Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai motivational beliefs berdasarkan expectancy-task value models pada siswa kelas XIIdalam mata pelajaran matematika di SMA “X” Bandung. Mengingat bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di UAN.
Penelitian ini menggunakan teori expectancy-value models dari Pintrich & Schunk (2002). Expectancy mencerminkan beliefs individu tentang kemampuannya untuk berhasil dalam menyelesaikan suatu tugas, sedangkan Value merujuk pada keyakinan yang dimiliki seseorang tentang alasan mereka untuk terlibat dalam suatu tugas.
Responden pada penelitian ini adalah 81 siswa kelas XII IPA SMA “X” Bandung. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode studi deskriptif dengan teknik survey. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur expectancy-task value yang dikembangkan oleh peneliti berdasarkan expectancy-value construct dari Pintrich & Schunk. Alat ukur ini diuji validitasnya dengan menggunakan rumus Rank Spearman dan reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach, juga dengan pengolahan data dengan menggunakan SPSS 11.5. Diperolah 51 item yang diterima dengan validitas berkisar 0.323 sampai 0.829 dengan reliabilitas 0.9388. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa 44.4% siswa menghayati expectancy-task value tinggi, ini berarti siswa memiliki keyakinan yang tinggi untuk berhasil dalam tugas-tugas matematika dan siswa menganggap penting, menyukai serta menganggap matematika ini sangat berguna bagi dirinya. Sebanyak 35,8% siswa mengahayati expectancy-task value rendah, Ini berarti siswa memiliki keyakinan yang rendah untuk berhasil dalam tugas-tugas matematika dan siswa menganggap tidak penting, tidak menyukai serta menganggap matematika ini sebagai pelajaran yang tidak berguna, dan sisanya merupakan variasi dari expectancy tinggi dan task value rendah atau sebaliknya.
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK………iii
KATA PENGANTAR ……….iv
DAFTAR ISI ………... ix
DAFTAR SKEMA………..xiii
DAFTAR TABEL………...xiv
DAFTAR LAMPIRAN………xvi
BAB I PENDAHULUAN ……… 1
1.1 Latar Belakang Masalah ……….. 1
1.2 Identifikasi Masalah ……… 7
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian….. ……… 8
1.4 Kegunaan Penelitian……… 8
1.5 Kerangka Pikir ………. 9
BAB II TINJAUAN TEORITIS ……… 20
2.1 Expectancy ……….. 20
2.1.1 Pengertian Expectancy ……… 20
2.1.2 Aspek-aspek Expectancy ……… 20
2.2 Taskvalue ……….. 21
2.2.1 Pengertian Task value ………….……….. 21
2.2.2 Aspek-aspek Task value ……….. 21
2.3 Model Expectancy-Task value dalam Motivasi ……….. 23
2.4 Remaja………. 29
2.4.1 Pengertian Remaja………. 29
2.4.2 Perkembangan Remaja………. 29
2.4.3 Perkembangan Kognitif Remaja……… 29
2.4.4 Remaja dan Prestasi……….. 31
2.5 Visi dan Misi SMA “X” Bandung……… 31
2.5.1 Visi Sekolah………... 31
2.5.2 Misi Sekolah……….. 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….. 33
3.1 Rancangan Penelitian ………... 33
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ……….. 34
3.2.2 Definisi Operasional ………. 34
3.3 Alat Ukur ……… 36
3.3.1 Kuesioner ……… 36
3.3.2 Prosedur Pengisian ……….. 37
3.3.3 Sistem Penilaian……….. 37
3.3.4 Data Pribadi dan Data Penunjang……… 38
3.3.5 Uji Coba Alat Ukur………. 39
3.3.5.1 Validitas……… 39
3.3.5.2 Reliabilitas……… 40
3.4 Populasi Sasaran dan Teknik Sampling ……… 42
3.4.1 Populasi sasaran……….. 42
3.4.2 Karakteristik populasi………. 42
3.4.3 Teknik Sampling………. 42
3.5 Tehnik Analisis Data ………... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……….. 44
4.1 Gambaran Responden………... 44
4.2 Hasil Penelitian………. 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 63
5.1 Kesimpulan………... 63
5.2 Saran………. 64
5.2.1 Saran Penelitian Lanjutan……….. 64
5.2.2 Saran Guna Laksana……… 65
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi alat ukur……….36
Tabel 3.2 Prosedur pengisian alat ukur………37
Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……… 44
Tabel 4.2 Gambaran responden berdasarkan usia………45
Tabel 4.3 Gambaran responden berdasarkan nilai matematika di raport…… 45
Tabel 4.4 Gambaran responden tentang bantuan orang tua dalam mempelajari Matematika……… 46
Tabel 4.5 Gambaran responden berdasarkan kegiatan belajar kelompok……46
Tabel 4.6 Gambaran responden berdasarkan keikutsertaan les matematika…47 Tabel 4.7 Gambaran ada / tidaknya penekanan figur orang tua atas pentingnya mata pelajaran matematika……... 47
Tabel 4.8 Gambaran ada/tidaknya penekanan figur guru atas pentingnya mata pelajaran matematika ………... 48
Tabel 4.9 Gambaran ada/tidaknya penekanan figur teman atas pentingnya mata pelajaran matematika……….. 48
Tabel 4.10 Gambaran responden berdasarkan pengalaman mengenai hasil nilai matematika di sekolah………. 49
Tabel 4.11 Hasil Derajat Expectancy-Task Value………. 49
Tabel 4.13 Hasil Derajat Aspek-aspek Expectancy……....………...51
Tabel 4.14 Hasil Derajat Aspek-aspek Expectancy tinggi..………...51
Tabel 4.15 Hasil Derajat Aspek-aspek Expectancy rendah.………...52
Tabel 4.16 Hasil Derajat Task Value………..………53
Tabel 4.17 Hasil Derajat Aspek-aspek Task Value ……..………53
Tabel 4.18 Hasil Derajat Aspek-aspek Task Value tinggi...………54
DAFTAR SKEMA
Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran………18
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Kuesioner Expectancy-Value dan Data Pribadi Lampiran II : Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
Lampiran III : Skor Kuesioner Expectancy -Task Value Lampiran IV : Data Penunjang
LAMPIRAN I
KATA PENGANTAR
Saya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha yang sedang menyusun skripsi mengenai Expectancy – Value siswa - siswi kelas XII SMA “X” Bandung terhadap mata pelajaran matematika. Dalam lampiran ini terdapat kuesioner yang berhubungan dengan penelitian ini. Sehubungan dengan kepentingan tersebut, saya sangat mengharapkan kesediaan Saudara untuk meluangkan waktu mengisi kuesioner yang tersedia.
