PENERAPAN KODE ETIK PUSTAKAWAN PADA
PERPUSTAKAAN POLITEKNIK NEGERI
MEDAN
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Dalam bidang Studi Perpustakaan dan Informasi
OLEH:
MAYA ARBINA BR GINTING
NIM 120723022
DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR ORISINALITAS
Karya ini adalah karya orisinal dan belum pernah disajikan sebagai salah satu
penelitian untuk memperoleh suatu kualifikasi tertentu atau dimuat pada media
publikasi lain.
Peneliti membedakan dengan jelas antara pendapat atau gagasan peneliti
dengan pendapat atau gagasam yang bukan berasal dari peneliti dengan
mencantumkan tanda kutip.
Medan, Agustus 2014
Peneliti,
Maya Arbina Br Ginting
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Maha
Kasih atas segala berkat, kasih dan penyertaan-Nya yang telah diberikan kepada
penulis. Terima kasih kepada Bapaku yang di Surga selalu memberikan hikmat dan
pengetahuan sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul
“Penerapan Kode Etik Pustakawan Pada Perpustakaan Politeknik Negeri Medan”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyajian skripsi ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun. Selama proses penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat
bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak secara moril maupun materil.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada yang
terhormat:
1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. irawaty A. Kahar, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Ilmu
perpustakaan dan Informasi dan dosen penguji I, yang telah memberikan saran
dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Nazaruddin, S.H., M.A selaku dosen pembimbing I, yang telah
banyak meluangkan waktu, serta penuh kesabaran dalam memberikan
bimbingan dan masukan kepada penulis.
4. Bapak Drs. Jonner Hasugian, M.Si selaku dosen pembimbing II, yang telah
meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan dan masukan kepada
penulis.
5. Bapak Drs. Belling Siregar, M.Lib selaku dosen penguji II yang telah
memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
6. Seluruh staf pengajar yang telah memberikan ilmu kepada penulis dan
pegawai administrasi di Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi.
7. Seluruh Pegawai yang ada di Perpustakaan Politeknik Negeri Medan, yang
telah memberikan bantuan dan informasi yang dibutuhkan dalam penyelesaian
8. Kepada orang tua saya Jakaria Ginting dan Maria Kaban yang telah banyak
berkorban dalam membesarkan, mendidik, mendoakan dan memberikan
dukungan dan kasih sayang.
9. Kepada abang Eduward Maja Ginting dan adik Maya Juniati Br Ginting yang
selalu memberikan komentar dalam menyelesaikan skripsi ini.
10.Kepada seluruh pegawai Politeknik MBP Medan yang selalu memberikan
dukungan.
11.Buat grup lawak Neni Agape Viktoria Ginting, Helen Serta Suhartitin dan
Ahmad Ridho Purba yang selalu menjadi penyemangat, pelipur lara dan teman
berdiskusi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
12.Teman-teman seperjuangan ekstensi stambuk 2012 ilmu perpustakaan dan
informasi.
13.Adik-adik teman seperjuangan dalam menyelesaikan skripsi ini arvaeni,
marlina, fadli dan ikwhal.
Penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun
yang membutuhkan.
Medan, Agustus 2014
Penulis
Maya Arbina Br Ginting
ABSTRAK
Maya Arbina Br Ginting. 2014. Penerapan Kode Etik Pustakawan pada Perpustakaan Politeknik Negeri Medan.
Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Politeknik Negeri Medan (POLMED), tujuannya adalah untuk mengetahui apakah kode etik pustakawan sudah diterapkan dalam melaksanakan pekerjaan oleh pustakawan di Perpustakaan POLMED. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Perpustakaan POLMED, peneliti, program studi serta penulis.
Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif, populasi penelitian adalah keseluruahan pegawai Perpustakaan POLMED berjumlah 12 (dua belas) orang, teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling, pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan studi kepustakaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan kode etik pustakawan pada perpustakaan POLMED sudah diterapkan karena pustakawan POLMED sudah memahami kode etik pustakawan dan menerapkan dalam melaksanakan pekerjaan, tetapi masih ada beberapa point dari kode etik yang belum di laksanakan secara maksimal yaitu masih ada pustakawan yang menyalahgunakan kedudukan atau jabatanya untuk mengambil keuntungan dan hanya sedikit pustakawan yang tetap mengembangkan ilmunya.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
DAFTAR ISI... ii
DAFTAR TABEL ... iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
1.5 Ruang Lingkup... 4
BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi ... 5
3.8 Analisis Data ... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sikap Dasar Pustakawan ... 34
4.2 Hubungan Dengan Pemustaka ... 39
4.3 Hubungan Antar Pustakawan ... 43
4.4 Hubungan Dengan Perpustakaan ... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 51
5.2 Saran ... 52
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Kisi-Kisi Kuesioner Variabel Kode Etik Pustakawan ... 32
Tabel 4.1 : Melaksanakan Tugas ... 34
Tabel 4.2 : Mengembangkan Ilmu ... 35
Tabel 4.3 : Membedakan Tugas Profesi Dengan Kepentingan Pribadi ... 36
Tabel 4.4 : Bekerja Secara Profesional ... 37
Tabel 4.5 : Menyalahgunakan Posisi ... 38
Tabel 4.6 : Bersikap Sopan dan Bijaksana ... 39
Tabel 4.7 : Menyediakan Akses Informasi ... 40
Tabel 4.8 : Melayani Pemustaka ... 41
Tabel 4.9 : Melindungi Hak Privasi Pemustaka ... 42
Tabel 4.10 : Menegakkan dan Menghormati Hak Milik Intelektual ... 43
Tabel 4.11 : Mencapai Keunggulan Dalam Profesi ... 44
Tabel 4.12 : Bekerjasama Dengan Pustakawan Lain ... 45
Tabel 4.13 : Memelihara dan Memupuk Hubungan Kerjasama ... 46
Tabel 4.14 : Menjaga Nama Baik dan Martabat Rekan Kerja ... 47
Tabel 4.15 : Diikut Sertakan Dalam Menentukan Kebijakan ... 48
Tabel 4.16 : Ikut Aktif dan Bertangung Jawab Terhadap Perkembangan ... 49
ABSTRAK
Maya Arbina Br Ginting. 2014. Penerapan Kode Etik Pustakawan pada Perpustakaan Politeknik Negeri Medan.
Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Politeknik Negeri Medan (POLMED), tujuannya adalah untuk mengetahui apakah kode etik pustakawan sudah diterapkan dalam melaksanakan pekerjaan oleh pustakawan di Perpustakaan POLMED. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Perpustakaan POLMED, peneliti, program studi serta penulis.
Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif, populasi penelitian adalah keseluruahan pegawai Perpustakaan POLMED berjumlah 12 (dua belas) orang, teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling, pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan studi kepustakaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan kode etik pustakawan pada perpustakaan POLMED sudah diterapkan karena pustakawan POLMED sudah memahami kode etik pustakawan dan menerapkan dalam melaksanakan pekerjaan, tetapi masih ada beberapa point dari kode etik yang belum di laksanakan secara maksimal yaitu masih ada pustakawan yang menyalahgunakan kedudukan atau jabatanya untuk mengambil keuntungan dan hanya sedikit pustakawan yang tetap mengembangkan ilmunya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan
Perpustakaan merupakan pusat informasi, penelitian, sumber ilmu
pengetahuan, rekreasi, sebagai sarana pelestarian khasanah budaya bangsa serta
memberikan berbagai layanan jasa lainnya. Tentu saja sebuah perpustakaan tidak
akan berjalan sebagaimana mestinya tanpa adanya bahan pustaka dan sumber daya
manusia. Perpustakaan merupakan hasil karya cipta manusia sehingga
informasi-informasi yang terdapat di dalamnnya juga diolah dan diorganisir oleh staf-staf
yang terdiri dari individu-individu yang bekerja pada satuan unit kerja
masing-masing yang saling berhubungan dan mempunyai keterkaitan antara satu bagian
dengan bagian lainnya.
Perpustakaan Politeknik Negeri Medan (POLMED) berdiri pada tahun 1983
merupakan sarana penunjang bagi civitas akademika sebagai pusat sumber daya
informasi yang menyediakan bahan pustaka yang dibutuhkan oleh civitas
akademika. Untuk mendukung proses belajar mengajar Perpustakaan POLMED
harus mengembangkan diri guna memenuhi kebutuhan pemustakanya karena
perpustakaan menjadi tulang punggung gerak majunya suatu institusi, terutama
institusi pendidikan. Perpustakaan POLMED Tahun 2013, memiliki koleksi
sebanyak 4.575 judul dan 14.242 eksemplar, memiliki jumlah anggota
perpustakaan sebanyak 4.305 orang dengan jumlah pengunjung rata-rata setiap hari
sebanyak 117 orang.(laporan tahunan Perpustakaan POLMED Tahun 2013)
Dalam pengelolaan perpustakaan dibutuhkan sumber daya manusia yaitu
pustakawan dan non pustakawan, dan salah satu komponen paling penting dalam
pengelolaan perpustakaan adalah pustakawan. Kata pustakawan merujuk pada
kelompok atau perorangan dengan karya atau profesi di bidang dokumentasi,
informasi. Perpustakaan POLMED memiliki 12 (dua belas) sumber daya manusia
yang terdiri dari 3 (tiga) orang pustakawan dan 8 (delapan) orang non-pustakawan.
