• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS

2.1 Pustakawan

2.1.2 Peranan Pustakawan

Dalam mewujudkan tujuan perpustakaan, pustawakan berperan sangat penting dalam memberikan layanan maksimal kepada pemustaka. Untuk melaksanakan profesinya sebagai pustakawan, Peranan pustakawan sangat beragam. Misalnya pada lembaga pendidikan seperti di Perguruan Tinggi pustakawan dapat berperan sebagai dosen atau peneliti.

Hermawan dan Zen (2006,57) menyatakan bahwa pustakawan memainkan berbagai peran (peran ganda) yaitu:

1. Edukator

Sebagai edukator (pendidik), pustakawan dalam melaksanakan tugasnya harus berfungsi dan berjiwa sebagai pendidik. Sebagai pendidik ia harus melakukan fungsi pendidikan yaitu mendidik, mengajar dan melatih.

Mendidik adalah mengembangan kepribadian,mengajar adalah mengembangkan kemampuan berfikir, dan melatih adalah membina dan mengembangkan keterampilan. Oleh karenanya, pustakawan harus memiliki kecakapan mengajar, melatih dan mengembangkan, baik para pegawai ataupun pengguna jasa yang dilayaninya.

2. Manajer

Pada hakekatnya pustakawan adalah manajer informasi, informasi yang banyakdan terdapat dalam berbagai wadah yang jumlahnya terus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA bertambah harus dikelola dengan baik. Kebutuhan informasi pengguna merupakan dasar pengelolaan informasi. Sebagai manajer pustakawan harus mempunyai jiwa kepemimpinan, kemampuan memimpin dan menggerakkan,serta mampu bertindak sebagaikoordinator dan integrator dalam melaksanakan tugasnya sehar-hari. Pustakawan dalam perannya sebagai manajer juga harus dapat mengoptimalkan semua sumber daya yang tersedia di perpustakaan, baik yang berupa sumber daya manusia, sumber daya informasi, dana, termasuk saranan dan prasarana.

3. Administrator

Sebagai administrator pustakawan harus mampu menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi program perpustakaan, serta dapat melakukan analisis atas hasil yag telah dicapai, kemudian melakukan upaya-upaya perbaikan untuk mencapai hasil yang lebih baik. Oleh karena itu, seorang pustakawan harus mempunyai pengetahuan yang luas di bidang organisasi, sistem dan prosedur kerja. Dengan pengetahuan itu diharapkan pustakawan memilk kemampuan dalam menafsirkan prosedur kedalam kegiatan-kegiatan nyata, sehingga akan dapat meningkatkan kualitas kerja, berdaya guna, berhasil guna, dan tepat guna.

4. Supervisor

Sebagai supervisior pustakawan harus;

a) Dapat melaksanakan pembinaan profesional, untuk mengembangkan jiwakesatuan dan persatuan antar sesama pustakawan, sehingga dapat menumbuhkan dan peningkatan semangat kerja, dan kebersamaan;

b) Dapatmenigkatkan prestasi, pengetahuan dan keterampilan, baik rekan-rekan sejawat masyarakat pengguna yang dilayaninya;

c) Mempunyai wawasan luas, pandangan jauh ke depan, memahami beban kerja, hambatan–hambatan, serta bersikap sabar, tetapi tegas, adil, obyektif dalam melaksanakan tugasnya;dan

d) Mampu berkoordinasi, baik dengan sesama pustakawan maupun dengan para pembinanya dalam menyelesaikan berbagai persoalan dan kendala,sehingga mampumeningkatkan kinerja unit

organisasinya.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pustakawan berperan penting dalam mewujudkan visi misi perpustakaan. Pustakawan memainkan berbagai peran (peran ganda) sebagai profesinya dalam memberikan pelayanan maksimal kepada pemustaka. Pustakawan sudahmelakukan banyak peran, diantaranya : edukator, manager, administrator dan supervisor.