Informasi yang Saudara berikan akan sangat bermanfaat bagi penelitian ini. Oleh karena itu, besar harapan saya agar Saudara dapat mengisi kuesioner ini dengan sungguh-sungguh, sesuai dengan kondisi pribadi Saudara, sehingga informasi yang diperoleh akan menggambarkan kondisi Saudara sesungguhnya. Kerahasiaan identitas dan jawaban Saudara akan kami jaga sebaik-baiknya.
Atas bantuan dan kerjasama Saudara, saya ucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
PETUNJUK KUESIONER BAGIAN I ( EXPECTANCY )
Pada bagian ini terdapat beberapa jenis pernyataan, bacalah setiap pernyataan dengan seksama. Saudara diberi tugas untuk menilai seberapa sesuaikah Saudara dengan isi pernyataan tersebut. Dalam kuesioner ini, pada setiap pernyataan disediakan 5 kemungkinan jawaban yaitu :
S = Sesuai
CS = Cukup Sesuai R = Ragu-ragu KS = Kurang Sesuai TS = Tidak Sesuai
Pilihlah salah satu jawaban dengan spontan dan jangan ada nomor yang terlewatkan. Berilah tanda silang (X) di kolom yang telah tersedia di depan setiap pernyataan yang mewakili jawaban Saudara. Usahakan untuk tidak memilih jawaban Ragu-ragu (R), kecuali jika Saudara benar-benar bingung dan ragu untuk memilih jawaban yang lainnya. Perlu diperhatikan bahwa semua jawaban Saudara dianggap benar.
Contoh :
No PERNYATAAN TS KS R CS S
1. Mudah mempelajari matematika X
Bacalah pernyataan-pernyataan dengan teliti dan bijaksana tanpa ada yang terlewati, serta isilah semua pernyataan dengan segera.
KUESIONER EXPECTANCY
No. PERNYATAAN TS KS R CS S
1 Saya berharap dapat mengerjakan tugas-tugas matematika dengan baik.
2 Saya yakin akan mampu menyelesaikan tugas-tugas matematika dengan baik.
3 Matematika adalah mata pelajaran yang tidak terlalu sulit, jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain. 4 Saya dapat mengerjakan tugas-tugas matematika tanpa
kesulitan.
5 Saya yakin memiliki kemampuan yang baik dalam bidang matematika.
6 Saya tidak menemukan kesulitan yang berarti dalam mengerjakan tugas-tugas matematika.
7 Saya dapat menyelesaikan sebagian besar persoalan matematika sekalipun tingkat kesulitannya tinggi. 8 Saya yakin mampu mendapatkan nilai yang baik dalam
mata pelajaran matematika.
9 Saya mudah untuk mempelajari rumus-rumus matematika.
10 Saya dapat berprestasi optimal dalam mata pelajaran matematika.
siswa lain.
12 Saya rasa pekerjaan rumah / tugas-tugas mata pelajaran matematika yang diberikan guru tidaklah sulit.
13 Saya yakin dapat memperoleh nilai matematika yang melewati standar kelulusan UAN.
14 Saya yakin bisa mendapatkan nilai yang lebih baik dalam bidang matematika, jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain.
15 Saya rasa matematika adalah pelajaran yang mudah. 16 Saya yakin akan mendapatkan nilai yang baik dalam
ulangan matematika mendatang.
17 Saya yakin dapat meningkatkan kemampuan dalam bidang matematika.
18 Saya yakin akan dapat meningkatkan prestasi pada pelajaran matematika.
19 Saya yakin dapat memahami materi pelajaran matematika yang diberikan di sekolah.
20 Saya berpeluang mendapatkan nilai matematika yang memuaskan karena usaha yang telah saya lakukan. 21 Saya yakin dapat mengerjakan ujian dengan baik. 22 Saya berharap mendapatkan nilai matematika yang lebih
baik dibandingkan dengan siswa lain.
23 Saya yakin mampu menyelesaikan pekerjaan rumah (PR) matematika tanpa bekerjasama.
PETUNJUK KUESIONER BAGIAN II ( VALUE )
Pada bagian ini terdapat beberapa jenis pernyataan, bacalah setiap pernyataan dengan seksama. Saudara diberi tugas untuk menilai seberapa setujukah Saudara dengan isi pernyataan tersebut. Dalam kuesioner ini, pada setiap pernyataan disediakan 5 kemungkinan jawaban yaitu :
S = Setuju
CS = Cukup Setuju R = Ragu-ragu KS = Kurang Setuju TS = Tidak Setuju
Pilihlah salah satu jawaban dengan spontan dan jangan ada nomor yang terlewatkan. Berilah tanda silang (X) di kolom yang telah tersedia di depan setiap pernyataan yang mewakili jawaban Saudara. Usahakan untuk tidak memilih jawaban Ragu-ragu (R), kecuali jika Saudara benar-benar bingung dan ragu untuk memilih jawaban yang lainnya. Perlu diperhatikan bahwa semua jawaban Saudara dianggap benar.
Contoh :
No PERNYATAAN TS KS R CS S
1. Saya menyukai matematika X
Bacalah pernyataan-pernyataan dengan teliti dan bijaksana tanpa ada yang terlewati, serta isilah semua pernyataan dengan segera.
KUESIONER VALUE
No. PERNYATAAN TS KS R CS S
25 Saya yakin sangat penting mendapatkan nilai yang baik dalam mata pelajaran matematika.
26 Saya rasa mengerjakan tugas-tugas matematika adalah hal yang mengasyikan.
27 Saya yakin pelajaran matematika di SMA berguna untuk hal-hal yang ingin saya kerjakan setelah lulus.
28 Saya rela untuk mengesampingkan hobi saya demi mempelajari matematika.
29 Saya yakin penting untuk mempelajari segala hal yang berkaitan dengan matematika.
30 Saya sangat menyukai matematika.
31 Saya yakin pelajaran matematika di SMA berguna untuk kehidupan sehari-hari diluar sekolah.
32 Saya rela menghabiskan banyak waktu untuk matematika daripada hal lainnya.
33 Saya merasa penting untuk memahami pelajaran matematika ini.
34 Saya menyukai salah satu sub bab dalam mata pelajaran matematika.
35 Saya yakin materi dalam mata pelajaran matematika ini berguna untuk dipelajari.
37 Saya rasa penting untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan matematika. 38 Saya senang memecahkan masalah yang melibatkan
matematika.
