• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI GURU SEKOLAH DASAR NEGERI TERHA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERSEPSI GURU SEKOLAH DASAR NEGERI TERHA"

Copied!
318
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI GURU SEKOLAH DASAR NEGERI TERHADAP PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013

KABUPATEN JEPARA

SKRIPSI

OLEH

AHMAD SHOFA

NPM 10120402

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

PERSEPSI GURU SEKOLAH DASAR NEGERI TERHADAP PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013

KABUPATEN JEPARA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Semarang untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH AHMAD SHOFA

NPM 10120402

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(3)
(4)
(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Dan janganlah kamu berputus asa daripada rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa daripada rahmat Allah melainkan orang-orang yang

kufur.” (Q.S. Yusuf: 87)

2. Janganlah membuat orang tuamu menangis karena kegagalan, tapi buatlah orang tuamu menangis karena keberhasilan.

PERSEMBAHAN

Skripsi ini peneliti persembahkan kepada :

1. Kedua orang tuaku tercinta, bapak dan ibu yang senantiasa memberikan doa dan motivasi

2. Kakakku tercinta Asiyah dan adikku Diyah Zulfa Jauhara yang menjadi motivasiku dalam hidup.

3. Keluarga besar tercinta, yang selalu mendukung dan memberi semangat untuk menjadi lebih baik.

4. Bapak/Ibu Dosen pembimbing yang bersedia meluangkan waktu disela-sela kesibukannya dan sabar membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Kekasih hatiku yang selalu memberikan inspirasi dalam hidupku. 6. Sahabat-sahabatku kelas H.

7. Kakak kos tercinta yang telah wisuda.

8. Keluarga Kos 141 Kp.Ingas, yang senantiasa memberikan motivasi. 9. Almamaterku IKIP PGRI Semarang yang kubanggakan.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji sukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

lancar. Skripsi yang berjudul “Persepsi Guru Sekolah Dasar Negeri terhadap

Pembelajaran Kurikulum 2013 Kabupaten Jepara” ini disusun untuk memenuhi

sebagian syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan.

Peneliti menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak lepas dari peran serta berbagai pihak yang mendukung dan membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini perkenankanlah peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya atas bantuan dan perannya pada penyelesaian skripsi ini, yaitu kepada : 1. Rektor IKIP PGRI Semarang, Dr. Muhdi, SH., M. Hum., yang telah memberi

kesempatan kepada peneliti menuntut ilmu di IKIP PGRI Semarang.

2. Dr. M. Th. S. R. Retnaningdyastuti, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian.

3. Drs. Djariyo, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan bimbingan yang telah menyetujui skripsi peneliti.

4. Drs.R.Soeyono, M.Pd. Pembimbing I yang telah mengarahkan penulis dengan penuh ketekunan dan kecermatan dan Ibu Qoriati Mushafanah, M.Pd. Pembimbing II yang telah membimbing peneliti dengan dedikasi yang tinggi. 5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang

(7)

6. Kepala Sekolah Dasar dI Kabupaten Jepara yang telah mengizinkan peneliti melakukan penelitian di instansi yang dipimpinnya.

7. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan hingga selesai dalam pembuatan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, mengingat segala keterbatasan yang peneliti miliki. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan dan terima.

Akhirnya peneliti berharap dan berdoa semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat serta menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi semua pihak.

Semarang, 01 Maret 2014 Peneliti

(8)

ABSTRAK

Ahmad Shofa. NPM 10120402 “Persepsi Guru Sekolah Dasar Negeri Terhadap Pembelajaran Kurikulum 2013 Kabupaten Jepara”. Skripsi. Program

Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. IKIP PGRI Semarang. 2013.

Kurangnya pemahaman guru sekolah dasar dalam penilaian yang direkomendasikan dalam Kurikulum 2013 akan berpengaruh pada persepsi guru terutama dalam hal langkah-langkah penilaian autentik. Persepsi guru dalam pembelajaran Kurikulum 2013, terutama dalam penilaian autentik yang menjadi penekanan dalam Kurikulum 2013.

Permasalahan yang diungkap dalam penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran persepsi guru sekolah dasar negeri yang sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013 terhadap langkah-langkah penilaian unjuk kerja di Kabupaten Jepara? Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran persepsi guru sekolah dasar negeri terhadap langkah-langkah penilaian unjuk kerja di Kabupaten Jepara.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Jepara. Fokus penelitian ini adalah difokuskan pada “persepsi guru sekolah dasar negeri terhadap langkah-langkah penilaian autentik unjuk kerja di Kabupaten Jepara. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuosioner (angket), wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data dengan pendekatan kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi guru sekolah dasar negeri yang sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013 di Kabupaten Jepara terhadap perencanaan penilaian unjuk kerja adalah mendekati sangat baik, pelaksanaan penilaian unjuk kerja adalah mendekati sangat baik, pelaporan penilaian unjuk kerja adalah mendekati sangat baik, acuan kualitas tugas untuk penilaian unjuk kerja adalah sangat baik, dan kriteria rubrik penilaian unjuk kerja adalah sangat baik.

Saran yang dapat peneliti samapaikan hendaknya guru-guru sekolah dasar di Kabupaten Jepara memiliki bahan referensi dan mengikuti sejumlah kegiatan yang mendukung terkait dengan adanya Kurikulum 2013 sehingga dalam implementasinya di lapangan dapat berjalan secara optimal.

(9)

DAFTAR ISI

SAMPUL LUAR ... i

SAMPUL DALAM ... ii

PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Penegasan Istilah ... 9

BAB II KAJIAN TEORI ... 11

A. Tinjauan Umum tentang Persepsi ... 11

1. Pengertian Persepsi ... 11

(10)

B. Tinjauan Umum tentang Guru ... 14

1. Pengertian guru ... 14

2. Tugas guru ... 14

C. Tinjauan Umum tentang Pengetahuan ... 16

1. Pengertian Pengetahuan ... 16

2. Sumber Pengetahuan ... 17

D. Tinjauan Umum tentang Pembelajaran ... 18

E. Tinjauan tentang Kurikulum ... 19

F. Tinjauan Umum tentang Integrasi ... 20

1. Pengertian Integrasi ... 20

2. Kurikulum Integrasi ... 20

G. Tinjauan Umum tentang Penilaian ... 21

1. Pengertian Penilaian ... 21

2. Penilaian menurut Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013tentang Standar Penilaian Penilaian Pendidikan ... 22

H. Tinjauan Umum tentang Penilaian Autentik ... 23

1. Pengertian Penilaian Autentik ... 23

2. Penilaian Autentik dalam Kurikulum 2013... 23

3. Ciri-Ciri Penilaian Autentik ... 25

4. Karakteristik Penilaian Autentik ... 25

5. Prinsip Penilaian Autentik ... 26

6. Jenis-Jenis Penilaian Autentik... 27

(11)