Pustakawan perlu melakukan penyesuaian dengan perkembangan zaman.
Pustakawan bukan lagi orang yang dianggap tidak penting, tidak perlu dan tidak
kompeten, karena semua urusan yang ditangani perpustakaan membutuhkan
Dalam Undang-Undang No.43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan Pasal 34
dan Pasal 35 disebutkan pustakawan membentuk organisasi profesi yang berfungsi
untuk memajukan dan memberi perlindungan profesi kepada pustakawan.
Organisasi profesi mempunyai kewenangan menetapkan dan menegakkan kode
etik pustakawan, kode etik yang dimaksud berupa norma atau aturan yang harus
dipatuhi oleh setiap pustakawan untuk menjaga kehormatan, martabat, citra dan
profesionalitas
Profesi pustakawan di Indonesia secara resmi diakui berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara (SK Menpan) No. 18 tahun
1988 dan diperbaharui dengan SK Menpan No.33 tahun 1990 yang kemudian
diperbaharui kembali dengan SK Menpan No. 132 tahun 2002. Meskipun telah
diakui secara formal sebagai jabatan fungsional, akan tetapi pada kenyataan profesi
pustakawan masih kalah pamor dengan profesi-profesi lain seperti profesi
pengacara dan dokter, di Indonesia, profesi pustakawan dapat dikatakan belum
menjadi pilihan pertama bagi kaum muda, demikian pula bagi kebanyakan
pustakawan yang sekarang sedang aktif, belum tentu sejak awal mengenal,
memahami, dan menyukai profesi sebagai pustakawan. Pustakawan sebagai
profesi, berarti secara moral harus dapat bertanggung jawab terhadap segala
tindakannya, baik terhadap sesama profesi pustakawan, terhadap profesi
pustakawan, terhadap organisasi, maupun terhadap dirinya sendiri.
Kode etik pustakawan di Indonesia lahir setelah melalui berbagai
perkembangan selama dua puluh tahun melalui kongres yang diadakan di berbagai
kota. Ikatan Pustakawan Indoesia (IPI) menyadari perlu adanya kode etik yang
dapat dijadikan sebagai pedoman prilaku bagi para anggotanya dalam
melaksanakan tugas melayani masyarakat. Penyusunan kode etik pustakawan
dimulai sejak tahun 1993, kemudian diperbaharui pada tahun 1997 dan
disempurnakan pada 19 September 2002, dan disempurnakan kembali pada 15
November 2006 di Denpasar Bali.
Meskipun kode etik sudah lama dikenal dikalangan pustakawan tetapi
belum bisa menjadi patokan bahwa kode etik sudah diterapkan dengan baik oleh
pustakawan. Kode etik pustakawan merupakan panduan prilaku dan kinerja
dibutuhkan oleh pustakawan sebagai landasan kerja dan sebagai pedoman tingkah
laku pustakawan dan sebagai sarana kontrol sosial untuk meningkatkan
kepercayaan pemustaka kepada perpustakaan sehingga mengangkat citra
pustakawan itu sendiri.
Banyak pustakawan yang masih kurang memahami tugas dan profesinya
sebagai pustakawan yaitu antara lain berupa melaksanakan tugas sesuai harapan
pemustaka. Pustakawan seharusnya bersikap ramah, sopan, dan bijaksana dalam
melayani kebutuhan pemustaka perpustakaan baik dalam ucapan dan perbuatan,
pustakawan bekerja secara profesional, selalu membina hubungan yang baik
dengan rekan kerjanya dan selalu berupaya mengembangkan perpustakaan.
Pustakawan yang handal akan terwujud jika pustakawan bekerja secara
profesional dan menjalankan kode etik yang berlaku, namun sayangnya tidak
semua pustakawan mengerti apa itu kode etik apalagi jika kode etik tersebut
menyangkut pustakawan sebagai sebuah profesi. Berdasarkan pengamatan awal
pustakawan Perpustakaan POLMED sudah bersikap ramah dan sopan dalam
melayani pemustaka di lingkungan Perpustakaan POLMED.
Berdasarkan uraian di atas penulis ingin melihat apakah kode etik
pustakawan pada Perpustakaan POLMED sudah diterapkan atau tidak. Pustakawan
harus terikat dengan etika pustakawan dalam melaksanakan profesinya sebagai
pustakawan, dan setiap pustakawan mempunyai tanggung jawab moral untuk
melaksanakan kode etik dengan sebaik-baiknya. Sehubungan dengan itu penulis
berkeinginan melakukan penelitian tentang “Penerapan Kode Etik Pustakawan
Pada Perpustakaan Politeknik Negeri Medan”.
1.2 Rumusan Masalah
Berawal dari latar belakang penulisan yang sudah dikemukakan maka yang
menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan kode etik
pustakawan pada Perpustakaan Politeknik Negeri Medan dalam hal sikap dasar
pustakawan, hubungan pustakawan dengan pemustaka, hubungan antar pustakawan
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui apakah kode etik pustakawan sudah diterapkan dalam
melaksanakan pekerjaan oleh pustakawan di Perpustakaan Politeknik Negeri
Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
Suatu penelitian diharapkan untuk dapat memberikan manfaat bagi ilmu
pengetahuan pada umumnya dan juga bermanfaat bagi pembaca. Penelitian ini
diharapkan bermanfaat bagi:
1. Perpustakaan POLMED, sebagai salah satu bahan masukan dalam
menerapkan kode etik pustakawan.
2. Peneliti, dapat dijadikan sebagai acuan oleh peneliti lain yang akan
melakukan penelitian aspek yang sama metode yang berbeda di masa
mendatang.
3. Program Studi, sebagai khasanah pengetahuan dan wawasan tentang
kode etik pustakawan.
4. Penulis, melalui penelitian ini penulis dapat meningkatkan pengetahuan,
wawasan dan pemahaman tentang kode etik pustakawan.
1.5 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah penerapan kode etik pustakawan pada
Perpustakaan Politeknik Negeri Medan berdasarkan kode etik pustakawan
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi
Secara sederhana perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang
dikelola oleh perguruan tinggi dengan tujuan membantu tercapainya tujuan
perguruan tinggi. Tujuan perguruan tinggi yang di kenal dengan nama Tri Dharma
perguruan tinggi (pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat) maka
perpustakaan perguruan tinggi bertujuan membantu melaksanakan ketiga darma
perguruan tinggi, yang termasuk perpustakaan perguruan tinggi adalah
perpustakaan jurusan, fakultas, universitas, istitut, sekolah tinggi, politeknik,
akademi maupun perpustakaan program non gelar.
Perpustakaan berasal dari kata dasar pustaka. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2007:912), perpustakaan memiliki dua arti yakni, “Perpustakaan
merupakan tempat, gedung, ruang yang disediakan untuk pemeliharaan dan
penggunaan koleksi buku ”, dan “Perpustakaan merupakan koleksi buku, majalah
dan bahan kepustakaan lainnya yang disimpan untuk dibaca, dipelajari,
dibicarakan”.
Dalam Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan Pasal 1
angka 1 dinyatakan bahwa perpustakaan adalah, ”Institusi pengelola karya tulis,
karya cetak dan karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna
memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi
para pemustaka. Menurut Komaruddin (2006:190) perpustakaan adalah, ”Suatu
ruangan, kelompok ruangan-ruangan, atau bangunan, yang menjadi tempat
himpunan buku-buku dan bahan serupa lainnya diorganisasi dan diadministrasi
untuk bacaan, kajian, dan konsultasi”.
Berdasarkan SK Menpan No. 132 Tahun 2002 Tentang Jabatan Fungsional
Pustakawan dan Angka Kreditnya dinyatakan bahwa perpustakaan itu adalah
Menurut Syahrial-Pamuntjak (2000:5) perpustakaan perguruan tinggi
adalah, “Perpustakaan yang tergabung dalam lingkungan lembaga pendidikan
tinggi, baik yang berupa perpustakaan universitas, perpustakaan fakultas,
perpustakaan akademi, perpustakaan sekolah tinggi”. Badan Standarisasi Nasional
(SNI 7330:2009) mendifinisikan perpustakaan perguruan tinggi adalah,
”Perpustakaan yang bertujuan memenuhi kebutuhan informasi pengajar dan
mahasiswa di perguruan tinggi”.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa perpustakaan
perguruan tinggi pada hakekatnya adalah satu unit pelayanan teknis dan badan
bawahan perguruan tinggi mencakup perpustakaan universitas, fakultas, akademik,
institut, sekolah tinggi maupun politeknik, Perpustakaan POLMED merupakan
perpustakaan tingkat politeknik yang memiliki tujuan dan fungsi sebagai memilih,
menghimpun, mengolah, merawat serta melayankan informasi sebagai penunjang
terlaksananya Tri Dharma Perguruan Tinggi.