39 Saya yakin mempelajari matematika berguna untuk mencapai cita-cita saya.
40 Saya rela untuk tidak bermain demi mengerjakan PR matematika.
41 Saya rasa penting untuk lulus dalam UAN matematika. 42 Saya tertarik untuk belajar matematika lebih banyak pada
orang-orang yang lebih ahli.
43 Saya dapat menggunakan apa yang saya pelajari dalam matematika untuk pelajaran lainnya.
44 Saya yakin dengan mempelajari matematika berarti memanfaatkan waktu secara tepat.
45 Saya rasa sangat penting untuk mempelajari matematika lebih dalam.
46 Saya tertarik untuk mengikuti perlombaan-perlombaan matematika.
47 Saya rasa pelajaran matematika di SMA berguna untuk pekerjaan saya nanti.
48 Saya rela melakukan usaha yang lebih keras untuk berhasil dalam mata pelajaran matematika.
49 Saya rasa penting untuk mengerjakan tugas-tugas matematika.
DATA PRIBADI
Nama (Inisial) : Jenis kelamin :
Usia :
Kelas :
---
INSTRUKSI :
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan sejujur – jujurnya sesuai dengan keadaan Saudara. Berilah tanda silang (X) pada huruf yang sesuai dengan jawaban Saudara.
1. Nilai matematika terakhir di raport : a. < 5.00
b. 5.00 (rata –rata kelas) c. > 5.00
2. Apakah orang tua saudara membantu saudara dalam mempelajari matematika?
3. Apakah saudara sering melakukan kerja kelompok mengenai matematika dengan teman-teman saudara atau dengan orang-orang yang ahli dalam bidang matematika?
a. ya b. tidak
4. Apakah saudara mengikuti les matematika ataupun pelajaran tambahan matematika?
a. ya b. tidak
5. Apakah orang tua saudara selalu menekankan pentingnya matematika bagi diri saudara?
a. ya b. tidak
6. Apakah guru saudara selalu menekankan pentingnya matematika bagi diri saudara?
7. Apakah teman-teman saudara selalu menekankan pentingnya matematika bagi diri saudara?
a. ya b. tidak
8. Bagaimana pengalaman saudara mengenai nilai-nilai mata pelajaran matematika?
a. sering mengalami kegagalan / mendapatkan nilai yang kurang memuaskan
LAMPIRAN II
Lampiran 2.1 : Hasil Validitas Kuesioner Expectancy-Value
Lampiran 2.1
VALIDITAS EXPECTANCY
Expectancy for success
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Task Specific Self Concept
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Perception of Task Difficulty
ITEM3 ITEM6 ITEM9 ITEM12 ITEM15 TOTAL3 ITEM3 1.000 .437(**) .291(**) .286(**) .361(**) .673(**)
. .000 .008 .010 .001 .000
81 81 81 81 80 81
ITEM6 .437(**) 1.000 .420(**) .349(**) .410(**) .658(**)
.000 . .000 .001 .000 .000
81 81 81 81 80 81
ITEM9 .291(**) .420(**) 1.000 .470(**) .281(*) .691(**)
.008 .000 . .000 .012 .000
81 81 81 81 80 81
ITEM12 .286(**) .349(**) .470(**) 1.000 .477(**) .759(**)
.010 .001 .000 . .000 .000
81 81 81 81 80 81
ITEM15 .361(**) .410(**) .281(*) .477(**) 1.000 .696(**)
.001 .000 .012 .000 . .000
80 80 80 80 80 80
TOTAL3 .673(**) .658(**) .691(**) .759(**) .696(**) 1.000
.000 .000 .000 .000 .000 .
81 81 81 81 80 81
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
VALIDITAS VALUE
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Intrinsic Value
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Utility Value
ITEM27 ITEM31 ITEM35 ITEM39 ITEM43 ITEM47 TOTAL6 ITEM27 1.000 .569(**) .607(**) .486(**) .307(**) .565(**) .778(**)
. .000 .000 .000 .005 .000 .000
81 81 81 81 81 81 81
ITEM31 .569(**) 1.000 .519(**) .522(**) .260(*) .596(**) .801(**)
.000 . .000 .000 .019 .000 .000
81 81 81 81 81 81 81
ITEM35 .607(**) .519(**) 1.000 .332(**) .388(**) .486(**) .691(**)
.000 .000 . .002 .000 .000 .000
81 81 81 81 81 81 81
ITEM39 .486(**) .522(**) .332(**) 1.000 .340(**) .521(**) .719(**)
.000 .000 .002 . .002 .000 .000
81 81 81 81 81 81 81
ITEM43 .307(**) .260(*) .388(**) .340(**) 1.000 .356(**) .557(**)
.005 .019 .000 .002 . .001 .000
81 81 81 81 81 81 81
ITEM47 .565(**) .596(**) .486(**) .521(**) .356(**) 1.000 .829(**)
.000 .000 .000 .000 .001 . .000
81 81 81 81 81 81 81
TOTAL6 .778(**) .801(**) .691(**) .719(**) .557(**) .829(**) 1.000
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .
81 81 81 81 81 81 81
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Costs Belief ITEM28 ITEM32 ITEM36 ITEM40 ITEM44 ITEM48 TOTAL7 ITEM28 1.000 .683(**) .223(*) .578(**) .240(*) .249(*) .774(**)
. .000 .045 .000 .031 .025 .000
81 81 81 81 81 81 81
ITEM32 .683(**) 1.000 .148 .532(**) .261(*) .252(*) .739(**)
.000 . .187 .000 .019 .023 .000
81 81 81 81 81 81 81
ITEM36 .223(*) .148 1.000 .291(**) .415(**) .368(**) .544(**)
.045 .187 . .008 .000 .001 .000
81 81 81 81 81 81 81
ITEM40 .578(**) .532(**) .291(**) 1.000 .295(**) .313(**) .774(**)
.000 .000 .008 . .007 .004 .000
81 81 81 81 81 81 81
ITEM44 .240(*) .261(*) .415(**) .295(**) 1.000 .067 .545(**)
.031 .019 .000 .007 . .552 .000
81 81 81 81 81 81 81
ITEM48 .249(*) .252(*) .368(**) .313(**) .067 1.000 .531(**)
.025 .023 .001 .004 .552 . .000
81 81 81 81 81 81 81
TOTAL7 .774(**) .739(**) .544(**) .774(**) .545(**) .531(**) 1.000
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .
81 81 81 81 81 81 81
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
51 0.470 DITERIMA
Lampiran 2.2
Reliability
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** _
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
Reliability Coefficients
N of Cases = 79.0 N of Items = 51
LAMPIRAN III
resp 80 56 rendah
resp 79 88 rendah
resp 80 62 rendah
LAMPIRAN V
Hasil Tabulasi Silang Total Skor Expectancy-Task Value Dengan Nilai
5.1 Tabel Tabulasi Silang Expectancy-Task Value Dengan Nilai Matematika (total E-TS)
E-TS
Hasil Tabulasi Silang Total Skor Expectancy-Task Value Dengan Bantuan
5.3 Tabel Tabulasi Silang Expectancy-Task Value Dengan Bantuan Orang Tua
Hasil Tabulasi Silang Total Skor Expectancy-Task Value Dengan Kegiatan Belajar Kelompok
Hasil Tabulasi Silang Total Skor Expectancy-Task Value Dengan Les
5.5 Tabel Tabulasi Silang Expectancy-Task Value Dengan Les Matematika
Hasil Tabulasi Silang Total Skor Expectancy-Task Value Dengan Belief Orang Tua Terhadap Pelajaran Matematika
Hasil Tabulasi Silang Total Skor Expectancy-Task Value Dengan Belief Guru
5.7 Tabel Tabulasi Silang Expectancy-Task Value Dengan Belief Guru
Hasil Tabulasi Silang Total Skor Expectancy-Task Value Dengan Belief Teman Terhadap Pelajaran Matematika
Hasil Tabulasi Silang Total Skor Expectancy-Task Value Dengan Pengalaman
5. 9 Tabel Tabulasi Silang Expectancy-Task Value Dengan Pengalaman (total E-TS)
E-TS
LAMPIRAN VI
Tabulasi Silang antar Aspek Expectancy dan Task Value
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu
pengetahuan dan teknologi, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas untuk
menghadapi persaingan dunia yang semakin berat. Salah satu cara untuk menciptakan
sumber daya manusia yang berkualitas tersebut adalah melalui pendidikan.
Pendidikan dimaksudkan untuk mempersiapkan anak-anak bangsa menghadapi masa
depan dan menjadikan bangsa ini bermartabat diantara bangsa-bangsa lain di dunia
(Media Indonesia, 19 Mei 2005). Melihat pentingnya pendidikan, maka pemerintah
pun berusaha untuk selalu meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan tantangan
zaman.
Secara bertahap dan berkesinambungan, pemerintah melakukan upaya-upaya
peningkatan mutu pendidikan, misalnya dengan memodifikasi kurikulum di pelbagai
jenjang pendidikan, termasuk didalamnya perubahan prosedur Ujian Akhir Nasional
(UAN) yang merupakan standarisasi kelulusan siswa (untuk pendidikan dasar hingga
menengah atas). Saat ini terdapat tiga mata pelajaran yang diujikan dalam UAN, yaitu
bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan matematika yang harus mencapai nilai minimal
4,5 (Depdiknas, 2007). Depdiknas hanya memasukkan tiga mata pelajaran ini
2
dari banyak pelajaran lainnya. Kebijakan terssebut dapat juga dijadikan solusi agar
penyelenggaraan UAN menjadi tidak terlalu berat bagi siswa dengan persiapan
belajar yang cukup lama (www.smu-net.com). Dengan demikian ketiga mata
pelajaran ini menjadi mata pelajaran yang dianggap sangat penting karena
menentukkan kelulusan para siswa. Namun dalam kenyataanya, pada tahun 2006
jumlah siswa SMA di Indonesia yang tidak lulus UAN mencapai 100.000 orang, dan
rata-rata gagal dalam mata pelajaran matematika (www.detik.com).
Melihat fenomena di atas, Menteri Pendidikan Nasional pun menghimbau
kepada para praktisi pendidikan di tiap sekolah agar lebih memperhatikan dan
memfokuskan diri pada ketiga mata pelajaran yang dijadikan UAN tersebut, terutama
mata pelajaran matematika (Kompas, 29 juni 2006). Begitu pula dengan SMA “X”
Bandung sebagai salah satu sekolah swasta, berusaha untuk terus meningkatkan mutu
pendidikan, dalam ketiga mata pelajaran UAN, khususnya matematika. Hal ini
dilakukan agar para siswa SMA “X” Bandung dapat lebih memahami mata pelajaran
matematika, sehingga mereka bisa mendapatkan nilai UAN diatas standar yang telah
ditetapkan sebagai syarat kelulusan.
Usaha yang dilakukan oleh para guru matematika untuk membantu siswa
meningkatkan pemahamannya dalam mata pelajaran matematika ini yaitu dengan
cara membuat siswanya lebih aktif di dalam kelas, lebih banyak memberikan
pekerjaan rumah (PR), dan memberikan latihan-latihan soal. Tetapi pada
3
matematika ini mengalami beberapa hambatan, seperti perilaku siswa yang sering
membolos pada jam pelajaran matematika, usaha yang kurang dalam mempelajari
matematika, dan lain-lain.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah dan guru BP diperoleh
keterangan bahwa sebagian besar (55%) dari para siswa kelas XII SMA “X” pernah
membolos dalam mata pelajaran matematika. Selain itu masih banyak para siswa
yang menyalin pekerjaan rumah temannya, kurang memperhatikan guru saat
mengajar serta banyak siswa yang sering meminta izin untuk keluar kelas dengan
alasan untuk pergi ke kamar mandi. Data jumlah kelulusan siswa kelas XII SMA “X”
Bandung 4 tahun terakhir ini banyak mengalami penurunan. Awalnya, tidak ada
siswa yang tidak lulus setiap tahunnya, namun 4 tahun terakhir ini sebanyak 15-20%
siswa tidak lulus dan hampir semua (85%) gagal dalam mata pelajaran matematika.
