• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PELAKSANAAN KODE ETIK PUSTAKAWAN PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EVALUASI PELAKSANAAN KODE ETIK PUSTAKAWAN PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA SKRIPSI"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA EVALUASI PELAKSANAAN KODE ETIK PUSTAKAWAN PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi Untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dalam

Bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi

RAIKA AZURA 140709145

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(5)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ABSTRAK

AZURA,RAIKA. 2018. Evaluasi Pelaksanaan Kode Etik Pustakawan pada Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Medan.

Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan Kode Etik Pustakawan Perpustakaan UIN Sumatera Utara berdasarkan kode etik pustakawan Indonesia yang dikeluarkan oleh Ikatan Pustakawan Indonesia Tahun 2012 - 2015 tentang kesopanan, kesabaran dan keramahan.Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi.

Informan dalam penelitian ini adalah Kepala Perpustakaan, Pustakawan Bagian Komputerisasi, Pustakawan Bagian Referensi dan Kepala Bagian Administrasi.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kode etik pustakawan pada Perpustakaan UIN Sumatera Utara berdasarkan kode etik pustakawan Indonesia tentang kesopanan sudah dilakukan dengan baik, pustakawan maupu staf bersikap sopan kepada pengguna dalam melakukkan transaksi pada Perpustakaan UIN Sumatera Utara. Kode Etik Pustakawan tentang kesabaran, sudah berjalan dengan maksimal dalam memberikan pelayanan kepada pengguna meskipun ada sebagian pengguna yang memancing kesabaran pustakawan tetapi semua staf dan pustakawan yang berada di Perpustakaan UIN Sumatera Utara tetap sabar.Kode Etik Pustakawan tentang keramahan sudah dilakukan denganbaik, setiap pustakawan maupun staf yang berada di Perpustakaan UIN Sumatera Utara diwajibkan memberikan 3 S, yaitu Senyum, Sapa dan Salam dalam memberikan pelayanan kepada pengguna.

Kata Kunci : Kode Etik Pustakawan

(6)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5

KATA PENGANTAR

Alhamdullillahi robbil alamin,puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT,yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evalusi Pelaksanaan Kode Etik Pustakawan pada Perpustakaan Universitas Islam Sumatera Utara”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.Secara khusus penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta ,yang telah banyak berkorban, membesarkan, mendidik, memotivasi dan memenuhi kebutuhan penulis serta selalu setia mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Dr.Drs.Budi Agustono,M.S. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ishak, S.S., M.Hum, selaku Ketua Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

(7)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3. Ibu Laila Hadri Nasution,S.Sos.,M.P. selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs.Belling Siregar,S.S, M. Lib., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran dan motivasi kepada penulis.

5. Dra. Zaslina Zainudin, M.Pd, selaku dosen Penguji I saya yang telah meluangkan waktunya dalam membimbing dan memberikan arahan kepada penulis untukm enyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Laila Hadri Nasution,S.SoS,.M.P. selaku dosen Penguji II saya yang telah meluangkan waktunya dalam membimbing dan memberikan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada Kepala Perpustakaan dan seluruh staf Perpustakaan UIN-SU yang telah banyak membantu memberikan informasi kepada penulis dalam penelitian skripsi ini.

8. Kepada sahabat tersayang kak Nanad ,Elis ,Pipah ,Juni ,Nurul ,Jessica ,Nisa ,Oja, Mega, Kiki, dan Indah.

9. Kepada teman-teman terkasih Grace dan Nur.

10. Untuk seluruh teman-teman angkatan 2014.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar penulis dapat meningkatkan kemampuan menulis dimasa yang akan datang.

(8)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Akhir kata, penulis berharap dan berdoa semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayahnya serta memberikan imbalan dan pahala yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak yang membacanya

Medan, Januari 2019

Penulis,

Raika Azura 140709145

(9)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Masalah ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Ruang Lingkup Masalah ... 4

BAB II KAJIAN TEORITIS ... 5

2.1 Pustakawan ... 5

2.1.1 Tugas Pokok Pustakawan ... 7

2.1.1.1 Pustakawan Tingkat Terampil ... 7

2.1.1.2 Pustakawan Tingkat Ahli ... 9

2.1.1.3 Jenjang Jabatan dan pangkat Pustakawan ... 12

2.1.2 Peranan Pustakawan ... 13

2.1.3 Jabatan Fungsional Pustakawan ... 15

2.2 Profesi ... 16

2.2.1 Ciri-ciri Profesi ... 17

2.2.2 Profesi Pustakawan ... 19

2.3 Kode Etik ... 22

2.3.1 Kode Etik Pustakawan ... 23

2.3.2 Tujuan Kode Etik Pustakawan ... 25

2.3.3 Fungsi Kode Etik Pustakawan ... 26

2.3.4 Manfaat Kode Etik Pustakawan ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30

3.1 Metode Penelitian ... 30

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

3.3 Proses Penelitian ... 31

3.3.1 Mengidentifikasi Informan ... 31

3.4 Jenis dan Sumber Data ... 31

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 32

3.6 Analisis Data ... 33

3.7 Keabsahan Data ... 34

(10)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

4.1 Deskripsi Informan Penelitian ... 37

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 38

4.2.1 Informan 1 ... 38

4.2.2 Informan 2 ... 38

4.2.3 Informan 3 ... 40

4.2.4 Informan 4 ... 46

4.3 Rangkuman Hasil Penelitian ... 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

5.1 Kesimpulan ... 49

5.2 Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50 LAMPIRAN

(11)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR TABEL

Tabel - 4.1 Deskripsi Informan Penelitian ... 38

(12)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian Lampiran 2 Pedoman Wawancara Lampiran 3 Hasil Transkrip Wawancara

(13)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Era globalisasi sekarang ini pendidikan merupakan sesuatu yang penting karena pendidikan merupakan akar dari peradaban sebuah bangsa. Pendidikan telah menjadi kebutuhan pokok yang harus dimiliki setiap orang agar bisa menjawab tantangan kehidupan. Untuk memperoleh pendidikan, banyak cara yang dapat kita capai, diantaranya melalui perpustakaan. Karena di perpustakaan berbagai sumber informasi bisa kita peroleh, selain itu banyak juga manfaat lain yang dapat kita peroleh melalui perpustakaan.

Perpustakaan merupakan sebuah ruangan, tempat mengumpulkan informasi, menyimpan, mengolah dan memelihara buku dan terbitan lainnya dan biasanya diatur menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca. Perpustakaan sebagai salah satu bagian dari kegiatan penyelenggaraan pendidikan dan penelitian pada umumnya bertujuan memberikan pelayanan informasi yang dibutuhkan pengguna perpustakaan serta untuk mendukung, memperlancar dan mempertinggi kualitas pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar melalui layanan dan fasilitas yang disediakan. Salah satu jenis perpustakaan yang dapat mendukung serta memperlancar dan mempertinggi kualitas pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar adalah perpustakaan perguruan tinggi.

Perpustakaan Perguruan Tinggi merupakan perpustakaan yang dikelola oleh perguruan tinggi sehingga perpustakaan perguruan tinggi disebut sebagai jantung perguruan tinggi. Perpustakaan perguruan tinggi dapat dinyatakan sebagai salah

(14)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA satu unsur penunjang terlaksananya Tri Dharma Perguruan Tinggi yang senantiasa menjadi acuan bagi para sivitas akademika dalam melaksanakan pelayanan informasi untuk kegiatan belajar mengajar, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam hal penyediaan informasi untuk menunjang terlaksananya Tri Darma Perguruan Tinggi. Dalam berbagai ketentuan keberadaan, perpustakaan merupakan spersyaratan yang mutlak bagi terbentuknya sebuah perguruan tinggi.

Hal ini dapat dimengerti karena perpustakaan perguruan tinggi merupakan unit penunjang terselenggaranya proses pembelajaran, alih ilmu pengetahuan, dan teknologi kepada peserta didik.