2.1.1 Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan perguruan tinggi sering dimaknai sebagai pusat penelitian
karena banyak menyediakan informasi yang berkaitan dengan sarana pendukung
dalam proses penelitian.
Dalam Buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman (2004:47),
tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai berikut:
1. Mengadakan dan merawat buku, jurnal dan bahan pustaka lainnya untuk dipakai oleh dosen, mahasiswa dan staf lainnya bagi kelancaran program pengajaran dan penelitian di perguruan tinggi.
2. Mengusahakan, menyimpan, dan merawat bahan pustaka yang bernilai sejarah, yang memiliki kandungan informasi lokal, dan yang di hasilkan oleh civitas akademika, untuk dimanfaatkan kembali sebagai sumber pembelajaran (learning resources).
3. Menyediakan sarana temu kembali untuk menunjang pemakaian bahan pustaka.
4. Menyediakan tenaga yang profesional serta penuh dedikasi untuk melayani kebutuhan pengguna perpustakaan, dan bila perlu mampu memberikan pelatihan cara penggunaan bahan perpustakaan.
Menurut Syahrial-Pamuntjak (2000:5) tujuan perpustakaan perguruan tinggi
ialah untuk, “Membantu perguruan tinggi dalam menjalankan program
pengajaran”.
Tujuan Perpustakaan menurut Hasugian (2009:80) adalah, ”Untuk
memberikan layanan informasi untuk kegiatan belajar, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat dalam rangka melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi.”
Perpustakaan POLMED merupakan perpustakaan tingkat politeknik dari
beberapa pendapat di atas, dapat diketahui bahwa tujuan dari Perpustakaan
POLMED adalah mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan menyebarluaskan
informasi untuk membantu dalam proses kegiatan pembelajaran.
2.1.2 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi
Selain memiliki tujuan yang jelas suatu perpustakaan juga harus memiliki
fungsi. Begitu juga halnya dengan perpustakaan perguruan tinggi juga harus
memiliki fungsi. Berdasarkan buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku
Pedoman (2004:3), fungsi Perpustakaan perguruan tinggi dapat di tinjau dari
berbagai segi yaitu :
1. Fungsi Edukasi
Perpustakaan merupakan sumber belajar bagi civitas akademika, oleh karena itu koleksi yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran, pengorganisasian bahan pembelajaran setiap program studi, koleksi tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung evaluasi pembelajaran.
2. Fungsi Informasi
Perpustakaan merupakan fungsi informasi yang mudah di akses oleh pencari dan pengguna informasi.
3. Fungsi Riset
Perpustakaan merupakan fungsi bahan-bahan riset dan sekunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan teknologi dan seri koleksi pendukung penelitian di perpustakaan perguran tinggi mutlak di miliki, karena tugas perguruan tinggi adalah menghasilkan karya-karya penelitian yang dapat di aplikasikan untuk kepentingan pembangunan masyarakat dalam berbagai bidang.
4. Fungsi Rekreasi
Perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang bermakna untuk membangun dan mengembangkan kreatifitas, minat dan daya inovasi pengguna perpustakaan.
Perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan publikasi karya yang di hasilakn oleh karya perguruan tingginya civitas akademik dan non akademik.
6. Fungsi Deposit
Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan.
7. Fungsi Interprestasi
Perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan memberikan nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang di milikinya untuk membantu pengguna dalam melakukan tri dharmanya.
Perpustakaan POLMED merupakan perpustakaan perguruan tinggi,
berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa Perpustakaan POLMED
memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi edukasi, fungsi informasi, fungsi riset,
fungsi rekreasi, fungsi publikasi, fungsi deposit dan fungsi interprestasi.
2.1.3 Tugas Perpustakaan Perguruan Tinggi
Untuk mecapai tujuan dan fungsinya perpustakaan perguruan tinggi
haruslah menjalankan tugasnya dengan baik, dalam mencapai tujuannya secara
umum perpustakaan perguruan tinggi memiliki tugas mengumpulkan, mengolah
dan menyebarluaskan informasi kepada penggunanya yaitu civitas akademika.
Dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman (2004:3) dijelaskan
“Adapun tugas perpustakaan perguruan tinggi adalah mengembangkan koleksi,
mengolah dan merawat bahan perpustakaan, memberi layanan, serta melaksanakan
administrasi perpustakaan”.
Sedangkan dalam buku Pedoman Umum Pengelolaan Koleksi Perpustakaan
Perguruan Tinggi (1999:5) dinyatakan bahwa:
Tugas perpustakaan perguruan tinggi adalah menyusun kebijakan dan melakukan tugas rutin untuk mengadakan, mengolah, dan merawat pustaka serta mendayagunakan baik bagi civitas akademika maupun masyarakat di luar kampus. Tugas perpustakaan perguruan tinggi dirinci ke dalam empat jenis tugas sebagai berikut:
a. Mengikuti perkembangan kurikulum serta perkuliahan dan menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pengajaran.
b. Menyediakan pustakan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam rangka studinya.
d. Memutakhirkan koleksi dengan mengikuti terbitan-terbitan yang baru baik berupa tercetak maupun tidak tercetak.
Pendapat lain mengenai tugas perpustakaan perguruan tinggi menurut
Syahrial-Pamuntjak (2000:5) adalah:
Melayani keperluan para mahasiswa dari tingkat persiapan sampai kepada mahasiswa yang sedang menghadapi ujian sarjana dan menyusun skripsi, para staf dalam persiapan bahan perkuliahan serta para peneliti yang bergabung dalam perguruan tinggi yang bersangkutan.
Perpustakaan POLMED merupakan perpustakaan tingkat politeknik
sehingga dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tugas Perpustakaan POLMED
adalah melaksanakan tugas rutin dalam penyelenggaraan perpustakaan sebagai
pusat penyebaran informasi bagi civitas akademika.
2.2 Pengertian Pustakawan
Kata pustakawan berasal dari kata “pustaka”. Dengan demikian
penambahan kata “wan” diartikan sebagai orang yang pekerjaanya atau profesinya
terkait erat dengan dunia pustaka atau bahan pustaka.
Dalam Undang-Undang No.43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan Pasal 1
angka 8 menyebutkan pengertian pustakawan adalah, ”Seseorang yang memiliki
kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan atau pelatihan kepustakawanan
serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan
pelayanan perpustakaan”.
Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) sebagai organisasi yang menghimpun
para pustakawan dalam kode etiknya menyatakan bahwa pustakawan adalah:
Seorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan. Pustakawan adalah seseorang yang berkarya secara profesional dibidang perpustakaan dan informasi.
Hal ini sejalan dengan Badan Standarisasi Nasional (SNI 7330:2009)
pustakawan perguruan tinggi adalah:
Berdasarkan pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa pustakawan
adalah profesi bagi para orang yang bekerja di perpustakaan dan pusat informasi.
2.2.1 Peran Pustakawan
Peranan pustakawan dalam melaksanakan profesinya sebagai pustakawan
sangat beragam, misalnya pada lembaga pendidikan seperti di Perguruan Tinggi
pustakawan dapat pula berperan sebagai dosen atau peneliti. Menurut Hermawan
dan Zen (2006:57) pustakawan memainkan berbagai peran (peran ganda) yaitu:
1. Edukator
Sebagai edukator (pendidik), pustakawan dalam melaksanaka tugasnya harus berfungsi dan berjiwa sebagai pendidik. Sebagai pendidik ia harus melakukan fungsi pendidikan yaitu mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik adalah mengembangan kepribadian, mengajar adalah mengembangkan kemampuan berfikir, dan melatih adalah membina dan mengembangkan keterampilan. Oleh karenanya, pustakawan harus memiliki kecakapan mengajar, melatih dan mengembangkan, baik para pegawai ataupun pengguna jasa yang dilayaninya.
2. Manajer
Pada hakekatnya pustakawan adalah manajer informasi, informasi yang banyak dan terdapat dalam berbagai wadah yang jumlahnya terus bertambah harus dikelola dengan baik. Kebutuhan informasi pengguna merupakan dasar pengelolaan informasi. Sebagai manajer pustakawan harus mempunyai jiwa kepemimpinan, kemampuan memimpin dan menggerakkan, serta mampu bertindak sebagai koordinator dan integrator dalam melaksanakan tugasnya sehar-hari. Pustakawan dalam perannya sebagai manajer juga harus dapat mengoptimalkan semua sumber daya yang tersedia di perpustakaan, baik yang berupa sumber daya manusia, sumber daya informasi, dana, termasuk saranan dan prasarana.