2.1.3 Jabatan Fugsional Pustakawan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jabatan fungsional pustakawan pada lingkungan lembaga instansi perpustakaan, dokumentasi dan informasi diatur dengan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Keputusan. MENPAN) Nomor 18 Tahun 1988. Dalam keputusan tersebut jenjang jabatan pustakawan diatur dalam 12 tingkat penjenjangan yang dimulai dari pangkat II/b (Asisten Pustakawan Madya) sampai dengan pangkat tertinggi IV/e (Pustakawan Utama). Sistem penjenjangan jabatan pustakawan bersifat melekat antara pangkat dan jabatan, artinya setiap jabatan memiliki satu pangkat tertentu dalam sistem kepangkatan PNS. Salah satu persyaratan untuk pengangkatan PNS dalam jabatan fungsional pustakawan adalah minimal berpendidikan Diploma II bidang perpustakaan.

Dalam Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 disebutkan bahwa : Jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas,tanggung jawab,wewenang dan hak seorang PNS dalam suatu organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri.

Sejak Keputusan MENPAN No. 18 Tahun 1988 diterbitkan, dalam pelaksanaannya di lapangan ada beberapa kendala yang dijumpai oleh pustakawan. Antara lain adalah: bobot angka kredit per satuan kegiatan dari butir-butir yang dirasakan masih terlalu rendah, jenis dan jumlah butir-butir kegiatan pustakawan yang tercakup dalam keputusan tersebut juga dianggap masih kurang.

Untuk mengatasi kendala tersebut kantor MENPAN bersama kantor BAKN dan Perpustakaan Nasional RI berupaya menyempurnakan / menata kembali keputusan tersebut dengan menerbitkan keputusan MENPAN Nomor 33 Tahun 1998 tentang jabatan fungsional pustakawan dan angka kreditnya sebagai pengganti Keputusan MENPAN No. 18 Tahun 1988.Keputusan tersebut diikuti

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dengan terbitnya Keputusan Bersama Kepala Perpustakaan Nasional RI dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara No. 07 Tahun 1988 dan No. 59 tahun 1988 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka kreditnya, sebagai pedoman dalam pelaksanaan Keputusan MENPAN No.

33 Tahun 1998 . Jabatan Fungsional Pustakawan dibedakan dalam dua kelompok, yaitu : Asisten Pustakawan dan Pustakawan.

2.2 Profesi

Istilah profesi selalu dihubungkan dengan kata pekerjaan, akan tetapi tidak semua pekerjaan dapat disebut sebagai profesi,karena profesi memiliki karakteristik, ciri, dan syarat khusus.Untuk dapat dikatakan profesi, suatu pekerjaanharus memerlukan keahlian khusus yang harus didapatkan dari pendidikan dan pelatihan yang cukup lama sesuai dengan bidang profesinya.

Sulistyo Basuki (1993,147) menyatakan bahwa :

Profesi adalah sebuah pekerjaan yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari teori dan bukan dari praktik, dan yang teruji dalam bentuk ujian dari sebuah universitas atau lembaga yang berwenang, serta memberikan hak kepada orang yang bersangkutan untuk berhubungan dengan nasabah (klien).

SedangkanSuwarno (2010,100) menyatakan bahwa:

Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatanyang memerlukanketerampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan manusia dan hanya dapat dicapai dengan penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas serta adanya disiplin etika yangdikembangkandanditerapkan oleh kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa profesi adalah pekerjaan yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari teori dan bukan dari praktik guna memenuhi kebutuhan manusia dan hanya dapat dicapai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dengan penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut.

2.2.1 Ciri-ciri Profesi

Dalam kalangan masyarakat, masih banyak yang beranggapan bahwa profesi disebut dengan pekerjaan. Padahal seperti yang diketahui dari pengertian profesi, tidak semua pekerjaan dapat dikatakan dengan profesi. Maka untuk mencegah kesimpangsiuran tentang profesidan pekerjaan, profesi memiliki berbagai macam ciri-ciri yang dapat membedakan dengan pekerjaan.