Profesi pustakawan di Indonesia secara resmi diakui berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara (Surat Keputusan Menpan) No. 18 Tahun 1988 diperbaharui dengan Surat KeputusanMenpan No. 33 Tahun 1990 yang kemudian diperbaharui kembali denganSurat Keputusan Menpan No.132 Tahun 2002. Meskipun telah diakui secara formal sebagai jabatan fungsional. akan tetapi pada kenyataan profesi pustakawan masih kalah pamor dibandingkan dengan profesi-profesi lain seperti profesi pengacara dan dokter, di Indonesia, profesi pustakawan dapat dinyatakan belum menjadi pilihan pertama bagi kaum muda, demikian pula bagi kebanyakan pustakawan sekarang yang sedang aktif,belum tentu sejak awal mengenal,memahami, bahwa profesi sebagai pustawakan. Pustakawan sebagai profesi, berarti secara moral harus dapat bertanggung jawab akan segala tindakannya, baik terhadap profesi pustakawan, terhadap organisasi, maupun terhadap dirinya sendiri.

(15)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Kode etik pustakawan dimulai sejak tahun 1993, kemudian diperbaharui pada tahun 1997 dan disempurnakan pada 19 September 2002, dan disempurnakan pada 15 November 2006 di Denpasar Bali. Kode etik pustakawan merupakan kinerja pustakawan dalam menjalankan profesinya. Dengan demikian kode etik pustakawan sangat dibutuhkan oleh pustakawan sebagai landasan kerja dan sebagai pedomantingkah laku pustakawan dan sebagai kontrol sosial untuk meningkatkan kepada perpustakaan.

Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan di Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara(UIN-SU) mengenai penerapan kode etik pustakawan, penulis mengetahui bahwa pustakawan Perpustakaan UIN Sumatera Utara sudah bersikap ramah dan sopan dalam melayani pemustaka di lingkungan Perpustakaan UIN Sumatera Utara Pustakawan terikat dengan etika pustakawan dalam melaksanakan profesinya sebagai pustakawan, dan setiap pustakawan mempunyai tanggung jawab moral untuk melaksanakan kode etik dengan sebaik- baiknya sudah ada dan diterapkan. Penerapan kode etik pustakawan di Perpustakaan UIN Sumatera Utara perlu di evaluasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan pustakawan.

Berdasarkan permasalahan di atas penulis ingin mengetahui lebih mendalam tentang kode etikpada Perpustakaan UIN Sumatera Utara dengan judul “Evaluasi Pelaksanaan Kode Etik Pustakawan pada Perpustakaan UIN Sumatera Utara”.

1.2 Rumusan Masalah

(16)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana pelaksanaan kode etik pustakawan pada Perpustakaan UIN Sumatera Utara.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kode etik pustakawan pada Perpustakaan UIN Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perpustakaan UIN Sumatera Utara, sebagai salah satu bahan masukan dalam pelaksanaan kode etik pustakawan.

2. Peneliti selanjutnya, dapat dijadikan sebagai bahan acuan oleh peneliti lain yang akan melakukan penelitian aspek yang sama metode yang berbeda.

3. Penulis, dapat meningkatkan pengetahuan, wawasan dan pemahaman tentang kode etik pustakawan.

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah pelaksanaan kode etik pustakawan pada Perpustakaan UIN Sumatera Utara berdasarkan kode etik pustakawan Indonesia yang dikeluarkan oleh Ikatan Pustakawan Indonesia Tahun 2012 - 2015 tentang kesopanan, kesabaran, keramahan.

(17)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB II

KAJIAN TEORITIS 2.1 Pustakawan

Banyak kegiatan yang harus dilakukan di perpustakaan agar tugas dan tujuan penyelenggaraannya dapat berjalan dengan optimal. Kegiatan tersebut antara lain mengumpulkan, mengolah, melayankan, melestarikan dan menyajikanbahan pustaka serta menyebarkan informasi kepada seluruh pengguna atau pemustaka. Untuk mendukung kegiatan-kegiatan tersebut, perpustakaan perlu memiliki tenaga perpustakaan. Dalam UU No.43 Tahun 2007 tenaga perpustakaan terbagi menjadi dua, yaitu tenaga teknis dan pustakawan. Tenaga teknis perpustakaan adalah tenaga non-pustakawan yang secara teknis mendukung pelaksanaan fungsi perpustakaan, misalnya tenaga teknis komputer, tenaga teknis audio visual dan tenaga teknis ketatausahaan.

Sedangkan pustakawan merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang bertugas mengolah dan bertanggung jawab terhadap penyelenggara kegiatan perpustakaan yang bertujuan memberikan pelayanan secara maksimal kepada pemustaka. Pustakawan juga disebut dengan profesi karena pustakawan merupakan pekerjaan yang memerlukan pendidikan formal dan pelatihan khusus tentang perpustakaan.

Menurut Hasugian (2009,137) dalam bukunya Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi pustakawan adalah :

Orang yang memberikan dan melaksanakan kegiatan perpustakaan dalam usaha pemberian pelayanan / jasa kepada pengguna perpustakaan sesuai dengan misi yang diemban oleh badan induknya berdasarkan ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi yang diperolehnya melalui pendidikan.

(18)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Sedangkan Suwarno (2010, 33) menyatakan bahwa :

Pustakawan atau librarian adalah seorang tenaga kerja bidang perpustakaan yang telah memiliki pendidikan ilmu perpustakaan, baik melalui pelatihan, kursus, seminar, maupun dengan kegiatan sekolah formal. Pustakawan adalah orang yang bertanggung jawab terhadap gerak maju roda perpustakaan.

Dari uraiandi atas dapat diketahui bahwa pustakawan adalah seseorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dalam usaha pemberian pelayanan / jasa kepada masyarakat / pengguna perpustakaan sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi dan informasi yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, kursus, dan seminar.

Walaupun demikian Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) sebagai organisasi yang menghimpun para pustakawan, dalam kode etik pustakawan dinyatakan bahwa pustakawan adalah :

Seorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan.

Sedangkan dalam Undang-undang No.43 Tahun 2007 Bab I Pasal 1 dinyatakan bahwa pustakawan adalah :

Seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pustakawan adalah seseorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan kepustakawanan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat serta bertanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan perpustakaan.

(19)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pustakawan adalah orang yang mengelola dan bertanggung jawab atas kegiatan yang diselenggarakan perpustakaan dengan tujuan melayani pemustaka atau seluruh masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan formal dan pelatihan perpustakaan.

2.1.1 Tugas Pokok Pustakawan

Pustakawan berperan penting dalam memajukan suatu perpustakaan. Oleh karena itu pustakawan dituntut untuk bertanggung jawab penuh atas kegiatan yang diselenggarakan perpustakaan. Dalam hal inipustakawan harus memiliki tugas pokok yang wajib dikerjakan dalam mewujudkan visi misi perpustakaan.Tugas pokok pustakawan merupakan tugas kepustakawanan yang wajib dilakukan oleh setiap pustakawan sesuai dengan jenjang jabatannya agar tercapainya tujuan dari terselenggaranya perpustakaan.

Berdasarkan keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) yang dikutip oleh Hermawan dan Zen bahwa tugas pustakawan sesuai dengan jenjang jabatannya terbagi dua:

2.1.1.1 Pustakawan Tingkat Terampil

Pustakawan tingkat terampil adalah sebutan bagi orang yang berkerja di Perpustakaan yang dasar pendidikan untuk pengangkatannyan pertama kali Diplomat II Perpustakaan, Dokumentasi dan Informasi atau Diplomat II bidang lain yang disetarakan.

(20)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Tugas pokok Pustakawan Tingkat Terampil:

Pustakawan tingkat terampil merupakan pustakawan yang dasar pendidikan untuk pengangkatannya pertama kali serendah-rendahnya Diploma II perpustakaan, dokumentasi dan informasi atau Diploma II bidang lain yang disetarakan. Tugas pokok dari pustakawan tingkat terampil, meliputi:

a. Pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka/sumber informasi. Kegiatannya antara lain :

1) Pengembangan koleksi adalah kegiatan yang ditunjukkan untuk menjaga agar koleksi perpustakaan tetap mutakhir dan sesuai dengan kebutuhan pemakai, pengembangan koleksi meliputi kegiatan : membuat desirata, melakukan survey minat pemakai, meregistrasi bahan pustaka, menyeleksi bahan pustaka, mengevaluasi dan menyiangi koleksi.

2) Pengolahanbahan pustaka/koleksiadalah kegiatan mendeskripsikan bahan pustaka dan meyiapkan sarana temu kembali informasi.