Sejalan dengan usaha peningkatan pengajaran pada mata pelajaran
matematika, faktor motivasi (motivational beliefs) dalam diri siswa menjadi faktor
yang sangat penting. Dengan adanya motivasi (motivational beliefs) siswa yang
tinggi dalam mata pelajaran matematika, siswa diharapkan akan menunjukkan hasil
yang optimal di dalam dirinya dan berusaha giat untuk meraih keberhasilan dalam
mata pelajaran matematika ini. Selain itu persepsi siswa terhadap mata pelajaran
matematika ini sangat penting karena para siswa sendiri yang mempelajari mata
pelajaran tersebut. Meskipun pihak sekolah menekankan pentingnya mata pelajaran
4
pelajaran UAN, tetapi apabila siswa menganggap matematika ini tidak penting, tidak
menarik, tidak berguna bagi dirinya ataupun siswa menganggap mata pelajaran ini
sangat sulit, maka ini akan mempengaruhi kesediaan siswa untuk mengerjakan tugas
yang berkenaan dengan mata pelajaran ini yang pada akhirnya akan menentukan
seberapa besar keinginan siswa untuk berprestasi pada mata pelajaran matematika ini.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, Pintrich & Schunk (2002)
mengemukakan teori expectancy-task value model of motivation. Menurutnya,
keyakinan yang terdapat dalam diri seseorang tentang kemampuannya (kapabilitas)
untuk melaksanakan suatu tugas dan berhasil melakukan tugas tersebut dengan baik
disebut expectancy. Bila siswa memiliki keyakinan yang tinggi untuk dapat
mengerjakan dan berhasil dalam mengerjakan tugas-tugas mata pelajaran matematika
ini, maka dapat dikatakan siswa tersebut memiliki expectancy yang tinggi, begitu
pula sebaliknya.
Sedangkan task value merujuk kepada, keyakinan yang dimiliki seseorang
tentang alasan mereka untuk terlibat dalam suatu tugas, mencakup keyakinan siswa
tentang menarik tidaknya, suka tidaknya, penting tidaknya, serta berguna tidaknya
mata pelajaran matematika ini akan membentuk task value siswa terhadap mata
pelajaran ini. Task value siswa terhadap mata pelajaran matematika ini bervariasi,
bila siswa menganggap matematika ini penting, berguna, ataupun menarik, maka task
value siswa terhadap mata pelajaran ini dapat dikatakan tinggi. Sebaliknya apabila
5
ataupun tidak menarik, maka task value siswa terhadap mata pelajaran ini rendah.
Expectancy – task value ini sangatlah penting sebagai prediktor tingkah laku yang
akan dipilih siswa untuk masa depannya, keterlibatannya dalam tugas, ketekunannya
dan actual performance siswa dalam mengerjakan tugas-tugas matematika.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap 10 siswa kelas XII SMA
“X” Bandung mengenai pendapat mereka tentang mata pelajaran matematika ini
didapat data, sebanyak 10 % siswa menganggap mata pelajaran matematika ini
sangat penting dan berguna bagi dirinya karena merupakan dasar dari segala ilmu
(task value tinggi); dalam kehidupan sehari-hari nilai praktis hitungan sangat terasa
manfaatnya, terlebih lagi karena matematika merupakan mata pelajaran yang masuk
dalam UAN. Secara pribadi, dirinya tertarik dengan matematika dan karenanya tidak
ada alasan kuat untuk menghindarinya serta matematika ini tidak sesulit yang
dibayangkan tetapi justru bisa mengasah otak apabila banyak berlatih (expectancy
tinggi). Expectancy – task value yang tinggi ini akan mendorong siswa untuk
mengeluarkan usaha yang besar untuk mengerjakan tugas-tugas yang berkaitan
dengan mata pelajaran tersebut.
Sebanyak 20 % orang siswa menganggap matematika ini merupakan mata
pelajaran yang sangat berguna untuk diri mereka, bahkan untuk masa depan mereka
kelak (task value tinggi). Namun mereka merasa bahwa matematika ini merupakan
mata pelajaran yang sulit. Mereka merasa dirinya kurang memiliki kemampuan yang
6
usaha untuk memahami matematika agar dapat mendapat nilai yang baik, tetapi tetap
saja mereka hampir selalu mendapatkan nilai yang kurang memuaskan. Expectancy
yang rendah disertai dengan task value yang tinggi membuat siswa kurang terdorong
untuk lebih giat dalam mempelajari matematika ini karena kegagalan yang sering
dialaminya.
Sedangkan 20 % siswa lainnya merasa bahwa mereka mampu untuk
mendapatkan nilai yang baik dalam mata pelajaran matematika ini (expectancy
tinggi). Namun menganggap matematika ini sebagai mata pelajaran yang tidak
menarik dan tidak begitu penting (task value rendah). Menurutnya mempelajari
matematika yang begitu kompleks nantinya pun tidak akan berguna, selain karena
kelak dirinya tidak akan melanjutkan kuliah ke jurusan yang mengharuskan banyak
menghitung. Expectancy yang tinggi disertai task value yang rendah ini membuat
siswa menjadi kurang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas-tugas
matematika ini.
Sebanyak 50 % siswa lainnya menganggap matematika merupakan mata
pelajaran yang membosankan, tidak menarik dan tidak penting (task value rendah).
Menurutnya matematika adalah mata pelajaran yang sangat sulit, dan dirinya tidak
sanggup mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru. Menurutnya, hanya
buang-buang waktu saja jika berada di kelas dan memperhatikan guru mengajar, tetap saja
nantinya akan mendapatkan nilai yang kurang memuaskan dalam ujian, karena pada
7
– task value yang rendah dalam mata pelajaran matematika ini membuat siswa
memiliki usaha yang rendah dalam mempelajari dan mengerjakan tugas-tugas
matematika.
Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa idealnya, expectancy – task value
siswa terhadap mata pelajaran matematika ini harus sejalan, sehingga siswa memiliki
usaha yang kuat pula dalam mengerjakan tugas matematika ini.
Dari uraian di atas, dapat dilihat adanya expectancy – task value yang
bervariasi pada siswa yang akan membentuk motivational beliefs yang beragam pada
siswa kelas XII SMA “X” Bandung. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik
untuk meneliti seperti apakah motivational beliefs siswa kelas XII SMA “X”
Bandung berdasarkan expectancy – task value models, terhadap mata pelajaran
matematika.
1.2Identifikasi masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang penelitian,
maka identifikasi masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Seperti apakah
gambaran motivational beliefs siswa kelas XII berdasarkan expectancy – task value
8
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud
Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran
motivational beliefs berdasarkan expectancy – task value models pada siswa
kelas XII SMA “X” Bandung terhadap mata pelajaran matematika.
1.3.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran
komprehensif derajat motivational beliefs berdasarkan expectancy – task
value models serta faktor-faktor yang mempengaruhi expectancy- task value
siswa kelas XII SMA “X” Bandung sehingga dapat memprediksi achievement
behaviournya.
1. 4 Kegunaan Penelitian
1..4. 1. Kegunaan Teoretis
- Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti selanjutnya
mengenai motivational beliefs berdasarkan expectancy – task value models.
- Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan mengenai
motivational beliefs berdasarkan expectancy – task value models bagi
9
1. 4. 2 Kegunaan Praktis
- Memberikan informasi kepada guru dan kepala sekolah, mengenai expectancy -
task value siswa – siswi kelas XII SMA “X” guna kepentingan peningkatan
kualitas metode pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran matematika.
- Memberikan informasi kepada siswa kelas XII SMA “X” Bandung, tentang
kekuatan motivational beliefs sebagai dasar untuk meningkatkan pemahaman,
khususnya melalui pengelolaan expectancy – task value models pada mata
pelajaran matematika.
1.5 Kerangka Pikir
Siswa SMA kelas XII yang rata-rata berusia 17-18 tahun berada pada masa
remaja. Pada masa ini remaja mempersiapkan dirinya untuk memasuki jenjang
pendidikan selanjutnya. Untuk memenuhi hal tersebut, remaja harus menempuh Ujian
Akhir Nasional (UAN) untuk dapat melanjutkan ke tingkat pendidikan berikutnya.
Mata pelajaran yang diujikan dalam UAN ini yaitu bahasa Indonesia, bahasa Inggris,
dan matematika yang harus mencapai nilai minimal 4,5. Matematika merupakan mata
pelajaran yang dianggap lebih rumit dibandingkan kedua mata pelajaran lainnya
(Kompas, 29 juni 2006), oleh karena itu perlu diberikan perhatian khusus terhadap
mata pelajaran matematika ini. Begitu pula dengan SMA “X” ini menyadari
pentingnya matematika sebagai komponen mata pelajaran yang termasuk kedalam
10
siswanya bisa mendapatkan prestasi yang baik dalam mata pelajaran matematika,
karena kebanyakan siswa gagal dalam mata pelajaran ini.
Untuk mewujudkan harapannya ini, para guru dan pihak sekolah lainnya
melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari
matematika ini dengan sungguh-sungguh. Kemampuan, beliefs dan motivasi
memainkan peranan penting dalam mempengaruhi perilaku remaja dalam pencapaian
prestasinya (Eccles, Wigfield, & Schiefele, 1998 dalam Steinberg, 2002).
Kemampuan setiap siswa dalam mempelajari matematika ini berbeda-beda. Cukup
banyak siswa yang berpendapat bahwa matematika ini merupakan mata pelajaran
yang sulit, tetapi ada juga beberapa siswa yang menganggap matematika ini sebagai
mata pelajaran yang masih bisa dipelajari dengan sungguh-sungguh. Siswa-siswa
yang hampir selalu mendapatkan nilai yang kurang memuaskan dalam matematika
ini, menganggap dirinya kurang memiliki kemampuan yang baik pada pelajaran
matematika.
Pintrich & Schunk (2002) dalam Motivational in Education mengemukakan,
motivational beliefs dapat dilihat dari expectancy - task value models. Expectancy
merujuk pada keyakinan seseorang bahwa dirinya memiliki kapabilitas/kemampuan
untuk mengerjakan suatu tugas dan berhasil. Sedangkan task value adalah suatu
keyakinan yang merujuk kepada seberapa penting, bermanfaat, atau seberapa besar
peluang reward atas tugas yang dijalaninya. Apabila seseorang terlibat dalam tugas
11
keyakinan tugas yang dijalaninya itu penting, bermanfaat atau memiliki kandungan
reward, maka akan dapat memprediksi keadaan motivasinya dalam melaksanakan
tugas tersebut.
Pengertian konseptual di atas apabila diterapkan pada mata pelajaran
matematika, maka akan diperoleh paparan berikut : Matematika adalah tugas yang
harus dijalani siswa. Apabila siswa memiliki keyakinan mampu dan berhasil
menyelesaikan tugas itu berarti dirinya memiliki expectancy yang tinggi terhadap
matematika. Sejalan dengan itu, apabila siswa memiliki keyakinan matematika itu
sebagai mata pelajaran penting, bermanfaat atau memiliki kandungan reward, maka
task value siswa atas matematika adalah tinggi. Expectancy tinggi dan task value
tinggi akan memprediksi achievement behaviour siswa.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, komponen expectancy – task value ini
menjelaskan motivational beliefs siswa dalam mengerjakan tugas-tugas mata
pelajaran matematika. Menurut Pintrich & Schunk, expectancy – task value
merupakan komponen penting untuk memprediksi tingkah laku yang akan dipilih
siswa, tanggung jawab siswa terhadap tugas, kesungguhan dalam mengerjakan tugas
dan pencapaian aktual siswa. Siswa yang yakin akan kemampuannya dan percaya
dirinya akan berhasil dalam menyelesaikan tugas-tugas matematika belum tentu akan
bersungguh-sungguh mengerjakan tugas-tugasnya bila siswa tersebut tidak menyukai
atau tidak menganggap bermanfaat. Begitu pula bila siswa menyukai serta
12
untuk mengerjakan tugas-tugasnya, maka siswa akan mengerjakan tugas itu tidak
dengan kesungguhan.
Expectancy ini memiliki tiga aspek, yaitu expectancy for success – harapan
siswa untuk berhasil pada mata pelajaran ini. subkomponen ini lebih berorientasi
pada keyakinan keberhasilan di masa yang akan datang ; Task-specific self concept –
penilaian evaluatif pribadi seseorang mengenai kemampuannya untuk menyelesaikan
tugas-tugas matematika ; serta Perception of task difficulty – persepsi siswa tentang
tingkat kesulitan tugas-tugas dari pelajaran matematika.
Demikian pula, task value memiliki beberapa aspek, yaitu attainment value,
interest, utility value, dan cost belief. Attainment value merujuk kepada seberapa
penting bagi siswa untuk mengerjakan tugas mata pelajaran matematika dengan baik.
Jika seorang siswa merasa tugas matematika ini adalah sesuatu yang penting bagi
dirinya, maka ia akan berusaha sebaik-baiknya untuk mengerjakan tugas tersebut.
Aspek kedua yaitu Interest atau Intrinsic value yaitu kenikmatan/keasyikan
yang dialami siswa saat mengerjakan tugas pelajaran matematika atau ketertarikan
subjektif mereka terhadap isi dari tugas tersebut. Intrinsic value lebih mengarah pada
arti dari mengerjakan sebuah tugas, dan kenikmatan dari proses mengerjakan sebuah
tugas, bukan analisis dari hasil akhir sebuah tugas. Bila intrinsic value tinggi, siswa
akan lebih terlibat dalam tugas, bertahan lebih lama, dan secara intrinsik termotivasi
13
Aspek ketiga dari value adalah Utility value yaitu kegunaan dari tugas-tugas
mata pelajaran matematika bagi siswa dalam hubungannya dengan tujuan-tujuan
masa depan mereka, termasuk tujuan-tujuan karir. Ini merupakan alasan ekstrinsik
mengapa mereka harus atau mau mengerjakan tugas-tugas mata pelajaran ini.