1. Pengertian Penilaian Unjuk Kerja ... 28

2. Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Unjuk Kerja ... 29

J. Langkah-Langkah Penilaian Unjuk Kerja ... 30

K. Instrumen Penilaian Unjuk Kerja ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 33

A.Pendekatan Penelitian ... 33

B.Setting Penelitian ... 33

C.Data dan Sumber data ... 34

D.Metode Pengumpulan Data ... 35

E. Pengecekan Keabsahan Data ... 37

F. Teknik Analisa Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A.Deskripsi Data ... 45

1. Identitas Responden ... 45

2. Kategori Persepsi ... 54

3. Kategori Perencanaan Penilaian Unjuk Kerja ... 75

4. Kategori Pelaksanaan Penilaian Unjuk Kerja ... 103

5. Kategori Pelaporan Penilaian Unjuk Kerja ... 125

6. Kategori Acuan Kualitas Tugas Untuk Penilaian Unjuk Kerja ... 143

7. Kategori Kategori Kriteria Rubrik Penilaian Unjuk Kerja ... 162

B.Temuan Hasil Penelitian ... 173

1. Kategori persepsi ... 173

(12)

3. Kategori Pelaksanaan Penilaian Unjuk Kerja ... 178

4. Kategori Pelaporan Penilaian Unjuk Kerja ... 180

5. Kategori Acuan Kualitas Tugas Untuk Penilaian Unjuk Kerja ... 182

6. Kategori Kriteria Rubrik Penilaian Unjuk Kerja ... 184

C.Pembahasan ... 186

1. Persepsi ... 187

2. Perencanaan Penilaian Unjuk Kerja ... 187

3. Pelaksanaan Penilaian Unjuk Kerja ... 187

4. Pelaporan Penilaian Unjuk Kerja ... 187

5. Acuan Kualitas Tugas Untuk Penilaian Unjuk Kerja ... 188

6. Kriteria Rubrik Penilaian Unjuk Kerja ... 188

BAB V PENUTUP ... 188

A. Simpulan ... 188

B. Saran ... 190

C. Keterbatasan Penelitian ... 190

DAFTAR PUSTAKA ... 191

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Analisis Validitas Dan Realibilitas Instrumen Penelitian ... 38 Tabel 2 Data Hasil Penelitian Kategori Identitas Responden ... 45 Tabel 3 Data Hasil Penelitian Kategori Persepsi ... 54 Tabel 4 Data Hasil Penelitian Kategori Perencanaan

Penilaian Unjuk Kerja ... 75 Tabel 5 Data Hasil Penelitian Kategori Pelaksanaan Penilaian Unjuk

Kerja ... 103 Tabel 6 Data Hasil Penelitian Kategori Pelaporan Penilaian Unjuk

Kerja ... 125 Tabel 7 Data Hasil Penelitian Kategori Acuan Kualitas Tugas Untuk

Penilaian Unjuk Kerja ... 144 Tabel 8 Data Hasil Penelitian Kategori Kriteria Rubrik Penilaian

Unjuk Kerja ... 162 Tabel 9 Skor Jawaban 45 Responden Kategori Persepsi ... 173 Tabel 10 Skor Jawaban 45 Responden Kategori Perencanaan Penilaian

Unjuk Kerja ... 176 Tabel 11 Skor Jawaban 45 Responden Kategori Pelaksanaan Penilaian

Unjuk Kerja ... 178 Tabel 12 Skor Jawaban 45 Responden Kategori Pelaporan Penilaian

Unjuk Kerja ... 180 Tabel 13 Skor Jawaban 45 Responden Kategori Acuan Kualitas Tugas

Untuk Penilaian Unjuk Kerja ... 182 Tabel 14 Skor Jawaban 45 Responden Kategori Kriteria Rubrik

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Analisis Data ... 43

Gambar 2 Kriterium Kategori Persepsi ... 175

Gambar 3 Kriterium Kategori Perencanaan Penilaian Unjuk Kerja ... 177

Gambar 4 Kriterium Kategori Pelaksanaan Penilaian Unjuk Kerja ... 180

Gambar 5 Kriterium Kategori Pelaporan Penilaian Unjuk Kerja ... 182

Gambar 6 Kriterium Kategori Acuan Kualitas Tugas Untuk Penilaian Unjuk Kerja ... 184

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengkodean Data Hasil Penelitian ... 193

Lampiran 2 Pengkodean Uji Instrumen Penelitian ... 200

Lampiran 3 Catatan Lapangan ... 208

Lampiran 4 Lembar Wawancara ... 210

Lampiran 5 Pernyataan Keaslian Tulisan ... 216

Lampiran 6 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 217

Lampiran 7 Surat Keterangan Sudah Mendapatkan Pengetahuan Kurikulum 2013 ... 227

Lampiran 8 Surat Pernyataan Keabsahan Data ... 237

Lampiran 9 Daftar Nama Responden ... 247

Lampiran 10 Tabulasi Keabsahan Data ... 250

Lampiran 11 Tabulasi Data Uji Instrumen Penelitian ………. 295

Lampiran 12 Rekapitulasi Proses Bimbingan Skripsi Pembimbing I ... 298

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Ada tiga variabel utama yang sering berkaitan dalam strategi pelaksanaan pendidikan di sekolah. Ketiga variabel tersebut adalah kurikulum, guru, dan pengajaran atau proses belajar dan mengajar. Guru menempati ruang sentral, sebab perannya sangat menentukan. Guru harus mampu menerjemahkan dan menjabarkan nilai-nilai yang terdapat pada kurikulum, kemudian mentransformasikan nilai-nilai tersebut kepada siswa melalui pengajaran di sekolah (Sudjana, Nana 2009: 1).

Dengan adanya pembelajaran di sekolah akan terjadi proses komunikasi transaksional antara guru dan siswa dimana dalam proses tersebut bersifat timbal balik. Guru diharapkan mampu mengetahui perilaku belajar siswa yang sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek didalam dirinya dan lingkungannya. Kedua aspek tersebut tidak dapat dipisahkan karena dalam pembelajaran terjadi interaksi diri siswa dengan lingkungannya.

Menurut Piaget dalam Husamah (2013: 48), bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu : (1) Sensory motor, (2) Pre operational, (3)

Concrete operational, dan (4) Formal operational.

(17)

Pre operational (2-7 tahun) tampak kemampuan berbahasa, berkembang pesat penguasaan konsep. Bayi belum mampu berfikir konseptual namun perkembangan kognitif telah dapat diamati.

Concrete operational (7-11 tahun) berkembang daya mampu anak berfikir logis untuk memecahkan masalah konkret, konsep dasar benda, jumlah waktu, ruang, kausalitas.

Formal operational (11-15 tahun) kecakapan kognitif mencapai puncak perkembangan. Anak mampu memprediksi, berfikir tentang situasi hipotesis, tentang hakikat berfikir serta mengapresiasi struktur bahasa dan berdialog. Sarkasme, bahasa gaul, mendebat, berdalih adalah sisi bahasa remaja cerminan kecakapan berfikir abstrak dalam/melalui bahasa (Husamah, 2013: 48).

Dengan memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu : konkrit, integratif, dan hierarkis.

(18)

belakang tidak mampu secara ekonomi maupun intelektual (Ibnu Hajar, 2013: 29-30).

Pembelajaran yang direkomendasikan dalam Kurikulum 2013 adalah pembelajaran tematik-integratif. Menurut Sutirjo dan Sri Istuti Mamik dalam Mulyoto (2013: 118), “pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang

mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema pembahasan”.