3. Administrator
Sebagai administrator pustakawan harus mampu menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi program perpustakaan, serta dapat melakukan analisis atas hasil yag telah dicapai, kemudian melakukan upaya-upaya perbaikan untuk mencapai hasil yang lebih baik. Oleh karena itu, seorang pustakawan harus mempunyai pengetahuan yang luas di bidang organisasi, sistem dan prosedur kerja. Dengan pengetahuan itu diharapka pustakawan memilk kemampuan dalam menafsirkan prosedur kedalam kegiatan-kegiatan nyata, sehingga akan dapat meningkatkan kualitas kerja, berdaya guna, berhasil guna, dan tepat guna.
4. Supervisior
Sebagai supervisior pustakawan harus;
pustakawan, sehingga dapat menumbuhkan dan peningkatan semangat kerja, dan kebersamaan;
b. Dapat menigkatkan prestasi, pengetahuan dan keterampilan, baik rekan-rekan sejawat masyarakat pengguna yang dilayaninya;
c. Mempunyai wawasan yang luas, pandangan jauh ke depan, memahami beban kerja, hambatan-hambatan, serta bersikap sabar, tetapi tegas, adil, obyektif dalam melaksanakan tugasnya; dan
d. Mampu berkoordinasi, baik dengan sesama pustakawan maupun dengan para pembinanya dalam menyelesaikan berbagai persoalan dan kendala, sehingga mampu meningkatkan kinerja unit organisasinya.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa selain berprofesi
sebagai seorang pustakawan, pustakawan POLMED juga dapat berperan sebagai
edukator, manajer, administrator dan supervisior.
2.3 Pengertian Profesi
Profesi memiliki arti kata pekerjaan atau sebuah sebutan pekerjaan,
terutama pekerjaan yang memerlukan pendidikan atau latihan. Profesi bukan
sekedar pekerjaan akan tetapi suatu pekerjaan yang memerlukan keahlian. Menurut
Salam (1997:137) profesi adalah, ”Pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan
pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian”.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:896) menyatakan bahwa
profesi yaitu, “Bidang Pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian tertentu”.
Suwarno (2010:100) menyebutkan:
Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan keterampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan manusia dan hanya dapat dicapai dengan penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa profesi tidak sama dengan
pekerjaan karena dalam menjalankan suatu profesi dibutuhkan keahlian dan profesi
dilandasi pendidikan tertentu.
2.3.1 Ciri-ciri Profesi
Istilah profesi selalu menyangkut dengan pekerjaan tetapi tidak semua
dan pekerjaan berikut ini dikemukakan ciri-ciri dari profesi. Menurut Salam
(1997:139) secara umum ada beberapa ciri yang selalu melekat pada profesi yaitu:
1. Adanya Pengetahuan Khusus
Profesi selalu mengandalkan adanya suatu pengetahuan atau keterampilan khusus yang dimiliki oleh sekelompok orang yang profesional untuk bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Keahlian dan keterampilan ini biasanya dimilikinya berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman.
2. Adanya Kaidah dan Standar Moral Yang Tinggi
Pada setiap profesi pada umumnya selalu ditemukan adanya suatu aturan permainan dalam mengemban atau menjalankan profesi itu, yang biasanya disebut dengan kode etik. Kode etik ini harus dipenuhi dan ditaati oleh semua anggota profesi yang bersangkutan.
3. Mengabdi Kepada Kepentingan Masyatakat
Orang-orang yang mengemban suatu profesi, meletakkan kepentingan pribadinya di bawah kepentingan masyarakat karena hanya merekalah yang memiliki keahlian dan keterampilan khusus di bidang itu, keahlian dan keterampilan itu selayaknya diabdikan bagi kepentingan masyarakat.
4. Ada Izin Khusus Untuk Bisa Menjalankan Suatu Profesi
Izin khusus bertujuan untuk melindungi masyarakat dari pelaksanaan profesi yang tidak bertanggung jawab, wujud dari izin ini dalam kerangka yang luas bisa berbentuk sumpah atau pengukuhan resmi di depan umum, yang berhak memberi izin adalah negara sebagai penjamin tertinggi dari kelompok masyarakat, tetapi juga bisa kelompok ahli dibidang yang bersangkutan melalui pengujian dan pemeriksaan sehingga orang tersebut di anggap dapat diandalkan dalam melaksanakan profesinya.
5. Kaum Profesional Biasanya Menjadi Anggota Dari Suatu Organisasi Profesi
Tujuan dari suatu organisasi adalah menjaga keluruhan profesi, tujuan pokoknya adalah agar menjaga agar standar keahlian dan keterampilan tidak dilanggar, kode etik tidak dilanggar, pengabdian kepada masyarakat tidak luntur. Lebih dari itu organisasi profesi bekerja untuk menjaga agar tujuan profesi itu tercapai melalui pelaksanaan pekerjaan setiap anggotanya, organisasi profesi menjadi semacam polisi moral bagi pelaku anggota profesi.
Hal ini juga dikemukakan oleh Notoatmodjo (2010:36) mengemukakan
suatu profesi sekurang-kurangnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Mengikuti Pendidikan Sesuai Standar Nasional
Artinya orang yang termasuk dalam profesi bersangkutan harus telah menyelesaikan pendidikan profesi tersebut.
2. Pekerjaanya Berdasarkan Etika Profesi
organisasi profesinya.
3. Mengutamakan Kepentingan Masyarkat dari Pada Keuntungan Materi Dalam menjalankan tugasnya seorang profesional tidak didasarkan pada kepentingan materi semata-mata, tetapi harus mengutamakan kepentingan masyarakat.
4. Pekerjaanya Legal (Melalui Perizinan)
Untuk menjalankan tugas, harus terlebih dahulu memperoleh izin praktik dari yang berwenang.
5. Anggota-Anggotanya Belajar Sepanjang Hayat
Seorang anggota profesi mempunyai kewajiban untuk selalu meningkatkan profesinya melalui belajar terus-menerus. Seorang profesional tidak boleh berhenti belajar untuk memelihara dan meningkatkan profesionalitasnya.
6. Anggota-anggotanya Bergabung dalam Suatu Organisasi Profesi
Seseorang yang sudah memperoleh pengakuan profesi atau lulus dari pendidikan profesi diwajibkan untuk menjadi anggota organisasi profesi yang bersangkutan.
Arifin (2006:1) juga mengutarakan bahwa secara umum terdapat tiga ciri
suatu profesi yaitu:
1. Sebuah profesi mensyaratkan pelatihan ekstensif sebelum memasuki sebuah profesi.
2. Pelatihan tersebut meliputi komponen intelektual yang signifikan.
3. Tenaga yang terlatih mampu memberikan jasa yang penting kepada masyarakat, dengan kata lain profesi berorientasi memberikan jasa untuk kepentingan umum dari pada kepentingan sendiri.
Dari uraian di atas dapat diketahui ciri-ciri dari profesi yaitu mengikuti
pendidikan dan pelatihan sesuai standar, memiliki organisasi profesi, memiliki
kode etik profesi dan bekerja mengabdi kepada kepentingan masyarakat.
2.3.2 Profesi Pustakawan
Profesi pustakawan bukan hanya sekedar pekerjaan tetapi suatu pekerjaan
yang memerlukan keahlian. Profesi pustakawan di Indonesia secara resmi diakui
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara (SK
Menpan) No. 18 tahun 1988 dan diperbaharui dengan SK Menpan No.33 tahun
1990 yang kemudian diperbaharui kembali dengan SK Menpan No. 132 tahun
2002.
Menurut Hermawan dan Zen (2006:68) pustakawan dapat dianggap sebagai
profesi karena sebagian kriteria sudah dimiliki yaitu:
Pendidikan formal dilakukan pada tingkat universitas baik untuk program diploma, sarjana atau pasca sarjana.
2. Memiliki organisasi profesi, yaitu pustakawan di Indonesia sejak tahun 1973 memiliki organisasi Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI), Congress
of Southeast Asia Librarians (CONSAL) untuk tingkat regional dan
International Federation of Library Association and Institutions (IFLA)
untuk tingkat internasional.
3. Memiliki kode etik, pustakawan Indonesia yang menjadi acuan moral bagi anggota dalam melaksanakan profesi.
4. Memiliki majalah ilmiah sebagai sarana pengemban ilmu serta komunikasi antar anggota seprofesi.
5. Memiliki tunjagan profesi, meskipun belum memadai, pustakawan di Indonesia medapatkan tunjangan fungsional seperti halnya guru, dosen, peneliti.
Hanya saja untuk melakukan kegiatan kepustakawanan, belum ada
ketentuan harus mendapat izin untuk melakukan praktik. Dari uraian di atas dapat
diketahui bahwa pustakawan dapat dianggap sebagai profesi karena kriteria profesi
sudah dimiliki yaitu memiliki lembaga pendidikan, memiliki organisasi profesi,
memiliki kode etik, memiliki majalah ilmiah dan tunjangan profesi.
2.4 Etika dan Kode Etik
Kata etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti adat-istiadat (kebiasaan), perasaan batin, kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan. Etika
adalah sebuah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang
menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.
