai yang fluktuatif pada setiap lokasi, berkisar antara 6 hingga 8. Tabel 5 menunjukkan bahwa pH air limbah tertinggi pada L1 hari ketiga sebesar 8,04 dan yang terendah pada L4 hari pertama sebesar 7,48. Air sumur yang memiliki nilai terendah yaitu pada S2 hari pertama sebesar 6,06 dan yang tertinggi yaitu S1 hari ke 2 sebesar 6,44.

Tabel 5. Nilai pH air limbah dan sumur penduduk

Keterangan : L1 = Lokasi 1 ; L2 = Lokasi 2 ; L3 = Lokasi 3 ; L4 = Lokasi 4 ; S1 = Sumur 1 ; S2 = Sumur 2; * = Direktorat Penyelidikan Masalah Air

Hasil analisis pH air limbah pada penelitian ini termasuk normal, hal yang sama juga terjadi pada penelitian Krismono (2005) di TPA Galuga yang menunjukan nilai pH air limbah sebesar 6,44 – 7,58, penelitian Rezagama dan Notodarmojo (2012) pada TPA Sarimukti Solo dengan nilai pH air limbah sebesar 9,1, dan pada penelitian Arbain di TPA Suwung, Denpasar nilai pH air limbah sebesar 7,34 - 7,63. Menurut Kordi (2000) dalam Suhmana (2012), fluktuasi pH sangat dipengaruhi oleh proses respirasi organisme akuatik, karena gas karbondioksida yang dihasilkannya. Semakin banyak karbondioksida yang dihasilkan dari proses respirasi, maka pH akan semakin rendah. Namun sebaliknya jika aktivitas fotosintesis semakin tinggi maka akan menyebabkan pH semakin tinggi. Berdasarkan baku mutu air limbah pH tergolong baik karena berada sekitar 6-9. Adapun pada air sumur berdasarkan PP No 82 tahun 2001 tentang baku mutu air minum, pH tergolong memenuhi baku mutu karena berada dibawah batas maksimum.

Nitrat

Nitrat adalah bentuk nitrogen utama dalam perairan dan merupakan nutrien utama bagi tumbuhan dan algae. Nitrat terbentuk dari ammonium (NH4) yang mengalami proses nitrifikasi oleh bakteri nitrobacter dan menghasilkan nitrat. Sumber utama nitrat berasal dari sisa makanan dan hasil dari proses oksidasi amonia yang ada pada limbah TPA. Mengkonsumsi air yang memiliki kandungan nitrat yang tinggi dapat menyebabkan gangguan sistem peredaran darah pada bayi, selain itu juga dapat menyebabkan terganggunya sistem pencernaan manusia (Muller 1991 dalam Ompusunggu 2009).

(24)

12

penduduk jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan air limbah, yang terbesar pada S2 hari ke 1 yaitu sebesar 18,60 mg/l dan yang terendah terdapat pada S1 hari ke 3.

Tabel 6. Konsentrasi nitrat (mg/l) air limbah dan sumur penduduk

Keterangan : L1 = Lokasi 1 ; L2 = Lokasi 2 ; L3 = Lokasi 3 ; L4 = Lokasi 4 ; S1 = Sumur 1 ; S2 = Sumur 2 ; Ttd : tidak terdeteksi ; * = Direktorat Penyelidikan Masalah Air

Soepardi (1979) menyatakan bahwa senyawa nitrat memiliki sifat yang mudah larut, hal ini merupakan penyebab penurunan konsentrasi nitrat pada air limbah. Selain itu berkurangnya kandungan nitrat dimungkinkan karena adanya pertemuan saluran pembuangan dengan selokan Cimanggir yang mengakibatkan terjadinya pengenceran. Seperti yang terjadi pada L4 dimana penurunan konsentrasi cukup signifikan yaitu berkisar 350-500 mg/l. Hasil analisis menunjukkan bahwa air sumur penduduk mengandung nitrat, menurut Kurniawan (2006) hal ini terjadi karena air limbah mudah tersebar melalui limpasan air hujan dan meresap mencemari air tanah termasuk air sumur di sekitarnya.