Pengolahan bahan pustaka/koleksi meliputi kegiatan: katagolisasi deskripsi, klasifikasi, penetapan tajuk subyek serta pengelolaan data bibliografinya.yaitu melakukan verifikasi data bibliografi, melakukan katagolasasi, menentukan tajuk subjek, mengklasifikasi,menentukan kata kunci, membuat sari karangan indikalif,membuat sari karangan informatif,membuat anotasi ,mengalihkan data bibliografi ,menyunting data bibliografi menyusun bibliografi, indeks dan sejenisnya, mengelola data bibliografi dan membuat kelengkapan pustaka.

3) Penyimpanan dan melestarikan bahan pustaka adalah kegiatan menjaga penempatan koleksi perpustkaan yang ditujukan untuk memudahkan penemuan kembali, memperkecil kerusakan dan memperpanjang usia bahan pustaka. Kegiatan ini mencakup menata, melindungi, merawat, memelihara dan mengawetkan atau memproduksi kembali bahan pustaka koleksi perpustakaan.

4) Pelayanan informasi adalah memberikan bantuan dan jasa informasi kepada pemakai perpustakaan yang terdiri dari layanan sirkulasi, perpustakaan keliling, layanan pandang dengar, penyajian bahan pustaka, layanan rujukan, penelusuran literatur, bimbingan membaca, bimbingan pemakai perpustakaan, membina kelompok pembaca, menyebarkan informasi atau kilat, penyebaran infromasi terseleksi, membuat analisa kepustakaan,bercerita kepada anak-anak dan statistik.

b. Pemasyarakatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi. Kegiatannya antara lain :

1) Penyuluhan; terdiri dari dua jenis, yaitu penyuluhan kegunaaan dan pemanfaatan perpustakaan, dokumentasi dan infromasi adalah pemberian keterangan atau penjelasan kepada masyarakat pemakai tentang manfaat dan penggunaan perpustakaan, dokumentasi dan informasi sehingga mereka lebih mengenal perpustakaan dan terdorong untuk memanfaatkannya dan penyuluhan pengembangan perpustakaan, dokumentasi dan informasi adalah petunjuk/penjelasan/bimbingan

(21)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kepada penyelenggara dan pengelola perpustakaan tentang strategi atau cara-cara meningkatkan kemampuan lembaga perpustakaan dalam langkah mengembangkan kemampuan perpustakaan dalam melayani masyarakat. Kegiatan penyuluhan meliputi : Mengidentififikasi potensi wilayah, menyusun materi penyuluhan, melaksanakan penyuluhan dan melakukan evaluasi pasca penyuluhan;

2) Publisitas; Publisitas adalah menyebarluaskan informasi tentang kegiatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi kepada masyarakat luas melalui media cetak dan elektronik seperti artikel, brosur, film, slide, situs web dan lain-lain. Melaksanakan publisitas terdiri dari menyusun materi publisitas, melakukan evaluasi pasca publisitas;

3) Pameran;melakukan pameran adalah kegiatan mempertunjukkan kepada masyarakat tentang aktivitas, hasil kegiatan, dan kemampuan sumber informasi perpustakan,dokumentasi dan informasidisertai pemberianketerangan/penjelasan dengan mempergunakan bahan peraga. Kegiatan pameran meliputi; membuat rancang/desain pameran, meyiapkan materi pameran, menyelenggarakan pameran dan evaluasi pasca pameran.

2.1.1.2 Pustakawan Tingkat Ahli

Pustakawan tingkat ahli adalah pustakawan yang dasar pendidikan untuk pengangkatannya pertama sarjana Perpustakaan. Dokumentasi dan Informasi atau Sarjana bidang lain yang disetarakan.

Tugas pokok Pustakawan Tingkat Ahli:

Pustakawan tingkat ahli merupakan pustakawan yang dasar pendidikan untuk pengangkatannya pertama kali serendah-rendahnya Sarjana perpustakaan, dokumentasi dan informasi atau Sarjana bidang lain yang disetarakan.Tugas pokok dari pustakawan tingkat ahli sebagai berikut :

a. Pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka atau sumber informasi. Kegiatannya antara lain :

1) Pengembangan koleksi adalah kegiatan yang ditunjukkan untuk menjaga agar koleksi perpustakaan tetap mutakhir dan sesuai dengan kebutuhan pemakai.pengembangan koleksi meliputi kegiatan: membuat desirata, melakukan survey minat pemakai, meregistrasi bahan pustaka, menyeleksi bahan pustaka, mengevaluasi dan menyiangi koleksi.

2) Pengolahan bahan pustaka/koleksi adalah kegiatan mendeskripsikan bahan pustaka dan meyiapkan sarana temu kembali informasi.

Pengolahan bahan pustaka/koleksi meliputi kegiatan: katagolisasi deskripsi, klasifikasi, penetapan tajuk subyek serta pengelolaan data bibliografinya yaitu melakukan verifikasi data bibliografi, melakukan katagolasasi, menentukan tajuk subjek, mengklasifikasi,menentukan kata kunci, membuat sari karangan indikalif, membuat sari karangan informatif, membuat anotasi, mengalihkan data bibliografi,menyunting

(22)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA data bibliografi menyusun bibliografi, indeks dan sejenisnya, mengelola data bibliografi dan membuat kelengkapan pustaka;

3) Penyimpanan dan melestarikan bahan pustaka adalah kegiatan menjaga penempatan koleksi perpustkaan yang ditujukan untuk memudahkan penemuan kembali, memperkecil kerusakan dan memperpanjang usia bahan pustaka. Kegiatan ini mencakup menata, melindungi, merawat, memelihara dan mengawetkan atau memproduksi kembali bahan pustaka koleksi perpustakaan.

4) Pelayanan informasi adalah memberikan bantuan dan jasa informasi kepada pemakai perpustakaan yang terdiri dari layanan sirkulasi, perpustakaan keliling, layanan pandang dengar, penyajian bahan pustaka, layanan rujukan, penelusuran literatur, bimbingan membaca, bimbingan pemakai perpustakaan, membina kelompok pembaca, menyebarkan informasi atau kilat, penyebaran informasi terseleksi, membuat analisa kepustakaan, bercerita kepada anak-anak dan statistik.

b. Pemasyarakatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi. Kegiatannya antara lain :

1) Penyuluhan; terdiri dari dua jenis, yaitu penyuluhan kegunaaan dan pemanfaatan perpustakaan, dokumentasi dan infromasi adalah pemberian keterangan atau penjelasan kepada masyarakat pemakai tentang manfaat dan penggunaan perpustakaan, dokumentasi dan informasi sehingga mereka lebih mengenal perpustakaan dan terdorong untuk memanfaatkannya dan penyuluhan pengembangan perpustakaan ,dokumentasi dan informasi adalah petunjuk/penjelasan/bimbingan kepada penyelenggara dan pengelola perpustakaan tentang strategi atau cara-cara meningkatkan kemampuan lembaga perpustakaan dalam langkah mengembangkan kemampuan perpustakaan dalam melayani masyarakat. Kegiatan penyuluhan meliputi : Mengidentifikasi potensi wilayah, menyusun materi penyuluhan, melaksanakan penyuluhan dan melakukan evaluasi pasca penyuluhan;

2) Publisitas; Publisitas adalah menyebarluaskan informasi tentang kegiatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi kepada masyarakat luas melalui media cetak dan elektronik seperti artikel, brosur, film, slide, situs web dan lain-lain. Melaksanakan publisitas terdiri dari menyusun materi publisitas, melakukan evaluasi pasca publisitas;

3) Pameran; melakukan pameran adalah kegiatan mempertunjukkan kepada masyarakat tentang aktivitas, hasil kegiatan, dan kemampuan sumber informasi perpustakan, dokumentasi dan informasi disertai pemberian keterangan/penjelasan dengan mempergunakan bahan peraga. Kegiatan pameran meliputi; membuat rancang/desain pameran, menyiapkan materi pameran, menyelenggarakan pameran dan evaluasi pasca pameran.

c. Pengkajian Pengembangan Perpustakaan, dokumentasi dan informasi.