Menurut Bertens, K (2005:6) etika sebagai:
1. Nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya
2. Kumpulan asas atau nilai moral, yang dimaksud disini adalah kode etik. 3. Ilmu tentang yang baik atau buruk.
Salam (1997: 1) juga membuat pengertian tentang etika adalah, ”Sebuah
refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan
terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun
sebagai kelompok”.
Menurut Simorangkir (2003:3) etika pada umumnya diartikan sebagai
untuk mengendalikan perilaku manusia serta nilai-nilai yang berbobot untuk dapat dijadikan sasaran dalam hidup.
Pengertian etika menurut Ernawan (2007:2) adalah, “Ajaran atau ilmu
tentang adat kebiasaan yang berkenaan dengan kebiasaan baik atau buruk, yang
diterima umum mengenai sikap, perbuatan, kewajiban, dan sebagainya”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat diketahui bahwa etika adalah ilmu
yang mengajarkan tentang baik dan buruk dalam mengendalikan pola prilaku hidup
manusia.
Kode etik dilihat dari segi asal-usul kata terdiri dari dua kata yaitu kode dan
etik, dalam bahasa Inggris terdapat berbagai makna dari kata code diantaranya tingkah laku, prilaku, peraturan perundang-undangan, dan kata etik bermakna
sejumlah aturan moral atau prinsip prilaku untuk menentukan mana yang benar dan
mana yang salah.
Menurut Simorangkir (2003:87) kode etik adalah, “Persetujuan bersama,
yang timbul dari diri para anggota itu sendiri untuk lebih mengarahkan
perkembangan mereka, sesuai dengan nilai-nilai ideal yang diharapkan”. Jadi kode
etik adalah hasil murni yang sesuai dengan aspirasi profesi suatu kelompok
tertentu, demi untuk kepentingan bersama dan kerukunan.
Sedangkan Salam (1997:150) mengemukakan kode etik merupakan,
“Ikhtisar mengenai nilai-nilai profesi yang menegaskan dan merinci aturan-aturan
mengenai perilaku terhadap mana para anggotanya harus memihak dan melibatkan
diri agar mereka tetap dapat berpenampilan baik dalam organisasi profesinya”.
Pendapat lain pengertian kode etik menurut Soepardan (2007:38) adalah,
“Seperangkat prinsip etik yang disusun atau dirumuskan oleh anggota-anggota
kelompok profesi, yang merupakan cermin keputusan moral dan dijadikan standar
dalam memutuskan dan melakukan tindakan profesi”.
Dalam Kamus Bisnis (2014:1) pengertian kode etik adalah, “Seperangkat
aturan yang jelas dan tertulis sebagai pedoman bagi para manajer, karyawan, dan
agen dari suatu organisasi dalam berperilaku”.
Pengertian kode etik juga dikemukakan oleh Suwarno (2010:92) yaitu,
“Sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan
Dalam kode etik pustakawan Indonesia Pasal 1, kode etik pustakawan
Indonesia merupakan:
1. Aturan tertulis yang harus dipedomani oleh setiap pustakawan dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pustakawan;
2. Etika profesi pustakawan yang menjadi landasan moral yang dijunjung tinggi, diamalkan dan diamankan oleh setiap pustakawan;
3. Ketentuan mengatur pustakawan dalam melaksanakan tugas kepada diri sendiri, sesama pustakawan, pengguna, masyarakat dan negara.
Sehingga dapat dikemukakan bahwa pengertian dari kode etik adalah
seperangkat standar aturan tingkah laku yang dibuat oleh organisasi profesi yang
menjadi landasan perilaku anggotanya dalam menjalankan tugas dan profesinya.
2.4.1 Etika Profesi
Salah satu produk dari suatu organisas profesi adalah etika profesi yang
dituangkan pada kode etik profesi, keberadaan etika profesi menjadi barometer
anggota profesi dalam rangka menjalin hubungan dengan kliennya atau dengan
profesi lain.
Menurut Ernawan (2007:123) etika profesi adalah, “Norma-norma,
syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi oleh sekelompok orang yang
disebut kalangan profesional”. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2010:30) etika
profesi, “Merupakan norma-norma, nilai-nilai, atau pola tingkah laku kelompok
profesi tertentu dalam memberikan pelayanan atau jasa kepada masyarakat”.
Tujuan dari etika profesi menurut Notoatmodjo (2010:34) adalah, “Untuk
mengatur hubungan timbal balik antara kedua belah pihak, yakni antara anggota
kelompok atau anggota masyarakat yang melayani dan dilayani”.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa etika profesi merupakan
norma-norma dan ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi oleh kelompok profesi
tertentu.
2.4.2 Prinsip-Prinsip Etika Profesi
Seorang profesional dalam melakukan tugas dan kewajibannya selalu
berhubungan erat dengan kode etik profesi yang dijadikan sebagai standar moral,
dengan prinsip etika tertentu yang berlaku untuk suatu profesi, prinsip-prinsip etika
profesi yang dikemukakan oleh Salam (1997:142) yaitu:
1. Tanggung Jawab
Setiap orang yang mempunyai profesi tertentu diharapkan selalu bersikap bertanggung jawab dalam dua arah yaitu terhadap pelaksanaan pekerjaan dan terhadap hasilnya, dan terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada umumnya.
2. Keadilan
Prinsip ini menuntut para profesional untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya. Dalam rangka pelaksanaan sebuah profesi, tuntutan itu berarti di dalam menjalankan profesinya setiap orang profesional tidak boleh melanggar hak orang lain, atau pihak lain, lembaga atau negara sebaliknya, kaum profesional perlu menghargai hak pihak-pihak lain itu, sebagaimana ia sendiri mengharapkan agar pihak lain menghargai haknya serta hak kelompok atau perusahaan yang diwakilinya. Karena itu, jika dia tahu bahwa pelaksanaan profesinya akan melanggar hak orang atau pihak lain, maka ia harus menghentikan tindakan itu.
3. Otonomi
Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan diberi kebebasan dalam menjalankan profesinya, otonomi menuntut agar organisasi profesi secara keseluruhan bebas dari campur tangan yang berlebihan dari pihak pemerintah atau pihak-pihak lain.
Pendapat lain prinsip-prinsip etika profesi, menurut Ernawan (2007:126)
adalah:
1. Sikap Baik
Merupakan prinsip dasar etika. Prinsip etika baik mendasari semua norma moral. Hendaknya kita bernada positif dengan berbuat baik dengan memulai dengan kegiatan-kegiatan yang merupakan awal kesejahteraan terutama pada masyarakat.
2. Tanggung Jawab
Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan berdasarkan standar profesi agar hasil yang dicapai efektif dan efisien serta dampaknya terhadap kehidupan orang lain.
3. Kejujuran
Kejujuran merupakan suatu jaminan dan dasar kepercayaan masyarakat terhadap para profesional.
4. Keadian
5. Hormat Pada Diri Sendiri
Manusia pada dasarnya wajib untuk selalu memperlakukan diri sebagai sesuatu yang bernilai pada dirinya sendiri. Prinsip ini mempunyai dua arah, yaitu kita tidak membiarkan diri diperas, diperalat, atau diperbudak dan jangan sampai kita membiarkan diri kita tidak memanfaatkan potensi yang ada karena berarti kita telah menyia-nyiakan bakat dan kemampuan yang telah dianugerahka kepada kita. 6. Kesetiaan
Setia pada tujuan dan nilai-nilai luhur profesinya.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa prinsip-prinsip dari etika profesi
yaitu tanggung jawab, keadilan, kesetiaan dan otonomi.
2.4.3 Tujuan Kode Etik
Pada dasarnya tujuan organisasi profesi menciptakan kode etik suatu profesi
adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi. Hermawan dan Zen
(2006:84) memberikan penjabaran mengenai tujuan kode etik dari suatu organisasi
profesi yaitu:
1. Menjaga Martabat dan Moral Profesi
Salah satu hal yang harus dijaga oleh suatu profesi adalah martabat dan moral. Agar profesi itu mempunyai martabat yang perlu dijaga dan dipelihara adalah moral. Profesi yang mempunyai martabat dan moral yang tinggi, sudah pasti akan mempunyai citra atau image yang tinggi pula di masyarakat. Untuk itu, profesi membuat kode etik yang akan mengatur sikap dan tingkah laku anggotanya, mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan. Oleh karena itu kode etik profesi sering disebut juga sebagai kode kohormatan profesi, jika kode etik dilanggar maka nama baik profesi akan tercemar, berarti merusak martabat profesi.
2. Memelihara Hubungan Antar Profesi
Kode etik juga dimaksudkan untuk memelihara hubungan antar anggota. Dalam kode etik diatur hak dan kewajiban kepada antar sesama anggota profesi. Satu sama lain saling hormat menghormati dan bersikap adil, serta berusaha meningkatkan kesejahteraan bersama. Dengan adanya aturan tersebut diharapkan mampu mendukung keberhasilan bersama.