Selain karena sumber pembentuk melimpah, konsentrasi nitrat yang sangat tinggi di dalam air limbah dan air sumur diduga karena penanganan contoh limbah yang tidak tepat. Menurut Alaert dan Santika (1987) pada contoh air untuk analisis nitrat harus ditambahkan dengan H2SO4 pekat hingga pH < 2 agar proses nitrifikasi tidak terjadi, sehingga konsentrasi nitrat contoh tidak mewakili konsentrasi nitrat pada air limbah sebenarnya. Menurut Manampiring (2009) memisahkan nitrat dalam air dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu, penyulingan, tekanan balik osmotik, dan pertukaran ion.

Fosfat

Konsentrasi fosfat air limbah pada penelitian ini jika dibandingkan dengan baku mutu air sudah melewati batas maksimum, seperti yang terdapat pada Tabel 7. Pada L1 hari pertama konsentrasi fosfat sebesar 4,31 mg/l. Kemudian pada L2 fosfat mengalami penurunan menjadi 3,96 mg/l dan pada L3 konsentrasi meningkat menjadi 3.99 mg/l. Pada L4 konsentrasi fosfat kembali menurun menjadi 2,16 mg/l. Pola yang sama juga ditemukan pada hari 2, dimana pada L2 terjadi penurunan konsentrasi. Kemudian meningkat menjadi 4,27 pada L3. Namun hal ini tidak terjadi di hari ketiga. Pada hari ketiga, setiap lokasi mengalami penurunan konsentrasi seiring dengan bertambahnya jarak. Adapun pada S1 dan S2 menunjukkan konsentrasi yang rendah dibandingkan L1 sampai L4

LOKASI

Konsentrasi Nitrat Hari Ke- Baku Mutu

(25)

13 Tabel 7. Konsentrasi fosfat (mg/l) air limbah dan sumur penduduk

Keterangan : L1 = Lokasi 1 ; L2 = Lokasi 2 ; L3 = Lokasi 3 ; L4 = Lokasi 4 ; S1 = Sumur 1 ; S2 = Sumur 2

Berdasarkan Tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa konsentrasi fosfat akan berkurang seiring bertambahnya jarak. Namun hal ini tidak terjadi pada L3 di hari 1 dan 2, kandungan fosfat yang terdapat pada lokasi tersebut mengalami peningkatan sebesar 0,01 dan 0,19. Pengamatan dilapang menunjukkan bahwa hal ini mungkin disebabkan oleh aktivitas MCK penduduk yang menghasilkan limbah deterjen, dimana fosfat merupakan salah satu bahan yang terdapat pada deterjen. Adapun pada L4 penurunan konsentrasi fosfat terjadi karena terdapat penambahan aliran dari selokan Cimanggir yang menyatu dengan saluran pembuangan. Jika kualitas air limbah dan sumur di klasifikasikan berdasarkan baku mutu pada PP 82 tahun 2001 maka, L1 hingga L4 masuk dalam kelas IV yaitu air yang peruntukannya untuk mengairi pertanaman atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Adapun pada S1 dan S2 masuk ke dalam baku mutu kelas I, yaitu air yang dapat digunakan untuk air minum atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Timbal

Timbal merupakan salah satu logam berat yang biasa terdapat pada limbah, berasal dari limbah baterai, limbah percetakan, dan limbah makanan. Pada manusia timbal dapat mengakibatkan kanker saluran kencing dan mempengaruhi fungsi protein. Selain itu juga dapat menyebabkan kematian pada ikan dan organisme lainnya pada konsentrasi ≥ 0,05 mg/l (Hutagalung 1984 dalam Diansyah 2004). Hasil analisis timbal ditunjukkan pada Tabel 8.