Dalam kegiatan ini meliputi penyusunan instrumen, pengumpulan,

(23)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA pengolahan data, analisis dan perumusan hasil, serta evaluasi dan penyempurnaan hasil kajian. Kegiatan tersebut meliputi :

1) Melakukan pengkajian perpustakaan, dokumentasi dan informasi.

Pengkajian merupakan satu kesatuan kegiatan yang utuh, yang dilaksanakan melalui lima sub kegiatan, yaitu penyusunan instrument, pengumpulan, pengolahan dan analisis data, serta perumusan, evaluasi dari penyempurnaan hasil kajian;

2) Melakukan pengembangan perpustakaan, dokumentasi dan informasi adalah kegiatan untuk memperoleh cara baru guna meningkatkan nilai tambah dari berbagai aspk pelaksanaan perpustakaan, dokumentasi dan informasi yang sedang atau sudah berjalan, sehingga diperoleh hasil yang lebih optimal, efektif dan efisien. Kegiatannya meliputi : membuat prototip/model, melakukan uji coba prototip/model dan mengevaluasi dan meyempurnakaan prototip/model;

3) Menganalisis atau kritik karya kepustakawanan adalah kegiatan membaca, menganalisis karya kepustakawanan orang lain baik dalam bentuk tulisan maupun informasi terekam lainnya yang selanjutnya yang dilaporkan dalam bentuk karya tulis baru ulasan atau kritik saran/tanggapan secara sistematis yang bersifat menyempurnakan karya tersebut;

4) Menelaah pengembangan dibidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi setiap naskah. menganalisis karya kepustakawanan orang lain baik dalam bentuk tulisan maupun informasi terekam lainnya yang selanjutnya yang dilaporkan dalam bentuk karya tulis baru ulasan atau kritik saran/tanggapan secara sistematis yag bersifat menyempurnakan karya tersebut;

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tugas pokok pustakawan berdasarkan jabatannya terbagi dua, diantaranya : Tugas pokok pustakawan tingkat terampil dan tugas pokok pustakawan tingkat ahli. Di dalam tugas pokok pustakawan tingkat terampil dibagi menjadi dua, yaitu :Pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka/sumber informasi dan pemasyarakatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi. Sedangkan tugas pokok pustakawan tingkat ahli dibagi menjadi tiga, diantaranya :Pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka atau sumber informasi, Pemasyarakatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi serta Pengkajian pengembangan perpustakaan, dokumentasi dan informasi.

(24)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.1.1.3 Jenjang Jabatan dan Pangkat Pustakawan

Jenjang dan jabatan pustakawan akan naik setiap dua tahun sekali.Kenaikan jabatan dan pangkat ini bukan secara otomatis, namun harus melalui proses yang sudah diatur oleh pemerintah.

Berikut ini adalah jenjang jabatan dan pangkat pustakawan dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

1.Pustakawan Tingkat Terampil a.Pustakawan Pelaksana

(1) Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II/b (2) Pengatur , golongan ruang II/c

(3) Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d b. Pustakawan Pelaksana Lanjutan

(1) Penata Muda, golongan ruang III/a

(2) Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b c. Pustakawan Penyelia

(1) Penata golongan ruang III/c

(2) Penata Tingkat I, golongan ruang III/d 2. Pustakawan Tingkat Ahli

a. Pustakawan Pertama

(1) Penata Muda, golongan III/a

(2) Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b b. Pustakawan Muda

(1) Penata, golongan ruang III/c

(2) Penata Tingkat I, golongan ruang III/d c. Pustakawan Madya

(1) Pembina, golongan ruang IV/a

(25)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (2) Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b

(3) Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c d. Pustakawan Utama

(1) Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d (2) Pembina Utama, golongan ruang IV/e

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa Jenjang Jabatan dan Pangkat Pustakawan terdiri dari Pustakawan Tingkat Terampil, Pustakawan Pelaksana, Pustakawan Pelaksana Lanjutan, Pustakawan Penyelia dan Pustakawan Tingkat Ahli Pustakawan Pertama, Pustakawan Muda, Pustakawan Madya, dan Pustakawan Utama.

2.1.2 Peranan Pustakawan

Dalam mewujudkan tujuan perpustakaan, pustawakan berperan sangat penting dalam memberikan layanan maksimal kepada pemustaka. Untuk melaksanakan profesinya sebagai pustakawan, Peranan pustakawan sangat beragam. Misalnya pada lembaga pendidikan seperti di Perguruan Tinggi pustakawan dapat berperan sebagai dosen atau peneliti.

Hermawan dan Zen (2006,57) menyatakan bahwa pustakawan memainkan berbagai peran (peran ganda) yaitu:

1. Edukator

Sebagai edukator (pendidik), pustakawan dalam melaksanakan tugasnya harus berfungsi dan berjiwa sebagai pendidik. Sebagai pendidik ia harus melakukan fungsi pendidikan yaitu mendidik, mengajar dan melatih.

Mendidik adalah mengembangan kepribadian,mengajar adalah mengembangkan kemampuan berfikir, dan melatih adalah membina dan mengembangkan keterampilan. Oleh karenanya, pustakawan harus memiliki kecakapan mengajar, melatih dan mengembangkan, baik para pegawai ataupun pengguna jasa yang dilayaninya.

2. Manajer

Pada hakekatnya pustakawan adalah manajer informasi, informasi yang banyakdan terdapat dalam berbagai wadah yang jumlahnya terus

(26)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA bertambah harus dikelola dengan baik. Kebutuhan informasi pengguna merupakan dasar pengelolaan informasi. Sebagai manajer pustakawan harus mempunyai jiwa kepemimpinan, kemampuan memimpin dan menggerakkan,serta mampu bertindak sebagaikoordinator dan integrator dalam melaksanakan tugasnya sehar-hari. Pustakawan dalam perannya sebagai manajer juga harus dapat mengoptimalkan semua sumber daya yang tersedia di perpustakaan, baik yang berupa sumber daya manusia, sumber daya informasi, dana, termasuk saranan dan prasarana.

3. Administrator

Sebagai administrator pustakawan harus mampu menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi program perpustakaan, serta dapat melakukan analisis atas hasil yag telah dicapai, kemudian melakukan upaya-upaya perbaikan untuk mencapai hasil yang lebih baik. Oleh karena itu, seorang pustakawan harus mempunyai pengetahuan yang luas di bidang organisasi, sistem dan prosedur kerja. Dengan pengetahuan itu diharapkan pustakawan memilk kemampuan dalam menafsirkan prosedur kedalam kegiatan-kegiatan nyata, sehingga akan dapat meningkatkan kualitas kerja, berdaya guna, berhasil guna, dan tepat guna.

4. Supervisor

Sebagai supervisior pustakawan harus;

a) Dapat melaksanakan pembinaan profesional, untuk mengembangkan jiwakesatuan dan persatuan antar sesama pustakawan, sehingga dapat menumbuhkan dan peningkatan semangat kerja, dan kebersamaan;

b) Dapatmenigkatkan prestasi, pengetahuan dan keterampilan, baik rekan-rekan sejawat masyarakat pengguna yang dilayaninya;

c) Mempunyai wawasan luas, pandangan jauh ke depan, memahami beban kerja, hambatan–hambatan, serta bersikap sabar, tetapi tegas, adil, obyektif dalam melaksanakan tugasnya;dan

d) Mampu berkoordinasi, baik dengan sesama pustakawan maupun dengan para pembinanya dalam menyelesaikan berbagai persoalan dan kendala,sehingga mampumeningkatkan kinerja unit

organisasinya.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pustakawan berperan penting dalam mewujudkan visi misi perpustakaan. Pustakawan memainkan berbagai peran (peran ganda) sebagai profesinya dalam memberikan pelayanan maksimal kepada pemustaka. Pustakawan sudahmelakukan banyak peran, diantaranya : edukator, manager, administrator dan supervisor.

2.1.3 Jabatan Fugsional Pustakawan

(27)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jabatan fungsional pustakawan pada lingkungan lembaga instansi perpustakaan, dokumentasi dan informasi diatur dengan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Keputusan. MENPAN) Nomor 18 Tahun 1988. Dalam keputusan tersebut jenjang jabatan pustakawan diatur dalam 12 tingkat penjenjangan yang dimulai dari pangkat II/b (Asisten Pustakawan Madya) sampai dengan pangkat tertinggi IV/e (Pustakawan Utama). Sistem penjenjangan jabatan pustakawan bersifat melekat antara pangkat dan jabatan, artinya setiap jabatan memiliki satu pangkat tertentu dalam sistem kepangkatan PNS. Salah satu persyaratan untuk pengangkatan PNS dalam jabatan fungsional pustakawan adalah minimal berpendidikan Diploma II bidang perpustakaan.