Integrasi tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar secara parsial. Dengan demikian pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia. Kemendikbud (2013) dalam Mulyoto (2013: 118)

Secara sederhana, kurikulum tematik dapat diartikan sebagai kurikulum yang memuat konsep pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada para peserta didik.

Gambaran umum mengenai kurikulum tematik sangat penting diketahui oleh seluruh praktisi pendidikan dan semua pihak yang memiliki kepentingan terhadap pendidikan. Hal tersebut disebabkan oleh kurikulum tematik merupakan

kurikulum “baru” dan “asing” di dunia pendidikan Indonesia. Selain alasan itu,

(19)

ini jauh lebih menarik bagi para peserta didik di sekolah, termasuk juga bagi para guru.

Kurikulum tematik menerapkan pembelajaran tema-tema yang jauh lebih aktual dan kontekstual dalam kehidupan sehari-hari. Artinya, penerapan kurikulum tematik pada dasarnya adalah penerapan konsep pembelajaran yang menggunakan tema dalam kontekstualisasi beberapa materi pelajaran. Cara ini akan membuat para peserta didik menemukan pengalaman nyata yang sangat bermakna, khususnya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan materi pelajaran.

Akan tetapi, pada kenyataannya, masih banyak pihak dari kalangan pendidikan yang belum mengetahui kurikulum tematik, baik dari segi pengertian, manfaat, prinsip penentuan tema dalam kurikulum tematik (Hajar, Ibnu 2013: 20). Seperti yang di tegaskan oleh Hidayat dalam Husamah (2013: 31), saat ini, yang jauh lebih penting adalah guru sebagai ujung tombak bahkan bisa menjadi ujung tombak serta garda terdepan dalam pelaksanaan kurikulum. Oleh karena itu, betapa pentingnya kesiapan guru dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 selain kompetensi, komitmen, dan tanggung jawabnya yang harus terjaga. Kompetensi guru bukan saja menguasai apa yang harus dibelajarkan (content),

tetapi bagaimana membelajarkan siswa yang menantang, menyenangkan, memotivasi, menginspirasi, dan memberi ruang kepada siswa untuk melakukan keterampilan proses yaitu mengobservasi, bertanya, mencari tahu, dan merefleksi.

(20)

dan hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, guru harus mengadakan evaluasi (Husamah, 2013: 108).

Penilaian atau evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu. Instrumen penilaian dapat berupa tes tertulis, tes lisan, lembar pengamatan, pedoman wawancara, tugas rumah, dan sebagainya (Husamah, 2013: 117).

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh dalam Husamah (2013: 29), mengatakan bahwa standar penilaian pada kurikulum baru tentu berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Mengingat tujuannya untuk mendorong siswa aktif dalam tiap materi pembelajaran, maka salah satu nilai komponen siswa adalah jika si anak banyak bertanya. Selain keaktifan bertanya, komponen lain yang akan masuk dalam standar penilaian adalah proses dan hasil observasi siswa terhadap suatu masalah yang diajukan guru. Kemudian, kemampuan siswa menalar suatu masalah juga menjadi komponen penilaian sehingga anak diajak untuk berfikir logis. Hal yang terakhir adalah kemampuan anak berkomunikasi melalui presentasi mengenai tema yang dibahas.

(21)

penilaian pendidikan ini disusun sebagai acuan penilaian bagi pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah pada satuan pendidikan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Menurut Permendikbud tersebut standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup penilaian autentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah.

Assesmen otentik adalah asesmen yang melibatkan siswa didalam tugas-tugas otentik yang bermanfaat, penting dan bermakna. Menurut Hibbart, berbagai tipe asesmen otentik adalah; 1) asesmen kinerja, 2) observasi dan pertanyaan, 3) presentasi dan diskusi, 4) proyek dan investigasi, 5) portofolio dan jurnal (Husamah, 2013: 126).

Salah satu penekanan dalam Kurikulum 2013 adalah penilaian autentik

(22)

Dengan persepsi individu dapat menyadari, dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya, dan juga tentang keadaan diri individu yang bersangkutan. Karena dalam persepsi itu merupakan aktifitas yang

integrated, maka seluruh apa yang ada dalam diri individu seperti perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman individu tidak sama, maka dalam mempersepsi suatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu lain. Keadaan tersebut memberikan gambaran bahwa persepsi itu memang bersifat individual (Davidoff dalam Walgito, Bimo 2010: 100).

Maka jelaslah dengan adanya stimulus yang sama mengenai pemahaman pembelajaran Kurikulum 2013, tetapi karena pengalamannya tidak sama, kemampuan berfikir tidak sama, kerangka acuan tidak sama, adanya kemungkinan hasil persepsi antara guru yang satu dengan guru yang lainnya tidak sama dalam memberikan persepsi pembelajaran Kurikulum 2013 atau pembelajaran tematik integratif.

(23)

sekolah dasar yang belum memahami penilaian yang telah direkomendasikan Kurikulum 2013.

Berdasarkan kenyataan dan tuntutan di atas maka peneliti tertarik untuk

mengambil judul “PERSEPSI GURU SEKOLAH DASAR NEGERI

TERHADAP PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 KABUPATEN JEPARA”.

B.Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian difokuskan pada “persepsi guru sekolah dasar negeri terhadap langkah-langkah penilaian autentik unjuk kerja

di Kabupaten Jepara”.

Peneliti tertarik ingin meneliti berbagai persepsi guru sekolah dasar negeri yang sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013 terhadap langkah-langkah penilaian unjuk kerja di Kabupaten Jepara.

Berdasarkan fokus penelitian di atas maka peneliti selaku peneliti dapat merinci rumusan “bagaimanakah gambaran persepsi guru sekolah dasar negeri yang sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013 terhadap langkah-langkah

penilaian unjuk kerja di Kabupaten Jepara?”.

C.Tujuan Penelitian

(24)

Mengetahui bagaimanakah gambaran persepsi guru sekolah dasar negeri yang sudah mendapatkan Kurikulum 2013 terhadap langkah-langkah penilaian unjuk kerja di Kabupaten Jepara.

D.Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi guru dalam pembelajaran Kurikulum 2013.

2. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi wawasan dan pengetahuan khususnya mengenai persepsi guru sekolah dasar terhadap pembelajaran Kurikulum 2013.

3. Bagi FIP atau jurusan PGSD

Menambah referensi dalam penelitian, dan analisis penelitian yang sejenis, serta menunjang bahan dalam perkuliahan.

E.Penegasan Istilah 1. Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Kemudian, penginderaan merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima, yaitu alat indera (Bimo Walgito, 2010: 25).

(25)

2. Guru

Guru adalah sosok yang rela mencurahkan sebagian besar waktunya untuk mengajar dan mendidik siswa, sementara penghargaan dari sisi material, misalnya, sangat jauh dari harapan (Ngainun Naim, 2009: 1).

Dalam penelitian ini guru yang dimaksud adalah guru sekolah dasar negeri yang sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

3. Penilaian autentik

Penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) (Kunandar, 2013: 36).