Tabel 8. Konsentrasi timbal (mg/l) air limbah dan sumur penduduk

Keterangan : L1 = Lokasi 1 ; L2 = Lokasi 2 ; L3 = Lokasi 3 ; L4 = Lokasi 4 ; S1 = Sumur 1 ; S2 = Sumur 2; * = Direktorat Penyelidikan Masalah Air

Konsentrasi timbal pada masing masing lokasi pengamatan memiliki nilai yang bervariasi, pada hari pertama terjadi penurunan pada L2 sebesar 0,087 mg/l kemudian meningkat 0,097 mg/l pada L3. Penurunan konsentrasi kembali terjadi pada L4 menjadi 0,067. Hal ini juga terjadi pada hari kedua dan ketiga, dimana perubahan konsentrasi timbal terjadi secara fluktuatif. Konsentrasi timbal pada air limbah yang tertinggi terdapat pada L2 hari ke 3 yaitu sebesar 0,199 mg/l dan konsentrasi terendah yaitu berada di L4 hari ke 2 sebesar 0,012 mg/l. Pada air

LOKASI Konsentrasi Fosfat Hari Ke- Baku Mutu

1 2 3 PP No 82 Tahun 2001

Konsentrasi Timbal Hari Ke- Baku Mutu

(26)

14

sumur konsentrasi tertinggi ada pada S2 hari ke 3 yaitu sebesar 0,105 mg/l dan yang terendah terdapat di S2 hari pertama sebesar 0,043.

Menurut Hutagaol (2012) tinggi rendahnya konsentrasi timbal disebabkan oleh jumlah masukan limbah timbal ke perairan, semakin besar limbah yang masuk ke dalam suatu perairan maka semakin besar pula konsentrasi timbal di perairan tersebut. Dapat dilihat pada Tabel 8, konsentrasi timbal pada L3 sebagian besar lebih tinggi, hal ini dimungkinkan karena L3 merupakan daerah pemukiman penduduk. Berdasarkan baku mutu air limbah, konsentrasi timbal air limbah pada TPA Galuga berada pada level sedang, dimana masih diperbolehkan untuk dibuang ke perairan umum. Sedangkan pada air sumur berdasarkan PP no 82 tahun 2001 konsentrasi timbal masuk ke dalam baku mutu kelas IV yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Biological Oxygen Demand (BOD)

Biological Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen biologi (KOB) merupakan analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses - proses mikrobiologi yang benar benar terjadi dalam air (Alaert dan Santika 1987). Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai BOD pada air limbah tertinggi terdapat pada L3 12,60 mg/l hari ketiga dan yang terendah terdapat pada L3 hari pertama yaitu sebesar 4,50 mg/l. Pada air sumur nilai BOD tertinggi terdapat pada S2 hari 1 dan 2 yaitu sebesar 3,30 mg/l, sedangkan nilai BOD terendah pada air sumur terdapat pada S1 dan S2 hari ke tiga sebesar 1,40 mg/l. BOD pada air sumur dapat disebabkan oleh limpasan air hujan yang mengangkut air limbah (Kurniawan 2006).

Tabel 9. Nilai BOD (mg/l) air limbah dan sumur penduduk

Keterangan : L1 = Lokasi 1 ; L2 = Lokasi 2 ; L3 = Lokasi 3 ; L4 = Lokasi 4 ; S1 = Sumur 1 ; S2 = Sumur 2; * = Direktorat Penyelidikan Masalah Air

Nilai BOD pada air limbah secara umum lebih rendah dengan penelitian lain, yaitu pada penelitian Priambodo (2005) nilai BOD pada air limbah TPA Galuga memiliki rentang 60-200 mg/l, sedangkan pada penelitian Arbain, Mardana, dan Sudana (2008) didapatkan nilai BOD air limbah TPA Suwung berada pada rentang 300-500 mg/l. Hal ini dimungkinkan karena kondisi pada saat penelitian merupakan akhir musim hujan dan tidak terjadi hujan selama satu minggu, sehingga kandungan bahan organik dalam air limbah relatif rendah. Nilai BOD pada lokasi yang dekat dengan TPA rata rata memiliki nilai yang tinggi, hal ini dikarenakan pada lokasi tersebut memiliki kandungan bahan organik yang tinggi sehingga sumber makanan bagi mikroorganisme semakin banyak. Oleh karena semakin banyak sumber makanan yang tersedia maka kebutuhan oksigen mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik semakin tinggi. Pada lokasi

(27)

15 yang jauh dari TPA sebagian besar mengalami penurunan, hal ini dikarenakan suplai bahan organik semakin sedikit.