Dalam Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 disebutkan bahwa : Jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas,tanggung jawab,wewenang dan hak seorang PNS dalam suatu organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri.

Sejak Keputusan MENPAN No. 18 Tahun 1988 diterbitkan, dalam pelaksanaannya di lapangan ada beberapa kendala yang dijumpai oleh pustakawan. Antara lain adalah: bobot angka kredit per satuan kegiatan dari butir- butir yang dirasakan masih terlalu rendah, jenis dan jumlah butir kegiatan pustakawan yang tercakup dalam keputusan tersebut juga dianggap masih kurang.

Untuk mengatasi kendala tersebut kantor MENPAN bersama kantor BAKN dan Perpustakaan Nasional RI berupaya menyempurnakan / menata kembali keputusan tersebut dengan menerbitkan keputusan MENPAN Nomor 33 Tahun 1998 tentang jabatan fungsional pustakawan dan angka kreditnya sebagai pengganti Keputusan MENPAN No. 18 Tahun 1988.Keputusan tersebut diikuti

(28)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dengan terbitnya Keputusan Bersama Kepala Perpustakaan Nasional RI dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara No. 07 Tahun 1988 dan No. 59 tahun 1988 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka kreditnya, sebagai pedoman dalam pelaksanaan Keputusan MENPAN No.

33 Tahun 1998 . Jabatan Fungsional Pustakawan dibedakan dalam dua kelompok, yaitu : Asisten Pustakawan dan Pustakawan.

2.2 Profesi

Istilah profesi selalu dihubungkan dengan kata pekerjaan, akan tetapi tidak semua pekerjaan dapat disebut sebagai profesi,karena profesi memiliki karakteristik, ciri, dan syarat khusus.Untuk dapat dikatakan profesi, suatu pekerjaanharus memerlukan keahlian khusus yang harus didapatkan dari pendidikan dan pelatihan yang cukup lama sesuai dengan bidang profesinya.

Sulistyo Basuki (1993,147) menyatakan bahwa :

Profesi adalah sebuah pekerjaan yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari teori dan bukan dari praktik, dan yang teruji dalam bentuk ujian dari sebuah universitas atau lembaga yang berwenang, serta memberikan hak kepada orang yang bersangkutan untuk berhubungan dengan nasabah (klien).

SedangkanSuwarno (2010,100) menyatakan bahwa:

Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatanyang memerlukanketerampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan manusia dan hanya dapat dicapai dengan penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas serta adanya disiplin etika yangdikembangkandanditerapkan oleh kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa profesi adalah pekerjaan yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari teori dan bukan dari praktik guna memenuhi kebutuhan manusia dan hanya dapat dicapai

(29)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dengan penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut.

2.2.1 Ciri-ciri Profesi

Dalam kalangan masyarakat, masih banyak yang beranggapan bahwa profesi disebut dengan pekerjaan. Padahal seperti yang diketahui dari pengertian profesi, tidak semua pekerjaan dapat dikatakan dengan profesi. Maka untuk mencegah kesimpangsiuran tentang profesidan pekerjaan, profesi memiliki berbagai macam ciri-ciri yang dapat membedakan dengan pekerjaan.

Salam (1997,139) menyatakan bahwa secara umum ada beberapa ciri yang selalu melekat pada profesi, yaitu:

1. Adanya pengetahuan khusus

Profesi selalu mengandalkan adanyasuatu pengetahuan atau keterampilankhusus yang dimiliki oleh sekelompok orang yang profesional untuk bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Keahlian dan keterampilan ini biasanya dimilikinya berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman.

2. Adanya kaidah dan standar moral yang tinggi

Pada setiap profesi pada umumnya selalu ditemukan adanya suatu aturan permainan dalam mengemban atau menjalankan profesi , yang biasanya disebut dengan kode etik. Kode etik ini harus dipenuhi dan ditaati oleh semua anggota profesi yang bersangkutan.

3. Mengabdi kepada kepentingan masyatakat

Orang-orang yang mengemban suatu profesi, meletakkan kepentingan pribadinya di bawah kepentingan masyarakat karena hanya merekalah yang memiliki keahlian dan keterampilan khusus di bidang itu, keahlian dan keterampilan itu selayaknya diabadikan bagi kepentingan masyarakat.

4. Ada izin khusus untuk bisa menjalankan suatu profesi

Izin khusus bertujuan untuk melindungi masyarakat dari pelaksanaan profesi yang tidak bertanggung jawab, wujud dari izin ini dalam kerangka yang luas bisa berbentuk sumpah atau pengukuhan resmi di depan umum, yang berhak memberi izin adalah negara sebagai penjamin tertinggi dari kelompok masyarakat, tetapi juga bisa kelompok ahli

(30)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dibidang yang bersangkutan melalui pengujian dan pemeriksaan sehingga orang tersebut di anggap dapat diandalkan dalam melaksanakan profesinya.

5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu organisasi Profesi Sedangkan Arifin (2006, 1) menyatakan bahwa secara umum ada tiga ciri suatu profesi, yaitu :

1. Sebuah profesi mensyaratkan pelatihan ekstensif sebelum memasuki sebuah profesi.

2. Pelatihan tersebut meliputi komponen intelektual yang signifikan.

3. Tenaga yang terlatih mampu memberikan jasa yang penting kepada masyarakat, dengan kata lain profesi berorientasi memberikan jasa untuk kepentingan umum dari pada kepentingan sendiri.

Walaupun demikian Notoatmodjo (2010, 36) menyatakan bahwa suatu profesi sekurang-kurangnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Mengikuti pendidikan sesuai standar nasional

Artinya orang yang termasuk dalam profesi bersangkutan harus telah menyelesaikan pendidikan profesi tersebut.

2. Pekerjaanya berdasarkan etika profesi

Dalam menjalankan tugas atau profesinya seseorang harus berlandaskan atau mengacu kepada etika profesi yang telah dirumuskan olehorganisasi profesinya.

3. Mengutamakan kepentingan masyarkat daripada keuntungan materi Dalam menjalankan tugasnya seorang profesional tidak didasarkan pada kepentinganmateri semata-mata, tetapi harus mengutamakan kepentingan masyarakat.

4. Pekerjaanya legal (melalui perizinan)

Untuk menjalankan tugas, harus terlebih dahulu memperoleh izin praktik dari yang berwenang.

5. Anggota-anggotanya belajar sepanjang hayat

Seoranganggota profesi mempunyai kewajiban untuk selalu meningkatkanprofesinya melalui belajar terus-menerus. Seorang profesional tidak boleh berhenti belajar untuk memelihara dan meningkatkan profesionalitasnya.

6. Anggota-anggotanya bergabung dalam suatu organisasi profesi

Seseorang yang sudah memperoleh pengakuan profesi atau lulus dari pendidikan profesi diwajibkan untuk menjadi anggota organisasi profesi yang bersangkutan.

(31)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa profesi memiliki ciri-ciri yang dapat membedakan dengan pekerjaan, diantaranya : Adanya pengetahuan khusus, adanya kaidah dan standar moral yang tinggi, mengutamakan kepentingan masyarakat, memiliki izin khusus untuk bisa menjalankan suatu profesi dan para anggota bergabung dalam suatu organisasi profesi.

2.2.2 Profesi Pustakawan

Profesi merupakan suatu pekerjaan, bidang atau tugas yang memerlukan ilmu pengetahuan, keahlian, kemandirian, kesejawatan dan tanggung jawab. Dan pustakawan termasuk pada profesi informasi yang memerlukan variabel-variabel ilmu pengetahuan, penyediaan sarana/institusi, asosiasi, dan pengakuan oleh khalayak. Lasa HS (2000, 152) menyatakan bahwa :“Pada zaman Mesir kuno, profesi pustakawan telah diakui dan memiliki kedudukan tinggi dalam pemerintahan dan mereka telah berpengetahuan tinggi serta ahli bahasa”.