3. Memelihara Hubungan Anggota Profesi
4. Meningkatkan Mutu Profesi
Untuk meningkatkan mutu profesi, kode etik juga memuat kewajiban agar para anggota profesinya berusaha untuk memelihara dan meningkatkan mutu profesi. Selain itu, kode etik juga mengatur kewajiban agar para anggotanya mengikuti perkembangan zaman. Setiap anggota profesi berkewajiban memelihara dan meningkatkan mutu profesi, yang pada umumnya dilakukan dalam wadah organisasi profesi.
5. Melindungi Masyarakat Pemakai
Profesi, seperti hal profesi pustakawan adalah melayani masyarakat. Melalui kode etik yang dimiliki, dapat melindungi pemakai jasa. Ketika ada anggota profesi melakukan sesuatu yang tidak patut dilakukan sebagai pekerja profesional, maka kode etik adalah rujukan bersama.
Sejalan dengan pendapat Hermawan dan Zen, pendapat lain tujuan dari
kode etik menurut Soepardan (2007:40) menyatakan bahwa tujuan kode etik adalah
sebagai berikut:
1. Menjunjung Tinggi Martabat dan Citra Profesi
Image pihak luar atau masyarakat terhadap satu profesi perlu dijaga
untuk mencegah pandangan merendahkan atau meremehkan profesi tersebut. Oleh karena itu, setiap kode etik profesi akan melarang berbagai bentuk tindakan atau kelakuan anggota profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi di dunia luar sehingga kode etik disebut juga “kode kehormatan”.
2. Menjaga dan Memelihara Kesejahteraan Para Anggota
Kesejahteraan yang dimaksud adalah kesejahteraan material dan spiritual atau mental. Berkenaan dengan kesejahteraan material, kode etik umumnya menetapkan larangan-larangan bagi anggotanya untuk melakukan perbuatan yang merugikan kesejahteraan. Kode etik juga menciptakan peratuan-perauran yang mengatur tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur para anggota profesi ketika berinteraksi dengan sesama anggota profesi.
3. Meningkatkan Pengabdian Para Anggota Profesi
Kode etik juga berisi tujuan pengabdian profesi tertentu, sehingga para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian profesinya. Oleh karena itu, kode etik merumuskan ketetuan-ketentuan yang perlu dilakukan oleh para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
4. Meningkatkan Mutu Profesi
Kode etik juga memuat norma-norma serta anjuran agar profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu profesi sesuai dengan bidang pengabdiannya. Selain itu, kode etik juga mengatur bagaimana cara memelihara dan meningkatkan mutu organisasi profesi.
Hal ini juga dikemukakan oleh Ernawan (2007:125) tujuan dibuatnya kode
anggotanya dengan mengadakan larangan-larangan untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang akan merugikan kesejahteraan material para anggotanya”. Sehingga
maksud yang terkandung dalam pembentukan kode etik yaitu:
a. Menjaga dan meningkatkan kualitas moral. b. Menjaga dan meningkatkan keterampilan teknis.
c. Melindungi kesejahteraan materil dari para pengemban profesi.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tujuan dibuatnya kode etik profesi
yaitu untuk menjunjung moral dan martabat dari suatu profesi, meningkatkan mutu
dari profesi, memelihara hubungan dan meningkatkan kesejahteraan para anggota.
2.4.4 Fungsi Kode Etik
Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai pelindung dan
pengembangan bagi profesi. Menurut Julia (2013:3) ada tiga hal pokok yang
merupakan fungsi dari kode etik yaitu:
1. Kode etik memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik, pelaksana profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
2. Kode etik merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja.
3. Kode etik mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi dilain instansi atau perusahaan.
Pendapat lain fungsi kode etik yang dikemukakan oleh Ernawan (2007:
125) yaitu:
1. Menguatkan kepercayaan masyarakat terhadap suatu profesi, karena setiap klien mempunyai kepastian bahwa kepetingannya akan terjamin. 2. Sarana kontrol sosial.
3. Pengemban patokan yang lebih tinggi. 4. Pencegah kesalahpahaman dan konflik.
Sedangkan Soepardan dan Hadi mengemukakan (2007:39) kode etik berfungsi sebagai berikut:
1. Memberi panduan dalam membuat keputusan tentang masalah etik. 2. Menghubungkan nilai atau norma yang dapat diterapkan dan
3. Merupakan cara untuk mengevaluasi diri.
4. Menjadi landasan untuk memberi umpan balik bagi teman sejawat. 5. Menginformasikan kepada profesi lain dan masyarakat tentang nilai
moral.
6. Menginformasikan kepada profesional tentang nilai dan standar profesi.
Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa fungsi dari kode etik yaitu
sebagai sarana kontrol sosial, memberikan pedoman dan panduan bagi anggota
profesi, untuk mencegah kesalah pahaman dan untuk mengevaluasi diri.
2.5 Kode Etik Pustakawan
Kode etik pustakawan di Indonesia dikeluarkan oleh Ikatan Pustakawan
Indonesia (IPI), sehingga setiap pustakawan harus tunduk dan taat pada kode etik
pustakawan Indonesia, dengan demikian kode etik pustakawan menjadi milik
seluruh anggota profesi pustakawan.
Kode Etik Pustakawan Indonesia terdiri dari beberapa bagian yaitu:
1. Mukadimah.
2. Bab I berisi tentang ketentuan umum.
3. Bab II berisi tentang tujuan.
4. Bab III berisi tentang sikap dasar pustakawan, hubungan dengan
pengguna, hubungan antar pustakawan, hubungan dengan pustakawan,
hubungan pustakawan dengan organisasi profesi, hubungan pustakawan
dalam masyarakat, pelanggaran, pengawasan dan ketentuan lain.
5. Bab IV berisi penutup.
2.5.1 Tujuan Kode Etik Pustakawan
Kode etik pustakawan mengatur dan sebagai pedoman kerja bagi
pustakawan, tujuan kode etik pustakawan adalah agar pustakawan profesional
dalam memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemustaka. Beberapa tujuan dari
kode etik pustakawan menurut Hermawan dan Zen (2006:84) yaitu:
1. Meningkatkan pengabdian pustakawan kepada Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan negara.
2. Menjaga martabat pustakawan adalah tugas anggota untuk selalu menjaga martabat dan kehormatan pustakawan dengan berlandaskan niai-nilai moral yang dianut oleh masyarakat.
berkewajiban untuk meningkatkan mutu profesi dan anggota melalui berbagai kegiatan, baik melalui pendidikan formal, non-formal atau informal.
4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan, terutama layanan informasi kepada masyarakat; mendapatkan informasi, adalah merupakan hak setiap orang, maka pustakawan sebagai pekerja informasi harus berupaya agar kuantitas dan kualitas informasi yang diberikan selalu meningkat sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Tujuan kode etik pustakawan yang tertuang dalam kode etik pustakawan
Indonesia Pasal 2 adalah:
1. Membina dan membentuk karakter pustakawan.
2. Mengawasi tingkah laku pustakawan dan sarana kontrol sosial
3. Mencegah timbulnya kesalahpahaman dan konflik antara anggota dengan masyarakat.
4. Menumbuhkan kepercayaan masyarakat pada perpustakaan dan mengangkat citra pustakawan.
Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa tujuan dari kode etik
pustakawan adalah menjaga martabat pustakawan, meningkatkan mutu dari profesi
pustakawan, meningkatkan kualitas layanan dan mencegah kesalah pahaman dan
konflik antar anggota dan masyarakat.
2.5.2 Manfaat Kode Etik Pustakawan
Kode etik memberikan manfaat terhadap profesi, anggota dan masyarakat,
menurut Hermawan dan Zen (2006:101) memberikan penjelasan secara rinci
manfaaat kode etik adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Bagi profesi
Manfaat kode etik bagi profesi adalah sebagai berikut ; a. Dasar formal dari suatu organisasi yang profesional.
b. Sebagai indikator bahwa pekerjaan pustakawan adalah matang dan bertanggung jawab.
c. Kode etik akan membantu anggota memiliki standar kinerja.
d. Sebagai alat kontrol masuknya anggota ke dalam profesi atau asosiasi. e. Meyakinkan hubungan layanan perpustakaan dan informasi yang
disajikan terhadap kebutuhan masyarakat yang harus dilayani.
f. Menyediakan manajemen layanan perpustakaan informasi yang baik dan efektif.
2. Manfaat Bagi Anggota
Manfaat kode etik bagi anggota profesi adalah sebagi berikut :
a. Anggota profesi memiliki tuntutan moral dalam melaksanakan tugas profesinya.
b. Menjamin hak pustakawan dan pekerja informasi untuk berpraktik. c. Dapat memelihara kemampuan, keterampilan, dan keahlian para
anggota.
d. Dapat memperbaiki kinerja yang dapat mengangkat citra, status dan reputasi.
e. Perbaikan kesejahteraan dan apresiasi.
f. Dapat menghilangkan keragu-raguan dan kebingungan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam hubungan dengan pemakai, pustakawan dan atasan.