Aspek terakhir dari value yaitu cost belief – merupakan aspek negatif yang
dirasakan dalam mengerjakan tugas-tugas pelajaran matematika. Saat siswa memilih
untuk mengerjakan tugas matematika, ada semacam biaya atau pengorbanan yang
berhubungan, seperti tidak bisa mengerjakan tugas-tugas lain. Menurut Eccles &
Wigfield, costs (biaya atau pengorbanan) mencakup sejumlah usaha yang dirasakan
perlu untuk mengerjakan tugas sebagai upaya untuk mengatasi ketakutan akan
kegagalan.
Dalam komponen motivational yang dimiliki seseorang, terdapat affective
memories, goals, self schemas, dan penilaian siswa terhadap tingkat kesulitan
tugas-tugas matematika. Komponen-komponen tersebut yang nantinya akan memunculkan
expectancy dan task value.Affective memories, yaitu memori akan pengalaman siswa
terhadap pelajaran matematika akan mempengaruhi pembentukan value tinggi
(positif) atau rendah (negatif) terhadap matematika melalui proses classical
conditioning. Bila siswa memiliki pengalaman awal yang gagal dalam mengerjakan
tugas-tugas matematika, dan hal ini terjadi berulang-ulang di kemudian hari, maka
siswa akan mengaktifkan emosi negatif yang sama dengan value positif yang rendah.
14
Komponen lainnya yaitu goals dan self schemas yang meliputi long-term dan
short-term goals. Self schemas mencerminkan beliefs seseorang dan self-concept
dirinya. Setiap siswa memiliki beliefs tentang orang seperti apa atau ingin jadi orang
yang seperti apa dirinya, termasuk beliefs tentang kepribadian dan identitas mereka
sebagaimana self concept mengenai kemampuan atau kompetensi dirinya. Beliefs ini
akan mendorong siswa untuk memilih hal-hal atau kegiatan yang sesuai dan
mendukung self-schemas mereka. Bila siswa ingin mendapat nilai yang tinggi dalam
matematika ini, maka ia akan mengusahakan untuk berhasil mengerjakan tugas-tugas
matematikanya dengan baik. Goals yang ingin dicapai siswa ini dapat dibentuk oleh
self schemas dan self concept-nya.
Komponen terakhir adalah penilaian siswa terhadap tingkat kesulitan proses
pengerjaan tugas-tugas matematika. Hal ini dapat menentukan beliefs siswa apakah
dirinya akan melakukan atau melanjutkan tugas tersebut atau tidak. Penilaian siswa
ini disebut task perception (persepsi mengenai tugas). Bila siswa menghayati
tugas-tugas matematika itu mudah, maka mahasiswa akan mengerjakan dan yakin akan
berhasil mengerjakan/menyelesaikannya, namun bila siswa merasa sulit, maka siswa
tidak akan mengerjakan dengan sungguh-sungguh atau malah menghindarinya dan
kurang yakin untuk berhasil mengerjakannya.
Menurut Pintrich & Schunk, terdapat faktor yang mempengaruhi beliefs
siswa terhadap mata pelajaran matematika. Faktor–faktor tersebut yakni Cultural
15
yaitu Cultural Milieu (Lingkungan Budaya). Lingkungan tempat tumbuh dan
berkembangnya seorang siswa sangat mempengaruhi expectancy – taskvalue. Begitu
pula interaksi yang terjadi dalam lingkungannya tersebut, baik interaksinya dengan
orang tua, teman sebaya, dan orang dewasa lainnya, misalnya guru. Value pun dapat
dilihat sebagai produk dari budaya, lembaga, dan tekanan personal terhadap individu
(Rokeach, 1973).
Faktor yang kedua yaitu dilihat dari sisi sosial. Interaksi siswa kelas XII SMA
“X” Bandung dengan orang tua, peers (teman sebaya), dan orang dewasa lainnya
(seperti guru), dan bagaimana dirinya merasakan lingkungan sosialnya (belief-belief
orang tua, guru, dan peer) akan mempengaruhi belief siswa terhadap mata pelajaran
matematika (Pintrich&Schunk, 2002). Sejak TK atau SD, siswa menghabiskan
waktu bertahun-tahun di sekolah sebagai pendidikan mula yang memberikan
tuntutan-tuntutan untuk mampu menyelesaikan tugas-tugas akademik yang paling
dasar, bersosialisasi dengan guru, dan teman sebaya, aturan-aturan yang harus ditaati,
dan batasan-batasan tingkah laku, termasuk mengendalikan sikap-sikapnya.
Pengalaman siswa di sekolah ini akan berpengaruh kuat terhadap perkembangan
identitas diri, belief siswa terhadap kompetensinya, gambaran terhadap kehidupan
dan kemungkinan karir, relasi sosial dan standar benar atau salah (Santrock, 1998).
Faktor ketiga yaitu past performance events ; pengalaman siswa terhadap
tugas-tugas serta kejadian-kejadian yang berkaitan dengan matematika sebelumnya
16
pengalaman tersebut menyenangkan (positif) dan berulang, misalkan siswa selalu
mendapatkan nilai yang bagus pada tugas-tugas ataupun nilai ulangan sebelumnya,
maka siswa akan memiliki expectancy yang tinggi untuk berhasil pada ulangan
berikutnya, ini akan memotivasi siswa untuk mempertahankan prestasi ini. Sama
halnya bila siswa selalu menadapatkan nilai yang jelek dalam mata pelajaran
matematika ini, maka siswa mungkin akan menganggap dirinya tidak mampu
mengerjakan tugas-tugas matematika tersebut dengan kata lain expectancy nya
rendah. Hal ini akan membuat siswa kurang mau berusaha untuk berhasil dalam
tugas-tugas berikutnya karena mereka merasa akan mengalami kegagalan yang sama
seperti sebelumnya.
Dalam proses kognitif, ketiga faktor tersebut akan dipersepsi dan
diinterpretasikan oleh siswa. Siswa memaknakan kejadian-kejadian berbeda yang
terjadi padanya. Proses interpretasi didorong oleh bentuk atribusi siswa yang dibuat
pada kejadian-kejadian masa lalu dan bagaimana siswa menerima lingkungan sosial
dan budayanya serta bagaimana siswa mempersepsi belief-belief .