Pengakuan pustakawan sebagai profesi di Indonesia memerlukan waktu dan proses yang sangat panjang, hingga akhirnya pustakawan resmi diakuisebagai profesi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara (Surat Keputusan MENPAN) No. 18 Tahun 1988 dan diperbaharui dengan Surat Keputusan MENPAN No.33 Tahun 1990 yang kemudian diperbaharui kembali dengan Surat Keputusan MENPAN No. 132 Tahun 2002 dandiperkuat dengan keputusan-keputusan lain yang berkaitan dengan kewajiban dan hak sebagai profesi dan fungsional pustakawan.

Hermawan dan Zen (2006,68) menyatakan bahwa pustakawan dapat dianggap sebagai profesi karena sebagian kriteria sudah dimiliki, yaitu:

(32)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Memiliki lembaga pendidikan, baik formal maupun informal

Pendidikan formal dilakukan pada tingkat universitas baik untuk program diploma, sarjana atau pasca sarjana.Di Indonesia ,lembaga pendidikan formal pustakawan bermula sejak tahun 1950-an ,program sarjana bermula tahun 1970-an dan selanjutnya program pascasarjana sejak tahun 1990-an.Paling tidak sampai tahun 2006,terdapat lebih 20-an lembaga pendidikan tinggi negeri dan swasta di Indonesia yang memiliki program ilmu perpustakaan dan informasi.

2. Memiliki organisasi profesi, yaitu pustakawan di Indonesia sejak tahun 1973 memiliki organisasi Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI), Congress of Southeast Asia Librarians (CONSAL) untuk tingkat regional dan International Federation of Library Association and Institutions (IFLA) untuk tingkat internasional.

3. Memiliki kode etik, pustakawan Indonesia yang menjadi acuan moral bagi anggota dalam melaksanakan profesi.

4. Memiliki majalah ilmiah sebagai sarana pengemban ilmu serta komunikasi antar anggota seprofesi.

5. Memiliki tunjangan profesi, meskipun belum memadai, pustakawan di Indonesia mendapatkan tunjangan fungsional seperti halnya guru, dosen, peneliti.

Dariuraian di atas dapat diketahui bahwapustakawan dapat dianggap sebagai profesi karena sebagian kriteria yang dimiliki, diantaranya : memiliki lembaga penelitian, organisasi profesi, kode etik, majalah ilmiah dan tunjangan profesi.

Setiap profesi pasti memiliki kewajiban yang harus dilakukan, begitu pula dengan pustakawan. Dalam menjalankan profesinya, pustakawan memiliki kewajiban yang harus dilakukan.

Menurut AD/ART Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI), Pustakawan memiliki kewajiban umum dalam menjalankan profesinya, yaitu kewajiban kepada organisasi dan profesi, kewajiban sesama pustakawan , dan kewajiban pada diri sendiri. Kewajiban umum merupakan suatu sikap dan tindakan yang dilaksanakan pustakawan demi kepentingan dan kemaslahatan umum. Oleh karena itu, setiap pustakawan Indonesia harus:

(33)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Menyadari sepenuhnya bahwa profesi pustakawan adalah profesi yang

terutama mengemban tugas pendidikan dan penelitian.

2. Dalam menjalankan profesinya, harus menjaga martabat dan moral serta mengutamakan pengabdian pada negara dan bangsa.

3. Menghargai dan mencintai kepribadian dan kebudayaan Indonesia.

4. Mengamalkan ilmu pengetahuannya untuk kepentingan sesama manusia, bangsa, dan agama.

5. Menjaga kerahasiaan informasi yang bersifat pribadi yang diperoleh dari masyarakat yang dilayani.

Kemudian, pustakawan juga mempunyai kewajiban seorang pustakawan kepada organisasi dan profesi, yaitu:

1. Menjadikan Ikatan Pustakawan Indonesia/IPI sebagai forum kerjasama, tempat konsultasi, dan tempat penggemblengan pribadi guna meningkatkan ilmu pengetahuan dan profesi antarsesama pustakawan.

2. Memberikan sumbangan tenaga, pikiran, dan dana kepada organisasi untuk kepentingan pengembangan ilmu dan perpustakaan di Indonesia.

3. Menjauhkan diri dari perbuatan dan ucapan serta tingkah laku yang merugikan organisasi dan profesi dengan cara menjunjung tinggi nama baik Ikatan Pustakawan Indonesia.

4. Berusaha mengembangkan organisasi Ikatan Pustakawan Indonesia dengan jalan selalu berpartisipasi dalam setiap kegiatan di bidang perpustakaan dan yang berkaitan dengannya.

Kewajiban sesama pustakawan adalah:

1. Berusaha memelihara hubungan persaudaraan dengan mempererat rasa solidaritas antarpustakawan,

2. Saling membantu dalam mengembangkan profesi dan melaksanakan tugas

3. Saling menasehati dengan penuh kebilaksanaan demi kebenaran dan kepentingan pribadi, organisasi, dan masyarakat.

4. Saling menghargai pendapat dan sikap masing-masing meskipun berbeda.

Adapun kewajiban terhadap diri sendiri adalah:

1. Selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, terutama ilmu perpustakaan, dokumentasi, dan informasi.

2. Memelihara akhlak dan kesehatannya untuk dapat hidup dengan tenteram dan bekerja dengan baik.

3. Selalu meningkatkan pengetahuan serta keterampilannya, baik dalam pekerjaan maupun dalam pergaulan di masyarakat.

(34)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dari uraian diatas dapat diketahui pustakawan mempunyai kewajiban kepada organisasi dan profesi, kewajiban sesama pustakawan dan kewajiban terhadap diri sendiri

2.3 Kode Etik

Kode etik merupakan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Setiap profesi memiliki kode etik masing-masing sesuai dengan profesi pekerjaannya.

Sehubungan dengan hal diatas Soepardan (2007,38) menyatakan bahwa Kode etik adalah seperangkat prinsip etik yang disusun atau dirumuskan oleh anggota-anggota kelompok profesi, yang merupakan cermin keputusan moral dan dijadikan standar dalam memutuskan dan melakukan tindakan profesi.

Sedangkan Suwarno (2010, 92) menyatakan bahwa :

“ Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan apa yang baik bagi profesional.”

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kode etik adalah seperangkat standar aturan tingkah laku, berupa norma-norma yang dibuat oleh organisasi profesi yang menjadi landasan perilaku anggotanya dalam menjalankan peranan dan tugas profesinya dalam masyarakat.

Tujuan kode etik adalah untuk menetapkan standar perilaku yang harus ditaati oleh setiap profesi dalam melaksanakan kegiatannya, serta menetapkan proses pendisiplinan diri yang terbaik dalam upaya melayani kepentingan umum.

Sedangkan berdasarkan fungsinya, kodek etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai perlindungan dan pengembangan bagi profesi. Menurut Biggs dan Blocher ( 1986, 10) kode etik memiliki tiga fungsi, yaitu : Melindungi suatu

(35)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA profesi dari campur tangan pemerintah, mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi dan melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi.

2.3.1 Kode Etik Pustakawan

Perpustakaan sebagai sarana yang diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat dalam menambah ilmu pengetahuan. Untuk itu sudah seharusnya mereka mendapatkan pelayanan yang baik dari pihak perpustakaan. Dalam hal ini, yang berperan penting dalam memberikan pelayanan secara maksimal adalah pustakawan. Pustakawan yang profesional harus memiliki etika dalam melakukan pekerjaannya, karena dalam etika terdapat pengetahuan tentang moral.

Kode etik pustakawan merupakan pedoman bagi pustakawan dalam menjalankan tugasnya. Kode etik pustakawan berisikan peraturan-peraturan yang harus dipatuhi oleh pustakawan, maka dari itu kode etik akan menjadi pegangan, tuntunan moral dan rujukan bagi setiap pustakawan.

Menurut Lasa HS (2009, 174) menyatakan bahwa :

Kode etik pustakawan adalah norma atau aturan yang harus dipatuhi pustakawan untuk menjaga kehormatan, martabat, citra dan profesionalisme.