Salam (1997,139) menyatakan bahwa secara umum ada beberapa ciri yang selalu melekat pada profesi, yaitu:

1. Adanya pengetahuan khusus

Profesi selalu mengandalkan adanyasuatu pengetahuan atau keterampilankhusus yang dimiliki oleh sekelompok orang yang profesional untuk bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Keahlian dan keterampilan ini biasanya dimilikinya berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman.

2. Adanya kaidah dan standar moral yang tinggi

Pada setiap profesi pada umumnya selalu ditemukan adanya suatu aturan permainan dalam mengemban atau menjalankan profesi , yang biasanya disebut dengan kode etik. Kode etik ini harus dipenuhi dan ditaati oleh semua anggota profesi yang bersangkutan.

3. Mengabdi kepada kepentingan masyatakat

Orang-orang yang mengemban suatu profesi, meletakkan kepentingan pribadinya di bawah kepentingan masyarakat karena hanya merekalah yang memiliki keahlian dan keterampilan khusus di bidang itu, keahlian dan keterampilan itu selayaknya diabadikan bagi kepentingan masyarakat.

4. Ada izin khusus untuk bisa menjalankan suatu profesi

Izin khusus bertujuan untuk melindungi masyarakat dari pelaksanaan profesi yang tidak bertanggung jawab, wujud dari izin ini dalam kerangka yang luas bisa berbentuk sumpah atau pengukuhan resmi di depan umum, yang berhak memberi izin adalah negara sebagai penjamin tertinggi dari kelompok masyarakat, tetapi juga bisa kelompok ahli

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dibidang yang bersangkutan melalui pengujian dan pemeriksaan sehingga orang tersebut di anggap dapat diandalkan dalam melaksanakan profesinya.

5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu organisasi Profesi Sedangkan Arifin (2006, 1) menyatakan bahwa secara umum ada tiga ciri suatu profesi, yaitu :

1. Sebuah profesi mensyaratkan pelatihan ekstensif sebelum memasuki sebuah profesi.

2. Pelatihan tersebut meliputi komponen intelektual yang signifikan.

3. Tenaga yang terlatih mampu memberikan jasa yang penting kepada masyarakat, dengan kata lain profesi berorientasi memberikan jasa untuk kepentingan umum dari pada kepentingan sendiri.

Walaupun demikian Notoatmodjo (2010, 36) menyatakan bahwa suatu profesi sekurang-kurangnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Mengikuti pendidikan sesuai standar nasional

Artinya orang yang termasuk dalam profesi bersangkutan harus telah menyelesaikan pendidikan profesi tersebut.

2. Pekerjaanya berdasarkan etika profesi

Dalam menjalankan tugas atau profesinya seseorang harus berlandaskan atau mengacu kepada etika profesi yang telah dirumuskan olehorganisasi profesinya.

3. Mengutamakan kepentingan masyarkat daripada keuntungan materi Dalam menjalankan tugasnya seorang profesional tidak didasarkan pada kepentinganmateri semata-mata, tetapi harus mengutamakan kepentingan masyarakat.

4. Pekerjaanya legal (melalui perizinan)

Untuk menjalankan tugas, harus terlebih dahulu memperoleh izin praktik dari yang berwenang.

5. Anggota-anggotanya belajar sepanjang hayat

Seoranganggota profesi mempunyai kewajiban untuk selalu meningkatkanprofesinya melalui belajar terus-menerus. Seorang profesional tidak boleh berhenti belajar untuk memelihara dan meningkatkan profesionalitasnya.