3. Manfaat Bagi Masyarakat
Manfaat kode etik bagi masyarakat adalah sebagai berikut : a. Meningkatkan mutu layanan terhadap masyarakat.
b. Memungkinkan masyarakat untuk menyampaikan keluhannya, jika ada layanan yang diberikan tidak memenuhi standar yang telah ditetapkannya.
c. Memberi perlindungan hak akses terhadap informasi.
d. Menjamin hak akses pemakai terhadap informasi yang diperlukannya. e. Menjamin kebenaran, keakuratan, dan kemutakhiran setiap informasi
yang diberikan.
f. Melindungi pemakai dari beban lebih informasi (information overload). g. Memelihara kualitas dan standar pelayanan.
2.6 Substansi Kode Etik Pustakawan Indonesia
Dalam kode etik pustakawan Indonesia memiliki substansi yang dijabarkan
dalam berbagai kewajiban yang dimiliki pustakawan, yaitu sikap dasar
pustakawanan, hubungan dengan pengguna, hubungan antar-pustakawan,
hubungan dengan perpustakaan, hubungan pustakawan dengan organisasi profesi,
dan hubungan pustakawan dengan masyarakat.
2.6.1 Sikap Dasar Pustakawan
Kode etik pustakawan yang ditetapkan IPI pada Pasal 3 menuangkan
beberapa sikap dasar, menurut Suwarno (2010:115) substansi kode etik pustakawan
dalam sikap dasar pustakawan yaitu:
masyarakat pemustaka untuk kemudian memberikan layanan sesuai dengan harapan pemustakanya.
b. Berupaya mempertahankan keunggulan kompetensi setinggi mungkin dan berkewajiban mengikuti perkembangan.
Pustakawan adalah seorang yang telah memiliki ilmu dibidang perpustakaan artinya, ia memiliki kompetensi dibidang perpustakaan yang harus senantiasa ditingkatkan dan dikembangkan. Untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan keahliannya, dapat dilakukan dengan cara selalu mengikuti perkembangan dunia kepustakawanan dan tidak berhenti untuk menuntut ilmu terutama bidang kepustakawanan.
c. Berupaya membedakan antara pandangan atau sikap hidup pribadi dan tugas profesi.
Pustakawan adalah manusia yang hidup sebagai makhluk pribadi dan sosial. Kaitannya dengan profesi pustakawan, pustakawan selain bertanggung jawab terhadap dirinya, ia bertanggung jawab dengan profesi pustakawan yang disandangnya.
d. Menjamin bahwa tindakan dan keputusannya berdasarkan pertimbangan profesional.
Pustakawan sebagai seorang yang profesional dituntut bersikap dan bekerja sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Setiap tugas yang dibebankan dilakukan atau dikerjakan secara profesional, begitu pula ketika memutuskan sesuatu harus dipertimbangkan berdasarkan prinsip-prinsip profesionalisme.
e. Tidak menyalahgunakan posisinya dengan mengambil keuntungan kecuali atas jasa profesi.
Pustakawan bukan profesi yang profit, keuntungan yang didapat pustakawan berasal dari jasa profesi yang telah dilakukannya. Hal ini mengisyaratkan sebagai larangan kepada pustakawan untuk tidak melakukan hal-hal negatif yang menyebabkan terganggunya nama baik profesi pustakawan, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme. Kode etik pustakawan Indonesia menghendaki pustakawan berlaku jujur, bersih, dan menghindarkan diri dari segala bentuk penyelewengan dan penyalahgunakan kekuasaan, baik untuk kepentingan pribadi maupun golongan, dan juga agar fasilitas yang tersedia di perpustakaan dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin.
f. Bersifat sopan dan bijaksana dalam melayani masyarakat, baik dalam ucapan maupun perbuatan.
Pustakawan adalah individu yang hidup di dalam lingkungan masyarakat. Dengan demikian, pustakawan tidak lepas dari interaksinya dengan orang lain. Untuk menjaga martabatnya dan profesinya, pustakawan dituntut untuk dapat berinteraksi dan melayani masyarakat dengan baik, santun, dan bijaksana.
Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa kode etik pustakawan
menuangkan beberapa sikap dasar yaitu berupaya melaksanakan tugas sesuai
membedakan sikap hidup pribadi dan tugas profesi, tindakan dan keputusan
berdasarkan pertimbangan profesional, tidak menyalahgunakan kedudukan untuk
mengambil keuntungan dan bersikap sopan dan bijaksana dalam melayani
pemustaka.
2.6.2 Hubungan Pustakawan dengan Pengguna/Pemustaka
Kepentingan utama pustakawan adalah pemustaka, kewajiban pustakawan
kepada masyarakat dimuat dalam kode etik pustakawan yang dikeluarkan IPI,
Suwarno (2010:117) menjabarkan hubungan dengan pengguna/pemustaka
meliputi:
a. Puskawan menjunjung tinggi hak perorangan atas informasi. Pustakawan menyediakan akses tak terbatas, adil tanpa pandang ras, agama, status sosial, ekonomi, politik, gender kecuali ditentukan oleh peraturan perundang-undangan.
Hak perorangan atas informasi bermakna sebagai hak pemustakan mendapatkan informasi yang seluas-luasnya, dan kemudian menjadi tugas pustakawan untuk dapat memberikan pelayanan kepada pemustaka dengan sebaik-baiknya.
b. Pustakawan tidak bertanggung jawab atas konsekuensi pengguna informasi yang diperoleh dari perpustakaan.
Informasi yang diakses oleh pemustaka tidak dapat dideteksi oleh pustakawan, pemustaka juga dengan leluasa dapat menggunakan informasi yang diaksesnya untuk kepentingannya tanpa harus diketahui oleh pustakawan sebagai pengelola informasi di perpustakaan, dengan demikian, pustakawan dalam hal ini tidak bertanggung jawab terhadap informasi yang telah diakses oleh pemustaka, baik untuk kepentingan ilmiah maupun kepentingan lain sesuai dengan kebutuhan pemustaka, c. Pustakawan berkewajiban melindungi hak privasi pengguna dan
kerahasiaan menyangkut informasi yang dicari.
Melindungi hak privasi dan kerahasiaan yang disebut di sini bermakna bahwa pemustaka memiliki hak untuk dilindungi segala privasinya dalam hal informasi yang dicarinya. Dengan demikian, pustakawan dituntut untuk menjaga dan melindungi kerahasiaan tersebut. Dengan kata lain pustakawan harus menyembunyikan atau tidak mengumumkan sesuatu yang bersifat rahasia, terutama yang menyangkut informasi yang dicari oleh pemustakanya.
d. Pustakawan mengakui dan menghormati hak milik intelektual.
kekuatan hukum untuk dilindungi, untuk itu pustakwan harus konsekuen dengan profesinya untuk melindungi hak cipta penulisnya dengan mencegah oknum-oknum yang ingin menggunakan karya tersebut untuk tujuan yang tidak sesuai dengan undang-undang.
Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa kode etik pustakawan
mengatur hubungan pustakawan dengan pengguna/pemustaka yaitu pustakawan
menjunjung tinggi hak pemustaka/pengguna atas informasi, pustakawan tidak
bertanggung jawab atas konsekuensi pengguna/pemustaka atas informasi yang
diperoleh dari perpustakaan, pustakawan berkewajiban melingungi hak privasi
pengguna/pemustaka dan kerahasiaan menyangkut informasi yang dicari dan
pustakawan mengakui dan menghormati hak milik intelektual.
2.6.3 Hubungan Antar-Pustakawan
Pada Pasal 5 kode etik pustakawan dicantumkan mengenai hubungan
antar-pustakawan, Suwarno (2010:119) menjabarkan hubungan antar-pustakawan
sebagai berikut:
a. Pustakawan berusaha mencapai keunggulan dalam profesinya dengan cara memelihara dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan. Hal ini dapat diartikan dengan cara bekerja sama dengan pustakawan lain, pustakawan berusaha berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman untuk berusaha mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimilikinya.
b. Pustakawan bekerja sama dengan dengan pustakawan lain dalam upaya mengembangkan kompetensi profesional pustakawan, baik sebagai perorangan maupun sebagai kelompok.
Sejalan dengan pemikiran pada poin a, antara pustakawa satu dan lainnya saling memberikan masukan atas kinerja dan hasil kerja yang telah dilaksanakan sehingga ke depan dapat meningkatkan kompetensinya, baik secara individu maupun kelompok dan dapat meningkatkan kualitas hasil kerja yang lebih memuaskan.
c. Pustakawan memelihara dan memupuk hubungan kerja sama yang baik antar sesama rekan.
Makna yang tersirat pada kewajiban ini adalah bahwa pustakawan dalam melaksanakan tugasnyaa sehari-hari harus menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan, bersikap saling menghormati, adil, dan berusaha menigkatkan kesejahteraan bersama. Sikap yang harus ditumbuhkan adalah sikap yang ingin bekerja sama, saling menghargai, saling pengertian, rasa persaudaraan, dan tanggung jawab sehingga tumbuh rasa senasib dan sepenanggungan.