(26)

BAB II KAJIAN TEORI

A.Tinjauan Umum Tentang Persepsi 1. Pengertian persepsi

a. Persepsi adalah sebuah proses aktif. Perabaan, misalnya, membutuhkan

gerakan sesuatu yang kini kita sebut sebagai “scanning”. Perabaan mencakup

informasi tentang anda (misalnya otot-otot dan sendi-sendi tubuh anda) dan juga tentang apa yang sedang anda sentuh. Kita bisa mengatakan hal yang sama terhadap pendengaran. Kita seharusnya betul-betul menyebutnya mendengar! Suara itu sendiri tentu secara intrinsik bergerak ia terus-menerus berubah. Jika tidak, kita akan berhenti mendengarnya! (C.George Boeree, 2008: 97-98)

(27)

digunakan untuk menerima stimulus dari luar individu. Alat indera tersebut merupakan alat penghubung antara individu dengan dunia luarnya (Branca, 1964; Woodworth dan Marquis, 1957) dalam (Bimo Walgito, 2010: 99-100).

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses aktif yang didahului oleh penginderaan. Proses tidak berhenti pada tahap penginderaan. Stimulus diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak sebagai pusat susunan syaraf dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi, yaitu orang menyadari apa yang diinderanya.

2. Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi

Berkaitan dengan faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan adanya beberapa faktor, yaitu:

a. Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu.

b. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

(28)

c. Perhatian

Untuk menyadari atau mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktifitas individu yang ditunjukkan kepada sesuatu atau sekumpulan objek (Bimo Walgito, 2010: 101).

3. Proses terjadinya persepsi

Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut. Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Perlu dikemukakan bahwa antara objek dan stimulus itu berbeda, tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi satu, misalnya dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai kulit, sehingga akan terasa tekanan tersebut.

(29)

sebenarnya. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk (Bimo Walgito, 2010: 102).

B.Tinjauan Umum Tentang Guru 1. Pengertian guru

a. Guru adalah sosok yang rela mencurahkan sebagian besar waktunya untuk mengajar dan mendidik siswa, sementara penghargaan dari sisi material, misalnya, sangat jauh dari harapan (Ngainun Naim, 2009: 1).

b. Menurut Drs. N.A . Ametembun dalam (Syaiful Bahri Djamarah, 2010: 32), bahwa guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual ataupun klasikal, baik di sekolah maupun diluar sekolah.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimimpulkan bahwa guru adalah sosok yang rela mencurahkan sebagian besar waktunya untuk mengajar dan mendidik siswa serta berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual ataupun klasikal.

2.Tugas guru

(30)

a. Menyusun perencanaan pembelajaran

Guru yang baik harus menyusun perencanaan sebelum melaksanakan pembelajaran di kelas. Proses belajar mengajar yang baik harus didahului dengan persiapan yang baik, tanpa persiapan yang baik sulit rasanya menghasilkan pembelajaran yang baik. Oleh karena itu, sudah seharusnya guru sebelum mengajar menyusun perencanaan atau perangkat pembelajaran. Program atau perencanaan yang harus disusun oleh guru sebelum melakukan pembelajaran antara lain: (1) program tahunan, (2) program semester, (3) silabus, (4) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

b. Melaksanakan program pembelajaran

Melaksanakan program pada dasarnya mengimplementasikan program yang telah disusun dalam proses belajar mengajar di kelas. Hal ini berarti keberhasilan pelaksanaan pembelajaran sangat tergantung dari kualitas pembelajaran yang telah disusun, terutama silabus dan RPP. Dengan perencanaan pembelajaran yang baik, akan menghasilkan pelaksanaan yang baik dan begitu pula sebaliknya.

c. Melaksanakan penilaian hasil belajar

(31)

d. Melakukan analisis hasil belajar

Setelah hasil penilaian diketahui, langkah selanjutnya yang dikerjakan guru adalah melakukan analisis terhadap hasil penilaian peserta didik. Analisi hasil belajar ada dua bentuk, yakni menganalisi keakuratan instrumen yang digunakan untuk melakukan penilaian dan menganalisis tingkat ketuntasan yang dicapai peserta didik.

e. Melaksanakan program tindak lanjut

Setelah melaksanakan analisis hasil belajar kegitan yang harus dilakukan guru adalah melaksanakan program tindak lanjut dengan mengacu pada hasil pemetaan tingkat pencapaian kompetensi peserta didik melalui analisis hasil penilaian (Kunandar, 2013: 3-13).

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa guru adalah tenaga pendidik yang mempunyai tugas utama mengajar, menyusun program pembelajaran, melaksanakan program pembelajaran, melaksanakan penilaian hasil belajar, melakukan analisis hasil belajar, dan melakukan program tindak lanjut.

C.Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan 1. Pengertian pengetahuan

(32)

mendengar, meraba, mengecap, dan mencium, yang semuanya merupakan pengalaman atau hasil dari mengalami lewat indera (Soegeng, 2010: 278). b. Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan

panca indera, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs), takhayul

(supertition), dan penerangan-penerangan yang keliru (misinformations)

(Soekanto, Soerjono 2012: 6).

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah semua hal yang diperoleh lewat indera, atau kenalan, hasil dari pengalaman yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs), takhayul (supertition), dan penerangan-penerangan yang keliru (misinformations).

2. Sumber pengetahuan

Yang dimaksud dengan sumber pengetahuan adalah dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh dan dipertanggungjawabkan kebenarannya. Pengetahuan itu bersumber pada pengalaman, otoritas, penalaran deduktif, penalaran induktif, dan metode ilmiah.

(33)

kebenaran pengetahuan. Metode ilmiah, adalah langkah-langkah pembentukan ilmu yang dapat dipertanggung jawabkan, yang merupakan perpaduan dari penalaran deduktif dan induktif, sebagaimana dipraktikkan dalam penyusunan skripsi untuk S-1, tesis untuk S-2, dan disertasi untuk S-3 (Soegeng, 2012: 278-279).

D.Tinjauan Umum Tentang Pembelajaran

1.Pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan, atau sikap baru pada saat seorang individu beroriantasi dengan informasi dan lingkungan (Sholeh Hidayat: 2013: 146).

2.Menurut Yunanto (2004: 4) dalam Sholeh Hidayat (2013: 146), pembelajaran merupakan pendekatan belajar yang memberi ruang kepada anak untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar.

3.Dalam pemahaman Sardiman,dkk. (1986: 7) dalam Syaiful Bahri Djamarah (2010: 324) pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri anak didik.

4.Miarso (2004: 528) dalam Syaiful Bahri Djamarah (2010: 324)mengatakan bahwa pembelajaran adalah usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang membentuk dirinya secara positif dalam kondisi tertentu. 5.Bagi Gagne dan Briggs (1979: 3) dalam Syaiful Bahri Djamarah

(34)

dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar anak didik yang bersifat internal.

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana agar terjadi proses belajar dalam diri anak didik sehingga dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

E.Tinjauan Tentang Kurikulum

1. Saylor & Alexander dalam Trianto (2011: 14), mendefinisikan bahwa kurikulum adalah segala usaha sekolah dalam rangka mempengaruhi anak untuk belajar, baik dalam ruang kelas maupun di luar sekolah.

2. Harold B. Alberty dalam Trianto (2011: 14), mendefinisikan bahwa kurikulum adalah segala kegiatan oleh sekolah bagi pelajar, kegiatan yang disajikan oleh sekolah ini dibedakan antara kegiatan yang dilakukan di dalam kelas dan di luar kelas, serta kegiatan yang dilakukan di dalam dan luar sekolah.