Berdasarkan baku mutu air limbah, nilai BOD pada air limbah TPA Galuga saat penelitian dilakukan masih memenuhi baku mutu, sehingga aman untuk dibuang ke sungai. Adapun nilai BOD pada air sumur penduduk masuk kedalam kelas III yaitu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Untuk mengurangi nilai BOD pada air sumur dapat menggunakan sistem koagulasi dengan menggunakan campuran tawas dan kapur (Susanto 2004).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Air limbah TPA Galuga berdasarkan parameter yang dianalisis, tergolong belum aman dibuang ke perairan umum. Parameter fosfat tidak memenuhi baku mutu.

2. Konsentrasi timbal dan BOD pada air sumur penduduk sekitar TPA Galuga tergolong tinggi dan berada diatas ambang baku mutu air minum.

Saran

Perlunya perbaikan dalam pengelolaan sarana IPAL, agar pencemaran air limbah terhadap lingkungan dapat berkurang dan pengawasan terhadap rembesan air limbah yang mengalir menuju lingkungan sekitar. Dibutuhkan pengelolaan terhadap air sumur penduduk, agar layak untuk dikonsumsi dan perlunya penelitian kualitas air lebih lanjut pada daerah rawa sekitar TPA Galuga.

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts G, Santika SS. 1987. Metoda Penelitian Air. Surabaya (ID): Usaha Nasional.

Arbain, Mardana NK, Sudana IB. 2008. Pengaruh air lindi tempat pembuangan akhir sampah suwung terhadap air tanah dangkal sekitarnya di Kelurahan Pedungan Kota Denpasar. OJS [Internet]. [diunduh 2014Ags8] 3(2): 55-60. Tersedia pada

http://ojs.unud.ac.id/index.php/ECOTROPHIC/article/view/2504/1731 Barus TA. 2002. Pengantar Limnologi. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara. Diansyah G. 2004. Kualitas perairan pantai pulau batam, kepulauan riau

(28)

16

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Hotagaol SN. 2012. Kajian kandungan logam berat timbal (pb) pada air, sedimen dan kerang hijau (perna Viridis, linn.) di perairan Muara Kamal, Provinsi DKI Jakarta [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Kurniawan B. 2006. Analisis Kualitas Air Sumur Sekitar Wilayah Tempat Pembuangan Akhir Sampah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Manampiring Aaeltje E. 2009. Studi Kandungan Nitrat (NO3-) Pada Sumber Air

Minum Masyarakat Kelurahan Rurukan Kecamatan Tomohon Timur Kota Tomohon [karya ilmiah]. Manado (ID): Universitas SAM Ratulagi.

Ompusunggu H. 2009. Analisa kandungan nitrat air sumur gali masyarakat di sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatra Utara. Palar H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta (ID): Rineka

Cipta.

Parawita D, Insyafitri, Nugraha WA. 2009. Analisis Konsentrasi Logam Berat (Pb) di Muara Sungai Porong. Jurnal kelautan[Internet].[diunduh 2014Juni16]2(2) : 34-42.Tersedia pada

http://ilmukelautan.trunojoyo.ac.id/file/1/Dewi_34-41%20ANALISIS %20KONSENTRASI%20LOGAM%20BERAT%20TIMBAL%20(Pb).pdf Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2001. Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air. 32 hal

Priambodo K. 2005. Kualitas Air Lindi Pada Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor Rezagama A, Notodarmojo S. 2012. Kinetika Transfer Ozon dan Tren Kekeruhan

Dalam Air Lindi dengan Pengolahan Ozonisasi [disertasi]. Bandung (ID) ; Institut Teknologi Bandung.