Sebagai pustakawan, kode etik menghendaki agar pustakawan memiliki kesadaran yang tinggi, kesetiaan, dan memberikan yang terbaik kepada korps atau kelompok profesinya dengan cara yang sesuai dengan kemampuan pustakawan.
e. Pustakawan menjaga nama baik dan martabat rekan, baik di dalam maupun di luar kedinasan.
Sesama rekan kerja pustakawan berkewajiban saling menegur, mengigatkan jika terjadi kekeliruan atau penyimpangan yang dapat merugikan nama baik diri dan profesi hal ini akan berpengaruh pula terhadap nama baik lembaga tempat bekerja. Sikap saling mendorong dalam peningkatan prestasi dan karir juga sangat dianjurkan sehingga akan meningkatkan pula kualitas diri dan profesinya kemudian akan diikuti oleh meningkatknya kesejahteraan bersama.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kode etik pustakawan mengatur
hubungan antar-pustakawan yaitu pustakawan berusaha mencapai keunggulan
profesinya, pustakawan bekerjasama dengan pustakawan lain, pustakawan
memelihara dan memupuk hubungan kerjasama yang baik antar sesama rekan,
pustakawan memiliki kesadaran, kesetiaan, dan penghargaan terhadap korps
perpustakaan secara wajar dan pustakawan menjaga nama baik dan martabat rekan
kerja.
2.6.4 Hubungan Pustakawan Dengan Perpustakaan
Kode etik pustakawan juga telah mengatur tentang hubungan pustakawan
dengan perpustakaan, kewajiban ini terdapat dalam Pasal 6 ada tiga kewajiban
yang harus dilakukan pustakawan, Suwarno (2010:121) menjabarkan hubungan
pustakawan dengan perpustakaan sebagai berikut:
a. Pustakawan ikut aktif dalam perumusan kebijakan menyangkut kegiatan jasa pustakawan.
Perpustakaan adalah tempat bekerja seorang pustakawan, maju tidaknya perpustakaan bergantung kepada kompetensi pustakawan dalam bekerja dan merealisasikan program-programnya.
b. Pustakawan bertanggung jawab terhadap pengembangan perpustakaan. semakin baik suatu perpustakaan, perpustakaan itu akan semakin menarik minat untuk dikunjungi oleh pemustaka. Untuk itu, pustakawan sebagai pengelola informasi untuk dituntut untuk aktif dan bertanggung jawab mengembangkan perpustakaan agar di masa depan perpustakaan menjadi piihan utama pemustaka dalam mencari informasi.
c. Pustakawan berupaya membantu dan mengembagkan pemahaman serta kerja sama semua jenis perpustakaan.
menjadi pekerjaan rumah pustakawan untuk bisa bekerja sama dengan perpustakaan dan pustakawan lain agar perpustakaan yang satu melengkapi perpustakaan yang lain tanpa membedakan jenis perpustakaan yang ada.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kode etik pustakawan mengatur
hubungan pustakawan dengan perpustakaan yaitu pustakawan ikut aktif dalam
perumusan kebijakan perpustakaan, pustakawan bertanggung jawab terhadap
pengembangan perpustakaan, pustakawan berupaya mengadakan kerjasama dengan
perpustakaan lain.
2.6.5 Hubungan Pustakawan Dengan Organisasi Profesi
Profesi pustakawan memiliki sebuah organisasi profesi yaitu Ikatan
Pustakawan Indonesia (IPI), kewajiban pustakawan hubungannya dengan
organisasi profesi menurut Suwarno (2010:123) adalah sebagai berikut:
a. Pustakawan iuran keanggotaan secara disiplin.
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Ikatan Pustakawan Indonesia telah mengatur mengenai iuran yang harus diberikan pustakawan kepada organisasi profesi (IPI). Iuran ini digunaka sebagai dukungan dana untuk kegiatan-kegiatan yang diprogramkan IPI b. Mengikuti kegiatan organisasi sesuai kemampuan dengan penuh rasa
tanggung jawab.
IPI merupakan organisasi yang menjadi penggerak kegiatan pustakawan di Indonesia. Sebagai orgaisasi, IPI mempunyai program kegiatan yang melibatkan anggotanya. Kode etik menganjurkan pustakawan untuk aktif mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan penuh rasa tanggung jawab.
c. Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan pribadi. Pustakawan adalah individu yang syarat dengan kepentigan pribadi. Konsekuensi ketika pustakawan telah bergabung dengan organisasi, ia dituntut untuk mengutamakan kepentingan organiasai di atas kepentingan pribadinya.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kode etik pustakawan mengatur
hubungan pustakawan dengan organisasi profesi yaitu pustakawan membayar iuran
keanggotaan secara disiplin, mengikuti kegiatan organisasi dan mengutamakan
2.6.6 Hubungan Pustakawan Dengan Masyarakat
Hubungan antar pustakawan dengan masyarakat telah diatur dalam kode
etik pustakawan Pasal 8. Kewajiban pustakawan hubungannya dengan masyarakat
mencakup beberapa hal, Suwarno (2010:124) menjabarkan hubungan pustakawan
dengan masyarakat yaitu sebagai berikut:
a. Pustakawan bekerja sama dengan anggota komunitas dan organisasi yang sesuai berupaya meningkatkan harkat dan martabat kemanusiaan serta komunitas yang dilayaninya.
Kewajiban ini berarti pustakawan dalam menjalankan tugasnya harus menjaga martabat, moral, dan bekerja sama dengan organisasi lain untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik, serta meningkatkan nama baik profesi, instansi tempat bekerja, bahkan bangsa dan negara.
b. Pustakawan berupaya memberikan sumbangan dalam pengembangan kebudayaan di masyarakat.
Masyarakat adalah sebuah komunitas yang berbudaya, masyarakat memiliki tradisi yang mencirikan eksistensinya. Pustakawan yang hidup di dalamnya dapat dikatakan menjadi bagian dari budaya tersebut, kewajiban ini mengisyaratkan agar pustakawan memberikan nilai tambah bagi kebudayaan di masyarakat.
Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa kode etik pustakawan
mengatur hubungan pustakawan dengan masyarakat yaitu pustakawan bekerjasama
dengan anggota komunitas dan organisasi yang sesuai dan pustakawan berupaya
memberikan sumbangan dalam pengembabngan kebudayaan masyarakat.
2.6.7 Kode Etik dalam Prilaku Pustakawan
Untuk mewujudkan tujuan kode etik pustakawan, kode etik telah
menetapkan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pustakawan dalam
melaksanakan tugasnya sehari-hari, karena kode etik merupakan kaidah umum,
maka kode etik tersebut perlu dijabarkan dan diterapkan ke dalam prilaku
pustakawan, sehingga dapat dengan mudah dilaksanakan dalam pelaksanaan
tugasnya.
Hermawan dan Zen (2006:123) menjabarkan kode etik perlu diterapkan
dalam berbagai kegiatan berikut:
1. Pergaulan di Masyarakat
perhatian, tidak egois, memiliki sikap tenggang rasa, percaya diri dan komunikatif.
2. Pelayanan kepada Masyarakat
Untuk dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat, pustakawan harus mengenal masyarakat pengguna, luwes dalam melayani, mengetahui kemauan pengguna, mempromosikan produk layanan, melayani sampai tuntas, tidak memaksakan kehendak, melayani dengan wajah ceria, menjamin kerahasiaan, mau mendengarkan keluhan, tidak berprasangka negatif, dan suka mengucapkan terimakasih.
3. Hubungan Dengan Rekan Sejawat
Selain berhubungan baik dengan masyarakat, pustakawan juga hendaknya menjaga dan memelihara hubungan baik dengan rekan sejawat sehingga akan tercipta suasana yang harmonis diantara pustakawan. Oleh karena itu, pustakawan perlu memperhatikan sikap mereka, antara lain tidak sombong atau rendah diri, tidak suka menyakiti, serta mampu menempatkan diri.
4. Hubungan Dengan Atasan
Pustakawan hendaknya menciptakan hubungan yang baik juga dengan atasan. Untuk dapat bekerja sama yang baik dengan atasan, pustakawan seharusnya loyal terhadap pekerjaannya dan lebih suka memberi solusi daripada masalah.
5. Penampilan Pribadi
Dalam melayani masyarakat, pustakawan juga perlu memperhatikan penampilan pribadinya. Penampilan pustakawan yang diharapkan yaitu bersikap wajar atau tidak berlebih-lebihan, jujur, berpakaian sopan, tampil tenang, murah senyum, bertutur kata yang baik, pandai bergaul, tidak materialistis dan tidak pendendam.
Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa kode etik pustakawan harus
diterapkan dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari yaitu dalam pergaulan di
masyarakat, dalam pelayanan kepada masyarakat, membina hubungan baik dengan