Sedangkan Suwarno (2010, 108) menyatakanbahwa :

“ Kode etik pustakawan adalah seperangkat aturan atau norma yang menjadi standar tingkah laku yang berlaku bagi profesi pustakawan dalam rangka melaksanakan kewajiban profesionalnya di dalam kehidupan masyarakat.”

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kode etik pustakawan adalah norma atau aturan yang menjadi standar tingkah laku bagi profesi pustakawan

(36)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA yang harus dipatuhi untuk menjaga kehormatan, martabat, citra, dan profesionalismedi dalam kehidupan masyarakat.

Kode etik pustakawan di Indonesia dibuat oleh IkatanPustakawan Indonesia (IPI).Kode etik atau etika profesi IPI diatur dalam AD dan ART IPI. Kode Etik Pustakawan Indonesia (KEPI) secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu : pembukaan, kewajiban-kewajiban pustakawan yang mencakup kewajiban umum, kewajiban kepada organisasi dan profesi, kewajiban sesama pustakawan, kewajiban pada diri sendiri, serta bagian yang mencakup sanksi terhadap pelanggaran kode etik.

Kewajiban-kewajiban pustakawan yang tercantum dalam kode etik tersebut, antara lain :

1. Pustakawan menjaga martabat dan moral serta mengutamakan pengabdian dan tanggungjawab kepada instansi tempat bekerja Bangsa dan Negara.

2. Pustakawan melaksankan pelayanan perpustakaan dan informasi kepada setiap pengguna secara cepat, tepat dan akurat sesuai dengan prosedur pelayanan perpustakan; sanyun dan tulus.

3. Pustakawan melindungi kerahasiaan dan privasi menyangkut informasi yang ditemui, dicari dan bahan pustaka yang diperiksa dan dipinjampengguna perpustakaan.

4. Pustakawan ikut ambil bagian dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat dan lingkungan tempat bekerja terutama yang berkaitan dengan pendidikan, usaha social dan kebudayaan.

5. Pustakawan berusaha menciptakan citra perpustakaan yang baik dimata masyarakat.

6. Pustakawan melaksanakan AD dan ART IPI dan kode etik IPI.

7. Pustakawan memegang prinsip kebebasan intelektual danmenjauhkan diri dari usaha sensor sumber bahan pustaka dan informasi.

8. Pustakawan memperlakukan rekan sekerja berdasarkan prinsipsaling menghormati dan bersikap adil kepada rekan sejawat sertaberusaha meningkatkan kesejahteraan mereka.

9. Pustakawan menghindarkan diri dari menyalahgunakan fasilitas perpustakaan untuk kepentingan pribadi, rekan sekerja danpenggunaan tertentu.

(37)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 10. Pustakawan dapat memisahkan antara kepentingan pribadidan

kepentingan professional kepustakawanan.

11. Pustakawan berusaha meningkatkan dan memperluaspengetahuan, kemampuan diri dan profesinalisme.

2.3.2 Tujuan Kode Etik Pustakawan

Untuk mendapatkan hasil yang optimal, semua kegiatan pasti memiliki tujuannya masing-masing begitu jugadengan kode etik pustakawan yang memiliki tujuan, pada dasarnya kodeetik pustakawan bertujuan sebagai pedoman kerja bagi pustakawan agar memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemustaka dan menjadikan pustakawan sebagai profesi yang beretika serta bermoral baik dalam menjalankan tugas dan kewajibannya.

Hermawan dan Zen (2006, 84) menyatakan bahwa ada beberapa tujuan dari kode etik pustakawan, diantaranya :

1. Meningkatkan pengabdian pustakawan kepada Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan negara;sebagai makhluk ilahi, serta warga negara yang baik, dengan dituntun oleh kode etik, pustakawan dapat memberikan pengabdiannya sebagai hamba, dan berbakti kepada sesama, terutama untuk bangsa dan negara.

2. Menjaga martabat pustakawan adalah tugas anggota untuk selalu menjaga martabat dan kehormatan pustakawan dengan berlandaskan niai- nilai moral yang dianut oleh masyarakat.

3. Meningkatkan mutu profesi pustakawan; untuk dapat memberikan layanan kepustakawan terhadap masyarakat, maka anggota profesi berkewajiban untuk meningkatkan mutu profesi dan anggota melalui berbagai kegiatan, baik melalui pendidikan formal, non-formal atau informal.

4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan, terutama layanan informasi kepada masyarakat; mendapatkan informasi, adalah merupakan hak setiap orang, maka pustakawan sebagai pekerja informasi harus berupaya agar kuantitas dan kualitas informasi yang diberikan selalu meningkat sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kode etik pustakawan memiliki 4 tujuan, diantaranya : meningkatkan pengabdian pustakawan kepada Tuhan yang

(38)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Maha Esa, bangsa dan negara, menjaga martabat pustakawan, meningkatkan mutu profesi pustakawan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan.

2.3.3 Fungsi Kode Etik Pustakawan

Agar kode etik pustakawan dapat diterapkan dengan baik, pustakawan harus terlebih dahulu mengetahui dan memahami fungsi dari kode etik tersebut. Kode etik pustakawan merupakan sarana untuk membantu pustakawan menjadi seseorang yang professional supaya tidak dapat merusak etika profesi.

Menurut Russel Bowdenyang dikutip oleh Hermawan (2010, 100) menyatakan bahwa kode etik pustakawan di Inggris memiliki fungsi sebagai berikut :

1. Mendorong anggota untuk bertingkah laku secara professional dalam bidang perpustakaan yang tidak dipandang salah oleh teman-teman sejawat dalam profesi;

2. Mendorong anggota untuk mematuhi “LA’s Charter and Bye Laws”;

3. Menuntut anggota mereka tidak memilih berperilaku yang mungkin secara serius berprasangka terhadap kedudukan dan reputasi profesi atau asosiasi Pustakawan;

4. Mensyaratkan anggota untuk bekerja professional adalah (1). Senantiasa mengikuti perkembangan di dalam dunia perpustakaan dan cabang- cabang kegiatan professional lainnya; (2). Menghormati anggota profesi yang bertanggung jawab melakukan supervisi, pelatihan atau tugas pustakawan lainnya;

5. Tugas utama anggota adalah melayani pelanggan (client);

6. Menempatkan anggota dengan kewajiban untuk memfasilitasi terhadap alur informasi dan ide-ide dan melindungi serta mendorong hak setiap individu hak untuk bebas dan hak akses yang sama terhadap sumber informasi tanpa diskrimininasi dan dalam batas-batas hukum;

7. Anggota harus memberikan kemampuan mereka yang terbaik dalam kewajiban kontrak yang harus dibayar kepada yang mempekerjakannya;

8. Anggota tidak boleh dengan sengaja menyajikan bahan pustaka yang mendorong terjadinya diskriminasi atas ras, warna kulit, kepercayaan, atau jenis kelamin;

9. Anggota tidak boleh membocorkan rahasia atau membocorkan setiap bahan pustaka yang harus dirahasiakan;

10. Menjamin setiap tindakan dan keputusan anggota semata-mata berdasarkan pertimbangan professional.

(39)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Sedangkan Fankel yang dikutip oleh Hermawan (2010, 101) menyatakan bahwa fungsi kode etik adalah:

1. Sebagai pedoman bagi kelompok professional ketika menentukan masalah dalam praktik;

2. Sebagai sumber evaluasi bagi masyarakat dan menjadikan mereka mengetahui apa yang dapat diharapkan dari organisasi profesi tersebut;

3. Memberikan kebanggaan pada profesi dan memperkuat identitas profesi;

4. Memperbaiki profesi dan kepercayaan masyarakat;

5. Melindungi pegaruh profesi;

6. Menghentikan tindakan yang tidak etis dengan menyediakan sanksi atau dengan melaporkan tindakan yang tidak etis tersebut;

7. Menyediakan sistem untuk mendukung profesi terhadap permintaan yang tidak logis dari orang luar;

8. Merupakan forum keputusan dalam debat antar anggota atau antara dengan orang luar.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kode etik pustakawan memiliki banyak fungsi yang dapat dijadikan landasan bagi pustakawan dalam penerapan kode etik. Kode etik pustakawan berfungsi sebagai tolak ukur etika, moral dan profesionalnya pustakawan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

2.3.4 Manfaat Kode Etik Pustakawan

Secara umum manfaat yang dapat dirasakan profesi dengan adanya kode etikadalah menjaga dan meningkatkan kualitas keterampilan teknis, melindungi kesejahteraan materil para pengemban profesi, dan bersifat terbuka. Kode etik profesi memberikan manfaat secara menyeluruh, baik dari organisasi, kelompok maupun perorangan.