6. Anggota-anggotanya bergabung dalam suatu organisasi profesi

Seseorang yang sudah memperoleh pengakuan profesi atau lulus dari pendidikan profesi diwajibkan untuk menjadi anggota organisasi profesi yang bersangkutan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa profesi memiliki ciri-ciri yang dapat membedakan dengan pekerjaan, diantaranya : Adanya pengetahuan khusus, adanya kaidah dan standar moral yang tinggi, mengutamakan kepentingan masyarakat, memiliki izin khusus untuk bisa menjalankan suatu profesi dan para anggota bergabung dalam suatu organisasi profesi.

2.2.2 Profesi Pustakawan

Profesi merupakan suatu pekerjaan, bidang atau tugas yang memerlukan ilmu pengetahuan, keahlian, kemandirian, kesejawatan dan tanggung jawab. Dan pustakawan termasuk pada profesi informasi yang memerlukan variabel-variabel ilmu pengetahuan, penyediaan sarana/institusi, asosiasi, dan pengakuan oleh khalayak. Lasa HS (2000, 152) menyatakan bahwa :“Pada zaman Mesir kuno, profesi pustakawan telah diakui dan memiliki kedudukan tinggi dalam pemerintahan dan mereka telah berpengetahuan tinggi serta ahli bahasa”.

Pengakuan pustakawan sebagai profesi di Indonesia memerlukan waktu dan proses yang sangat panjang, hingga akhirnya pustakawan resmi diakuisebagai profesi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara (Surat Keputusan MENPAN) No. 18 Tahun 1988 dan diperbaharui dengan Surat Keputusan MENPAN No.33 Tahun 1990 yang kemudian diperbaharui kembali dengan Surat Keputusan MENPAN No. 132 Tahun 2002 dandiperkuat dengan keputusan-keputusan lain yang berkaitan dengan kewajiban dan hak sebagai profesi dan fungsional pustakawan.

Hermawan dan Zen (2006,68) menyatakan bahwa pustakawan dapat dianggap sebagai profesi karena sebagian kriteria sudah dimiliki, yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Memiliki lembaga pendidikan, baik formal maupun informal

Pendidikan formal dilakukan pada tingkat universitas baik untuk program diploma, sarjana atau pasca sarjana.Di Indonesia ,lembaga pendidikan formal pustakawan bermula sejak tahun 1950-an ,program sarjana bermula tahun 1970-an dan selanjutnya program pascasarjana sejak tahun 1990-an.Paling tidak sampai tahun 2006,terdapat lebih 20-an lembaga pendidikan tinggi negeri dan swasta di Indonesia yang memiliki program ilmu perpustakaan dan informasi.

2. Memiliki organisasi profesi, yaitu pustakawan di Indonesia sejak tahun 1973 memiliki organisasi Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI), Congress of Southeast Asia Librarians (CONSAL) untuk tingkat regional dan International Federation of Library Association and Institutions (IFLA) untuk tingkat internasional.

3. Memiliki kode etik, pustakawan Indonesia yang menjadi acuan moral bagi anggota dalam melaksanakan profesi.

4. Memiliki majalah ilmiah sebagai sarana pengemban ilmu serta komunikasi antar anggota seprofesi.

5. Memiliki tunjangan profesi, meskipun belum memadai, pustakawan di Indonesia mendapatkan tunjangan fungsional seperti halnya guru, dosen, peneliti.

Dariuraian di atas dapat diketahui bahwapustakawan dapat dianggap sebagai profesi karena sebagian kriteria yang dimiliki, diantaranya : memiliki lembaga penelitian, organisasi profesi, kode etik, majalah ilmiah dan tunjangan profesi.

Setiap profesi pasti memiliki kewajiban yang harus dilakukan, begitu pula dengan pustakawan. Dalam menjalankan profesinya, pustakawan memiliki kewajiban yang harus dilakukan.

Menurut AD/ART Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI), Pustakawan memiliki kewajiban umum dalam menjalankan profesinya, yaitu kewajiban kepada organisasi dan profesi, kewajiban sesama pustakawan , dan kewajiban pada diri sendiri. Kewajiban umum merupakan suatu sikap dan tindakan yang dilaksanakan pustakawan demi kepentingan dan kemaslahatan umum. Oleh karena itu, setiap pustakawan Indonesia harus:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Menyadari sepenuhnya bahwa profesi pustakawan adalah profesi yang

terutama mengemban tugas pendidikan dan penelitian.