3. L’loyd dan Miller dalam Trianto (2011: 14), mendefinisikan bahwa kurikulum adalah serangkaian komponen metode belajar mengajar, cara mengevaluasi kemauan siswa dan seluruh perubahan pada tenaga mengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi, administrasi, waktu, jumlah ruang, dan serta pilihan pelajaran.

(35)

mengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi, administrasi, waktu, jumlah ruang, dan serta pilihan pelajaran agar anak mampu belajar dalam ruang kelas maupun di luar sekolah.

F. Tinjauan Umum Tentang Integrasi 1. Pengertian integrasi

a. Poerwadarminta (1997: 326) dalam Trianto (2011: 35), integrasi adalah penyatuan supaya menjadi satu kebulatan atau menjadi utuh.

b. Wedawaty dalam Trianto (2011: 35), integrasi adalah perpaduan, penyatuan, atau penggabungan dua objek atau lebih.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa integrasi adalah perpaduan dua objek atau lebih agar menjadi suatu kebulatan atau menjadi utuh.

2. Kurikulum integrasi (terpadu)

Dalam bentuk kurikulum ini, tidak lagi mengenal mata pelajaran dan tidak lagi mengenal bidang studi, artinya mata pelajaran dan semua bidang studi terintegrasikan dalam bentuk masalah atau unit. Batas-batas antara semua mata-mata pelajaran dan batas-batas bidang studi tidak kelihatan lagi. Jadi semua mata-mata pelajaran telah menjadi suatu kesatuan yang bulat.

(36)

bukanlah penjumlahan dari bagian-bagian, melainkan suatu totalitas yang memiliki maknanya sendiri. Tinjauan ini berasumsi bahwa setiap bagian yang ada dalam keseluruhan itu berada dan berfungsi dalam suatu struktur tertentu (Sholeh Hidayat, 2013: 45).

G.Tinjauan Umum Tentang Penilaian 1. Pengertian penilaian

a. Penilaian dalam pembelajaran tematik dapat diartikan sebagai sebuah usaha yang dilakukan oleh pihak sekolah atau para guru untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh para peserta didik melalui program kegiatan pembelajaran tematik (Ibnu Hajar, 2013: 267).

b. Penilaian adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang telah dicapai (Depdikbud, 1994) dalam Husamah (2013: 116).

c. Penilaian (assessment) adalah istilah umum yang mencakup semua metode yang bisa digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok peserta didik (Husamah, 2013: 117).

(37)

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah kegiatan yang dilakukan guru guna mendapatkan informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai serta untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok peserta didik.

2. Penilaian menurut Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Penilaian Pendidikan

Penialaian dalam Kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Standar Penilaian bertujuan untuk menjamin: (a) perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, (b) pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya; dan (c) pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif. Standar penilaian ini disusun sebagai acuan penilaian bagi pendidik, satuan pendidikan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah.

(38)

kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah (Kunandar, 2013: 49).

H. Tinjauan Umum Tentang Penilaian Autentik 1. Pengertian penilaian autentik

a. Penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) (Kunandar, 2013: 36).

b. Assessment otentik adalah asesmen yang digunakan untuk menggambarkan kondisi siswa yang sebenarnya sesuai dengan fakta atau kenyataan yang ada (Husamah, 2013: 127).

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik sesuai dengan fakta yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian.

2. Penilaian autentik dalam Kurikulum 2013

Salah satu penekanan dalam Kurikulum 2013 adalah penilaian autentik

(39)

secara optimal. Melalui Kurikulum 2013 ini penilaian autentik menjadi penekanan yang serius di mana guru dalam melakukan penilaian hasil belajar peserta didik benar-benar memperhatikan penilaian autentik (Kunandar, 2013: 35).

Dalam Kurikulum 2013 mempertegas adanya pergeseran dalam melakukan penilaian, yakni dari penilaian melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian autentik (mengukur kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil).

Penilaian autentik mengacu pada Penilaian Acuan Patokan (PAP), yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal). Dengan demikian pencapaian kompetensi peserta didik tidak dalam konteks dibandingkan dengan peserta didik lainnya, tetapi dibandingkan dengan standar atau kriteria tertentu, yakni Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dalam penilaian autentik guru melakukan penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL (Kunandar, 2013: 36).

(40)

3. Ciri-ciri penilaian autentik Ciri-ciri penilaian autentik adalah:

a. Harus mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil atau produk.

b. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. c. Menggunakan berbagai cara dan sumber.

d. Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian.

e. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus mencerminkan bagian-bagian kehidupan peserta didik yang nyata setiap hari.

f. Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian peserta didik, bukan keluasannya (kuantitas) (Kunandar, 2013: 38-39).

4. Karakteristik penilaian autentik

Karakteristik authentic assessment adalah sebagai berikut. a. Bisa digunakan untuk sumatif.

b. Mengukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta. c. Berkesinambungan dan terintegrasi.

(41)

5. Prinsip penilaian autentik

Prinsip yang harus diterapkan dalam penilaian otentik adalah sebagai berikut:

a. Penilaian otentik mengacu pada ketercapaian standar nasional (didasarkan pada indikator). Kurikulum dan hasil belajar setiap mata pelajaran memuat tiga kompetensi utama, yaitu kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, dan materi pokok.

b. Penilaian otentik harus menyeimbangkan tiga ranah. Penilaian yang dilakukan cukup memberi cakupan terhadap aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor) secara seimbang. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penilaian berbasis kelas adalah sebagai berikut:

c. Penilaian aspek kognitif lebih mudah bila dibandingkan bila mengukur ranah afektif maupun psikomotor. Proses pengukuran aspek kognitif digunakan dengan cara lisan dan tulisan.

d. Penilaian terhadap aspek afektif yang dilakukan selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, baik didalam maupun diluar kelas.

(42)

f. Penilaian otentik mengukur life skill atau kecakapan hidup merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problem hidup dan kehidupan secara wajar tanpa terasa tertekan.

g. Penilaian otentik menggunakan berbagai alat. Agar tujuan tersebut tercapai guru harus menggunakan berbagai metode dan teknik penilaian yang beragam sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik pengalaman belajar yang dilaluinya (Kunandar, 2013: 127-129).

6. Jenis-jenis penilaian autentik

Menurut Hibbart dalam Kunandar (2013: 126), berbagai tipe asesmen otentik adalah; a) asesmen kinerja, b) observasi dan pertanyaan, c) presentasi dan diskusi, d) proyek dan investigasi, e) portofolio dan jurnal.

Autentik dari segi instrumen (tes tertulis, tes lisan, tes proyek, tes kinerja, dan sebagainya dan autentik dari segi aspek yang yang dinilai (kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan) (Kunandar, 2013: 42).

Beberapa jenis asesmen otentik antara lain: a. Asesmen kinerja (performance assessment)

(43)

b. Asesmen portofolio (portofolio assessment)

Portofolio adalah koleksi/kumpulan dari berbagai keterampilan , ide, minat, dan keberhasilan atau prestasi siswa selama jangka waktu tertentu (Husamah, 2013: 132).