Hermawan dan Zen (2006, 101) menyatakan bahwamanfaaat kode etik dibagi 3 bagian dengan sub bagiannya.diantaranya sebagai berikut :

1. Manfaat bagi profesi

Manfaat kode etik bagi profesi adalah sebagai berikut:

a) Dasar formal dari suatu organisasi yang profesional.

(40)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA b) Sebagai indikator bahwa pekerjaan pustakawan adalah matang dan

bertanggung jawab.

c) Kode etik akan membantu anggota memiliki standar kinerja.

d) Sebagai alat kontrol masuknya anggota ke dalam profesi atau asosiasi.

e) Meyakinkanhubungan layanan perpustakaan dan informasi yang disajikan terhadap kebutuhan masyarakat yang harus dilayani.

f) Menyediakan manajemen layanan perpustakaan informasi yang baik dan efektif.

g) Mendorong pustakawan untuk memahami tanggung jawab individual untukmelibatkan diri dan mendukung assosiasi profesi mereka

2. Manfaat bagi anggota

Manfaat kode etik bagi anggota profesi adalah sebagi berikut:

a) Anggota profesi memiliki tuntutan moral dalam melaksanakan tugas profesinya.

b) Menjamin hak pustakawan dan pekerja informasi untuk berpraktik.

c) Dapat memelihara kemampuan, keterampilan, dan keahlian para anggota.

d) Dapat memperbaiki kinerja yang dapat mengangkat citra, status dan reputasi.

e) Perbaikan kesejahteraan dan apresiasi.

f) Dapat menghilangkan keragu-raguan dan kebingungan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam hubungan dengan pemakai, pustakawan dan atasan.

3. Manfaat bagi masyarakat

Manfaat kode etik bagi masyarakat adalah sebagai berikut:

a) Meningkatkan mutu layanan terhadap masyarakat.

b) Memungkinkan masyarakat untuk menyampaikan keluhannya, jika ada layanan yang diberikan tidak memenuhi standar yang telah ditetapkannya.

c) Memberi perlindungan hak akses terhadap informasi.

d) Menjamin hak akses pemakai terhadap informasi yang diperlukannya.

e) Menjamin kebenaran, keakuratan, dan kemutakhiran setiap informasi yang diberikan.

f) Melindungi pemakai dari beban lebih informasi (information overload).

g) Memelihara kualitas dan standar pelayanan.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa kode etik pustakawan bermanfaat bagi profesi, anggota dan masyarakat. Adapun manfaat tersebut diantaranya:

sebagai dasar formal dari organisasi professional, sebagai indikator, sebagai standar kinerja, sebagai akses kontrol, meyakinkan hubungan layanan perpustakaan dan informasi yang disajikan untuk masyarakat, menyediakan

(41)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA manajemen layanan dan mendukung pustakawan untuk bertanggung jawab dan melibatkan diri dan mendukung asosiasi profesi.

(42)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2009, 29) metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif merupakan metode yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta dari masalah yang sedang dihadapi.

Menurut Nasution (2003, 5) bahwa penelitian kualitatif pada hakikatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.

Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan ataupun prilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada PerpustakaanUniversitas Islam Negeri Sumatera Utara, tepatnya di Jl. William Iskandar Ps. V, Kenangan Baru, Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara 20371. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2018.

(43)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3.3 Proses Penelitian

Adapun proses penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.3.1 Mengidentifikasi Informan

Informan merupakan orang yang akan memberikan penjabaran mengenai masalah yang dihadapi. Menurut Moleong (2000, 97) bahwa informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Informan merupakan orang yang benar-benar mengetahui permasalahan yang akan diteliti, dan bersedia memberikan informasi kepada peneliti. Informan dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian, dan harus memiliki banyak pengalaman tentang latar penelitian.

Informan yang baik akan memberikan informasi yang sesuai fakta kondisi yang akan diteliti. Informan dalam penelitian ini adalah Kepala Perpustakaan, Pustakawan Bagian Komputerisasi, Pustakawan Bagian Referensi, dan Kepala Bagian Administrasi Perpustakaan UIN Sumatera Utara.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data penelitian adalah

1. Data primer, yaitu hasil dari wawancara dan pengamatan peneliti berupa kata-kata, sikap dan pemahaman dari subjek yang diteliti sebagai dasar utama interpretasi data. Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh dari informan pada Perpustakaan UIN Sumatera Utara.

(44)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan yang berasal dari buku, jurnal, majalah dan dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan bagian yang sangat penting untuk menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti antara lain, yaitu: wawancara, observasi, dan dokumentasi. Berikut penjelasan dari teknik pengumpulan data yang digunakan, antara lain:

1. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang bersumber dari percakapan dengan maksud tertentu. Pada penelitian ini digunakan teknik wawancara mendalam melalui wawancara terstruktur yaitu dengan menggunakan pedoman wawancara yang tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan datanya. Pedoman wawancara disusun berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti agar tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Sebelum melakukan wawancara, peneliti meminta kesediaan informan untuk diwawancarai, kemudian wawancara dilakukan langsung dengan informan pada waktu dan tempat yang telah ditentukan oleh informan. Adapun data yang akan diambil dari wawancara dengan informan adalah data mengenai kode etik pustakawan dalam melayani pengguna.

2. Observasi

(45)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Observasi berarti peneliti mengamati kesesuaian informasi yang ada di lapangan dengan data yang diberikan oleh informan. Tujuannya adalah melihat benar atau tidaknya informasi yang telah diberikan informan.

Observasi yang dilakukan peneliti adalah melakukan pengamatan langsung terhadap setiap kegiatan yang dilakukan pustakawan dalam melayani pengguna pada Perpustakaan UIN Sumatera Utara.

3. Dokumentasi

Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan buku, jurnal, majalah, laporan tahunan dan kepustakaan yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Selain itu, peneliti juga mencatat seluruh hasil pengamatan langsung yang dilakukan peneliti serta merekam suara informan pada saat berlangsungnya wawancara.

3.6 Analisis Data

Analisis data adalah kegiatan mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan kepada orang lain. Adapun tahapan dalam analisis data sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses mengidentifikasi data mentah (raw data) yang telah diperoleh dengan melakukan langkah summary,

Referensi

Dokumen terkait

b.Penelitian difokuskan pada jenis nama dalam masyarakat Batak Karo yang terdapat di Kecamatan Juhar.a. c.Penelitian ini difokuskan pada kategorisasi makna nama orang yang

Perhitungan Tunjangan Tambahan yang dimiliki oleh Dinas Sosial Kota.. Salatiga kurang efektif karena masih menggunakan perhitungan

Kondisi dinding rumah terbuat dari papan dan tidak rapat memudahkan nyamuk untuk masuk ke dalam rumah, dan terdapatnya genangan air di sekitar rumah merupakan tempat

Terkhusus kepada kekasih Angga Satri Hardiansyah S.T dan sahabat-sahabat penulis yaitu Pestaria, Juli, Anggun dan teman-teman stambuk 2013 Program Studi Sastra Indonesia yang

pernah mengalami abortus sebelumnya, usia kehamilan kurang dari 12 minggu, tidak bekerja dan pendidikan terakhir.. SD, SLTP dan SLTA dibandingkan dengan ibu yang tidak

Sel pigmen kromatofor yang tersebar di dalam lapisan epidermis menyebabkan butiran sel pigmen tersebut dapat menyerap sinar dengan sempurna, sehingga terjadi peningkatan

Persepsi Guru Pendidikan Agama di SD N 5 Keling (6e) terhadap “ tugas unjuk kerja mengarahkan peserta didik untuk menunjukkan capaian hasil belajar ” (item soal nomor 24)

dipengaruhi oleh suatu keadaan yang mengakibatkan ganguan konsentrasi dalam mengemudi di Jalan ” yang terdapat dalam ketentuan Norma Pasal 283 UU LLAJ yang memuat sanksi pidana