2. Dalam menjalankan profesinya, harus menjaga martabat dan moral serta mengutamakan pengabdian pada negara dan bangsa.

3. Menghargai dan mencintai kepribadian dan kebudayaan Indonesia.

4. Mengamalkan ilmu pengetahuannya untuk kepentingan sesama manusia, bangsa, dan agama.

5. Menjaga kerahasiaan informasi yang bersifat pribadi yang diperoleh dari masyarakat yang dilayani.

Kemudian, pustakawan juga mempunyai kewajiban seorang pustakawan kepada organisasi dan profesi, yaitu:

1. Menjadikan Ikatan Pustakawan Indonesia/IPI sebagai forum kerjasama, tempat konsultasi, dan tempat penggemblengan pribadi guna meningkatkan ilmu pengetahuan dan profesi antarsesama pustakawan.

2. Memberikan sumbangan tenaga, pikiran, dan dana kepada organisasi untuk kepentingan pengembangan ilmu dan perpustakaan di Indonesia.

3. Menjauhkan diri dari perbuatan dan ucapan serta tingkah laku yang merugikan organisasi dan profesi dengan cara menjunjung tinggi nama baik Ikatan Pustakawan Indonesia.

4. Berusaha mengembangkan organisasi Ikatan Pustakawan Indonesia dengan jalan selalu berpartisipasi dalam setiap kegiatan di bidang perpustakaan dan yang berkaitan dengannya.

Kewajiban sesama pustakawan adalah:

1. Berusaha memelihara hubungan persaudaraan dengan mempererat rasa solidaritas antarpustakawan,

2. Saling membantu dalam mengembangkan profesi dan melaksanakan tugas

3. Saling menasehati dengan penuh kebilaksanaan demi kebenaran dan kepentingan pribadi, organisasi, dan masyarakat.

4. Saling menghargai pendapat dan sikap masing-masing meskipun berbeda.

Adapun kewajiban terhadap diri sendiri adalah:

1. Selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, terutama ilmu perpustakaan, dokumentasi, dan informasi.

2. Memelihara akhlak dan kesehatannya untuk dapat hidup dengan tenteram dan bekerja dengan baik.

3. Selalu meningkatkan pengetahuan serta keterampilannya, baik dalam pekerjaan maupun dalam pergaulan di masyarakat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dari uraian diatas dapat diketahui pustakawan mempunyai kewajiban kepada organisasi dan profesi, kewajiban sesama pustakawan dan kewajiban terhadap diri sendiri

2.3 Kode Etik

Kode etik merupakan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Setiap profesi memiliki kode etik masing-masing sesuai dengan profesi pekerjaannya.

Sehubungan dengan hal diatas Soepardan (2007,38) menyatakan bahwa Kode etik adalah seperangkat prinsip etik yang disusun atau dirumuskan oleh anggota-anggota kelompok profesi, yang merupakan cermin keputusan moral dan dijadikan standar dalam memutuskan dan melakukan tindakan profesi.

Sedangkan Suwarno (2010, 92) menyatakan bahwa :

“ Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan apa yang baik bagi profesional.”

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kode etik adalah seperangkat standar aturan tingkah laku, berupa norma-norma yang dibuat oleh organisasi profesi yang menjadi landasan perilaku anggotanya dalam menjalankan peranan dan tugas profesinya dalam masyarakat.

Tujuan kode etik adalah untuk menetapkan standar perilaku yang harus ditaati oleh setiap profesi dalam melaksanakan kegiatannya, serta menetapkan proses pendisiplinan diri yang terbaik dalam upaya melayani kepentingan umum.