Menurut Pintrich & Schunk (2002), komponen expectancy – task value ini akan
memprediksi achievement behaviour (perilaku berprestasi) siswa pada mata pelajaran
matematika ini. Apabila siswa memiliki expectancy - task value yang tinggi maka
motivational beliefs dalam mengerjakan tugas-tugas matematika pun tinggi dan
diprediksikan akan memunculkan achievement behaviour yang kuat. Siswa akan
17
berusaha untuk berhasil menyelesaikannya dengan baik. Sebaliknya jika expectancy
dan task value keduanya rendah atau salah satunya rendah, maka diprediksi akan
memunculkan achievement behaviour yang lemah dalam diri siswa. Siswa akan
enggan untuk mengerjakan tugas-tugas matematika ini dengan sungguh-sungguh.
Motivational beliefs ini akan menentukan tingkah laku seperti apa yang akan dipilih
siswa mengenai hal-hal yang berkenaan dengan matematika, sejauhmana keterlibatan
dan ketekunan siswa dalam mengerjakan tugas-tugas matematika, serta actual
19
1.6 ASUMSI
• Mata pelajaran matematika sebagai salah satu pelajaran utama dalam UAN, sehingga
menuntut siswa untuk memiliki motivational beliefs tertentu untuk menguasai mata
pelajaran tersebut.
• Model expectancy-task value yang didalamnya mengandung keyakinan tentang seberapa
mampu siswa dan seberapa penting makna dari mata pelajaran tersebut, akan menentukan
seberapa besar perilaku berprestasi yang ingin ditampilkan.
• Expectancy siswa terhadap mata pelajaran matematika ini akan ditentukan oleh seberapa
besar keyakinan siswa akan peluang untuk berhasil, penilaian akan self - concept siswa
tentang matematika, dan seberapa besar penilaian akan tingkat kesulitan tugas-tugas
matematika.
• Task value siswa terhadap mata pelajaran matematika ini akan ditentukan oleh seberapa
besar keyakinan siswa akan pentingnya, ketertarikannya, bergunanya mata pelajaran ini,
dan seberapa besar pengorbanan yang dilakukan siswa untuk mengerjakan tugas-tugas
63
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat
ditarik kesimpulan mengenai expectancy-task value siswa kelas XII SMA “X”
Bandung terhadap mata pelajaran matematika, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Sebanyak 44.4% siswa kelas XII SMA “X” Bandung memiliki
expectancy-task value tinggi. Ini berarti siswa memiliki keyakinan yang tinggi untuk
berhasil dalam tugas-tugas matematika dan siswa menganggap penting,
menyukai serta menganggap matematika ini sangat berguna bagi dirinya.
Sesuai dengan teori Pintrich & Schunk (2002), expectancy-task value tinggi
akan memprediksi achievement behavior yang kuat pada mata pelajaran
matematika ini.
2. Sebanyak 35.8% siswa kelas XII SMA “X” Bandung memiliki
expectancy-task value rendah. Ini berarti siswa memiliki keyakinan yang rendah untuk
berhasil dalam tugas-tugas matematika dan siswa menganggap tidak penting,
tidak menyukai serta menganggap matematika ini sebagai pelajaran yang
tidak berguna.
3. Dari semua siswa yang memiliki derajat expectancy-task value tinggi, 62.5 %
64
4. Dari semua siswa yang memiliki pengalaman baik terhadap nilai matematika,
92.9 % siswa diantaranya memiliki expectancy-task value tinggi.
5. Berdasarkan aspek-aspek expectancy siswa kelas XII SMA “X” Bandung,
banyak siswa yang memiliki derajat expectancy for success yang tinggi, dan
cukup banyak yang memiliki aspek task-specific self concept dan perception
of task difficulty yang rendah.
6. Berdasarkan aspek-aspek task value siswa kelas XII SMA “X” Bandung,
hampir semua siswa memiliki utility value tinggi dan banyak siswa yang
memiliki costs belief yang rendah.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat diajukan beberapa saran
yang sekiranya dapat memberikan manfaat bagi pihak yang membaca penelitian ini.
5.2.1 Saran Penelitian Lanjutan
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk
memperkaya khasanah ilmu Psikologi khususnya bidang Psikologi
Pendidikan dengan melakukan penelitian lain mengenai expectancy-task
65
2. Data hasil expectancy-task value siswa menunjukkan adanya indikasi
faktor-faktor social world mempengaruhi expectancy-task value
siswa, oleh karena itu disarankan faktor-faktor social world diuji validitas
dan reliabilitasnya agar hasilnya lebih akurat.
5.2.2 Saran Guna Laksana
1. Mendorong siswa untuk menumbuhkan kepercayaan dirinya akan
kemampuannya untuk mengerjakan tugas-tugas matematika ini dengan
baik.
2. Guru orang tua membantu siswa untuk lebih memahami
matematika dengan cara memberikan pelajaran matematika tambahan, les,
belajar kelompok, maupun bimbingan orang tua di rumah agar siswa
menyadari bahwa matematika bukanlah pelajaran yang sulit jika dipelajari
dan dilatih dengan sungguh-sungguh.
3. Kepala sekolah dan guru perlu memodifikasi cara mengajar matematika
agar lebih menarik dan memudahkan siswa untuk lebih memahami
matematika, sehingga siswa menyukai dan menaruh minat yang tinggi,
DAFTAR PUSTAKA
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Raja Grafindo.
Pintrich, Paul R. 2002. Motivation in Education : Theory, Research & Application, 2nd Edition, New Jersey : Merril-Prentice Hall.
Rokeach, M. 1973. The Nature of Human Value. New York: Free Press
Santrock, John W. 2003. Terjemahan. Adolescence (perkembangan Remaja0, 6th Edition, Jakarta, Erlangga.
Santrock, John W. 2004. Life-Span Development, 9th Edition, Boston: The Mc.Graw-Hill Book Co.
DAFTAR RUJUKAN
Setiora Teguh.2007. Studi Deskriptif Mengenai Expectancy-Value Siswa Pada Mata
Pelajaran Bahasa Mandarin Di SMAK “X” Bandung. Skripsi. Bandung: Program S1 Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Sitepu, Nirwana S.K. 1995. Analisis Korelasi. Bandung: Unit Pelayanan Statistika FMIPA, Universitas Padjajaran.
Media Indonesia, 19 Mei 2005
Kompas, 29 juni 2006
Depdiknas
www.smu-net.com