Reffiane F, Arifin MN, Santoso B. 2011. Dampak kandungan timbal (pb) dalam udara terhadap kecerdasan anak sekolah dasar. e-jurnal[Internet].

[diunduh 2014Sept16] 1(2) : 97-107. Tersedia pada

http://e-jurnal.upgrismg.ac.id/index.php/malihpeddas/article/view/305/271 Suhmana D. 2012. Dinamika kualitas air sungai pada berbagai penggunaan lahan

di sub DAS Cisadane [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Susanto J.P. 2004. Pengolahan Lindi (leached) Dari TPA Dengan Sistem

Koagulasi-Biofilter Anaerobic. e-jurnal BPPT[Internet]. [diunduh 2014Des15] 5(3):167-173. Tersedia pada

http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JTL/article/view/399/511

(29)

17

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil analisis kualitas air limbah TPA Galuga

Parameter Satuan Lokasi Hari 1 Hari 2 Hari 3

Lampiran 2. Hasil analisis air sumur penduduk

(30)

18

Lampiran 3. Baku mutu air limbah menurut Direktorat. Penyelidikan Masalah Air

Parameter Satuan Berat SekaliI BeratII SedangIII RinganIV

(31)

19 Lampiran 4. Baku mutu air berdasarkan PP No 82 Tahun 2001

Parameter Satuan Kelas

- Logam berat merupakan logam terlarut.

- Nilai di atas merupakan batas maksimum, kecuali untuk pH dan DO.

- Bagi pH merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai uang tercantum. - Nilai DO merupakan batas minimum.

(32)

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis, dilahirkan pada tanggal 5 november 1991 di Jakarta dari pasangan Satria Gunawan dan Ira Adriati, merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. pendidikan formal yang telah ditempuh oleh penulis diantaranya adalah pada SDN 01 pagi, Cipete, Jakarta Selatan tahun 1997 – 2003, SMPIT Al-Hikmah Bangka tahun 2003 - 2006, dan MAN 4 Model Pondok Pindang tahun 2006 - 2009. Pada tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).

Gambar

Gambar 1.  Lokasi pengambilan contoh
Gambar 2. Lokasi pengambilan contoh air limbah dan air sumur, a. lokasi 1,
Gambar 3. TPA Galuga, Cibungbulang, Bogor
Tabel 8. Konsentrasi timbal (mg/l) air limbah dan sumur penduduk

Referensi

Dokumen terkait

menunjukkan bahwa kualitas air untuk delapan parameter dari Sungai Betimus masih sesuai dengan baku mutu berdasarkan PP No 82 Tahun 2001 dan persepsi pengunjung merasa nyaman

Apabila kualitas air dibandingkan terhadap baku mutu air berdasarkan PP No.82 tahun 2001 yang disajikan pada Tabel 6 diperoleh bahwa kualitas air Sungai

Sehingga status mutu air di Waduk Sutami adalah tercemar sedang atau cukup baik untuk peruntukan kelas 2 sesuai baku mutu air PP RI No' 82 Tahun 2001' Analisa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai parameter fisika, kimia, biologi dan kualitas air berdasarkan baku mutu PP RI No.. 82/2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air

Dari hasil skoring STORET diperoleh baku mutu kelas air pada Sungai Klasaman yang mengacu pada Perarutan Pemerintah No 82 tahun 2001 untuk baku mutu kelas

Kualitas air irigasi yang masuk ke petak sawah melalui saluran sekunder dianalisis berdasarkan baku mutu pemanfaatan air irigasi Kelas III dan IV dari PP 82 Tahun 2001

jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas I untuk parameter COD berdasarkan PP No 82 Tahun 2001 sebesar 10 mg/L, maka kondisi kualitas air Sungai Pelayaran yang masih dalam

Kedua, dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode storet parameter tersebut melebihi ambang batas dari baku mutu pada penggolongan kelas baku mutu air di PP No 82 Tahun 2001 kelas