Sedangkan berdasarkan fungsinya, kodek etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai perlindungan dan pengembangan bagi profesi. Menurut Biggs dan Blocher ( 1986, 10) kode etik memiliki tiga fungsi, yaitu : Melindungi suatu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA profesi dari campur tangan pemerintah, mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi dan melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi.

2.3.1 Kode Etik Pustakawan

Perpustakaan sebagai sarana yang diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat dalam menambah ilmu pengetahuan. Untuk itu sudah seharusnya mereka mendapatkan pelayanan yang baik dari pihak perpustakaan. Dalam hal ini, yang berperan penting dalam memberikan pelayanan secara maksimal adalah pustakawan. Pustakawan yang profesional harus memiliki etika dalam melakukan pekerjaannya, karena dalam etika terdapat pengetahuan tentang moral.

Kode etik pustakawan merupakan pedoman bagi pustakawan dalam menjalankan tugasnya. Kode etik pustakawan berisikan peraturan-peraturan yang harus dipatuhi oleh pustakawan, maka dari itu kode etik akan menjadi pegangan, tuntunan moral dan rujukan bagi setiap pustakawan.

Menurut Lasa HS (2009, 174) menyatakan bahwa :

Kode etik pustakawan adalah norma atau aturan yang harus dipatuhi pustakawan untuk menjaga kehormatan, martabat, citra dan profesionalisme.

Sedangkan Suwarno (2010, 108) menyatakanbahwa :

“ Kode etik pustakawan adalah seperangkat aturan atau norma yang menjadi standar tingkah laku yang berlaku bagi profesi pustakawan dalam rangka melaksanakan kewajiban profesionalnya di dalam kehidupan masyarakat.”

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kode etik pustakawan adalah norma atau aturan yang menjadi standar tingkah laku bagi profesi pustakawan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA yang harus dipatuhi untuk menjaga kehormatan, martabat, citra, dan profesionalismedi dalam kehidupan masyarakat.

Kode etik pustakawan di Indonesia dibuat oleh IkatanPustakawan Indonesia (IPI).Kode etik atau etika profesi IPI diatur dalam AD dan ART IPI. Kode Etik Pustakawan Indonesia (KEPI) secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu : pembukaan, kewajiban-kewajiban pustakawan yang mencakup kewajiban umum, kewajiban kepada organisasi dan profesi, kewajiban sesama pustakawan, kewajiban pada diri sendiri, serta bagian yang mencakup sanksi terhadap pelanggaran kode etik.

Kewajiban-kewajiban pustakawan yang tercantum dalam kode etik tersebut, antara lain :

1. Pustakawan menjaga martabat dan moral serta mengutamakan pengabdian dan tanggungjawab kepada instansi tempat bekerja Bangsa dan Negara.

2. Pustakawan melaksankan pelayanan perpustakaan dan informasi kepada setiap pengguna secara cepat, tepat dan akurat sesuai dengan prosedur pelayanan perpustakan; sanyun dan tulus.

3. Pustakawan melindungi kerahasiaan dan privasi menyangkut informasi yang ditemui, dicari dan bahan pustaka yang diperiksa dan dipinjampengguna perpustakaan.

4. Pustakawan ikut ambil bagian dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat dan lingkungan tempat bekerja terutama yang berkaitan dengan pendidikan, usaha social dan kebudayaan.

5. Pustakawan berusaha menciptakan citra perpustakaan yang baik dimata masyarakat.

6. Pustakawan melaksanakan AD dan ART IPI dan kode etik IPI.

7. Pustakawan memegang prinsip kebebasan intelektual danmenjauhkan diri dari usaha sensor sumber bahan pustaka dan informasi.

8. Pustakawan memperlakukan rekan sekerja berdasarkan prinsipsaling menghormati dan bersikap adil kepada rekan sejawat sertaberusaha meningkatkan kesejahteraan mereka.