I. Tinjauan umum tentang penilaian unjuk kerja 1. Pengertian penilaian unjuk kerja

a. Penilaian perbuatan atau unjuk kerja adalah penilaian tindakan atau tes praktik yang secara aktif dapat digunakan untuk pengumpulan berbagai informasi tentang bentuk-bentuk perilaku atau keterampilan yang diharapkan muncul dari peserta didik (Kunandar, 2013: 257).

b. Asesmen kinerja adalah asesmen yang bertujuan untuk mengetahui seberapa baik subyek belajar telah mampu mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilannya sesuai dengan sasaran pembelajaran yang telah di tentukan dan berfokus pada penilaian secara langsung, yakni dalam arti langsung apa yang ditampilkan oleh peserta didik dengan mengaitkannya dengan berbagai permasalahan nyata yang dihadapi oleh siswa (Husamah, 2013: 129).

(44)

2. Kelebihan dan kekurangan penilaian unjuk kerja Beberapa kelebihan dari penilaian unjuk kerja adalah: a. Dapat menilai kompetensi yang berupa keterampilan (skill).

b. Dapat digunakan untuk mencocokkan kesesuaian antara pengetahuan mengenai teori dan keterampilan didalam praktik, sehingga informasi penilaian menjadi lengkap.

c. Dalam pelaksanaan tidak ada peluang peserta didik untuk menyontek.

d. Guru dapat mengenal lebih dalam lagi tentang karakteristik masing-masing peserta didik.

e. Memotivasi peserta didik untuk aktif.

f. Mempermudah peserta didik untuk memahami sebuah konsep dari yang abstrak ke konkret.

g. Kemampuan peserta didik dapat dioptimalkan.

h. Melatih keberanian peserta didik dapat mempermudah penggalian ide-ide. i. Mampu menilai kemampuan dan keterampilan kinerja siswa dalam

menggunakan alat dan sebagainya.

j. Hasil penilaian langsung dapat diketahui oleh peserta didik (Kunandar, 2013:259-260).

Sedangkan kelemahan dari penilaian unjuk kerja adalah: a. Tidak semua materi pelajaran dapat dilakukan penilaian ini. b. Nilai bergantung pada hasil kerja.

(45)

d. Waktu terbatas untuk mengadakan penilaian seluruh peserta didik. e. Peserta didik yang kurang mampu akan merasa minder.

f. Karena peserta didik terlalu banyak sehingga sulit untuk melakukan pengawasan.

g. Memerlukan sarana dan prasarana penunjang yang lengkap. h. Memakan waktu yang lama, biaya yang besar, dan membosankan. i. Harus dilakukan secara penuh dan lengkap.

j. Keterampilan yang dinilai melalui tes perbuatan mungkin sekali belum sebanding mutunya dengan keterampilan yang dituntut oleh dunia kerja, karena ilmu pengetahuan dan teknologi selalu lebih cepat daripada apa yang didapatkan di sekolah (Kunandar, 2013: 259-260).

J. Langkah-langkah penilaian unjuk kerja

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penilaian unjuk kerja adalah:

1. Tetapkan KD yang akan dinilai dengan teknik penilaian unjuk kerja beserta indikator-indikatornya.

2. Identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir (output) yang terbaik.

3. Tulislah perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting diperlukan untuk menyelesaikan tugas-tugas dan menghasilkan hasil akhir (output)

(46)

4. Rumuskan kriteria kemampuan yang akan diukur (tidak terlalu banyak sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasi selama peserta didik melaksanakan tugas).

5. Definisikan dengan jelas kriteria kemampuan-kemampuan yang akan diukur, atau karakteristik produk yang dihasilkan (harus dapat diamati). 6. Urutkan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan

yang akan diamati.

7. Kalau ada periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria-kriteria kemampuan yang sudah dibuat sebelumnya oleh orang lain dilapangan (Kunandar, 2013: 261).

K.Instrumen penilaian unjuk kerja

Untuk mengamati penilaian unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrumen lembar pengamatan atau observasi dengan daftar cek (check list) dan skala penilaian (rating scale). Berikut ini penjelasan kedua sebagai alat penilaian unjuk kerja tersebut.

1) Skala penilaian (rating scale)

(47)

2) Daftar cek (check list)

(48)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Bagdan dan Taylor mendifinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Perilaku ini diarahkan pada latar belakang dari individu tersebut secara utuh (Moleong, 20011 : 4).

Sependapat dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller (1986:9) dalam Basrowi dan Suwandi (2008: 21), mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan dalam peristilahannya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.

B.Setting Penelitian

(49)

lokal maupun luar sehingga banyak orang yang tertarik untuk menjadikan Jepara sebagai objek penelitian bidang kepenidikan maupun non kependidikan.

C. Data dan Sumber data

Menurut Lofland dalam Moleong (2011: 157) berpendapat bahwa sumber utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi menjadi:

1. Kata-kata dan tindakan

Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video, pengambilan foto, atau film (Moleong, 2011: 157).

Data primer yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah berupa catatan angket dari responden yang terkait dengan masalah penelitian. Adapun pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini adalah guru Sekolah Dasar Negeri yang sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013 di Kabupaten Jepara.

2. Sumber tertulis

(50)

dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi. (Moleong, 2011:159).

Data sekunder yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah berupa dokumen guru sekolah dasar negeri yang terkait dengan masalah penelitian.

D. Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, proses pengumpulan data akan digunakan metode wawancara, angket, dan dokumentasi.

1. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2013: 199).

Kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan kuesioner ini orang dapat diketahui tentang keadaan/data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya, dan lain-lain (Arikunto, 2013: 42).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan angket yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden.

2. Dokumentasi

(51)

diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan pikiran (Basrowi, 2008: 158).

Guba dan Lincoln (1981: 228) dalam Moleong (2011:216), mendefinisikan sebagai berikut dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record, yang tidak mempersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik.

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokemen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain (Sugiyono, 2013: 329).

Jenis dokumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen foto dan laporan penelitian.

3. Wawancara

(52)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat pengumpulan data yang berupa pedoman wawancara dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara langsung kepada responden.

E. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam bukunya Moleong (2011: 321) keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (realibilitas) menurut versi positifisme dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan paradigma sendiri.

Menurut licoln dan Guba (1981) dan Patton dalam Moleong (2011: 324-325), untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan

(credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).

1. Derajat kepercayaan (credibility)

(53)

mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.

2. Keteralihan (transferability)

Keteralihan sebagai persoalan empiris bergantung pada keamanan, antara konteks pengirim dan penerima. Untuk melakukan pengalihan tersebut seorang peneliti hendaknya mencari dan mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks. Dengan demikian peneliti bertanggung jawab untuk menyediakan data deskriptif secukupnya jika ia ingin membuat keputusan tentang pengalihan tersebut. Untuk keperluan itu peneliti harus melakukan penelitian kecil untuk memastikan usaha memverifikasi tersebut.

3. Kebergantungan (dependability)

Konsep kebergantungan lebih luas daripada reliabilitas. Hal tersebut disebabkan oleh peninjauannya dari segi bahwa konsep itu memperhitungkan segala-galanya, yaitu yang ada pada reliabilitas itu sendiri ditambah faktor-faktor lainnya yang tersangkut. Berdasarkan pengujian validitas dan realibilitas instrumen penelitian dapat disajikan sebagai berikut.