9. Pustakawan menghindarkan diri dari menyalahgunakan fasilitas perpustakaan untuk kepentingan pribadi, rekan sekerja danpenggunaan tertentu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 10. Pustakawan dapat memisahkan antara kepentingan pribadidan

kepentingan professional kepustakawanan.

11. Pustakawan berusaha meningkatkan dan memperluaspengetahuan, kemampuan diri dan profesinalisme.

2.3.2 Tujuan Kode Etik Pustakawan

Untuk mendapatkan hasil yang optimal, semua kegiatan pasti memiliki tujuannya masing-masing begitu jugadengan kode etik pustakawan yang memiliki tujuan, pada dasarnya kodeetik pustakawan bertujuan sebagai pedoman kerja bagi pustakawan agar memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemustaka dan menjadikan pustakawan sebagai profesi yang beretika serta bermoral baik dalam menjalankan tugas dan kewajibannya.

Hermawan dan Zen (2006, 84) menyatakan bahwa ada beberapa tujuan dari kode etik pustakawan, diantaranya :

1. Meningkatkan pengabdian pustakawan kepada Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan negara;sebagai makhluk ilahi, serta warga negara yang baik, dengan dituntun oleh kode etik, pustakawan dapat memberikan pengabdiannya sebagai hamba, dan berbakti kepada sesama, terutama untuk bangsa dan negara.

2. Menjaga martabat pustakawan adalah tugas anggota untuk selalu menjaga martabat dan kehormatan pustakawan dengan berlandaskan niai-nilai moral yang dianut oleh masyarakat.

3. Meningkatkan mutu profesi pustakawan; untuk dapat memberikan layanan kepustakawan terhadap masyarakat, maka anggota profesi berkewajiban untuk meningkatkan mutu profesi dan anggota melalui berbagai kegiatan, baik melalui pendidikan formal, non-formal atau informal.

4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan, terutama layanan informasi kepada masyarakat; mendapatkan informasi, adalah merupakan hak setiap orang, maka pustakawan sebagai pekerja informasi harus berupaya agar kuantitas dan kualitas informasi yang diberikan selalu meningkat sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kode etik pustakawan memiliki 4 tujuan, diantaranya : meningkatkan pengabdian pustakawan kepada Tuhan yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Maha Esa, bangsa dan negara, menjaga martabat pustakawan, meningkatkan mutu profesi pustakawan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan.

2.3.3 Fungsi Kode Etik Pustakawan

Agar kode etik pustakawan dapat diterapkan dengan baik, pustakawan harus terlebih dahulu mengetahui dan memahami fungsi dari kode etik tersebut. Kode etik pustakawan merupakan sarana untuk membantu pustakawan menjadi seseorang yang professional supaya tidak dapat merusak etika profesi.

Menurut Russel Bowdenyang dikutip oleh Hermawan (2010, 100) menyatakan bahwa kode etik pustakawan di Inggris memiliki fungsi sebagai berikut :

1. Mendorong anggota untuk bertingkah laku secara professional dalam bidang perpustakaan yang tidak dipandang salah oleh teman-teman sejawat dalam profesi;

2. Mendorong anggota untuk mematuhi “LA’s Charter and Bye Laws”;

3. Menuntut anggota mereka tidak memilih berperilaku yang mungkin secara serius berprasangka terhadap kedudukan dan reputasi profesi atau asosiasi Pustakawan;

4. Mensyaratkan anggota untuk bekerja professional adalah (1). Senantiasa mengikuti perkembangan di dalam dunia perpustakaan dan cabang-cabang kegiatan professional lainnya; (2). Menghormati anggota profesi yang bertanggung jawab melakukan supervisi, pelatihan atau tugas

4. Mensyaratkan anggota untuk bekerja professional adalah (1). Senantiasa mengikuti perkembangan di dalam dunia perpustakaan dan cabang-cabang kegiatan professional lainnya; (2). Menghormati anggota profesi yang bertanggung jawab melakukan supervisi, pelatihan atau tugas