Tabel 1

Analisis Validitas Dan Realibilitas Instrumen Penelitian

Responden

Kategori Identitas Responden

1* 2* 3* 4* 5* 6* 7*

1a 1 0 1 1 1 0 1

(54)
(55)

Kategori Hal-hal yang Diperhatikan Dalam Pelaporan Hasil Penilaian Melalui

Kategori Acuan Kualitas Tugas-tugas Untuk Penilaian Unjuk Kerja

(56)

Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid

*Keterangan : lihat lampiran 2 halaman 200

4. Kepastian (confirmability)

(57)

beberapa orang terhadap pandangan pendapat, dan penemuan seseorang. Dapatkah dikatakan bahwa pengalaman seseorang itu subjektif sedangkan jika disepakati oleh beberapa atau banyak orang, barulah dapat dikatakan objektif. Jadi, objektivitas-subjektivitasnya suatu hal bergantung pada orang seorang.

F. Teknik Analisa Data

Menurut Bogdan dan Biklen (1982) dalam Moleong (2010: 248), analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasi data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis penelitian deskriptif kualitatif yang hanya mengumpulkan, menulis, dan menyimpulkan tanggapan dari sumber yang diperoleh penulis dengan cara memberikan angket dan mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini. Miles dan Huberman (1984) dalam bukunya Sugiyono (2013: 337 ) mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu :

1. Reduksi data

(58)

berlangsung selama penelitian dilakukan dari awal sampai akhir penelitian. Dalam proses reduksi ini peneliti mencari data benar-benar valid.

2. Penyajian data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajiannya antara lain berupa teks naratif, matriks, grafiks, jaringan dan bagan.

3. Penarikan kesimpulan

Dalam tahap ini, peneliti membuat rumusan proposisi yang terkait dengan prinsip logika, mengangkatnya sebagai temuan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan mengkaji secara berulang-ulang terhadap data yang ada, pengelompokan data yang telah terbentuk, dan proposisi yang telah dirumuskan.

Proses analisis data model interaktif menurut Miles dan Huberman dalam bukunya Sugiyono (2013: 338) dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1 Analisis Data

Pengumpulan Data Penyajian Data

(59)

Keterangan:

Keempat komponen tersebut saling interaktif yaitu saling mempengaruhi dan terkait. Pertama-tama peneliti melakukan penelitian di lapangan dengan memberikan angket yang disebut dengan tahap pengumpulan data karena data yang dikumpulkan banyak, maka diadakan reduksi data.

Setelah direduksi kemudian diadakan sajian data, selain itu pengumpulan data juga digunakan untuk penyajian data. Apabila ketiga tahapan tersebut sudah selesai dilakukan, maka ambil suatu keputusan atau verifikasi.

(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Identitas responden

(61)

5e 3 2 1 1,2,3,4,5,6 5 47 4 1

Responden 1b adalah guru GTT kelas I di SD Negeri 1 Robayan. Beliau berjenis kelamin perempuan dan berumur 35 tahun. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

(62)

Responden 1d adalah guru GTT mata pelajaran penjasorkes kelas I-VI di SD Negeri 1 Robayan. Beliau berjenis kelamin laki-laki dan berumur 31 tahun. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

Responden 1e adalah guru GTT mata pelajaran pendidikan agama kelas III, IV, dan V di SD Negeri 1 Robayan. Beliau berjenis kelamin perempuan, berumur 32 tahun. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

Responden 2b adalah guru kelas I di SD Negeri 1 Kalipucang wetan. Beliau berjenis kelamin perempuan, berumur 56 tahun, dan bergolongan IV/a. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

Responden 2c adalah guru kelas IV di SD Negeri 1 Kalipucang wetan. Beliau berjenis kelamin perempuan, berumur 55 tahun, dan bergolongan IV/a. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

Responden 2d adalah guru mata pelajaran penjasorkes kelas I-IV di SD N 1 Kalipucang wetan. Beliau berjenis kelamin laki-laki, berumur 54 tahun, dan bergolongan IV/a. Pendidikan terakhir beliau adalah D2 dan sudah mendapatkan Kurikulum 2013.

(63)

Responden 3c adalah guru kelas IV di SD Negeri Ngetuk. Beliau berjenis kelamin laki-laki, berumur 48 tahun, dan bergolongan III/d. Pendidikan terakhir beliau adalah SLTA dan sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

Responden 3d adalah guru mata pelajaran penjasorkes kelas I-VI di SD Negeri 1 Ngetuk. Beliau berjenis kelamin laki-laki, berumur 50 tahun, dan bergolongan III/b. Pendidikan terakhir beliau adalah SLTA dan sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

Responden 3e adalah mata pelajaan pendidikan agama kelas I-VI di SD Negeri 1 Ngetuk. Beliau berjenis kelamin perempuan, berumur 54 tahun, dan bergolongan IV/a. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

Responden 4a adalah kepala SD Negeri 2 Bangsri dan beliau juga mengajar di kelas IV, V, dan VI. Beliau berjenis kelamin perempuan, berumur 50 tahun, dan bergolongan IV/a. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

Responden 4b adalah guru kelas I di SD Negeri 2 Bangsri. Beliau berjenis kelamin perempuan, berumur 51 tahun, dan bergolongan IV/a. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

Responden 4c adalah guru kelas IV di SD Negeri 2 Bangsri. Beliau berjenis kelamin laki-laki, berumur 30 tahun, dan bergolongan II/b. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

(64)

Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

Responden 4e adalah guru mata pelajaran pendidikan agama kelas IV, V, dan VI di SD Negeri 2 Bangsri. Beliau berjenis kelamin laki-laki, berumur 48 tahun, dan bergolongan II/c. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

Responden 5a adalah kepala SD Negeri 3 Kelet dan beliau juga mengajar di kelas IV, V, dan VI. Beliau berjenis kelamin laki-laki, berumur 53 tahun, dan bergolongan IV/a. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

Responden 5b adalah guru kelas I di SD Negeri 3 Kelet. Beliau berjenis kelamin perempuan, berumur 50 tahun, dan bergolongan IV/a. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan Kurikulum 2013.

Responden 5c adalah guru GTT kelas IV di SD Negeri 3 Kelet. Beliau berjenis kelamin perempuan dan berumur 32 tahun. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan Kurikulum 2013.

Responden 5d adalah guru mata pelajaran penjasorkes kelas V dan VI di SD Negeri 3 Kelet. Beliau berjenis kelamin laki-laki, berumur 32 tahun, dan bergolongan III/a. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

(65)

bergolongan II/c. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan pengewtahuan Kurikulum 2013.

Responden 6a adalah kepala SD Negeri 5 Keling. Beliau juga mengajar di kelas I, II, Dan III. Beliau berjenis kelamin laki-laki, berumur 55 tahun, dan bergolongan IV/a. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

Responden 6b adalah guru kelas I di SD Negeri 5 Keling. Beliau berjenis kelamin perempuan, berusia 50 tahun, dan bergolongan III/c. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

Responden 6c adalah guru kelas IV di SD Negeri 5 Keling. Beliau berjenis kelamin perempuan, berumur 50 tahun, dan bergolongan IV/a. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

Responden 6d adalah guru mata pelajaran penjasorkes kelas I-VI di SD Negeri 5 Keling. Beliau berjenis kelamin laki-laki, berumur 30 tahun, dan bergolongan II/b. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

Responden 6e adalah guru mata pelajaran pendidikan agama kelas I-VI di SD Negeri 5 Keling. Beliau berjenis kelamin perempuan, berumur 45 tahun, dan bergolongan III/a. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

(66)

tahun, dan bergolongan IV/a. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

Responden 7b adalah guru kelas I di SD Negeri 4 Kaligarang. Beliau berjenis kelamin perempuan, berusia 53 tahun, dan bergolongan IV/a. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

Responden 7c adalah guru kelas IV di SD Negeri 4 Kaligarang. Beliau berjenis kelamin laki-laki, berusia 50 tahun, dan bergolongan IV/a. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

Responden 7d adalah guru mata pelajaran penjasorkes kelas IV di SD Negeri 4 Kaligarang. Beliau berjenis kelamin laki-laki, berusia 50 tahun, dan bergolongan IV/a. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

Responden 7e adalah guru mata pelajaran pendidikan agama kelas I-VI di SD Negeri 4 Kaligarang. Beliau berjenis kelamin perempuan, berumur ss tahun, dan bergolongan IV/a. Pendidikan terakhir beliau adalah D2 dan sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

Responden 8a adalah kepala SD Negeri 5 Mulyoharjo. Beliau juga mengajar di kelas IV, V, dan VI. Beliau berjenis kelamin laki-laki, berumur 60 tahun, dan bergolongan IV/a. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

(67)

Pendidikan terakhir beliau adalah D2 dan sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

Responden 8c adalah guru kelas IV di SD Negeri 5 Mulyoharjo. Beliau berjenis kelamin perempuan, berumur 54 tahun, dan bergolongan IV/a. Pendidikan terakhir beliau adalah D2 dan sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

Responden 8d adalah guru mata pelajaran penjasorkes kelas I-VI di SD Negeri 5 Mulyoharjo. Beliau berjenis kelamin perempuan, berumur 50 tahun, dan bergolongan IV/a. Pendidikan terakhir beliau adalah D2 dan sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

Responden 8e adalah guru mata pelajaran pendidikan agama kelas I, III, IV, dan VI di SD Negeri 5 Mulyoharjo. Beliau berjenis kelamin perempuan, berusia 47 tahun, dan bergolongan III/a. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

Responden 9a adalah kepala SD Negeri 1 Panggang. Beliau juga mengajar di kelas VI. Beliau berjenis kelamin perempuan, berusia 55 tahun, dan bergolongan IV/a. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

(68)

Responden 9c adalah guru kelas IV di SD Negeri 1 Panggang. Beliau berjenis kelamin laki-laki, berumur 48 tahun, dan bergolongan IV/a. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

Responden 9d adalah guru mata pelajaran penjasorkes kelas IV, V, dan VI di SD Negeri 1 Panggang. Beliau berjenis kelamin laki-laki, berumur 53 tahun, dan bergolongan IV/a. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan Kurikulum 2013.

Responden 9e adalah guru mata pelajaran pendidikan agama kelas I-VI di SD Negeri 1 Panggang. Beliau berjenis kelamin perempuan, berumur 57 tahun, dan bergolongan IV/a. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

Responden 10b adalah guru GTT kelas I di SD Negeri 2 Robayan. Beliau berjenis kelamin perempuan dan berumur 35 tahun. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

Responden 10c adalah guru kelas IV di SD Negeri 2 Robayan. Beliau berjenis kelamin perempuan, berumur 57 tahun, dan bergolongan IV/a. pendidikan terakhir beliau adalah D2 dan sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

(69)

Redponden 10e adalah guru mata pelajaran pendidikan agama kelas I-VI di SD Negeri 2 Robayan. Beliau berjenis kelamin laki-laki, berumur 59 tahun, dan bergolongan IV/a. Pendidikan terakhir beliau adalah S-1 dan sudah mendapatkan pengetahuan Kurikulum 2013.

2. Kategori persepsi

(70)

5c 1 1 1 1

bayangan (gambaran) merupakan alat yang digunakan dalam proses berpikir”

(item soal nomor 1) adalah setuju. Persepsi Guru Kelas I di SD N 1 Robayan (1b)

terhadap “stimulus sama, namun perasaan yang ditimbulkan oleh stimulus dapat

(71)

senang bukanlah satu-satunya dimensi dari perasaan” (item soal nomor 3) adalah setuju. Persepsi Guru Kelas I di SD N 1 Robayan (1b) terhadap “pengalaman

yang sama akan menimbulkan persepsi yang sama” (item soal nomor 4) adalah

tidak setuju.

Persepsi Guru Kelas IV di SD N 1 Robayan (1c) terhadap “bahasa dan bayangan (gambaran) merupakan alat yang digunakan dalam proses berpikir” (item soal nomor 1) adalah tidak setuju. Persepsi Guru Kelas IV di SD N 1 Robayan (1c) terhadap “stimulus sama, namun perasaan yang ditimbulkan oleh stimulus dapat berbeda-beda satu dengan yang lain” (item soal nomor 2) adalah setuju. Persepsi Guru Kelas IV di SD N 1 Robayan (1c) terhadap “perasaan senang dan tidak senang bukanlah satu-satunya dimensi dari perasaan” (item soal nomor 3) adalah tidak setuju. Persepsi Guru Kelas IV di SD N 1 Robayan (1c)

terhadap “pengalaman yang sama akan menimbulkan persepsi yang sama” (item

soal nomor 4) adalah tidak setuju.

Persepsi Guru Penjasorkes di SD N 1 Robayan (1d) terhadap “bahasa dan

bayangan (gambaran) merupakan alat yang digunakan dalam proses berpikir”

Gambar

Gambar 7 Kriterium Kategori Kriteria Rubrik Penilaian Unjuk Kerja ...
Tabel 1 Analisis Validitas Dan Realibilitas Instrumen Penelitian
Gambar 1  Analisis Data
Tabel 2 Data Hasil Penelitian Kategori Identitas Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah mikroorganisme pada sampel tanah dari lahan perkebunan kakao semi intensif lebih tinggi dibandingkan pada lahan

C Burung Dara Sebagai Hiburan

RUN DOWN BERITA APA KABAR JOGJA RBTVA. Tanggal : 10

Berdasarkan Surat Penetapan Penyedian Barang dan Jasa Nomor: 19/PPBJ/02.12/DPKP/VI/2014, Tanggal 23 Juni 2014, Dengan ini Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Pertanian

Adapun tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui seberapa besar nilai kenaikan tegangan air pori dalam lereng yang menyebabkan runtuhnya lereng, dan untuk mengetahui

Sebanyak 35,8% siswa mengahayati expectancy-task value rendah, Ini berarti siswa memiliki keyakinan yang rendah untuk berhasil dalam tugas-tugas matematika dan

Sehingga penelitian yang telah dilakukan adalah sesuai berdasarkan teori, yaitu dari 3.672 populasi dengan mengambil setiap kelipatan 10 karena kelipatan 10 adalah hasil

April 2000 untuk menilai Tesis Master Sains yang bertajuk "Imej Korporat Telekom Malaysia Berhad: Satu Kajian terhadap Kepuasan Pelanggan dan Kualiti Perkhidmatan"